H a l a m a n iii | 95
B A B I SYARAT – SYARAT UMUM
H a l a m a n 1 | 95
- Usulan Penetapan Pemenang dari Panitia Pelelangan kepada Penanggung
Jawab Kegiatan
- Persetujuan atau Penetapan Pemenang Pelelangan dari Penanggung Jawab
Kegiatan
- Pengumuman Pemenang Lelang dari Panitia Pelelangan
- Surat Penunjukan Pemenang dan Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK) dari
Penanggung Jawab Kegiatan
- Rencana Kerja dan Syarat-syarat beserta Gambar
.
1.4 RAPAT PENJELASAN PEKERJAAN
1.4.1 Rekanan yang lulus dalam penyaringan dan telah memenuhi persyaratan, mendapat
undangan dari Panitia Lelang, untuk mengikuti Rapat Penjelasan Pekerjaan yang
diselenggarakan pada :
Hari / Tanggal : ………………………..
Pukul / Jam : 10.00 WIT s/d Selesai
Tempat : Rapat Kantor Sekretarian Panitia
1.4.2 Segala perubahan baik penambahan maupun pengurangan mengenai RKS akan dicatat
dalam berita acara penjelasan pekerjaan (Aanwijzing) yang sifatnya mengikat.
“ Kepada Yth :
Panitia Pengadaan Barang/Jasa
Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Mappi Anggaran 2018. “
Sampul penawaran dilak di 5 (lima) titik, yaitu ditiap sudut dan tengah
Dokumen penawaran tersebut dimasukkan dalam kotak pelelangan pada tempat, tanggal,
dan waktu yang telah tercantum dalam surat undangan.
H a l a m a n 4 | 95
mendapat persetujuan Penanggung Jawab Kegiatan terlebih dahulu secara
tertulis baru dapat dilaksanakan.
Dalam hal yang tidak ditentukan dalam peraturan dan syarat-syarat pelaksanaan
ini, berlaku ketentuan : S.U. 1941 dan persyaratan teknik yang sesuai dengan
pekerjaan dimaksud.
H a l a m a n 5 | 95
2.6.4 Penyerahan kedua dilaksanakan setelah berakhirnya masa pemeliharaan dengan dibuat
Berita Acara Serah Terima Pekerjaan Kedua dan diterima baik oleh Pihak Pengguna
Jasa, sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
H a l a m a n 7 | 95
2.15 PERSELISIHAN
Bilamana terjadi perselisihan yang bersifat teknis dalam pelaksanaan pekerjaan, akan
diselesaikan secara musyawarah antara pihak Pengguna Jasa dan penyedia Jasa.
Apabila lewat musyawarah tidak dapat diselesaikan, maka penyelesaian selanjutnya
dilakukan oleh tim Arbitrage Pengguna Jasa dan seorang lainnya wakil dari penyedia
jasa, dan apabila perselisihan belum juga terselesaikan, maka selanjutnya akan
diajukan ke Pengadilan Negeri Mappi
3.3. STRUKTUR
Beton mutu sedang fc’20 MPa (K-250) Sesuai gambar dalam dokumen tender, maka
volume pekerjaan beton K-250 akan digunakan sesuai gambar atau petunjuk Direksi dan
atau pekerjaan lainnya sesuai hasil field engineering yang telah disetujui Direksi
Pekerjaan. Beton K-250 dipakaiuntuk struktur box culvert. 1) Beton K-250 di produksi
secara manual (concrete mixer). Material berupa pasir, semen dan agregatkasar diterima
dilokasi pekerjaan. 2) Secara umum tahapan pelaksanaan pekerjaan beton K-250 untuk
pekerjaan diatas dapat diuraikan secara berikut : - Pekerjaan akan dimulai dengan
pembuatan shop drawings untuk kemudian dimintakan persetujuannya dari Direksi
Pekerjaan. - Baja Tulangan yang telah dirakit (cutting and bending) di base camp akan
dibawa kelokasi pekerjaan untuk dipasangkan sesuai shop drawings. Baja tulangan akan
dipasangkan / diikat dengan menggunakan kawat beton. - Pekerjaan dilanjutkan dengan
pembuatan dan pemasangan bekisting yang terbuat dari balok kayu dan multiplex untuk
membentuk dimensi struktur sesuai shop drawings. - Sebelum dilakukan pengecoran
beton, maka semua hasil rakitan penulangan dan bekisting akan dibersihkan terlebih
dahulu dan dimintakan persetujuannya dari Direksi Pekerjaan. - Untuk menjaga agar tidak
terjadi pemisahan agregat (segredasi) dari beton, maka pengecoran beton akan dilakukan
dengan menggunakan luncuran manual. - Selama proses pengecoran, beton akan
diperiksa kekentalannya dengan uji slump dan terhadap beton yang lolos uji, akan
dituangkan dan pemadatan beton akan dilakukan dengan menggunakan concrete vibrator
sedemikian rupa agar tidak terjadi bleeding. - Untuk mengetahui kondisi kekuatan beton,
maka atas persetujuan Direksi Pekerjaan, akan dilakukan pengambilan dan pembuatan
benda uji kubus/silinder.
3.4. PABRIKASI
3.4.1 UMUM
Kontraktor harus memberi catatan satu minggu kepada Konsultan Pengawas,
sebelum melaksanakan segmen pabrikasi apapun, seperti menutup sisi
berbagai bagian struktur.
Barang-barang baja harus memiliki ukuran, bentuk dan konstruksi seperti
yang telah ditentukan.
H a l a m a n 11 | 95
Sebelum pabrikasi, semua pengukuran yang diperlukan harus dilaksanakan
dan diperiksa sesuai dengan persyaratan prosedur kontrol kualitas dalam
AISC.
Selain yang telah ditentukan, barang-barang harus dipabrikasi sesuai dengan
metode pekerjaan bengkel yang efisien.
Kontraktor harus bertanggung jawab terhadap koreksi/ perbaikan dari semua
kesaklahan dan ketidaktepatan pada pekerjaan detail, tata letak dan pabrikasi,
dengan biayanya sendiri.
3.4.2. LOKASI PABRIKASI
Baja Struktural harus dipabrikasi dan dirakit di bengkel atau pekarangan milik
Kontraktor atau di lokasi yang disetujui oleh Konsultan Pengawas. Tidak
diperkenankan melakukan pengelasan dasar di lapangan.
3.4.3. PENGELASAN
a. Tukang Las.
Pada prinsipnya, kualifikasi tukang las harus sesuai dengan “JIS Z 3801 79
Standar Prosedur Kualifikasi untuk Teknik Pengelasan” berdasarkan jenis
pengelasan yang akan dikerjakan. Tukang las harus berpengalaman
berkelanjutan lebih dari satu tahun dalam pengelasan struktural dan akan
menerima persetujuan dari Konsultan Pengawas.
Jika Konsultan Pengawas meragukan kualifikasi tukang las, walaupun
persetujuan telah diberikan, sesuai dengan JIS, AWS atau setara lainnya yang
berhubungan, persetujuan dapat dibatalkan.
b. Persiapan Material.
Persiapan Bagian Tepi .
Sudut alur harus sesuai dengan desain dan Gambar Detail Pelaksanaan. Akan
tetapi hal tersebut dapat dimodifikasi sesuai dengan jenis pengelasan yang
akan dilakukan dengan persetujuan Konsultan Pengawas.
Alur harus dibuat ke bentuk seperti yang ditentukan di atas dengan alat
pemotong gas otomatik atau metode mekanikal lainnya. Pemotong gas
manual dapat diperkenankan pada situasi yang tidak diragukan, dengan
persetujuan Konsultan Pengawas.
c. Pekerjaan Pengelasan.
Pengelasan harus dikerjakan dengan kecepatan yang memadai, arus dan
tegangan yang benar sesuai dengan jenis dan posisi pengelasan.
Pengelasan di bengkel kerja, bila mungkin, dilakukan dari bawah ke atas
dengan menggunakan ukuran perputaran yang ditetapkan.
Elemen-elemen baja harus dipanaskan terlebih dahulu seperti yang
disyaratkan sesuai dengan ketebalan dan jenis material.
Pabrikasi balok built up harus disatukan dengan pengelasan arkus bila
memungkinkan.
Pengelasan :
Metode dan sekuens pengelasan harus sudah direncanakan agar tidak
menyebabkan bekas sambungan atau meninggalkan sisa tekanan apapun.
H a l a m a n 12 | 95
Sebelum atau selama pengelasan permanen, pengelasan sementara harus
dibersihkan, bila pengelasan sementara mengalami kerusakan.
Kondisi Finishing
Permukaan pengelasan harus memiliki pola yang seragam, ukuran dan
panjang pengelasan tidak boleh kurang dari ukuran yang ditunjukkan dalam
gambar. Ukuran pengelasan bisa saja lebih besar dari yang ditentukan tapi
tidak boleh terlalu besar atau menjadi tidak teratur dalam pola.
Bagian yang dilas tidak boleh retak, tidak selesai, lumer, kekurangan
penetrasi, berlubang, menggelembung, dipotong terlalu pendek,
bersinggungan atau tertimpa, atau memiliki kesalahan-kesalahan lainya.
Pengelasan Sudut (Fillet welding)
Pada kasus pengelasan kaki sudut yang setara, tidak boleh terjadi perbedaan
antara kedua kaki tersebut.
Kedalaman tulangan las harus kurang dari 0,1 S + 1 mm (S: ukuran sudut
yang ditentukan).
Busur :
Perhatian khusus harus diberikan untuk mencegah kekurangan penetrasi dan
slag inclusion pada titik awal busur. Busur harus dipindahkan ke logam dasar
atau elemen yang akan dilas, baik itu permulaan las maupun lanjutan rigi las.
Perhatian khusus harus diberikan agar tidak menyebabkan retak pada rigi las
di akhiran busur. Slag dan spatters harus dihilangkan dari permukaan las dan
dari permukaan di sekitar pengelasan.
d. Kondisi Cuaca.
Pengelasan tidak boleh dilakukan saat permukaan pengelasan basah karena
hujan atau karena alasan lain atau saat angin berhembus kencang. Akan tetapi
jika posisi las dan tukang las cukup terlindungi dan persiapan logam dasar
telah dilakukan, pengelasan dapat dilaksanakan setelah konfirmasi tidak
adanya kelembaban/ basah pada permukaan, dan dengan persetujuan
Konsultan Pengawas.
e. Koreksi Material.
Kesalahan pada material harus dikoreksi/ diperbaiki dengan peralatan
mekanis atau dengan pemanasan yang tidak menyebabkan kerusakan pada
material.
f. Pemeriksaan Pengelasan.
Pemeriksaan harus dilakukan selama dan setelah pengelasan di bengkel kerja.
Bagian yang rusak harus dikoreksi kembali guna kepuasan Konsultan
Pengawas. Tagihan dihitung sebagai biaya Kontraktor.
Pemeriksaan minimum untuk pengelasan yang harus dilakukan oleh
Kontraktor dan/atau pembuat harus dengan uji visual, uji penetrasi cair dan
uji radiogafik. Semua las harus ditampilkan seragam. Tampilan dan kelebihan
potongan harus seminimal mungkin.
