Anda di halaman 1dari 10

J. Tek. Ling Vol. 12 No. 3 Hal.

241 - 250 Jakarta, September 2011 ISSN 1441-318X

KAJIAN PEMANFAATAN LIMBAH PADAT


INDUSTRI PENGOLAHAN RUMPUT LAUT SEBAGAI
MEDIA KULTUR MIKROALGA CHLORELLA SP.
Wage Komarawidjaja

Peneliti di Pusat Teknologi Lingkungan1


Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi
wkwidjaja@scientist.com

Abstrak

Penelitian ini bertujuan mencari alternatif limbah organik sebaga bahan baku pembuatan
media tumbuh mikroalga Chlorella sp, dimana bahannya melimpah, mudah diperoleh
dengan harga lebih kompetitif. Beberapa literatur menyebutkan bahwa rumput laut
banyak tersebar di perairan laut Nusantara dan memiliki kandungan nutrien (makro dan
mikro) yang tinggi, sehingga limbahnya pun diperkirakan masih mengandung unsure-
unsur yang dibutuhkan untuk pertumbuhan mikroalga. Hasil analisa nutrien pada limbah
padat rumput laut, menunjukan kandungan mikro nutrien yang tinggi, kecuali unsur
nitrogen (N) dan posfor (P) yang tersedia relatif rendah, namun masih layak digunakan
sebagai media mikroalga. Hasil uji pemanfaatan limbah industri pengolahan limbah
rumput laut (LR) dan limbah rumput laut yang sudah diperkaya dengan unsur N (LRP)
dibandingkan dengan media F/2 Guillard (FG) menunjukan bahwa limbah rumput laut
LRP dapat dimanfaatkan sebagai media kultur mikroalga yang ditunjukan oleh tingkat
kepadatan dan laju pertumbuhan mikroalga lebih baik dibandingkan dengan media FG
maupun LR (LRP>FG>LR).Dari hasil pembahasan, dapat disimpulkan bahwa media
kultur asal limbah proses pengolahan rumput laut LRP membuktikan bahwa limbah
organic dari proses pengolahan rumput laut dapat digunakan sebagai bahan baku
pembuatan mediam tumbuh mikroalga, khususnya Chlorella sp.

kata kunci: mikroalga, nutrient, media tumbuh, limbah organik, rumput laut

Abstract

The aim of this study was to determine an alternative of raw material for microalgae
Chlorella sp culture media from organic waste where the material is abundant, easily
obtained with more competitive prices. Some report mentions that a lot of seaweed
scattered archipelago contain high macro and micro nutrients that utilized as a raw
material of food industries and produce huge organic solid waste. The solid waste
was estimated to still contain elements required for the growth of microalgae. A nutrient
analysis of seaweed solid waste showed a high content of micro-nutrients such as
cuprum (Cu), molibdat (Mo), zincum (Zn), cobalt (Co), mangan (Mn) dan boron (B)
except for the nitrogen (N) and phosphorus (P) which is available is relatively low, but
still adequate for use as a culture media of microalgae. In order to fulfil this objective,
three sets of culture media in triplicate were setup. The first set was filled with seaweed
organic solid waste (LR), the second set was filled with LR and that has been enriched
with elements of N (LRP), the third contained medium F/2 Guillard (FG). The results
of the study showed that the LRP medium can be used as a microalgae culture media
indicated by the density and growth rate of microalgae is better than the microalgae

Kajian Pemanfaatan Limbah Padat,... J.Tek. Ling. 12 (3): 241 - 250 241
density in the FG media and LR (LRP> FG> LR). Base on he results of the study, it can
be concluded that LRP as culture media from organic waste of seaweed processing
industry can be used as raw material for the manufacture of microalgae culture media,
especially for Chlorella sp.

