Oleh Kelompok 5:
5.1 Pendahuluan
Pengontrolan dapat diartikan sebagai pengaturan atau pengendalian.
Pengontrolan dalam proses produksi didefinisikan sebagai upaya pengaturan untuk
mempertahankan nilai atau output yang diinginkan tetap terjaga dari pengaruh
perubahan atau deviasi yang ditimbulkan oleh proses itu sendiri. Integrasi komponen
kontrol dan measurement, berfungsi untuk mendapatkan system control yang tepat.
Dalam melakukan tuning controller ada beberapa metode yang secara umum dapat
dibagi dua, yaitu: open loop dan closed loop tuning. Pada cascade control, bagian
sekunder di tuning terlebih dahulu diikuti bagian primer (Frans Gunterus, 1994).
Sistem pengaturan merupakan permasalahan penting dalam pengendalian proses
untuk mencapai minimum error dan waktu. konfigurasi sistem pengaturan untuk
pengendalian proses dapat menggunakan sistem kontrol cascade, feedforward, split
range dan ratio. Kelemahan dan kemampuan tiap sistem tersebut dapat mempengaruhi
hasil akhir controlled variable dan besarnya error proses. !unculnya permasalahan
tersebut, salah satunya disebabkan oleh gangguan proses dan nilai parameter kontroler
yang berpengaruh terhadap hasil respon yangdiharapkan.Pengendalian dalam sebuah
sistem pada dasarnya berarti menjaga agar sistem beroperasi dalam batas prestasi
tertentu. Sebuah sistem yang berada dalam kendali akan beroperasi dalam batas
toleransi yang telah ditentukan (Frans Gunterus, 1994).
Keluaran dari sebuah sistem kadang-kadang tidak sesuai dengan keluaran yang
semestinya (standar), hal ini membutuhkan pengendalian melalui sistem umpan balik
untuk mencari gangguan"gangguan yang menghambat, sehingga terjadi hal seperti
itu.agar sistem umpan balik itu dapat berjalan baik maka sistem harus memiliki standar
keterukuran keluaran, sensor yang dapat menangkap kondisi setiap keluaran, alat yang
dapat membandingkan keluaran yang terjadi dengan keluaran standar, serta alat
yang bergerak mengoreksi masukan (Frans Gunterus, 1994).
100% 100%
CV-2
CV-1
CV-2
CV-1
(b) 0%
Katup Kendali Bekerja Bersama (c)
0% Katup Kendali Bekerja Bergantian
0% 50% 100% 0% 50% 100%
Gambar 4. Satu Sinyal Pengukuran Menghasilkan Dua Sinyal Kendali
Gambar 7. Skema Konfigurasi Split Range Control
Kedua controller menggunakan pressure transmitter yang sama. Dengan
konfigurasi ini, masing-masing controller dapat di-tunned untuk response yang
berbeda, dalam hal ini controller compressor di-tunned untuk response lambat
sedangkan controller flrare untuk response cepat. Kebutuhan split-range dapat dilakukan
dengan memberi setpoint yang berbeda untuk kedua controller (setpoint controller flare
jauh lebih tinggi dari compressor). Contoh konfigurasi split range control lainnya adalah
seperti pada gambar berikut.
Gambar 8. Heat Exchanger
Ini adalah sebuah Heat Exchanger, dengan controller (TC) dikonfigurasi dalam 2
mode, yaitu Split Range dan Oposite (merupakan bentuk khusus dari splite range).
Dalam konfigurasi Splite Range, outpout TC 0 – 50% akan membuka control valve
CV1 (0 – 100% ) sedangkan output 50 – 100% akan menutup control valve CV2 (100 –
0%), demikian pula sebaliknya. Sedangkan dalam konfigurasi Oposite, output TC 0 –
100% akan membuka CV1 (0 – 100%) dan sekaligus menutup CV2 (100 – 0%),
demikian pula sebaliknya.
5.3.3 Ratio control
Pengendalian rasio (ratio control) adalah suatu strategi pengendalian dimana
satu variabel dimanipulasi untuk menjaga agar variabel tersebut proporsional terhadap
variabel yang lain
Ratio control juga merupakan suatu tipe khusus dari feedforward control dengan
dua disturbances (loads) diukur dan dijaga pada perbandingan yang konstan satu sama
lain. Biasanya konfigurasi kontrol ini digunakan untuk mengendalikan perbandinga laju
aliran dari dua aliran (streams).
Sebagai contoh, perbandingan laju alir dua reaktan yang masuk ke dalam reaktor,
perbandingan laju refluks dan distilat dalam kolom distilasi, pencampuran dua cairan,
perbandingan bahan baker dan udara, dll.
Gambar 9. Aplikasi Ratio Control dalam Industri Proses
Kedua laju aliran tersebut diukur dan melalui divider perbandingan keduanyadihitung.
Hasil perbandingan ini kemudian dibandingkan dengan perbandinganyang diinginkan
(desired ratio sebagai setpoint), dan error antara perbandinganyang terukur dengan
setpoint menghasilkan sinyal aktuasi sebagai kontroler ratio.
5.3.4 Feedforward Control
Sistem umpan maju adalah sistem yang memberikan tanggapan terhadap
perubahan lingkungan. Sistem umpan maju menanggapi gangguan dengan cara
mengukur gangguan secara langsung pada variabel input.Syarat yang diperlukan untuk
menerapkan skema kontrol umpan maju, antara lain gangguan tersebut harus dapat
diukur. Pengaruh gangguan ke output dari sistem harus diketahui waktu yang
diperlukan gangguan untuk mempengaruhi output harus lebih lama dari waktu yang
diperlukan kontroler umpan maju untuk mempengaruhi output. Prinsip kerja dari
feedforward control adalah pengendalian dan pengukuran dilakukan pada proses atau
gangguan yang terjadi agar dapat dihasilkan keluaran berupa umpan balik yang positif.
