MODUL PH CONTROL
Disusun Oleh:
Kelompok 6R
Alver Berlianta Mahdapati 1406607754
Alphasius Omega Dixon 1406607975
Barneus Wanglie Sugianto 1406607760
Saphira Nurina Fakhri 1406552875
Masukan Keluaran
Elemen
Kontroler Kontrol Proses
Akhir
Sensor-
Transmitter
Gambar 1. Diagram Blok Closed Loop Control System (Sistem Kontrol Loop Tertutup)
Gambar 2. Diagram Blok Open Loop Control System (Sistem Kontrol Loop Terbuka)
Merupakan suatu sistem kontrol yang keluarannya tidak berpengaruh
terhadap aksi pengontrolan. Dengan demikian pada sistem kontrol ini, nilai
keluaran tidak di umpan-balikkan ke parameter pengendalian. Pada suatu
pengontrolan dalam sistem kontrol, variabel yang dikontrol dapat berubah dari set
point yang ditetapkan karena adanya gangguan. Regulatory Control merupakan
suatu sistem yang didesain untuk mengkompensasi terjadinya gangguan.
Set point itu sendiri, bisa juga berubah karena memang diinginkan
setpointnya berubah. Servo Control merupakan suatu sistem yang didesain untuk
tujuan diman set point diubah sebagai fubgsi waktu sehingga variabel yang
dikontrol harus mengikuti set point tersebut.
2.3 Komponen-komponen Dasar dalam Sistem Kontrol
2.3.1 Sensor-transmitter
Sensor berfungsi untuk mengukur (measuring) CV dan menghasilkan sinyal
mV yang sesuai, sensor sering juga disebut sebagai elemen primer. Sedangkan
transmitter menguatkan sinyal ke tingkat voltase V(t) dan mengirimkan ke
kontroler. Transmiter sering disebut sebagai elemen sekunder.
2.3.2 Controller
Controler merupakan otak dari sistem kontrol dan membuat keputusan
(decision). Pembuatan keputusan dilakukan dengan cara :
merubah set point ke tegangan VR
menghitung error e(t) = VR – V(t)
menghitung daya yang diperlukan dan mengirim sinyalnya yang sesuai p(t) ke
final element
Secara umum, aksi kontroler terbagi dalam dua jenis, yaitu:
Aksi berlawanan (reverse action), bila harga output naik maka kontroler akan
mengurangi sinyal outputnya
Aksi searah (direct action ), bila harga output naik maka kontroler akan
meningkatkan sinyal outputnya
Fungsi kontroler adalah menggenerasi sinyal output atau variabel yang
dimanipulasi, pada basis error (kesalahan) atau perbedaan dari hasil pengikuran dan
set point. Pada pressure control dalam percobaan hasil pengukuran tekanan di
tangki dengan tekanan yang diset untuk tangki pada kontroler.
Jika ada perbedaan antara tekanan yang diukur pada tangki dengan tekanan
pada set point ( input) maka kontroler akan memutuskan apakah akan
memperbesar atau memperkecil bukaan valve ( output). Seberapa banyak output
variabel akan akan berubah
perunit perubahan pada input variabel pada suatu sisstem kontrol
ditunjukkan sebagai Gain. Maka gain dari sistem kontrol :
output perubahankecil dari tekanan
K (1)
input perubahankecil dari bukaan valve
Dimana perubahan kecil dari tekanan berasal dari perubahan set point.
Gain berhubungan dengan personality suatu proses yang dikontrol. Nilai
gain suatu proses bergantung pada sifat fisik proses dan parameter operasinya.
Penentuan gain digunakan untuk melakukan karakteristik statik dari suatu process,
saat melakukan karakteristik statik dapat dilihat kestabilan sistem.
Selain gain, parameter kunci lainnya dalam suatu permodelan dinamik
adalah konstantsta waktu,. Konstanta waktu, menunjukkan sebarapa cepat respon
dari suatu proses. Semakin lambat respon suatu proses maka nilai konstanta waktu
akan semakin besar dan sebaliknya. Satuan dari konstanta waktu biasanya sekon.
