TUJUAN
1. Memahami ciri laku (karakteristik) masalah pengendalian proses dan persoalanpersoalan dalam pengendalian proses.
2. Mampu merumuskan model kelakuan dinamik dan statik proses-proses kimiawi
yang tidak terlalu kompleks.
3. Mampu melakukan analisis (melalui model) tentang kelakukan dinamik prosesproses kimiawi yang sederhana.
4. Mampu menggunakan berbagai teknik analisis dalam mengkaji sistem kendali
dengan umpan balik.
5. Memahami beberapa pendekatan dan metoda yang digunakan dalam merancang
sistem kendali umpan balik.
6. Mengenal beberapa segi dari ;
analisis dan perancangan sistem kendali yang lebih mutakhir.
Perancangan sistem kendali untuk proses-proses bervariabel ganda.
Pengendalian proses menggunakan komputer
Buku Referensi:
1. Stephanopoulos, G., Chemical Process Control : An Introduction to Theory
and Practice, Prentice Hall Inc., New York, 1984.
2. Coughanowr & Koppel, Process System Analysis and Control, McGraw Hill,
1991
3. Considine, Process Instruments and Control Handbook, McGraw Hill, 1957
4. Luyben, W.L., Process Modeling, Simulation, and Control for Chemical
Engineers, McGraw-Hill Book Co., NY, 1973.
MATERI PERKULIAHAN
Bagian I : Pengendalian Proses Kimiawi : Ciri laku dan Persoalan yang Berkaitan
dengannya.
1. Dorongan untuk mengendalikan proses-proses kimiawi
2. Segi-segi perancangan suatu sistem pengendalian proses
3. perangkat keras untuk suatu sistem pengendalian proses
Bagian II : Menyusun model dinamik dan statik dari proses-proses kimiawi.
4. Menyusun suatu model matematika
5. pertimbangan-pertimbangan dalam menyusun model untuk tujuan
pengendalian.
Bagian III : Analisis kelakuan dinamik proses-proses kimiawi
6. simulasi dengan komputer dan linearisasi sistem-sistem linear
7. transformasi laplace
8. penyelesaian persamaan differensial menggunakan transformasi laplace.
9. fungsi transfer dan model-model input-output
10. kelakuan dinamik sistem-sistem order satu
11. kelakuan dinamik sistem-sistem order dua
12. kelakuan dinamik sistem-sistem order yang lebih tinggi.
Bagian IV : Analisis dan perancangan sistem pengendalian dengan umpan balik
13. mengenal pengendalian dengan umpan balik
14. kelakuan dinamik proses-proses yang dikendalikan dengan pengendalian
dengan umpan balik.
15. analisis kestabilan sistem-sistem yang dikendalikan dengan pengendalian
umpan balik]
16. perancangan pengendali dengan umpan balik.
17. analisis respons frekuensi proses-proses linear
30 %
40 %
Nilai Tugas-Tugas
20 %
Nilai Quiz
10 %
Kehadiran
> 75 %
BAGIAN I
Pengendalian proses-proses kimiawi : ciri laku dan persoalan-persoalan yang berkaitan
dengannya
Pembahasan akan mencakup 3 bab
Bahasan yang disampaikan dimaksudkan untuk :
1. memberikan pengertian tentang apa yang dimaksud dengan pengendalian proses
2. memberikan penjelasan tentang faktor-faktor yang menimbulkan dibutuhkannya
pengendalian proses, dan apa yang memotivasi dilaksanakannya pengendalian
proses.
3. menganalisis ciri laku suatu sistem kendali dan merumuskan persoalan yang
perlu diselesaikan dalam perancangannya
4. mengemukakan dasar-dasar pemikiran untuk mengkaji masalah-masalah
pengendalian proses.
BAB I
Faktor-faktor pendorong dilaksanakannya pengendalian proses
Suatu pabrik kimiawi merupakan susunan dari satuan-satuan pemroses
(reaktor, absorber, pompa, dll) yang terstrukturkan dengan tujuan tertentu.
Tujuan umum suatu pabrik adalah mengkonversi bahan-bahan mentah tertentu
menjadi satu atau beberapa jenis produk, menggunakan energi dengan cara
seekonomik mungkin
Dalam pengoperasisannya suatu pabrik kimiawi harus memenuhi beberapa
persyaratan yang ditetapkan didalam perancangannya dan perlu memenuhi
kondisi (persyaratan) teknis, ekonomis, dan sosial.
Pemenuhan persyaratan-persyaratan tersebut berhadapan dengan keadaan
lingkungan yang berubah-ubah, yang dapat mempengaruhi jalannya proses
(keadaan lingkungan yang dapat mempengaruhi proses = gangguan =
disturbance).
Persyaratan-persyaratan yang dikemukan terdahulu, dapat dirangkum menjadi
5 bidang persyaratan utama :
1. Keselamatan (safety)
2. Spesifikasi produksi
3. Peraturan mengenai lingkungan hidup (the environment)
4. Kendala-kendala operasional
5. Ekonomi
Kelima persyaratan tersebut menuntut adanya pemantauan secara terus
menerus terhadap jalannya operasi suatu pabrik kimia yang memerlukan
intervensi (pengendalian) untuk menjamin tercapainya tujuan-tujuan
operasional pabrik
Pemantauan dan pengendalian tersebut dilaksanakan melalui penggunaan
peralatan (alat ukur, katup kendali, pengendali, komputer), dan intervensi
orang (perancang dan operator pabrik), yang 2 cara keseluruhan membentuk
sistem kendali terhadap pabrik.
Terdapat 3 kelompok tujuan umum yang perlu diwujudkan oleh suatu sistem
kendali :
menekan pengaruh gangguan-gangguan dari lingkungan (terhadap
operasi pabrik)
menjamin kestabilan proses
mengoptimasi kinerja (performansi) proses
1.1
Maka
4
Kondensat
F (cm3/menit)
T (K)
Fst
Steam
Asumsi : - Cairan didalam tangki tercampur sempurna
- Temperatur didalam tangki = temperatur aliran keluar tangki
Tujuan operasional tangki pemanas :
1. mendapatkan aliran cairan yang keluar tangki dengan suhu tetap, yaitu Ts.
2. menjaga agar volume cairan ditangki konstan, yaitu Vs.
Bila tak ada gangguan yang dapat mengubah kondisi proses,
Suhu cairan keluar tangki dan volume cairan ditangki tetap, masingmasing Ts dan Vs, sekali keadaan tersebut tercapai.
Tetapi :Fi, Ti dan Q dapat berubah (gangguan terhadap proses)
T dan V tak mungkin konstan pada Ts dan Vs.
Ti, Fi
Diperlukan sistem pengendali (control system) bila (T,V) dikehendaki tetap
berharga (Ts,Vs)
Thermocouple
Q
2) Pola pengendalian suhu yang
- dapat ditempuh
Set point
Ts
+
Pengendali
T, F
5
Fst
+
E
F
T
Set point
hs
Pengendali
steam
(i)
Pengendali
E
+
Set point hs
_
h
Alat ukur arus
cairan
(ii)
Set point
Ts
F
T
Pengendali
steam
1.2
1.2.1
Xs
Waktu
to
8
Y
A
B
Ys
C
Tci, Fi
Pendingin
A B
B
9
CA, T, F
Produk
Ao A
), dan A merupakan fungsi suhu, T, yang
Ao
berbentuk sigmoid (seperti huruf s). Maka laju produksi panas merupakan
fungsi T yang berbentuk sigmoid.
Laju perpindahan panas dari campuran reaksi ke pendingin , O,
berbentuk garis lurus , atau Q fungsi linear T.
(ingat : Q = UA (T Tc)
P3
Laju pendinginan (QL)
Atau
Laju produksi panas (Q2)
(2)
(1)
P2
P1
T2 T2 T3
T1
QL > QR
10
T3
T3
T2
T2
T1
T1
Waktu
Waktu
T3
T3
T2
T2
T1
T1
Waktu
11
Waktu
1.3
Contoh 1.3
Mengoptimumkan kinerja suatu batch reactor :
CAi, Ti, Fi
Reaktan
C
Pengendali
Kondensat
12
Deskripsi sistem :
Dalam suatu reaktor batch dilaksanakan reaksi konsekutif (berturutan), yang
merupakan reaksi endotermik
A
B
C
1
2
Kedua reaksi mengikuti kinetika reaksi order satu.
r1 = r A
= k1. CA
r2 = r B
= k2. CB
dimana ri (i = 1,2) =
dCi
= laju konversi untuk reaksi persamaan volume
dt
( r1 r2 )V .dt
(ii)
Ps Q (t ).dt
0
(iii)
Q(t)
14
0
tR
waktu
Melalui model atai percobaan, dicari bentuk fungsi Q(t) untuk selang [0, tR] yang
menghasilkan max.
Pelaksanaan pengendalian untuk menghasilkan Q(t) yang menghasilkan max bukan
untuk menekan gangguan lingkungan, maupun menjaga kestabilan, tetapi
mengoptimumkan proses.
BAB II:
SEGI-SEGI PERANCANGAN SISTEM PENGENDALIAN PROSES
Di dalam pokok bahasan ini secara berturut-turut akan disampaikan :
uraian untuk mengenalkan istilah-istilah yan glazim digunakan untuk
mengklasifikasikan variabel-variabel proses dalam kaitan dengan persoalan
pengendalian proses.
Langkah-langkah utama didalam melakukan perancangan sistem pengendalian.
Suatu contoh yang menunjukkan dimensi persoalan dalam merancang sistem
pengendalian suatu rangkaian proses yang membentuk suatu pabrik.
2.1 Klasifikasi variabel-variabel proses dalam persoalan pengendalian
proses.
Gangguan external
Terukur ()
Tak terukur ()
Variabel yang
dimanipulasi
(untuk tujuan
pengendalian);
m
Sistem pemroses
Variabel output
Tak Terukur
(z)
15
Variabel
output
Terukur
(y)
Input
: m, ,
Output
: y, z.
measured
Disturbance
unmeasured
INPUT
Manipulated variables
measured
OUTPUT
unmeasured
Baca : Examples 2.1, 2.1, 2.3, 2.4, 2.5 untuk memperjelas arti istilah-istilah di atas.
2.2 Unsur-unsur perancangan suatu sistem pengendalian
Merancang suatu sistem pengendalian berarti menyusun dan merumuskan struktur
dari sistem pengendalian tersebut.
Serangkaian tindakan analisis perlu dilakukan terlebih dahulu, setiap langkah
menghasilkan suatu kesimpulan, sebelum penyusunan struktur sistem dapat
mulai dilakukan.
Rangkaian tindakan analisis ini, dan langkah penyusunan rancangan yang
merupakan kegiatan akhir (tetapi yang utama) dalam merancang sistem
pengendalian, dimulai dengan perumusan tujuan dari sistem pengendali yang
hendak dirancang.
Secara berturutan akan diberikan unsur-unsur yang membentuk rangkaian
langkah kegiatan dalam merancang sistem pengendalian.
i.
ii.
Selain
melakukan
primary
measurement, pengukuran untuk memonitor atau untuk tujuan
mengendalikan proses dapat juga dilakukan terhadap external disturbance
(gangguan luar yang dapat mempengaruhi jalannya proses). Pengukuran
semacam ini digunakan dalam feed forward control
Contoh 2.10
Suatu sistem pengendali kolom destilasi pemisahan campuran binair pentane dan
hexane, mempunyai tujuan untuk mempertahankan produksi destilat dengan komposisi
95 mol % pentane, walaupun gangguan berupa perubahan komposisi umpan terjadi.
3 pola pengukuran dapat ditempuh, masing-masing pendekatan mengarah kepada pola
pengendalian berbeda :
1. feed back
2. feed forward
3. inferential (to infer = menduga)
Pendekatan pertama :
Pengukuran dilakukan terhadap aliran destilat; konsentrasi atau komposisi
aliran destilat, ini yang diukur.
Pendekatan ini melakukan pengukuran primair.
17
Air pendingin
D
Compositron
analyzer
Feedback
primary
measurement
kolom
Pengendali
steam
B
Pendekatan kedua :
Pengukuran dilakukan terhadap komposisi aliran umpan F
Informasi ini disampaikan ke pengendali.
Pengendali kemudian mengatur aliran refluxsedemikian sehingga menurut
hubungan teori empirik yang ada, komposisi destilat akan sesuai dengan
yang dikehendaki
Pengendali menggunakan sistem kendali feed forward
Pengendali
R
Compositron
analyzer
Feed forward
secondary
measurement
F
kolom
steam
18
A
Pendekatan ketiga
Dengan dua pendekatan terdahulu, pengukuran dilakukan menggunakan
composition analyzer.
Saat ini alat ukur komposisi pada umumnya sangat mahal, kurang andal, dan
agak lamban
Dapat ditempuh pengukuran tak langsung lain : yang diukur suhu dari
beberapa pelat dibagian atas kolom.
Dengan model, diduga komposisi destilat
Output model diumpankan ke pengendali, yang kemudian menentukan
bukaan katup pengendali aliran reflux.
Pengendali
R
Computer
[T1,T2,T3]
T1
T2
T3
komposisi
kolom
steam
B
19
iii.
iv.
Thermocouple
Feed back
+
Controller
steam
Thermocouple
Feed forward
Controller
20
steam
Pengukur
Arus cairan
+
Controller
steam
Controller
+
Pengukur
Arus cairan
21
steam
Menurut
struktur Feed back
aliran informasinya Inferential
Feed forward
{*}
2. Konfigurasi umum sistem pengendalian dengan umpan balik (feed back control
system)
Gangguan (disturbance)
Manipulated
variables
Measured
Output
(controlled
variables)
PROSES
Unmeasured outputs
PENGENDALI
PROSES
Unmeasured
Output
Set
Points
Pengendali
Manipulated
Variables
PROSES
Measured
outputs
Unmeasured
outputs
tujuan : menjaga agar harga-harga variables proses yang ingin dikendalikan ada
pada arus tertentu yang diinginkan
cara : pengukuran dilaksanakan terhadap input disturbances; hasil pengukuran
ini disampaikan ke controller dan atas dasar model yang ada di controller
ditetapkan diatur harga-harga manipulated variables.
24
v.
Merancang Pengendali
Sebagai unsur langkah terakhir dalam rangkaian kegiatan merancang sistem kendali
adalah merancang pengendaliannya.
Pengendali ini adalah komponen yang paling efektif dalam sistem pengendalian;
menerima informasi hasil pengukuran-mengolah informasi itu-memutuskan
tindakan apa yang harus dilakukan terhadap manipulated variables-mengeluarkan
isyarat perintah ke alat kendali akhir (misalnya ; katup pengendali control
valve)
Pertanyaan pokok dalam merancang pengendali ini adalah :
(s) Bagaimana cara menetapkan tindakan mengubah manipulated variables atas
dasar informasi yang diterima alat ukur ?
