Anda di halaman 1dari 104

LEGAL DRAFTING: PENYUSUNAN PERD

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Perkembangan wilayah selalu terkait dengan pertumbuhan tingkat aksesibilitas


atau perjalanan masyarakat. Perubahan, perkembangan, dan pertumbuhan wilayah
menuntut penyediaan ruang, sarana dan prasarana baru sehingga sebagai
implikasinya terjadi perubahan dan pertumbuhan kebutuhan aksesibilitas
transportasi. Perkembangan tersebut menuntut adanya perencanaan transportasi
yang cermat dan integral agar dapat melayani kebutuhan aktivitas masyarakat,
karena transportasi merupakan proses perpindahan manusia dan atau barang dari
satu titik ke titik yang lain dengan menggunakan moda tertentu. Efektivitas
system transportasi pada suatu kawasan sangat tergantung pada pola perencanaan
yang dihasilkan dalam rangka pelayanan aksesibilitas dan mobilitas penduduk.

Semakin tingginya mobilitas maka menyebabkan volume lalu lintas di jalan


semakin tinggi hal ini menyebabkan kepadatan yang cukup signifikan, kemudian
daripada itu dengan semakin tingginya mobilisasi menyebabkan tingginya antrian
dan tundaan pada suatu simpang oleh karena itu perlu adanya kajian atau
penelitian mengenai kinerja ruas jalan dan simpang yang berkesinambungan dan
terus menerus tiap tahunnya. Oleh karena itu perlu adanya studi evaluasi kinerja
ruas jalan dan simpang perkotaan.

B. MAKSUD DAN TUJUAN

Maksud dari studi ini adalah melakukan kegiatan identifikasi, survai dan analisis
kinerja ruas jalan dan simpang di wilayah Perkotaan Yogyakarta.

Studi ini bertujuan untuk:

1 LANGKAH PENYUSUAN LANGKAH PENYUSUAN 1


PERDA PERDA
LEGAL DRAFTING: PENYUSUNAN PERD

1. Menghitung dan menganalisis kinerja lalulintas dan transportasi pada ruas


jalan dan simpang di perkotaan Yogyakarta.
2. Menyusun strategi dan rekomendasi penanganan pada ruas jalan dan
simpang di perkotaan Yogyakarta.

C. SASARAN

Sasaran yang ingin dicapai dalam studi ini adalah tersusunnya data kinerja ruas
jalan sebanyak 100 ruas dan 45 simpang serta rekomendasi penanganannya di
perkotaan Yogyakarta.

D. LOKASI PEKERJAAN

Wilayah studi yang menjadi objek kajian teknis dalam studi ini adalah di Ruas
jalan dan Simpang di Perkotaan Yogyakarta yaitu :

Ruas
Wilayah Bantul

No Ruas No Ruas

Yogyakarta Bakulan (Parangtritis)


1 depan ISI 11 Dawung - Makam Imogiri

Yogyakarta - Barongan (Brimob Sampakan - Singosaren (Timur Sp.


2 Imogiri) 12 Kids Fun)

Yogyakarta - Barongan (Pasar Sampakan - Singosaren (Akses


3 Jejeran) 13 Masuk TPA Piyunga)

4 Barongan – Bibal 14 Imogiri – Dodokan

5 Sedayu – Pandak 15 Patuk – terong

6 Bantul – Srandakan 16 Siluk – Kretek

7 Palbapang – Samas 17 Poncosari – Kretek

8 Palbapang - simpang kweden 18 Pandansimo – Samas

9 Bakulan - Barongan 19 Samas – Parangtritis

2 LANGKAH PENYUSUAN LANGKAH PENYUSUAN 2


PERDA PERDA
LEGAL DRAFTING: PENYUSUNAN PERD

10 Jalan Pleret 20 Gedongkuning – Wonocatur

Wilayah Kulonprogo

No Ruas No Ruas

21 Milir - Dayakan 31 Sentolo - Nanggulan

22 Dayakan - Pengasih 32 Nanggulan – Dekso

23 Sentolo - Pengasih 33 Dekso – Klangon

24 Pengasih - Sermo 34 Sentolo – Brosot

25 Sermo - Klepu 35 Brosot – Toyan

26 Kebonagung 1 - Nanggulan 36 Karangnongko – Nagung

27 Nanggulan - Tegalsari 37 Nagung – Cicikan

28 Tegalsari - Klepu 38 Demen - Glagah

29 Klepu - Siluwok 39 sindutan – Congot

30 Kebonagung 2 - Dekso 40 Ngeremang – Pandansimo

Wilayah Gunungkidul

No Ruas No Ruas

41 Gading - Playen 51 Mulo - Baron

42 Playen - Gledag 52 Wonosari - Karangmojo

43 Playen - Paliyan 53 Karangmojo - Semin

44 Paliyan - Saptosari 54 Karangmojo - Ponjong

45 Legundi - Panggang 55 Wonosari - Nglipar

46 Bibal - Panggang 56 Sambipitu - Nglipar

47 Panggang - Girihatu 57 Nglipar - Semin

48 Dodogan - Playen 58 Batas Bantul 1 - Girijati

49 Wonosari - Mulo 59 Batas Bantul 2 - Girijati

50 Mulo – Tepus 60 Saptosari - Planjan

3 LANGKAH PENYUSUAN LANGKAH PENYUSUAN 3


PERDA PERDA
LEGAL DRAFTING: PENYUSUNAN PERD

Wilayah Sleman

No Ruas No Ruas

61 Yogyakarta - Pulowatu 71 Cebongan - Seyegan

Yogyakarta - Kaliurang (Gardu


62 PLN) 72 Seyegan - Balangan

Yogyakarta - Kaliurang (RSJ


63 Grasia) 73 Deggung - Wonorejo

Yogyakarta -Kebonagung 1 (DPN


64 Giant Swalayan) 74 Wonorejo - Tambakan

Yogyakarta -Kebonagung 1
65 (Ruko Bantulan ) 75 Besi - Jangkang

Yogyakarta -Kebonagung 1
66 (Sentra Genteng ) 76 Jangkang - Koroulon

67 Prambanan - Piyungan 77 Koroulon - Joholanang

Klangon - Tempel (Kecamatan


68 Moyudan) 78 Jl. Seturan (STIE YKPN)

Klangon - Tempel (mang


69 engking) 79 Jl. Colombo Dpn UNY

70 Mlati -Cebongan 80 Selokan Mataram

Per Kotaan Yogyakarta

No Ruas No Ruas

Jalan Laksda Adi Sucipto Dpn


81 Amplaz 91 Jalan Paris Dpn Eks Stieker

82 Jalan Gejayan Depan Toko Merah 92 Jalan Utara Simpang Wojo

83 Jalan C. Simanjuntak 93 Jalan Utara Simpang Giwangan

84 Jalan Prof Yohanes Herman 94 arteri Utara Dpn UPN

Jalan Am Sangaji Depan Gurame


85 Bangjo 95 Arteri Utara Dpn Calista

4 LANGKAH PENYUSUAN LANGKAH PENYUSUAN 4


PERDA PERDA
LEGAL DRAFTING: PENYUSUNAN PERD

Jalan Diponegoro Depan Pasar


86 Kranggan 96 Arteri Utara Dpn Asrama Haji

87 Jalan Mataram 97 Arteri Utara Dpn Monjali

Jalan wates Dpn Pasar Buah


88 Jalan Pasar Kembang 98 Gamping

89 Jalan Malioboro 99 Arteri Selatan (Ketandan - Blok O)

Arteri Selatan (Druwo -


90 Jalan Bhayangkara 100 Dongkelan)

Simpang
Wilayah Bantul Wilayah Kulonprogo

No Simpang No Simpang

1 Simpang Jejeran 11 Simpang Nanggulan

2 Simpang Singosaren 12 Simpang Dekso

3 Simpang Barongan 13 Simpang Sentolo

4 Simpang Manding 14 Simpang Siluwok

5 Simpang Bakulan 15 Simpang Congot

6 Simpang Kweden 16 Simpang Nagung

7 Simpang Palbapang 17 Simpang Brosot

8 Simpang Pandak 18 Simpang Pengasih

9 Simpang Srandakan 19 Simpang Klepu

10 Simpang JEC 20 Simpang Ngremang

Wilayah Gunungkidul Wilayah Sleman

21 Simpang 4 Patuk (Pos PJR) 27 simpang Jati Kencana

22 Simpang Sambipitu 28 Simpang 3 Pombensin JK

23 Simpang Gading 29 Simpang 4 Mirota Godean

24 Simpang Playen 30 Simpang 4 Patran

25 Simpang Saptosari 31 simpang 4 Demak Ijo

5 LANGKAH PENYUSUAN LANGKAH PENYUSUAN 5


PERDA PERDA
LEGAL DRAFTING: PENYUSUNAN PERD

26 Simpang Ngalang 32 Simpang 3 Bantulan

33 Simpang 4 Pasar Godean

34 Simpang 4 Moyudan

35 simpang Kronggahan

36 Simpang Cebongan

37 Simpang Damai Timur

38 Simpang Ngaglik

39 Simpang 3 Besi

40 Simpang 4 Pakem

41 Simpang 3 Damai Barat

42 Simpang 4 Kamdanen

43 Simpang 3 Pulowatu

44 Simpang 3 Piyungan

45 Simpang Masjid Suciati

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. SISTEM TRANSPORTASI

Definisi yang diperoleh mengenai sistem transportasi adalah seperti berikut.

 Sistem : adalah suatu bentuk antara 1 variabel atau komponen dengan


variabel atau komponen yang lain.
 Transportasi : adalah kegiatan yang penunjang atau kelancaran tempat ke
tempat yang lain.

Sistem transportasi adalah suatu bentuk keterkaitan antara penumpang atau


barang, prasarana dan sarana yang berinteraksi dalam rangkaian perpindahan

6 LANGKAH PENYUSUAN LANGKAH PENYUSUAN 6


PERDA PERDA
LEGAL DRAFTING: PENYUSUNAN PERD

orang atau barang yang tercakup dalam suatu tatanan. Sistem transportasi
bertujuan untuk proses transportasi dapat dicapai optimumdalam ruang dan waktu
tertentu dengan mempertimbangkan faktor keamanan,kenyamanan, kelancaran
serta efisiensi waktu dan biaya. Sistem transportasi bermanfaat untuk perjalanan,
bepergian, dan lalu lintas.Perjalanan adalah menikmati perjalanan dalam proses
perpindahan dari suatu tempat ketempat yang lain (menikmati rute dan alat
transportasinya). Bepergian adalah mencapaisuatu tempat dan bukan bertujuan
menikmati apa yang terjadi sepanjang lintasan. Lalulintas adalah menyangkut lalu
lalangnya orang atau barang dari suatu tempat ke tempatyang lain yang akhirnya
menimbulkan lalu lintas.

B. RAGAM MODA TRANSPORTASI

Moda transportasi merupakan istilah yang digunakan untuk menyatakan alat


angkut yang digunakan untuk berpindah tempat dari satu tempat ke tempat lain.
Moda yang biasanya digunakan dalam transportasi dapat dikelompokkan atas
moda yang berjalan di darat, berlayar di perairan laut dan pedalaman, serta moda
yang terbang di udara. Moda yang di darat juga masih bisa dikelompokkan atas
moda jalan, moda kereta api dan moda pipa.

Indonesia sebagai negara kepulauan yang tersebar dengan 17 ribuan pulau hanya
bisa terhubungkan dengan baik dengan sistem transportasi multi moda, tidak ada
satu modapun yang bisa berdiri sendiri, melainkan saling mengisi. Masing-masing
moda mempunyai keunggulan dibidangnya masing-masing. Pemerintah berfungsi
untuk mengembangkan keseluruh moda tersebut dalam rangka menciptakan
sistem transportasi yang efisien, efektif dan dapat digunakan secara aman dapat
menempuh perjalanan dengan cepat dan lancar.

Jaringan transportasi dapat dibentuk oleh moda transportasi yang terlibat yang
saling berhubungan yang rangkai dalam Sistem Transportasi Nasional (Sistranas).
Masing-masing moda transportasi memiliki karakteristik teknis yang berbeda dan
pemanfaatannya disesuaikan dengan kondisi geografis daerah layanan.

7 LANGKAH PENYUSUAN LANGKAH PENYUSUAN 7


PERDA PERDA
LEGAL DRAFTING: PENYUSUNAN PERD

Sistem Transportasi Nasional (Sistranas) adalah tatanan transportasi yang


terorganisasi secara kesisteman terdiri dari transportasi jalan, transportasi kereta
api, transportasi sungai, danau, dan penyeberangan, transportasi laut serta
transportasi pipa, yang masing-masing terdiri dari sarana dan prasarana, kecuali
pipa, yang saling berinteraksi dengan dukungan perangkat lunak dan perangkat
pikir membentuk suatu sistem pelayanan jasa transportasi yang efektif dan efisien,
berfungsi melayani perpindahan orang dan atau barang, yang terus berkembang
secara dinamis.

Moda darat

Jalan

Merupakan moda yang sangat kental dalam kehidupan kita sehari-hari memenuhi
kebutuhan transportasi. Moda jalan mempunyai fleksibilitas yang tinggi sepanjang
didukung dengan jaringan infrastruktur.

Kereta api

Merupakan moda yang digunakan pada koridor dengan jumlah permintaan yang
tinggi, dimana alat angkut kereta api yang berjalan diatas rel. Moda kereta api
tidak se fleksibel seperti moda jalan namun hanya dapat digunakan bila didukung
oleh jaringan infrastruktur rel kereta api.

Angkutan Pipa

Merupakan moda yang umumnya digunakan untuk bahan berbentuk cair atau pun
gas, pipa digelar diatas tanah, ditanam pada kedalaman tertentu di tanah atau pun
digelar melalui dasar laut.

Angkutan Gantung

merupakan moda yang biasanya dipakai untuk keperluan khusus. Misalnya wisata
dan bukan untuk keperluan sehari-hari.

Moda Laut

8 LANGKAH PENYUSUAN LANGKAH PENYUSUAN 8


PERDA PERDA
LEGAL DRAFTING: PENYUSUNAN PERD

Karena sifat fisik air yang menyangkut daya apung dan gesekan yang terbatas,
maka pelayaran merupakan moda angkutan yang paling efektip untuk angkutan
barang jarak jauh barang dalam jumlah yang besar. Pelayaran dapat berupa
pelayaran paniai, pelayaran antar pulau, pelayaran samudra ataupun pelayaran
pedalaman melalui sungai atau pelayaran di danau. Didalam pelayaran biaya
terminal dan perawatan alur merupakan komponen biaya paling tinggi, sedangkan
biaya pelayarannya rendah. Ukuran kapal cenderung semakin besar pada koridor-
koridor pelayaran utama, dimana pada tahun 1960an ukuran kapal yang paling
besar mencapai 100.000 dwt tetapi sekarang sudah mulai digunakan kapal tangker
MV Knock Nevis 650 ribu ton dengan panjang 458 meter, draft 24,6 meter.

Moda Udara

Moda transportasi udara mempunyai karakteristik kecepatan yang tinggi dan dapat
melakukan penetrasi sampai keseluruh wilayah yang tidak bisa dijangkau oleh
moda transportasi lain. Di Papua ada beberapa kota yang berada di pedalaman
yang hanya dapat dihubungkan dengan angkutan udara, sehingga papua
merupakan pulau dengan lebih dari 400 buah bandara/landasan pesawat/air
strip[2] dengan panjang landasan antara 800 sampai 900 meter. Perkembangan
industri angkutan udara nasional, Indonesia sangat dipengaruhi oleh kondisi
geografis wilayah yang ada sebagai suatu negara kepulauan. Oleh karena itu,
Angkutan udara mempunyai peranan penting dalam memperkokoh kehidupan
berpolitik, pengembangan ekonomi, sosial budaya dan keamanan & pertahanan.

Kegiatan transportasi udara terdiri atas : angkutan udara niaga yaitu angkutan
udara untuk umum dengan menarik bayaran, dan angkutan udara bukan niaga
yaitu kegiatan angkutan udara untuk memenuhi kebutuhan sendiri dan kegiatan
pokoknya bukan di bidang angkutan udara. Sebagai tulang punggung transportasi
adalah angkutan udara niaga berjadwal, sebagai penunjang adalah angkutan niaga
tidak berjadwal, sedang pelengkap adalah angkutan udara bukan niaga.

C. MODA TRANSPORTASI JALAN

9 LANGKAH PENYUSUAN LANGKAH PENYUSUAN 9


PERDA PERDA
LEGAL DRAFTING: PENYUSUNAN PERD

Sejarah perkembangan otomotif di Indonesia diawali pada akhir abad 19 dan


berkembang pesat dalam 5 dekade hingga sekarang ini banyak dipengaruhi oleh
produk – produk dari luar negeri seperti Amerika Serikat, Eropa, dan terakhir
Jepang. Industri mobil dalam negeri belum bisa berkembang dinegeri sendiri,
namun industri perakitan yang kemudian berkembang dan diproduksi didalam
negri. Perkembangan yang pesat ini tidak diikuti dengan penyediaan prasarana
jalan yang memadai yang pada gilirannya menimbulkan kemacetan lalu lintas dan
berbagai permasalahan lain seperti meningkatnya pencemaran lingkungan yang
diakibatkan moda transportasi jalan, yang berdampak pula kepada kesehatan
masyarakat, perubahan cuaca dan berbagai dampak negatif lain.

Moda transportasi jalan dapat dikelompokkan atas dua kelompok besar, yaitu
moda kendaraan tidak bermotor dan moda kendaraan bermotor. Pembagian lain
yang juga masih bisa dilakukan adalah moda kendaraan pribadi dan moda
kendaraan umum. Sedang moda angkutan umum juga masih bisa dibagi dalam
dua kelompok yaitu moda angkutan umum dalam trayek dan moda angkutan
umum tidak dalam trayek.

Moda Kendaraan Bermotor

Didalam Undang-undang No 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan


Jalan kendaraan bermotor didefinisikan sebagai setiap Kendaraan yang
digerakkan oleh peralatan mekanik berupa mesin selain Kendaraan yang berjalan
di atas rel.

Kendaraan Bermotor dikelompokkan berdasarkan jenis:

1. sepeda motor;
2. mobil penumpang;
3. mobil bus;
4. mobil barang; dan
5. kendaraan khusus.

10 LANGKAH PENYUSUAN LANGKAH PENYUSUAN 10


PERDA PERDA
LEGAL DRAFTING: PENYUSUNAN PERD

Kendaraan Bermotor angka 2, angka 3, dan angka 4 dikelompokkan berdasarkan


fungsi:

1. Kendaraan Bermotor perseorangan; dan


2. Kendaraan Bermotor Umum.

Gambar 1. Grafik Pertumbuhan kendaraan selama beberapa dekade belakangan


ini

Pertumbuhan kendaraan bermotor di Indonesia tumbuh dengan sangat cepat, jauh


lebih cepat daripada penmabahan panjang infrastruktur jalan yang mengakibatkan
permasalahan kemacetan, terutam di kota-kota besar Indonesia termasuk jalan-
jalan arteri yang terus bertambah padat. Kemacetan pada gilirannya akan
mengakibatkan permasalahan terhadap terhadap efisiensi dan efektifitas sistem
transportasi.

Jenis Kendaraan bermotor

Kendaraan bermotor merupakan alat angkut yang paling populer digunakan


masyarakat dalam hampir setiap kegiatan sehari-hari, bahkan bisa meningkatkan
status sosial masyarakat. Jumlah kendaraan bermotor yang paling banyak
digunakan adalah kendaraan untuk keperluan pribadi, khususnya sepeda motor
mempunyai pangsa 74 persen, mobil penumpang sebesar 15 persen.

Sepeda Motor

11 LANGKAH PENYUSUAN LANGKAH PENYUSUAN 11


PERDA PERDA
LEGAL DRAFTING: PENYUSUNAN PERD

Sepeda Motor didefinisikan sebagai Kendaraan Bermotor beroda dua dengan atau
tanpa rumah-rumah dan dengan atau tanpa kereta samping atau Kendaraan
Bermotor beroda tiga tanpa rumah-rumah. Rodanya sebaris dan pada kecepatan
tinggi sepeda motor tetap tidak terbalik dan stabil disebabkan oleh gaya
giroskopik; pada kecepatan rendah pengaturan berkelanjutan setangnya oleh
pengendara memberikan kestabilan.

