Anda di halaman 1dari 4

BAB I

Latar Belakang

Suatu penerangan diperlukan oleh manusia untuk mengenali suatu objek secara visual.
Pencahayaan yang baik memungkinkan orang dapat melihat objek-objek yang
dikerjakannya secara jelas dan cepat. Hampir kebanyakan pengguna energi komersial dan
industri peduli penghematan energi dalam sistim penerangan. Seringkali, penghematan
energi yang cukup berarti investasi yang minim dan masuk akal. Menerapkan sistem
pencahayaan yang efisien sehingga penggunaan listrik bisa lebih hemat dan sangat
menguntungkan. Pasalnya, pencahayaan atau penerangan mengkonsumsi kurang lebih
30% dari total energi dalam suatu bangunan. Maka konsumsi listrik sebuah lampu
merupakan faktor utama untuk memilih solusi pencahayaan. Dengan desain pencahayaan
yang baik, penghematan energi jelas sangat berarti. Oleh karena itu perlu strategi desain
pencahayaan dengan memanfaatkan cahaya alam secara optimal, lihat gambar 2. Desain
pencahayaan yang optimal meliputi: optimasi kuantitas cahaya langit, menjaga
menyamanan visual dan menjaga kesejukan, serta menghemat energy (Harten P.Van,
Setiawan E, 1985: 36-42).

Di dalam arsitektur pemanfaatan pencahayaan alami selalumenjadi bagian penting yang


selalu diperhitungkan dalam peracangan. Pencahayaan alami mampu menciptakan ruang
secara visual. Menurut Lechner perancang yang peka selalu menyadari bahwa apa yang
kita lihat meruakan suatu konsekuensi baik dari kualitas rancangan maupunkualitas cahaya
yang jatuh keatasnya.
Pencahyaan alami pada ruang difungsikan untuk mmenuhi kebutuhan ruang akan cahaya,
dan untuk segi estetika. Kualitas ruang yang tidak sesuai dengan fungsi ruang berakibat
pada tidak berjalannya dengan baik kegiatan yang ada. Ruang dengan cahaya yang sedikit
menyebabkan ruangan tersebut menjadi gelap dan dingin. Pencahyaan yang terlalu terang
akan menyebabkan silau dan kurang baik bagi mata. Kenyamanan berada pada suatu ruang
apat diciptakan dari kualitas pencahayaan di dalam ruang tersebut. Untuk memperoleh
kenyamanan visual dalam ruang, pencahayaan dapat dirancang untuk menonjolkan obyek,
atau menambah daya tarik khusus dari sudut-sudut ruang.
Isu yang berkembang tentang pembahasan pencahayaan alami menyatakan bahwa kualitas
pencahayaan alami yang baik tidak terlepas dai distribusi cahaya yang masuk melalui
jendela (bukaan) dan orientasi arah bukaan. Semakin luas bukaan maka akan semakin
banyak cahaa yang masuk kedalam ruang. Untuk itu diperlukan kontrol terhadap jumlah
cahaya yang masuk ke dalam ruangan. Kualitas pencahayaan alami yang baik juga
dipengaruhi oleh leta bukaan terhadap arah datangnya sinar matahari.

Idealnya, sebuah bangunan mempunyai nilai estetis, berfungsi sebagaimana tujuan


bangunan tersebut dirancang, memberikan rasa ‘aman’ (dari gangguan alam dan
manusia/makhluk lain), serta memberikan ‘kenyamanan’. Berada di dalam bangunan kita
berharap tidak merasa kepanasan, tidak merasa kegelapan akibat kurangnya cahaya, dan
tidak merasakan bising yang berlebihan. Setiap bangunan diharapkan dapat memberikan
kenyamanan ‘termal’, ‘visual’ dan ‘audio’.
Kenyamanan termal sangat dibutuhkan tubuh agar manusia dapat beraktifitas dengan baik
(di rumah, sekolah ataupun di kantor/tempat bekerja). Szokolay dalam ‘Manual of
Tropical Housing and Building’ menyebutkan kenyamanan tergantung pada variabel iklim
(matahari/radiasinya, suhu udara, kelembaban udara, dan kecepatan angin) dan beberapa
faktor individual/subyektif seperti pakaian, aklimatisasi, usia dan jenis kelamin, tingkat
kegemukan, tingkat kesehatan, jenis makanan dan minuman yang dikonsumsi, serta warna
kulit.
Indonesia mempunyai iklim tropis dengan karakteristik kelembaban udara yang tinggi
(dapat mencapai angka 80%), suhu udara relatif tinggi (dapat mencapai hingga 35_C),
serta radiasi matahari yang menyengat serta mengganggu. Yang menjadi persoalan adalah
bagaimana menciptakan kenyamanan termal dalam bangunan dalam kondisi iklim tropis
panas lembab seperti di atas.
Menghasilkan kondisi lingkungan yang sehat dan nyaman didalam bangunan, adalah
merupakan salah satu tujuan dari pembuatan suatu bangunan. Bangunan yang merupakan
pemisah antara ruang di dalam bangunan dengan lingkungan diluarnya, diharapkan dapat
mengubah pengaruh langsung dari iklim, seperti temperatur udara, radiasi matahari, angin
dan kelembaban udara. Yaitu pengaruh yang buruk dapat dikurangi atau ditiadakan,
sedangkan yang baik dapat dimanfaatkan.
Usaha yang dilakukan untuk mendapatkan kenyamanan termal pada bangunan dalam iklim
tropis lembab, terutama adalah mengurangi radiasi panas, memberikan aliran udara yang
cukup untuk memenuhi persyaratan kesehatan dan membawa panas keluar bangunan serta
mencegah radiasi panas baik yang langsung dari matahari maupun dari permukaan dalam
yang panas.
Permukaan yang paling besar menerima panas adalah atap. Sedang bahan atap pada
umumnya mempunyai tahanan dan kapasitas panas yang lebih kecil dari pada dinding.
Untuk memperbesar kapasitas panas dari bahan atap agak sulit karena akan memperberat
atap. Tahanan panas dari bagian atas bangunan dapat diperbesar dengan beberapa cara.