H a l a m a n 13 | 95
BAB IV SPESIFIKASI TEKNIK KHUSUS
i) Galian Biasa
ii) Galian Batu
iii) Galian Struktu
H a l a m a n 15 | 95
e) Galian Batu harus mencakup galian bongkahan batu dengan volume
1 meter kubik atau lebih dan seluruh batu atau bahan lainnya yang
menurut Direksi Pekerjaan adalah tidak praktis menggali tanpa
penggunaan alat bertekanan udara atau pemboran, dan peledakan.
Galian ini tidak termasuk galian yang menurut Direksi Pekerjaan
dapat dibongkar dengan penggaru (ripper) tunggal yang ditarik oleh
traktor dengan berat maksimum 15 ton dan tenaga kuda neto
maksimum sebesar 180 PK (Tenaga Kuda).
f) Galian Struktur mencakup galian pada segala jenis tanah dalam batas
pekerjaan yang disebut atau ditunjukkan dalam Gambar untuk
Struktur. Setiap galian yang didefinisikan sebagai Galian Biasa atau
Galian Batu tidak dapat dimasukkan dalam Galian Struktur.
a) Timbunan
b) Beton
c) Pasangan Batu
b) Permukaan galian tanah maupun batu yang telah selesai dan terbuka
terhadap aliran air permukaan harus cukup rata dan harus memiliki
cukup kemiringan untuk menjamin pengaliran air yang bebas dari
permukaan itu tanpa terjadi genangan.
H a l a m a n 16 | 95
a) Untuk setiap pekerjaan galian yang dibayar menurut Seksi ini,
sebelum memulai pekerjaan, Kontraktor harus menyerahkan kepada
Direksi Pekerjaan, gambar detil penampang melintang yang
menunjukkan elevasi tanah asli sebelum operasi pembersihan dan
pembongkaran, atau penggalian dilaksanakan.
6) Jadwal Kerja
a) Perluasan setiap galian terbuka pada setiap operasi harus dibatasi
sepadan dengan pemeliharaan permukaan galian agar tetap dalam
kondisi yang mulus (sound), dengan mempertimbangkan akibat dari
pengeringan, perendaman akibat hujan dan gangguan dari operasi
pekerjaan berikutnya.
b) Galian saluran atau galian lainnya yang memotong jalan harus
dilakukan dengan pelaksanaan setengah badan jalan sehingga jalan
tetap terbuka untuk lalu lintas pada setiap saat.
c) Bilamana lalu lintas pada jalan terganggu karena peledakan atau
operasi-operasi pekerjaan lainnya, Kontraktor harus mendapatkan
persetujuan terlebih dahulu atas jadwal gangguan tersebut dari pihak
yang berwenang dan juga dari Direksi Pekerjaan.
d) Kecuali diperintahkan lain oleh Direksi Pekerjaan maka setiap galian
perkerasan beraspal harus ditutup kembali dengan campuran aspal
pada hari yang sama sehingga dapat dibuka untuk lalu lintas.
H a l a m a n 19 | 95
Bilamana bahan timbunan pilihan atau lapis pondasi agregat, agregat untuk
campuran aspal atau beton atau bahan lainnya diperoleh dari galian sumber
bahan di luar daerah milik jalan, Kontraktor harus melakukan pengaturan
yang diperlukan dan membayar konsesi dan restribusi kepada pemilik tanah
maupun pihak yang berwenang untuk ijin menggali dan mengangkut bahan-
bahan tersebut.
11) Penggunaan dan Pembuangan Bahan Galian
a) Semua bahan galian tanah dan galian batu yang dapat dipakai dalam
batas-batas dan lingkup proyek bilamana memungkinkan harus
digunakan secara efektif untuk formasi timbunan atau penimbunan
kembali.
b) Bahan galian yang mengandung tanah yang sangat organik, tanah
gambut (peat), sejumlah besar akar atau bahan tetumbuhan lainnya
dan tanah kompresif yang menurut pendapat Direksi Pekerjaan akan
menyulitkan pemadatan bahan di atasnya atau yang mengakibatkan
setiap kegagalan atau penurunan (settlement) yang tidak dikehendaki,
harus diklasifikasikan sebagai bahan yang tidak memenuhi syarat
untuk digunakan sebagai timbunan dalam pekerjaan permanen.
c) Setiap bahan galian yang melebihi kebutuhan timbunan, atau tiap
bahan galian yang tidak disetujui oleh Direksi Pekerjaan untuk
digunakan sebagai bahan timbunan, harus dibuang dan diratakan oleh
Kontraktor di luar Daerah Milik Jalan (DMJ) seperti yang
diperintahkan Direksi Pekerjaan.
d) Kontraktor harus bertanggungjawab terhadap seluruh pengaturan dan
biaya yang diperlukan untuk pembuangan bahan galian yang tidak
terpakai atau yang tidak memenuhi syarat untuk bahan timbunan,
termasuk pembuangan bahan galian yang diuraikan dalam Pasal
3.1.1.(8).(ii) dan (iii), juga termasuk pengangkutan hasil galian ke
tempat pembuangan akhir dengan jarak tidak melebihi yang
disyaratkan dalam Pasal 3.1.3.(2).(f) dan perolehan ijin dari pemilik
atau penyewa tanah dimana pembuangan akhir tersebut akan
dilakukan.
H a l a m a n 20 | 95
d) Seluruh tempat bekas galian bahan atau sumber bahan yang
digunakan oleh Kontraktor harus ditinggalkan dalam suatu kondisi
yang rata dan rapi dengan tepi dan lereng yang stabil dan saluran
drainase yang memadai.
H a l a m a n 21 | 95
g) Penggalian batu harus dilakukan sedemikian, apakah dengan
peledakan atau cara lainnya, sehingga tepi-tepi potongan harus
dibiarkan pada kondisi yang aman dan serata mungkin. Batu yang
lepas atau bergantungan dapat menjadi tidak stabil atau menimbulkan
bahaya terhadap pekerjaan atau orang harus dibuang, baik terjadi
pada pemotongan batu yang baru maupun yang lama.
2) Galian pada Tanah Dasar Perkerasan dan Bahu Jalan, Pembentukan Berm,
Selokan dan Talud. Ketentuan dalam Seksi 3.3, Penyiapan Badan Jalan, harus
berlaku seperti juga ketentuan dalam Seksi ini.
3) Galian untuk Struktur dan Pipa
a) Galian untuk pipa, gorong-gorong atau drainase beton dan galian
untuk pondasi jembatan atau struktur lain, harus cukup ukurannya
sehingga memungkinkan pemasangan bahan dengan benar,
pengawasan dan pemadatan penimbunan kembali di bawah dan di
sekeliling pekerjaan.
b) Cofferdam, penyokong (shoring) dan pengaku (bracing) atau
tindakan lain untuk mengeluarkan air harus dipasang untuk
pembuatan dan pemeriksaan kerangka acuan dan untuk
memungkinkan pemompaan dari luar acuan. Cofferdam atau
penyokong atau pengaku yang tergeser atau bergerak ke samping
selama pekerjaan galian harus diperbaiki, dikembalikan posisinya
dan diperkuat untuk menjamin kebebasan ruang gerak yang
diperlukan selama pelaksanaan.
c) Bila galian parit untuk gorong-gorong atau lainnya dilakukan pada
timbunan baru, maka timbunan harus dikerjakan sampai ketinggian
yang diperlukan dengan jarak masing-masing lokasi galian parit tidak
kurang dari 5 kali lebar galian parit tersebut, selanjutnya galian parit
tersebut dilaksanakan dengan sisi-sisi yang setegak mungkin
sebagaimana kondisi tanahnya mengijinkan.
d) Setiap pemompaan pada galian harus dilaksanakan sedemikian,
sehingga dapat menghindarkan kemungkinan terbawanya setiap
bagian bahan yang baru terpasang. Setiap pemompaan yang
diperlukan selama pengecoran beton, atau untuk suatu periode paling
sedikit 24 jam sesudahnya, harus dilaksanakan dengan pompa yang
diletakkan di luar acuan beton tersebut.
e) Galian sampai elevasi akhir pondasi untuk telapak pondasi struktur
tidak boleh dilaksanakan sampai sesaat sebelum pondasi akan dicor.
H a l a m a n 22 | 95
c) Sumber bahan (borrow pits) di atas tanah yang mungkin digunakan
untuk pelebaran jalan mendatang atau keperluan pemerintah lainnya,
tidak diperkenankan.
d) Penggalian sumber bahan harus dilarang atau dibatasi bilamana
penggalian ini dapat mengganggu drainase alam atau yang dirancang.
e) Pada daerah yang lebih tinggi dari permukaan jalan, sumber bahan
harus diratakan sedemikian rupa sehingga mengalirkan seluruh air
permukaan ke gorong-gorong berikutnya tanpa genangan.
f) Tepi galian pada sumber bahan tidak boleh berjarak lebih dekat dari
2 m dari kaki setiap timbunan atau 10 m dari puncak setiap galian.
H a l a m a n 24 | 95
Pengukuran volume tidak diperhitungkan di luar bidang-bidang yang
diuraikan di atas atau sebagai pengembangan tanah selama
pemancangan, tambahan galian karena kelongsoran, bergeser, runtuh
atau karena sebab-sebab lain.
2) Dasar Pembayaran
Kuantitas galian yang diukur menurut ketentuan di atas, akan dibayar
menurut satuan pengukuran dengan harga yang dimasukkan dalam Daftar Kuantitas
dan Harga untuk masing-masing Mata Pembayaran yang terdaftar di bawah ini,
dimana harga dan pembayaran tersebut merupakan kompensasi penuh untuk seluruh
pekerjaan termasuk cofferdam, penyokong, pengaku dan pekerjaan yang berkaitan,
dan biaya yang diperlukan dalam melaksanakan pekerjaan galian sebagaimana
diuraikan dalam Seksi ini.
Bilamana cofferdam, penyokong, pengaku dan pekerjaan yang berkaitan, termasuk
dalam Mata Pembayaran yang terdapat dalam Daftar Kuantitas dan Harga, maka
pekerjaan ini akan dibayar menurut Harga Penawaran dalam lump sum sesuai
dengan ketentuan berikut ini; pekerjaan ini mencakup penyediaan, pembuatan,
pemeliharaan dan pembuangan setiap dan semua cofferdam, penyokong, pengaku,
sumuran, penurapan, pengendali air (water control), dan operasi-operasi lainnya
yang diperlukan untuk diterimanya penyelesaian galian yang termasuk dalam
pekerjaan dari Pasal ini sampai suatu kedalaman yang ditentukan.