Jenis-jenis motor

Gambar 2. Jenis-jenis sepeda motor

 Cruiser,jenis motor ini biasanya memiliki posisi stang yang tinggi,posisi


kaki yang relatif ke depan,dan posisi kursi yang rendah.Posisi mengemudi
ini menciptakan kenyamanan ergonomika pada pegemudi.Motor Cruiser
memiliki daya belok yang terbatas karena desainnya.
 Dual Sport,memiliki posisi mesin yang tinggi,ban dengan permukaan
khusus untuk melewati berbagai macam medan dan posisi stang yang
dibuat supaya dapat dikelndalikan dengan mudah saat melewati
ringtangan.Motor jenis ini memiliki settingan mesin yang berfokus pada
tenaga pada putaran bawah dan tenaga mesin difokuskan pada gigi-gigi

12 LANGKAH PENYUSUAN LANGKAH PENYUSUAN 12


PERDA PERDA
LEGAL DRAFTING: PENYUSUNAN PERD

yang lebih rendah seperti gigi 1 dan 2.Bobot pun dibuat seringan mungkin
demi mengembangkan kemampuan menjelajahi berbagai medan.
 Touring,jenis motor yang digunakan untuk kenyamanan pada perjalanan
jauh.Kebanyakan motor touring memiliki fitur-fitur mewah seperti
GPS,TV,Radio,kursi penumpang yang besar,dan lemari yang banyak.
 Skuter,motor berukuran kecil yang memiliki konsumsi bensin yang baik
dan kelincahan dalam menyelip lalu lintas.
 Bebek,atau disebutnya moped,adalah jenis motor yang dahulunya dalah
sepeda bertenaga pedal manusia dan setengah listrik,kini menjadi sepeda
motor bertenaga bensin.Memiliki pengendalian melebihi skuter namun
lebih ekonomis dari motor sport.
 motor sport,jenis motor yang memiliki performa dan pengendalian yang
lebih.Posisi mengemudi pun difokuskan untuk menjaga titik gravitasi
supaya pengendalian lebih terkendali.
 Sport Touring,Gabungan antara touring dan sport,motor sport touring
adalah motor sport yang masih memiliki faktor-faktor kenyamanan.

Sepeda motor listrik

Sepeda motor listrik adalah kendaraan tanpa bahan bakar minyak yang digerakkan
oleh dinamo dan akumulator. Seiring dengan mencuatnya masalah pemanasan
global dan kelangkaan BBM maka kini produsen kendaraan berlomba-lomba
menciptakan kendaraan hibrida, dan sepeda motor listrik termasuk salah satu di
dalamnya. Sampai sekarang di Indonesia telah tersedia tipe dengan kecepatan 60
km/jam, dilengkapi rem cakram, lampu penerangan dekat dan jauh, lampu sein,
lampu rem serta klakson.

Pihak Kepolisian dan Dinas Perhubungan menegaskan kendaraan ini tidak


memerlukan STNK. Disamping itu, Dinas Perhubungan menambahkan
pernyataan juga tidak diperlukannya BPKB.

Mobil Penumpang

13 LANGKAH PENYUSUAN LANGKAH PENYUSUAN 13


PERDA PERDA
LEGAL DRAFTING: PENYUSUNAN PERD

Yang dimaksud dengan “mobil penumpang” adalah Kendaraan Bermotor


angkutan orang yang memiliki tempat duduk maksimal 8 (delapan) orang,
termasuk untuk Pengemudi atau yang beratnya tidak lebih dari 3.500 (tiga ribu
lima ratus) kilogram.

Gambar 3. Mobil sport Lotus Elise

Jenis mobil penumpang

1. Sedan Merupakan mobil khusus penumpang. Jenis mobil ini paling mewah
dibanding mobil lain oleh karenanya pajaknya lebih tinggi dan harganya
lebih mahal.
2. Jeep Adalah mobil penumpang yang banyak digunakan untuk menjangkau
medan berat karena lebih lincah. Poros rodanya lebih tinggi daripada
sedan. Untuk bisa melalui medan yang berat sering dilengkapi dengan
penggerak empat roda, diperlengkapi dengan asesoris seperti winch,
tanduk.
3. Minivan Mobil jenis ini cocok untuk keluarga. Kapasitas muatnya lebih
banyak dibanding sedan. Bentuknya perpaduan antara mobil niaga dan
penumpang. Bodi belakang mirip minibus namun bodi depan mirip sedan.
Minivan dapat dilihat mirip dengan jeep namun dengan bodi yang lebih
panjang atau mirip minibus dengan hidung depan.

Pertimbangan dalam membeli kendaraan

Untuk menghindari kesalahan dalam membeli mobil ada beberapa hal yang
memang harus dijadikan bahan pertimbangan, sehingga mobil yang anda miliki

14 LANGKAH PENYUSUAN LANGKAH PENYUSUAN 14


PERDA PERDA
LEGAL DRAFTING: PENYUSUNAN PERD

bisa efektif dan efisien buat diri anda sendiri. Yang harus menjadi pertimbangan
adalah:

1. Mesin Diesel Atau Bensin, ada dua jenis mesin kendaraan yang dapat
menjadi pilihan Anda. Apakah mobil bermesin diesel atau mobil bermesin
bensin, kedua jenis mesin ini memiliki karakter yang sangat berbeda. Yang
paling bisa terlihat adalah, mesin bensin cenderung memiliki getaran dan
suara lebih halus, sedangkan mesin diesel punya getaran yang lebih besar
dan bersuara lebih kasar. Mesin diesel menggunakan bahan bakar solar,
sedangkan mesin bensin menggunakan bahan bakar sejenis Premium
ataupun Pertamax. Jadi, ada baiknya pelajari kekurangan dan kelebihan
masing-masing tipe mesin dengan membaca brosur mobil tersebut dan
sesuaikan dengan keinginan anda.
2. Transmisi Manual Atau Automatic (Otomatis), buat anda yang
menginginkan kepraktisan dan kenyamanan berkemudi diperkotaan yang
padat, mobil bertransmisi otomatis bisa jadi pilihan. Sedangkan jika tidak
terlalu memperdulikan hal itu mobil transmisi manual tidak salah untuk
dipilih.
3. Jenis Mobil, cecara garis besar ada dua jenis mobil yaitu mobil
penumpang dan mobil niaga. Mobil jenis penumpang itu seperti sedan,
SUV dan Hatchback dan untuk jenis niaga itu kebanyakan seperti jenis
MPV. Mobil penumpang umumnya lebih bergengsi dari segi model dan
menawarkan kenyamanan lebih, sedangkan untuk mobil niaga
menawarkan kapasitas muat yang banyak serta biaya perawatan yang
mudah dan murah.
4. Tingkat Konsumsi Bahan Bakar, setiap mobil memiliki tingkat konsumsi
bahan bakar yang berbeda-beda. Umumnya semakin besar kapasitas CC
mesin mobil, berarti konsumsi BBM-nya pun semakin banyak serta tenaga
mesinnya pun semakin besar, misalkan mobil 1500 CC pasti konsumsi
BBM-nya lebih boros daripada yang bermesin 1000 CC, namun mobil
1500 CC tenaganya lebih kuat. Akan tetapi seiring tekknologi mesin yang

15 LANGKAH PENYUSUAN LANGKAH PENYUSUAN 15


PERDA PERDA
LEGAL DRAFTING: PENYUSUNAN PERD

semakin baik, banyak mobil dengan kapasitas mesin yang ber CC besar
pun tetap bisa memiliki konsumsi BBM yang irit alias efisien. Yang jelas
untuk saat ini, pilihlah mobil yang konsumsi BBM-nya irit. Mobil dengan
jenis transmisi otomatis cenderung lebih boros ketimbang transmisi
manual.
5. Ketersediaan dan Harga Spareparts, suku cadang adalah hal yang penting
untuk diketahui, mulai dari ketersediaan hingga harganya harus diketahui
informasinya. Karena tiap komponen di mobil pasti punya waktu masa
pakai. Tanyakan kepada dealer atau penjual bagaimana dengan
ketersediaan suku cadangnya, akan lebih baik mencari informasi lagi
diluar dari kedua sumber tersebut. Mobil yang harga suku cadangnya
mahal dan sulit didapatkan saat dibutuhkan tentu akan sangat merepotkan
jika suatu saat ada kerusakan pada mobil yang anda gunakan.
6. Nilai Harga Jual Kembali, untuk antisipasi, jika sewaktu-waktu anda
bosan dengan mobil yang sudah dimiliki dan tiba-tiba ingin menjualnya,
ada baiknya mempertimbangkan harga jual kembali. Semakin tinggi nilai
harga jualnya kembali, tentunya akan sangat menguntungkan bagi anda.
Sebagai informasi harga mobil akan tetap tinggi jika suku cadangnya
murah dan mudah diperoleh, serta pemakaian bahan bakarnya irit.
7. Jarak Tempuh dan Kondisi Jalan Sehari-hari, pertimbangkan juga dimana
tempat tinggal anda untuk memilih mobil yang sesuai. Misalkan jalanan
menuju rumah anda tidak rata dan rawan banjir maka sebaiknya pilih
mobil yang memiliki kaki-kaki yang tinggi atau jarak dengan permukaan
tanahnya (ground clearance) tinggi, tidak dianjurkan memilih mobil sedan.
Pilihlah mobil City Car jika tempat tinggal anda memiliki jalanan yang
sempit dan pada, karena mobil jenis City Car pasti memiliki ukuran body
yang kecil. Pertimbangkan juga jika Anda tidak mempunyai lahan parkir.
8. Kemudahan Service, pilihlah mobil yang memiliki jaringan pelayanan
bengkel resminya banyak dan tersebar luas, serta sebisa mungkin juga cari
informasi mengenai biaya yang harus dikeluarkan setiap kali servis untuk
perawatan (Tune-Up).

16 LANGKAH PENYUSUAN LANGKAH PENYUSUAN 16


PERDA PERDA
LEGAL DRAFTING: PENYUSUNAN PERD

Mobil Bus

Yang dimaksud dengan “mobil bus” adalah Kendaraan Bermotor angkutan orang
yang memiliki tempat duduk lebih dari 8 (delapan) orang, termasuk untuk
Pengemudi atau yang beratnya lebih dari 3.500 (tiga ribu lima ratus) kilogram.
Istilah bus ini berasal dari bahasa Latin, omnibus, yang berarti "(kendaraan yang
berhenti) di semua (perhentian)". Ukurannya bermacam-macam. Bus besar untuk
beroperasi di jalan-jalan raya yang lebar dan transportasi jarak jauh. Bus kecil
beroperasi di kampung atau jalan kecil antar kota kabupaten. Bentuknya ada dua
macam yaitu bentuk berhidung dan tanpa hidung. Sekarang kebanyakan bus
didesain tanpa hidung sehingga lebih praktis dan ringkas.

Jenis bus berdasarkan bentuk

Gambar 4. Bus Sekolah Laidlaw

Gambar 5. Bus tingkat di kota Berlin.

17 LANGKAH PENYUSUAN LANGKAH PENYUSUAN 17


PERDA PERDA
LEGAL DRAFTING: PENYUSUNAN PERD

Gambar 6. Bus City tour

Gambar 7. Neoplan Jumbocruiser tahun 1992

Jenis berdasarkan bentuk dapat dikelompokkan sebagai berikut:

Bus

Bus atau dalam bahasa Inggris disebut Coach atau motorcoach biasanya adalah
kendaraan yang dirancang untuk bepergian jarak jauh dari bus biasa. Sebagai
hasilnya dia dilengkapi dengan kursi yang lebih nyaman, sebuah ruangan untuk
tempat bagasi, dan mesin yang lebih besar. Kendaraan ini biasanya lebih tinggi
dari bus biasa, dan dilengkapi dengan A.C., toilet, dan sistem audio/video.

Mesin yang digunakan harus mampu menempuh trayek yang belum tentu mulus
dibeberapa daerah seperti di pedalaman Papua< Kalimantan atau Sumatera.
Disamping itu bus juga digunakan untuk kepentingan pariwisata jarak jauh atau
keliling kota menuju objek-objek wisata didalam kota, bus yang demikian ini
biasanya disertai pemandu wisata.

Bus sekolah

Bus sekolah digunakan untuk mengangkut anak-anak sekolah antara rumah


mereka ke sekolah apabila tempat tinggal mereka terlalu jauh untuk ditempuh

18 LANGKAH PENYUSUAN LANGKAH PENYUSUAN 18


PERDA PERDA
LEGAL DRAFTING: PENYUSUNAN PERD

dengan berjalan kaki. Di AS bus sekolah biasanya memiliki warna khusus yaitu
kuning dan dilengkapi dengan lampu peringatan lalu lintas serta perlengkapan
pengaman lainnya yang digunakan ketika para penumpang naik atau turun dari
bus. Bus sekolah biasanya dioperasikan oleh distrik sekolah atau oleh penyedia
jasa bus sekolah yang dikontrak. First Student memperkenalkan bus-bus kuning di
Britania Raya. Namun kebanyakan pelayanan bus sekolah dilakukan dengan
menggunakan bus-bus biasa. Di negara-negara lain, bus sekolah tidak selalu
berwarna kuning. Buenos Aires, dan kemungkinan juga bus-bus sekolah lainnya
di Argentina diberi warna oranye dan ditulisi "escolares." Di Jakarta pernah
dicoba diperkenalkan bus sekolah oleh pemerintah Jakarta, namun proyek ini
tidak berhasil karena seringkali penumpang yang bukan murid sekolah juga ikut
menggunakannya. Beberapa sekolah swasta di beberapa tempat di Indonesia
memberikan pelayanan bus sekolah bagi siswa-siswanya.

Bus Tingkat

Bus tingkat Bus tingkat dirancang dengan dua lantai agar dapat memuat lebih
banyak penumpang. Pernah dikenal dan digunakan sebagai bagian dari
transportasi publik di Jakarta, Surakarta, Surabaya, Makasar, namun karena umur
dan kebijakan pengoperasian, bus tingkat hanya tinggal kenangan. Bus tingkat
juga digunakan sebagai angkutan penumpang umum di beberapa kota besar
seperti London, Bombay, Hong Kong, Singapura, Dublin, Berlin, Davis,
California, dan Victoria, British Columbia.

Digunakan juga sebagai angkutan pariwisata di perkotaan atau yang dikenal


sebagai city tour yang melewati rute yang diatur melalui objek-objek wisata kota.
Bus seperti ini ditemukan dibeberapa kota besar seperti di New York, Barcelona,
London, yang biasanya penumpang dapat naik dan turun pada setiap objek wisata
dengan menerapkan karcis terusan yang berlaku untuk satu atau dua hari. Lantai 2
biasanya terbuka untuk memberikan pandangan yang lebih luas kepada
penumpang yang duduk dilantai 2, walaupun hal ini mengakibatkan masalah bila
turun hujan.

19 LANGKAH PENYUSUAN LANGKAH PENYUSUAN 19


PERDA PERDA
LEGAL DRAFTING: PENYUSUNAN PERD

Bus Tempel

Bus tempel yang dikenal dalam Bahasa Inggris sebagai articulated bus, tandem
bus atau accordion bus adalah bus yang merupakan rangkaian 2 chasis yang
tersambung dengan suatu sumbu putar/turn table dan mempunyai 3 as roda, 2
pada chasis di depan dan 1 pada chasis yang di belakang (bisa tandem) dalam satu
kesatuan. Bus tempel digunakan pada trayek angkutan angkutan perkotaan yang
penumpangnya banyak, karena setiap bus dapat mengangkut sampai 160 orang
penumpang.

Jenis bus berdasarkan penggunaan

Jenis bus berdasarkan penggunaan dapat dikelompokkan:

Bus kota

Merupakan bus yang digunakan didalam kota untuk angkutan yang sifatnya untuk
pelayanan jarak pendek sehingga biasanya diperlengkapi tempat berdiri sehingga
dapat memuat penumpang dalam jumlah yang lebih banyak. Biasanya sebagai
patokan jumlah penumpang yang dipakai adalah 6 penumpang per meter persegi
luas lantai bus yang digunakan untuk berdiri.

Kapasitas bus kota yang biasa digunakan:

 Bus kecil dengan kapasitas antara 9 sampai 16 orang


 Bus sedang disebut juga bus 3/4 dengan kapasitas 17 sampai 35 orang
 Bus besar dengan kapasitas 36 sampai 60 orang
 Bus tingkat (double decker) dengan kapasitas 70 sampai 120 orang
 Bus tempel (articulated bus) dengan kapasitas 100 sampai 170 orang
 Bus dwi tempel (biarticulated bus) dengan kapasitas 150 sampai 250 orang

Bus antar kota

Merupakan bus yang digunakan untuk perjalanan jarak jauh sehingga


diperlengkapi dengan kursi untuk setiap penumpang. Bus dapat diperlengkapi

20 LANGKAH PENYUSUAN LANGKAH PENYUSUAN 20


PERDA PERDA
LEGAL DRAFTING: PENYUSUNAN PERD

dengan berbagai fasilitas diantaranya pendingin udara, toilet, TV dan berbagai


fasilitas lainnya.

Bus pariwisata

Gambar 8. Bus pariwisata yang digunakan di Australia

Merupakan bus yang digunakan untuk perjalanan jarak jauh untuk pariwisata dan
biasanya sehingga diperlengkapi dengan kursi yang nyaman untuk setiap
penumpang. Bus dapat diperlengkapi dengan berbagai fasilitas diantaranya
pendingin udara, toilet, TV dan berbagai fasilitas lainnya. Perjalanan wisata bisa
berlangsung mulai dari hanya beberapa jam sampai dengan beberapa hari untuk
tour jarak jauh, bahkan dapat dilakukan antar negara ataupun antar benua.

Mobil Barang

Gambar 9. Mobil barang Isuzu Elf

Yang dimaksud dengan “mobil barang” adalah Kendaraan Bermotor yang


digunakan untuk angkutan barang. Mobil barang lebih populer dikenal sebagai
truk yang berasal dari bahasa Inggris Truck atau prahoto ayang berasal dari
bahasa Belanda vrachtauto. Dalam bentuk kecil disebut pick-up.

21 LANGKAH PENYUSUAN LANGKAH PENYUSUAN 21


PERDA PERDA
LEGAL DRAFTING: PENYUSUNAN PERD

Jenis Mobil barang

1. Truk barang umum, merupakan truk yang digunakan untuk mengangkut


segala jenis barang, baik yang dikemas ataupun tanpa kemasan dalam
bentuk curah, namun penggunaan yang sifatnya spesifik sering diangkat
dengan truk yang diperuntukkan untuk satu jenis barang saja.
2. Truk tangki adalah truk yang dirancang untuk mengangkut muatan
berbentuk cair atau gas. Untuk meningkatkan kestabilan dalam
transportasi cairan dalam tangki, tangki dibagi dalam beberapa
kompartemen yang dipisahkan dengan sekat-sekat.
3. Mobil box adalah kendaraan angkutan barang antaran yang biasanya
digunakan untuk mengangkut barang antaran (delivery van) yang
dimasukkan dalam suatu box yang terbuat dari baja ataupun dari
aluminium. Dengan box ini barang akan terlindungi dari hujan dan angin
dan disamping itu juga melindungi barang dari tangan-tangan jahil. Ada
pula truk box yang dilengkapi dengan pendingin yang digunakan untuk
mengangkut barang yang mudah busuk atau rusak karena suhu seperti
untuk angkutan es, daging, ikan, sayuran dan buah-buahan.
4. Mobil peti kemas disebut juga truk kontainer adalah kendaraan
pengangkut peti kemas terdiri dari kendaraan penarik (tractor head) dan
kereta tempelan dimana peti kemas ditempatkan. Trend angkutan barang
dengan peti kemas meningkat dengan cepat karena intermodalitynya yang
tinggi sehingga mempermudah bongkar-muat/handling dari barang yang
mengakibatkan biaya angkutan secara keseluruhan menurun dengan
drastis. Disamping itu keamanan dari barang juga lebih tinggi.

