Anda di halaman 1dari 26

BAB IV

SISTEM KONTROL TURBIN UAP PLTGU

4.1 Sistem Kontrol


4.1.1 Pengertian Sistem Kontrol

Dalam proses industri, sering dibutuhkan besaran-besaran


yang memerlukan kondisi atau persyaratan yang khusus, seperti
ketelitian yang tinggi, harga yang konstan untuk selang waktu yang
tertentu, nilai yang bervariasi dalam suatu rangkuman tertentu,
perbandingan yang tetap antara dua variabel, atau suatu besaran
sebagai fungsi dari besaran lainnya. Jelas, kesemuanya itu tidak
cukup dilakukan hanya dengan pengukuran saja, tetapi juga
memerlukan suatu cara pengontrolan agar syarat-syarat tersebut
dapat dipenuhi. Karena alasan inilah diperkenalkan suatu konsep
pengontrolan yang disebut Sistem Kontrol.
Ada beberapa definisi yang harus dimengerti untuk lebih
memahami Sistem Kontrol secara keseluruhan. Definisi dari
beberapa istilah tersebut adalah sebagai berikut:
a. SISTEM
Sistem dapat didefinisakn sebagai susunan beberapa bagian
dalam suatu batasan-batasan tertentu yang bekerja bersama-
sama untu menghasilkan suatu keluaran dari masukan-masukan
yang diberikan.
b. PROSES
Proses adalah perubahan yang berurutan dan berlangsung secara
kontiniu dan tetap menuju keadaan akhir tertentu.
c. KONTROL
Kontrol adalah suatu kerja untuk mengawasi, mengendalikan,
mengatur dan menguasai sesuatu.

18
19

d. SISTEM KONTROL
Sistem Kontrol dapat dipandang sebagai sistem dimana suatu
masukan atau beberapa masukan tertentu digunakan untuk
mengontrol keluarannya pada nilai tertentu, memberikan urutan
kejadian tertentu, atau memuculkan suatu kejadian jika
beberapa kondisi tertentu terpenuhi. Sederhananya, sistem
kontrol merupakan proses pengaturan atau pengendalian
terhadap satu atau beberapa besaran (variabel atau parameter)
sehingga berada pada suatu harga atau range tertentu. Contoh
variabel atau parameter fisik, adalah: tekanan (pressure), aliran
(flow), suhu (temperature), ketinggian (level), pH, kepadatan
(viscosity), kecepatan (velocity), dan lain-lain.
Hubungan sebuah sistem dan proses dapat diilustrasikan
seperti terlihat pada Gambar 1.1 di bawah ini.

INPUT OUTPUT
PROSES

Gambar 4.1 Blok Diagram Sistem

4.1.2 Prinsip Sistem Kontrol

Sebuah contoh Sistem Kontrol akan diceritakan di bawah ini.


Seorang operator sedang menjaga ketinggian suatu tangki yang
akan digunakan untuk sebuah proses kimia. Jika, ketinggian tangki
kurang dari yang semestinya, operator akan lebih membuka keran
masukan, dan sebaliknya, jika ketinggian melebihi dari yang
semestinya, operator akan mengurangi bukaan keran, dan
seterusnya. Gambar 4.2 mengilustrasikan sistem kontrol tersebut.
20

OPERATOR
G
PABRIK
a
TANGKI
POMPA
m
b
a
r

1
.
Gmabar 4.2 Contoh Sistem Kontrol

Dari kejadian tersebut, yang terjadi adalah pengukuran


terhadap tinggi cairan di dalam tangki, kemudian
membandingkannya terhadap harga tertentu dari tinggi cairan yang
dikehendaki, lalu melakukan koreksi yaitu dengan mengatur bukaan
keran masukan cairan ke dalam tangki.
Dapat disimpulkan bahwa sebuah sistem kontrol, melakukan
urutan kerja sebagai berikut:
1. Pengukuran (Measuring)
2. Perbandingan (Comparison)
3. Perbaikan (Correction)
Sistem tersebut dapat berjalan baik, jika dianggap sistem
bekerja secara ideal dan sederhana. Namun, masalah akan timbul
jika diteliti lebih lanjut, seperti: keadaan proses yang lebih kompleks
dan sulit, pengukuran yang lebih akurat dan presisi, dan jarak proses
yang tidak mudah dijangkau. Maka dari itu, diperlukan modifikasi
terhadap sistem tersebut. Dalam hal seperti inilah diperlukan sebuah
Sistem kontrol otomatik, sebagaimana diilustrasikan pada Gambar
4.3 di bawah ini.
21