keywords: microalgae, nutrient, growing media, organic wastes, seaweed

1. PENDAHULUAN perikanan dan limbah domestik menunjukkan


manfaat yang besar bagi perkembangan
1.1. Latar Belakang mikroalga disatu sisi dan memperbaiki
kualitas lingkungan sebagai manfaat yang
Mikroalga Chlorella sp. adalah salah satu lain5,6).
biota yang hidup melayang di permukaan air Mikroalga pada dasarnya
dan pergerakannya lebih banyak dibantu oleh memanfaatkan berbagai senyawa organik
pergerakan arus. Dengan daya adaptasi yang terutama pada perairan yang tercemar
tinggi terhadap lingkungan dan kemampuan senyawa organik mengandung N dan P
pertumbuhan yang relative cepat, maka bersama C dalam fotosintesis. Oleh karena
mikroalga ini menjadi alternative pertama itu, kultur mikroalga dalam limbah cair
dalam proses penyerapan gas CO2 pada akan tumbuh dengan baik dan sekaligus
fotobioreasktor1,2). berperan positif dalam upaya pengolahan
Hal ini sejalan dengan pendapat limbah cair, seperti terjadi pada air buangan
Chiu S Y (2007) yang menyatakan bahwa kolam budidaya udang yang mengandung
mikroalga dapat digunakan secara efisien bahan organik dengan konsentrasi tinggi
dalam penyerapan CO 2 karena dapat dapat dimanfaatkan untuk kultur mikroalga
tumbuh dengan cepat serta siap untuk Skeletonema costatum dan Chaetoceros
digunakan pada suatu sistem enjiniring cocoarctatus7,8,9).
seperti Fotobioreaktor3). Alasan lain adalah Dengan pertimbangan bahwa, Industri
karena meskipun jumlah biomassa mikroalga agar telah lama berkembang di Indonesia
hanya 0.05% biomassa tumbuhan darat, dimana bahan baku utamanya adalah
namun jumlah C (karbon) yang dapat rumput laut yang berasal dari kekayaan
digunakan dalam proses fotosintesis adalah laut Nusantara, maka limbah padat dari
sama dengan jumlah C yang difiksasi oleh proses pengolahan rumput laut dipilih
tumbuhan darat (~50-100 PgC/th)4). sebagai alterntif bahan baku media kultur
Memelihara dan memanfaatkan mikroalga. Menurut Kim (2008) dalam
kultur mikroalga dalam fotobioreaktor Triwisari dkk (2009), limbah industri rumput
sebagai penyerap gas CO2, membutuhkan laut ini dapat mencapai 65-75% dari bahan
media tumbuh yang mengandung berbagai baku segar yang diolah. Jumlah yang sangat
senyawa organik seperti nitrogen (N), posfor besar ini sering terbuang begitu saja tanpa
(P), mineral dan vitamin dalam fotosintesis ada pemanfaatan lebih lanjut yang dapat
yang murah, mudah dan berdaya saing tinggi meningkatkan nilai tambahnya10).
untuk memproduksi mikroalga. Limbah industri rumput laut berpotensi
Dengan demikian, pemanfaatan limbah sebagai sumber bahan baku alternatif
organik baik sebagai bahan substitusi pembuatan media kultur mikroalga. Rumput
maupun sebagai bahan baku formula laut berdasarkan jenisnya mengandung
media kultur mikroalga adalah merupakan protein yang beragam, berkisar antara
pertimbangan yang bijak, mengingat hasil 5-70% berat kering, tetapi kandungan
penelitian pemanfaatan limbah organik lipidnya rendah berkisar antara 1-5% berat
dari limbah tambak udang, limbah industri kering. Sedangkan kandungan mineralnya