Daya angkut

Daya angkut truk tergantung kepada beberapa variabel, diantaranya jumlah ban,
jumlah sumbu/konfigurasi sumbu, muatan sumbu, kekuatan ban, daya dukung
jalan, lebar tapak ban. Pada daftar berikut ditunjukkan hubungan antara daya
angkut dengan konfigurasi sumbu truk untuk jalan dengan JBI Kelas II (Muatan

22 LANGKAH PENYUSUAN LANGKAH PENYUSUAN 22


PERDA PERDA
LEGAL DRAFTING: PENYUSUNAN PERD

sumbu maksimum 10 ton per gandar) dan jalan dengan JBI Kelas III (Muatan
sumbu maksimum 8 ton per gandar)

Gambar 10. Daftar Konfigurasi Sumbu mobil barang/truk

Kendaraan Khusus

Yang dimaksud dengan “kendaraan khusus” adalah Kendaraan Bermotor yang


dirancang khusus yang memiliki fungsi dan rancang bangun tertentu, antara lain:

1. Kendaraan Bermotor Tentara Nasional Indonesia;


2. Kendaraan Bermotor Kepolisian Negara Republik Indonesia;
3. alat berat antara lain bulldozer, traktor, mesin gilas (stoomwaltz), forklift,
loader, excavator, dan crane; serta
4. Kendaraan khusus penyandang cacat.

Moda kendaraan tidak bermotor

Merupakan moda angkutan yang digerakkan dengan tenaga manusia seperti


sepeda, gerobak dorong ataupun becak; moda yang digerakkan tenaga hewan
seperti sado, bendi, cikar, cidomo yang digerakkan kuda, gerobak sapi; moda
yang digerakkan dengan layar seperti selancar angin yang digunakan sebagai
perangkat yang digunakan untuk olahraga.

23 LANGKAH PENYUSUAN LANGKAH PENYUSUAN 23


PERDA PERDA
LEGAL DRAFTING: PENYUSUNAN PERD

Sepeda

Gambar 11. Ojek sepeda di Indonesia

Gambar 12. Sepeda gunung

Gambar 13. Sepeda dilengkapi lampu depan, dengan berbagai tas dan alat
penyimpanan

24 LANGKAH PENYUSUAN LANGKAH PENYUSUAN 24


PERDA PERDA
LEGAL DRAFTING: PENYUSUNAN PERD

Gambar 14. Rancangan sepeda Drais, 1817

Sepeda adalah kendaraan beroda dua atau tiga, mempunyai setang sebagai alat
kendali, tempat duduk, dan sepasang pengayuh yg digerakkan kaki yang biasanya
dihubungkan dengan rantai untuk menjalankan poros roda belakang sepeda.

Sepeda merupakan salah satu moda transportasi tidak bermotor yang sangat
populer untuk perjalanan kerja, sekolah atau belanja, maupun sebagai alat untuk
berolah raga. Sepeda populer digunakan di kota Jogjakarta, namun secara
perlahan mulai tergantikan oleh sepeda motor, tetapi makin populer digunakan
dimanca negara sebagai salah satu langkah untuk menuju transportasi yang
berwawasan lingkungan muncul gerakan "bike to work". Untuk mempromosikan
penggunaan sepeda bahkan dibeberapa kota ada disediakan sepeda yang bebas
digunakan oleh warga kota.

Sejarah perkembangan sepeda

Seperti ditulis Ensiklopedia Columbia, nenek moyang sepeda diperkirakan berasal


dari Perancis. Menurut kabar sejarah, negeri itu sudah sejak awal abad ke-18
mengenal alat transportasi roda dua yang dinamai velocipede. Bertahun-tahun,

25 LANGKAH PENYUSUAN LANGKAH PENYUSUAN 25


PERDA PERDA
LEGAL DRAFTING: PENYUSUNAN PERD

velocipede menjadi satu-satunya istilah yang merujuk hasil rancang bangun


kendaraan dua roda.

Yang pasti, konstruksinya belum mengenal besi. Modelnya pun masih sangat
"primitif". Ada yang bilang tanpa engkol, pedal tongkat kemudi (setang). Ada
juga yang bilang sudah mengenal engkol dan setang, tapi konstruksinya dari kayu.

Adalah seorang Jerman bernama Baron Karls Drais von Sauerbronn yang pantas
dicatat sebagai salah seorang penyempurna velocipede. Tahun 1818, von
Sauerbronn membuat alat transportasi roda dua untuk menunjang efisiensi
kerjanya. Sebagai kepala pengawas hutan Baden, ia memang butuh sarana
transportasi bermobilitas tinggi. Tapi, model yang dikembangkan tampaknya
masih mendua, antara sepeda dan kereta kuda. Sehingga masyarakat menjuluki
ciptaan sang Baron sebagai dandy horse.

Baru pada 1839, Kirkpatrick MacMillan, pandai besi kelahiran Skotlandia,


membuatkan "mesin" khusus untuk sepeda. Tentu bukan mesin seperti yang
dimiliki sepeda motor, tapi lebih mirip pendorong yang diaktifkan engkol, lewat
gerakan turun-naik kaki mengayuh pedal. MacMillan pun sudah "berani"
menghubungkan engkol tadi dengan tongkat kemudi (setang sederhana).

Sedangkan ensiklopedia Britannica.com mencatat upaya penyempurnaan penemu


Perancis, Ernest Michaux pada 1855, dengan membuat pemberat engkol, hingga
laju sepeda lebih stabil. Makin sempurna setelah orang Perancis lainnya, Pierre
Lallement (1865) memperkuat roda dengan menambahkan lingkaran besi di
sekelilingnya (sekarang dikenal sebagai pelek atau velg). Lallement juga yang
memperkenalkan sepeda dengan roda depan lebih besar daripada roda belakang.

Namun kemajuan paling signifikan terjadi saat teknologi pembuatan baja


berlubang ditemukan, menyusul kian bagusnya teknik penyambungan besi, serta
penemuan karet sebagai bahan baku ban. Namun, faktor safety dan kenyamanan
tetap belum terpecahkan. Karena teknologi suspensi (per dan sebagainya) belum
ditemukan, goyangan dan guncangan sering membuat penunggangnya sakit

26 LANGKAH PENYUSUAN LANGKAH PENYUSUAN 26


PERDA PERDA
LEGAL DRAFTING: PENYUSUNAN PERD

pinggang. Setengah bercanda, masyarakat menjuluki sepeda Lallement sebagai


boneshaker (penggoyang tulang).

Sehingga tidak heran jika di era 1880-an, sepeda tiga roda yang dianggap lebih
aman buat wanita dan laki-laki yang kakinya terlalu pendek untuk mengayuh
sepeda konvensional menjadi begitu populer. Trend sepeda roda dua kembali
mendunia setelah berdirinya pabrik sepeda pertama di Coventry, Inggris pada
1885. Pabrik yang didirikan James Starley ini makin menemukan momentum
setelah tahun 1888 John Dunlop menemukan teknologi ban angin. Laju sepeda
pun tak lagi berguncang.

Penemuan lainnya, seperti rem, perbandingan gigi yang bisa diganti-ganti, rantai,
setang yang bisa digerakkan, dan masih banyak lagi makin menambah daya tarik
sepeda. Sejak itu, berjuta-juta orang mulai menjadikan sepeda sebagai alat
transportasi, dengan Amerika dan Eropa sebagai pionirnya. Meski lambat laun,
perannya mulai disingkirkan mobil dan sepeda motor, sepeda tetap punya
pemerhati. Bahkan penggemarnya dikenal sangat fanatik.

Jenis-jenis sepeda

Kini sepeda mempunyai beragam nama dan model. Pengelompokan biasanya


berdasarkan fungsi dan ukurannya.

 Sepeda gunung-digunakan untuk lintasan off-road dengan rangka yang


kuat, memiliki suspensi, dan kombinasi kecepatan sampai 27.
 Sepeda jalan raya-digunakan untuk balap jalan raya, bobot keseluruhan
yang ringan, ban halus untuk mengurangi gesekan dengan jalan,
kombinasi kecepatan sampai 27
 Sepeda BMX-BMX merupakan kependekan dari bicycle moto-cross,
banyak digunakan untuk atraksi
 Sepeda mini-termasuk dalam kelompok ini adalah sepeda anak-anak, baik
beroda dua maupun beroda tiga

27 LANGKAH PENYUSUAN LANGKAH PENYUSUAN 27


PERDA PERDA
LEGAL DRAFTING: PENYUSUNAN PERD

 Sepeda angkut-termasuk dalam kelompok ini adalah sepeda kumbang,


sepeda pos
 Sepeda lipat-merupakan jenis sepeda yang bisa dilipat dalam hitungan
detik sehingga bisa dibawa ke mana-mana dengan mudah
 Sepeda Balap - Sepeda yang model handlernya setengah lingkaran dan
digunakan untuk balapan.
 Sepeda Fixie - Sepeda minimalis dengan rangka dan ban beraneka warna,
setang pendek dan tidak banyak memiliki kabel-kabel sebagai pengatur tali
rem, tanpa gigi percepatan.

Becak

Gambar 15. Becak Jepang.1897

Becak merupakan alat untuk mengangkut orang dan/atau barang dalam jumlah
kecil, menggunakan dasar sepeda yang dimodifikasi menjadi kendaraan beroda
tiga yang dilengkapi dengan kabin penumpang. Becak direncanakan untuk
mengangkut 2 orang penumpang, tetapi terkadang digunakan untuk mengangkut
sampai 4 orang. Becak kemudian dipermodernisasi yang diperlengkapi dengan
motor penggerak, menjadi becak bermotor.

Sejarah perkembangan becak

28 LANGKAH PENYUSUAN LANGKAH PENYUSUAN 28


PERDA PERDA
LEGAL DRAFTING: PENYUSUNAN PERD

Gambar 16. Penarik becak berkebangsaan Tiongkok di kota Medan, 1936

Gambar 17. Becak yang beroperasi didepan Kedutaan Inggris di Jakarta, 1986

Ternyata asal-usul becak dari Jepang. Munculnya kendaraan yang ditarik dengan
tenaga manusia itu, untuk pertama kalinya hanya kebetulan saja. Tahun 1869,
seorang pria Amerika yang menjabat pembantu di Kedutaan Besar Amerika
Serikat di Jepang, berjalan-jalan menikmati pemandangan Kota Yokohama. Suatu
saat ia berpikir, bagaimana cara istrinya yang kakinya cacat bisa ikut berjalan-
jalan?. Tentu diperlukan sebuah kendaraan. Kendaraan itu, pikirnya, tidak usah
ditarik kuda karena hanya untuk satu penumpang saja. Kemudian ia mulai
menggambar kereta kecil tanpa atap di atas secarik kertas. Rancangan tersebut ia
kirimkan kepada sahabatnya, Frank Pollay. Pollay membuatnya sesuai rancangan
Goble lalu membawanya ke seorang pandai besi bernama Obadiah Wheeler.
Jadilah becak.

Orang-orang Jepang yang melihat kendaraan pribadi yang ditarik manusia itu,
menamakannya "Jinrikisha" (人力車, 人 jin = orang, 力 riki = tenaga, 車 sha =

29 LANGKAH PENYUSUAN LANGKAH PENYUSUAN 29


PERDA PERDA
LEGAL DRAFTING: PENYUSUNAN PERD

kendaraan), yang berarti "kendaraan tenaga manusia" . Penarik jinrikisha biasanya


diberi upah tiap minggu. Lama-lama, jinrikisha menarik perhatian masyarakat
Jepang, khususnya para bangsawan. Pada tahun 1950an becak yang ditarik
manusia ini menghilang dari bumi Jepang.

Sama seperti Awal mula becak, tak jelas juga kapan becak dikenal di Indonesia.
Lea Jellanik dalam Seperti Roda Berputar, menulis becak didatangkan ke Batavia
dari Singapura dan Hongkong pada 1930-an. Jawa Shimbun terbitan 20 Januari
1943 menyebut becak diperkenalkan dari Makassar ke Batavia Akhir 1930-an. Ini
diperkuat dengan catatan perjalanan seorang wartawan Jepang ke berbagai daerah
di Indonesia, termasuk Makassar. Dalam catatan berjudul “Pen to Kamera”
terbitan 1937 itu disebutkan, becak ditemukan orang Jepang yang tinggal di
Makassar, bernama Seiko-san yang memiliki toko sepeda. Karena penjualan seret,
pemiliknya memutar otak agar tumpukan sepeda yang tak terjual bisa dikurangi.
Dia membuat kendaraan roda tiga, dan terciptalah becak.

Bentuk-bentuk becak

Gambar 18. Konfigurasi becak

Ada beberapa konfigurasi becak yaitu:

1. Pengemudi di belakang, merupakan bentuk yang paling banyak ditemukan


di Indonesia, khususnya di Sumatera bagian Selatan, Jawa, Madura,
Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Vietnam, yang kalau dilihat dari sisi
keselamatan kurang begitu baik karena kalau terjadi kecelakaan maka
penumpang akan langsung terlempar keluar sedangkan pengayuh becak
dapat menghindar dengan lebih mudah.

30 LANGKAH PENYUSUAN LANGKAH PENYUSUAN 30


PERDA PERDA
LEGAL DRAFTING: PENYUSUNAN PERD

2. Pengemudi di samping, merupakan bentuk becak yang banyak ditemukan


di Sumatera, Singapura, Malaysia yang lebih aman ketimbang pengemudi
dibelakang, tetapi stabilitasnya tidak terlalu baik, serta pengemudiannya
lebih sulit mengendalikan karena cara untuk membelok kekiri akan
berbeda bila membelok kekanan.
3. Pengemudi di depan, merupakan becak yang banyak ditemukan di
Bangladesh, India, Pakistan dan Tiongkok, becak ini lebih aman bagi
penumpang yang diangkut. Bentuk ini pula yang dimodifikasi menjadi
becak modern velotaxi dengan menggunakan gigi percepatan sehingga
akan mempermudah untuk dijalankan dengan kelandaian.

Kereta Kuda

Gambar 19. Delman di Blitar

Kereta kuda atau lebih dikenal dengan nama Delman atau Sado ataupun Cidomo
adalah kendaraan transportasi tradisional yang beroda dua, tiga atau empat yang
tidak menggunakan mesin tetapi menggunakan kuda sebagai penggantinya.
Variasi alat transportasi yang menggunakan kuda antara lain adalah Kereta
Perang, Kereta Kencana dan Kereta kuda.

Sejarah perkembangan kereta kuda

Nama kendaraan ini berasal dari nama penemunya, yaitu Charles Theodore
Deeleman, seorang litografer dan insinyur di masa Hindia Belanda. Orang
Belanda sendiri menyebut kendaraan ini dengan nama dos-à-dos (punggung pada

31 LANGKAH PENYUSUAN LANGKAH PENYUSUAN 31


PERDA PERDA
LEGAL DRAFTING: PENYUSUNAN PERD

punggung, arti harfiah bahasa Perancis), yaitu sejenis kereta yang posisi duduk
penumpangnya saling memunggungi. Istilah dos-à-dos ini kemudian oleh
penduduk pribumi Batavia disingkat lagi menjadi sado.

Jenis-jenis kereta kuda

Andong

Andong merupakan salah satu alat transportasi tradisional di Yogyakarta dan


sekitarnya, seperti Solo dan Klaten. Keberadaan andong sebagai salah satu
warisan budaya Jawa memberikan ciri khas kebudayaan tersendiri yang kini
masih terus dilestarikan.

Walaupun sudah banyak kendaraan bermotor yang lebih cepat dan murah, tetapi
pengguna Andong di Yogyakarta ini masih cukup banyak. Andong-andong ini
dapat ditemui dengan mudah di sepanjang jalan Malioboro, pasar Ngasem, serta di
Kotagede.

Cidomo

Gambar 20. Cidomo, alat transportasi tenaga kuda di Lombok

Cidomo atau kadang disebut Cimodok adalah alat transportasi tenaga kuda khas
pulau Lombok, secara fisik kendaraan ini mirip dengan delman atau andong yang
terdapat di pulau Jawa Perbedaan utamanya dengan delman atau andong adalah
alih-alih menggunakan roda kayu, cidomo menggunakan roda mobil bekas
sebagai rodanya. Sampai saat ini alat transportasi ini masih menjadi sarana utama

32 LANGKAH PENYUSUAN LANGKAH PENYUSUAN 32


PERDA PERDA
LEGAL DRAFTING: PENYUSUNAN PERD

transportasi terutama pada daerah-daerah yang tidak dijangkau oleh angkutan


publik dan daerah-daerah sentra ekonomi rakyat seperti pasar.

Cidomo merupakan singkatan dari cikar, dokar, dan mobil (Montor dalam bahasa
Sasak). Asal-muasal cidomo sendiri kurang tau persis sejak kapan ada di pulau
lombok, Kendaraan ini bermula dari alat transportasi tradisonal yang bernama
Cikar atau biasa diketahui sebagai kendaraan tradisonal yang ditarik oleh kudakan
tapi di khusus kan untuk mengangkut barang bukan penumpang.

Dokar

Dokar atau bendi merupakan salah satu alat transportasi tradisional. Dokar
berbeda dengan andong. Dokar hanya mempunyai dua roda dan ditarik oleh satu
kuda saja, sedangkan andong mempunyai roda empat yang bisa ditarik satu atau
dua kuda. Keberadaan dokar sebagai salah satu warisan budaya Jawa memberikan
ciri khas tersendiri di tempat-tempat wisata, seperti Parangtritis, Alun-alun Kidul
Yogyakarta Indonesia.

Pedati

Pedati atau gerobak atau kereta adalah sebuah kendaraan atau alat yang memiliki
dua atau empat buah roda yang digunakan sebagai sarana transportasi. Gerobak
dapat ditarik oleh hewan seperti sapi, kambing, zebu atau dapat pula ditarik oleh
manusia. Kereta (Inggris: wagon) adalah sejenis gerobak dengan empat buah roda
untuk transportasi yang lebih berat ditarik oleh sedikitnya dua kuda.

Gerobak telah disebut dalam berbagai literatur sejak abad ke-2 SM. Kitab suci
India Rgveda menulis bahwa pria dan wanita bagaikan dua roda dari gerobak.
Gerobak tangan yang didorong oleh manusia digunakan secara luas di seluruh
dunia.

Contoh gerobak yang paling umum di dunia mungkin adalah kereta belanja atau
troli. Kereta belanja pertama kali muncul di Oklahoma City pada tahun 1937.

33 LANGKAH PENYUSUAN LANGKAH PENYUSUAN 33


PERDA PERDA
LEGAL DRAFTING: PENYUSUNAN PERD

D. KARAKTERISTIK ARUS LALU LINTAS

Teori arus lalu lintas adalah suatu kajian tentang gerakan pengemudi dan
kendaraan antara dua titik dan interaksi mereka membuat satu sama lain.
Sayangnya, mempelajari arus lalu lintas sulit karena perilaku pengemudi adalah
sesuatu yang tidak dapat diprediksi dengan pasti. Untungnya, pengemudi
cenderung berperilaku dalam kisaran cukup konsisten dan, dengan demikian,
aliran lalu lintas cenderung memiliki beberapa konsistensi yang wajar dan secara
kasar dapat direpresentasikan secara matematis. Untuk lebih mewakili arus lalu
lintas, hubungan telah dibuat antara tiga karakteristik utama: (1) arus, (2)
kepadatan, dan (3) kecepatan. Hubungan ini membantu dalam perencanaan,
desain, dan operasi fasilitas jalan.

Diagram ruang waktu

Gambar 21. Diagram ruang waktu yang menunjukkan posisi kenderaan yang
bergerak dalam kaitannya dengan waktu

Para perekayasa lalu lintas menggambarkan lokasi kendaraan pada waktu tertentu
dengan menggunakan diagram ruang waktu. Diagram dua dimensi menunjukkan
lintasan kendaraan melalui ruang waktu dari asal yang tertentu menuju tujuan
tertentu pula. Beberapa kendaraan yang ditunjukkan dalam diagram menunjukkan

34 LANGKAH PENYUSUAN LANGKAH PENYUSUAN 34


PERDA PERDA
LEGAL DRAFTING: PENYUSUNAN PERD

karakteristik yang tidak seragam dari masing-masing kendaraan karena adanya


perbedaan kecepatan, perilaku pengemudi, karakteristik kendaraan.

Diagram ruang waktu banyak digunakan dalam perencanaan perangkat APILL


(alat Pengendali Isyarat Lalu Lintas) secara lebih khusus dalam melakukan
koordinasi antar persimpangan dalam kaitannya membentuk gelombang hijau
(green wave) agar meningkatkan effisiensi jaringan jalan di perkotaan.