H a l a m a n 25 | 95
3.1.(4) Galian Struktur dengan Kedalaman 2 - 4 M Meter Kubik
Ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alatalat bantu
yang dibutuhkan dalam pelaksanaan pekerjaan ini untuk memperoleh hasil
pekerjaan yang baik. Pekerjaan urugan pasir dilakukan diatas dasar galian
tanah pondasi, dibawah lapisan lantai kerja dan lapisan bawah lantai .
b. Persyaratan Bahan
Pasir yang digunakan harus terdiri dari butir-butir yang bersih, tajam dan keras,
bebas dari lumpur, tanah lempung dan lain sebagainya, serta konsisten terhadap
NI-3 (PUBI tahun 1982) pasal 14 ayat 3. Untuk air siraman digunakan air tawar
yang bersih dan tidak mengandung minyak, asam alkali dan bahan-bahan
organis lainnya, serta memenuhi syaratsyarat yang ditentukan dalam NI-3 pasal
10. Apabila dipandang perlu, Direksi dapat minta kepada Kontraktor, supaya
air yang dipakai untuk keperluan ini diperiksa di laboratorium pemeriksaan
bahan yang resmi dan sah, atas biaya Kontraktor. Pengendalian seluruh
pekerjaan ini harus memenuhi syarat-syarat yang ditentukan di atas dan harus
dengan persetujuan Direksi.
c. Syarat-syarat Pelaksanaan
Lapisan pasir urug dilakukan lapis demi lapis maksimum setiap lapis 10 cm,
hingga mencapai tebal yang disyaratkan. Setiap lapis pasir urug harus
diratakan, disiram air dan dipadatkan dengan alat pemadat yang disetujui
Direksi. Pemadatan dilakukan hingga mencapai tidak kurang dari 95 % dari
kepadatan optimum hasil Laboratorium. Tebal pasir urug minimum 10 cm
padat atau sesuai yang ditunjukkan dalam gambar. Lapisan pekerjaan di
atasnya, dapat dikerjakan bilamana sudah mendapat
d) Untuk proyek yang memakai Lapis Pondasi Semen Tanah, Direksi Pekerjaan
mungkin memperkenankan pemakaian batu bata sebagai pengganti batu
biasa untuk pekerjaan pasangan batu dengan mortar, asalkan batu bata itu
dalam keadaan baik, dan tidak boleh dipakai pada struktur penahan beban.
4) Toleransi Dimensi
a) Sisi muka masing-masing batu dari permukaan pasangan batu dengan mortar
tidak boleh melebihi 1 cm dari profil permukaan rata-rata pasangan batu
dengan mortar di sekitarnya.
b) Untuk pelapisan selokan dan saluran air, profil permukaan rata-rata selokan
dan saluran air yang dibentuk dari pasangan batu dengan mortar tidak boleh
berbeda lebih dari 2 cm dari profil permukaan lantai saluran yang ditentukan
atau disetujui, juga tidak bergeser lebih dari 5 cm dari profil penampang
melintang yang ditentukan atau disetujui.
c) Tebal minimum setiap pekerjaan pasangan batu dengan mortar haruslah 10
cm.
d) Profil akhir untuk struktur kecil yang tidak memikul beban seperti lubang
penangkap (catch pits) dan lantai golak tidak boleh bergeser lebih dari 2 cm
dari profil yang ditentukan atau disetujui.
H a l a m a n 28 | 95
a) Sebelum mulai menggunakan setiap bahan batu yang diusulkan untuk
pekerjaan pasangan batu dengan mortar, Kontraktor harus mengajukan
kepada Direksi Pekerjaan dua contoh batu yang mewakili, masing-masing
seberat 50 kg. Satu dari contoh batu akan disimpan oleh Direksi Pekerjaan
untuk rujukan selama periode Kontrak. Hanya batu yang disetujui oleh
Direksi Pekerjaan akan digunakan dalam pekerjaan.
b) Pekerjaan pasangan batu dengan mortar tidak boleh dimulai sebelum Direksi
Pekerjaan menyetujui formasi yang telah disiapkan untuk pelapisan.
6) Jadwal Kerja
a) Besarnya pekerjaan pasangan batu dengan mortar yang dilaksanakan setiap
satuan waktu haruslah dibatasi sesuai dengan tingkat kecepatan pemasangan
untuk menjamin agar seluruh batu hanya dipasang dengan adukan yang baru.
b) Bilamana pasangan batu dengan mortar digunakan pada lereng atau sebagai
pelapisan selokan, maka pembentukan penampang selokan pada tahap awal
haruslah dibuat seolah-olah seperti tidak akan ada pasangan batu dengan
mortar. Pemangkasan tahap akhir hingga batas-batas yang ditentukan
haruslah dilaksana-kan sesaat sebelum pemasangan pasangan batu dengan
mortar.
b) Mutu dan ukuran batu harus disetujui oleh Direksi Pekerjaan sebelum
diguna-kan. Batu untuk pelapisan selokan dan saluran air sedapat
mungkin harus ber-bentuk persegi.
3) Drainase Porous
Bahan yang digunakan untuk membentuk landasan, lubang sulingan atau
kantung saringan untuk pekerjaan pasangan batu dengan mortar harus
memenuhi ketentuan Seksi 2.4 dari Spesifikasi ini.
2.3.1.3 PELAKSANAAN
1) Penyiapan Formasi atau Pondasi
a) Formasi untuk pelapisan pasangan batu dengan mortar harus
disiapkan sesuai dengan ketentuan Seksi 2.1 Selokan dan Saluran
Air.
b) Pondasi atau galian parit untuk tumit (cut off wall) dari pasangan batu
dengan mortar atau untuk struktur harus disiapkan sesuai dengan
ketentuan Seksi 3.1 Galian.
H a l a m a n 30 | 95
a) Batu harus dibersihkan dari bahan yang merugikan, yang dapat
mengurangi kelekatan dengan adukan.
a) Tumit (cut off wall) dan struktur lainnya yang dibuat dalam galian
parit dimana terdapat kestabilan akibat daya lekat tanah atau akibat
disediakannya cetakan, harus dilaksanakan dengan mengisi galian
atau cetakan dengan adukan setebal 60 % dari ukuran maksimum
H a l a m a n 31 | 95
batu yang digunakan dan kemudian dengan segera memasang batu di
atas adukan yang belum mengeras. Selanjutnya adukan harus segera
ditambahkan dan proses tersebut diulangi sampai cetakan tersebut
terisi penuh. Adukan berikutnya harus segera ditambahkan lagi
sampai ke bagian puncak sehingga memperoleh permukaan atas yang
rata.
15 cm.
d) Setiap bahan yang melebihi volume teoritis yang disetujui tidak boleh
diukur atau dibayar.
2) Dasar Pembayaran
Kuantitas pasangan batu dengan mortar, ditentukan seperti yang
disyaratkan di atas akan dibayar berdasarkan Harga Kontrak per satuan
pengukuran untuk mata pembayaran terdaftar di bawah dan ditunjukkan
dalam Daftar Kuantitas dan Harga dimana harga dan pembayaran tersebut
harus merupakan kompensasi penuh untuk penyediaan dan pemasangan
semua bahan, untuk semua formasi penyiapan pondasi yang diperlukan,
untuk pembuatan lubang sulingan, untuk pengeringan air, untuk
penimbunan kembali dan pekerjaan akhir, dan semua pekerjaan atau biaya
lainnya yang diperlukan atau biasanya diperlukan untuk penyelesaian
pekerjaan yang sebagaimana mestinya seperti yang diuraikan dalam Seksi
ini.
H a l a m a n 33 | 95
1) Uraian
Pekerjaan ini harus mencakup penyediaan baik batu yang diisikan ke dalam
bronjong kawat (gabion) maupun pasangan batu kosong pada landasan yang
disetujui sesuai dengan detil yang ditunjukkan dalam pada Gambar dan
memenuhi Spesifikasi ini.
a) Rekayasa Lapangan
b) Selokan dan Saluran Air
c) Drainase Porous
d) Galian
e) Timbunan
4) Standar Rujukan
AASHTO :
H a l a m a n 34 | 95
ASTM B 117 : Salt Spray Exposure Test
2.3.2.2 BAHAN
1) Kawat Bronjong
H a l a m a n 35 | 95
2) Batu
Batu untuk pasangan batu kosong dan bronjong harus terdiri dari batu yang
keras dan awet dengan sifat sebagai berikut :
a) Keausan agregat dengan mesin Los Angeles harus kurang dari 35 %.
Batu untuk pasangan batu kosong haruslah bersudut tajam, berat tidak
kurang dari 40 kg dan memiliki dimensi minimum 300 mm. Direksi
Pekerjaan dapat memerintahkan batu yang ukurannya lebih besar jika
kecepatan aliran sungai cukup tinggi.
3) Landasan
Landasan haruslah dari bahan drainase porous seperti yang disyaratkan
dalam Pasal 2.4.2.(1), dengan gradasi yang dipilih sedemikian hingga tanah
pondasi tidak dapat hanyut melewati bahan landasan dan juga bahan
landasan tidak hanyut melewati pasangan batu kosong atau bronjong.
2.3.2.3 PELAKSANAAN
1) Persiapan
Galian harus memenuhi ketentuan dari Seksi 3.1, Galian, termasuk kunci
pada tumit yang diperlukan untuk pasangan batu kosong dan bronjong.
Landasan harus dipasang sesuai dengan Pasal 2.4.3 dari Spesifikasi ini.
Seluruh permukaan yang disiapkan harus disetujui oleh Direksi Pekerjaan
sebelum penempatan pasangan batu kosong atau bronjong.
2) Penempatan Bronjong
H a l a m a n 37 | 95
beton sampai padat dan rapi dengan ketebalan tidak lebih dari 10 mm dari
permukaan batu-batu tersebut.
Lubang sulingan (weep holes) harus dibuat sesuai dengan yang
diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.
Pekerjaan ini harus dilengkapi peneduh dan dilembabi selama tidak kurang
dari 3 hari setelah selesai dikerjakan.
H a l a m a n 38 | 95
4.4.1. Lingkup Pekerjaan
Bagian ini meliputi seluruh pekerjaan plesteran dan acian pada seluruh dinding bata
(termasuk dinding dalam shaft) kolom, pagar, dinding beton dan lain-lain seperti
yang dijelaskan dalam gambar pelaksanaan.
i. NI – 2 – 1971
ii. NI – 3 – 1970
iii. NI – 8 - 1974
4.4.3. Bahan-bahan
- Pasir Pasir yang dipakai harus kasar, tajam, bersih dan bebas dari tanah liat,
lumpur atau campuran-campuran lain sesuai dengan :
i. NI – 3 pasal 14
ii. NI – 2 pasal 3, 3
- Portland Cement Portland Cement yang dipakai harus baru, tidak ada bagian-
bagian yang membatu dan dalam zak yang tertutup seperti yang disyaratkan dalam
NI– 8. Jenis semen yang dipakai dalam pekerjaan, yaitu produk PT.
INDOCEMENT type 1 atau yang setara.
- Air Air harus bersih, jernih dan bebas dari bahan-bahan yang merusak seperti
minyak, asam, atau unsur-unsur organik lainnya.
4.4.4. Perencanaan
a. Acian Acian dibuat dalam campuran 1 PC : 2 air (volume) dan digunakan hanya
pada dinding-dinding yang akan dicat.
b. Campuran Plesteran :
4.4.5. Pelaksanaan
a. Umum
- Bersihkan permukaan dinding batu bata dari noda-noda debu, minyak cat dan
bahan-bahan lain yang dapat mengurangi daya ikat plesteran agar benar-benar
siap untuk dilakukan pekerjaan plesteran.