242 Komarawidjaja, W., 2011


mencapai 36% berat kering, yang terdiri dari sebagian besar hanya dibutuhkan dalam
unsur makro (Na, Ca, Mg, K, Cl, S dan P) jumlah sedikit (nutrien mikro), namun untuk
dan unsur mikro (I, Fe, Zn, Cu, Se, Mo, F, pertumbuhannya fitoplankton memerlukan
Mn, B, Ni dan Co). Demikian juga kandungan paling sedikit 19 macam nutrien. Fitoplankton
provitamin A, vitamin C dan Vitamin B12 memerlukan nutrien makro (C, H, O, N, S, K,
cukup tinggi yang tidak ditemukan pada P, dll) dalam perbandingan tertentu, sehingga
vegetasi darat7). kekurangan salah satu dari unsur tersebut
akan menghambat pertumbuhannya7).
1.2. Proses Fotosintesis dan Nutrien Nitrat (NO3-)-N, Ammonium (NH4+)-N
dan orthofosfat (PO4-3-P) adalah bentuk-
Mikroalga atau ganggang renik adalah bentuk nutrien yang siap digunakan oleh
organisme tumbuhan yang berukuran fitoplankton berklorofil dalam proses
sangat kecil dan hanya dapat dilihat fotosintesa7,8,9).
menggunakan mikroskop. Seperti ganggang Sebagaimana diketahui bahwa
pada umumnya, alga mikro juga hidup, pertumbuhan fitoplankton di perairan
tumbuh dan berkembang melalui proses sangat dipengaruhi nitrogen dan fosfor.
fotosintesa yang melibatkan hara (nutrien), Dibandingkan dengan karbon, hidrogen dan
sinar matahari dan air (H2O). oksigen; fosfor dan nitrogen adalah kecil
Mikroalga atau ganggang renik yang kuantitasnya hingga di perairan umum kedua
hidup didalam air disebut fitoplankton. unsur ini sering dianggap sebagai faktor
Ahli menyebutkan bahwa fitoplankton pembatas bagi pertumbuhan fitoplankton.
adalah organisme-tumbuhan sangat kecil Lebih spesifik telah diketahui pula bahwa
(mikroskopik) yang hidup melayang, fosfor adalah unsur hara yang sering menjadi
mengapung didalam air dan memiliki pembatas pertumbuhan fitoplankton di
kemampuan gerak terbatas7,8,9). perairan tawar, sedangkan nitrogen sering
Seperti ganggang yang lain, menjadi pembatas pertumbuhan fitoplankton
fitoplankton tumbuh dan berkembang di perairan pesisir dan lautan 7).
dari hasil fotosintesis yang tergambar
seperti pada Gambar 1. Proses tersebut 1.3. Tujuan dan Sasaran
mengisyaratkan bahwa kehidupan dan
pertumbuhan fitoplankton di alam sangat Kegiatan penelitian ini bertujuan
tergantung pada kandungan nutrient dan untuk mendorong: pemanfaatan potensi
CO2 dalam air serta enerji matahari. limbah industri rumput laut sebagai bahan
Di Indonesia, proses fotosintesa bagi baku alternatif pembuatan media tumbuh
fitoplakton lebih banyak dipengaruhi oleh mikroalga,
nutrient/hara, karena dalam badan air
kandungan CO2 secara umum cukup tinggi, 2. METODOLOGI
dan sebagai negara tropis maka sinar
matahari sangat berlebihan. 2.1. Pelaksanaan Kegiatan
Nutrien adalah elemen kimia penting
yang dibutuhkan fitoplankton untuk tumbuh Kegiatan ini dilaksanakan di Puspiptek
dan berkembang. Secara alamiah meskipun Serpong, pada Laboratorium Balai

MATAHARI
NH3 + 7.62 CO2 + 2.53 H2O C7.62 H8.06 O 2.53 N + 7.62 O2
hara alga sel alga baru

Gambar 1. Proses Fotosintesa Mikroalga

Kajian Pemanfaatan Limbah Padat,... J.Tek. Ling. 12 (3): 241 - 250 243
Teknologi Lingkungan (BTL), dengan waktu 2.3. Perlakuan
pelaksanaan kurang lebih satu bulan yang
meliputi preparasi limbah padat industri Untuk mendapat gambaran bahwa
pengolahan rumput laut, pengamatan media kultur asal limbah pengolahan rumput
pertumbuhan dan analisa nutrien. laut dapat dipakai sebagai substitusi media
tumbuh mikroalga, dilakukan pengujian
2.2. Bahan dan Peralatan dengan menumbuhkan mikroalga pada
media kultur asal limbah rumput laut LR dan
Untuk melakukan penelitian media kultur standar F/2 yang dikembangkan
pemanfaatan limbah organik menjadi media oleh Guillard dkk (1973) (FG) sebagai
kultur mikroalga, maka disiapkan media pembanding11).
kultur standar F/2 dari Guillard disingkat Sebagai perlakuan, disiapkan media
FG dan media kultur yang dibuat dari kultur LR dan media kultur LR yang
limbah padat proses industri pengolahan ditambahkan kedalamnya pengayaan
rumput laut. Limbah padat rumput laut dengan pupuk nitrogen (disingkat LRP)
diperoleh dari PT. Agarindo di Pasar Kemis dengan konsentrasi nitrogen dua kali
Tangerang. Dari limbah padat rumput laut kandungan pada media FG. Selanjutnya
yang sudah dikeringkan ditimbang sebanyak kultur mikroalga jenis Chlorella sp.
1 kg, kemudian dilarutkan dalam 20 liter ditumbuhkan pada tiga media kultur tersebut
akuades, setelah diaerasi selama 3 hari (LR, LRP dan FG). Masing masing media
dan disaring, siap untuk diuji sebagai media kultur disiapkan dalam 3 buah Erlenmeyer
kultur mikroalga disebut LR. Peralatan yang sebagai ulangan.
digunakan selama penelitian disajikan pada Pengujian media tumbuh tersebut
Gambar 2. dilakukan dengan memberikan pencahayaan

PERALATAN PENGUJIAN MEDIA KULTUR MIKROALGA

BOTOL
P E N G U J IAN
M E D IA K U L T U R , P E M AS O K U D AR A :
D AR I L IM B A H H IG H B L O W E R AE R AT O R
O R G AN IK
F IL T R AS I U D A R A

Gambar 2. Rangkaian Perlatan Uji Media Kultur Limbah RL.