2.3.3 Proses
2.3.4 Final Element
Sebagai respon sinyal masukan p(t), final element merubah sinyal p(t) ke
arus yang menghasilkan daya yang sesuai. Final elemen biasanya berupa control
valve. Ada 2 jenis kontrol valve berdasarkan suplai udara yaitu :
Fail Open (FO) atau Air to Close(AC); control valveakan terbuka jika tidak ada
suplai udara maka katup. Untuk menutup katup diperlukan suplai udara
Fail Close (FC) atau Air to Open (AO); control valve akan tertutup jika ada
suplai udara. Untuk membuka katup tersebut diperlukan suplai udara.
2.3.5 Recoder
Recoder merupakan sistem pencatatan dari perubahan yang ada dan recoder tidak
diikutkan dalam perhitungan. Gambar secara keseluruhan mengenai diagram blok
alir komponen dasar dalam sistem pengendalian pada dasarnya sama seperti gambar
1.1 yang terdapat pada subbab 1 sebelumnya.
2.4 Tipe-Tipe Kontroler
2.4.1 Kontroler Aksi Proporsional
Aksi kontrol proporsional memiliki karakteristik dimana besar output unit
control P selalu sebanding dengan besarnya input. Bentuk transfer function dari aksi
pengendalian proporsional sbb :
Output = Gain * Input
Gambar 7. Unit operasi dan Proses yang digunakan dalam Waste Water Treatment
2.6.1 Unit Operasi Fisika
Diantara perlakuan di atas, yang biasa digunakan saat ini adalah metode
fisika melalui gaya fisika untuk menghilangkan kontaminannya. Beberapa contoh
dari metode fisika diantaranya :
Screening
Proses screening merupakan salah satu dari metode tertua yang digunakan
untuk pengolahan air limbah, menghilangkan polutan berat dari aliran
limbah untuk melindungi peralatan downstream dari kerusakan, mencegah
interferensi dengan operasi pabrik dan mencegah terjadinya material
floating saat memasuki tangki pengendapan primer. Contoh proses
screening dapat dilihat dalam gambar dibawah ini :
Gambar 12. Perbandingan efisiensi antara sedimentasi dengan koagulasi dan tanpa koagulasi
Gambar 14. Contoh skematik dari kontaktor Grancular Activated Carbon (GAC)
909 7,37
119 7,41 491 7,39
934 7,36
174 7,39 593 7,38
962 7,37
239 7,38 624 7,39
995 7,36
308 7,39 646 7,38
1003 7,37
334 7,38 658 7,37
1027 7,38
349 7,37 724 7,36
1046 7,37
1137 7,37
819 7,37
4.1.2 Percobaan Automatic
Dari data tersebut kemudian diolah agar didapatkan PIDnya. Untuk mencari PID,
langkah-langkah perhitungannya adalah sebagai berikut :
1. Menghitung delta (Δ)
Δ = 𝑃𝑉𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 − 𝑃𝑉𝑎𝑤𝑎𝑙
Δ = 7,37 – 7,41 = -0,04
2. Menghitung Kp (K)
Δ
𝐾𝑝 =
𝑀𝑉𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 − 𝑀𝑉𝑎𝑤𝑎𝑙
−0,44
𝐾𝑝 = = 𝟎, 𝟎𝟎𝟏𝟔
5 − 30
3. Menghitung τ
𝜏 = 1,5 (t 63% − t 28% )
Nilai t63% dan t28% diperoleh dari perhitungan dengan excel karena pada grafik sulit
dilihat perubahan kondisi. Berikut gambar perhitungan nilai t63% dan t28% :
maka,
𝜏 = 1,5 (613,44 − 489,12)
= 186,48 sekon
4. Menghitung θ (τo)
θ = t 63% − 𝜏
θ = 613,44 − 186,48
= 426,96 sekon
Kc Ti Td SK
7,05
7
6,95
6,9
6,85
Time
Adapun parameter kondisi awal dan kondisi akhir yang diperoleh adalah sebagai
berikut,
8,1
8
7,9
7,8
7,7
PH
7,6
7,5
7,4
7,3
7,2
7,1
14
149,27
453,41
58,73
36,32
81,23
103,82
126,5
172,13
195,08
218,12
241,25
264,47
287,78
311,18
334,67
358,25
381,92
405,68
429,53
477,38
TIME
Gambar 24. Data Pengamatan Percobaan Automatic Controller dengan Kc Ti Td dari percobaan
manual
7,8
7,6
PH
7,4 Modul
7,2 Manual
6,8
0 100 200 300 400 500 600
time (s)
Gambar 26. Grafik Perbandingan Respon Untuk Percobaan B1 (Kc Ti Td modul) dan B2 (Kc Ti
Td Manual)
BAB V
ANALISIS
Gambar 27. Batas Pengisian Air pada Tangki Asam/Basa dan T53
Hal ini bertujuan untuk menghasilkan larutan asam dan basa
berkonsentrasi 0,01 N. Larutan basa dan asam dibuat sebagai “simulasi” untuk
penetralan keasaman air limbah ( larutan asam) oleh suatu agen penetral ( larutan
basa ) sehingga nantinya air limbah yang bersifat asam dapat dikurangi
keasamannya sehingga mencapai pH sekitar 7 (netral) dan aman untuk dibuang di
lingkungan.