Set Point
G
Level
a Transducer
CONTROLLER
m
b TANGKI PABRIK
POMPA
a
r

Solenoid
1
.
Gambar 4.3 Sistem Kontrol Otomatik

Gambar 4.4 Contoh Diagram Blok Sistem Kontrol

Berikut adalah Beberapa keterangan mengenai elemen-


elemen dalam sistem kontrol dari diagram blok pada gambar:
1. Variabel yang dimanipulasi adalah input dari suatu proses
yang dapat dimanipulasi atau diubah-ubah besarnya agar
process variable atau variabel yang dikendalikan besarnya sama
dengan set point.
2. Gangguan adalah besaran lain, selain variabel yang
dimanipulasi, yang dapat menyebabkan berubahnya variabel
yang dikendalikan. Besaran ini lazim disebut load.
3. Elemen Pengukur adalah bagian paling ujung suatu sistem
pengukuran (measuring system). Bagian ini juga biasa disebut
sensor atau primary element.
22

4. Transmitter adalah alat yang berfungsi untuk membaca sinyal


sensing element, dan mengubahnya menjadi sinyal yang dapat
dimengerti oleh controller.
5. Variabel yang dimaksud atau measured variable adalah sinyal
yang keluar dari transmitter. Besaran ini merupakan cerminan
besarnya sinyal sistem pengukuran.
6. Set Point adalah besar process variable yang dikehendaki.
Sebuah kendali akan selalu berusaha menyamakan variabel yang
dikendalikan dengan set point.
7. Error adalah selisih antara set point dikurangi variabel yang
dimaksud. Error bisa negatif, bisa juga positif.
8. Controller adalah elemen yang mengerjakan tiga dari empat
tahap langkah pengendalian yang membandingkan set point
dengan measurement variable, menghitung berapa banyak
koreksi yang perlu dilakukan, dan mengeluarkan sinyal koreksi
sesuai dengan hasil perhitungan tadi. Controller sepenuhnya
menggantikan peran manual dalam mengendalikan sebuah
proses. Controller merupakan alat pengendali.
9. Unit Pengendali adalah bagian dari controller yang menghitung
besarnya koreksi yang diperlukan. Input control unit adalah
error, dan outputnya adalah sinyal yang keluar dari controller
(manipulated variable).
10. Final control element, seperti tercermin dari namanya, adalah
bagian akhir dari instrumentasi sistem pengendalian. Bagian ini
berfungsi untuk mengubah measurement variable dengan cara
memanipulasi besarnya manipulated variable, berdasarkan
perintah controller.

4.1.3 Klasifikasi Sistem Kontrol

Secara umum, sistem kontrol dapat diklasifikasikan sebagai


berikut:
1. Sistem Kontrol Manual dan Otomatik
23

2. Sistem Lingkar Terbuka (Open Loop) dan Lingkar Tertutup


(Closed Loop)
3. Sistem Kontrol Kontiniu dan Diskrit
4. Menurut sumber penggerak: Elektrik, Mekanik, Pneumatik, dan
Hidraulik

4.1.3.1 Sistem Kontrol Manual dan Otomatis

Sistem kontrol manual adalah pengontrolan yang dilakukan


oleh manusia yang bertindak sebagai operator, seperti tampak pada
Gambar 4.2. Sedangkan Sistem kontrol otomatik adalah
pengontrolan yang dilakukan oleh peralatan yang bekerja secara
otomatis dan operasinya dibawah pengawasan manusia,
sebagaimana terlihat pada Gambar 4.3. Sistem kontrol manual
banyak ditemukan dalam kehidupan sehari-hari seperti pada
pengaturan suara radio, televisi, pengaturan aliran air melalui keran,
pengendalian kecepatan kendaraan, dan lain-lain. Sedangkan sistem
kontrol otomatik banyak ditemui dalam proses industri (baik
industri proses kimia dan proses otomotif), pengendalian pesawat,
pembangkit tenaga listrik dan lain-lain.