Jawaban terhadap pertanyaan ini adalah suatu aturan pengendalian (control law) yang
perlu dapat diimplementasikan secara otomatik oleh alat pengendali.
Contoh 2.12
Ditinjau persoalan pengendalian tangki pemanas yang ditunjukkan di gambar, dengan
konfigurasi pengendalian feed back yang juga ditunjukkan :
Fi
Ti
Thermocouple
Set +
Points, Ts
Volume cairan di
tangki V
E = T - Ts
Controller
F
T
kondensat
steam
Bila h, (atau V), dan F tetap, bagaimana Q harus diubah agar T (suhu aliran keluar)
dapat dijaga tetap pada harga set point (Ts), walaupun Ti (suhu aliran masuk)
mengalami perubahan ?
Andaikan pada mulanya sistem ada pada keadaan tunak (steady state), dimana
Ti Ti = Tis
T = Ts
Q = Qs
Pada suhu awal t = 0, Ti tiba-tiba berubah harganya seperti ditunjukkan di gambar
berikut :
Tis
25
t=0
waktu
Bagaimana T akan berubah dengan waktu ? Perlu disusun model atas neraca energi :
(2.1)
dT
= FCp(Ti-T) + Q
dt
(2.2)
= error
d (T Ts )
VCp
= FCp[(Ti-Ti,s)-(T-Ts)] + (Q-Qs)
dt
Catatan :
(2.3)
d (T Ts )
dT
=
, karena Ts konstan.
dt
dt
Ti = Tis
T = Ts
Q = Qs
(2.4)
= - (t) + Qs
disebut proportional gain
26
VCp
i.c :
d (T Ts )
= FCp[(Ti-Ti,s)
dt
@t = 0
T = Ts
E(t).T(t) - Ts
=1
=2
waktu
Hasil yang didapat menunjukkan bahwa untuk sistem yang ditinjau ini, aturan
pengendalian proporsional tak dapat meniadakan , hanya mengurangi saja. Makin
besar , makin kecil atau penyimpangannya
Pola perubahan T terhadap waktu yang digambarkan itu disebut response sistem,
bila ada gangguan terhadap Ti.
Sekarang dicoba control law lain :
t
Q = -
(T Ts ) dt
+ Qs
= -
( t ) dt
+ Qs
(2.6)
T = Ts
27
= 1
= 2
t
Dapat dilihat bahwa dengan integral control dapat ditiadakan, walaupun alur
kearah harga = 0 berosilasi
Makin besar makin cepat dan makin kecil osilasi dalam menuju keadaan = 0.
Catatan akhir :
Penggunaan aturan lain dapat ditempuh misalnya mengkombinasi proportional
control dan integral control
t
Q = - (T-Ts) (T Ts ) dt + Qs
0
28
BAGIAN II
MENYUSUN MODEL TENTANG KELAKUAN DINAMIK DAN STATIK DARI
PROSES-PROSES KIMIAWI
BAB IV
MENYUSUN MODEL MATEMATIKA
Gangguan external
Terukur
Tak terukur
(d)
(d)
Variabel output
Terukur (y)
Variabel yang
dimanipulasi (m)
Variabel output
Tak Terukur (z)
Input : m, d, d
29
Output : y, z
measured
disturbance
Input
unmeasured
manipulated variables
measured
Output
unmeasured
RQ :
Bagaimana kelakuan proses kimia berubah dengan waktu karena :
- Pengaruh perubahan gangguan external (d atau d)
- Pengaruh perubah m
- Pengaruh desain pengendali yang digunakan
Pendekatan yang dapat ditempuh :
Pendekatan experimen
- dalam kasus ini perangkat keras. Proses kimiawi yang akan dikaji harus
tersedia.
- kajian melalui cara ini dilakukan dengan sengaja memvariasikan berbagai
input, dan melalui pengukuran output dengan alat ukur yang sesuai, diamati
bagaimana perubahan output tersebut dengan waktu.
- dengan cara ini diperlukan waktu dan usaha yang banyak, dan biasanya mahal.
Pendekatan teoritis
- sering sekali diperlukan merencanakan sistem pengendali untuk suatu proses
kimia sebelum perangkat sistem pemrosesnya di konstruksi :
- tidak mungkin dikaji dengan eksperimen
- diperlukan sesuatu yang mewakili proses kimia untuk dimungkinkan
kajian sifat dinamiknya dilakukan.
- biasanya diwakili oleh himpunan persamaan mathematik, dimana
penyelesaiannya menghasilkan kelakuan dinamik proses yang dikaji.
Dalam bab ini, pertama kali akan digunakan pendekatan teoritis untuk mengembangkan
suatu model dari proses kimia.
4.1. Mengapa diperlukan Mathematical Modelling untuk Pengendalian Proses :
-
30
massa total
massa masing-masing komponen
energi total
momentum
31
Catatan :
Dalam proses fisik dan kimiawi yang akan dikaji, massa total dan energi total
tidak dapat dibangkitkan dari suatu yang tiada dan tidak dapat disirnakan.
Tinjauan suatu sistem secara umum dan interaksi dengan lingkungan.
Q
1
2
system
2
outlets (o)
3
Inlets (i)
Ws
dt
j.Fj :
i.Fi
i inlet
j output
(4.1.a)
dt
dt
i inlet
C Ai.Fi
j output
j.Fj rA .V
(4.1.b)
dt
dt
i inlet
j output
i.Fi.hi j.Fj.hj Q Ws
(4.1.c)
dimana :
Fi
Fj
nA
CA
CAi
CAj
rA
hi
hj
U,K,P
Q
waktu
Ws
waktu.
Kelaziman :
: kerapatan cairan
dalam tangki
A :penampang
tangki
h : tinggi cairan
dalam tangki
F
T
kondensat
steam
33
(4.2)
E=U+K+P
Tangki tidak bergerak :
dk/dt = 0 ; dP/dt = 0
dE/dt = dU/dt
untuk cairan : dU/dt = dH/dt
entalpi total cairan dalam tangki :
H = .V.Cp.(T Tref) = .A.h.cp.(T Tref)
(4.3)
Cp
Tref
(4.4)
: konstan
A.dh
Fi F
dt
(4.4a)
34
d[AhCp(T Tref )
FiCp(Ti Tref ) FiCp(T Tref ) Q
dt
Ad(hT )
Q
FiTi FT
dt
Cp
Ad(hT )
dT
dh
Ah
AT.
dt
dt
dt
Ad(hT )
dT
dh
Ah
T.[ A
]
dt
dt
dt
Ad(hT )
dT
Ah
T (Fi F)
dt
dt
Ahd(T )
Q
T ( Fi F) FiTi FT
dt
Cp
Ahd(T )
Q
Fi(Ti T )
dt
Cp
(4.5)
(4.5a)
(4.5b)
variabel keadaan
variabel output
variabel input
- gangguan
- yang dimanipulasi
Parameter
: h, T
: h, T (measured)
:
: Ti, Fi
: Q, F, Fi
: A, , Cp
Fi,s Fs = 0
dT/dt = 0
subscript s
steady state
keadaan steady state akan terganggu kalau ada variabel input berubah,
*KASUS (1)
Temperatur masuk, Fi turun 10% dari harganya semula pd s.3
- arah (ketinggian) h, air dalam tangki tidak dipengaruhi, h tetap.
- Temperatur cairan dalam tangki berkurang sebagai fungsi waktu
35
Ti,o
Ts
t=0
input
Response
KASUS (2)
Laju alir masuk cairan berkurang 10%
- arus h dan temperatur tangki T, berubah
Bagaimana h dan T berubah terhadap waktu ?
- dapat ditentukan dari penyelesaian persamaan (4.4a) dan (4.5b) dengan
kondisi awal :
T
h
h
ho
ho
t
t
t=0
Responsi
4.3 Unsur-unsur
input tambahan Model Matematika
Response
Disamping persamaan neraca, dalam pemodelan matematik diperlukan hubungan
matematik :
- kesetimbangan kimia
- laju reaksi
- laju perpindahan panas, massa, momentum, dll.
36
Tout
L
UV = kecepatan rata-rata cairan
T
Ti
To
Ti
t=0
t = td
37
t=0
t = td
To
volume pipa
laju alir volum
A.L
A.U aV
td
Tco, Fc
A
Tci, Fi
Pendingin
CA, T, F,
Produk
Reaksi kimia A
B yang eksotermik terjadi dalam reaktor, reaktor didinginkan
dengan aliran pendingin di luar reaktor.
Besaran fundamental dependent untuk reaktor :
a. Massa total dalam tangki
b. Massa komponen A dalam tangki
c. Energi total bahan dalam tangki
Catatan :
1. Massa komponen B dapat dihitung dari massa total dan massa komponen A
2. Momentum CSTR tidak berubah pada pengoperasian sistem ; dan harga
perubahan dapat diabaikan.
Hukum Kekekalan :
Neraca Massa Total :
(4.8)
Neraca Massa Komponen A:
d (n A ) d (C A .V )
Cai.Fi CA.F rV
dt
dt
38
(4.9)
dt
dt
dt
dU dH
dt
dt
= CA (Fi F) V(koe-E/RT)
diambil laju reaksi : r(A
V
B)
= + koe-E/RT
dC A
= -CA (Fi F) + CAi Fi CA F koe-E/RT CAV
dt
dC A
F
= i (CAf CA) - koe-E/RT CA
dt
V
H dn B
dn A
+
n B dt
dt
(4.11)
H
= Cp V
t
H
= A(T)
n A
39
H
= B(T)
n B
dn A
d (C A V )
=
= CAi Fi CA F rV
dt
dt
dn B
d (C B V )
=
= 0 CB F + rV
dt
dt
Ke persamaan (4.11)
dT
dH
= CpV
+ A [CAi Fi - CA F rV] + B [-CB F + rV]
dt
dt
Substitusi (4.10) :
CpV
dT
= - A [CAi Fi CA F rV] - B [-CB F + rV] + iFihi Fh Q
dt
(4.10a)
Tinjau :
Fi i hi(Ti)
Fh(T)
CpV
dT
= - ACAi Fi + ACAF + ArV + BCBV - B rV + FiCAi A
dt
dT
= FiiCpi(Ti-T) + (
dt
A - B ) rV Q
( Hr ) rV
Q
dT
= Fi (Ti T) +
- Cp
Cp
dt
(4.10b)
Dari (4.10b), T adalah variabel keadaan yang mencirikan energi total sistem
Ringkasan :
Dari langkah-langkah permodelan matematik CSTR hal penting dalam model CSTR :
(4.8a)
dC A
Fi
=
(CAi CA) - koe-E/RT CA
V
dt
(4.9c)
40
Q
dT
Fi
==
(Ti T) + J koe-E/RT CA - CpV
dt
V
(4.10b)
Hr
dimana : J = - Cp
Variabel output
: V, CA, T
Variabel input
: CAi, Fi, Ti, Q, F
Disturbances (gangguan) yang umum : CAi, Fi, Ti
Variabel yang dimanipulasi (yang umum) : Q, F, Fi atau Ti
Persamaan Konstanta : , Cp, (-Hr), ko, E, R.
Contoh 4.12
Permodelan matematik penukar panas tabung pipa :
Kukus
cairan
T]z
T1
T]z + z
T2
Kukus
z
Cairan mengalir dalam pipa bagian dalam, dam menglami pemanasan oleh kukus yang
mengalir berlawanan arah.
T : berubagh dengan waktu dan dengan perubahan jarak
T = T (t,z)
T T (rp)
- State variabel
:T
- Independent variabel : t, z
Neraca energi sepanjang z :
Cp A z [(T)t+t (T)t] = Cp v A (T)z t - Cp v A (T)z+t t +
Q t (D z)
(4.17)
dimana :
Q = jumlah panas yang berpindah dari kukus ke cairan per satuan waktu dan panjang
A = luas bidang perpindahan panas
v = kecepatan rata-rata cairan
D = diameter luar pipa bagian dalam
Persamaan (4.17) dibagi dengan z.t dan z 0 ; t 0
CpA
T
T
+ CpvA
= DQ
dt
z
Q = U(Tst T)
keseluruhan
41
CpA
T
T
+ CpvA
= DU(Tst T)
dt
z
(4.19)
42
Contoh
: - aktivitas katalis.
- koef. perpindahan panas peralatan
Harga parameter dead time yang tidak tepat.
Pemahaman yang lemah terhadap dead time dapat menyebabkan masalah
serius dalam stabilitas proses
Contoh : (kuliah berikutnya)
3. Ukuran dan kompleksitas model
Ukuran dan kompleksitas model tidak melebihi tingkat tertentu; diluar batas
tersebut nilai guna dan daya tarik model akan berkurang.
BAB V
PERTIMBANGAN-PERTIMBANGAN DALAM PENYUSUNAN MODEL
UNTUK TUJUAN PENGENDALIAN
Dalam bab ini pemodelan matematik difokuskan untuk tujuan dan keperluan
pengendalian.
Akan diamati permasalahan berikut :
43
1.
2.
Dengan
menggunakan
model
matematik proses, bagaimana dapat menentukan derajat kebebasan yang terkandung
dalam proses, dan berikutnya, mengidentifikasi persoalan pengendalian yang harus
dipecahkan?
disturbance
d1 d2
de
Variabel yang m1
dimanipulasi m2
mk
y1
y2 output
ym
V : volume cairan
dalam tangki
F
T
kondensat
Persamaan keadaansteam
sistem :
A
dh
Fi F
dt
Ah
(4.4a)
dT
Q
Fi(Ti T )
dt
Cp
(4.5b)
44
dT
Q
Fi(Ti T )
dt
Cp
(4.5b)
Substitusi Q :
dT
UAt
UAt
( Fi
)T Fi.Ti
Tst
dt
Cp
Cp
dT
1
aT Ti K.Tst
dt
Ah
(5.1)
dimana a = 1/ + K
= V/Fi
K = (UAt/VCp)
Persamaan (5.1) merupakan model matematik tangki pemanas yang diaduk dengan :
T
= variabel keadaan (state variable)
Ti, Tst = variabel input
Model input-output?
Pers. (5.1) pada steady state dT/dt = 0
0 + aTs = 1/.(Ti,s) + K.Tst,s
(5.2)
dimana : subskrip s menandakan harga pd steady state
Pers. (5.2) (5.1) :
d (T Ts )
1
a (T Ts ) (Ti Ti ,s ) K (Tst Tst ,s )
dt
dT '
1
aT' Ti ' KT ' st
dt
(5.3)
dimana : T = T Ts
Ti = Ti Ti,s
Tst = Tst Tst,s
Menandakan penyimpangan variabel ybs dari harga keadaan steady state.