Arus dan kepadatan

Arus (q) = adalah jumlah kendaraan yang melalui suatu titik dalam satuan waktu
tertentu (kendaraan per jam)

Kepadatan (konsentrasi) (k) = jumlah kendaraan (N) per satuan panjang jalan (L)
(unit kendaraan per kilometer)

dimana:

Kecepatan

35 LANGKAH PENYUSUAN LANGKAH PENYUSUAN 35


PERDA PERDA
LEGAL DRAFTING: PENYUSUNAN PERD

Mengukur kecepatan lalu lintas tidak semudah yang dibayangkan, kita dapat
mengukur kecepatan suatu kendaraan berdasarkan waktu atau berdasarkan ruang,
yang hasilnya dapat berbeda sedikit satu dengan lainnya

Kecepatan rata-rata waktu/Time mean speed

Kecepatan rata-rata ruang/Space mean speed

Kaitan antara kecepatan rata-rata waktu dengan kecepatan rata-rata ruang

Perhatikan bahwa kecepatan rata-rata waktu adalah kecepatan rata-rata melewati


suatu titik yang berbeda dari kecepatan rata-rata ruang berarti kecepatan yang
kecepatan rata-rata sepanjang panjang a.

Dua kecepatan yang terkait sebagai

Sebagai aturan praktis kecepatan rata-rata waktu yang berarti sekitar 2% lebih
besar dari kecepatan rata-rata ruang berarti yaitu kecepatan

dimana:

36 LANGKAH PENYUSUAN LANGKAH PENYUSUAN 36


PERDA PERDA
LEGAL DRAFTING: PENYUSUNAN PERD

Headway

Visualisasi jarak antara dan waktu antara

Jarak antara

Jarak antara ( hs) = Adalah perbedaan jarak antara bagian depan kendaraan dengan
bagian depan kendaraan berikutnya, yang dinyatakan dalam m.

Waktu antara

Waktu antara (ht) = merupakan perbedaan waktu antara bagian depan dari sebuah
kendaraan melewati suatu titik tertentu dengan kedatangan bagian depan
kendaraan berikutnya dinyatakan dalam detik.

37 LANGKAH PENYUSUAN LANGKAH PENYUSUAN 37


PERDA PERDA
LEGAL DRAFTING: PENYUSUNAN PERD

Hubungan Arus dengan Kecepatan dan Kepadatan

Gambar 23. Diagram kapasitas jalan

Hubungan antara peubah arus, kepadatan dan kecepatan lalu lintas ditunjukkan
dalam rumusan berikut:

Hubungan antara besarnya arus/ volume lalu lintas dengan kecepatan(dalam hal
ini kecepatan sesaat) dengan kepadatan lalu lintas secara grafis pada gambar
sebagai berikut:

 Hubungan kecepatan dan kepadatan adalah linier yang berarti bahwa


semakin tinggi kecepatan lalu lintas dibutuhkan ruang bebas yang lebih

38 LANGKAH PENYUSUAN LANGKAH PENYUSUAN 38


PERDA PERDA
LEGAL DRAFTING: PENYUSUNAN PERD

besar antar kendaraan yang mengakibatkan jumlah kendaraan perkilometer


menjadi lebih kecil.
 Hubungan kecepatan dan arus adalah parabolik yang menunjukkan bahwa
semakin besar arus kecepatan akan turun sampai suatu titik yang menjadi
puncak parabola tercapai kapasitas setelah itu kecepatan akan semakin
rendah lagi dan arus juga akan semakin mengecil.
 Hubungan antara arus dengan kepadatan juga parabolik semakin tinggi
kepadatan arus akan semakin tinggi sampai suatu titik di mana kapasitas
terjadi, setelah itu semakin padat maka arus akan semakin kecil.

Satuan Mobil Penumpang

Satuan mobil penumpang disingkat SMP adalah satuan kendaraan di dalam arus
lalu lintas yang disetarakan dengan kendaraan ringan/mobil penumpang, dimana
besaran SMP dipengaruhi oleh tipe/jenis kendaraan, dimensi kendaraan, dan
kemampuan olah gerak. SMP digunakan dalam melakukan rekayasa lalu lintas
terutama dalam desain persimpangan, perhitungan waktu alat pengatur isyarat lalu
lintas (APILL), ataupun dalam menentukan nisbah volume per kapasitas jalan
(V/C) suatu ruas jalan. Di Amerika dan Eropa, satuan mobil penumpang dikenal
dengan istilah passenger car unit atau PCU atau passenger car equivalent (PCE).

Besaran SMP

Besaran satuan mobil penumpang bervariasi menurut lokasi apakah itu di


perkotaan atau di jalan raya, ataupun di persimpangan. Tabel berikut
menunjukkan satuan mobil penumpang yang biasanya digunakan di Indonesia
yang diolah dari berbagai sumber termasuk manual kapasitas jalan Indonesia
ditunjukkan dalam daftar berikut:

Tabel 1. Satuan mobil penumpang di Indonesia

39 LANGKAH PENYUSUAN LANGKAH PENYUSUAN 39


PERDA PERDA
LEGAL DRAFTING: PENYUSUNAN PERD

E. PERAMBUAN LALU LINTAS

Perambuan merupakan perangkat komunikasi antara pengemudi dengan


infrastruktur secara pasif bila perambuannya hanya berbentuk daun rambu, atau
perintah yang harus diikuti oleh perangkat Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas. Dan
akan menjadi aktip bila menggunakan perangkat yang interaktip dengan perangkat
perambuan yang digunakan.

Alat pemberi isyarat lalu lintas

Lampu lalu lintas (menurut UU no. 22/2009 tentang Lalu lintas dan Angkutan
Jalan: alat pemberi isyarat lalu lintas atau APILL) adalah lampu yang
mengendalikan arus lalu lintas yang terpasang di persimpangan jalan, tempat
penyeberangan pejalan kaki (zebra cross), dan tempat arus lalu lintas lainnya.
Lampu ini yang menandakan kapan kendaraan harus berjalan dan berhenti secara
bergantian dari berbagai arah lalu lintas. Pengaturan lalu lintas di persimpangan
jalan dimaksudkan untuk mengatur pergerakan kendaraan pada masing-masing
kelompok pergerakan kendaraan agar dapat bergerak secara bergantian sehingga
tidak saling mengganggu antar-arus yang ada.

Lampu lalu lintas telah diadopsi di hampir semua kota di dunia ini. Lampu ini
menggunakan warna yang diakui secara universal; untuk menandakan berhenti
adalah warna merah, hati-hati yang ditandai dengan warna kuning, dan hijau yang
berarti dapat berjalan.

Kriteria Pemasangan

40 LANGKAH PENYUSUAN LANGKAH PENYUSUAN 40


PERDA PERDA
LEGAL DRAFTING: PENYUSUNAN PERD

Kriteria bagi persimpangan yang sudah harus menggunakan APILL adalah:

1. arus minimal lalu lintas yang menggunakan rata-rata diatas 750


kendaraan/jam selama 8 jam dalam sehari;
2. atau bila waktu menunggu/tundaan rata-rata kendaraan di persimpangan
telah melampaui 30 detik;
3. atau persimpangan digunakan oleh rata-rata lebih dari 175 pejalan
kaki/jam selama 8 jam dalam sehari;
4. atau sering terjadi kecelakaan pada persimpangan yang bersangkutan;
5. atau merupakan kombinasi dari sebab- sebab yang disebutkan di atas.

Jenis APILL

Lampu tiga warna untuk mengatur kendaraan. Susunan lampu tiga warna
adalah cahaya berwarna merah, kuning dan hijau;

1. lampu dua warna, untuk mengatur kendaraan dan / atau pejalan kaki.
Susunan lampu dua warna adalah cahaya berwarna merah dan hijau;
2. lampu satu warna, untuk memberikan peringatan bahaya kepada pemakai
jalan. Lampu itu berwarna kuning atau merah
3. untuk susunan Lampu secara Vertikal merah kuning Hijau berurut dr atas
kebawah dn arah datangnya dari kendaraan
4. untuk susunan lampu secara Horizontal merah kuning hijau dr kanan ke
kekiri berurutan merah kuning hijau

Perhitungan waktu isyarat lalu lintas

Beberapa istilah dalam perhitungan waktu

1. Tahap adalah bagian dari siklus dimana kondisi perintah sinyal tertentu
adalah konstan;
2. Fase adalah suatu kondisi dari APILL dalam satu waktu siklus yang
memberikan hak jalan pada satu atau lebih gerakan lalu lintas tertentu;

41 LANGKAH PENYUSUAN LANGKAH PENYUSUAN 41


PERDA PERDA
LEGAL DRAFTING: PENYUSUNAN PERD

3. Waktu Siklus, adalah serangkaian tahap-tahap dimana semua pergerakan


lalu lintas dilakukan, atau merupakan penjumlahan waktu dari
keseluruhan tahapan;
4. Tundaan adalah waktu tempuh tambahan yang diperlukan untuk melewati
suatu persimpangan dibandingkan terhadap situasi bila tidak terdapat
persimpangan
5. Satuan Mobil Penumpang untuk selanjutnya disebut smp adalah suatu
satuan untuk menyatakan besaran arus lalu lintas, dimana satu satuan
setara dengan satu kendaraan ringan

Arus jenuh

Arus jenuh adalah kapasitas mulut persimpangan dalam satuan SMP/jam. Masing-
masing persimpangan mempunyai nilai arus jenuh yang berbeda sangat
terpengaruh dengan situasi dan kondisi setempat. Pada gambar berikut
ditunjukkan pendekatan yang digunakan dalam menghitung arus jenuh, dimana
waktu dibagi dalam 4 detik dan selanjutnya disurvai per 4 detik berapa kendaraan
yang melalui mulut persimpangan yang hasilnya kemudian dirata-ratakan untuk
mendapatkan grafiknya.

Gambar 24. Diagram arus jenuh

42 LANGKAH PENYUSUAN LANGKAH PENYUSUAN 42


PERDA PERDA
LEGAL DRAFTING: PENYUSUNAN PERD

Gambar 25. Lebar mulut Selatan Wes dan mulut Barat WEB

Arus dasar jenuh untuk pelepasan tanpa halangan dihitung dengan rumus:

Co = 600 We

Sedangkan kalau ada gangguan maka rumus dirubah dengan menggunakan suatu
faktor pengali sebagai berikut:

Co = 600 y We

dimana :
W_e adalah lebar mulut pelepas simpang.
y adalah faktor penyesuaian persimpangan

Arus dasar jenuh untuk pelepasan dengan halangan, halangan yang dimaksud
bahwa ada konflik antara kendaraan yang berjalan lurus dengan kendaraan belok
kanan yang datang dari arah yang berlawanan maka dihitung dengan rumus:

Co = 500We

43 LANGKAH PENYUSUAN LANGKAH PENYUSUAN 43


PERDA PERDA
LEGAL DRAFTING: PENYUSUNAN PERD

Sedangkan kalau ada gangguan maka rumus dirubah dengan menggunakan suatu
faktor pengali sebagai berikut:
Co = 500 y We

besarnya faktor penyesuaian adalah sebagai berikut:

 Kegiatan samping rendah y = 1


 Kegiatan samping sedang y = 0,9
 kegiatan samping tinggi y = 0,8
Rambu Lalu Lintas

Rambu lalu lintas adalah bagian perlengkapan Jalan yang berupa lambang, huruf,
angka, kalimat, dan/atau perpaduan yang berfungsi sebagai peringatan, larangan,
perintah, atau petunjuk bagi Pengguna Jalan. Rambu lalu lintas pada umumnya
terdiri atas daun rambu dan tiang rambu. Rambu lalu lintas terdiri atas rambu
konvensional dan rambu elektronik. Agar rambu lalu lintas dapat memiliki tingkat
visibilitas yang baik bagi pengguna jalan, baik pada saat intensitas cahaya
matahari yang tinggi maupun pada intensitas cahaya matahari yang rendah, maka
rambu harus terbuat dari bahan yang memiliki sifat retroreflektif (memantulkan
cahaya dengan arah pantulan cahaya relatif sejajar dengan arah datangnya
cahaya).

Jenis Rambu

Berdasarkan fungsinya, rambu lalu lintas dapat dikelompokkan menjadi rambu


seperti berikut :

 Rambu peringatan

Rambu Peringatan adalah rambu lalu lintas yang digunakan untuk memberi
peringatan kemungkinan ada bahaya di jalan atau tempat berbahaya pada jalan
dan menginformasikan tentang sifat bahaya;

Rambu Peringatan terdiri atas:

44 LANGKAH PENYUSUAN LANGKAH PENYUSUAN 44


PERDA PERDA
LEGAL DRAFTING: PENYUSUNAN PERD

1. rambu peringatan perubahan kondisi alinyemen horizontal;


2. rambu peringatan perubahan kondisi alinyemen vertikal;
3. rambu peringatan kondisi jalan yang berbahaya;
4. rambu peringatan pengaturan lalu lintas;
5. rambu peringatan lalu lintas kendaraan bermotor;
6. rambu peringatan selain lalu lintas kendaraan bermotor;
7. rambu peringatan kawasan rawan bencana;
8. rambu peringatan lainnya;
9. rambu peringatan dengan kata-kata;
10.rambu keterangan tambahan tentang jarak lokasi kritis; dan
11.rambu peringatan pengarah gerakan lalu lintas (delineasi).

Ketentuan tentang rambu peringatan:

1. Rambu peringatan digunakan untuk memberi peringatan kemungkinan ada


bahaya di jalan atau tempat berbahaya pada jalan dan menginformasikan
tentang sifat bahaya.
2. Pada umumnya, rambu peringatan ditempatkan minimal pada jarak 50
meter dari kemungkinan ada bahaya di jalan atau tempat berbahaya pada
jalan.
3. Dalam kondisi tertentu, rambu peringatan dapat ditempatkan pada jarak
tertentu sebelum tempat bahaya dengan mempertimbangkan desain
geometrik jalan, karakteristik lalu lintas, kelengkapan bagian konstruksi
jalan, kondisi struktur tanah, perlengkapan jalan yang sudah terpasang,
konstruksi yang tidak berkaitan dengan Pengguna Jalan dan fungsi dan
arti perlengkapan jalan lainnya.
4. Rambu peringatan dapat dilengkapi dengan papan tambahan untuk
menjelaskan jenis larangan tertentu yang tidak dapat diwakilkan dengan
lambang, huruf dan/ atau angka.

45 LANGKAH PENYUSUAN LANGKAH PENYUSUAN 45


PERDA PERDA
LEGAL DRAFTING: PENYUSUNAN PERD

5. Rambu peringatan dapat diulangi dengan ketentuan jarak antara rambu


dengan awal bagian jalan yang berbahaya dinyatakan dengan papan
tambahan
6. Warna dasar rambu peringatan berwarna kuning dengan lambang, huruf
dan/ atau angka berwarna hitam.

Misalnya: Rambu yang menunjukkan adanya lintasan kereta api, atau adanya
persimpangan berbahaya bagi para pengemudi.

Gambar 26. Rambu Peringatan

 Rambu larangan

Rambu Larangan adalah rambu yang digunakan untuk menyatakan perbuatan


yang dilarang dilakukan oleh pemakai jalan;

Ketentuan tentang rambu larangan:

1. Rambu larangan digunakan untuk menyatakan perbuatan yang dilarang


dilakukan oleh pemakai jalan.
2. Rambu larangan ditempatkan sedekat mungkin dengan titik larangan
dimulai.
3. Rambu larangan dapat dilengkapi dengan papan tambahan.

46 LANGKAH PENYUSUAN LANGKAH PENYUSUAN 46


PERDA PERDA
LEGAL DRAFTING: PENYUSUNAN PERD

4. Untuk memberikan petunjuk pendahuluan pada pemakai jalan dapat


ditempatkan rambu petunjuk lain pada jarak yang layak sebelum titik
larangan dimulai.
5. Warna dasar rambu larangan berwarna putih dan lambang atau tulisan
berwarna hitam atau merah.

Beberapa contoh rambu larangan

Gambar 27. Rambu Larangan

Rambu perintah

Rambu Perintah adalah rambu yang digunakan untuk menyatakan perintah


yang wajib dilakukan oleh pemakai jalan;

Ketentuan tentang rambu perintah:

1. Rambu perintah digunakan untuk menyatakan perintah yang wajib


dilakukan oleh pemakai jalan.
2. Rambu perintah wajib ditempatkan sedekat mungkin dengan titik
kewajiban dimulai.
3. Rambu perintah dapat dilengkapi dengan papan tambahan.
4. Untuk memberikan petunjuk pendahuluan pada pemakai jalan dapat
ditempatkan rambu petunjuk pada jarak yang layak sebelum titik
kewajiban dimulai.

47 LANGKAH PENYUSUAN LANGKAH PENYUSUAN 47


PERDA PERDA
LEGAL DRAFTING: PENYUSUNAN PERD

5. Warna dasar rambu perintah berwarna biru dengan lambang atau tulisan
berwarna putih serta merah untuk garis serong sebagai batas akhir perintah

Beberapa contoh rambu perintah

Gambar 28. Rambu Perintah

Rambu petunjuk

Rambu Petunjuk adalah rambu yang digunakan untuk menyatakan petunjuk


mengenai jurusan, jalan, situasi, kota, tempat, pengaturan, fasilitas dan lain-lain
bagi pemakai jalan;

Ketentuan tentang rambu petunjuk:

1. Rambu petunjuk digunakan untuk menyatakan petunjuk mengenai jurusan,


jalan, situasi, kota, tempat, pengaturan, fasilitas dan lain-lain bagi pemakai
jalan.

2. Rambu petunjuk ditempatkan sedemikian rupa sehingga mempunyai daya


guna sebesar-besarnya dengan memperhatikan keadaan jalan dan kondisi
lalu lintas.

3. Untuk menyatakan jarak dapat digunakan papan tambahan atau


dicantumkan pada rambu itu sendiri.

4. Rambu petunjuk dapat diulangi dengan ketentuan jarak antara rambu dan
objek yang dinyatakan pada rambu tersebut dapat dinyatakan dengan
papan tambahan.

48 LANGKAH PENYUSUAN LANGKAH PENYUSUAN 48


PERDA PERDA
LEGAL DRAFTING: PENYUSUNAN PERD

5. Rambu petunjuk yang menyatakan tempat fasilitas umum, batas wilayah


suatu daerah, situasi jalan, dan rambu berupa kata-kata serta tempat khusus
dinyatakan dengan warna dasar biru.

6. Rambu petunjuk pendahulu jurusan rambu petunjuk jurusan dan rambu


penegas jurusan yang menyatakan petunjuk arah untuk mencapai tujuan
antara lain kota, daerah/ wilayah serta rambu yang menyatakan nama jalan
di nyatakan dengan warna dasar hijau dengan lambang dan/atau tulisan
warna putih.

7. Khusus rambu petunjuk jurusan kawasan dan objek wisata dinyatakan


dengan warna dasar coklat dengan lambang dan/atau tulisan warna putih.

Contoh rambu petunjuk situasi/tempat

Gambar 29. Rambu Petunjuk

49 LANGKAH PENYUSUAN LANGKAH PENYUSUAN 49


PERDA PERDA
LEGAL DRAFTING: PENYUSUNAN PERD

Gambar 30. Rambu Pendahulu Jurusan

Papan tambahan

Papan Tambahan adalah papan yang dipasang di bawah daun rambu yang
memberikan penjelasan lebih lanjut dari suatu rambu, dengan ketentuan:

1. Papan tambahan digunakan untuk memuat keterangan yang diperlukan


untuk menyatakan hanya berlaku untuk waktu-waktu tertentu, jarak-jarak
dan jenis kendaraan tertentu ataupun perihal lainnya sebagai hasil
manajemen dan rekayasa lalu lintas.
2. Papan tambahan menggunakan warna dasar putih dengan tulisan dan
bingkai berwarna hitam.
3. Papan tambahan tidak boleh menyatakan suatu keterangan yang tidak
berkaitan dengan rambunya sendiri.

Penempatan Rambu

Penempatan rambu dilakukan sedemikian rupa, sehingga mudah terlihat


dengan jelas bagi pemakai jalan dan tidak merintangi lalu-lintas kendaraan atau
pejalan kaki. Rambu ditempatkan disebelah kiri menurut arah lalu-lintas, diluar
jarak tertentu dari tepi paling luar bahu jalan atau jalur lalu-lintas kendaraan.

50 LANGKAH PENYUSUAN LANGKAH PENYUSUAN 50


PERDA PERDA
LEGAL DRAFTING: PENYUSUNAN PERD

Selanjutnya dengan pertimbangan teknis tertentu sesuatu rambu dapat


ditempatkan disebelah kanan atau diatas manfaat jalan.