244 Komarawidjaja, W., 2011


menggunakan lampu neon dengan kekuatan pengolahan rumput laut dapat disarankan
pencahayaan berkisar antara 3000 – 5000 lux untuk digunakan dan dimanfaatkan sebagai
meter dan hembusan udara luar ad libitum, bahan baku pembuatan media kultur mikroalga.
selama periode pengujian berlangsung. Pemanfaatan limbah tersebut sebagai media
kultur mikroalga dapat mengurangi beban
2.4. Indikator biaya saat mengembangkan mikroalga secara
komersial, sehingga dapat bersaing dengan
Untuk mengetahui kandungan nutrient bahan baku media kultur lainnya. Sebagai
dari limbah padat industry pengolahan suatu ilustrasi, bahwa limbah tersebut
rumput laut, dilakukan uji laboratorium mengandung beberapa jenis mikro dan makro
terhadap beberapa unusr makro dan mikro nutrien yang diperlukan untuk pertumbuhan
limbah tersebut, sehingga dapat diketahui sel mikroalga, meskipun kadarnya tidak persis
sejauhmana peluang limbah tersebut sama dengan media F/2 yang dikembangkan
untuk dimanfaatkan sebagai media tumbuh oleh Guillard dkk (1973)11), sebagaimana
mikroalga. disajikan pada Tabel 1.
Untuk mengukur perubahan yang
terjadi dilakukan pengukuran terhadap Tabel 1.Kandungan Mikro-Makro Nutrien
Indikator perubahan kepadatan biomassa Media Kultur dari Limbah Padat
mikroalga yang ditumbuhkan dalam media Rumput Laut.
kultur tersebut.
Indikator laju pertumbuhan biomassa Limbah
F/2
mikroalga pada masing masing perlakuan Bahan Kimia Unit Rumput
Guillard
media pertumbuhan LR, LRP dan FG, dihitung Laut
berdasarkan rumus laju pertumbuhan (µ) N_NaNO3 mg/L 12.35 5.560
sebagai berikut12) : P_NaH2PO4.H2O mg/L 1.12 14.45
Fe_FeCl3.6H2O mg/L 0.65 1.70
µ = Ln(Xt/X0)/t EDTA_Na2EDTA.2H2O mg/L 3.40 -
dimana :
Cu_CuSO4.5H2O mg/L 2.5 <0.006
µ = laju pertumbuhan
Xt = kerapatan sel pada waktu Mo_NaMoO4.2H2O mg/L 1.80 <0.70
t (sel/ml) Zn_ZnSO4.7H2O mg/L 5 <0.06
X0 = kerapatan sel pada saat awal Co_CoCl2.6H2O mg/L 2.48 <0.02
inokulasi (sel/ml) Mn_MnCl2.4H2O mg/L 50 0.87
t = waktu (hari)
B mg/L - 0.90
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Nitrogen (N). Nitrogen merupakan
3.1. Komposisi Nutrient Media FG dan nutrien penting dalam proses fotosintesis
LR. mikroalga, diperlukan dalam proses
metabolisme organisme bagi kelangsungan
Hasil analisa laboratorium limbah hidupnya. Oleh karena itu, kecukupan
padat organik industri pengolahan rumput nutrien N potensial dan N terlarut ini
laut menunjukkan kandungan nutrien, akan menentukan laju pembelahan dan
unsur makro dan mikro yang potensial pertumbuhan sel mikroalga.
untuk dimanfaatkan sebagai media kultur Fosfor (P). Menurut Krom et la., 1991;
mikroalga. Nausch dan Wamund, 2004; Cortner
Hasil analisa limbah padat tersebut et al, (1997); Karl (1997); dan Wu et al.
menunjukkan bahwa, limbah industri (2000) dalam Komarawidjaja dkk (2010)