Penyelesaian pers. (5.3).
t
at
T(t) = ci.e-at + e-at. e [ Ti ' KT ' st ]dt
0
(5.4)
T = 0
at
T(t) = e . e [ Ti ' KT ' st ]dt
-at
(5.5)
Pers. (5.5) menggambarkan hubungan antara input (Ti, Tst) dan output (T) dan
membentuk model input output, digambarkan seperti berikut :
Ti(t)
+
T1(t)
+
1
c'T (t) KT
eateat(.)dt
T(t)
Output
Input
Tst(t)
KTst
dh
Fi F
dt
(4.4a)
46
Ah
dT
Q
Fi (Ti T)
dt
C p
(4.5b)
Seandainya harga variabel : Fi, Ti, F dan Q ditetapkan masing-masing satu harga
tertentu, dari pers. (4.4a) dan (4.5b) dapat ditentukan bagaimana h dan T
berubah dengan waktu.
Bila ditetapkan harga Fi, Ti, F dan Q yang lain, perubahan h dan T dengan waktu
akan berbeda dari sebelumnya bila dengan harga Fi, Ti, T dan Q yang lain.
Agar h dan T berubah dengan waktu menurut kelakuan yang ditetapkan, derajat
kebebasan harus = 0.
Dapat disimpulkan : untuk memberi ciri yang tepat suatu proses, derajat kebebasan
sistem harus = 0.
Catatan :
Generalisasi derajat kebebasan:
Untuk setiap sistem pemroses yang dideskripsikan oleh suatu himpunan E persamaan
independen (independent equation) yang mengandung V variabel independen, derajat
kebebasan sistem dinyatakan :
F=VE
Sesuai dengan harga f, dapat dibedakan 3 kasus berikut :
Kasus 1 : Jika f = 0, jumlah persamaan independed sama dengan jumlah variabel.
Penyelesaian hinpunan E persamaan menghasilkan nilai yang tunggal untuk variabel
V. Proses dalam kasus ini dengan tepat ditetapkan. (exactly specified)
Kasus 2 : Jika f > 0, jumlah variabel lebih besar dair persamaan. Penyelesaian ganda
dapat dibuat dari E persamaan karena ada f buah variabel yang dapat ditetapkan
secara bebas. Proses kurang ditetapkan oleh f buah persamaan (diperlukan f buah
persamaan agar diperoleh penyelesaian yang tunggal). Underspecified
47
Kasus 3 : Jika f < 0, jumlah persamaan lebih banyak dari variabel. Tidak ada
penyelesaian E persamaan yang ada. Diperlukan pengurangan f buah persamaan
untuk memperoleh penyelesaian. Overspecified
Ringkasan :
1.
Pemodelan proses yang tidak sistematik dan tak hati-hati dapat mengarah
pembentukan suatu model yang tidak melibatkan semua persamaan dan variabel
yang bertalian atau melibatkan persamaan dan variabel yang berlebihan
(redundent). Kejadian demikian mengakibatkan kesalahan dalam penentuan
derajat kebebasan yang dapat mengakibatkan penyelesaian yang tak terbatas atau tak
ada penyelesaian sama sekali.
2.
Kehadiran lingkar pengendalian dalam suatu proses kimiawi memberikan
tambahan persamaan antara variabel yang diukur dengan variabel yang
dimanipulasi, dan oleh karenanya mengurangi jumlah semula derajat kebebasan
proses.
Fi
Ti
State equations :
h
F
T
steam
Fi
Ti
F
T
steam
Contoh 5.6
Fi
Ti
Pengendali
Lingkar 2
h
Q
Pengendali
Lingkar1
F
Fst
48
(4.12a)
(4.13)
(4.14a)
Q
49
CA3, F3, T3
Jumlah variabel = 16
Persamaan keadaan = 3
Derajat kebebasan = 16 3 = 13
Comp
Contr
C3
Level
Contr
Q
Temp.
Contr
Spesifikasi gangguan :
Aliran 1 : F1, T1
Aliran 2 : F2, T2, CA2
Spesifikasi tujuan pengendalian :
Karena f = 3, tujuan pegendalian bisa ditetapkan maximum 3.
5.4 Perumusan Lingkup Pemodelan Untuk Pengendalian Proses
50
Pengertian yang jelas atas pertanyaan di atas dan jawabannya sangat membantu dalam
mendefinisikan dan menyederhanakan :
1. Sstem yang ingin dimodelkan.
2. Neraca massa, energi dan momentum yang harus dibuat.
3. Persamaan tambahan yang dibutuhkan untuk melengkapi model matematik
proses.
Juga akan membantu mengidentifikasi :
1. Variabel keadaan
2. Variabel input ( yang dimanipulasi dalam gangguan)
3. Variabel output
Yang harus terkandung dalam model matematik.
1. Tujuan pengendalian :
Menekan pengaruh gangguan-gangguan dari lingkungan
Menjamin kestabilan proses.
Mengoptimasi kinerja proses
Tujuan tersebut harus diterjemahkan :
Variabel X = harga yang diinginkan
X = laju alir, temperatur, volume, komposisi, dll.
Jika telah ditentukan varaibel x yang mendefinisikan tujuan pengendalian secara
kuantitatif; model matematik yang akan dikembangkan harus dapat menjelaskan
bagaimana variabel x tersebut berubah dengan waktu.
Lihat contoh 5.9 & 5.10.
2. Gangguan yang diduga dan akibat yang ditimbulkan :
Variabel mana yang mempengaruhi proses
Yang pengaruhnya besar (menentukan)
Yang pengaruhnya kecil dan dapat diabaikan (asumsi yang diambil)
Variabel yang dipertimbangkan berpengaruh akan menentukan kompleksitas
model : yang menentukan neraca apa dan variabel apa yang harus terkandung
dalam model.
Lihat contoh 5.11
3. Gejala fisik dan kimiawi dalam proses
Pemahaman yang baik tentang gejala fisik dan kimiawi yang terjadi dalam
proses akan sangat membantu penyederhanaan model untuk tujuan
pengendalian.
51
Contoh :
Asumsi bahwa pelarutan A dan B tidak memberi efek besar :
[Hs1- Hs3] x [Hs2 - Hs3] = 0
akan sangat menyederhanakan model.
BAB VI
SIMULASI DAN LINIERISASI SISTEM NON-LINIER
6.1. Linierisasi Sistem Suatu Variabel
Linierisasi adalah proses dimana sistem non linier didekati dengan sistem linier
Tinjau pers. diff. non linier berikut:
52
dx
f (x ) .................................................................................................................
dt
(6-1)
Ekspansi fungsi non linier f(x) kedalam DERET TAYLOR disekitar titik Xo:
df
dx
( x x0 ) d 2 f
2
1!
dx
f ( x) f ( x 0 )
x0
x0
dn f
( x x0 ) 2
n
2!
dx
x0
( x x0 ) n
.................
n!
(6-2)
Bila semua suku berorde 2 atau lebih diabaikan, maka:
df
dx
f ( x) f ( x 0 )
x0
(x x0 )
...................................................................................
1!
(6-3)
Atau
dx
df
f ( x0 )
dt
dx
( x x 0 ) .......................................................................................
x0
(6-4)
Dari pers. 6-3 dapat diketahui bahwa besar error (kesalahan) adalah:
d2 f
I
2
dx
x0
(x x0 ) 2 d 3 f
3
2!
dx
x0
(x x0 ) 3
... .............................................................
3!
(6-5)
f(x)
f(x1)
f(x)
df
dx
f(x0)
f ( x ) f ( x0 )
x0
x1
( x x0 )
x0
Fo
; = konstanta
Maka:
dh
Fi h
dt
dh
A
h Fi
dt
A
(6-7)
d h
dh
h h0
h0
h0
1
( h h0 )
( h h0 ) 2
2
3
2 h0
8 h0
2 h0
d2 h
dh
( h h0 ) h 0
( h h0 )
dh
h0
(h h0 ) Fi
dt
2 h0
dh
h
h0 Fi h0
dt 2 h0
2 h0
dh
h Fi
h 0 h0
dt 2 h0
2 h0
h0 2 h0 h0
dh
h Fi
dt 2 h0
2 h0
54
h0
( h h0 ) 2
2!
dh
h Fi
dt 2 h0
2
h0 ...................................................................................................
(6-8)
(6-9)
Xs = harga x keadaan tunak (steady state)
Misalkan: Xo = Xs; (dari pers. 6-1):
dx s
df
f (xs )
dt
dx
( x x s ) ..................................................................................................
xs
(6-10)
Pers. (6-9) pers (6-10):
d ( x x s ) df
dt
dx
( x x s ) ....................................................................................................
xs
(6-11)
X = X Xs
Variabel Deviasi
dt
dx
x ' .....................................................................................................................
xs
(6-12)
Pers (6-12) adalah perkiraan linier dari sistem dinamik non linier (6-1)
dalam bentuk variabel deviasi X
Contoh:
Perhatikan model yang dilinierkan dari sistem tangki yang diberikan pers
(6-8). Misalakan hs menjadi nilai keaadaan tunak level cairan untuk nilai
yang diberikan, laju alir inlet Fi,s. Maka model linierisasi disekitar hs
diberikan:
55
dh
Fi F0
dt
F0 h
A
Atau:
A
dh
h Fi
dt
dh
hs Fi , s ................................................................................................................
dt
(6-13)
Pers. (6-8):
A
dh
h Fi
dt 2 h0
2
h0
h0 h s
dh s
h s Fi , s
dt 2 h0
2
hs ..........................................................................................
(6-14)
Pers. (6-13) (6-14):
A
d (h hs )
(h h s ) Fi , s
dt
2
2 h0
hs
Sehingga:
A
dh'
(6-15)
6.3. Linierisasi sistem bervariabel banyak
(6-16)
dx 2
f 2 ( x1 , x 2 ) ....................................................................................................................
dt
(6-17)
56
Ekspansi fungsi non linier f1(x1,x2) dan f2(x1,x2) kedalam deret Taylor disekitar titik
(x1,0,x2,0):
f 1
x1
f ( x1 , x 2 ) f ( x1, 0 , x 2, 0 )
2 f1
x 2
( x1, 0 , x 2 , 0 )
( x 2 x 2,0 )
2 f1
( x 2 x 2,0 )
( x1, 0 , x 2 , 0 )
( x1 x1, 0 ) 2
x1
2!
( x1, 0 , x 2 , 0 )
2!
( x1, 0 , x 2 , 0 )
f 1
x 2
( x1 x1, 0 )
Dan:
f
f ( x1 , x2 ) f ( x1, 0 , x2, 0 ) 2
x1
2 f2
2
x2
( x1, 0 , x 2 , 0
( x2 x2, 0 ) 2
2!
( x1, 0 , x 2 , 0 )
f
( x1 x1, 0 ) 2
x2
)
2 f2
( x2 x2, 0 )
2
x1
( x1, 0 , x 2 , 0 )
( x1 x1, 0 ) 2
( x1, 0 , x 2 , 0 )
f ( x1 , x 2 ) f ( x1, 0 , x 2, 0 )
f 2
f 2
( x1 x1, 0 )
( x 2 x 2,0 )
x1
x 2
f ( x1 , x 2 ) f ( x1, 0 , x 2, 0 )
(6-18)
f
f
dx1
f ( x1, 0 , x 2, 0 ) 2 ( x1 x1, 0 ) 2 ( x 2 x 2, 0 ) .........................................................
dt
x1
x 2
(6-19)
Pada keadaan tunak, pers (6-16) dan (6-17) menjadi:
0
dx1, s
dt
(6-20)
0
dx 2, s
dt
(6-21)
Pers (6-22) dan (6-23) dalam bentuk variabel deviasi:
57
2!
d ( x1 x1, s )
dt
f 1
x1
f 2
x 2
( x1, s x 2 , s )
f 2
x 2
( x1, s x2 , s )
( x1 x1, s )
( x1, s x 2 , s )
( x 2 x 2, s ) ..........................................
(6-22)
d ( x 2 x 2,s )
dt
f 2
x1
( x1 x1, s )
( x1, s x 2 , s )
( x 2 x 2, s ) ..........................................
(6-23)
misal:
Asumsi volume (v) campuran reaksi konstan. Model dinamika reaktor tersebut:
E
dC A Fi
(C Ai C A ) k 0 e RT C A ......................................................................................
dt
V
(4-9A)
atau:
E
dC A 1
(C Ai C A ) k 0 e RT C A ........................................................................................
dt
(4-28)
dan dari persamaan (4-10b):
E
dC A Fi
Q
(Ti T ) Jk 0 e RT C A
..........................................................................
dt
V
C pV
(4-10b)
H r
C
p
Q VAt (T Tc )
58
E
VAt
dC A 1
(Ti T ) Jk 0 e RT C A
(T Tc ) ...............................................................
dt
C pV
(6-29)
1 Fi
RT
CA
non linier
e E RT C
e E RT C
A
A
(T T )
RT
C A e RT C A0
0
C
A
E
E
E
e RT C A0
e RT C A0 e RT (C A C A, 0 )
2
RT0
(C A C A0 )
E E RT
dC A 1
RT0
(C Ai C A ) k 0 e RT C A0
e
C
(
T
T
)
e
(
C
C
)
A, 0
0
A
A, 0 .....
2
dt
RT
(6-30)
E
E
E E RT
dT 1
RT0
(Ti T ) Jk 0 e RT C A0
e
C
(
T
T
)
e
(
C
C
)
A, 0
0
A
A, 0
2
dt
RT0
VAt
(T Tc ) .......................................................................................................
C pV
(6-31)
Dalam bentuk variabel deviasi:
To ; CA.0 kondisi tunak
Mis:
dC A,0
dt
E
1
(C Ai , 0 C A0 ) k 0 e RT0 C A0 .........................................................................
(6-32)
59
Dan:
E
dT0 1
VAt
(Ti , 0 T0 ) Jk 0 e RT0 C A, 0
(T0 Tc , 0 ) ................................................
dt
C pV
(6-33)
Pers (6-30) (6-32):
d (C A C A, 0 )
dt
1
(C Ai C Ai,0 ) (C A C A,0 ) k 0 E 2 C A,0 (T T0 )
RT0
e RT0 (C A C A, 0 ) ................................................................................
(6-34)
d (T T0 ) 1
RT0
(Ti Ti ,0 ) (T T0 ) Jk 0
e
C
(
T
T
)
e
(
C
C
)
A, 0
0
A
A, 0
2
dt
RT0
VAt
(T T0 ) (Tc Tc ,0 ) ......................................................................