Beberapa karakteristik penting dari Sistem Kontrol Otomatik


adalah sebagai berikut:
1. Sistem Kontrol Otomatik merupakan sistem dinamik yang
dapat berbentuk linear maupun non-linear
2. Bersifat menerima informasi, memprosesnya, mengolahnya
dan kemudian mengembangkannya
3. Komponen atau unit yang membentuk sistem kontrol ini akan
saling mempengaruhi
4. Bersifat mengembalikan sinyal ke bagian masukan (feedback)
dan ini digunakan untuk memperbaiki sifat sistem
5. Karena adanya pengembalian sinyal ini, maka pada sistem
kontrol otomatik selalu terjadi masalah stabilitas
24

4.1.3.2 Sistem LoopTerbuka dan Loop Tertutup

Sistem kontrol loop terbuka (Open Loop) adalah sistem


pengontrolan di mana besaran keluaran tidak memberikan efek
terhadap besaran masukan, sehingga variable yang dikontrol tidak
dapat dibandingkan terhadap harga yang diinginkan. Sedangkan
Sistem Kontrol Lingkar Tertutup (Closed Loop) adalah sistem
pengontrolan dimana besaran keluaran memberikan efek terhadap
besaran masukan, sehingga besaran yang dikontrol dapat
dibandingkan terhadap harga yang diinginkan. Selanjutnya,
perbedaan harga yang terjadi antara besaran yang dikontrol dengan
harga yang diinginkan digunakan sebagai koreksi yang merupakan
sasaran pengontrolan.

Open Loop Control System memiliki karakteristik sebagai


berikut:
1. Tidak terdapat proses pengukuran
2. Variabel yang dikontrol tidak mempengaruhi aksi pengontrolan
3. Banyak didasari oleh waktu atau urutan proses
4. Kurang akurat, lebih stabil, murah harganya

Sedangkan Closed Loop Control System mempunyai


karakteristik sebagai berikut:
1. Terdapat proses pengukuran
2. Variabel yang dikontrol mempengaruhi aksi pengontrolan (feed
back)
3. Lebih akurat, dapat terjadi ketidakstabilan
4. Mahal harganya
Gambar 1.5 di bawah ini, mengilustrasikan blok diagram
Open Loop Control System dan Closed Loop Control System.
Selanjutnya, sebagian besar pembahasan Sistem Kontrol adalah
berdasarkan kepada Closed Loop Control System atau lebih dikenal
dengan Sistem Kontrol Umpan Balik (Feedback Control System).
25

INPUT OUTPUT
PROSES

(a) Sistem Kontrol Loop Terbuka

INPUT OUTPUT
PROSES

(b) Sistem Kontrol Loop Tertutup


Gambar 4.5. Sistem Kontrol Loop Terbuka dan Tertutup

4.1.3.3 Sistem Kontrol Kontiniu dan Diskrit

Sementara itu, Sistem Kontrol Kontiniu adalah sistem yang


memanfaatkan pengendali (controller) berbasis nilai kontinu,
seperti: Proportional (P), Integrator (I), dan Differensiator (D), atau
kombinasi dari ketiganya (PI, PD, atau PID). Sedangkan Sistem
Kontrol Diskrit adalah sistem yang menggunakan pengontrol
(controller) dengan nilai diskrit, seperti pengendali ON-OFF atau
pengendali posisi ganda (switch selector).

Gambar 4.6 PID Controller


26

4.1.4 Aplikasi Sistem Kontrol

Pemakaian Sistem Kontrol Otomatik banyak ditemui dalam


kehidupan sehari-hari, baik dalam pemakaian langsung maupun
tidak langsung. Pemakaian dari Sistem Kontrol dapat
dikelompokkan sebagai berikut:
1. Sistem Kontrol Proses: seperti temperatus, aliran, tinggi
permukaan cairan, viskositas, dan lain-lain. Misalnya pada
industri kimia, makanan, tekstil, pengilangan, dan lain-lain.
2. Sistem Kontrol Energi: seperti pada pengendalian pembangkit
tenaga listrik dan pendistribusian tenaga.
3. Sistem Kontrol Numerik: seperti pengontrolan operasi yang
membutuhkan ketelitian tinggi dalam proses yang berulang-
ulang. Misalnya pada proses pengeboran, pembuatan lubang,
pengelasan dan kerja-kerja otomotif.
4. Sistem Kontrol Transportasi: seperti elevator, escalator,
pesawat terbang, kereta api, conveyor, dan lain-lain.
5. Sistem Kontrol Servomekanis: sistem yang berhubungan
dengan posisi, kecepatan dan pergerakan.
6. Bidang non teknis: seperti sistem ekonomi, sistem sosial dan
sistem biologi.