Kajian Pemanfaatan Limbah Padat,... J.Tek. Ling. 12 (3): 241 - 250 245
7)
fosfor merupakan unsur esensial bagi 3.2. Pertumbuhan Mikroalga Chlorella
seluruh organisme yang membutuhkan sp. Pada Media FG
energi untuk mentransformasi energi,
membentuk membran dan menyimpan Perubahan kepadatan Chlorella sp
dan mereplikasi informasi genetika. Fosfor di media FG selama studi disajikan pada
terdokumentasi sebagai unsur atau faktor Gambar 5-4. Perubahan populasi tersebut
pembatas pertumbuhan mikroalga.baik di terjadi dengan laju pertumbuhan tersaji pada
laut maupun di danau. Selanjutnya menurut Tabel 3. Gambar 4 menunjukkan bahwa
Cembella et al. (1984); Falkowski dan sampai hari ke-4 (T-3), Chlorella sp. yang
Raven, (1997) dalam Komarawidjaja dkk diawal studi (T-0) ditebar dengan kepadatan
(2010)7), Ketersediaan P yang rendah akan 35x103 sel permilliliter naik dengan pesat
menyebabkan pengaruh pada efek biokimia menjadi rata-rata 1,151x106 sel permilliliter.
dan fisiologi mikroalga. Keterbatasan P Ini berarti kepadatan Chlorella sp meningkat
yang tinggi menyebabkan mikroalga tidak 44 kali dari kepadatan awal.
mampu untuk memproduksi asam nukleat Selanjutnya Gambar 3. menunjukkan
(nucleic acid) dan akhirnya berakibat bahwa setelah naik dengan pesat, kepadatan
pada penurunan pembentukan protein, Chlorella sp meskipun relatif kecil masih
sehingga terganggunya pembentukan sel bertambah di 2 hari berikutnya dan mencapai
atau pembelahan sel serta menurunnya kepadatan maksimal 1,65 x106 sel permilliliter
pemanfaatan sinar matahari dan fiksasi di hari ke-6 (T-5). Setelah itu kepadatan
karbon dioksida (CO2) Chlorella sp. stabil, naik turun dengan kisaran
Ketersediaan P juga akan berpengaruh yang relatif kecil, sebelum akhirnya nampak
terhadap penyerapan unsur metal atau logam cenderung menurun setelah dihari ke 13
pada mikroalga. Sementara itu perubahan (T-12). Perubahan kepadatan Chlorella sp
terhadap enzim yang berkaitan dengan logam selama studi yang diuraikan tersebut dapat
akan mempengaruh ketersediaan P pada disimak pada Tabel 2.
konsentrasi metal dalam sel mikroalga yang Berkenaan dengan uraian Gambar 3 dan
secara keseluruhan akan memepengaruhi Tabel 2 serta mempertimbangkan trend pola
konsentrasi P yang berperan dalam proses pertumbuhan pada media yang tidak diaerasi
siklus logam dalam ligkungan perairan
kolam maupun lautan. Banyak mikroalga
menggunakan P organik yang ada dalam
bahan organik terlarut ketika suplai P inorganik
sangat terbatas, demikian menurut Dyrhman et
al., (2006) dalam Komarawidjaja dkk7).
Yongcheng Ji dan Robert M. Sherrelli
(2008). melaporkan bahwa keterbatasan
ketersediaan P menyebabkan berkurangnya
kecepatan pertumbuhan mikroalga, ratio
C:P (lebih besar dari 1800 mol molar) dan
meningkatkan aktivitas Apase7).
Molibdat (Mo). Mo berperan pada
aktivitas kompleks enzim nicotinamide
adenine dinucleotide nitrate reductase pada
mikroalga yang kekurangan nitrogen (N).
Peranan Mo dalam alga Chlorella adalah Gambar 3. Perubahan populasi Chlorella sp.
untuk mereduksi nitrat ke nitrit7). di media FG