C pV
(6-35)
Misalkan:
CA = CA CA,0
T = T To
Ti = TI Ti,0
TC = TC TC,0
dC A ' 1
E
RT0
(C Ai 'C A ' ) k 0
C
T
'
k
e
0
A, 0
2
C A ' ............................................
dt
RT0
(6-36)
Dan:
E
E E RT
VAt
dT ' 1
RT0
e
C
'
A, 0
A
2
C
V
p
dt
RT0
(6-37)
60
BAB IX
FUNGSI TRANSFER DAN MODEL INPUT-OUTPUT
9.1 Fungsi transfer proses dengan output tunggal
f(t)
input
Proses
f (s )
y(t)
output
(a)
G(s)
y (s )
(b)
Gambar 9.1
dimana :
(9.1)
dy
y ( 0)
dt
t 0
d2y
2
dt
t 0
d n 1 y
n 1
dt
.......
(9.2)
t 0
(9.3)
Proses
f 1 ( s)
G1(s)
y(t)
f2(t)
f 2 ( s)
Proses
G2(s)
y (s )
Block Diagram
Bila proses mempunyai dua input f1(t) dan f2(t), dan kondisi awal seperti (9.2), ;
persamaan model dinamik proses :
dny
d n 1 y
dy
an
a
............ a1
a o y b1 . f 1 (t ) b2 . f 2 (t )
(9.4)
n 1
n
n 1
dt
dt
dt
y(s)
b1
. f 1 (s)
a n s a n 1 s ..... a1 s a 0
n
n 1
b2
. f 2 (s)
a n s n a n 1 s n 1 ..... a1 s a 0
y ( s ) G1 ( s ). f 1 ( s ) G 2 ( s ). f 2 ( s )
dimana
(9.5)
: G1(s) =
b1
a n s a n 1 s ..... a1 s a0
G2(s) =
b2
a n s n a n 1 s n 1 ..... a1 s a0
n 1
dengan input f 1 ( s )
y (s )
y (s )
dengan input f 2 ( s )
Ringkasan :
Fungsi transfer antara input dan output :
62
(9.7)
Dengan inverse
G ( s ). f ( s )
Contoh 9.1 : Fungsi Transfer Tangki Pemanas yang diaduk (Stirred Tank Heater), STH
Model matematik STH dalam bentuk variabel penyimpangan :
dT '
1
aT ' .Ti ' K .T ' st
dt
(5.3)
dimana :
u=
1 Fi
K=
UAt
V .c p
1
T i ' (s) K.T ' st (s)
1/
K
.T 'i (s)
.T ' st (s)
(s a)
sa
Definisikan : G1(s) =
T ' ( s)
T 'i ( s)
G2(s) =
T ' (s)
T ' st ( s )
Yang berarti :
G1(s) : menghubungkan temperatur cairan dalam tangki dengan temperatur aliran masuk
G2(s) : menghubungkan temperatur cairan dalam tangki dengan temperatur steam.
T ' (s) G1 ( s ).T ' i (s) G 2 ( s ).T ' st (s)
T i ' ( s)
G1(s)
+
+
T st ' ( s )
63
G2(s)
(9.8a)
T ' (s)
y1(t)
Proses
y2(t)
f2(t)
Sistem dengan dua input f1(t) dan f2(t), dan dua output y1(t) dan y2(t)
(9.9a)
dy 2
a 211 y1 a 22 y 2 b21 f 1 (t ) b22 f 2 (t )
dt
(9.9b)
Kondisi awal :
y1(0) = y2(0) = 0
Transformasi pers (9.9a) dan (9.9b) [coba turunkan dengan cara contoh 8.2]
[( s a 22 )b11 a12 b21 ]
[( s a 22 )b12 a12 b22 ]
. f 1 (s)
. f 2 ( s)
P( s)
P( s)
y 1 ( s)
(9.10a)
y 2 (s)
[( s a 11 )b21 a 21b11 ]
[( s a 11 )b22 a 21b12 ]
. f 1 (s)
. f 2 (s)
P( s)
P( s)
(9.10b)
dimana P(s) s2 (a11 + a22)s (a12a21 a11a22)
y 1 ( s ) G11 ( s ) f 1 ( s ) G12 ( s ) f 2 ( s )
(9.11a)
y 2 ( s ) G 21 ( s ) f 1 ( s ) G 22 ( s ) f 2 ( s )
(9.11b)
64
dimana fungsi transfer G11(s), G12(s), G21 dan G22 didefinisikan sebagai :
G11
G12
G 21
G22
f 1 ( s)
G11(s)
y 1 ( s)
G21(s)
G12(s)
f 2 ( :s )
Catatan
G22(s)
+
65
y 2 ( s)
2. Untuk system dengan dua input dan dua output, diperlukan 2x2 = 4 fungsi
transfer untuk memungkinkan seluruh output dikaitkan dengan seluruh input.
Untuk proses dengan M input dan N output, akan diperoleh N x M fungsi
transfer, atau suatu matriks fungsi transfer dengan :
N baris, row (# output)
M kolom, column (# input).
Contoh 9.2 Matriks Fungsi Transfer CSTR.
Model yang telah dilinierisasi suatu CSTR dinyatakan dalam deviasi variabel :
k .E
dC A ' 1
1
RTo
UAt
UAt
dT ' 1 Jk o E E / RTo
1
E / RTo
e
C
C A ' Ti '
Tc '
T ' Jk o e
Ao
2
dt RTo
C pV
C pV
dC A '
a11C A ' a12T ' b1C Ai '
dt
(9.14a)
dT '
A21C A ' a 22T ' b1Ti 'b2Tc '
dt
(9.14b)
kondisi awal : CA(0) = T(0) = 0
Transformasi Laplace (9.14a) dan (9..14b) :
C A ' (s)
b1 ( s a 22 )
a b
a b
C Ai ' ( s ) 12 1 T i ' ( s ) 12 2 T c ' ( s )
P( s )
P( s)
P( s)
(9.15a)
T ' (s)
a 21b1
b ( s a11 )
b ( s a11 )
C Ai ' ( s) 1
T i ' (s) 2
T c ' (s)
P( s )
P(s)
P(s)
(9.15b)
C Ai ' ( s )
11
CA(s)
G21(s)
G12(s)
G22(s)
Tc(s)
G13(s)
66
G23 (s)
T(s)
Q( s)
y(s)
atau G(s) =
P(s)
f (s)
G1(s) =
1/
tidak ada zeros
sa
Pole : s = -a
G2(s) =
K
tidak ada zeros
sa
Pole : s = -a
67
(9.8a)
Fungsi transfer G1(s) dan G2(s) mempunyai pole yang sama s = -a.
Contoh 9.4 Poles dan Zeros pada model CSTR.
Model CSTR (lihat contoh 9.2)
C A ' (s)
b1 ( s a 22 )
a b
a b
C Ai ' ( s ) 12 1 T i ' ( s ) 12 2 T c ' ( s )
P( s )
P( s)
P( s)
T ' (s)
a 21b1
b ( s a11 )
b ( s a11 )
C Ai ' ( s) 1
T i ' (s) 2
T c ' (s)
P( s )
P(s)
P(s)
Semua fungsi transfer memiliki penyebut P(s) yang sama, sehingga juga
memiliki poles yang sama :
P1,2 =
G22(s), G23(s)
G11(s)
: s = -a22
f (s)
y(s)
Respons output y,
y ( s ) G ( s ). f ( s )
Untuk input f(t) yang diberikan dapat ditentukan Transformasi Laplace f(s) ; untuk
system tertentu fungsi transfer G(s) diketahui.
Respons y(t) sebagai fungsi waktu t, dapat ditentukan dari inversi G(s).f(s).
Fungsi transfer lebih umum dituliskan :
G(s) =
Q( s)
P(s)
r (s)
q( s )
(9.9)
68
Q ( s ).r ( s )
, perlu diketahui akar-akar pers. P(s) (yaitu
P ( s ).q ( s )
Q ( s ).r ( s )
ditentukan oleh
P ( s ).q ( s )
Q( s )
Q( s )
P( s ) ( s P1 )( s P2 )( s P3 ) m ( s P4 )( s P4 *)(s P5 )
(9.10)
dimana : P1,P2,P3, P4, P4*, P5, merupakan akar P(s) (poles sistem)
G(s) =
C 31
C 32
C3m
C1
C2
.....
2
s P1 s P2 s P3 ( s P3 )
( s P3 ) m
C 4 C 4 * C5
s P4 s P4 * s P5
Sesuai dengan harga akar-akar P(s), dapat dibedakan 4 letak poles dalam sumbu y x.
Sumbu imaginer
P4
P3
(P4)
P5
P1
P4*
(P3)
P2
(P4*)
Kasus 1.
Poles : Real dan berbeda.
69
Sumbu nyata
Contoh : P1 dan P2
Inversi dari poles tersebut memberi bentuk C1eP1t dan C2eP2t
Karena P1 < 0, C1.eP1t berkurang secara eksponensial menuju 0 pada t
P2t
Karena P2 > 0, C2.e bertambah secara eksponensial menuju (tak terhingga)
dengan waktu.
C1.eP1t
C2.eP2t
Kasus 2.
Poles : real dan ganda.
Contoh : P3 yang berulang m kali. Inverse dari akar tersebut :
C 31
C 32
C
C 3m
t 33 t 2 ........
t m 1 e P3t
1!
2!
(m 1)!
(9.11)
Bentuk dalam [] akan bertambah dengan waktu. Sehingga kelakuan respons ditentukan
oleh bentuk exponensial eP3t, dimana akan tergantung pada harga P3.
P3 > 0 : e P3t
untuk t
P3 < 0 : e P3t 0
untuk t
P3 = 0 : e P3t 1
untuk semua t
Kasus 3.
Poles : Complex dan berpasangan
Contoh : P4 dan P4*
[catatan : poles kompleks selalu dalam pasangan]
70
Misal :
P4 = + j
P4* = - j
Bentuk inversi :
etsin(t + ).
a>0
a<0
Kasus 4.
Poles : terletak pada 0.
Contoh : P5.
Setelah inversi memberi harga konstant.
71
a=0
Bab X
Kelakuan Dinamik Sistem Orde Satu.
Dalam bab ini akan dibahas :
1. Apa sistem orde pertama, dan gejala phisik apa yang menunjukkan sistem orde
pertama?
2. Apa ciri parameter sistem orde 1?
3. Bagaimana respons sistem orde 1 terhadap berbagai perubahan variabel input?
10.1 Apa sistem orde 1?
Sistem orde pertama : bilamana output y(t) dapat dimodelkan dengan persamaan
differensial orde pertama :
a1
dy (t )
a o y bf (t )
dt
(10.1)
definisikan :
a1
b
Kp
p dan
ao
ao
maka :
p.
dy (t )
y K p . f (t )
dt
(10.2)
Kp
dh
h
Fi Fo Fi
dt
R
AR
dh
h RFi
dt
(10.6a)
dh'
h' RFi '
dt
dimana
(10.7)
: h = h - hs
Fi = Fi Fi,s
Definisikan :
72
p
: AR = konstanta waktu (time constant)
Kp
: R = steady state gain
Fungsi transfer sistem tangki :
G(s) =
Kp
h' ( s )
F i ' (s) p s 1
(10.8)
Catatan :
1. Luas penampang tangki A merupakan ukuran kemampuan penyimpanan massa.
Makin besar harga A, makin besar kemampuan penyimpanan tangki.
2. p = AR ; untuk tangki dapat dikatakan :
Konstanta waktu = kemampuan penyimpanan x tahanan terhadap aliran
Contoh 10.2 : Sistem orde 1 dengan kemampuan menyimpan energi
Neraca energi sistem :
VC p
dT
Q UAt (Tst T )
dt
(10.10)
V
,Cp
U
T
Q
At
Tst
(10.11)
dT '
Q UAt (Tst 'T ' )
dt
(10.12)
dimana :
T = T - Ts
Tst = Tst Tst,s
73
G ( s)
Kp
T ' ( s)
1
ps 1
T st ( s ) VC p
s 1
UAt
Kp
(10.13)
VC p
UAt
Catatan :
1. Pers. (10.13) menunjukkan : sistem merupakan orde 1.
2. Sistem mempunyai kapasitas menyimpan energi panas, dan tahanan pada aliran
panas ditandai oleh U.
3. Kapasitas sistem untuk menyimpan panas diukur dengan harga VCp.
Tahanan terhadap aliran panas dari kukus ke cairan ditampilkan oleh bentuk
1
UAt
Konstanta waktu : p =
=
VC p
UAt
Fo
dh
Fi Fo
dt
(10.14)
(10.15)
dh'
Fi '
dt
h' ( s )
1/ A
s
F 1 ( s)
74
Kp'
y( s)
s
f ( s)
Bagaimana y(t) berubah dengan waktu, bila f(t) berubah dengan fungsi step
f(t) = 1 f ( s)
y( s)
1
s
1 Kp ' Kp '
.
2
s s
s
y (t ) K p '.t
Output berubah dengan waktu secara linier dalam bentuk tak terbatas. (Unbounded)
y(t)
untuk t
y(t)
Kp
t
Respons seperti di atas merupakan ciri proses pure capacitive yang dinamai pure
integrator, karena berkelakuan seolah pada sistem terdapat integrator diantara input
dan output.
Proses pure capacitive dapat menyebabkan persoalan serius dalam pengendalian
karena sistem tidak dapat menyeimbangkan prosesnya sendiri.
Dalam sistem tangki dengan pompa yang telah ditetapkan laju alirnya; perubahan laju
alir aliran masuk dapat menyebabkan tangki meluap atau kosong. Gejala seperti ini
dikenal sebagai non-self-regulation.
10.4 Respons Dinamik Sistem Orde pertama.
Fungsi transfer : G(s) =
Kp
y(s)
f (s) p s 1
(10.3)
Bagaimana respons sistem terhadap perubahan f(t) yang berupa unit step (f(t) = 1) ?
f(t) = 1
f (s)
1
s
75
Kp
y( s)
s ( p s 1)
Kp
K p p
(10.17)
ps 1
(10.18)
(10.19)
y (t )
AK p 1
0.8
0.6
0.4
0.2
t
0.2
0.4
0.6
0.8
y (t )
Bentuk plot koordinat tak berdimensi A.K vs dapat digunakan untuk menentukan
p
p
respons sistem orde pertama, tak tergantung pada harga A, Kp dan p.
Segi-segi penting yang merupakan ciri orde pertama yang dapat ditarik dari kurva
y (t )
t
vs
A.K p
p :
1. Proses orde pertama dengan log merupakan sistem self regulating, yaitu
sistem yang akan mencapai keadaan steady state baru bila ada perubahan input
atau gangguan.
2. Slope response pada t 0 sama dengan 1.
d ( y (t )) / A.K p
dt
t / p
t 0
t 0
Ini berarti jika laju perubahan awal y(t) akan dipertahankan, respons akan mencapai
harga akhirnya dalam periode yang sama dengan konstanta waktu p.
Kesimpulan :
Jika harga konstanta waktu p semakin kecil, slope respons awal sistem akan
makin tegak/curam.