Penempatan Rambu Peringatan

 Rambu peringatan wajib ditempatkan pada jarak 80 meter atau pada jarak
tertentu sebelum tempat bahaya dengan memperhatikan lalu-lintas, cuaca
dan keadaan jalan yang disebabkan oleh faktor geografis, geometris dan
permukaan jalan agar mempunyai daya guna sebesar-besarnya.

 Jarak antara rambu dan permulaan bagian jalan yang berbahaya, dapat
dinyatakan dengan papan tambahan apabila jarak antara rambu dan
permulaan bagian jalan yang berbahaya tersebut tidak dapat diduga oleh
pemakai jalan dan tidak sesuai dengan keadaan biasa.

 Rambu peringatan ditempatkan pada sisi jalan dengan jarak minimal:

 350m untuk jalan raya dengan kecepatan melebih i80km/jam.


 160m untuk jalan raya kecepatan minimal 60km/jam dan tidak
melebihi dari 80km/jam.
 80 m untuk jalan raya dengan kecepatan tidak melebihi 60 km/jam.

 Rambu peringatan li dan lj ditempatkan pada sisi jalan di mana dimulai


dan sampai akan berakhirnya radius tikungan dengan jarak antara masing
rambu-rambu tersebut maksimal 4 meter.

 Untuk rambu peringatan no 22a dan 22b jarak penempatannya diukur dari
rel kereta api yang terdekat (paling tepi).

 Rambu peringatan adanya suatu bahaya dapat diulang penempatannya


dengan menambahkan rambu peringatanmenyatakan jarak no. 24a, 24b,
dan 24c dibawahnya atau dengan rambu papan tambahan.

Penempatan Rambu Larangan

51 LANGKAH PENYUSUAN LANGKAH PENYUSUAN 51


PERDA PERDA
LEGAL DRAFTING: PENYUSUNAN PERD

 Rambu larangan ditempatkan sedekat mungkin pada awal bagian jalan


dimana larangan itu dimulai, kecuali :

 Rambu No. le, 4a dan 4b ditempatkan pada sisi jalan Atau pada
bagian jalan dimana berlakunya rambu tersebut.
 Rambu No. lla, dan llb ditempatkan pada bagian jalan dimana
berlakunya rambu yang bersangkutan berakhir.
 Rambu No. llc ditempatkan pada bagian jalan dimana berlakunya
semua rambu yang sebelumnya ada berakhir.

 Jika dianggap perlu rambu larangan dapat diulang penempatan nya


sebelum titik dimana larangan itu dimulaidengan menempatkan papan
tambahan dibawah rambu dimaksud dengan jarak minimal :

 350 m untuk jalan raya dengan kecepatan melebihi 80 km/jam.


 160 m untuk jalan raya dengan kecepatan minimal 60 km/jam dan
tidak melebihi dari 80 km/jam.
 80 m untuk jalan raya dengan kecepatan tidak melebihi 60 km/jam.

Marka Jalan

Gambar 31. Marka pemisah lajur lalu lintas dan rampa keluar yang dilengkapi
dengan marka chevron di jalan tol Jagorawi

Marka Jalan adalah suatu tanda yang berada di permukaan Jalan atau di atas
permukaan Jalan yang meliputi peralatan atau tanda yang membentuk garis

52 LANGKAH PENYUSUAN LANGKAH PENYUSUAN 52


PERDA PERDA
LEGAL DRAFTING: PENYUSUNAN PERD

membujur, garis melintang, garis serong, serta lambang yang berfungsi untuk
mengarahkan arus Lalu Lintas dan membatasi daerah kepentingan Lalu Lintas

Pengelompokan marka

Marka membujur

Marka membujur adalah tanda yang sejajar dengan sumbu jalan. Marka
membujur yang dihubungkan dengan garis melintang yang dipergunakan
untuk membatasi ruang parkir pada jalur lalu lintas kendaraan, tidak dianggap
sebagai marka jalan membujur.

Gambar 32. Marka Membujur

Marka melintang

Marka melintang adalah tanda yang tegak lurus terhadap sumbu jalan, seperti
pada garis henti di Zebra cross atau di persimpangan

Gambar 33. Garis henti

Marka serong

53 LANGKAH PENYUSUAN LANGKAH PENYUSUAN 53


PERDA PERDA
LEGAL DRAFTING: PENYUSUNAN PERD

Marka serong adalah tanda yang membentuk garis utuh yang tidak termasuk
dalam pengertian marka membujur atau marka melintang, untuk menyatakan
suatu daerah permukaan jalan yang bukan merupakan jalur lalu lintas
kendaraan.

Gambar 34. Marka cevron

Marka lamban

Marka lambang adalah tanda yang mengandung arti tertentu untuk


menyatakan peringatan, perintah dan larangan untuk melengkapi atau
menegaskan maksud yang telah disampaikan oleh rambu lalu lintas atau tanda
lalu lintas lainnya.

Marka panah Marka tulisan


Gambar 35. Marka Lambang

Bahan marka jalan

Marka non-mekanik

Marka jalan merupakan campuran antara bahan pengikat, pewarna, dan bola kaca
kecil yang berfungsi untuk memantulkan cahaya/sinar lampu agar marka dapat
terlihat dengan jelas pada malam hari. Bahan dapat dikelompokkan atas :

1. Cat, biasanya merupakan marka jalan yang dapat dengan cepat hilang,
sehingga hanya baik digunakan pada bagian jalan yang jarang dilewati
oleh kendaraan.

54 LANGKAH PENYUSUAN LANGKAH PENYUSUAN 54


PERDA PERDA
LEGAL DRAFTING: PENYUSUNAN PERD

2. Termoplastic, adalah bahan yang digunakan pada arus lalu lintas yang
tinggi, penerapannya dilakukan dengan pemanasan material marka jalan
kemudian dihamparkan dijalan dengan menggunakan alat.

3. Cold-plastic, seperti termoplastik digunakan pada jalan dengan arus yang


tinggi, menggunakan resin dan pengeras yang dicampurkan sebelum
penghamparan dijalan dengan menggunakan alat khusus untuk itu.

Marka mekanik

Marka mekanik adalah paku jalan yang biasanya dilengkapi dengan reflektor.
Marka jenis ini ditanam/dipaku ke permukaan jalan melengkapi marka non
mekanik.

F. PERENCANAAN SURVEI LALU LINTAS

Perencanaan survei diperlukan untuk mempersiapkan kebutuhan informasi arus


lalu lintas yang melintas di wilayah survei. Observasi awal sangat membantu
kelancaran pengumpulan data. Dalam perencanaan survei perlu memperhatikan
komposisi kendaraan yang melintas. Perlu dibedakan pula antara kendaraan
bermotor atau tidak bermotor. Geometrik jalan juga perlu diperhatikan agar dapat
digunakan untuk menentukan kapasitas ruas jalan atau untuk menghitung
kapasitas simpang. Terdapat beberapa formulir yang dapat digunakan untuk
mengumpulkan data arus.

Proses perencanaan survey

Proses perencanaan dimulai dengan mengidentifikasi atau menginventarisasi data


yang sudah dimiliki, sehingga dapat diketahui data mana yang telah dimiliki, data
mana yang perlu disesuaikan/dilengkapi, data mana yang perlu dikumpulkan
melalui survei. Untuk survei lalu lintas yang menjadi data dasar adalah peta
jaringan jalan, peta ruas jalan yang biasanya sudah dimiliki oleh Dinas

55 LANGKAH PENYUSUAN LANGKAH PENYUSUAN 55


PERDA PERDA
LEGAL DRAFTING: PENYUSUNAN PERD

Perhubungan ataupun pada Dinas Bina Marga/Dinas PU setempat. Sumber lain


yang dapat digunakan adalah dari Google Map yang dapat diunduh dari Internet.

Permasalahan yang paling besar dalam perencanaan survei adalah penyediaan


anggaran yang dibutuhkan untuk melakukan survei, sehingga sedapat mungkin
kita mengurangi survei untuk data-yang sudah dimiliki.

Gambar 36. Diagram Perencanaan Survey

Pemilihan metode survey

Dalam penetapan metode yang akan digunakan pada saat pelaksanaan survei
harus mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:

56 LANGKAH PENYUSUAN LANGKAH PENYUSUAN 56


PERDA PERDA
LEGAL DRAFTING: PENYUSUNAN PERD

 Harus sesuai dengan tujuan pelaksanaan survey. untuk itu harus


memahami apa yang melatar belakangi pelaksanaan survey.

 Memungkinkan untuk dilaksanakan baik ditinjau dari aspek legal,


ketersediaan teknologi, peralatan yang tersedia ataupun yang harus
disediakan, kondisi lokasi dll.

 Mempertimbangkan keterbatasan biaya yang dianggarkan untuk


melaksanakan survei, menganalisis dan mempersiapkan laporan hasil
survei, ketersediaan waktu dan personil yang melakukan survey, yang
mengolah serta membuat laporan hasil survei.

 menetapkan cara pengumpulan data :

 Wawancara secara langsung


 Self enumeration (pengisian sendiri)
 Mailing/pos sistem
 Media elektronik
 Observasi langsung
 Melalui catatan administrasi

 Model yang akan digunakan merupakan informasi penting yang perlu


diketahui sebelum survei dilakukan karena perlu mengumpulkan semua
parameter yang dikumpulkan dalam survei.

Uji Coba pelaksanaan Survey

Uji coba pelaksanaan survey dikenal juga sebagay Pilot survey silakukan untuk


mengukur sejauhmana perencanaan survey sudah dilakukan dengan baik, sebelum
pelaksanaan survey yang sebenarnya. Manfaat pelaksanaan Uji Coba Pelaksanaan
Survey antara lain:

1. Mengukur sejauh mana formulir yang digunakan telah memenuhi


kebutuhan data yang diperlukan,

57 LANGKAH PENYUSUAN LANGKAH PENYUSUAN 57


PERDA PERDA
LEGAL DRAFTING: PENYUSUNAN PERD

2. Mencoba pelaksasanaan survey dilapangan, untuk mendapatkan masukan


masalah-masalah yang bisa terjadi dilapangan,
3. Melatih petugas untuk melaksanakan survey,
4. Menguji coba analisis yang akan digunakan,
5. Menguji perangkat lunak yang akan digunakan dalam analisis data hasil
survey.

Dari hasil iji coba tersebut kemudian dapat dilakukan penyempurnaan metoda
perencanaan survey termasuk penyempurnaan pedoman pelaksanaan survey.

Pelaksanaan survey

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan lapangan:

 Sesuai dengan prosedur dan kriteria yang ditentukan


 Mematuhi daftar sampel
 Mematuhi jadwal
 Menjaga dan meneliti akurasi
 Meneliti dan menjaga non respon
 Meneliti kelengkapan dokumen dan daftar isian
 Penyampaian hasil survei

Analisis hasil survey

Apabila data sudah terkumpul maka tahap berikutnya adalah melakukan


pengolahan data, dan untuk itu dapat dilakukan dengan bantuan komputer, agar
hasilnya bisa diperoleh lebih cepat dan akurat serta bisa menggunakan model-
model yang kompleks yang sangat sulit dilakukan secara manual. Berbagai
perangkat lunak untuk pengolahan dan modelling hasil survei lalu lintas dapat
diperoleh dipasaran, bahkan ada peralatan survey yang dapat melakukan
pengumpulan data dan sekaligus mengolah data yang dikumpulkan tersebut.

58 LANGKAH PENYUSUAN LANGKAH PENYUSUAN 58


PERDA PERDA
LEGAL DRAFTING: PENYUSUNAN PERD

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam tahap pengolahan meliputi penetapan


mekanisme dan prosedur pengolahan termasuk petugasnya serta membuat
panduan pengolanhan berupa:

 Coding berdasarkan klasifikasinya


 Editing dan kewajaran data
 Pengecekan pra komputer
 Perekaman data ke media komputer
 Pengecekan pasca komputer
 Tabulasi dan pengecekannya, termasuk penentuan faktor pengali

G. KEBUTUHAN DATA LALU LINTAS

Data didefinisikan dalam Business Dictionary sebagai: Informasi dalam bentuk


mentah atau tidak terorganisir (seperti huruf, angka, atau simbol) yang mengacu
pada, atau merupakan, kondisi, ide, atau objek. Data adalah tak terbatas dan hadir
di mana-mana di alam semesta.

Dalam rangka melakukan perencanaan optimalisasi penggunaan jaringan jalan


untuk transportasi dibutuhkan upaya untuk memperoleh data lalu lintas. Data lalu
lintas yang telah dikumpulkan selanjutnya dianalisis. Data lalu lintas dibutuhkan
untuk :

 Penetapan perioritas dalam perencanaan lalu lintas


 Desain atau rekayasa prasarana dan fasilitas lalu lintas
 Perencanaan perawatan
 Statistik transportasi
 Penanganan upaya keselamatan lalu lintas
 Pengendalian dan pengelolaan lalu lintas.

Jenis data yang dibutuhkan

59 LANGKAH PENYUSUAN LANGKAH PENYUSUAN 59


PERDA PERDA
LEGAL DRAFTING: PENYUSUNAN PERD

Data yang dibutuhkan dalam rekayasa lalu lintas dapat dikelompokkan atas dua
kelompok yaitu data primer yang terkait dengan prasarana jalan, perabot jalan dan
perlengkapan jalan serta data yang terkait dengan lalu lintas yang bergerak diatas
prasarana yang ada diatasnya. Data sekunder yang dibutuhkan terkait dengan
informasi yang mempengaruhi pergerakan yang diperoleh dari instansi terkait atau
dipublikasikan oleh lembaga resmi.

Data Primer

Data primer adalah data yang didapat dari sumber pertama melalui survey dalam
hal ini survey lalu lintas, baik yang dilakukan oleh perseorangan ataupun
kelompok dengan melakukan pengukuran/perhitungan, hasil wawancara atau hasil
pengisian kuesioner yang biasa dilakukan oleh peneliti.

Untuk rekayasa lalu lintas data primer yang dikumpulkan diantaranya meliputi:

1. Data arus lalu lintas


2. Data kecepatan lalu lintas
3. Data karakteristik parkir
4. Data berat kendaraan/berat sumbu dan dimensi kendaraan
5. Data asal tujuan perjalanan
6. Data kualitas udara lingkungan
7. Data geometrik simpang
8. Data pejalan kaki
9. Data hambatan samping

Data Sekunder

Menurut Cahya Suryana Data Sekunder adalah data yang diperoleh atau


dikumpulkan peneliti dari berbagai sumber yang telah ada (peneliti sebagai tangan
kedua). Banyak data sekunder yang sudah tersedia di lembaga-lembaga
pemerintah ataupun perguruan tinggi. Lembaga utama yang bertugas untuk
menyediakan kebutuhan data bagi pemerintah dan masyarakat yaitu Badan Pusat
Statistik yang merupakan Lembaga Pemerintah Non-Departemen yang

60 LANGKAH PENYUSUAN LANGKAH PENYUSUAN 60


PERDA PERDA
LEGAL DRAFTING: PENYUSUNAN PERD

bertanggung jawab langsung kepada Presiden. Dengan demikian perolehan


datanya menjadi murah, cukup dengan membeli atau mengunduh dari dunia maya.
Salah satu sumber perolehan data lain yang dapat diperoleh dari dunia maya
seperti yang dapat diunduh diantaranya Google Map.

Data yang sudah tersedia meliputi:

1. Data infrastruktur jaringan transportasi.


2. Data kependudukan
3. Data pemanfaan tata ruang dan rencana tata ruang
4. Data perlengkapan jalan
5. Data historis mengenai asal tujuan perjalanan, lalu lintas
6. Data kecelakaan, khususnya yang menyangkut daerah rawan kecelakaan
(black spot map)
7. Data lainnya yang diperlukan dalam penelitian lalu lintas tersebut.

Macam data

Data dapat dikelompokkan ata dua macam data yaitu data kualitatif yang
berbentuk bukan angka dan data kuantitatif yang berbentuk angka, sedang
kuantitatif masih bisa dikelompokkan atas data diskrit dan data kontitum. Untuk
jelasnya digambarkan pada gambar berikut:

Gambar 37. Diagram data

Data Kualitatif

61 LANGKAH PENYUSUAN LANGKAH PENYUSUAN 61


PERDA PERDA
LEGAL DRAFTING: PENYUSUNAN PERD

Data Kualitatif adalah jenis data yang dinyatakan dalam bentuk kata atau uraian
kalimat. Data kualitatif diperoleh dari jawaban atas pertanyaan terbuka atau hasil
wawancara atau deskripsi hasil observasi.

Data kuantitatif

Data kuantitatif adalah jenis data yang dinyatakan dalam angka atau bilangan hasil
perhitungan, seperti menghitung, mengukur dan menimbang.

Data diskrit

 Data nominal termasuk jenis data kualitatif, dan hanya mempunyai satu
kategori, sehingga tidak menunjukkan tingkatan atau heirarkhi. Misalnya
data tentang tempat tinggal, jenis kelamin, agama, suku bangsa, status
perkawinan/marital, tempat lahir, nama sekolah, mata pencaharian dan
sebagainya

 Data ordninal termasuk data kualitatif yang jenjangnya lebih tinggi dari
data nominal. Data ordinal sudah menunjukkan lambang dan jenjang atau
tingkatan (rank) lebih besar, lebih kecil. Misal: Tingkat Pendidikan,
Persepsinya terhadap profesi guru, Kualitas pembelajaran, dll

Data kortimum

 Data interval termasuk dalam jenis data kuantitatif, berupa angka, dapat
bertingkat/berjenjang, dapat menunjukkan peringkat (makin besar
bilangan makin tinggi peringkatnya), bilangan menyatakan jarak
(interval), dan titik nol bukan merupakan titik mutlak

Misal: Jumlah siswa

Tabel 2. Data interval jumlah siswa

Jumlah siswa Frekuensi


< 500 1
500 - 1000 2

62 LANGKAH PENYUSUAN LANGKAH PENYUSUAN 62


PERDA PERDA
LEGAL DRAFTING: PENYUSUNAN PERD

1001 - 1500 3
> 1500 4
 Data rasio merupakan jenis data paling tinggi, dapat menyatakan sebagai
peringkat, menyatakan jarak, dan mempunyai titik nol sebagai titik mutlak,
serta dan dapat dioperasikan secara matematik (dijumlah, dibagi, dikurangi
dan dikali) Misal: Pendapatan, Tinggi badan, dll

Survei inventarisasi prasarana jalan

Merupakan survei untuk mengumpulkan data mengenai dimensi dan geometrik


jalan, terdiri dari antara lain:

 panjang ruas jalan;


 lebar jalan;
 jumlah lajur lalu lintas;
 lebar bahu jalan;
 lebar median;
 lebar trotoar;
 lebar drainase,
 alinyemen horisontal;
 alinyemen vertikal.

Bagian potongan melintang jalan ditunjukkan dalam gambar berikut:

63 LANGKAH PENYUSUAN LANGKAH PENYUSUAN 63


PERDA PERDA
LEGAL DRAFTING: PENYUSUNAN PERD

Gambar 38. Bagian - bagian potongan jalan

Survei arus lalu lintas

Untuk mendapatkan informasi besaran arus lalu lintas perlu dilakukan survei
untuk mendapatkan data yang representatif mengenai besaran arus lalu lintas.
Besaran arus lalu lintas dipengaruhi oleh waktu, musim (musim hujan atau musim
kemarau ataupun musim hari-hari besar keagamaan), hari pelaksanaan survei (hari
pasar), pusat kegiatan, perumahan ataupun pada daerah wisata dan berbagai faktor
lainnya; jenis kendaraan yang berlalu lintas (klasifikasi kendaraan);

Informasi yang dikumpulkan

Informasi yang dikumpulkan meliputi:

 Arus pada ruas


 Pergerakan dipersimpangan
 Arus lalu lintas
 Komposisi kendaraan
 Volume jam puncak (VJP)
 Lalu lintas Harian Rata-rata (LHR)

64 LANGKAH PENYUSUAN LANGKAH PENYUSUAN 64


PERDA PERDA
LEGAL DRAFTING: PENYUSUNAN PERD

Gambar 39. Pengukur arus lalu lintas pneumatis

Metoda pelaksanaan survei

Ada dua metode yang biasanya digunakan untuk melakukan survey, yaitu

1. Survei manual dengan menggunakan tenaga surveyor untuk menghitung


arus lalu lintas yang melalui suatu potong jalan, survey ini membutuhkan
biaya tenaga kerja yang besar, tapi dapat dilakukan dengan mudah.
Permasalahan yang ditemukan dengan survai yang dilakukan secara
manual adalah keakuratan dari hasil survai yang sangat tergantung kepada
motivasi surveyor yang melakukan survai.