4.2. Sistem Kontrol PLTGU

Dalam sebuah industri proses menggunakan sistem kontrol dalam


proses pengoperasiannya. Pada industry proses pembangkitan terutama
PLTGU, digunakan jenis sistem kontrol SpeedtronicTM. SpeedtronicTM
digunakan untuk mengontrol proses operasi pada Gas Turbine Generator
(GTG), seperti kontrol kecepatan, starting-up, kontrol temperatur,
sinkronisasi, kontrol akselerasi, kontrol bahan bakar, dan sistem proteksi.
Disamping menggunakan SpeedtronicTM, PLTGU juga menggunakan DCS
(Distributed Control System). DCS difokuskan dalam mengontrol operasi
27

kerja Heat Recovery Steam Generator (HRSG) dan Steam Turbine


Generator (STG).

4.2.1 SpeedtronicTM
SpeedtronicTM adalah suatu sistem kontrol, proteksi dan
monitoring pada turbin yang telah dikembangkan oleh GE (General
Electric) dalam sistem pengaturan. Dengan semakin kompleksnya
pengontrolan untuk turbin SpeedtronicTM pun terus berkembang
mulai dari SpeedtronicTM Mark I hingga yang terakhir
SpeedtronicTM Mark VI. PT. PJB UP MUARA KARANG
menggunakan SpeedtronicTM Mark VI sebagai kontroler dalam
proses produksi listrik di PLTGU blok 2. Tujuan sistem kontrol dan
proteksi ini adalah menghasilkan output yang maksimal untuk
melindungi turbin dari kerusakan saat turbin dalam kondisi operasi
sehingga lifetimenya dapat bertahan lebih lama
SpeedtronicTM adalah sistem kendali turbin yang bersifat
programmable yang didesain sesuai dengan kebutuhan industry
tenaga modern untuk sistem turbin yang bersifat kompleks dan
dinamis. SpeedtronicTM menggunakan tiga buah modul kontrol,
masing-masing <R>, <S>, dan <T> yang identik untuk menjalankan
keseluruhan algoritma kendali yang vital, proses sinyal proteksi, dan
proses sekuensial. Konfigurasi inilah yang disebut TMR (Triple
Modular Redundant) yang mana mempunyai redundansi untuk
Interface Operatornya. Untuk fungsi proteksi dijalankan oleh tiga
prosessor proteksi <X>,<Y> dan <Z> pada core <P>. Untuk
konfigurasi secara umum dapat dilihat pada gambar berikut ini.
28

Gambar 4.7 Konfigurasi Control TMR SpeedtronicTM

Pada konfigurasi TMR sendiri terdapat tiga buah modul


kontrol <R>, <S>, dan <T> yang berfungsi sebagai redundant.
Sinyal kontrol yang diberikan merupakan hasil voting dari ketiga
modul tersebut

4.2.2 DCS (Distributed Control System)


Distributed Control System (DCS) adalah suatu
pengembangan system control dengan menggunakan komputer dan
alat elektronik lainnya agar diperoleh pengontrol suatu loop system
yang lebih terpadu dan dapat dikendalikan oleh semua orang dengan
cepat dan mudah. Alat ini dapat digunakan untuk mengontrol proses
dalam skala menengah sampai besar
DCS terhubung dengan sensor dan actuator serta
menggunakan set point untuk mengatur aliran material dalam sebuah
plant/proses. Sebagai contoh adalah pengaturan set point control
loop yang terdiri dari sensor tekanan, controller, dan control valve.
29

Pengukuran tekanan atau aliran ditransmisikan ke kontroler melalui


I/O device. Ketika pengukuran variable tidak sesuai dengan set point
(melebihi atau kurang dari setpoint), controller memerintahkan
actuator untuk membuka atau menutup sampai aliran proses
mencapai set point yang diinginkan.

Secara umum komponen dari DCS terdiri dari tiga


komponen dasar yaitu: Operator Station, Control Module, dan I/O
module.