246 Komarawidjaja, W., 2011


maka dapat disimpulkan bahwa Chlorella 3.3. Pertumbuhan Mikroalga Chlorella
sp. yang dikultur di media FG dengan sistem sp. pada Media LR dan LRP
batch dan dipupuk hanya sekali diawal studi ini
diduga mengalami pertumbuhan yang efektif Perubahan populasi chlorella sp di
dalam 6 hari (T-5) pertama dan memiliki daya media limbah rumput laut yang tidak di pupuk
dukung populasi Chlorella sp sebesar 1,65 (LR) dan yang di media limbah rumput laut
x106 sel permilliliter. yang dipupuk (LRP) selama studi disajikan
pada Gambar 4 dan 5. Perubahan populasi
Tabel 2. Laju pertumbuhan (µ) chlorella mikroalga pada media LR terjadi dengan
sp. dan rasio terhadap µ diantara laju pertumbuhan tersaji pada Tabel 2.
media FG, LR dan LRP Gambar 4 menunjukkan bahwa pada awal
nila i µ di m e dia : Ra sio µ m e dia : studi, yakni hari ke:1-3 Chlorella sp tidak
Ha ri ke FG LR LRP FG /LR FG /LRP LRP /LR langsung tumbuh pada media LR, sehingga
1
2
T0
T1
kepadatannya relatif tetap dan membentuk
0,42 (0,14) 0,41 (3,0) 1,0 (2,9)
3 T2 0,68 0,05 0,29 14,9 2,4 6,3 grafik datar. Pada hari ke5 (T4) kepadatan
4 T3 0,62 0,90 1,45 0,7 0,4 1,6 Chlorella sp naik sekitar 8 kali menjadi sekitar
5
6
T4
T5
0,13
0,05
0,39
0,11
0,40
0,03
0,3
0,4
0,3
1,6
1,0
0,3
200x103 sel permilliliter, dan dilanjutkan
7 T6 (0,03) 0,06 0,03 (0,5) (0,9) 0,6 meningkat secara pelahan sampai mencapai
8 T7 0,03 0,05 (0,08) 0,6 (0,4) (1,5) kepadatan populasi tertinggi dihari ke 13 (T12)
9 T8
10 T9
(0,15)
0,10
0,08
0,19
(0,04)
0,05
(2,0)
0,5
4,0
2,2
(0,5)
0,2
menjadi sekitar 1.270x103 sel permilliliter.
11 T 10 (0,04) (0,11) 0,05 0,4 (0,8) (0,5) Setelah hari ke 13 ini populasi nampaknya
12 T 11 0,04 0,05 0,02 0,7 2,1 0,4 mulai berkurang, sehingga pada studi
13 T 12 (0,24) 0,10 (0,04) (2,5) 5,3 (0,5)
14 T 13 0,04 (0,13) (0,06) (0,3) (0,7) 0,5
ini, kepadatan yang sekitar 1.270x103 sel
15 T 14 0,04 (0,10) (0,03) (0,4) (1,2) 0,3 permilliliter itulah yang diduga menjadi daya
dukung media LR untuk Chlorella sp.
Selama studi Chlorella sp di media FG Dibandingkan pertumbuhan di media
tumbuh dengan laju pertumbuhan bervariasi FG, pertumbuhan Chlorella sp di media LR
antara 0,22–1,34 seperti tersaji pada Tabel ini memiliki masa tumbuh dan mencapai
2. Secara umum, kecuali sehari setelah populasi tertinggi dalam periode waktu
penebaran (t-1) laju pertumbuhan Chlorella yang lebih lama, dimana di media FG
sp dari awal hingga akhir studi menurun. dalam periode waktu 6 hari (T5) sedangkan
Fenomena ini diduga berhubungan langsung di media LR dalam waktu 13 hari (T12).
dengan ketersediaan nutrien yang hanya Fenomena ini mengisyaratkan bahwa
diberikan diawal studi (hari pertama = t-0). meskipun limbah rumput laut mengandung
Pada awal kajian disaat konsentrasi nutrien nitrogen dan fosfor yang tinggi, namun unsur
tinggi dan jumlah sel Chlorella sp persatuan tersebut tidak tersedia dalam kondisi siap
volume rendah maka quota nutrient setiap diasimilasi, sehingga untuk diasimilasi alga
sel sangat tinggi, sehingga kemampuan sel perlu diurai (dekomposisi) oleh bakteria.
untuk membelah (laju pertumbuhan) menjadi Proses dekomposisi tersebut melepas
tinggi dan oleh karenanya terjadi kenaikan nutrien secara bertahap, sedikit demi sedikit
kepadatan yang menyolok. Sementara sehingga pertumbuhan sebagai hasil aimilasi
itu, setelah hari ke5 (t-4) Chlorella sp nutrien yang terlepaspun terjadi dengan
tumbuh dengan quota nutrien persel yang lambat sesuai dengan ketersediaan nutrien.
lebih rendah daripada quota sebelum t-4, Satu hal yang perlu diperhatikan adalah
sehingga meskipun pertumbuhan lambat bahwa meskipun Chlorella sp di media LR
ini mengantarkan populasi ke kepadatan tumbuh dalam waktu yang lama, namun
maksimal, namun tergambar dalam grafik kepadatan tertinggi yang dicapai yakni
sebagai kenaikan yang tidak menyolok. 1.270x103 sel permilliliter masih lebih kecil