2. Survei mekanis/elektronis, merupakan survai yang mempergunakan


peralatan mekanis ataupun elektronis untuk mengukur jumlah kendaraan
yang melewati suatu potong jalan ataupun kawasan di persimpangan.
Peralatan survai yang digunakan berupa:

1. Tabung pneumatik, merupakan perangkat mekanis pengukur arus


lalu lintas dengan menempatkan suatu pipa pneumatik ditempatkan
memotong jalan, pengukuran dilakukan bila roda kendaraan yang
menginjak tabung yang kemudian direkam,
2. Loop induksi, merupakan perangkat elektronis yang bekerja atas
dasar induksi dari mesin mobil pada saat melewati loop. Loop
ditanam dibawah permukaan jalan,
3. Gelombang infra merah/ultra sonik, merupakan perangkat
elektronis yang bekerja dengan memancarkan gelombang infra

65 LANGKAH PENYUSUAN LANGKAH PENYUSUAN 65


PERDA PERDA
LEGAL DRAFTING: PENYUSUNAN PERD

merah ataupun ultrasonik ke kendaraan yang lewat. Dengan


metode ini selain besar arus juga dapat diklasifikasi serta kecepatan
lalu lintas,
4. Kamera video, yang digunakan dengan mengubah data menjadi
terukur dalam prosesor. Dengan metode ini selain besar arus juga
dapat diklasifikasi serta kecepatan lalu lintas

Survei manual

Untuk mendapatkan gambaran besar arus lalu lintas dan seberapa besar
pengaruhnya terhadap kapasitas jalan, maka kendaraan di klasifikasikan menjadi
beberapa golongan sebagai berikut:

Tabel 3. Klasifikasi kendaraan

Klasifikasi/golonga
Jenis kendaraan
n
1 Sepedamotor, scoter
2 Sedan, jeep, station wagon
3 Oplet, mikrolet
4 Pick up, box
5a Bus kecil
5b Bus besar
6 Mobil truk 2 sumbu
7a Mobil truk 3 sumbu
7b Mobil gandengan
7c Mobil tempelan
8 Kendaraan tidak bermotor
Waktu pelaksanaan survei arus tergantung kepada tujuan pelaksanaan survei,
untuk mendapatkan arus lalu lintas harian maka survei dilakukan sepanjang hari,
namun dapat dilakukan penyederhanaan dengan melakukan survei 16 jam,
sebelum puncak pagi terjadi sampai dengan sesudah puncak sore, hasil kemudian
dikonversikan untuk mendapatkan lalu lintas harian, untuk wilayah perkotaan
biasanya survei dilakukan antara hari Selasa sampai dengan Kamis, sedangkan

66 LANGKAH PENYUSUAN LANGKAH PENYUSUAN 66


PERDA PERDA
LEGAL DRAFTING: PENYUSUNAN PERD

hari Jumat memiliki ciri tersendiri karena adanya kegiatan sholat Jumat, hari
Sabtu sebagian perkantoran libur dan hari Minggu mempunyai ciri tersendiri yang
sangat terpengaruh dengan kegiatan di kawasan yang dilakukan survei.

Survei dengan camera

Salah satu pendekatan yang digunakan dalam melakukan survei adalah dengan
menggunakan camera video yang di digitalisasi untuk kemudian bisa di peroleh
informasi mengenai besarnya arus lalu lintas. Camera ditempatkan diatas jalan
diarahkan kepada lalu lintas yang akan diukur besar arusnya [1]. Untuk mendeteksi
arus lalu lintas dibentuk virtual loop, setiap kali loop dilewati kendaraan akan
terdeteksi processor video yang kemudian dihitung sebagai sebuah kendaraan.

Penyajian data arus lalu lintas

Gambar 40. Contoh profil jam-an sepanjang hari (24 jam) di kawasan perkotaan

Data disesuaikan dengan kebutuhan penggunaan data tersebut, seperti:

 15 menit ter padat,


 Volume per jam,
 jam puncak, merupakan saat terjadinya arus puncak dalam satu hari,
biasanya di perkotaan terdapat dua puncak yaitu puncak pagi yaitu pada
saat berangkat kerja/sekolah dan puncak sore pada saat pulang kerja,
 volume harian, merupakan volume selama 24 jam,

67 LANGKAH PENYUSUAN LANGKAH PENYUSUAN 67


PERDA PERDA
LEGAL DRAFTING: PENYUSUNAN PERD

 volume rata-rata harian yang biasanya dihitung selama periode survei yang
panjangnya 3 atau 4 hari yang kemudian di rata-ratakan
 volume rata-rata harian dalam setahun,
 Volume mingguan,
 Volume bulanan.

Volume yang sifatnya detail, menitan, 15 menitan merupakan informasi yang


diperlukan dalam penetapan waktu pada APILL, sedangkan volume harian rata-
rata dalam setahun dibutuhkan dalam merencanakan jalan, sedangkan jam puncak
digunakan untuk menentukan rasio volume per kapasitas.

Survei Kecepatan

Kecepatan ada besaran vektor yang menunjukkan seberapa cepat benda


perpindahan. Besar dari vektor ini disebut dengan kelajuan dan dinyatakan dalam
satuan meter per detik (m/s atau ms-1), atau kilometer perjam (km/jam)

Ada beberapa jenis kecepatan yang dikumpulkan dalam studi lalu lintas
diantaranya: kecepatan sesaat, kecepatan perjalanan, kecepatan ruang waktu.
Survei kecepatan biasanya digunakan untuk mengukur kecepatan lalu lintas yang
menjadi indikator utam kinerja lalu lintas, tapi disamping itu digunakan untuk
analisis potensi kecelakaan, dan digunakan juga untuk analisis kecelakaan.

Kecepatan sesaat

68 LANGKAH PENYUSUAN LANGKAH PENYUSUAN 68


PERDA PERDA
LEGAL DRAFTING: PENYUSUNAN PERD

Gambar 41. Radar Microdigicam yang digunakan di Brazil

Salah satu indikator kinerja lalu lintas yang penting dalam rekayasa lalu lintas
adalah kecepatan sesaat, oleh karena itu pengukuran kecepatan sesaat merupakan
satu yang diukur. Kecepatan sesaat biasanya digunakan untuk analisis perilaku
masyarakat dalam berlalu-lintas didaerah rawan kecelakaan, tetapi juga digunakan
dalam perencanaan perilaku masyarakat dalam penggunaan persimpangan. Tetapi
juga digunakan untuk melakukan penegakan hukum terhadap pelanggaran
kecepatan, untuk itu biasanya digunakan radar speed gunataupun perangkat yang
lebih canggih lagi dengan menggunakan perangkat elektronik yang dilengkapi
dengan camera.

Satuan kecepatan

Rumus yang digunakan untuk mengukur kecepatan adalah:

Beberapa satuan kecepatan lainnya adalah:

 meter per detik dengan simbol m/detik


 kilometer per jam dengan simbol km/jam atau kph
 mil per jam dengan simbol mil/jam atau mph

69 LANGKAH PENYUSUAN LANGKAH PENYUSUAN 69


PERDA PERDA
LEGAL DRAFTING: PENYUSUNAN PERD

Metode pengukuran kecepatan sesaat

Ada beberapa cara yang digunakan dalam pengukuran kecepatan sesaat,


diantaranya:

1. Secara manual dilakukan dengan mengukur waktu tempuh jarak tertentu


yang dilakukan berkali-kali untuk mendapatkan gambaran kecepatan rata-
ratanya dan simpangan bakunya serta percentil ke 85 nya[2]. Semakin
banyak contoh yang diambil semakin baik, biasanya digunakan sekurang-
kurangnya 30 contoh. Permasalahan dalam pengukuran seperti ini adalah
akurasi pengukuran. Dua pengamat ditempatkan terpisah pada jarak
tertentu, misalnya 50 m mengapit simeteris titik pengamatan. Pengamat
pertama memberi tanda kepada pengamat kedua untuk mengaktifkan stop
watch saat kendaraan melewati pengamat pertama. Pengamat kedua
mematikan stop watch saat kendaraan melewati pengamat kedua.
Kecepatan dihitung dengan membagi jarak (50 m) dibagi waktu tempuh
antara posisi pengamat pertama dan kedua dianggap sebagai kecepatan
sesaat. Pengamat pertama atau kedua bisa digantikan cermin yang
ditempatkan serong dengan sudut 45 derajat.

2. Secara mekanis dilalukan dengan menggunakan perangkat mekanis seperti


dua pipa pneumatik yang dipasang pada jarak tertentu kemudian jeda
waktunya diukur antara kedua pipa dilewati oleh roda kendaraan,

3. Secara elektronik yang dilakukan dengan menggunakan perangkat


elektronik seperti speed radar gunataupun dengan menggunakan
ultrasonic ataupun infra merah.

Analisis data kecepatan sesaat

70 LANGKAH PENYUSUAN LANGKAH PENYUSUAN 70


PERDA PERDA
LEGAL DRAFTING: PENYUSUNAN PERD

Gambar 42. Posisi persenti 50 (rata-rata) dan persentil 85

Setelah data dikumpulkan maka langkah selanjutnya di klasifikasi kan kedalam


tabel distribusi deskriptif seperti berikut:

Tabel 4. Distribusi deskripsi data

Rentang Titik frekuensi Persentase


Frekuensi Persentil
kecepatan tengah kumulatif kumulatif
≤ 25 23 1 1 0,6
26 - 30 28 3 4 2,3
31 - 35 33 8 12 6,8
36 - 40 38 20 32 18,1
41 - 45 43 35 67 37,9 50
46 - 50 48 47 114 64,4 persentil
51 - 55 53 33 147 83,1 85
56 - 60 58 17 164 92,7 persentil
61 - 65 63 8 1172 97,2
66 - 70 68 4 176 99,4
≥ 70 73 1 177 10,0
Dari tabel diatas maka dapat di estimasi bahwa Kecepatan pada 50 persentil jatuh
pada kecepatan antara 43 sampai 48 km/jam atau kalau dihitung dengan formula
berikut :

Kecepatan perjalanan

71 LANGKAH PENYUSUAN LANGKAH PENYUSUAN 71


PERDA PERDA
LEGAL DRAFTING: PENYUSUNAN PERD

Kecepatan perjalanan adalah kecepatan efektif kendaraan yang sedang dalam


perjalanan antara dua simpul yang dihitung dari dengan menghitung dari jarak
antara kedua simpul dibagi dengan waktu tempuh antara kedua simpul tersebut.
Didalam perhitungan waktu tempuh tersebut sudah termasuk waktu tundaan/delay
yang terjadi selama menempuh antara kedua simpul tersebut. Perhitungan
kecepatan perjalanan merupakan informasi yang digunakan dalam perencanaan
perjalanan, termasuk dalam membuat jadwal perjalanan angkutan umum. Oleh
karena itu survei kecepatan merupakan perangkat yang diperlukan oleh para
perencana dalam merencanakan sistem transportasi, khususnya dalam penyusunan
jadwal angkutan umum.

Rumus yang digunakan dalam menghitung kecepatan perjalanan sama seperti


pada perhitungan kecepatan sesaat hanya saja jarak dan waktu yang digunakan
lebih jauh dan lebih lama, berikut ditunjukkan rumus yang digunakan untuk
mengukur kecepatan:

Metode yang digunakan dalam mengukur kecepatan perjalanan:

Kendaraan contoh

Dalam metode ini surveyor dengan menggunakan kendaraan berjalan dengan


kecepatan yang sama dengan lalu lintas lainnya, dan diusahakan agar jumlah
kendaraan yang menyalib dan disalib sama, untuk mendapatkan kecepatan rata-
rata pada ruas yang di survei. Waktu dicatat pada formulir setiap simpul yang
dilewati termasuk dimana hambatan dan penyebab hambatan. Contoh formulir
bisa dilihat dalam tabel berikut ini.

Tabel 5. Lembar Survai Metode Kendaraan Contoh

72 LANGKAH PENYUSUAN LANGKAH PENYUSUAN 72


PERDA PERDA
LEGAL DRAFTING: PENYUSUNAN PERD

Untuk mendapatkan nilai yang bisa diterima secara statistik maka data perlu
dikumpulkan beberapa kali, angka yang biasanya digunakan adalah paling sedikit
6 (enam) sampel.

Pelacakan kendaraan

Perangkat pelacakan kendaraan berbasis GPS kendaraan sekarang ini banyak


dipasarkan, dan bisa digunakan untuk mengukur kecepatan perjalanan. Untuk
mendapatkan gambaran kecepatan perjalanan di wilayah perkotaan dapat
dilakukan kerjasama dengan perusahaan-perusahaan yang menggunakan sistem
pelacakan kendaraan seperti yang banyak digunakan pada perusahaan taksi kota.
Data pelacakan kemudian diolah untuk mendapatkan berbagai informasi
perjalanan, diantaranya kecepatan perjalanan, asal tujuan perjalanan, kecepatan
sesaat, dan sebagainya.

Pelaksanaan survei dapat dilakukan dengan cara yang lebih mudah lagi, yaitu
dengan menggunakan perangkat GPS yang biasa digunakan untuk navigasi
kendaraan sehingga diperoleh data jarak tempuh, waktu perjalanan, kecepatan
kendaraan, kecepatan tertinggi.

Contoh penerapan survey kecepatan perjalanan

73 LANGKAH PENYUSUAN LANGKAH PENYUSUAN 73


PERDA PERDA
LEGAL DRAFTING: PENYUSUNAN PERD

Gambar 43. Diagram ruang waktu

Menginventarisasi kinerja operasional pada jalan Pakubuono Jakarta Selatan yang


diangkat dari Pembenahan Transportasi Jakarta meliputi:

 Membagi ruas Pakubuono kedalam bagian ruas jalan;


 Mengukur kecepatan lalu lintas pada bagian ruas jalan;
 Mengukur waktu tundaan di persimpangan;
 Angka kecelakaan yang terjadi pada masing-masing bagian ruas/simpang
dalam bentuk Black Spot Map yang dirinci lebih lanjut dari type
kecelakaan yang terjadi (Apakah Depan dengan depan, depan dengan
samping atau samping dengan samping), jenis kendaraan yang mengalami
kecelakaan;

Dari seluruh informasi kinerja selanjutnya dibuat Diagram Ruang Waktu


sebagaimana terlihat dalam gambar. Semakin curam kurvanya semakin rendah
kecepatan perjalanan pada bagian ruas jalan tersebut, yang diakibatkan gangguan
kelancaran. Sedang untuk data kecelakaan diolah secara tersendiri dengan
melakukan analisis konflik yang terjadi.

H. SURVEI LALU LINTAS

Untuk mendapatkan informasi mengenai karakteristik lalu lintas maka diperlukan


untuk mendapatkan berbagai informasi mengenai prasarana, lalu lintas yang
bergerak diatasnya serta perilaku pengguna. Informasi tersebut dianalisis untuk
memperoleh unjuk kerja lalu lintas, bila unjuk kerja berada dibawah standar

74 LANGKAH PENYUSUAN LANGKAH PENYUSUAN 74


PERDA PERDA
LEGAL DRAFTING: PENYUSUNAN PERD

pelayanan minimal, selanjutnya diusulkan perubahan geometrik atau pengaturan


penggunaan ruang jalan.

I. KINERJA RUAS JALAN

Menurut Suwardi (2010) dalam Gea dan Harianto (2011) kinerja ruas jalan adalah
kemampuan ruas jalan untuk melayani kebutuhan arus lalu lintas sesuai dengan
fungsinya yang dapat diukur dan dibandingkan dengan standar tingkat pelayanan
jalan. Nilai tingkat pelayanan jalan dijadikan sebagai parameter kinerja ruas jalan.

J. PARKIR

Parkir adalah keadaan tidak bergerak suatu kendaraan yang tidak bersifat
sementara (Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, 1996). Setiap perjalanan akan
sampai ke tujuan. Sebuah kendaraan tidak dapat berjalan atau bergerak terus-
menerus bila telah sampai ke tujuan dan harus di parkir. Pada umumnya parkir di
pinggir jalan adalah pilihan terdekat. Besarnya volume lalu lintas di jalan, besar
pula kebutuhan pelataran parkir (Wells, 1993). Seringkali terlihat di kota besar,
kendaraan yang parkir pada badan jalan berada di pusat kegiatan seperti: pasar,
kompleks pertokoan atau perdagangan, tempat ibadah, komplek perkantoran,
sekolah, dan pemukiman di daerah kota (Munawar, 2006).

Fasilitas tempat parkir merupakan fasilitas pelayanan umum yang merupakan


faktor yang sangat penting dalam sistem transportasi di daerah perkotaan.
Penyediaan parkir kendaraan di perkotaan pada prinsipnya dapat dilakukan di
badan jalan dan di luar badan jalan dengan persyaratan tertentu. (Munawar 2006).

Fasilitas parkir pada badan jalan (on street parking)

Tempat yang paling jelas dan biasanya paling cocok bagi pengemudi untuk
memarkirkan kendaraannya ialah di badan jalan, akan tetapi parker semacam ini
mempunyai banyak kerugian yakni arus lalu lintas sepanjang jalan terhambat yang
akhirnya akan menimbulkan kemacetan dan kelambatan pada seluruh kendaraan.

75 LANGKAH PENYUSUAN LANGKAH PENYUSUAN 75


PERDA PERDA
LEGAL DRAFTING: PENYUSUNAN PERD

Pemilihan cara pengendalian parkir di jalan/ badan jalan didasarkan pada


pembatasan waktu dan lokasi, serta di pengaruhi oleh peraturan jalan dan
pengawasan harus tetap dilakukan untuk menjamin persimpangan jalan tidak
terhambat dan tidak terjadi kelambatan (Hobbs, 1995).

Parkir di badan jalan pada umumnya sejajar di Inggris, tetapi di Negara lain parkir
menyudut pada badan jalan telah diijinkan. Kini disadari bahwa parkir menyudut
lebih nyaman bagi para pengemudi, ruang yang lebih sedikit gerak keluar masuk.
(Wells, 1993).

Parkir pada badan jalan dapat dibedakan menjadi dua yakni:

1. Parkir tak terbatas

Gambar 44. Parkir tak terbatas

2. Parkir terbatas

76 LANGKAH PENYUSUAN LANGKAH PENYUSUAN 76


PERDA PERDA
LEGAL DRAFTING: PENYUSUNAN PERD

Gambar 45. Parkir terbatas

Gambar 46. Parkir Pada badan jalan

Keterangan:

A = lebar ruang parkir (m)


D = ruang parkir efektif (m)
M = ruang manuver (m)
J = lebar pengurangan ruang manuver (m)
W = lebar total jalan
L = lebar jalan efektif

77 LANGKAH PENYUSUAN LANGKAH PENYUSUAN 77


PERDA PERDA
LEGAL DRAFTING: PENYUSUNAN PERD

Munawar (2006) mengatakan penentuan sudut parkir pada umumnya ditentukan


oleh lebar jalan, volume lalu lintas pada jalan yang bersangkutan, karateristik
kecepatan, dimensi kendaraan, sifat peruntukan lahan sekitarnya dan peranan jalan
yang bersangkutan.

Fasilitas parkir di luar badan jalan (off street parking)

Menurut Hobbs (1995) Tempat parkir di luar badan jalan secara umum dapat
dibagi menjadi 6 macam yakni: Pelataran parkir di permukaan tanah, garasi
bertingkat, garasi bawah tanah, gabungan, garasi mekanis, dan drive-in. Parkir
diluar badan jalan menyangkut modal yang besar karena itu harus
mempertimbangkan sisi ekonomi dan operasinya. Parkir diluar badan jalan
dibedakan menjadi dua kelompok fasilitas dan juga menyangkut pengerjaan staf
dimana fasilitas untuk pengemudi memarkirkan sendiri kendaraannya, dan
fasilitas untuk petugas atau pemarkir yang memarkirkan kendaraan. (Wells,
1993).