- Pekerjaan plesteran harus lurus, sama rata, datar maupun tegak lurus.
- Untuk mendapatkan permukaan yang rata dan ketebalan sesuai dengan yang
disyaratkan, maka dalam memulai pekerjaan plesteran harus dibuat terlebih
dahulu “kepala plesteran”.
- Jika plesteran menunjukkan hasil yang tidak memuaskan seperti tidak rata,
H a l a m a n 40 | 95
tidak tegak lurus atau bergelombang, adanya pecah atau retak, keropos, maka
bagian tersebut harus dibongkar kembali untuk diperbaiki atas biaya
Kontraktor.
- Pasangkan lapisan plesteran setebal yang disyaratkan (20 mm) dan diratakan
dengan roskam kayu, kemudian basahkan terus selama 3 (tiga) hari.
- Pada sambungan antara beton dengan pasangan bata sebelum diplester harus
diberi wiremesh selebar 10 cm kearah pasangan bata dan 10 cm ke arah beton
sepanjang sambungan tersebut agar plesteran dinding tidak retak.
d. Plesteran Interior
- Pemasangan Pasang lapisan dasar pertama dan kedua dengan ketebalan +/- 7
mm. Ketebalan lapisan finishing harus ditambahkan di atasnya. - Ukur /
periksa ketebalan plesteran dari bagian dasar belakang yang rata.
e. Plesteran Exterior
H a l a m a n 41 | 95
- Pemasangan Pemasangan lapisan dasar dengan ketebalan + / - 10 mm.
Ketebalan lapisan finishing harus ditambahkan di atasnya.
- Periksa / ukur ketebalan plesteran dari dasar bagian belakang yang rata.
f. Basahi lapisan plesteran yang dahulu yang telah kering untuk menerima aplikasi
lapisan selanjutnya. Basahi dengan air sesuai dengan yang diperlukan untuk
mendapatkan penyerapan yang merata.
g. Untuk permukaan yang datar / flat , diberi toleransi tidak lebih dari 5 mm
dalam area 2 m2, untuk membengkokkan atau penyimpanan atau untuk pipa-
pipa.
i. Potong, tambal, perbaiki dan point-up plesteran seperti yang diperlukan dengan
plesteran baru, tambal dan padatkan dengan permukaan yang harus ditutup /
disambung. Kontraktor bertanggung jawab atas segala perbaikan yang
diadakan setelah berkonsultasi dengan Konsultan Pengawas sampai perbaikan
tersebut dapat diterima, atas beban Kontraktor.
4) Jaminan Mutu
Mutu bahan yang dipasok dari campuran yang dihasilkan dan cara kerja serta hasil
akhir harus dipantau dan dikendalikan seperti yang disyaratkan dalam Standar
Rujukan dalam Pasal 7.1.1.(6) di bawah ini.
5) Toleransi
a) Toleransi Dimensi :
Panjang keseluruhan sampai dengan 6 m. + 5 mm
Panjang keseluruhan lebih dari 6 m
Panjang balok, pelat dek, kolom dinding, atau + 15 mm
antara kepala jembatan - 0 dan +10 mm
b) Toleransi Bentuk :
a) Persegi (selisih dalam panjang 10 mm
diagonal)
b) Kelurusan atau lengkungan 12 mm
(penyimpangan dari garis yang 15 mm
dimaksud) untuk panjang s/d 3 m
20 mm
c) Kelurusan atau lengkungan untuk
panjang 3 m - 6 m
H a l a m a n 43 | 95
d) Kelurusan atau lengkungan untuk
panjang > 6 m
c) Toleransi Kedudukan (dari titik patokan) :
a) Kedudukan kolom pra-cetak dari ± 10 mm
rencana
b) Kedudukan permukaan ± 10 mm
horizontal dari rencana ± 20 mm
c) Kedudukan permukaan vertikal
dari rencana
6) Standar Rujukan
H a l a m a n 44 | 95
PBI 1971 : Peraturan Beton Bertulang Indonesia NI-2.
SK SNI M-02-1994- : Metode Pengujian Jumlah bahan Dalam Agregat
03 Yang Lolos Saringan No.200 (0,075 mm).
(AASHTO T11 - 90)
SNI 03-2816-1992 : Metode Pengujian Kotoran Organik Dalam Pasir
untuk Campuran Mortar dan Beton.
(AASHTO T21 - 87)
SNI 03-1974-1990 : Metode Pengujian Kuat Tekan Beton.
(AASHTO T22 - 90)
Pd M-16-1996-03 : Metode Pembuatan dan Perawatan Benda Uji Beton
di Lapangan.
(AASHTO T23 - 90)
SNI 03-1968-1990 : Metode Pengujian tentang Analisis Saringan Agregat
Ha-lus dan Kasar.
(AASHTO T27 - 88)
SNI 03-2417-1991 : Metode Pengujian Keausan Agregat dengan Mesin
Los Angeles.
(AASHTO T96 - 87)
SNI 03-3407-1994
: Metode Pengujian Sifat Kekekalan Bentuk Agregat
Ter-hadap Larutan Natrium Sulfat dan Magnesium
(AASHTO T104 -
Sulfat.
86)
SK SNI M-01-1994- : Metode Pengujian Gumpalan Lempung dan Butir-
03 butir Mudah Pecah Dalam Agregat.
(AASHTO T112 -
87)
SNI 03-2493-1991 : Metode Pembuatan dan Perawatan Benda Uji Beton
di Laboratorium.
(AASHTO T126 -
90)
AASHTO :
AASHTO T26 - 79 : Quality of Water to be used in Concrete.
H a l a m a n 45 | 95
a) Kontraktor harus mengirimkan contoh dari seluruh bahan yang hendak
digunakan dengan data pengujian yang memenuhi seluruh sifat bahan yang
disyaratkan dalam Pasal 7.1.2 dari Spesifikasi ini.
b) Kontraktor harus mengirimkan rancangan campuran untuk masing-masing
mutu beton yang diusulkan untuk digunakan 30 hari sebelum pekerjaan
pengecoran beton dimulai.
c) Kontraktor harus segera menyerahkan secara tertulis hasil dari seluruh peng-
ujian pengendalian mutu yang disyaratkan sedemikian hingga data tersebut
selalu tersedia atau bila diperlukan oleh Direksi Pekerjaan.
Pengujian kuat tekan beton yang harus dilaksanakan minimum meliputi
peng-ujian kuat tekan beton yang berumur 3 hari, 7 hari, 14 hari, dan 28 hari
setelah tanggal pencampuran.
d) Kontraktor harus mengirim Gambar detil untuk seluruh perancah yang akan
digunakan, dan harus memperoleh persetujuan dari Direksi Pekerjaan
sebelum setiap pekerjaan perancah dimulai.
e) Kontraktor harus memberitahu Direksi Pekerjaan secara tertulis paling
sedikit 24 jam sebelum tanggal rencana mulai melakukan pencampuran atau
pengecoran setiap jenis beton, seperti yang disyaratkan dalam Pasal 7.1.4.(1)
di bawah.
8) Penyimpanan dan Perlindungan Bahan
Untuk penyimpanan semen, Kontraktor harus menyediakan tempat yang tahan
cuaca yang kedap udara dan mempunyai lantai kayu yang lebih tinggi dari tanah di
sekitarnya dan ditutup dengan lembar polyethylene (plastik). Sepanjang waktu,
tumpukan kantung semen harus ditutup dengan lembar plastik.
9) Kondisi Tempat Kerja
Kontraktor harus menjaga temperatur semua bahan, terutama agregat kasar, dengan
temperatur pada tingkat yang serendah mungkin dan harus dijaga agar selalu di
bawah 30oC sepanjang waktu pengecoran. Sebagai tambahan, Kontraktor tidak
boleh melaku-kan pengecoran bilamana :
a) Tingkat penguapan melampaui 1,0 kg / m2 / jam.
b) Lengas nisbi dari udara kurang dari 40 %.
c) Tidak diijinkan oleh Direksi Pekerjaan, selama turun hujan atau bila udara
penuh debu atau tercemar.
10) Perbaikan Atas Pekerjaan Beton Yang Tidak Memenuhi Ketentuan
a) Perbaikan atas pekerjaan beton yang tidak memenuhi kriteria toleransi yang
disyaratkan dalam Pasal 7.1.1.(4), atau yang tidak memiliki permukaan akhir
yang memenuhi ketentuan, atau yang tidak memenuhi sifat-sifat campuran
yang disyaratkan dalam Pasal 7.1.3.(3), harus mengikuti petunjuk yang
diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan dan dapat meliputi :
i) Perubahan proporsi campuran beton untuk sisa pekerjaan yang belum
dikerjakan;
ii) Tambahan perawatan pada bagian struktur yang hasil pengujiannya
gagal;
H a l a m a n 46 | 95
iii) Perkuatan atau pembongkaran menyeluruh dan penggantian bagian
pekerjaan yang dipandang tidak memenuhi ketentuan;
b) Bilamana terjadi perbedaan pendapat dalam mutu pekerjaan beton atau
adanya keraguan dari data pengujian yang ada, Direksi Pekerjaan dapat
meminta Kontraktor melakukan pengujian tambahan yang diperlukan untuk
menjamin bahwa mutu pekerjaan yang telah dilaksanakan dapat dinilai
dengan adil. Biaya pengujian tambahan tersebut haruslah menjadi tanggung
jawab Kontraktor.
c) Perbaikan atas pekerjaan beton yang retak atau bergeser haruslah sesuai
dengan ketentuan dari Pasal 2.2.1.(8).(b) dari Spesifikasi ini.
4.5.2. BAHAN
1) Semen
a) Semen yang digunakan untuk pekerjaan beton haruslah jenis semen portland
yang memenuhi AASHTO M85 kecuali jenis IA, IIA, IIIA dan IV.
Terkecuali diperkenankan oleh Direksi Pekerjaan, bahan tambahan (aditif)
yang dapat menghasilkan gelembung udara dalam campuran tidak boleh
digunakan.
b) Terkecuali diperkenankan oleh Direksi Pekerjaan, hanya satu merk semen
portland yang dapat digunakan di dalam proyek
2) Air
Air yang digunakan dalam campuran, dalam perawatan, atau pemakaian lainnya
harus bersih, dan bebas dari bahan yang merugikan seperti minyak, garam, asam,
basa, gula atau organik. Air akan diuji sesuai dengan; dan harus memenuhi ketentuan
dalam AASHTO T26. Air yang diketahui dapat diminum dapat digunakan tanpa
pengujian. Bilamana timbul keragu-raguan atas mutu air yang diusulkan dan
pengujian air seperti di atas tidak dapat dilakukan, maka harus diadakan
perbandingan pengujian kuat tekan mortar semen + pasir dengan memakai air
yang diusulkan dan dengan memakai air suling atau minum. Air yang diusulkan
dapat digunakan bilamana kuat tekan mortar dengan air tersebut pada umur 7 hari
dan 28 hari minimum 90 % kuat tekan mortar dengan air suling atau minum pada
periode perawatan yang sama.