Kemudian setelah dimasukkan, diaduk dengan menggunakan pengaduk
untuk meratakan konsentrasi asam atau basa di tangki. Tangki T53, diisi dengan air
dari kran sampai batas untuk agen penetral kadar keasaman larutan asam juga
nantinya, apabila larutan asam yang sudah dinetralkan dengan larutan basa
spesifikasi nya masih kurang cukup aman untuk dibuang. Reaksi penetralan terjadi
di kolam W53 karena percobaan yang kami lakukan adalah metode S, yang lebih
mudah dilakukan pengendaliannya, dengan time constant dan dead time yang lebih
singkat. Sebenarnya, tangki T53 juga dapat digunakan sebagai tempat untuk
penetralan larutan asam oleh larutan basa yang dilakukan pada metode L. Namun
dengan metode L ini, membutuhkan pengendalian yang lebih sulit, dan time
constant serta dead time yang dihasilkan juga lebih lama. Perbedaan antara cara S
dan L hanya terletak pada sensor nya, yaitu pada cara S sensor ditempatkan sebelum
tangki proses, sedangkan pada cara L sensor ditempatkan sesudah tangki proses.
Setelah sudah siap semua, kemudian menyalakan mini plant W921 dan
memulai percobaan pertama yaitu pengendalian manual. Pada percobaan manual
(open loop) alat di-set manual pada kontroler pHlC51.
Set Automatic
Set Manual
Kesimpulan yang diperoleh dari praktikum pH Control ini adalah sebagai berikut :
1. Proses pengendalian pH merupakan proses yang biasa dilakukan di industri
dalam proses water-treatment. Dengan melakukan pengendalian pH, air
limbah yang mungkin bersifat terlalu asam atau basa akan dikendalikan nilai
pH-nya agar pH air limbah bersifat netral (±7) sehingga aman untuk dibuang
ke lingkungan.
2. Pada FOPDT, nilai konstanta gain (Kp) menunjukkan sensitivitas terhadap
gangguan yang diberikan. Konstanta dead time (θ) menunjukkan waktu
yang diperlukan sistem sebelum terjadinya respon. Nilai dead time yang
terkecil adalah yang optimum. Konstanta waktu (τ) menunjukkan kecepatan
sistem untuk merespon gangguan. Semakin besar nilai τ maka waktu untuk
merespon semakin lambat.
3. Nilai FOPDT pada percobaan pertama adalah
0,0016𝑒 −426,96𝑠
𝐹𝑂𝑃𝐷𝑇 =
186,48𝑠 + 1
4. Metode Ziegler – Nichlos merupakan salah satu metode untuk mencari
parameter-parameter kontroler yang optimum (Kc, τI τD)
5. Parameter-parameter kontroler untuk percobaan yang pertama adalah
Parameter yang Diamati Nilai
Kc 𝟑𝟐𝟕, 𝟓𝟕𝟏
Pb 30,5 %
τI 𝟖𝟓𝟑, 𝟗𝟐 𝒔𝒆𝒌𝒐𝒏
τD 𝟐𝟏𝟑, 𝟒𝟖 𝒔𝒆𝒌𝒐𝒏