4.2.2.1 Ruang Kontrol

Ruang kontrol (Operator Station) merupakan tempat


dimana user melakukan pengawasan atau monitoring proses
yang berjalan. Operator Station digunakan sebagai interface
dari sistem secara keseluruhan atau biasa juga dikenal dengan
kumpulan dari beberapa HIS (Human Interface Station).
Bentuk HIS berupa komputer biasa yang dapat mengambil
data dari control station. Operator Station dapat
memunculkan variable proses, parameter control, dan alarm
yang digunakan user untuk mengambil status operasi.
Operator Station juga dapat digunakan untuk menampilkan
trend data, messages, dan data proses.
30

Gambar 4.8 Tampilan Operator Station

4.2.2.2 Modul Kontrol

Modul Kontrol (Control Module) merupakan bagian


utama dari DCS. Control Module adalah pusat kontrol atau
sebagai otak dari seluruh pengendalian proses. Control
Module melakukan proses komputasi algoritma dan
menjalankan ekspresi logika. Pada umumnya Control Module
berbentuk blackbox yang terdapat pada lemari atau cabinet
dan dapat ditemui di control room. Control Module biasanya
menggunakan mode redundant untuk meningkatkan
kehandalan control.

Fungsi dari Control Module adalah mengambil input


variable yang akan dikontrol. Nilai variable tersebut akan
31

dikalkulasi. Hasil dari kalkulasi ini akan dibandingkan


dengan set point yang sudah ditentukan. Set point ini adalah
nilai yang diharapkan sebuah proses. Jika hasil kalkulasi
berbeda dengan set point, nilai tersebut harus dimanipulasi
sehingga mencapai set point yang sudah ditentukan. Hasil
manipulasi nilai akan dikirim ke input output modul dan
untuk disampaikan ke aktuator.

4.2.2.3 Modul I/O

Modul I/O (I/O Module) merupakan interface antara


control module dengan field instrument. I/O module
berfungsi menangani input dan output dari suatu nilai proses,
mengubah sinyal dari digital ke analog dan sebaliknya.
Modul input mendapatkan nilai dari transmitter dan
memberikan nilai proses kepada FCU untuk diproses,
sedangkan FCU mengirimkan manipulated value kepada
modul output untuk dikirim ke actuator.

DCS dapat tersebar diseluruh plant sehingga disebut sistem


yang terdistribusi. Untuk open loop, sinyal (analog/digital) dari field
akan diterima I/O module, kemudian sinyal tersebut dikirim ke CP
(Control Processor) untuk diproses. Hasil proses CP akan
ditampilkan di HIS. Untuk close loop, sinyal (analog/digital) dari
field akan diterima module input, kemudian sinyal tersebut dikirim
ke CP (Control Processor) untuk diproses. CP akan memproses
antara value sinyal dari field dengan value setpoint dari operator,
hasil proses itu digunakan untuk memberikan nilai ke module output,
lalu nilai tersebut diolah oleh module output, hasilnya module output
akan mengirim sinyal ke device di field (control valve, motor, pump,
dll). Semua nilai PV (Process Value/input value), SP (Set Point) dan
MV (Manipulated Value/output value) akan ditampilkan di HIS.
32

4.3. Sistem Kontrol Turbin Uap PLTGU Muara Karang Blok 2

4.3.1 Turbin Uap PLTGU Muara karang blok 2

Gambar 4.9 Turbin Uap PLTGU Muara Karang blok 2

Turbin uap yang terpasang pada PLTGU Muara Karang blok 2

adalah tipe TC1F-28 Single Cylinder 1 Flow produksi “Mitsubishi

Heavy Industry”.

Turbin ini terdiri dari dua bagian yaitu HP dan LP. Pada rotor

HP terdapat 7 tingkat sudu, sedangkan pada rotor HP terdapat 6

tingkat sudu. Rotor HP dan LP terpasang pada satu poros yang dikopel

dengan rotor generator. Poros tersebut disangga oleh 3 bearing yang


33

terdiri dari 2 journal bearing dan 1 thrust bearing. Turning gear juga

dipasang sebagai alat bantu untuk memutar turbin dengan kecepatan

rendah pada saat start-up atau shutdown yang dioperasikan secara

otomatis.