3) Ketentuan Gradasi Agregat
a) Gradasi agregat kasar dan halus harus memenuhi ketentuan yang diberikan
dalam Tabel 7.1.2.(1), tetapi bahan yang tidak memenuhi ketentuan gradasi
tersebut tidak perlu ditolak bila Kontraktor dapat menunjukkan dengan
pengujian bahwa beton yang dihasilkan memenuhi sifat-sifat campuran yang
yang disyaratkan dalam Pasal 7.1.3.(3).
H a l a m a n 47 | 95
Ukuran Ayakan Persen Berat Yang Lolos Untuk Agregat
ASTM (mm) Halus Kasar
2” 50,8 - 100 - - -
1 1/2” 38,1 - 95 -100 100 - -
1” 25,4 - - 95 - 100 -
100
3/4” 19 - 35 - 70 - 90 - 100
100
1/2” 12,7 - - 25 - 60 - 90 -
100
3/8” 9,5 100 10 - 30 - 20 - 55 40 - 70
No.4 4,75 95 - 0-5 0 -10 0 - 10 0 - 15
100
No.8 2,36 - - 0-5 0-5 0-5
No.16 1,18 45 - 80 - - - -
No.50 0,300 10 - 30 - - - -
No.100 0,150 2 - 10 - - - -
4) Sifat-sifat Agregat
a) Agregat untuk pekerjaan beton harus terdiri dari partikel yang bersih, keras,
kuat yang diperoleh dengan pemecahan batu (rock) atau berangkal (boulder),
atau dari pengayakan dan pencucian (jika perlu) dari kerikil dan pasir sungai.
b) Agregat harus bebas dari bahan organik seperti yang ditunjukkan oleh
pengujian SNI 03-2816-1992 dan harus memenuhi sifat-sifat lainnya yang
diberikan dalam Tabel 7.1.2.(2) bila contoh-contoh diambil dan diuji sesuai
dengan prosedur SNI/ AASHTO yang berhubungan.
H a l a m a n 48 | 95
Keausan Agregat dengan Mesin SNI 03-2417-1991 - 40 %
Los Angeles pada 500 putaran
Kekekalan Bentuk Batu terhadap SNI 03-3407-1994 10 % 12 %
Larutan Natrium Sulfat atau
Magne-sium Sulfat setelah 5
siklus
Gumpalan Lempung dan Partikel SK SNI M-01-1994- 0,5 % 0,25 %
yang Mudah Pecah 03
Bahan yang Lolos Ayakan SK SNI M-02-1994-03 3% 1%
No.200
K600 - - -
K500 - 0,375 450
37 0,45 356
H a l a m a n 49 | 95
K400 25 0,45 370
19 0.45 400
37 0,45 315
K350 25 0,45 335
19 0,45 365
37 0,45 300
K300 25 0,45 320
19 0,45 350
37 0,50 290
K250 25 0,50 310
19 0,50 340
K175 - 0,57 300
K125 - 0,60 250
H a l a m a n 50 | 95
K250 180 250 150 210 20 - 50 50 - 100
K225 150 225 125 190 20 - 50 50 - 100
K175 115 175 95 145 30 - 60 50 - 100
K125 80 125 70 105 20 - 50 50 - 100
H a l a m a n 51 | 95
terkecuali bila Kontraktor dan Direksi Pekerjaan keduanya sepakat
dengan perbaikan tersebut.
4) Penyesuaian Campuran
a) Penyesuaian Sifat Kelecakan (Workability)
Bilamana sulit memperoleh sifat kelecakan beton dengan proporsi yang
semula dirancang oleh Direksi Pekerjaan, maka Kontraktor akan melakukan
perubahan pada berat agregat sebagaimana diperlukan, asalkan dalam hal
apapun kadar semen yang semula dirancang tidak berubah, juga rasio
air/semen yang telah ditentukan berdasarkan pengujian kuat tekan yang
menghasilkan kuat tekan yang memenuhi, tidak dinaikkan.
Pengadukan kembali beton yang telah dicampur dengan cara menambah air
atau oleh cara lain tidak akan diperkenankan. Bahan tambah (aditif) untuk
mening-katkan sifat kelecakan hanya diijinkan bila secara khusus telah
disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
b) Penyesuaian Kekuatan
Bilamana beton tidak mencapai kekuatan yang disyaratkan atau disetujui,
kadar semen harus ditingkatkan sebagaimana diperintahkan oleh Direksi
Pekerjaan.
c) Penyesuaian Untuk Bahan-bahan Baru
Perubahan sumber bahan atau karakteristik bahan tidak boleh dilakukan
tanpa pemberitahuan tertulis kepada Direksi Pekerjaan dan bahan baru tidak
boleh digunakan sampai Direksi Pekerjaan menerima bahan tersebut secara
tertulis dan menetapkan proporsi baru berdasarkan atas hasil pengujian
campuran percobaan baru yang dilakukan oleh Kontraktor.
5) Penakaran Agregat
a) Seluruh komponen beton harus ditakar menurut beratnya. Bila digunakan
semen kemasan dalam zak, kuantitas penakaran harus sedemikian sehingga
kuantitas semen yang digunakan adalah setara dengan satu satuan atau
kebulatan dari jumlah zak semen. Agregat harus diukur beratnya secara
terpisah. Ukuran setiap penakaran tidak boleh melebihi kapasitas alat
pencampur.
b) Sebelum penakaran, agregat harus dibasahi sampai jenuh dan dipertahankan
dalam kondisi lembab, pada kadar yang mendekati keadaan jenuh-kering
permukaan, dengan menyemprot tumpukan agregat dengan air secara
berkala. Pada saat penakaran, agregat harus telah dibasahi paling sedikit 12
jam sebe-lumnya untuk menjamin pengaliran yang memadai dari tumpukan
agregat.
6) Pencampuran
a) Beton harus dicampur dalam mesin yang dijalankan secara mekanis dari jenis
dan ukuran yang disetujui sehingga dapat menjamin distribusi yang merata
dari seluruh bahan.
H a l a m a n 52 | 95
b) Pencampur harus dilengkapi dengan tangki air yang memadai dan alat ukur
yang akurat untuk mengukur dan mengendalikan jumlah air yang digunakan
dalam setiap penakaran.
c) Pertama-tama alat pencampur harus diisi dengan agregat dan semen yang
telah ditakar, dan selanjutnya alat pencampur dijalankan sebelum air
ditambahkan.
d) Waktu pencampuran harus diukur pada saat air mulai dimasukkan ke dalam
campuran bahan kering. Seluruh air yang diperlukan harus dimasukkan
sebelum waktu pencampuran telah berlangsung seperempat bagian. Waktu
pencampuran untuk mesin berkapasitas ¾ m3 atau kurang haruslah 1,5 menit;
untuk mesin yang lebih besar waktu harus ditingkatkan 15 detik untuk tiap
penambahan 0,5 m3.
e) Bila tidak memungkinkan penggunaan mesin pencampur, Direksi Pekerjaan
dapat menyetujui pencampuran beton dengan cara manual, sedekat mungkin
dengan tempat pengecoran. Penggunaan pencampuran beton dengan cara
manual harus dibatasi pada beton non-struktural.
H a l a m a n 54 | 95
waktu yang lebih pendek sebagaimana yang dapat diperintahkan oleh Direksi
Pekerjaan berdasarkan pengamatan karakteristik waktu pengerasan (setting time)
semen yang digunakan, kecuali diberikan bahan tambah (aditif) untuk
memperlambat proses pengerasan (retarder) yang disetujui oleh Direksi.
Pengecoran beton harus dilanjutkan tanpa berhenti sampai dengan sambungan
konstruksi (construction joint) yang telah disetujui sebelumnya atau sampai
pekerjaan selesai.
Beton harus dicor sedemikian rupa hingga terhindar dari segregasi partikel kasar dan
halus dari campuran. Beton harus dicor dalam cetakan sedekat mungkin dengan yang
dapat dicapai pada posisi akhir beton untuk mencegah pengaliran yang tidak boleh
melampaui satu meter dari tempat awal pengecoran.
Bilamana beton dicor ke dalam acuan struktur yang memiliki bentuk yang rumit dan
penulangan yang rapat, maka beton harus dicor dalam lapisan-lapisan horisontal
dengan tebal tidak melampuai 15 cm. Untuk dinding beton, tinggi pengecoran dapat
30 cm menerus sepanjang seluruh keliling struktur.
Beton tidak boleh jatuh bebas ke dalam cetakan dengan ketinggian lebih dari 150
cm. Beton tidak boleh dicor langsung dalam air.
Bilamana beton dicor di dalam air dan pemompaan tidak dapat dilakukan dalam
waktu 48 jam setelah pengecoran, maka beton harus dicor dengan metode Tremi
atau metode drop-bottom-bucket, dimana bentuk dan jenis yang khusus digunakan
untuk tujuan ini harus disetujui terlebih dahulu oleh Direksi Pekerjaan.
Tremi harus kedap air dan mempunyai ukuran yang cukup sehingga memung-
kinkan pengaliran beton. Tremi harus selalu diisi penuh selama pengecoran.
Bilamana aliran beton terhambat maka Tremi harus ditarik sedikit dan diisi penuh
terlebih dahulu sebelum pengecoran dilanjutkan.
Baik Tremi atau Drop-Bottom-Bucket harus mengalirkan campuran beton di
bawah permukaan beton yang telah dicor sebelumnya
Pengecoran harus dilakukan pada kecepatan sedemikian rupa hingga campuran
beton yang telah dicor masih plastis sehingga dapat menyatu dengan campuran beton
yang baru.
Bidang-bidang beton lama yang akan disambung dengan beton yang akan dicor,
harus terlebih dahulu dikasarkan, dibersihkan dari bahan-bahan yang lepas dan rapuh
dan telah disiram dengan air hingga jenuh. Sesaat sebelum pengecoran beton baru
ini, bidang-bidang kontak beton lama harus disapu dengan adukan semen dengan
campuran yang sesuai dengan betonnya
Air tidak boleh dialirkan di atas atau dinaikkan ke permukaan pekerjaan beton dalam
waktu 24 jam setelah pengecoran.
H a l a m a n 55 | 95
Jadwal pengecoran beton yang berkaitan harus disiapkan untuk setiap jenis struktur
yang diusulkan dan Direksi Pekerjaan harus menyetujui lokasi sambungan
konstruksi pada jadwal tersebut, atau sambungan konstruksi tersebut harus
diletakkan seperti yang ditunjukkan pada Gambar. Sambungan konstruksi tidak
boleh ditempatkan pada pertemuan elemen-elemen struktur terkecuali disyaratkan
demikian.
Sambungan konstruksi pada tembok sayap harus dihindari. Semua sambungan
konstruksi harus tegak lurus terhadap sumbu memanjang dan pada umumnya harus
diletakkan pada titik dengan gaya geser minimum.
Bilamana sambungan vertikal diperlukan, baja tulangan harus menerus melewati
sambungan sedemikian rupa sehingga membuat struktur tetap monolit.