Karateristik Parkir

Menurut Hobbs (1995) karateristik parkir dapat dibedakan menjadi:

1. Akumulasi Parkir: Jumlah kendaraan yang diparkirkan pada suatu tempat


pada waktu tertentu dan dapat dibagi sesuai dengan kategori jenis.
2. Volume Parkir: Jumlah kendaraan yang termasuk dalam beban parkir (yaitu
jumlah kendaraan per periode waktu tertentu). Waktu yang digunakan
kendaraan untuk parkir, dalam menitan atau jam menyatakan lama parkir.

78 LANGKAH PENYUSUAN LANGKAH PENYUSUAN 78


PERDA PERDA
LEGAL DRAFTING: PENYUSUNAN PERD

BAB III

METODOLOGI

A. RUANG LINGKUP SERTA METODE PENELITIAN

Lingkup kegiatan studi ini secara hierarkis meliputi tahapan berikut ini.

1. Melakukan pengumpulan data sekunder.


Data sekunder merupakan sumber data yang diperoleh peneliti secara tidak
langsung melalui media perantara. Data sekunder pada umumnya berupa
bukti, catatan, atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip, baik
yang dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan. Manfaat dari data
sekunder adalah lebih meminimalkan biaya dan waktu, mengklasifikasikan
permasalahan-permasalahan, menciptakan tolak ukur untuk mengevaluasi
data primer, dan memenuhi kesenjangan-kesenjangan informasi. Jika
informasi telah ada, pengeluaran uang dan pengorbanan waktu dapat
dihindari dengan menggunakan data sekunder. Manfaat lain dari data
sekunder adalah bahwa seorang peneliti mampu memperoleh informasi
lain selain informasi utama.
Data yang dimaksud adalah data terkait penelitian ini yang bersumber
pada instansi - instansi terkait, yaitu : Bappeda DIY, Dishub DIY, Dinas
PUP ESDM DIY, Bappeda Kota Yogyakarta, Dishub Kota Yogyakarta,
Dinas PU Kota Yogyakarta, Bappeda Bantul, Bappeda Sleman, Dishub
Bantul dan Dishub Sleman serta instansi terkait di semua Kabupaten
dalam kurun waktu 5 (lima) tahun.
Data yang dimaksud mencakup semua data inventarisasi jalan, Lintas
Harian Rata-rata (LHR), data kecepatan, data geometrik jalan.
2. Melakukan pengumpulan data primer.
Data primer merupakan sumber data yang diperoleh secara langsung dari
sumber asli atau pihak pertama. Data primer secara khusus dikumpulkan
oleh peneliti untuk menjawab pertanyaan riset atau penelitian. Data primer

79 LANGKAH PENYUSUAN LANGKAH PENYUSUAN 79


PERDA PERDA
LEGAL DRAFTING: PENYUSUNAN PERD

dapat berupa pendapat subjek riset (orang) baik secara individu maupun
kelompok, hasil observasi terhadap suatu benda (fisik), kejadian, atau
kegiatan, dan hasil pengujian. Manfaat utama dari data primer adalah
bahwa unsur-unsur kebohongan tertutup terhadap sumber fenomena. Oleh
karena itu, data primer lebih mencerminkan kebenaran yang dilihat.
Bagaimana pun, untuk memperoleh data primer akan menghabiskan dana
yang relatif lebih banyak dan menyita waktu yang relatif lebih lama. Pada
tahapan ini, yang akan dilakukan antara lain :
a. Melakukan survey pencacahan lalu lintas;
b. Melakukan survey kecepatan perjalanan;
c. Melakukan survey Penampang melintang Jalan (lebar ruas dan radius
simpang) ;
3. Melakukan perhitungan dan analisis data primer, yang meliputi :
a. Analisis Kapasitas jalan.

Analisa Kapasitas jalan di Indonesia dibedakan untuk: jalan


perkotaan, jalan luar kota dan jalan bebas hambatan. Sebagai panduan
untuk membedakan antara jalan perkotaan dan jalan luar kota, buku
MKJI memberikan ciri/karakteristik jalan perkotaan/semi
perkotaan yang dapat dilihat dari:
 Terdapatnya kawasan terbangun secara permanen dan menerus
sepanjang seluruh atau hampir seluruh jalan, minimum pada satu
sisi jalan.
 Jalan pada daerah perkotaan dengan penduduk lebih dari 100.000
jiwa selalu digolongkan dalam kelompok ini.
 Jalan pada daerah perkotaan dengan penduduk kurang dari
100.000 jiwa digolongkan dalam kelompok ini, jika mempunya
kawasan terbangun secara permanen dan menerus seperi
dijelaskan pada butir (1)
 Memiliki karakteristik arus lalu-lintas jam puncak pagi dan sore
hari lebih tinggi, dan komposisi lalu-lintas sepeda motor dan

80 LANGKAH PENYUSUAN LANGKAH PENYUSUAN 80


PERDA PERDA
LEGAL DRAFTING: PENYUSUNAN PERD

kendaraan pribadi yang sangat dominan, sementara komposisi


jenis kendaraan truk adalah rendah.
R.J. Salter (1974) mendefinisikan kapasitas adalah:
“Capacity has been defined as the flow which produces minimum
acceptable journey speed and also the maximum traffic volume for
comfortable free flow conditions.”
Sedangkan MKJI (1997) mendefinisikan kapasitas sebagai arus
maksimum yang melalui suatu titik di jalan yang dapat dipertahankan
per satuan jam pada kondisi tertentu. Untuk jalan dua lajur dua arah,
kapasitas ditentukan untuk arus dua arah ( kombinasi dua arah) ,
tetapi untuk jalan dengan banyak lajur, arus dipisah per arah dan
kapasitas ditentukan per lajur.

Persamaan dasar untuk menghitung kapasitas ruas jalan dalam MKJI


(1997) adalah sebagai berikut:

Jalan Perkotaan:
C = Co x FCw x FCSP x FCSF x FCCS
Jalan Luar Kota:
C = Co x FCw x FCSP x FCSF
Jalan Bebas Hambatan:
C = Co x FCw x FCSP
dimana:

C         = kapasitas ruas jalan (smp/jam)

Co       = kapasitas dasar (smp/jam)

FCw    = faktor penyesuaian lebar jalur lalu-lintas

FCSP = faktor penyesuaian pemisahan arah


FCSF = faktor penyesuaian akibat hambatan samping
FCCS = faktor penyesuaian ukuran kota

81 LANGKAH PENYUSUAN LANGKAH PENYUSUAN 81


PERDA PERDA
LEGAL DRAFTING: PENYUSUNAN PERD

Kapasitas dasar (Co) ditetapkan dengan mengacu pada tabel:


Tabel 6. Kapasitas Ruas Jalan

Tipe alinyemen untuk jalan luar kota dan jalan bebas hambatan


ditentukan dengan mengacu pada kriteria yang disajikan pada tabel
berikut.

Tabel 7. Kriteria Penentuan Tipe Alinyemen

Faktor penyesuaian kapasitas untuk lebar jalur lalu-lintas


(FCw) ditetapkan dengan mengacu pada tabel di bawah.

Tabel 8. Faktor Penyesuaian Kapasitas Untuk Lebar Jalur Lalu Lintas


(FCw)

82 LANGKAH PENYUSUAN LANGKAH PENYUSUAN 82


PERDA PERDA
LEGAL DRAFTING: PENYUSUNAN PERD

Faktor penyesuaian kapasitas untuk pemisahan arah (FCSP)


ditetapkan dengan mengacu pada tabel 9.

Tabel 9. Faktor Penyesuaian Kapasitas Untuk Pemisahan Arah (FCSP)

Faktor penyesuaian kapasitas untuk hambatan samping


(FCSF) ditentukan dengan mengacu pada kelas hambatan
samping (side friction). Adapun kelas hambatan samping ditentukan
berdasarkan total jumlah (frekwensi) kejadian dikali faktor bobot

83 LANGKAH PENYUSUAN LANGKAH PENYUSUAN 83


PERDA PERDA
LEGAL DRAFTING: PENYUSUNAN PERD

menurut tipe kejadian pada setiap 200 m segmen jalan, seperti


disajikan pada tabel 10 dan 11.

Tabel 10. Faktor Bobot Hambatan Samping

Tabel 11. Penentuan Kelas Hambatan Samping

Setelah diketahui kelas hambatan samping, selanjutnya ditentukan


faktor penyesuaian kapasitas untuk hambatan samping (FC SF) yang
dibedakan untuk: jalan perkotaan dan jalan luar kota, seperti disajikan
pada tabel 12, dan 13.

Tabel 12. Faktor Penyesuaian Kapasitas Akibat Hambatan Samping


(FCSF) untuk Jalan Perkkotaan (Jalan dengan Bahu / Jalan dengan
Kereb)

84 LANGKAH PENYUSUAN LANGKAH PENYUSUAN 84


PERDA PERDA
LEGAL DRAFTING: PENYUSUNAN PERD

Tabel 13. Faktor Penyesuaian kapasitas Akibat Hambatan Samping


(FCSF) untuk Jalan Luar Kota

Adapun faktor penyesuaian kapasitas untuk hambatan samping


(FCSF) pada jalan 6 (enam) lajur (baik jalan perkotaan maupun jalan
luar kota) ditentukan dengan mengacu pada FCSF untuk jalan 4
(empat) lajur (tabel 4.7, dan 4.8) dengan mengalikannya dalam
persamaan sebagai berikut:
FC 6,SF = 1 – (0.8 x (1 – FC 4,SF))
dimana:

FC 6,SF = faktor penyesuaian kapasitas untuk hambatan samping jalan


6 (enam) lajur

85 LANGKAH PENYUSUAN LANGKAH PENYUSUAN 85


PERDA PERDA
LEGAL DRAFTING: PENYUSUNAN PERD

FC 4,SF = faktor penyesuaian kapasitas untuk hambatan samping jalan


4 (empat) lajur

Faktor penyesuaian kapasitas untuk ukuran kota (FCCS) khusus


untuk jalan perkotaan, ditetapkan dengan mengacu pada tabel 14.

Tabel 14. Faktor Penyesuaian Kapasitas untuk Ukuran Kota (FCCS)

b. Analisis Kecepatan Perjalanan


Analisa survey kecepatan menggunakan space mean speed adalah
kecepatan rata-rata pada suatu ruas tertentu dan pengukurannya pada
jarak tertentu. Survey kecepatan, waktu perjalanan dan BOK
dilakukan pada titik jalan 200 meter sesudah Traffic Light sampai 200
meter sebelum Traffic Light dalam satu ruas jalan.
c. VC Ratio di ruas dan Derajat Kejenuhan di Simpang.

Menurut Salter (1989), hubungan antara lalu-lintas dengan tata guna


lahan dapat dikembangkan melalui suatu proses perencanaan
transportasi yang saling terkait, terdiri dari :

1. Bangkitan / Tarikan perjalanan, untuk menentukan hubungan


antara pelaku perjalanan dan faktor guna lahan yang dicatat
dalam inventaris perencanaan.
2. Penyebaran perjalanan, yang menentukan pola perjalanan antar
zona.

86 LANGKAH PENYUSUAN LANGKAH PENYUSUAN 86


PERDA PERDA
LEGAL DRAFTING: PENYUSUNAN PERD

3. Pembebanan lalu-lintas, yang menentukan jalur transportasi


publik atau jaringan jalan suatu perjalanan yang akan dibuat.
4. Pemilihan moda, suatu keputusan yang dibuat untuk memilih
moda perjalanan yang akan digunakan oleh pelaku perjalanan.

Berdasarkan Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) 1997,


Direktorat Jenderal Bina Marga Direktorat Bina Jalan Kota, Volume
lalu-lintas ruas jalan adalah jumlah atau banyaknya kendaraan yang
melewati suatu titik tertentu pada ruas jalan dalam suatu satuan waktu
tertentu. Volume lalu-lintas dua arah pada jam paling sibuk dalam
sehari dipakai sebagai dasar untuk analisa unjuk kerja ruas jalan dan
persimpangan yang ada. Untuk kepentingan analisis, kendaran yang
disurvai dikasifikasikan atas :

1. Kendaraan Ringan (Light Vehicle/LV) yang terdiri dari Jeep,


Station Wagon, Colt, Sedan, Bis mini, Combi, Pick Up, Dll;
2. Kendaraan berat (Heavy Vehicle/HV), terdiri dari Bus dan
Truk;
3. Sepeda motor (Motorcycle/MC);

Data hasil survai per-jenis kendaraan tersebut selanjutnya


dikonversikan dalam Satuan Mobil Penumpang (SMP) guna
menyamakan tingkat penggunaan ruang keseluruhan jenis kendaraan.
Untuk keperluan ini, MKJI (1997) telah merekomendasikan nilai
konversi untuk masing-masing klasifikasi kendaraan sebagaimana
dapat dilihat pada Tabel dibawah ini.

Tabel 15. Nilai konversi kendaraan

Nilai Ekivalen Mobil Penumpang (EMP)


Lebar Jalur Tot Arus Faktor EMP
Tipe Jalan
(m) (Km/Jam) HV MC

87 LANGKAH PENYUSUAN LANGKAH PENYUSUAN 87


PERDA PERDA
LEGAL DRAFTING: PENYUSUNAN PERD

4/2 UD > 3.700 1,3 0,40


4/2 UD ≥ 3.700 1,2 0,25
> 1.800 1,3 0,40
2/2 UD >6
≥ 1.800 1,2 0,25
> 1.800 1,3 0,5
2/2 UD ≤6
≥ 1.800 1,2 0,35
  Sumber : Manual Kapasitas Jalan Indonesia, 1997

Tabel 16. Nilai faktor EMP

Faktor EMP Untuk Tipe Pendekat


Jenis Kendaraan
Terlindung Terlawan
Kendaraan Ringan (LV) 1,0 1,0
Kendaraan Berat (HV) 1,3 1,3
Sepeda Motor (MC) 0,2 0,4
  Sumber : Manual Kapasitas Jalan Indonesia, 1997

Menurut MKJI (1997), kinerja ruas jalan dapat diukur berdasarkan


beberapa parameter, diantaranya :

1. Derajad Kejenuhan (DS), yakni rasio arus lalu-lintas (smp/jam)


terhadap kapasitas (smp/jam) pada bagian jalan tertentu.
2. Kecepatan tempuh (V), yakni kecepatan rata-rata (km/jam)
arus lalu-lintas dihitung dari panjang jalan dibagi waktu
tempuh rata-rata yang melalui segmen.

Berdasarkan hal tersebut maka karakteristik lalu-lintas dapat dihitung


dengan pendekatan sebagai berikut :

A.  Kecepatan Arus Bebas


Dalam MKJI (1997) kecepatan arus bebas kendaraan ringan (FV)
dinyatakan dengan persamaan :

FV = (FVo+ FVw) X FFVST X FFVcs

88 LANGKAH PENYUSUAN LANGKAH PENYUSUAN 88


PERDA PERDA
LEGAL DRAFTING: PENYUSUNAN PERD

Dimana :     

FVo = Kecepatan arus bebas dasar kendaraan ringan (km/jam)

        FVW = Penyesuaian lebar jalur lalu-lintas efektif (km/jam)

FFVST = Faktor penyesuaian kondisi hambatan samping

FFVCS = Faktor penyesuaian ukuran kota

B.  Kapasitas jalan perkotaan


Kapasitas jalan perkotaan dihitung dari kapasitas dasar. Kapasitas
dasar adalah jumlah kendaraan maksimum yang dapat melintasi suatu
penampang pada suatu jalur atau jalan selama 1 (satu) jam, Dalam
keadaan jalan dan lalu-lintas yang mendekati ideal dapat dicapai.
Besarnya kapasitas jalan dapat dijabarkan sebagai berikut :

C = Co x FCw x FCsp x FCsf x FCcs


dimana :      

C             = kapasitas ruas jalan (SMP/Jam)

Co           = kapasitas dasar

FCw      = faktor penyesuaian kapasitas untuk lebar jalur lalu-


lintas

FCsp      = faktor penyesuaian kapasitas untuk pemisahan arah

FCsf       = faktor penyesuaian kapasitas untuk hambatan samping

FCcs       = faktor penyesuaian kapasitas untuk ukuran kota.

1)      Kapasitas Dasar
Besarnya kapasitas dasar jalan kota yang dijadikan acuan adalah
sebagai Berikut :

Tabel 17. Besar kapasitas dasar


Tipe Jalan Kapasitas Dasar Keterangan

89 LANGKAH PENYUSUAN LANGKAH PENYUSUAN 89


PERDA PERDA
LEGAL DRAFTING: PENYUSUNAN PERD

(SMP/Jam)
4 Jalur dipisah atau
1.650 Tiap Lajur
jalan satu arah
4 Lajur tidak dipisah 1.500 Tiap Lajur
2 lajur tidak dipisah 2.900 Kedua Lajur
Sumber : Manual Kapasitas Jalan Indonesia, 1997

2)      Faktor penyesuaian lebar jalur (FCw)


Faktor penyesuaian lebar jalan seperti ditunjukkan pada tabel berikut:

Tabel 18. Faktor penyesuaian lebar jalur


Lebar Jalan Cw
Tipe Jalan Keterangan
Efektif
3,00 0,92
4 Jalur dipisah 3,25 0,96
atau jalan satu 3,50 1,00 Tiap Lajur
arah 3,75 1,04
4,00 1,08
3,00 0,91
3,25 0,95
4 Lajur tidak
3,50 1,00 Tiap Lajur
dipisah
3,75 1,05
4,00 1,09
5,00 0,56
6,00 0,87
7,00 1,00
2 lajur tidak
8,00 1,14 Kedua Arah
dipisah
9,00 1,25
10,00 1,29
11,00 1,34
Sumber : Manual Kapasitas Jalan Indonesia, 1997

3)      Faktor penyesuaian arah lalu-lintas ( FCsp )

90 LANGKAH PENYUSUAN LANGKAH PENYUSUAN 90


PERDA PERDA
LEGAL DRAFTING: PENYUSUNAN PERD

Besarnya faktor penyesuaian pada jalan tanpa menggunakan pemisah


tergantung kepada besarnya split kedua arah seperti tabel berikut :

Tabel 19. Faktor penyesuaian arah lalu lintas


Split Arah % - % 50 - 50 55 - 45 60 - 40 65 - 35 70 - 30
2/2 1,00 0,97 0,94 0,91 0,88
4/2 1,00 0,985 0,97 0,955 0,94
Fsp
Tidak
Dipisah
Sumber : Manual Kapasitas Jalan Indonesia, 1997

4)      Faktor penyesuaian kerb dan bahu jalan (FCsf )


Faktor penyesuaian kapasitas jalan antar kota terhadap lebar jalan
dihitung dengan menggunakan tabel berikut:

Tabel 20. Faktor penyesuaian kerb dan bahu jalan

Kelas Faktor Penyesuaian Untuk Hambatan


Tipe Samping dan Lebar Bahu
Hambatan
Jalan Lebar Bahu Efektif (Ws)
Samping ≤ 0,5 1,0 1,5 ≥ 2,0
VL 0,96 0,98 1,01 1,03
L 0,94 0,97 1,00 1,02
4/2 D M 0,92 0,95 0,98 1,00
H 0,88 0,92 0,95 0,98
VH 0,84 0,88 0,92 0,96
VL 0,96 0,99 1,01 1,03
L 0,94 0,97 1,00 1,02
4/2 UD M 0,92 0,95 0,98 1,00
H 0,87 0,91 0,94 0,98
VH 0,80 0,86 0,90 0,96
2/2 UD VL 0,94 0,96 0,99 1,01
atau L 0,92 0,94 0,97 1,00
Jalan M 0,89 0,92 0,95 0,98

91 LANGKAH PENYUSUAN LANGKAH PENYUSUAN 91


PERDA PERDA
LEGAL DRAFTING: PENYUSUNAN PERD

Satu H 0,82 0,86 0,90 0,95


Arah VH 0,73 0,79 0,85 0,91
Sumber : Manual Kapasitas Jalan Indonesia, 1997
Catatan :

 Tabel tersebut di atas menganggap bahwa lebar bahu di kiri


dan kanan jalan sama, bila lebar bahu kiri dan kanan berbeda
maka digunakan nilai rata-ratanya.
 Lebar efektif bahu adalah lebar yang bebas dari segala
rintangan, bila di tengah terdapat pohon, maka lebar efektifnya
adalah setengahnya.