Konstanta waktu p sistem merupakan ukuran waktu yang diperlukan proses
untuk penyesuaian pada steady state baru karena adanya perubahan pada
input.
76
3. Harga respons y(t) sebesar 63,2% harga akhirnya akan dicapai sepadan dengan
harga waktu konstanta Kp.
p
63.2
Waktu
y(t)
2p
86.5
3p
95
4p
98
A1 > A2
Tahanan R sama
p1 > p2
h
Respons dari tangki dengan
diameter lebih kecil pada
awalnya
berubah lebih
cepat,
tetapi
kemudian
kedua tangki mencapai
ketinggian steady state yang
sama.
Tangki 1, A1
Tangki 2, A2
2. Kasus II
77
A1 R2
A2
R1
p1 = A1.R1=A2.R2 = p2
karena A1 > A2, R2 > R1 sehingga Kp2 > Kp1
h
Untuk perubahan input
yang sama, static gain
proses yang lebih besar,
akan memberikan output
yang lebih besar.
Kp2 = R2
Kp1 = R1
t
10.5 Sistem orde 1 dengan konstanta waktu dan gain yang bervariasi.
Pers. differensial orde 1.
a1
dy
a o y b. f (t )
dt
Dalam bagian yang dibahas sebelumnya, koef. pers. a1, ao, b dianggap konstan ;
sehingga :
a1
b
K p berharga tetap
p dan
ao
a2
Dalam banyak proses nyata, ditemui konstanta waktu dan gain yang tidak konstan.
Contoh 10.5 Sistem tangki dengan p dan Kp yang bervariasi.
Jika laju alir keluar tangki dianggap sebagai :
Fo = h
A
: konstanta
dh
h Fi
dt
dh'
h' Fi
dt
2 hs
dh'
h' K p .Fi
dt
78
dimana p
Kp
= 2A.(hs/)
= 2 (hs/)
Terlihat harga p dan Kp tergantung pada harga hs, karena harga hs akan bervariasi
dengan input Fi, maka p dan Kp sistem bervariasi dengan waktu
BAB XI
Kelakuan Dinamik Sistem Orde Dua
79
Dalam proses kimiawi banyak ditemui sistem dengan orde reaksi yang lebih tinggi dari
satu (1). Perubahan output karena perubahan input, berlangsung dengan cara yang lebih
drastis mengikuti orde perubahan yang lebih besar dari 1.
Dalam bab ini akan dibahas :
i.
kondisi phisik sistem orde dua
ii.
karakteristik dinamik sistem orde dua
11.1 Apa sistem orde dua tersebut ?
Sistem disebut orde dua bila output dari sistem y(t) tersebut merupakan penyelesaian
persamaan differensial orde dua :
a2
d2y
d1y
a
a o . y b. f (t )
1
dt 2
dt 1
(11.1)
d2y
d1y
2
.
y Kp. f (t )
dt 2
dt 1
(11.2)
jika ao 0
2
dimana :
Kp
a2
a
b
;2. . 1 ; Kp
ao
ao
ao
y(s)
Kp
2 2
f (s) s 2. . .s 1
(11.3)
80
Perubahan input f(t) yang berupa fungsi step pada persamaan (11.2) memberi :
y(s)
Kp
s ( s 2. . .s 1)
2
(11.4)
Dua buah poles dari fungsi transfer pada pers. (11.3) ditentukan oleh persamaan
karakteristik :
2 s 2 2. . .s 1 = 1
yaitu :
P1 =
2 1
dan P2 =
2 1
Bentuk response y(t) akan tergantung pada letak (lokasi) poles P 1 dan P2 dalam
koordinat bilangan kompleks.
Dari harga P1 dan P2 dapat terjadi 3 kemungkinan yang berupa kasus berikut :
Kasus A : > 1
Kasus B : = 1
Kasus C : < 1
I.
Kasus A
: >1 dikenal sebagai Overdamped response
Untuk kasus ini inversi pers :
Kp / 2
y( s)
s ( s P1 )( s P2 )
(11.6)
t
t/
2
sinh 2 1.
y(t) = Kp. 1 e cosh 1. 2
catatan : sinh =
y (t ) cosh =
Kp
(11.7)
e e
2
e e
2 Y=1
Kasus B
Kp / 2
s ( s P1 )( s P2 )
menghasilkan :
t t/
y(t) = Kp. 1 1 e
Kasus C
Kp / 2
s ( s P1 )( s P2 )
menghasilkan :
y(t) = Kp.
dimana :
w=
1
1
.e t/ .sin(wt )
82
= tan-1
y(t)
Kp
Y=0.1
1.5
0.2
0.4
1.0
0.5
1.0
10
0
10
12
14
Tj
83
t = rise time
t = response time
A
exp
B
1 2
= (overshoot)2
3. Period of oscillation : T
= radian frequency =
1 2
= 2..f
f=
T=
1
T
2..
1 2
Kp
2 2
G(s) = ( s 1)
Sistem yang berosilasi secara kontinyu dengan amplitudo yang tetap dan
frekwensi natural n =
Akan sering ditemui bahwa tidak mungkin memenuhi kriteria di atas dengan harga
dan yang sama sehingga perlu ditetapkan harga dan sebagai harga kompromi yang
dapat diterima.
Bila massa atau energi mengalir melalui kapasitas tunggal akan diperoleh sistem orde
satu. Jika aliran massa atau energi melewati dua kapasitas yang dipasang seri, sistem
akan bnerkelakuan sebagai sistem orde dua.
Untuk sistem yang dipasang seri, dapat dibedakan dalam 2 kategori :
1. non-interacting capacities atau non-interacting first order systems in series.
2. interacting capacities atau interacting first order systems in series.
Fi
Fi
h1
h1
R1
Tangki 1
h2
R1
Tangki 1
F1
Tangki 2
F1
h2
R2
Tangki 2
F2
Non-interacting capacities,
Sistem yang tersusun dari dua non-interacting capacities dapat dijelaskan
dengan pers. differential dalam bentuk umum :
dy
p1 1 y1 Kp1 .f 1 (t)
(11.17a)
dt
dy
p 2 2 y 2 Kp 2 .f 2 (t)
(11.17b)
dt
Sistem 1 mempengaruhi sistem 2 melalui output.
Sistem 1 yang merupakan input pada sistem 2.
(s)
G1(s)
(s)
85
G2(s)
(s)
R2
F2
y 1 (s)
f 1 (s)
y 2 (s)
y1 (s)
K p1
p1s 1
K p2
p2 s 1
Go(s) =
=
Go(s) =
f 1 (s)
K p1
p1s 1
y 2 (s) y1 (s)
.
G 1 (s).G 2 (s)
y1 (s) f 1 (s)
K p2
p2s 1
Kp'
( ' ) s 2. '. '.s 1)
2
(11.18)
(11.19)
p1 = - dan p2 = -
p1
p2
Jika p1 = p2 akan diperoleh poles yang sama.
Kesimpulan :
Sistem yang tersusun dari dua non-interacting capacities selalu menghasilkan sistem
orde dua yang overdamped atau critical damped dan tidak pernah menghasilkan
sistem underdamped.
Lihat response sistem non-interacting karena adannya perubahan input sebagai unit
step pada pers. (11.7) untuk kasus overdamped dan pada pers. (11.8) untuk kasus
critically damped.
Bentuk persamaan yang sepadan dngan pers.(11.7) dapat diturunkan dari pers. (11.18) :
y 2 (s) f 1 ( s) .
K p1
p1s 1
diperoleh :
86
K p2
p2s 1
y(t) = Kp. 1
p2
1
t / p 1
t / p 2
p1 .e
p 2 .e
p1
dimana : Kp = Kp1.Kp2
Dari fungsi transfer keseluruhan untuk 2 capacities, fungsi transfer sistem noninteracting dengan n capacities :
Go(s) = G1(s). G2(s)............................. Gn(s)
=
K p1 .K p2 ...........................K pn
( p1s 1).( p2 s 1)..............( pn s 1)
Contoh 11.1
Dua tangki disusun dalam seri membentuk sistem non-interacting
Fungsi transfer untuk masing-masing tangki [lihat contoh 10.1]
K p1
h'1 (s)
G2(s) =
h'1 (s) p2 s 1
G1(s) =
Dimana :
h2 ' s
F1 ' s
K p1
p1s 1
K p2
p2s 1
Kp1 = R1
p1 = p1.R1
Kp2 = R2
p2 = p2.R2
h1, h2, F2, F1 dalam bentuk deviasi
karena :
F1 =
h1 '
R1
Go(s) =
h2 ' ( s )
F1 ' ( s )
K p1 .K p2
(11.22)
( p1s 1).( p2 s 1)
Dari pers. (11.22) terlihat hubungan antara input Fi(s) dengan output akhir (h2(t)
menghasilkan sistem orde dua overdamped.
Response sistem terhadap perubahan input yang berupa unit step [identik dengan
penurunan pers. 11.20]
h2(t) = Kp. 1
p2
1
t / p 1
t / p 2
p1 .e
p 2 .e
p1
h2 (t )
K p2
Sistem orde 1 (satu tangki)
Sistem dua tangki
Sistem empat tangki
87
t
Catatan :
1. Respons sistem kapasitas ganda yangoverdamped terhadap perubahan input
berupa step berbentuk s; yaitu pada awal respons berlangsung lambat, kemudian
cepat dan lambat kembali.
Ciri sistem kapasitas ganda memberi kelambatan pada awalnya yang lazim
disebut delay atau transfer lag.
2. Penambahan jumlah kapasitas yang dipasang seri menyebabkan delay pada
awal respons semakin terasa.
Interacting Capacities
Fi
h1
h2
R1
R2
F1
Neraca massa :
Tangki 1
Tangki 2
Anggap :
dh1
Fi F1
dt
dh
: A2 2 F1 F2
dt
h1 h2
F1 =
R1
h2
F2 =
R2
dh
A1.R1. 1 (h1 h2 ) R1 Fi
dt
R
dh2
R
(1 1 )h2 ! h1 0
A2.R2.
dt
R2
R2
: A1
(11.23a)
(11.23b)
(11.24a)
(11.24b)
88
F2
R
R
1 2 h2 , s 2 h1, s 0
R1
R1
(11.25a)
(11.25b)
Dalam bentuk penyimpangan dari keadaan steady state, pers. (11.24a) dan (11.24b)
menjadi :
dh'1
( h'1 h' 2 ) R1 F ' i
A1.R1.
(11.26a)
dt
R
dh' 2
R
(1 1 ) h' 2 ! h'1 0
A2.R2.
(11.26b)
dt
R2
R2
Dimana :
h1 = h1 h1,s
h2 = h2 h2,s
Fi = Fi Fi,s
Transformasi Laplace pers. (11.26a-b)
(A1.R1.S + 1) h1 (s)- h2 ' (s) = R1. Fi ' (s)
R
R
2 h1 ' ( s) A2 R2 s 1 2 h2 ' ( s ) 0
R1
R1
dimana :
p1 = A1.R1
p2 = A2.R2
dengan cramers-rule : h1 (s) dan h2 ' (s) dapat ditentukan :
h 1 ' (s)
h 2 ' (s)
( p2 .R 1 )s (R 1 R 2 )
Fi ' ( s )
(11.27a)
R2
Fi ' ( s )
p1 p2 s ( p1 p 2 A 1R 2 )s 1
(11.27b)
p1 p2 s 2 ( p1 p 2 A 1 R 2 )s 1
dimana :
p1 = Ai.Ri
p2 = A2.R2
Catatan :
1. Dari pers. (11.27b) poles :
2.
p1,2 =
( p1 p2 A 1 R 2 ) ( p1 p2 A 1 R 2 ) 2 4 p1 p2
2 p1 p2
(11.28)
R 2 / p1 p2
(s p1 )(s p 2 )
(1 2 )R 2 / p1 p2
(11.29)
(1s 1)( 2 s 1)
1 p1 (2 A1 R 2 ) A 1 R 2 4 1 R
1
2 p 2 (2 A R ) A 2 R 2 4 R
1 2
1
2
1
p1 = ; p2 = 2
Dari pers.(11.27b)
h 2 ' (s)
R2
R2
Fi ' (s)
(0.44. .s 1)(4.56) 1)
2 s 5. .s 1
2 2
(11.30)
Bla ada perubahan input berupa fungsi step Fi ' ( s ) , dan inversi :
s
t/4.56
t/0.44
h 2 ' (t) R 2 1 1.11e
0.11e
t/4.56
0.11e t/0.44
F2(t) = 1 1.11e
90
F2 ' (s)
( p1s 1)( p2 s 1) (s 1)(2s 1)
konstanta waktu
rasio konst. waktu
Non-interacting
dan 2
= 0.5
Interacting
0.44 dan 4.56
0.44/4.56= 0.1
dV
dt
d dl
dt dt
d 2l
=m.
dt 2
dimana :
V = kecepatan linier perpindahan sistem
l = jarak perpindahan sistem.
d 2l
Bentuk kuadrat
memberi kelakuan orde dua sistem.
dt 2
91
Contoh 11.4 : proses orde pertama yang berkelakuan dinamik orde dua karena ada
sistem pengendali.
P.I.C ; Proportional Integral
Controller
Fi
h
P.I.C
dh
Fi Fo
dt
(11.33)
dh'
F 'i F 'o
dt
Dimana
Fo
(11.34)
(11.35)
: h = h - hs
Fi = Fi Fi,s
Fo = Fo Fo,s
Deviasi h digunakan oleh pengendali menambah atau mengurangi laju alir keluar
sesuai dengan hubungan :
Kc
Fo = Fo,s + Kch +
I
h' dt F '
(11.36)
h' dt F '
(11.37)
Kc 1 t
.
h ' dt Fi ' (s)
I s 0
A. I 2
.s
s I .s 1 h' (s) I F i ' (s)
Kc
Kc
(11.38)
K p .s
h ' (s)
2 2
F i ' (s) .s 2. . .s 1
dimana : 2 =
A. I
Kc
2. = I
Kp = I/Kc
=
=
A. I
Kc
1 Kc. I
.
2
A
y<1
y>1
y =1
93
Dari contoh di atas terlihat kelakuan dinamik tangki orde pertama dapat
berubah menjadi orde dua, bila pengendali PI dilibatkan.
Parameter pengendali Kc dan I memberi harga terhadap kelakuan
dinamik sistem, respons dapat berubah dari underdamped
over
damped.
BAB 12
Kelakuan Dinamik Sistem Dengan Orde Lebih Tinggi.
Sistem dengan orde lebih tinggi yang sering ditemui :
1. N buah proses orde pertama dalam seri.
2. Proses dengan dead time
3. Proses dengan respons terbalik
N kapasitas dalam seri.