Tabel 4.1 Spesifikasi turbin PLTGU Muara Karang Blok 2


Single Cylinder 1 Flow
(Single Cylinder
Type of Steam Turbine TC1F-28
Horizontal Axial Flow
impulse
Number of sets Three (3)
(@ S/T Generator
70,600 kW Terminal)
Natural Gas Firing
Rated Output
(@ S/T Generator
56,800 kW Terminal)
Oil Firing

HP Steam Pressure 88.0 kg/cm2g

Rated Inlet Steam HP Steam Temperature 510°C


Conditions (Natural Gas
Firing) LP Steam Pressure 3.5 kg/cm2g

LP Steam Temperature 210.7°C

Exhaust Pressure 695 mmHg

Turbine Speed 3000 rpm


(View from Gov. side)
Rotating Direction Clockwise
Connection to
Rigid Coupling
Generator
The Number of
Zero (0)
Extraction
7
HP Stages
Number of Turbine
Stages 6
LP Stages
34

1 - Tilting Pad Type


Journal Bearing
1 – Sleeve Type
Bearings
1 – Leveling Plate Type
Thrust Bearing

AC Motor Driven which


Turning Gear One (1)
Automatically
Disengages

HP Stop Valve Qty. 2 Plug Type

HP Governing Valve Qty. 2 Plug Type


Main Valves
LP Stop Valve Qty. 1 Butterfly Type

LP Governing Valve Qty. 1 Butterfly Type

Valve Control System Electro-hydraulic Type

Qty.
Main Oil Reservoir
1
Qty.
Oil Vapor Extractor
1
Centrifugal pump,
Qty. Main Oil Pump
mounted on the forward
1
end of the turbine shaft
Auxiliary Oil Pump AC motor driven
Qty.
(HP) centrifugal pump with
1
Lubrication and automatic starting device
Control Oil Qty. Auxiliary Oil Pump AC motor driven
System 1 (LP) centrifugal pump with
automatic starting device
Qty. Turning Oil Pump AC motor driven
1 centrifugal pump with
automatic starting device
Qty. Emergency Oil DC motor driven
1 Pump centrifugal pump with
automatic starting device
Qty. Oil Purifier Filter type
1
35

4.3.2 Sistem Kontrol Turbin Uap PLGU Muara Karang Blok 2


Steam dari HRSG disalurkan ke turbin untuk memutar sudu
turbin. HP Steam dari HRSG masuk ke HP Turbine melalui HP Stop
Valve (HPSV) dan HP Control Valve (HPCV). Steam yang keluar dari
HP Turbine dan LP Steam dari HRSG yang melalui LP Stop Valve
(LPSV) dan LP Control Valve (LPCV) dicampur dan masuk ke LP
Turbine. Kemudian steam yang keluar dari LP Turbine dikondensasi
di dalam condenser.

Gambar 4.10 HP Steam Flow dan Control Oil Flow


36

Gambar 4.11 LP Steam Flow dan Control Oil (Hp Oil) Flow

Sistem kontrol turbin uap PLTU pada dasarnya memiliki 3


mode variable pengontrolan. Tiga mode itu yaitu kontrol kecepatan
turbin (speed control), kontrol tekanan uap masuk turbin (inlet
pressure control), dan kontrol pembebanan listrik (load control). Load
control (MegaWatt) pada PLTU secara umum terbagi menjadi tiga,
yaitu boiler follow, coordinate follow, dan turbine follow.
Berbeda dengan PLTU, sistem kontrol turbin uap PLTGU PT
PJB UP Muara Karang Blok 2 hanya terdapat dua mode variable
pengontrolan. Dua mode itu yaitu speed control dan inlet pressure
control, sedangkan load control tidak dapat dikontrol oleh DCS
karena pemanasan uap di HRSG tergantung dari gas yang keluar dari
turbin gas. Daya yang dihasilkan dapat berubah tergantung besarnya
suhu dari gas buang turbin gas.
4.3.2.1 Kontrol Kecepatan
Fungsi kontrol kecepatan (speed contro)l yaitu untuk
mengontrol kecepatan putaran turbin dari proses start up
hingga online (beroperasi 3000 rpm). Pengaturan putaran
turbin agar sesuai yang dikehendaki yaitu dengan buka-tutup
valve baik itu main stop valve (MSV) atau governor
37

valve/control valve (CV). main stop valve hanya dapat


membuka penuh atau menutup penuh (0% atau !00%),
sedangkan control valve dapat diatur bukaannya sesuai yang
dikehendaki (0% - 100%).
Saat proses start up, putaran awal turbin tidak didapat
dari tumbukan uap dengan sudu turbin melainkan diputar
oleh turning gear hingga putaran turbin mencapai 3 – 300
rpm. Setelah mencapai putaran 300 rpm, turning gear akan
mati secara otomatis dan diambil alih oleh uap hasil
pemanasan. Saat proses start up pada putaran 0 rpm, posisi
control valve terbuka penuh dan main stop valve diatur
pembukaannya. Pada saat putaran turbin sudah dalam
keadaan online (3000 rpm), posisi main stop valve terbuka
penuh dan control valve diatur buka-tutupnya.