5)      Faktor Ukuran Kota ( Fcs )


Berdasarkan hasil penelitian ternyata ukuran kota mempengaruhi
kapasitas seperti ditunjukkan dalam tabel berikut :

Tabel 21. Faktor ukuran kota

Ukuran Kota (Juta Orang) Factor Ukuran Kota (Fcs)


< 0,1 0,86
0,1 – 0,5 0,90
0,5 – 1,0 0,94
1,0 – 3,0 1,00
≤ 3,0 1,01
Sumber : Manual Kapasitas Jalan Indonesia, 1997

6)      Ekivalen mobil Penumpang


Tabel 22. Ekivalen mobil penumpang
Arus lalu emp
MC
Tipe Jalan : lintas Total
Lebar Jalur Lalu
Jalan Tak Terbagi dua Arah HV
Lintas
(Kend/ jam) <6 >6
Dua Lajur tak 0 1,3 0,5 0,4
terbagi (2/2 UD) > 1.800 1,2 0,35 0,25
Empat lajur tak 0 1,3 0,4

92 LANGKAH PENYUSUAN LANGKAH PENYUSUAN 92


PERDA PERDA
LEGAL DRAFTING: PENYUSUNAN PERD

terbagi (4/2 UD) > 3.700 1,2 0,25


Sumber : Manual Kapasitas Jalan Indonesia, 1997

C.      Derajat Kejenuhan
Derajat kejenuhan didefinisikan sebagai rasio arus lalu lintas Q
(smp/jam) terhadap kapasitas C (smp/jam) digunakan sebagai faktor
utama dalam penentuan tingkat kinerja segmen jalan. Nilai DS
menunjukan apakah segmen jalan tersebut mempunyai masalah
kapasitas atau tidak. Derajat kejenuhan dirumuskan sebagai berikut ;

DS = Q/C

dibawah ini menunjukkan beberapa batas lingkup V/C Ratio untuk


masing-masing tingkat pelayanan beserta karakteristik-
karakteristiknya.

Tabel 23. Batasan lingkup V/C Ratio


Tingkat Batas
Pelayana Factor Ukuran Kota (Fcs) Lingkup
n V/C
Kondisi arus lalu lintas bebas dengan
A 0,00 – 0,20
kecepatan tinggi dan volume lalu lintas rendah
Arus stabil, tetapi kecepatan operasi mulai
B 0,20 – 0,44
dibatasi oleh kondisi lalu lintas
Arus stabil, tetapi kecepatan dan gerak
C 0,45 – 0,74
kendaraan dikendalikan
Arus mendekati stabil, kecepatan masih dapat
D 0,75 – 0,84
dikendalikan. V/C masih dapat ditolerir
Arus tidak stabil kecepatan terkadang terhenti,
E 0,85 – 1,00
permintaan sudah mendekati kapasitas
Arus dipaksakan, kecepatan rendah, volume
F ≥ 1,00
diatas kapasitas, antrian panjang (macet)

93 LANGKAH PENYUSUAN LANGKAH PENYUSUAN 93


PERDA PERDA
LEGAL DRAFTING: PENYUSUNAN PERD

Sumber : Traffic Planning and Engineering, snd Edition Pergamon


Press Oxword, 1979

Berikut contoh dari hasil analisa VCR yang pernah dilakukan dalam
kegiatan : Kajian Lingkungan Pengembangan Jalur Busway Trans
JAKARTA-BEKASI

Tabel 24. hasil analisa VCR Jalur Busway Trans JAKARTA-BEKASI

Gambar 47. Analisis Kinerja Jalan

d. Analisis Kapasitas Simpang dan Antrian Kendaraan.


Menurut Manual Kapasitas Jalan Indonesia (1997), simpang adalah
Dua buah ruas jalan atau lebih yang saling bertemu, saling
berpotongan atau bersilangan disebut dengan persimpangan

94 LANGKAH PENYUSUAN LANGKAH PENYUSUAN 94


PERDA PERDA
LEGAL DRAFTING: PENYUSUNAN PERD

(intersection). Berdasarkan KAK, daftar simpang yang menjadi objek


pekerjaan ini semua merupakan simpang bersinyal. Jadi analisis
kapasitas simpang di sini hanya menggunakan analisis kinerja
simpang bersinyal.
Analisis Kinerja Simpang Bersinyal
Menurut Manual Kapasitas Jalan Indonesia (1997)
1. Arus Jenuh Dasar
Arus jenuh dasar (S0) yaitu besarnya keberangkatan antrian dalam
pendekat selama kondisi ideal (smp/jam hijau).
S0 = 600 x We smp/jam hijau
2. Arus Jenuh
Arus jenuh yang disesuaikan (S) yaitu besarnya keberangkatan antrian
dalam pendekat selama kondisi tertentu setelah disesuaikan dengan
kondisi persimpangan (smp/jam hijau).

Dimana :
FCS = Faktor Penyesuaian Ukuran Kota
FSF = Faktor penyesuaian untuk tipe lingkungan jalan,
Hambatan Samping dan Kendaraan tak bermotor
FG = Faktor Penyesuaian Kelandaian
FP = Faktor Penyesuaian Parkir
FLT = Faktor penyesuaian belok kiri
FRT = Faktor Penyesuaian Belok Kanan
3. Waktu siklus
Waktu siklus adalah urutan lengkap dari indikasi sinyal (antara dua
saat permulaan hijau yang berurutan didalam pendekat yang sama).
a. Waktu siklus sebelum penyesuaian

b. Waktu Hijau

95 LANGKAH PENYUSUAN LANGKAH PENYUSUAN 95


PERDA PERDA
LEGAL DRAFTING: PENYUSUNAN PERD

c. waktu siklus yang disesuaikan


Waktu siklus yang disesuaikan dapat dihitung dengan rumus :

4. Kapasitas dan Derajat Kejenuhan


Kapasitas (C) adalah jumlah lalu lintas maksimum yang dapat
ditampung oleh suatu pendekat dalam waktu tertentu. kapasitas untuk
masing – masing pendekat adalah :

Nilai kapasitas dipakai untuk menghitung derajat kejenuhan (DS)


masing – masing pendekat.

5. Tingkat Kinerja
a. Panjang Antrian
Jumlah antrian yang tersisa dari fase hijau sebelumnya (NQ1)
dihitung berdasarkan nilai derajat kejenuhan dengan menggunakan
rumus berikut :
 Untuk DS > 0,5

 Untuk DS ≤ 0,5
NQ1 = 0
Jumlah antrian yang datang selama fase merah (NQ2) dihitung engan
rumus :

Jumlah antrian kendaraan secara keseluruhan adalah :


NQ = NQ1 + NQ2
Untuk menentukan NQmax dapat dicari dari grafik dengan
menghubungkan nilai NQ dan probabilitas POL (%). Untuk
perencanaan dan desaian disarankan nilai POL< 5% sedangkan untuk

96 LANGKAH PENYUSUAN LANGKAH PENYUSUAN 96


PERDA PERDA
LEGAL DRAFTING: PENYUSUNAN PERD

operasional disarankan 5 – 10%. Sehinggan Panjang antrian (QL)


didapat dengan rumus dibawah ini.

b. Kendaraan Terhenti
Angka Henti (NS) untuk masing-masing pendekat yang didefinisikan
jumlah rata-rata berhenti per smp (termasuk berhenti berulang dalam
antrian) yang nilainya dapat dihitung dengan rumus :

Jumlah kendaraan terhenti (NSV) untuk masing-masing pendekat


dihitung dengan rumus :
NSV = Q x NS
Selanjutnya angka henti rata-rata untuk seluruh simpang (NSTOT).
Dihitung dengan rumus :

c. Tundaan
Tundaan lalu lintas rata-rata adalah tundaan yang disebabkan oleh
interaksi lalu lintas dengan gerakan lalu lintas lainnya pada suatu
simpang yang nilainya dapat dihitung dengan rumus :

Tundaan geometri rata-rata adalah tundaan yang disebabkan oleh


Percepatan atau perlambatan kendaraan yang membelok di
persimpangan dan atau yang terhenti di lampu merah yang nilainya
dapat dihitung dengan rumus :

Tundaan rata-rata merupakan jumlah dari tundaan lalu lintas rata –


rata
(DT) dan tundaan geometri rata-rata (DG).
D= DT + DG

97 LANGKAH PENYUSUAN LANGKAH PENYUSUAN 97


PERDA PERDA
LEGAL DRAFTING: PENYUSUNAN PERD

Tundaan total (smp.det) adalah perkalian antara tundaan rata – rata


dengan arus lalu lintas
Dtotal =DxQ
Tundaan rata-rata simpang (Dl)

6. Analisa Pertumbuhan Lalu Lintas


Perhitungan pertumbuhan lalu lintas dapat dihitung dengan
menggunakan metode geometrik. Dimana metode geometrik sendiri
adalah analisa yang digunakan untuk memperkirakan jumlah masing-
masing data tersebut pada tahun x tahun mendatang (Tahun ke-x).
Adapun bentuk persamaannya sebagai berikut:

Pertumbuhan lalu lintas bisa dipengaruhi oleh beberapa faktor antara


lain adalah:
a. Jumlah Penduduk
b. Jumlah Kepemilikkan Kendaraan

e. Analisis waktu siklus tiap simpang


Penentuan Waktu Sinyal
Penentuan waktu sinyal dilakukan berdasarkan (MKJI 1997) yaitu
menentukan waktu siklus (c), selanjutnya waktu hijau (g) pada
masing-masing fase.
2. Waktu Siklus

Di mana:
c = waktu siklus sinyal (detik),
LTI = jumlah waktu hilang per siklus (detik),
FR = arus dibagi arus jenuh (Q/S)
Frcrit = nilai FR tertinggi dari semua pendekat yang bernagkat
pada suatu fase sinyal

98 LANGKAH PENYUSUAN LANGKAH PENYUSUAN 98


PERDA PERDA
LEGAL DRAFTING: PENYUSUNAN PERD

∑ Frcit = rasio arus simpang = jumlah Frcrit dari semua fase pada
siklus tersebut
3. Waktu Hijau

Dimana:
gi = tampilan waktu hijau pada fase i (detik)
Waktu siklus yang disarankan untuk keadaan yang berbeda,
ditunjukkan pada tabel 2.
Tabel 25. Waktu siklus yang disarankan

4. Melakukan simulasi jaringan jalan kawasan malioboro dengan


menggunakan software transportasi. Software yang digunakan
adalah SD Vissim. Vissim adalah software yang bisa melakukan
simulasi untuk lalu lintas multi-modal mikroskopik, transportasi
umum dan pejalan kaki, dikembangkan oleh PTV Planung
Transport Verkehr AG di Karlsruhe, Jerman. Vissim adalah alat
yang paling canggih yang tersedia untuk mensimulasikan aliran-
aliran lalu lintas multi-moda, termasuk mobil, angkutan barang,
bus, heavy rail, tram, LRT, sepeda motor, sepeda, hingga pejalan
kaki.
Simulasi multi-moda menjelaskan kemampuan untuk
mensimulasikan lebih dari satu jenis lalu lintas. Semua jenis ini
bisa berinteraksi satu sama lain. Dalam Vissim, jenis-jenis lalu
lintas yang bisa disimulasikan antara lain vehicles (mobil, bus,
truk), public transport (tram, bus), cycles (sepeda, sepeda motor),
pejalan kaki dan rickshaw. Pengguna software ini bisa

99 LANGKAH PENYUSUAN LANGKAH PENYUSUAN 99


PERDA PERDA
LEGAL DRAFTING: PENYUSUNAN PERD

memodelkan segala jenis konfigurasi geometrik ataupun perilaku


pengguna jalan yang terjadi dalam sistem transportasi.
Vissim digunakan pada banyak kebutuhan simulasi lalu lintas dan
transportasi umum, seperti skema perlambatan lalu lintas, studi
tentang Light Rail/Bus Rapid transit, perkiraan penggunan
Inteligent Transport System yang sesuai, simpang bersinyal dan
tidak bersinyal yang kompleks dan sebagainya. Vissim didasarkan
pada penelitian intensif selama bertahun-tahun, dan sejak
diperkenalkan pada tahun 1992 telah digunakan oleh masyarakat
luas di seluruh dunia dan terbukti menjadi software yang paling
unggul untuk simulasi lalu lintas mikroskopik. Simulasi
mikroskopik, atau kadang juga disebut mikrosimulasi, berarti tiap
kesatuan (mobil, kereta, orang) yang akan disimulasikan,
disimulasikan secara individual.
Vissim telah digunakan untuk menganalisis jaringan-jaringan dari
segala jenis ukuran jarak persimpangan individual hingga
keseluruhan daerah metropolitan. Dalam jaringan-jaringan
transportasi berikut, Vissim mampu memodelkan semua
klasifikasi fungsi jalan mulai dari jalan raya lintas untuk sepeda
motor hingga jalan raya untuk mobil. Jangkauan aplikasi jaringan
Vissim yang luas juga meliputi fasilitas –fasilitas transportasi
umum, sepeda hingga pejalan kaki. Selain itu Vissim juga bisa
mensimulasikan geometrik dan kondisi operasional yang unik
yang terdapat dalam sistem transportasi. Data-data yang ingin
dimasukkan untuk dianalisis dilakukan sesuai keinginan
pengguna. Perhitungan-perhitungan keefektifan yang beragam
bisa dimasukkan pada software Vissim, pada umumnya antara lain
tundaan, kecepatan, antrian, waktu tempuh dan berhenti.
Parameter yang Digunakan dalam Vissim
 Vehicle Types

10 LANGKAH PENYUSUAN LANGKAH PENYUSUAN 10


PERDA PERDA 0
0
LEGAL DRAFTING: PENYUSUNAN PERD

Kelompok kendaraan dengan karakter teknis dan perilaku


fisik berkendara yang serupa.
 Vehicle Classes
Satu atau lebih jenis kendaraan digabung dalam satu kelas
kendaraan. Kecepatan, evaluasi dan pemilihan rute digabung
dalam satu kelas kendaraan.
 Vehicle Categories
Menetapkan terlebih dahulu kategori dari kendaraan yang
menyertakan interaksi kendaraan yang serupa.
 Vehicle Input
Memasukkan jumlah arus lalu lintas (kend/jam) sesuai
dengan hasil survei di lapangan.
 Vehicle Composition
Pengaturan seberapa besar persentasi tiap-tiap jenis
kendaraan terhadap arus lalu lintas yang ada.
 Driving Behaviour
Perilaku berkendara. tergantung pada jenis jaringan jalan,
kategori kendaraan dan kelas kendaraan.
 Signal Control
Tool yang digunakan untuk memodelkan suatu fase sinyal
aktual di lapangan.
 Links and Connectors
Input geometrik jaringan jalan, seperti jumlah lajur dan lebar
jalan.
 Queue Counter
Penghitung antrian, dihitung mulai dari titik queue counter
ditetapkan hingga kendaraan terakhir yang masih berada
dalam kondisi antrian.
 Vehicle Travel time

10 LANGKAH PENYUSUAN LANGKAH PENYUSUAN 10


PERDA PERDA 1
1
LEGAL DRAFTING: PENYUSUNAN PERD

Penentuan titik awal pergerakan kendaraan hingga destinasi


dengan jarak tertentu untuk dihitung waktu tempuhnya,
kemudian bisa dihitung juga waktu tempuh saat arus lalu
lintas mengalami kemacetan sehingga didapat nilai tundaan.

3. Melakukan perangkingan kinerja ruas jalan dan simpang berdasarkan


derajat kejenuhan, tundaan dan kecepatan perjalanan;
Derajat Kejenuhan
Derajat kejenuhan adalah perbandingan antara arus total sesungguhnya
(Qtot) dengan kapasitas sesungguhnya (C). Nilai derajat kejenuhan suatu
ruas jalan bervariasi dari 0-1.
Derajat kejenuhan merupakan pencerminan kenyamanan pengemudi
dalam mengemudikan kendaraannya. Secara kualitatif dapat dikatakan
bahwa kenyamanan pengemudi meningkat dengan menurunya rasio
volume (V) lalu lintas terhadap kapasitas (C) pada jalur yang dilalui.
Ada 3 kondisi v/c yaitu,
1. V/C < 1, maka volume lalu lintas masih di bawah kapasitasnya.
2. V/C = 1, maka vloume lalu lintas sama dengan kapasitasnya.
3. V/C > 1, maka volume lalu lintas telah melebihi kapasitasnya.
Tundaan adalah perbedaan waktu perjalanan dari suatu perjalanan dari satu
titik ke titik tujuan antara kondisi arus bebas dengan arus terhambat
(Alamsyah, 2005:177). Tundaan merupakan variabel yang sangat penting
untuk menentukan kualitas daripada lalu lintas. Tundaan dipergunakan
sebagai kriteria untuk menentukan lalu lintas tingkat kemacetan suatu
jalan, makin besar nilai tundaan, makin besar pula tingkat kemacetan pada
ruas jalan tersebut.
Kecepatan Perjalanan (Journey Speed) adalah kecepatan rata-rata
kendaraan efektif antara dua titik tertentu di suatu perjalanan, yang dapat
ditentukan dari jarak perjalanan dibagi dengan total waktu perjalanan
4. Melakukan pengelompokan ruas jalan dan simpang per kabupaten/kota;

10 LANGKAH PENYUSUAN LANGKAH PENYUSUAN 10


PERDA PERDA 2
2
LEGAL DRAFTING: PENYUSUNAN PERD

5. Membuat gambar penampang melitang untuk simpang dan ruas sebanyak


100 ruas dan 45 simpang dalam format Autocad (DWG);
AutoCAD merupakan software komputer yang digunakan untuk
menghasilkan gambar 2 dimensi dan 3 dimensi. Dengan perangkat lunak
ini sangat memudahkan pekerjaan desain interior, insinyur mesin, arsitek
dan berbagai profesi lainnya. Dengan berbagai fungsi AutoCad yang
mudah diaplikasikan, menjadikan software ini populer dan banyak
digunakan.
Fungsi AutoCAD
Aplikasi AutoCAD sekarang ini hanya dapat dioperasikan pada komputer
yang menggunakan sistem operasi Microsoft. Sebelumnya memang untuk
sistem operasi Machintos dan Linux sempat bisa digunakan untuk
menjalankan program AutoCAD. Tapi fungsi software AutoCAD hanya
ini berlangsung pada sekitar tahun 1980-an hingga 1990-an.
Sayangnya fitur itu tidak lagi diteruskan AutoDesk sebagai
pengembangnya. Berbagai versi dikembangkan AutoDesk sebagai
perbaikan yang kreatif dan inovatif untuk memenuhi kebutuhan. Berbagai
pengembangan ini semakin mempermudah penggunanya dalam
mengoperasikan segala macam fitur menarik.
CAD adalah kependekan dari Computer-aided drafting and design
program. Sehingga aplikasi ini sangat bermanfaat dalam bidang desain
grafis, arsitektur, teknik sipil, mekanikal engineering dan berbagai bidang
lainnya yang berhubungan dengan penciptaan gambar tertentu. Dengan
perangkat lunak ini, maka lebih mudah dalam menghasilkan model yang
tepat, guna memenuhi kebutuhan khusus. Karena gambar bisa dibuat
menyerupai bentuk aslinya, dengan ukuran yang disesuaikan.
Sehingga dengan mengaplikasikan AutoCAD, maka bisa menghasilkan
gambar dengan ketepatan tinggi, mudah dan hemat waktu. Karena
berbagai fitur dan tool yang dihadirkan sangat mudah digunakan. Sehingga
tidak memerlukan waktu lama untuk bisa menguasainya.

10 LANGKAH PENYUSUAN LANGKAH PENYUSUAN 10


PERDA PERDA 3
3
LEGAL DRAFTING: PENYUSUNAN PERD

6. Menyusun strategi dan rekomendasi penanganan pada ruas jalan dan


simpang berdasarkan indikator Derajat Kejenuhan dan Kecepatan;
7. Menyusun laporan kegiatan.

8. PERALATAN DAN MATERIAL

Peralatan dan Material yang disiapkan untuk pekerjaan ini meliputi peralatan
kantor seperti komputer, fotocopy, printer dan lain-lainnya disesuaikan dengan
rencana anggaran belanja. Untuk alat survey minimal peralatan yang dibutuhkan
adalah counter, alat tulis, Walking Measure, Speedgun, dan Drone (Pencitraan
Udara).

9. KELUARAN

Tersusunnya dokumen Studi Evaluasi Kinerja Ruas jalan dan Simpang di


Perkotaan Yogyakarta

10 LANGKAH PENYUSUAN LANGKAH PENYUSUAN 10


PERDA PERDA 4
4

Anda mungkin juga menyukai