Non-interacting :
94
Go(s)=
G1(s).G2(s)....GN(s)=
K 1 .K 2 .............K N
( 1s 1)( 2 s 1)................( N s 1)
(11.31)
Interacting :
Fungsi transfer sistem orde tinggi dengan interaksi menghasilkan hubungan
yang kompleks.
f(t)
L[f(t)]
Kp
ps 1
y(t)
L[y(t)]
Dead Time
e td .s
suatu
periode
y(t-td)
L[y(t-td)]
L[y(t)]
y(s)
Kp
L[f(t)]
ps 1
f (s)
L[y(t - t d )]
e t d .s
L[y(t)]
t .s
L[y(t - t d )] K p .e d
L[y(t)]
ps 1
95
Kelakuan sistem demikian dikenal : inverse response, atau non minimum phase
response.
Contoh :12.3 Respons berbalik ketinggian cairan dalam reboiler.
Steam
F2, P
P : Pengendali
P
T
K2
s
input
f (s )
y(t)
Umpan
K1
1s 1
output
- y (s )
(2)
(1)
Dari repons sistem terlihat, bila umpan air dingin bertambah dengan fungsi step, volume
total cairan (dan juga ketinggian cairan) dalam gejala seperti iut disebabkan oleh
peristiwa :
1. Umpan air dingin menyebabkan temperatur turun sehingga mengurangi volume
uap, yang akan menurunkan arus cairan mengikuti orde 1, -K1/(1.s+1)
2. Dengan pemasukan panas yang konstan, arus cairan akan bertambah secara
integral (pure capacity) menurut K2/s.
3. Hasil total :
K2
K1
(K 2 1 K 1 )s K 2
s
1s 1
s(1s 1)
K1
bila K21 < K1, bentuk s 1 akan mendominasi respons pada awalnya.
1
96
BAGIAN IV.
ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM PENGENDALIAN
DENGAN UMPAN BALIK
BAB 13
Mengenal Pengendalian dengan Umpan balik
13.1 Konsep Pengendalian dengan Umpan Balik
97
Proses
y
d
ysp
Pengendali
Proses
Alat ukur
ym
y
d
m
ym
ysp
E
Elemen
Pengendali
Akhir
: output
: gangguan (disturbance, load, process load)
: variable yang dimanipulasi
: harga pengukuran
: harga yang ditetapkan (sp = set point)
= ysp ym ; penyimpangan
Gangguan d berubah secara bebas dengan kelakuan yang tak bisa diduga.
Pengendali bertujuan mempertahankan harga output y pada batas yang diinginkan.
Tahapan pengendalian dengan umpan balik.
1. Mengukur harga output
ym.
2. Membandingkan harga yang diukur ym, dengan harga yang diinginkan (set point)
ysp,
E = ysp - ym
3. Harga penyimpangan E diumpankan ke pengendali utama. Pengendali kemudian
merubah harga m sedemikian rupa sehingga penyimpangan E dikurangi, yang
dilaksanakan dengan elemen pengendali akhir.
Gambar tahapan pengendalian.
Lingkar terbuka
Lingkar tertutup
98
Controller
C(t)
P Controller
Output berbanding langsung dengan penyimpangan E(t)
C(t) = Kc.E(t) + Cs
(13.1)
Kc
: Proportional gain pengendali
Cs
: sinyal bila E = 0
PB memberi ciri perubahan penyimpangan E(t) untuk menggerakkan sinyal
penggerak pengendali.
Biasanya : 1 PB 500
Harga Kc yang lebih besar, atau PB yang lebih kecil; sensitivitas sinyal penggerak
pengendali karena penyimpangan E akan lebih besar.
Definisikan : C(t) = C(t) Cs
C(t) = Kc. E(t) + Cs
C(t) = C(t) Cs = Kc. E(t)
C ' (t )
Kc
E (t )
(13.2)
99
(13.3)
PI Controller
Kc
C(t) = Kc.E(t) +
I
E (t ).dt C
(13.4)
I
: Integral time constan = reset time
Harga I yang umum : 0.1 I 50 menit.
I merupakan parameter yang dapat diatur dan dikenal juga sebagai
minutes per repeat.
1/I : reset rate.
Jika ada perubahan E menurut step; pada awalnya output pengendali = K c.E; (dimana
kontribusi bentuk integral sama dengan nol).
Setelah perioda I menit, kontribusi bentuk integral :
Kc I
Kc
E (t ).dt .E. I K c .E
I 0
I
Dengan kata lain, setelah perioda waktu I, respons pengendali integral akan
mengulangi (repeated) tindakan sebesar respons pengendali proportional.
Pengulangan besar respons akan berlangsung setiap I menit.
Selama terdapat harga E tindakan pengendali integral akan terus berlangsung
mengalami perubahan. Dengan demikian PI controllers dapat menghilangkan hingga E
yang paling kecil.
Fungsi transfer PI-C.
C (t ) C K c .E (t )
C ' (t ) K c .E (t )
Kc
I
E (t )dt
0
Kc
.E ( s )
Is
E c ( s ) K c 1
I s
PID Controller
[dikenal sebagai: Proportional-plus-reset-plus-rate]
C(t) = Kc.E(t) +
Kc
I
E (t )dt K
. D .
dt
Cs
dt
(13.6)
Kc
.E ( s ) K c . D .s.E ( s )
Is
K
C ' ( s)
Kc c K c . D .s
E (s)
Is
1
Gc ( s ) K c . 1
D .s
Is
(13.7)
d/p = 0.25
Pi ( s) p s 1
Po
: tekanan fluida pada outlet
Pi
: tekanan fluida pada inlet
d
cairan
101
cairan
udara
p
K
f(x)
BAB XIV
KELAKUAN DINAMIK PROSES-PROSES DENGAN PENGENDALIAN
UMPAN BALIK
(Dynamic Behaviour of Feedback-Controlled Processes)
Di bab ini akan dibahas kelakuan dinamis proses yang dikendalikan oleh sistem kendali
umpan balik, bila terjadi perubahan harga dari
a. gangguan [ load, disturbance]; d
b. set-point [titik acuan], ysp.
14.1 Block-diagram dan respons rangkaian tertutup
Tinjau sistem pengendalian dengan umpan balik yang bentuk umum dari blockdiagramnya secara kualitatif ditunjukkan di gambar.
102
d
+
ysp
Pengendali
Elemen
Pengendali
Akhir
Proses
Alat ukur
ym
Gambar 1
Sistem tersebut punya 4 komponen utama : proses, alat ukur, pengendali, dan elemen
pengendali akhir
Bila dinamika dari saluran transmisi diabaikan, maka fungsi transfer dari
sistem tersebut hanya mencakup keempat komponen utama tersebut.
Berikut ini diberikan hubungan input-output dari masing-masing komponen :
Proses :
y ( s ) G p ( s )m( s ) G d ( s ) ( s )
(1)
Alat ukur :
y m ( s ) E m ( s ). y ( s )
(2)
Mekanisme pengendalian :
a. comparator :
E ( s ) y sp ( s ) y m ( s )
(3)
b. tindakan pengendalian :
C ( s ) Gc ( s ).E ( s )
(4)
(5)
Gp, Gd, Gm, Gc, dan Gf adalah fungsi transfer antara input dan output yang terkait dengan
tiap komponen dalam rangkaian sistem.
Pers. (1) sampai (5) satu sama lain saling terkait, dan secara keseluruhan merupakan
rumusan model dinamik sistem yang diekspresikan dalam variable s.
Hubungan keterkaitan antara kelima persamaan tersebut secara visual dapat ditunjukkan
dalam bentuk block-diagram kuantitatif sistem.
Gambar (2) memberikan bentuk umumblock-diagram sistem pengendalian dengan
feedback yang secara explicit menunjukkan bagaimana informasi yang mengalir
diantara komponen-komponen saling mempengaruhi.
(s)
Gd(s)
E(s)
ysp(s)
+
Gc(s)
C(s)
Gf(s)
m(s)
Gp(s)
+
Z
103
ym(s)
Gm(s)
y(s)
Gambar 2
Block-diagram yang ditunjukkan gambar 1 dan gambar 2 adalah sepadan, tetapi Gb. 2
secara lebih explicit mendefinisikan hubungan antara besaran-besaran sistem.
Lintasan informasi dari komparator ke variable yang dikendalikan ( y (s ) ) disebut
lintasan umpan maju (feed forward path); mengalir dari komparator melalui G c, Gf dan
Gp.
Lintasan dari y s ke komparator melalui Gm disebut lintasan umpan balik (feed back
path)
Hubungan antara variable-variabel yang mengalir dari E (s ) ke Z, sebagaimana dapat
diamati dari block diagram Gb. 2 adalah :
Z G p ( s ).m( s )
m( s ) G f ( s ).C ( s )
C ( s ) Gc ( s ).E ( s )
ysp(s)
+
G(s)
ym(s)
Gm(s)
Gambar 3
y(s)
y ( s ) G p ( s )m( s ) G d ( s ) ( s )
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
y m ( s ) E m ( s ). y ( s )
E ( s ) y sp ( s ) y m ( s )
C ( s ) Gc ( s ).E ( s )
m( s ) G f ( s ).C ( s )
(6)
y ( s ) G p ( s ) G f ( s ).Gc ( s ) y sp ( s ) G m ( s ). y ( s ) G d ( s ) ( s )
atau :
y(s)
G p ( s ).G f ( s ).Gc ( s )
1 G p ( s ).G f ( s ).Gc ( s ).G m ( s )
y sp ( s )
Gd ( s)
(s)
1 G p ( s ).G f ( s ).Gc ( s ).G m ( s )
(7)
Persamaan (7) menunjukkan bagaimana y sp (s ) dan (s ) mempengaruhi y (s ) ,
dirumuskan dalam variable s.
Suku pertama menyatakan bentuk dan kontribusi y sp (s ) terhadap y (s ) , sedangkan
suku kedua menyatakan bentuk dan kontribusi pengaruh (s ) .
a.
y (s ) dan
G
G sp
1 G.Gm
(8)
Gd
Gd
Gload
1 G p .G f .Gc Gm 1 G.G m
(9)
ysp
105
Gsp(s)
+
+
y(s)
Gambar 4.
Perlu dicatat bahwa block diagram yang ditunjukkan di gambar 2, gambar 3, gambar 4
adalah sepadan!
Informasi yang paling rinci diberikan digambar 2, sedangkan gambar 4 paling
teragregasi.
Memperhatikan pers. (8) dan (9) dapat dilihat bahwa Gsp dan Gload tak hanya tergantung
pada dinamika proses yang dikendalikan saja, tetapi juga tergantung pada kelakuan
dinamik sensor (alat ukur), pengendali, dan elemen kendali akhir.
Persoalan servo dan persoalan regulator,
(servo problem dan regulator problem)
a. servo problem
Gangguan tak berubah [i.e. ( s ) 0 ] sedangkan harga set-point mengalami
perubahan.
Pengendali umpan balik akan bertindak sedemikian rupa hingga y dijaga sedekat
mungkin dengan ysp.
Dalam servo problem, berlaku.
y s G sp ( s ). y sp ( s )
(11)
yang diperoleh dari pers. (7) atau (10), bila ( s ) 0
b. regulator problem
y sp (s ) = 0 sedangkan (s) berubah dengan waktu.
Hubungan yang berlaku dalam regulator problem :
y s Glaod ( s ). ( s )
(12)
Pengendali umpan balik berusaha melawan gangguan [ (s ) ], sehingga y
terjaga disekitar y sp .
Contoh 14.1
Respons lingkar tertutup sistem pengendalian dengan umpan balik pada pengendalian
arus cairan ditangki :
Fi
hsp
Luas
pendampang
=A
DPC
hm
+
-
106
Gambar 5
Gc(s)
Fo
(13)
b. Sensor
Andaikan sensor arus pengukuran yang digunakan adalah suatu differential
pressure transducer.
Sebagaimana telah dikemukakan di bab 13, persamaan dinamik sensor tersebut
dapat dirumuskan sebagai berikut :
d 2z
dz
2 2 2. .
z Kp.
dt
dt
Untuk cairan dengan arus h
= .h
( suatu konstanta).
d 2z
dz
2 2 2. .
z Kp. .h
(14)
dt
dt
z hm, harga arus sebagaimana terbaca dan ditunjukka oleh sensor.
Dengan mengganti z oleh hm, dan kemudian melakukan transformasi Laplace
terhadap per. (14) didapat fungsi transfer dari sensor :
h m ( s)
Kp.
h( s )
s 2. . .s 1
2
(15)
c. Controller
Bila set-point = hsp, maka dalam domain s dipunyai hubungan :
E ( s ) h sp ( s ) h m ( s )
(16)
Kalau pengendalian menggunakan PI Controller maka fungsi transfer controller
adalah :
1
C ( s ) Kc 1
E (s)
I s
(17)
107
Fi(s)
hcp(s)
G(s)
1 C(s) G K v FQ(s) G 1
Gc K c . 1
p
f
As
s
V
I
1
As
+
h(s)
Gambar 6
hm(s)
Gm
K p .
2 s 2 2. . .s 1
Gd
.F i ( s )
1 Gc .G f .G p .G m
h( s )
(19)
Thermocouple
Controller
Steam Tst
108
Set-point
1/
K
T i ( s)
T st ( s )
s a
s a
T (s)
(20)
E (s) T s p ( s) T m (s)
kalau digunakan P Control
C ( s ) K c .E ( s )
(22)
d. Control valve
Seperti contoh terdahulu, dianggap control valve mempunyai kelakuan dinamik
sebagai sistem orde satu. Maka fungsi transfernya dapat diuliskan sebagai
Kv
T st ( s)
berikut :
(23)
C ( s)
v s 1
Dengan diperolehnya fungsi transfer dari semua komponen sistem, maka dapat
disusun block diagramnya, dan dirumuskan fungsi transfer dari rangkaian
lingkar tertutup sistem pengendalian terhadap tangki pemanas.
Gambar 8 menunjukkan block-diagram sistem, dan fungsi transfer sistem
T c (s )
secara keseluruhan diberikan sebagai persamaan (24)
1/
sa
T sp (s ) +
-
E (s ) K
c
K p T st (s )
ps 1
K
sa
109m
K
Gambar 8
T (s )
(24)
dimana :
Kv
K
.
K
c
s 2
v s 1
G sp ( s)
Kv
K
1
.K c
Km
s 2
v s 1
1/
s 2 .
G sp ( s )
Kv
K
1
.
K
c
Km
s 2
v s 1
Catatan :
Bila diperhatikan dengan seksama, penyusunan fungsi transfer rangkaian sistem kendali
umpan balik dalam lingkar tertutup mempunyai pola umum yang sama, sehingga dapat
dirumuskan aturan berikut :
1. Denominator dari fungsi transfer rangkaian sistem secara keseluruhan, baik
untuk perubahan beban maupun perubahan set point, adalah sama yaitu :
1 .G i (s)
(*)
Catatan :
i 1
a 1 x a 2 x ....... x a N .