Lidah alur harus disediakan pada sambungan konstruksi dengan ke dalaman paling
sedikit 4 cm untuk dinding, pelat dan antara telapak pondasi dan dinding. Untuk pelat
yang terletak di atas permukaan, sambungan konstruksi harus diletakkan sedemikian
sehingga pelat-pelat mempunyai luas tidak melampaui 40 m2, dengan dimensi yang
lebih besar tidak melampaui 1,2 kali dimensi yang lebih kecil.
Kontraktor harus menyediakan pekerja dan bahan tambahan sebagaimana yang
diperlukan untuk membuat sambungan konstruksi tambahan bilamana pekerjaan
terpaksa mendadak harus dihentikan akibat hujan atau terhentinya pemasokan beton
atau penghentian pekerjaan oleh Direksi Pekerjaan.
Atas persetujuan Direksi Pekerjaan, bahan tambah (aditif) dapat digunakan untuk
pelekatan pada sambungan konstruksi, cara pengerjaannya harus sesuai dengan
petunjuk pabrik pembuatnya.
Pada air asin atau mengandung garam, sambungan konstruksi tidak diperkenankan
pada tempat-tempat 75 cm di bawah muka air terendah atau 75 cm di atas muka air
tertinggi kecuali ditentukan lain dalam Gambar.
5) Konsolidasi
Beton harus dipadatkan dengan penggetar mekanis dari dalam atau dari luar yang
telah disetujui. Bilamana diperlukan, dan bilamana disetujui oleh Direksi Pekerjaan,
penggetaran harus disertai penusukan secara manual dengan alat yang cocok untuk
menjamin pemadatan yang tepat dan memadai. Penggetar tidak boleh digunakan
untuk memindahkan campuran beton dari satu titik ke titik lain di dalam cetakan.
Harus dilakukan tindakan hati-hati pada waktu pemadatan untuk menentukan bahwa
semua sudut dan di antara dan sekitar besi tulangan benar-benar diisi tanpa
pemindahan kerangka penulangan, dan setiap rongga udara dan gelembung udara
terisi.
Penggetar harus dibatasi waktu penggunaannya, sehingga menghasilkan pema-datan
yang diperlukan tanpa menyebabkan terjadinya segregasi pada agregat.
Alat penggetar mekanis dari luar harus mampu menghasilkan sekurang-kurang-nya
5000 putaran per menit dengan berat efektif 0,25 kg, dan boleh diletakkan di atas
acuan supaya dapat menghasilkan getaran yang merata.
H a l a m a n 56 | 95
Alat penggetar mekanis yang digerakkan dari dalam harus dari jenis pulsating
(berdenyut) dan harus mampu menghasilkan sekurang-kurangnya 5000 putaran per
menit apabila digunakan pada beton yang mempunyai slump 2,5 cm atau kurang,
dengan radius daerah penggetaran tidak kurang dari 45 cm.
Setiap alat penggetar mekanis dari dalam harus dimasukkan ke dalam beton basah
secara vertikal sedemikian hingga dapat melakukan penetrasi sampai ke dasar beton
yang baru dicor, dan menghasilkan kepadatan pada seluruh keda-laman pada bagian
tersebut. Alat penggetar kemudian harus ditarik pelan-pelan dan dimasukkan
kembali pada posisi lain tidak lebih dari 45 cm jaraknya. Alat penggetar tidak boleh
berada pada suatu titik lebih dari 30 detik, juga tidak boleh digunakan untuk
memindah campuran beton ke lokasi lain, serta tidak boleh menyentuh tulangan
beton.
Jumlah minimum alat penggetar mekanis dari dalam diberikan dalam Tabel
7.1.4.(5).
6) Beton Siklop
Pengecoran beton siklop yang terdiri dari campuran beton kelas K175 dengan batu-
batu pecah ukuran besar. Batu-batu ini diletakkan dengan hati-hati, tidak boleh
dijatuhkan dari tempat yang tinggi atau ditempatkan secara berlebihan yang
dikhawatirkan akan merusak bentuk acuan atau pasangan-pasangan lain yang
berdekatan. Semua batu-batu pecah harus cukup dibasahi sebelum ditempatkan.
Volume total batu pecah tidak boleh melebihi sepertiga dari total volume pekerjaan
beton siklop.
Untuk dinding-dinding penahan tanah atau pilar yang lebih tebal dari 60 cm dapat
digunakan batu-batu pecah berukuran maksimum 25 cm, tiap batu harus cukup
dilindungi dengan adukan beton setebal 15 cm; batu pecah tidak boleh lebih dekat
dari 30 cm dalam jarak terhadap permukaan atau 15 cm dalam jarak terhadap
permukaan yang akan dilindungi dengan beton penutup (coping).
H a l a m a n 57 | 95
4.5.5.PENGERJAAN AKHIR
1) Pembongkaran Acuan
Acuan tidak boleh dibongkar dari bidang vertikal, dinding, kolom yang tipis dan
struktur yang sejenis lebih awal 30 jam setelah pengecoran beton. Cetakan yang
ditopang oleh perancah di bawah pelat, balok, gelegar, atau struktur busur, tidak
boleh dibongkar hingga pengujian menunjukkan bahwa paling sedikit 85 % dari
kekuatan rancangan beton telah dicapai.
H a l a m a n 58 | 95
Perataan permukaan horisontal tidak boleh menjadi licin, seperti untuk trotoar, harus
sedikit kasar tetapi merata dengan penyapuan, atau cara lain sebagaimana yang
diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan, sebelum beton mulai mengeras.
Permukaan bukan horisontal yang nampak, yang telah ditambal atau yang masih
belum rata harus digosok dengan batu gurinda yang agak kasar (medium), dengan
menempatkan sedikit adukan semen pada permukaannya. Adukan harus terdiri dari
semen dan pasir halus yang dicampur sesuai dengan proporsi yang digunakan untuk
pengerjaan akhir beton. Penggosokan harus dilaksanakan sampai seluruh tanda
bekas acuan, ketidakrataan, tonjolan hilang, dan seluruh rongga terisi, serta diperoleh
permukaan yang rata. Pasta yang dihasilkan dari penggosokan ini harus dibiarkan
tertinggal di tempat.
4) Perawatan Dengan Pembasahan
Segera setelah pengecoran, beton harus dilindungi dari pengeringan dini, tempe-ratur
yang terlalu panas, dan gangguan mekanis. Beton harus dijaga agar kehilangan kadar
air yang terjadi seminimal mungkin dan diperoleh temperatur yang relatif tetap
dalam waktu yang ditentukan untuk menjamin hidrasi yang sebagaimana mestinya
pada semen dan pengerasan beton.
Beton harus dirawat, sesegera mungkin setelah beton mulai mengeras, dengan
menyelimutinya dengan bahan yang dapat menyerap air. Lembaran bahan penyerap
air ini yang harus dibuat jenuh dalam waktu paling sedikit 3 hari. Semua bahan
perawat atau lembaran bahan penyerap air harus dibebani atau diikat ke bawah untuk
mencegah permukaan yang terekspos dari aliran udara.
Bilamana digunakan acuan kayu, acuan tersebut harus dipertahankan basah pada
setiap saat sampai dibongkar, untuk mencegah terbukanya sambungan-sam-bungan
dan pengeringan beton. Lalu lintas tidak boleh diperkenankan melewati permukaan
beton dalam 7 hari setelah beton dicor.
Lantai beton sebagai lapis aus harus dirawat setelah permukaannya mulai mengeras
dengan cara ditutup oleh lapisan pasir lembab setebal 5 cm paling sedikit selama 21
hari.
Beton yang dibuat dengan semen yang mempunyai sifat kekuatan awal yang tinggi
atau beton yang dibuat dengan semen biasa yang ditambah bahan tambah (aditif),
harus dibasahi sampai kekuatanya mencapai 70 % dari kekuatan rancangan beton
berumur 28 hari.
5) Perawatan dengan Uap
Beton dirawat dengan uap untuk maksud mendapatkan kekuatan yang tinggi pada
permulaannya. Bahan tambah (aditif) tidak diperkenankan untuk dipakai dalam hal
ini kecuali atas persetujuan Direksi Pekerjaan.
Perawatan dengan uap harus dikerjakan secara menerus sampai waktu dimana beton
telah mencapai 70 % dari kekuatan rancangan beton berumur 28 hari. Perawatan
dengan uap untuk beton harus mengikuti ketentuan di bawah ini:
Tekanan uap pada ruang uap selama perawatan beton tidak boleh melebihi tekanan
di luar.
H a l a m a n 59 | 95
Temperatur pada ruang uap selama perawatan beton tidak boleh melebihi 380C
selama sampai 2 jam sesudah pengecoran selesai, dan kemudian temperatur
dinaikkan berangsur-angsur sehingga mencapai 65 0C dengan kenaikan temperatur
maksimum 14 0C / jam secara ber-sama-sama.
Beda temperatur yang diukur di antara dua tempat di dalam ruang uap tidak boleh
melampaui 5,5 0C.
Penurunan temperatur selama pendinginan tidak boleh lebih dari 11 0C per jam.
Temperatur beton pada saat dikeluarkan dari penguapan tidak boleh 11 0C lebih
tinggi dari temperatur udara di luar.
Setiap saat selama perawatan dengan uap, di dalam ruangan harus selalu jenuh
dengan uap air.
Semua bagian struktural yang mendapat perawatan dengan uap harus dibasahi
selama 4 hari sesudah selesai perawatan uap tersebut.
Kontraktor harus membuktikan bahwa peralatannya bekerja dengan baik dan
temperatur di dalam ruangan perawatan dapat diatur sesuai dengan ketentuan dan
tidak tergantung dari cuaca luar.
Pipa uap harus ditempatkan sedemikian atau balok harus dilindungi secukupnya agar
beton tidak terkena langsung semburan uap, yang akan menyebabkan perbedaan
temperatur pada bagian-bagian beton.
Bilamana kuantitas total suatu mutu beton dalam Kontrak melebihi 40 meter kubik
dan frekuensi pengujian yang ditetapkan pada butir (a) di atas hanya menyediakan
kurang dari lima pengujian untuk suatu mutu beton tertentu, maka pengujian harus
H a l a m a n 60 | 95
dilaksanakan dengan mengambil contoh paling sedikit lima buah dari takaran yang
dipilih secara acak (random).
Kuat Tekan Karakteristik Beton ( bk) diperoleh dengan rumus berikut ini :
bk = bm - K.S
n
i
i=l
bm adalah kuat tekan rata-rata
n
n
( i bm)2
S i=l
= adalah standar deviasi
n 1
i = hasil pengujian masing-masing benda uji
n = jumlah benda uji
K = 1,645 untuk 20 sampel rancangan campuran dan untuk
persetujuan pekerjaan.
Pada pengujian kuat tekan beton tidak boleh lebih dari 1 (satu) harga diantara 20
harga (5%) hasil pengujian, terjadi kurang dari ’bk .