Di tengah-tengah perkembangan pembangunan yang mencakup ruang lingkup


kehidupan dengan berbagai aktifitas dan kebutuhan serta alternatif pemecahannya.
Menuntut perlu adanya pengembangan akan wawasan dan ilmu pengetahuan di dalamnya.
Salah satu sisi yang perlu diperhatikan adalah masalah pembangunan fisik bangunan.
Pembangunan fisik ini tentunya memerlukan analisis dengan memperhatikan berbagai
aspek, seperti kenyamanan dan estetika, serta mampu melahirkan berbagai alternative yang
memungkinkan dapat dijadikan sabagai referensi yang dapat diterapkan dalam suatu
desain fisik bangunan.
Menghasilkan kondisi lingkungan yang sehat dan nyaman didalam desain bangunan,
adalah merupakan salah satu tujuan dari pembuatan suatu bangunan. Bangunan yang
merupakan pemisah antara ruang di dalam bangunan dengan lingkungan diluarnya,
diharapkan dapat mengubah pengaruh langsung dari iklim, seperti temperatur udara,
radiasi matahari, angin dan kelembaban udara. Yaitu pengaruh yang buruk dapat dikurangi
atau ditiadakan, sedangkan yang baik dapat dimanfaatkan.
Usaha yang dilakukan untuk mendapatkan kenyamanan termal pada bangunan dalam iklim
tropis lembab, terutama adalah mengurangi radiasi panas, memberikan aliran udara yang
cukup untuk memenuhi persyaratan kesehatan dan membawa panas keluar bangunan serta
mencegah radiasi panas baik yang langsung dari matahari maupun dari permukaan dalam
yang panas.
Pemilihan Material bangunan jugaberpengaruh dalam pencegahan masuknya panas
berlebih ke dalam bangunan. Pemanfaatan Pergerakan angin juga dapat dalam
menciptakan kenyamanan ruang. Tetapipadatnya bangunan menjadi salah satu faktor yang
menyebabkan pola pergerakan angin terganggu. Kenyamanan juga dapat tercapai karena
pencahayaan yang baik di dalam ruang. Penerapan pencahayaan alami dalam desain
bangunan dapat mengurangi konsumsi energi listrik dan mengurangi pemanasan global.
Pencahayaan alami mampu menciptakan ruang secara visual. Pencahyaan alami pada
ruang difungsikan untuk memenuhi kebutuhan ruang akan cahaya, dan untuk segi estetika.
Ruang dengan cahaya yang sedikit menyebabkan ruangan tersebut menjadi gelap dan
dingin. Pencahyaan yang terlalu terang akan menyebabkan silau dan kurang baik bagi
mata.

Hal ini terangkum dalam ilmu fisika bangunan namun jika ditinjau hanya dari sisi
teori dirasa masih kurang, maka untuk pencapaian pengetahuan yang lebih dengan
demikian perlu dilakukan sebuah praktek uji laboratorium terhadap tinjauan akan beberapa
kenyamanan dalam bangunan. Adapun beberapa tinjauan dan uji praktikum dilakukan
terhadap 8 tinjauan/percobaan kenyamanan yaitu:
1. Perpindahan Kalor pada Bahan Bangunan
2. Pencahayaan Alami pada Bangunan
3. Kenyamanana Hawa dalam Ruang
4. Pergerakan Angin pada Pola Tata Massa Bangunan

Anda mungkin juga menyukai