1 G p .G m .G c .G f
110
y sp
+
Gd
+
Gc
Gf
Gp
Gm
ym
Gambar 9
Contoh :
Untuk rangkaian sistem kendali berikut, tentukan fungsi transfer yang menunjukkan
hubungan antara y dengan y sp , y dengan 1 , dan y m dengan d 2
+ 1
y sp +
Gc
G1
H2
H1
ym
G2
Jawab :
111
+2
Gp
a.
dengan
b.
dengan 1 :
c.
ym
y sp
G c .G1 .G 2 .G p
y
1 G c .G1 .G 2 .G p H 1 .H 2
y sp
G 2 .G p
y
1 1 Gc .G1 .G 2 .G p H 1 .H 2
H 1 .H 2 .G p
ym
:
1 Gc .G1 .G 2 .G p H 1 .H 2
2
dengan 2
Di bagian ini dan empat bagian selanjutnya ( 14.3 sampai 14.5) akan dibahas
efek dari penerapan berbagai moda pengendalian terhadap kelakuan proses.
Akan dibahas dibandingkan kelakuan proses yang dikendalikan dan tak
dikendalikan.
Di bagian ini akan ditelaah efek penerapan proportional control terhadap
sistem-sistem linier order sat dan order dua, sebagai contoh kasus.
Block diagram sistem yang ditelaah :
Gambar 1
y sp + e
Kc
Gf = 1
Gd
+
Gp
ym
Gm = 1
+
Proses
y(0) = m(0) = 0
Kp
Kd
(s)
ps 1
m( s )
G p (s)
Kp
ps 1
112
Gd ( s)
Kd
ps 1
dengan parameter :
time constant : p
static gain
: a. untuk manipulasi : Kp
b. untuk gangguan : Kd
Bila sistem dikendalikan dengan pengendalian umpan balik menggunakan proportional
control, maka dipunyai closed loop response
y(s)
K p .K c
p s 1 K p .K c
y sp ( s )
Kd
(s)
p s 1 K p .K c
dimana :
Kp'
p 's 1
y sp ( s )
Kd '
( s)
p 's 1
p
1 K p .K c
K p .K c
K p '
1 K p .K c
p '
Kd '
(1)
Kd
1 K p .K c
Dengan membandingkan persamaan tentang response sistem tanpa kendali dan sistem
dengan kendali, dapat disimpulkan :
1. Dengan pemasangan sistem pengendalian, tetap diperoleh respons order satu
terhadap perubahan set point maupun gangguan.
2. Bila sistem dikendalikan dengan proportional control, tetapan waktu harganya
menjadi lebih kecil disbanding bila sistem tak dikendalikan.
p
p '
< p
1 K p .K c
Berarti : close-loop response (dengan pengendalian) lebih cepat dari openloop rsponse (tanpa pengendalian).
3. Static gain sistem yang dikendalikan lebih kecil dari sistem yang tak
dikendalikan.
K p '
Kd '
K p .K c
1 K p .K c
< Kp
Kd
< Kd
1 K p .K c
Untuk memahami dengan lebih baik efek pengendalian proporsional tersebut akan
ditelaah dua kasus, masing-masing menggunakan step-input :
a. set point diubah mengikuti suatu step function (servo problem).
b. Disturbance (gangguan) terjadi dengan pola perubahan yang mengikuti bentuk
step function (regulator problem).
113
y sp ( s )
Kp'
Kd '
1
.
.0
p 's 1 s p 's 1
Kp'
1
p ' s 1 s
.
(2)
Pers. (2) merupakan bentuk response sistem terhadap perubahan set point yang berupa
step function, dalam variable s.
Bentuk response dalam domain waktu diperoleh dengan menginversi persamaan (2) :
y(t) = Kp.(1-e-t/p)
(3)
Gambar 2 menunjukkan grafik fungsi yang diberikan di persamaan (3)
ysp(t)
offset
1.0
K p '
1
1 K p .K c
K p .K c
1 K p .K c
y(t).[pers.3]
Gambar 2
Dari persamaan (3) maupun gambar 2 dapat dilihat bahwa response sistem tidak menuju
ke harga set point, tetapi secara asimtotis menuju ke harga Kp.
Jadi y (t ) t tak dapat mencapai harga set point yang baru, tetapi,
y (t ) t lim K p '. 1 e
t / p '
y (t ) t Kp
Selisih antara harga yang diinginkan (set point) dan harga yang dapat dicapai disebut
offset.
Untuk kasus pengendalian yang dikaji ini :
Offset = (set point baru) harga akhir dari response)
114
Offset = 1 Kp = 1
K p .K c
1 K p .K c
1
1 K p .K c
Salah satu cirri laku proportional control adalah adanya gejala offset.
Offset ini merupakan fungsi parameter sistem kendali K c. Makin besar Kc makin kecil
offset.
K c offset 0
Catatan :
Definisi umum dari offset :
Offset = (set point) (ultimate value dari controlled variable)
Regulator problem
( s)
1
s
y sp 0
y(s)
Kp'
p 's 1
.0
Kd ' 1
.
p 's 1 s
Kd ' 1
.
p 's 1 s
Bentuk response sistem terhadap perubahan disturbance yang berupa step function
dalam variable s.
Dalam domain waktu :
y(t) = Kd.(1-e-t/p)
(4)
offset = 0 Kd = - Kd = -
Kd
1 K p .K c
(5)
Gambar 3 menunjukkan grafik dari pers. (4) dan dapat dilihat juga besarnya offset.
y
(t)
Tanpa pengendalian
Kc = 0
Dengan pengendalian
offset
ysp
Gambar 3
115
Memperhatikan pers. (5) tentang offset, besarnya offset juga dipengaruhi oleh Kc.
K c offset 0
Beberapa catatan :
1. Walaupun offset dapat dibuat sekecil-kecilnya bila Kc dibuat sebesar mungkin,
akan tetapi untuk pengendalina secara proportional hal itu tak boleh
dilakukan. Harga Kc yang membesar akan mengarahkan sistem ke keadaan tak
stabil. Uraian tentang kestabilan sistem ini akan diberikan kemudian.
2. Dalam contoh yang dibahas harga Gm dan Gf ditetapkan = 1.
Bila Gm = Km dab Gf = Kf, maka offset menjadi :
a. Untuk servo problem
Offset = 1
K p .K c .K f
1 K p .K c .K f .K m
.K d
1 K p .K c .K f .K m
Fd
Luas permukaan
penampang
horizontal tangki =
A
h
Gc
Fo = konstan
116
h' ( s )
1
1
F i ' (s)
F d ' (s)
As
As
(4)
1
As
(5)
Fd'
Gd
h sp
E G K
c
c
1
G f 1F i G p
As
Gm 1
117
1
As
+
h'
Mengikuti cara yang telah dibahas terdahulu, model dinamik sistem dengan blockdiagram terdahulu, dalam variable s adalah sebagai berikut :
1/ Kc
1
h' ( s )
h sp ' ( s)
F d ' (s)
A
A
(6)
s 1
s 1
Kc
Kc
Bila h sp ' ( s ) berubah mendadak mengikuti bentuk unit step function; h sp '
1
dan
s
s 1
Kc
Pada umumnya, pengendalian arus cairan tidak dimaksudkan untuk menjaga agar arus
cairan harganya selalu tepat sama dengan hsp, tetapi hanya diinginkan agar arus tersebut
berfluktuasi dengan batas-batas tertentu disekitar hsp.
Dengan memilih harga Kc yang sesuai, selang harga arus cairan yang dikehendaki dapat
dicapai.
Oleh karena itu pada umumnya dapat disimpulkan :
Pengendalian arus permukaan dapat dilaksanakan
secara efektif menggunakan proportional control
Sistem order dua (persoalan servo)
Fungsi transfer proses order dua mempunyai bentuk :
G p (s)
y (s)
KP
2 2
2. . .s 1
m( s )
(7)
( s) 0
y sp (s ) E (s )K
+
y m (s )
Gf 1
G p (s )
Gm 1
118
y (s )
y(s)
'
y sp ( s )
(8)
dimana: ' 1 K .K
p
c
(9a)
'
(9b)
1 K p .K c
Kp '
K p .K c
(9c)
1 K p .K c
Hasil yang dipeoleh di atas menunjukkan bahwa response lingkar tertutup (closed loop
response) suatu sistem order dua mempunyai cirri laku sebagai berikut :
a. Tetap berbentuk/berkelakuan sebagai sistem order dua.
b. static gain sistem lebih kecil dari static gain proses bila tak dikendalikan.
[ ( y (t )) t dengan kendali < ( y (t )) t tanpa kendali]
c. natural period dan damping factor sistem yang dikendalikan lebih kecil
disbanding dengan harga kedua parameter itu untuk proses tanpa sistem
pengendalian.
Bila terhadap sistem pengendalian tersebut dilakukan perubahan set point berupa unit
step function, dan ( s ) 0 , maka response sistem dinyatakan oleh :
y(s)
'
1
.
2
2
( ' ) s 2. '. '.s 1 s
(10)
( y (t )) t lim s. y ( s ) K p '
t
K p .K c
1 K p .K c
= 1
offset
K p .K c
1 K p .K c
0 bila Kc !
1
1 K p .K c
Beberapa catatan :
1. Tergantung dari besarnya harga , maka damping coefficient sistem yang
' 1
dikendalikan dapat lebih besar, sama, atau lebih kecil dari satu
119
Kc1
t
Ingat kembali :
T
A
C
B
tr
/
a. Overshoot
: A/B =
b. Decay ratio
: C/A = e 2 / 1
= (overshoot)2
120
c. Period of oscillation : T
d. Rise time
2..
1 2
overshoot
Decay ratio
1.0
( s) 0 Gd
y sp (s )
E (s )G
-
y m (s )
G p m(s )
Gf
y (s )
Gm
121
y (s ) dengan y sp (s )
y( s)
G p .G f .Gc
1 G p .G f .Gc .G m
. y sp ( s )
Kp
(1)
(2)
(3)
ps 1
1
Is
(4)
Substitusikan pers. (2), (3), dan (4) ke persamaan (1); maka didapat :
Kp
p s !
y(s)
Kp
1
p s !
Kc.
1
I s
1
Kc.
I s
y sp ( s )
atau :
y(s)
dimana
(5)
Ip
1
y sp ( s )
s 2. . .s 1
2
(6)
K p .K c
1
2
I
p K p .K c
(7)
Bila dilakukan perubahan set point dengan bentuk perubahan unit step function,
maka respons sistem :
y(s)
1
1
.
s 2. . .s 1 s
2
(8)
( y (t )) t lim s. y ( s ) 1
t
dan offset = 1 1 = 0.
Memperhatikan hasil-hasil yang diperoleh terdahulu, dan mengingat hasil analisis
terhadap sistem order dua tanpa pengendalian, serta sistem order dua yang dikendalikan
dengan proportional control, dapat dikemukakan hal-hal berikut :
(a) integral control membuat order sistem menjadi lebih tinggi
[pers. (5) vs pers. (3)]
(b) karena dengan intergral control order sistem menjadi lebih tinggi, dan karena
sistem dengan order lebih tinggi memberi response yang lebih lamban
(sluggish), maka pengendalian integral saja terhadap sesuatu proses akan
menghasilkan sistem yang lebih lamban responsenya disbanding bila
prosesnya tak dikendalikan.
122
(c) Suatu ciri penting dari integral control adalah terjadinya peniadaaan offset.
Soal : Lakukan pengujian untuk menunjukkan bahwa untuk regulator problem, suatu
sistem pengendalian dengan umpan balik yang menggunakan integral control
akan menghasilkan pola laku yang sama dengan yang diperoleh untuk servo
problem.
Beberapa catatan :
1. Persamaan (7) menunjukkan bahwa bentuk dari response lingkar tertutup akan
tergantung dari harga I dan Kc ; kombinasi harga I dan Kc tersebut akan
menentukan apakah response sistem overdamped, critically damped, atau
underdamped. Penyetelan (tuning) harga I dan Kc merupakan hal penting
untuk integral controller. [akan dibahas di bab 16 dan bab 18].
2. Persamaan (7) juga menunjukkan bahwa, pada harga I konstan, bila harga Kc
dibesarkan, maka mengecil dengan akibat :
Response akan berubah dari bentuk lamban dan kelewat teredam
(overdamped) menjadi lebih lebih cepat, tetapi underdamped dan
berosilasi.
Selain itu, overshoot dan decay ratio juga menjadi lebih besar.
Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa kecepatan response diperbaiki
dengan memperbesar Kc, tetapi diimbangi dengan deviasi yang lebih tinggi dan
osilasi yang lebih lama.
Gambar berikut dapat memperjelas uraian di atas.
y(t)
Kc1
Kc2
Kc3
t
y(t)
I1
3. Dengan menurunkan harga I, seperti terlihat dari persamaan (7), akan diperoleh
I2
efek yang sama dengan yang didapat
dengan memperbesar Kc.
Gambar berikut memperjelas hal ini.
I3
I1 < I2 < I3
123
t
1
Gc Kc 1
I s
124
Bab XVI
Perancangan Pengendali Dengan Umpan Balik
Dalam bab ini akan dibahas permasalahan perancangan pengendali yang berkaitan
dengan pertanyaan :
(1) Bagaimana memilih tipe pengendali dengan umpan balik (P, PI, PID)
(2) Bagaimana mengatur parameter pengendali yang dipilih (Kc, I, D) untuk
memperoleh respons optimum dalam proses yang dikendalikan.
16.1 Garis besar persoalan perancangan
Pertanyaan 1.
Tipe pengendali dengan umpan balik yang mana yang akan digunakan untuk
mengendalikan suatu proses tertentu?
Misal dipilih PI.
y(t)
Kc1
Kc2
Kc3
t
Terlihat respons sistem tergantung pada Kc, I; diperlukan penetapan parameter Kc, I.
Pertanyaan 2.
Bagaimana memilih harga yang tepat untuk parameter yang dapat diatur suatu
pengendali dengan umpan balik?
Dikenal sebagai persoalan controller tuning. Diperlukan pengukuran kuantitatif
untuk :
125
Pertanyaan 3.
Kriterian kinerja apa yang harus diterapkan untuk pemilihan dan penyetelan (tuning)
pengendali?
Kriteria kinerja yang dapat digunakan :
- mempertahankan penyimpangan maximum sekecil mungkin.
- Mencapai waktu yang diperlukan sampai respons tenang kembali yang pendek.
- Meminimumkan integral kesalahan sampai proses kembali pada keadaannya
yang diinginkan.