Kajian Pemanfaatan Limbah Padat,... J.Tek. Ling. 12 (3): 241 - 250 247
dari kepadatan populasi yang dicapai di permilliliter. Perbedaan kepadatan tertinggi
media FG yakni 1,653x103 sel permilliliter. (daya dukung) tersebut diduga sebagai
Hal ini selain berarti bahwa daya dukung pengaruh positif penambahan NaNO3 yang
media LR untuk Chlorella sp lebih kecil berisi nitrogen siap diasimilasi. Keberadaan
daripada media FG, juga mengisyaratkan yang disebabkan karena penambahan
bahwa kualitas media LR dibawah media nitrogen siap diasimilasi tersebut tidak
FG yang diduga karena rendahnya elemen hanya menyebabkan peningkatan daya
N yang siap diasimilasi. Untuk itulah maka dukung, namun juga telah meningkatkan laju
secara paralel dilakukan studi pemeliharaan pertumbuhan Chlorella sp diawal studi pada
Chlorella sp di media LR yang ditambah media LRP dimana pengaruh penambahan
dengan NaNO3 sebagai pengaya nitrogen. nitrogen-NaNO3 (Tabel 2) masih dominan.
Kepadatan tertinggi Chlorella sp di
media LRP yang mencapai 5,637x10 sel
permilliliter juga jauh lebih tinggi daripada
di media FG yang berjumlah 1,65 x106 sel
permilliliter.

Gambar 4. Perubahan Populasi Chlorella sp.


di Media LR dan LRP.

Pertumbuhan Chlorella sp di media


LR yang diperkaya nitrogen yang kemudian
disebut media LRP (Gambar 5) menunjukkan
bahwa seperti pada media LR, Chlorella sp Gambar 5. Perubahan Populasi Chlorella sp.
mulai tumbuh cepat dihari ke 5 (T4) dimana di Media FG, LR dan LRP
pada T4 ke T5 populasi meningkat hampir 20
kali dari 0,122x106 menjadi 2,251x106 sel Selain mengungkapkan daya dukung
permilliliter. Dihari berikutnya dari T5 ke T6 media LRP yang lebih besar dari media
Chlorella sp masih meningkat cukup tajam FG, periode pencapaian yang lebih lama di
yakni lebih dari 2 kali kepadatan sebelumnya media LRP (T12) daripada di media FG (T5)
hingga mencapai kepadatan 4,974x106 sel juga mengisyaratkan bahwa supplai nutrien
permilliliter. di media LRP dalam periode waktu lebih
Setelah itu, sampai studi berakhir lama daripada media LR, dengan kata lain
populasi nampak menjadi stabil, sedikit naik media LRP memiliki kualitas yang lebih baik
turun dan mencapai kepadatan maksimal daripada media LR (Gambar 5). Supplai
sekitar 5,637x10 sel permilliliter di hari nutrien dalam periode waktu yang lebih
ke 13 (T12). Kepadatan tertinggi Chlorella lama tersebut diduga kuat berasal dari hasil
sp di media LRP yang sekitar 5,637x10 dekomposisi limbah rumput laut oleh bakteri
sel permilliliter adalah jauh lebih tinggi yang sudah berkembang.
daripada di media LR yang 1,270 x10 sel Kecenderungan yang sama terjadi

248 Komarawidjaja, W., 2011


pula pada penelitian menggunakan limbah UCAPAN TERIMA KASIH
proses susu, sebagaimana diungkapkan olej
Suberkti dkk (2010), bahwa penggunaan Karya tulis ilmiah (KTI) ini merupakan
media FG lebih baik dari pada limbah susu bagian dari hasil riset insentif tahun 2010
(LS) sebagai media pertumbuhan Cholrella yang didanai oleh pihak Dikti Kementerian
sp, sedangkan penggunaan media LS Pendidikan Nasional, untuk itu ucapan terima
yang diperkaya (LSP) menunjukkan hasil kasih kami sampaikan. Ucapan terima kasih
pertumbuhan kepadatan mikroalga lebih juga kami sampaikan kepada Prof Yudhi S
tinggi dibanding kepadatan mikroalga pada Garno yang telah memberikan dorongan
media FG dan LS ( LSP>FG>LS)13). dalam kajian dan penyusunan naskah ini.