Sistem pengendalian umpan maju mendorong proses suatu sistem supaya menghasilkan
hasil balik yang positif. Supaya dapat dihasilkan keluaran umpan balik yang positif
maka pengendalian tidak boleh diukur pada keluarannya tetapi diukur dan dikendalikan
proses atau gangguan. Tidak seperti konfigurasi feedback, kontrol feedforward tidak
menunggu efek disturbances dirasakan oleh proses,sebaliknya akan beraksi sebelum
disturbances mempengaruhi sistem untuk mengantisipasi efek yang akan disebabkan
olehnya. feed inlet, maka akan menggerakkan controller untuk mengatur fuel
oil sehingga aliran feed akan sebanding dengan aliran fuel oil (menciptakan energy
balance). Dengan demikian efek yang disebabkan oleh perubahan feed tidak dirasakan
pada output proses (temperatur outlet).
Sama dengan pada cascade control, konfigurasi feedforwad control dibuat untuk
mengatasi adanya gangguan (disturebance). Perbedaan antara keduanya terletak pada
dari sisi mana gangguan tersebut terjadi. Pada cascade control, penambahan control
kedua (slave/inner control) bertujuan untuk mengatasi gangguan (disturbance) yang
terjadi pada manipulated variable, sedangkan feedforward control digunakan untuk
mengatasi gangguan pada beban (load). Untuk menjelaskan hal ini, perhatikan kembali
feedback control pada gambar berikut.
G
ambar 10. Feedback Control
Gangguan pada aliran steam bisa berupa perubahan tekanan/pressure steam (seperti
yang diasumsikan pada tulisan mengenai cascade control yang lalu) atau bisa juga
perubahan pada temperature steam. Jika gangguan pada temperature steam, maka yang
menjadi slave adalah temperarure control bukan pressure control seperti pembahasan
yang lalu.
Variable yang berikut adalah beban (load), variable beban menentukan besarnya
energi/power yang dibutuhkan oleh suatu sistem, pada sistem diatas yang menjadi beban
adalah aliran air dingin yang masuk ke tanki. Semakin besar aliran air dingin yang
masuk ke tanki, semakin banyak energi panas yang dibutuhkan untuk memanaskan air,
begitu pula sebaliknya. Setelah mengetahui perbedaan antara manipulated variabel dan
beban, sekarang mari kita bahas seperti apa konfigurasi feedforward control
itu. Perubahan W pada feedback control diatas akan menyebabkan variable yang
dikontrol (controlled variable) yaitu temperature air dalam tanki To juga berubah,
Karena sistem ini mempunyai time delay yang cukup besar, maka
perubahan To tersebut tidak langsung terukur oleh elemen sensing feedback loop
sehingga aksi koreksi yang dilakukan oleh feedback control juga mengalami penundaan.
Sementara itu akibat dari gangguan ini terus masuk ke sistem, sehingga To selalu
menyimpang dari setpointnya. Untuk memperbaiki sistem ini, konfigurasi control baru,
yang disebut feedforward control digunakan, seperti terlihat pada gambar berikut.
Gambar 11. Feedforward control
Pada konfigurasi kontrol ini, fluktuasi pada kecepatan alir air W diukur oleh sensor
flow, kemudian diberikan ke flow controller (FC). Output FC akan dijumlahkan dengan
output feedback control TC untuk kemudian dikirim ke control valve (CV). Dengan
konfigurasi ini, perubahan yang terjadi pada kecepatan alir W akan langsung
memanipulasi bukaan control valve steam/uap CV sehingga To tidak sampai berubah.
Konfigurasi kontrol pada gambar diatas, dapat digambarkan dalam bentuk blok diagram
berikut.
Dari Diagram blok ini terlihat adanya informasi mengenai beban/load yang
diumpan maju (feedforward) kedalam proses melalui controller (Flow controller), itu
sebabnya mengapa konfigurasi ini disebut sebagai feedforward control. Penggunaan
feed forward control tidak berdiri sendiri, tetapi digunakan bersama-sama dengan
feedback control seperti contoh diatas. Jika kita perhatikan konfigurasi cascade control
pada pembahasan yang lalu dengan konfigurasi feedforward control pada gambar diatas,
ada perbedaannya, dimana pada cascade control output master control (TC) akan
menjadi setpoint untuk slave control (PC), kemudian output slave control yang akan
menggerakan control valve (CV). Sedangkan pada feedforward control, output
feedforward control (FC) dijumlahkan dengan outputTC, kemudian hasil
penjumlahannya akan digunakan untuk menggerakan control valve (CV). Umumnya,
Feedforward control berisi algoritma lag/lead + deadtime, bukan PID seperti pada
feedback control maupun cascade control.
https://www.scribd.com/doc/227561602/Makalah-Pengendalian-Proses
https://asro.wordpress.com/category/process-control/
http://instrumentcontrolling.blogspot.com/2012/06/pengukuran-tinggi-permukaan
http://muklis-chemicalengineer.blogspot.com/2011/01/introduction-to-process control
http://ipunk-ip.blogspot.com/
http://lahanriza.blogspot.com/2011/08/konfigurasi-kontrol.html
http://asro.wordpress.com/2008/06/19/process-control-2-cascade-control/
htttp://pertamina.com/ DASAR INST & PROSES KONTROL _BPST XVII_.pdf