Kriteria kinerja yang berbeda akan mengarah pada perancangan pengendali yang
berbeda.
16.2 Kriteria kinerja sederhana.
Misal y(t)
A
level yang diinginkan
B
Setting time
Decay ratio
Frequency of oscillation of the transient.
2. .
C
1
exp
2
A
4
1
y (t )
Kp
t
Contoh 16.1
Penyetelan pengendali dengan kriteria decay ratio =
servo problem dengan PI-C.
Gm = Gf = 1
s 1
y(s) 2 2 I
y sp ( s )
s 2. . .s 1
I p
I
1
.
(1 K p .K c )
K p .K c
2 p .K p .K c
2. .
Decay ratio =
2
4
1
ISE =
(t ) dt
IAE =
E (t ) dt
127
ITAE =
t. E (t ) dt
0
Dimana :
ISE ISE
0
I
Bila penyetelan parameter dilakukan dengan kriteria ISE, IAE, atau ITAE perlu
diperhatikan :
1. Kriteria yang berbeda akan mengarah keperancangan pengendali yang berbeda.
2. Untuk kriteria yang sama, perubahan input yang berbeda mengarah pada
perancangan yang berbeda.
Output
ITAE
IAE
ISE
Time
16.4 Pemilihan tipe pengendali dengan umpan balik
Tahapan untuk memilih yang dapat ditempuh :
1. Definisikan kriteria kinerja yang sesuai (ISE, IAE, ITAE).
2. Hitung harga kriteria kinerja menggunakan pengendali P, PI, atau PID yang tepat
untuk parameter Kc, I, D.
3. Pilih pengendali (controller) yang dapat memberi harga yang tepat untuk kriteria
kinerja yang dipilih.
Kelemahan prosedur di atas :
1. membosankan
2. mengandalkan model yang mungkin tidak dikenal dengan benar.
3. melibatkan kemenduaan (ambiguitas) tertentu; kriteria yang mana yang paling
tepat dan perubahan input mana yang harus diperhatikan.
128
Untuk menghindari persoalan di atas, pemilihan pengendali yang tepat dimulai dengan
dasar pertimbangan kualitatif kelakuan perangkat pengendali.
1. Proportional Control
o mempercepat respons pengendali
o menghasilkan offset untuk semua proses, kecuali proses yang memiliki
bentuk 1/s pada fungsi transfernya.
2. Integral Control
o menghilangkan setiap offset
o penghilangan offset biasanya disertai penyimpangan maximum yang
lebih tinggi.
o menghasilkan kelambanan dan respons oasilasi yang panjang.
o iika gain Kc ditambah untuk menghasilkan respons yang lebih cepat,
sistem lebih berosilasi dan mungkin mengarah ke tak stabil.
3. Derivative Control
o mengantisipasi penyimpangan berikutnya dan memperkenalkan tindakan
yang tepat.
o menambah efek penstabilan pada respons lingkar tertutup proses.
Dari pilihan di atas, PID yang paling baik, karena dimungkinkan flexibilitas yang paling
tinggi untuk mencapai respons terkendali yang diinginkan, karena ada (3) tiga parameter
yang dapat diatur.
Dipihak lain timbul permasalahan penyetelan yang lebih kompleks karena harus
mengatur 3 parameter.
Untuk keseimbangan antara kalitas yang diinginkan dan kesukaran penyetelan dalam
tahapan pemilihan pengendali yang sesuai dapat digunakan aturan berikut :
1. Jika memungkinkan, gunakan pengendali sederhana proportional, P.
Pengendali P dapat dengan baik digunakan untuk :
a. Offset yang memadai dicapai dengan harga Kc yang sedang.
b. Proses memiliki bentuk 1/s pada fungsi transfernya bila ada bentuk
ini, dengan pengendali saja offset tidak timbul.
Misal :
Untuk pengendalian tekanan gas dan arus air dengan pengendali P saja sudah
cukup.
2. Jika pengendali P belum mencukupi, gunakan pengendali PI.
o Sering (selalu) digunakan untuk mengendalikan aliran (flow control).
o Respons sistem aliran cukup cepat, sehingga kecepatan respons sistem
pengendali dengan umpan balik masih tetap cepat walau ada perlambatan
karena pengendali integral.
3. Gunakan pengendali PID untuk menambah kecepatan dan mempertahankan
ketegapan (kekokohan) respons pengendali lingkar tertutup. PI dapat
mengurangi offset tetapi juga mengurangi kecepatan respons lingkar tertutup.
Untuk proses kapasitas-ganda dimana responsnya cukup lamban, penambahan
pengendali PI membuat respons semakin lamban. Dalam kasus seperti ini,
penambah aksi pengendali derivative dengan efek penstabilan memungkinkan
penggunaan gain Kc yang lebih besar untuk menghasilkan respons yang lebih
cepat tanpa mengakibatkan osilasi yang berlebihan.
129
c( s )
d (s )
A
s
Gd
Gt
y sp (s )
y m (s )
Gp
y (s )
Gm
y m (s)
c( s )
y m (s)
c( s )
K.e tds
.s 1
Dimana :
= static gain
yK
m
td
= dead time
= time constant
Respons yang sebenarnya
B
Respons yang diperkirakan
Input : A
s = kemiringan respons
pada titik infleksi
s
td
130
t
B
s
td
30
3
.
I td
9 20. t d
3. Pengendali PID
1 4 t
Kc . d
K t d 3 4
td
32 6.
I td
13 81. t d
D td
11 2. t d
Catatan :
1. Cara penentuan parameter di atas didasarkan pada asumsi : bentuk respons
lingkar terbuka sigmoidal kebanyakan unit, dapat diexpresikan oleh sistem
orde satu dengan dead time. Mungkin untuk hal tertentu, anggapan ini tidak
benar, untuk ini metoda di atas dapat digunakan sebagai langkah awal perkiraan.
2. Bentuk respons lingkar terbuka kebanyakan unit berupa sigmoidal, karena
hamper semua proses phisik yang ditemui dalam industri kimia berupa orde 1
atau proses kapasitas ganda dengan respons berbentuk :
131
output
t
Kelakuan respons berisolasi disebabkan oleh pengendali dengan umpan balik.
Contoh 16.4 Penyetelan pengendali dengan umpan balik melalui Process Reaction
Curves
1. Proses dengan waktu kelambatan (delay) yang pendek :
1
Kc = f .
td
td 0 Kc akan sangat besar.
Dalam praktek dipilih harga Kc yang paling maksimum yang
memungkinkan.
2. Proses kapasitas ganda
Gp
Gm
Gf
Kp
( 1 s !)( 2 s !)
Km
( m s !)
Kf
( f s !)
; Km = 1.0
; 2 = 2
; Kf = 1.0
; f = 0.0
; m = 10.0
132
1.0
Dari kurva ini diperoleh harga :
s = 0.05 ; B = 1.0 ; = =20
td = 2.5 ; K = = 1.0
PRC dapat diperkirakan dengan
GPRC =
Perkiraan
0 t
d
25
50
133
BAB XVII
ANALISIS FREQUENCY RESPONSE PROSES LINIER
Dalam bab ini akan dibahas perancangan perancangan pengendali dengan umpan balik
cara frequency response analysis.
Bila sistem linier dikenal input sinusoidal, setelah perioda waktu yang lama, output
sistem juga akan berbentuk sinusoidal.
Melalui analisis frequency response akan ditinjau bagaimana perubahan bentuk
gelombang sinusoidal output (amplitude, sudut phase) dengan frequency input.
17.1 Respons sistem orde 1 terhadap input sinusoidal.
Fungsi transfer orde 1.
Kp
y(s)
f (s) p s 1
G(s) =
(17.1)
(17.2)
A.
ps 1 s 2
Kp
A.
.
=
p s 1 (s j)(s - j)
y(s)
y(s)
C3
C1
C2
s 1/ p s j s j
Inversi :
y(t) =
t , e
t/ p
K p .A.A.p
2
p 1
2
t/ p
K p .A.A.p
2
p 1
2
coso
K p .A
2
p 2 1
sini
Setelah waktu yang lama, respons sistem order satu terhadap input sinusoidal.
yss(t) =
K p .A.A.p
2
p 2 1
coso
K p .A
2
p 2 1
sini
a1 a 2
134
(17.3)
= tan
a1
-1 a 2
(17.4)
= tan-1 (-p)
Dari persamaan (17.4) dan (17.6) dapat diamati :
1. Bentuk akhir respons (respons pada steady state) sistem ore pertama terhadap
input sinusoidal juga merupakan gelombang sinus dengan frekwensi yang
sama.
2. Rasio amplitude output terhadap amplitude input (amplitude ratio) merupakan
fungsi frekuensi :
Kp
AR =
2 2
p 1
3. Gelombang output tertinggal dibelakang (phase log) gelombang input dengan
sudut , yang juga merupakan fungsi .
Ketiga pengamatan di atas tidak hanya berlaku untuk sistem orde pertama, tapi
berlaku untuk semua sistem orde linier.
input
output
B A
SS
t
AR = A/B
Catatan :
1. Tinjau bilangan kompleks w,
w = a + jb
a = Rc (w) : bag. Bil. Riil dari w
b = Im (w) : bag. Bil. Imaginer dari w
w = modulus atau magnitude atau harga absolute dari w
w = arg (w) = phase angle atau argument w
135
w =
R c (w) 2 I m (w) 2
(17.7)
I m ( w)
w = tan-1
Rc ( w)
(17.8)
Sumbu Imaginer
w = a + jb
w
a = w cos
b = w sin
cos + jw sin
w = w
Sumbu Riil
e j e j
e j e j
; sin =
2j
2
j
j
j
j
e
e
e e
w = w
+ jw
2j
2
cos =
w = w.ej
(17.9)
2. Bila, z = a jb
w = z dan arg z = -arg w
3. Bila ke dalam pers. (17.1)
(17.10)
Kp
y(s)
f (s) p s 1
G(s) =
Disubstitusikan s = jw
G(jw) =
=
Kp
y (s)
f ( s ) p jw 1
Kp
p jw 1
p jw 1 p jw 1
Kp
p w2 1
2
- j.
K p w p
p w2 1
2
136
G(jw) =
G(jw) =
G(jw) =
Kp
2 w2 1
p
K p w p
2 w2 1
p
K p 2 ( p 2 w 2 1)
( w 1)
p
Kp
( p w 2 1)
2
= AR
Amplitudo Ratio (AR) dan Phase lag () respons steady state sistem orde saru
masing-masing sama dengan modulus dan argument dari fungsi transfer sistem
tersebut dengan substitusi s = jw.
17.2 Karakteristik Frequency Response sistem linier secara umum.
Fungsi transfer :
G (s) =
y(s)
Q( s )
P( s)
f ( s)
(17.11)
A
(s j)(s j)
C1
C
C
C
a
b
2 3 ........... n
s - p n (s j) (s j)
s - p1 s - p 2 s - p 3
y(s)
(17.12)
Bentuk
Menentukan a dan b
y(s) G(s).
A
a
b
=
(s j)(s j) (s j) (s j)
137
0 pada t
G(s).
A
b
(s j)
= a
(s j)
(s j)
s = - j
a=
yss(t) = -
AG ( j )
2 j
a=
AG( j )
2j
b=
AG(j )
2j
(17.13)
A G(j )
2j
= A G(j )
yss(t) =
A G(j )
e j(t+) +
2j
e j(t+)
e j(t ) e -j(t )
2j
A G(j )
sin (t + )
Kesimpulan :
(i) Respons pada t berbentuk sinusoidal dengan frekwensi .
(ii) Amplitudo Ratio, AR = A G(j ) /A = G(j )
(iii) Phase lag, = arg G(j )
Contoh 17.1 Freq. Response of a Pure Capacitive Process
Fungsi transfer : G(s) =
s = j
Kp
s
G(j) =
AR =
Kp
j
G ( j )
K p - j
Kp
.
=0- j
j - j
Kp
(17.15)
= tan-1 - = - 90o
Contoh 17.2 Freq. Response of N Noninteracting Capacities in series.
FT :
G(s) = G1(s).G2(s)..GN(s)
KN
K1
K2
.
.............
=
1s 1 2 s 1
N s 1
138
(17.16)
s = j
G(j) = G1(j) G2(j).. GN(j)
j
j
j
= G 1 (j ) e 1 . G 1 (j ) e 1 ........... G N (j ) e N
AR =
= G 1 (j ) . G 1 (j ) ........... G N (j )
G(j )
K1
AR =
1 1 2
2
K2
1 2 2
2
...........
KN
1 N 2
2
= AR1. AR2.ARN
= 1 + 2 + 3
= tan-1(-1) + tan-1(-2) + + tan-1(-N)
Kp
s 2. . .s 1
2
s = j G(j) =
Kp
( 1) j.2. . .
=
=
AR =
G ( j )
( 2 2 1) j.2. . .
( 2 2 1) j.2. . . ( 2 2 1) j.2. . .
Kp
K p (1 2 2 )
(1 ) 1) (2. . . )
2
j.
K p ( 2. . . )
(1 2 ) 2 1) (2. . . ) 2
2
Kp
(1 2 2 ) 2 ( 2. . . ) 2
(17.20)
= tan-1
2. . .
1 2 2
(17.21)
d j
AR = G(j) = 1
(17.22)
= arg G(j) = -d
(17.23)
139
Gc(s) = Kc 1
= Kc 1
s = j
Is
1 I j
.
.
I j I j
= Kc 1 j
AR
1
I 2
= G ( j ) K c 1
= tan-1
<0
3. Proportional-derivative controller
(17.24)
(17.25)
Gc(s) = Kc (1 + Ds)
= Kc (1 + D j)
s = j
AR
= G ( j ) Kc (1 D 2 2 )
(17.26)
(17.27)
Proportional-integral-derivative controller
Gc(s) = Kc 1
1
D s
Is
1
D
AR
= Kc
= tan-1 D
I
140
(17.28)
(17.29)
(17.6)
= tan-1 (-p)
(17.5)
misalkan Kp = 1
log AR = - log (1 + p22)
(17.20)
0
tan-1 (-) = -90o
tan-1(-1) = -45o
Corner
Freq.
1.0
AR
K p 0.1
0.01
-1
0.001
0
-45
-900.01
1.0
141
100
G ( s)
10
AR 1.0
K p .1
AR
Kp
s
Kp
90 o
.01
.001
Second order system
-90
=1
=1
.01
100
10
AR
Kp
1.0
.1
1 2. . .
2
1.0
0
Pure
time system
dead
-90
-180
1.0
AR .01
100
G(s) = e
1.0
p
AR = 1
= - d
-180
PI. Controller
1
10
2 2
2. . .
1 2 2
tan
2.0
.001
-360
.01
2 s 2 2. . .s 1
Kp
AR
.01
Kp
G(s)
100
142
143