Tidak boleh satupun harga pengujian kuat tekan beton rata-rata dari 4 sampel kubus
berturut-turut kurang dari ’bm,4 (’bk + 0.8225 S)
Setelah diperoleh 20 hasil pengujian kuat tekan ( misalnya 4 sampel kelompok
pertama hingga 4 sampel kelompok kelima) dan dihitung harga rata-rata bm dan
standar deviasi S maka harus dipenuhi
’bk (bm + 1.645 S)
Dalam hal pengedalian di lapangan pengujian kuat tekan dapat dibagi menjadi
beberapa kelompok kecil (misal 4 sampel dari 5 kelompok) dengan menggunakan
grafik kontrol (control chart) yang terdiri dari garis terendah hingga garis tertinggi
berturut-turut adalah garis batas spesifikasi, batas kontrol dan garis tengah.
Batas Spesifikasi adalah garis yang menunjukkan kuat tekan karaketeristik yang
dipersyaratkan. Batas Kontrol adalah kuat tekan karakteristik dalam kelompok
(’bk,n = ’bk + K.S), sedangkan Garis Tengah adalah garis yang menunjukkan kuat
tekan rata-rata.
H a l a m a n 61 | 95
abila hasil pengujian kuat tekan rata-rata kelompok ’bm,n < ’bk,n (sekali) maka
kontraktor harus melakukan upaya untuk memperbaiki mutu beton, bila hasil
pengujian kuat tekan kelompok rata-rata berikutnya ’bm,n < ’bk,n (kedua kali) maka
berarti kontraktor tidak mampu mencapai ’bk yang dipersyaratkan, dan pekerjaan
beton yang sudah dilakukan harus ditolak.
3) Pengujian Tambahan
Kontraktor harus melaksanakan pengujian tambahan yang diperlukan untuk
menentukan mutu bahan atau campuran atau pekerjaan beton akhir, sebagaimana
yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan. Pengujian tambahan tersebut meliputi
:
Pengujian yang tidak merusak menggunakan "sclerometer" atau perangkat penguji
lainnya;
Pengujian pembebanan struktur atau bagian struktur yang dipertanyakan;
Pengambilan dan pengujian benda uji inti (core) beton;
Pengujian lainnya sebagaimana ditentukan oleh Direksi Pekerjaan.
Tidak ada pengukuran tambahan atau yang lainnya yang akan dilakukan untuk
cetakan, perancah untuk balok dan lantai pemompaan, penyelesaian akhir
permukaan, penyediaan pipa sulingan, pekerjaan pelengkap lainnya untuk
penyelesaian pekerjaan beton, dan biaya dari pekerjaan tersebut telah dianggap
termasuk dalam harga penawaran untuk Pekerjaan Beton.
Tidak ada pengukuran dan pembayaran tambahan yang akan dilakukan untuk pelat
(plate) beton pracetak untuk acuan yang terletak di bawah lantai (slab) beton
Pekerjaan semacam ini dianggap telah termasuk di dalam harga penawaran untuk
beton sebagai acuan.
Kuantitas bahan untuk landasan, bahan drainase porous, baja tulangan dan mata
pembayaran lainnya yang berhubungan dengan struktur yang telah selesai dan
H a l a m a n 62 | 95
diterima akan diukur untuk dibayarkan seperti disyaratkan dalam pada Seksi lain
dalam Spesifikasi ini.
Beton yang telah dicor dan diterima harus diukur dan dibayar sebagai beton struktur
atau beton tidak bertulang. Beton Struktur haruslah beton yang disyaratkan atau
disetujui oleh Direksi Pekerjaan sebagai K250 atau lebih tinggi dan Beton Tak
Bertulang haruslah beton yang disyaratkan atau disetujui untuk K175 atau K125.
Bilamana beton dengan mutu (kekuatan) yang lebih tinggi diperkenankan untuk
digunakan di lokasi untuk mutu (kekuatan) beton yang lebih rendah, maka
volumenya harus diukur sebagai beton dengan mutu (kekuatan) yang lebih rendah.
2) Pengukuran Untuk Pekerjaan Beton Yang Diperbaiki
Bilamana pekerjaan telah diperbaiki menurut Pasal 7.1.1.(10) di atas, kuantitas yang
akan diukur untuk pembayaran haruslah sejumlah yang harus dibayar bila mana
pekerjaan semula telah memenuhi ketentuan.
Tidak ada pembayaran tambahan akan dilakukan untuk tiap peningkatan kadar
semen atau setiap bahan tambah (aditif), juga tidak untuk tiap pengujian atau
pekerjaan tambahan atau bahan pelengkap lainnya yang diperlukan untuk mencapai
mutu yang disyaratkan untuk pekerjaan beton.
3) Dasar Pembayaran
Kuantitas yang diterima dari berbagai mutu beton yang ditentukan sebagaimana
yang disyaratkan di atas, akan dibayar pada Harga Kontrak untuk Mata Pem-
bayaran dan menggunakan satuan pengukuran yang ditunjukkan di bawah dan dalam
Daftar Kuantitas.
Harga dan pembayaran harus merupakan kompensasi penuh untuk seluruh
penyediaan dan pemasangan seluruh bahan yang tidak dibayar dalam Mata
Pembayaran lain, termasuk "water stop", lubang sulingan, acuan, perancah untuk
pencampuran, pengecoran, pekerjaan akhir dan perawatan beton, dan untuk semua
biaya lainnya yang perlu dan lazim untuk penyelesaian pekerjaan yang sebagaimana
mestinya, yang diuraikan dalam Seksi ini.
H a l a m a n 63 | 95
4.6 PEKERJAAN PIPA DAN PERLENGKAPANNYA
4.6.1 Pengadaan Pipa Polietilena dan Perlengkapannya
4.6.1.1 UMUM
Semua pipa dan alat penyambung harus didisain untuk menerima tekanan kerja minimum sebesar
0.98Mpa (10.0 kg/cm2) kecuali ditentukan lain. Standar lain yang digunakan adalah:
SNI 06-4829-2005 Pipa polietilena untuk air minum
SNI 19-6779-2002 Metoda pengujian perubahan panjang pipa Polietilena
SNI 06-4821-1998 Metode pengujian dimensi pipa polietilena untuk air minum
ISO 4427 :1996 Polyethylene pipes for water supply specifications
ISO 6964-1986 Polyolefin pipes and fittings–Determination of carbon black content
by calcinations pyrolysis–Test method and basic specification
ISO / TR 10837 – 1991 Determination of the thermal stability of polyetilene for us in gas
pipes and fitting’s
ISO 11420 : 1996 Method for the assesment of the degree of carbon black
dispersion in polyolefin pipes, fittings and compound’s
ISO 6259 / 1985 Pipe for polyethylene – Part 1: Determination of tensile
properties
ISO 3126 : 1974 Plastic pipe – measurement of dimension
ISO 1167 : 1996 Thermoplastic pipes for the conveyance of fluids – resistance to
internal pressure – Test Method
ISO 1133 : 1991 Plastic – Determination of the melt mass – flow rate (MFR) and
melt volume flow rate (MVR) of thermoplastics
ISO 2505 -1-1994 Thermoplastics pipe – Longitudinal reversion – part 1 :
determination methods
ISO 3607 : 19977/E Tolerances on outside diameters and wall thickenesses
AS / NZS 4130 : 97 Polyethylene pipes for pressure application
ASTM D 3350 – 1999 Standard spesification polyethylene plastics pipe and fittings
material
JIS 6762 – 1998 Double wall polyethylene pipes for water supply
H a l a m a n 64 | 95
B. Panjang Pipa
Panjang pipa bentuk batangan lurus atau gulungan tidak boleh kurang dari persetujuan antara
pemasok dan pengguna barang dengan toleransi ± 0,05 m. Diameter drum gulungan minimum
harus 18 x dn.
4.6.1.3 Sifat Mekanik
A. Ketahanan Hidrostatik
Pipa harus memenuhi persyaratan uji hidrostatik yang diberikan sebagaimana tabel dibawah ini
Tabel 6.19 Ketahanan Hidrostatik Pipa
Catatan :
1)
Hanya kegagalan rapuh yang diperhitungkan
Pecah karena rapuh (britle failure) pada kurang dari 165 jam adalah merupakan kegagalan.
Jika pengujian dalaksanakan pada 165 jam ternyata gagal dalam bentuk kenyal (ductile), uji
ulang supaya dilaksanakan pada tegangan yang lebih rendah. Tegangan uji yang baru, dan waktu
kegagalan minimum yang baru supaya dipilih sebagaimana tabel dibawah.
Tabel Ketahanan hidrostatik pada kekuatan suhu 80oC Kebutuhan uji ulang
PE 80 PE 100
Tegangan Waktu Kegagalan Tegangan Waktu Kegagalan
4.6 165 4.6 165 4.6 165 4.6 165
5.5 165 5.5 165 5.5 165 5.5 165
4.5 219 4.5 219 4.5 219 4.5 219
5.4 233 5.4 233 5.4 233 5.4 233
4.4 283 4.4 283 4.4 283 4.4 283
5.3 332 5.3 332 5.3 332 5.3 332
4.3 394 4.3 394 4.3 394 4.3 394
5.2 476 5.2 476 5.2 476 5.2 476
4.2 533 4.2 533 4.2 533 4.2 533
5.1 688 5.1 688 5.1 688 5.1 688
4.1 727 4.1 727 4.1 727 4.1 727
5.0 1000 5.0 1000 5.0 1000 5.0 1000
4.0 1000 4.0 1000 4.0 1000 4.0 1000
H a l a m a n 65 | 95
B. Kuat Tarik
Nilai kuat tarik minimu harus 20 Mpa dan perpanjangan minimum harus 400 %, bila
diuji pada suhu 200C
Ketebalan diameter luar pipa harus mengacu kepada SNI 06-4829-2005 tentang pipa
polietilena untuk air minum
B. Bahan Baku
Bahan baku yang digunakan untuk membuat pipa polietilena harus memenuhi
persyaratan sesuai dengan SNI 7593:2010 tentang Polietilena Massa Jenis Tinggi (High
Density Polyetilene/HDPE) untuk Bahan Baku Pipa Air Minum atau standar
internasional lainnya yang diakui. Pemenuhan standar tersebut harus dinyatakan dalam
sertifikat dari pabrikan.
4.6.1.6 Sambungan
Penyambungan pipa dapat dilakukan dengan cara pemanasan yaitu dengan menggunakan
Butt Fusion dan sambungan Elektrofusion, atau dengan Mechanical Joint.
H a l a m a n 66 | 95
4.6.1.7 Pengujian Pipa
Acuan normatif untuk pengujian pipa polietilena adalah SNI 06-2552-1991 tentang
metoda pengambilan contoh uji pipa PVC untuk air minum dan SNI 06-4821-1998 tentang
metode pengujian dimensi pipa polietilena untuk air minum.