4. PENUTUP DAFTAR PUSTAKA

4.1. Kesimpulan 1. Santoso A D, R A Darmawan dan J


P Susnto. 2011. Pengaruh Laju Alir
a. Hasil analisa laboratorium kandungan Injeksi Gas EMISI PADA Fotobioreaktor
makro dan mikro nutrient limbah terhadap Penyerapan CO 2 oleh
padat industri pengolahan rumput laut Chlorella sp. JTL Vol 12 No:1 : 1-6.
memilkiki potensi untuk dikanfaatkan 2. Santoso A D, R A Darmawan dan A
sebagai media kultur mikroalga Setiawan. 2009. Studi Kemampuan
b. Berdasarkan uji laboratorium, limbah Chaetoceros sp dalam Penurunan
padat proses pengolahan rumput Gas CO2 dalam Fotobioreaktor Sistem
laut mengandung makro nutrient Batch. JHI Vol 3 No.2.
dan beberapa mikro nutrient yang 3. Chiu,S.Y., C.Y. Kao, C.H.Chen, T.C.Kuan,
dibutuhkan dalam fotosintesis dan S.C. Ong dan C.S. Lin. 2007.Reduction of
pertumbuhan mikroalga. CO2 by a high-density culture of Chlorella
c. Kepadatan mikroalga pada media LRP sp. in a semicontinuous photobioreactor.
> FG > LR, artinya laju pertumbuhan Bioresource Technology 99 (2008).pp:
mikroalga pada media LRP baik 3389-
dibandingkan dengan media FG dan 4. Bishop, J.K.B. and R.E. Davis. 2000.
LR. Autonomous Observing Strategies for
the Ocean Carbon Cycle.
4.2. Saran 5. Sipahutar M K. 2004. Pengurangan Bau
Busuk Limbah Cair Industri Pengolahan
a. Dalam mengurangi emisi yang disebabkan Tepung Ikan dan Pemanfaatannya
oleh CO2, sebaiknya pemanfaatan limbah untuk Peningkatan Kelimpahan
organik lebih dioptimalkan sebagai media Fitoplankton Nannochloropsis.
kultur mikroalga dalam mereduksi CO2. Sekolah Pascasarjana IPB. Tesisi.
b. Mengingat limbah proses pengolahan Tidak Dipublikasikan.
rumput laut memiliki kandungan 6. Anonimus. 1963. Final Report :The
jenis mikro nutrien yang potensial, Uptake, Accumulation and Exchange
maka kedepan perlu diusulkan untuk of Radioisotopes by Open Sea
dilakukan kajian kombinasi dengan Phytoplankton. The Marine Laboratory,
limbah organik lain, sehingga mampu Institute Of Marine Science, University
saling melengkapi kebutuhan unsur of Miami.
mikro dan makro nutrient sebagai suatu 7. Komarawidjaja W, Y S Garno, S
media kultur. W.Tjokrokusumo, H Tjahjono, dan

Kajian Pemanfaatan Limbah Padat,... J.Tek. Ling. 12 (3): 241 - 250 249
R Hariyadi. 2010. Optimalisasi pembuatan bioetanol di Indonesia.
Pemanfaatan Limbah Organik Sebagai Program Kreativitas Mahasiswa Institut
Substitusi Media Kultur Mikroalga Pertanian Bogor.
Dalam Upaya Mereduksi Co2. Laporan 11. Guillard, R.R.L., 1973. Methods For
Akhir Riset Insentif. BPPT Jakarta Microflagellates And Nanoplankton.
8. Garno, Y.S., 1993.“Respon Fitoplankton Handbook of Phycological Methods.
pada Perubahan Konsentrasi Nutrient Cambridge University Press, Cambridge
terlarut”, Prosiding Workshop Teknologi University Press, Cambridge, pp. 80-
Lingkungan, Dit. TPLH-BPP Teknologi., 81.
72-78 . 12. Adil E.I., Penuntun praktikum fisiologi
9. Garno, Y.S (2000): Eutrofikasi dan hewan. Jurusan Biologi FMIPA-UI,
Pencemaran Lingkungan Perairan. Depok, 2001, p.57.
Prosiding Pengelolaan Limbah dan 13. S u b e r k t i K W, H T j a h j o n o , W.
Pemulihan Kerusakan Lingkungan, , Komarawidjaja, S.W Tjokrokusumo,
DIT. TL. BPPT, 69-78. 2010. Kajian pemanfaatan chlorella
10. Triwisari D A, P D Ulfana dan A Diptasari. sebagai pengolah limbah cair dan
2009. Potensi limbah industri rumput pengendali emisi co2 industri susu. JTL
laut sebagai bahan baku alternatif ed. Khusus: 89-95.

250 Komarawidjaja, W., 2011

Anda mungkin juga menyukai