Gambar 4.12 Diagram Blok kontrol kecepatan

Dalam pengaturan kecepatan turbin juga terdapat


sistem proteksi yang disebut OPC (Overspeed Protection
Control) OPC yaitu pengaturan MSV ketika terjadi
overspeed. Apabila terjadi overspeed pada turbin, MSV akan
menutup secara otomatis. Overspeed terjadi akibat
ketidakseimbangan tenaga/daya turbin dengan beban
generator terlalu besar sehingga turbin akan berputar lebih
cepat melebihi 107,5% dari kecepatan normal. Di sisi lain,
38

jika ketidakseimbangan power/load kecil, tidak akan


membuat putaran turbin meningkat terlalu cepat dan sistem
governor masih dapat mengembaikan kecepatan turbin.
4.3.2.2 Kontrol Tekanan
Terdapat dua mode kontrol tekanan, yaitu: mode
sliding pressure dan mode throttling. Pada saat mode sliding
pressure, governor valve/control valve membuka penuh
sehingga tekanan uap tergantung pada aliran uap hasil
produksi HRSG. Mode ini akan berlangsung hingga rentang
tertentu. Mode yang lain adalah mode throttling dimana
tekanan uap bergantung pada bukaan governor valve.

Gambar 4.13 Diagram Blok kontrol tekanan

4.4. Alat Bantu Sistem Kontrol Turbin Uap


Turbin uap dibantu oleh peralatan-peralatan bantu dalam sistem
kontrolnya. Peralatan-peralatan itu diantaranya adalah sebagai berikut:
4.4.1 Main Stop Valve
Main Stop valve adalah katup penutup cepat yang berfungsi
untuk memblokir aliran uap dari boiler/HRSG ke Turbin. Katup ini
dirancang hanya untuk menutup penuh atau membuka penuh. Pada
sebagian turbin, Pembukaan katup ini juga dapat diatur (Throtling)
selama periode start turbin untuk mengatur aliran uap hingga putaran
turbin mencapai 3000 rpm. Terdapat dua jenis Stop Valve pada turbin
uap PLTGU PT PJB UP Muara Karang blok 2 yaitu HP Stop Valve dan
39

LP Stop Valve. HP Stop valve terdiri dari dua buah valve sedangkan LP
Stop Valve hanya satu buah valve.

Gambar 4.14 Main Stop Valve


40

Gambar 4.15 Main Stop Valve

4.4.2 Governor Valve/Control Valve


Katup ini berfungsi untuk mengontrol laju aliran uap ke turbin
untuk mengendalikan putaran.. Governor valve bekerja (membuka)
sesuai dengan permintaan (kebutuhan) untuk mempertahankan putaran
turbin. Begitu ia bergerak, maka aliran uap ke turbin akan berubah
dengan demikian juga mengendalikan putaran. Selain untuk mengatur
putaran, Control Valve juga berfungsi untuk mengatur tekanan masuk
turbin. Sama halnya dengan Stop valve, Control Valve terdiri dari HP
41

Control valve dan LP Control Valve. Masing-masing Control Valve


hanya terdiri dari satu buah valve.

Gambar 4.16 HP Control Valve

4.4.3 E/H Converter


E/H Converter atau Electro-Hydrolic Converter ini berfungsi
untuk mengubah sinyal elektrik berupa arus (0-500 mA) menjadi sinyal
hidrolik berupa control oil. Kemudian sinyal control oil ini disalurkan
ke servomotor HP Stop Valve atau HP control Valve. Sinyal ini diubah
menjadi gerak naik turun actuator yang terdapat dalam servomotor
guna mengatur pembukaan valve.
42

Gambar 4.17 E/H Converter


43

Gambar 4.18 Skema E/H Converter

Anda mungkin juga menyukai