H a l a m a n 67 | 95
800 M, 15.6 18.2
900 12.6 16.8 19.6
1000 13.5 18 21
1200 15.3 20.4 23.8
1400 17.1 22.8 26.6
1600 18.9 25.2 29.4
1800 20.7 27.6 32.2
2000 22.5 30 35
B. Panjang Pipa
NOMINAL PANJANG
DIAMETER PIPA (m)
80 4-6
100 4-6
150 4-6
200 4-6
250 4-6
300 4-6
350 4-6
400 4-6
450 4-6
500 4-6
600 4-6
700 4-6
800 4-6
900 4-6
1000 4-6
1200 4-6
1400 4-6
1600 4-6
1800 4-6
2000 4-6
H a l a m a n 68 | 95
Sistem penyambungan pipa ductile, dapat dilakukan dengan cara-cara, sebagai berikut :
a. Push on joint
b. Mechanical joint
c. Locking joint
Penyedia Barang/Jasa harus menyediakan peralatan pekerjaan sementara, tenaga kerja, dan
bahan serta memobilisasikan yang diperlukan untuk menyelesaikan seluruh pekerjaan dengan
cara yang baik, termasuk sambungan ke pipa induk yang ada, pengujian, penggelontoran
(flushing), desinfeksi jalur pipa dan semua pekerjaan yang diperlukan untuk penyelesaian
pemasangan pipa sesuai persyaratan yang ditetapkan dalam spesifikasi teknis ini.
Jika ada pekerjaan yang tidak tercakup dalam spesifikasi teknis ini akan dilakukan sesuai
dengan cara yang telah digunakan untuk bidang teknis yang besangkutan di Indonesia dan
menurut perintah direksi.
Data hasil penyelidikan tanah yang telah dilakukan untuk lokasi jembatan pipa atau daerah
sekitarnya disimpan oleh pemilik dan Penyedia Barang/Jasa akan diizinkan dan
menelitinya di kantor proyek.
Semua penjelasan dalam persayaratan teknis ini khususnya yang bersifat teknis selalu
berpedoman pada standar yang umum dipakai di indonesia. Semua standar yang digunakan,
menggunakan Standar Nasioanal Indonesia (SNI). Dalam hal belum diatur dalam SNI, standar
yang digunakan merujuk kepada:
AISI : American Iron and Steel Institute
ANSI : American National Standards Institute
API : American Petrolium Institute
H a l a m a n 69 | 95
4.6.3.2 Trase dan Elevasi Pipa
A. Umum
Dalam hal jalan sementara harus dibuat sepanjang jalur pipa sesuai dengan kontrak,
Penyedia Barang/Jasa harus melakukan tindakan sebagaimana penjelasan di bawah ini.
Penyedia Barang/Jasa harus menyelidiki keadaan tanah sepanjang jalur, pekerasan,
jalan sementara dan mengumpulkan data atau informasi tentang kondisi daerah tersebut
pada musim kemarau dan musim penghujan. Dengan dasar informasi yang diperoleh
tersebut, Penyedia Barang/Jasa harus memulai pengukuran topografi berdasarkan gambar
perencanaan dan berada di bawah pengarahan direksi.
Penyedia Barang/Jasa harus menyediakan tenaga kerja yang diperlukan, peralatan dan
bahan untuk membuat jalan sementara sebagaimana telah ditentukan.
C. Tanggung Jawab
Penyedia Barang/Jasa harus bertanggung jawab agar persyaratan dasar untuk pipa induk
diletakkan dan dipasang pada jalur dan ketinggian yang ditetapkan dan dengan fitting,
valve dan saluran pembuang pada lokasi yang ditentukan. Untuk maksud ini, Penyedia
Barang/Jasa harus diminta membuat patok pekerjaan atau titik referensi atas biaya
Penyedia Barang/Jasa sendiri.
H a l a m a n 70 | 95
Jika menurut direksi terjadi perubahan dalam rencana, yang menyebabkan perubahan
volume pekerjaan yang dikerjakan oleh Penyedia Barang/Jasa, maka perubahan
volume pekerjaan tersebut akan dikerjakan sesuai dengan pasal yang
berkaitan dengan hal tersebut dalam persyaratan umum.
E. Kedalaman Pipa
Semua pipa harus dipasang pada kedalaman tanah sebagaimana yang telah
ditentukan dalam gambar dan spesifikasi.
Tidak boleh ada pohon yang ditebang, dirusak, atau diganggu oleh Penyedia Barang/Jasa
tanpa persetujuan direksi.
Semua kotoran, buangan, tumbuhan, dan bahan bongkaran seluruhnya harus disingkirkan dari
lokasi pekerjaan dan dibuang oleh Penyedia Barang/Jasa dengan cara yang baik, kecuali bagi
bahan atau bangunan yang akan disingkirkan untuk sementara waktu dan nantinya akan
dipasang dan diperbaiki kembali seperti semula.
Bahan maupun bangunan yang disingkirkan untuk sementara waktu dan nantinya akan
dipasang dan diperbaiki kembali harus dijaga dan disimpan dengan baik.
H a l a m a n 71 | 95
4.6.4.3 Pengeringan (Dewatering)
Penyedia Barang/Jasa harus menyediakan dan memelihara cara dan peralatan
pengeringan serta membuang air yang masuk ke lubang galian maupun pada bagian
pekerjaan lainnya dengan cara yang baik.
Semua galian harus tetap dalam keadaan kering dan tidak ada bahan pondasi, pipa atau beton
yang diletakan dalam air kecuali dengan persetujuan direksi.
Air harus dibuang sedemikian rupa sehingga terhindar kerusakan harta benda dan
gangguan terhadap masyarakat luas dan lingkungan sekitarnya.
Jika Penyedia Barang/Jasa memilih membuat saluran bawah pembuang, hal ini harus
mendapat persetujuan direksi terlebih dahulu.
Pemasangan rambu-rambu pengaman pada galian atau lokasi yang membahayakan atau yang
lalu lintasnya padat harus dipasang rambu-rambu pengaman yang mudah dilihat dan terbaca
dengan jelas.
4.6.4.4 Penggalian Lapisan Bawah Permukaan (Sub Surface) dan Lubang Pengujian
(Test Pit)
Penyedia Barang/Jasa harus memberi tanda pada galian dan parit persiapan sehingga lokasi
tepat bangunan bawah tanah dapat ditentukan.
Penyedia Barang/Jasa harus bertanggung jawab bagi perbaikan bangunan tersebut bila pecah
atau rusak karena kelalainnya.
Apabila, menurut pemikiran direksi perlu mencari dan menggali untuk menetapkan bangunan
bawah tanah yang ada, Penyedia Barang/Jasa harus melakukan pencarian tersebut atas
biayanya sendiri dan menurut petunjuk direksi.
Bila diperintahkan oleh direksi untuk tujuan penyelidikan keadaan tanah, Penyedia
Barang/Jasa harus menggali lubang pengujian setiap 50 m sepanjang jalur pipa, kecuali jika
ditentukan lain oleh direksi. Di samping itu, Penyedia Barang/Jasa harus menggali lubang
pengujian yang cukup untuk menetapkan tempat utilitas bawah tanah bila hal itu memang
diperlukan untuk membuat konstruksi khusus dalam melintasi utilitas tersebut.
Lubang pengujian ini akan digali dengan tangan (manual) dan dalam jarak yang cukup di
depan jalur pipa sehingga kemajuan pemasangan pipa tidak terhambat.
Dalam waktu 30 (tiga puluh) hari kalender atau segera setelah pengujian pipa sebagaimana
yang diperintahkan oleh direksi, semua permukaan yang terkena pekerjaan Penyedia
Barang/Jasa pada alur penggalian dan pada daerah kerja lainnya harus diperbaiki kembali
seperti keadaan semula, atau dalam keadaan yang lebih baik. Setelah perbaikan kembali,
Penyedia Barang/Jasa harus memeriksa secara bulanan cekungan yang terjadi sepanjang
jalur penggalian akibat penurunan, dan hal ini harus diperbaiki sampai pada ketinggian
semula.
Pohon besar sebaiknya jangan ditebang selama pemasangan pipa. Bila keadaan menuntut
penebangan pohon untuk pemasangan pipa, Penyedia Barang/Jasanya sebelumnya harus
mendapatkan izin pohon dari pemilik atau instansi terkait yang memeliharanya dan
melaporkannya pada direksi.
Semua biaya yang diperlukan untuk penebangan pohon termasuk biaya kompensasi
ditanggung oleh Penyedia Barang/Jasa sendiri.
C. Daerah Berumput
Lapisan atas atau lempung, bilamana ditemukan harus ditimbun secara terpisah dari bahan
galiannya, dan nantinya dikembalikan ke tempat semula pada kedalaman terpadatkan yang
sama dengan kondisi semula.
Lempeng rumput di daerah berumput yang akan terkena galian, atau yang akan rusak
karena terkena peralatan, harus disingkirkan, dijaga/dipelihara selama berlangsungnya
pekerjaan konstruksi dan diletakan kembali setelah penyelesaian urugan.
D. Daerah Berbatu
Pada daerah yang berbatu, Penyedia Barang/Jasa harus menyediakan peralatan yang sesuai
untuk menggalinya. Bila tidak mungkin untuk dilakukan penggalian, sedangkan bila dalam
gambar rencana ada pipa yang ditanam dibawah batu, maka apabila direksi mengizinkan
dapat dilakukan pemasangan pipa baja yang diletakkan diatas tanah berbatu tersebut.
4.6.4.6 Penggalian
Bagian berikut yaitu “PENGGALIAN” harus digunakan bagi pekerjaan semua pemasangan
dan penyambungan semua jenis pipa.
A. Umum
Penggalian mencakup penyingkiran semua bahan apapun yang ditemui termasuk pula
semua hambatan yang akan mempengaruhi pelaksanaan dan penyelesasian
pekerjaan. Penyingkiran bahan tersebut harus sesuai jalur dan kemiringan yang
diperlihatkan dalam gambar rencana ataupun yang diminta oleh direksi.
Batu dan bahan galian lainnya yang diklasifikasikan oleh direksi sebagai yang tidak sesuai
untuk pengurugan harus disingkirkan dari lokasi pekerjaan.
H a l a m a n 74 | 95
Dinding dan permukaan seluruh galian dimana pekerja kemungkinan mengalami
bahaya dari tanah yang tidak stabil harus distabilkan terlebih dahulu dengan
penurapan/penopangan, membuat sudut galian yang aman atau cara lainnya.
Penyedia Barang/Jasa harus menyediakan, memasang dan menjaga turap, penopang
dan lain-lain, yang perlu untuk melindungi pekerja, mencegah pergerakan tanah yang
dapat menyebabkan musibah, tertundanya pekerjaan ataupun membahayakan bangunan
yang ada disekitarnya.
Lebih lanjut Penyedia Barang/Jasa harus menjaga dan memperhatikan pada kemungkinan
adanya uap bahan bakar dan gas yang mungkin merembes ke tanah atau telah terganggu
selama penggalian dan pemasangan jalur pipa.
D. Galian Terbuka
1. Umum
Galian terbuka harus digali sehingga pipa dapat diletakan pada trase dan
kedalaman yang diminta, dan galian tersebut dilakukan sampai didepan perletakan
pipa sebagaimana yang diizinkan oleh direksi dan/atau persyaratan yang ditetapkan
oleh Departemen Pekerjaan Umum. Galian terbuka tersebut harus dikeringkan dan
dipelihara selama pekerjaan agar pekerja dapat bekerja secara aman dan efisien.
H a l a m a n 75 | 95
Lebar galian harus cukup agar memungkinkan pipa dapat diletakan dan disambung
dengan baik, dan pengurugan serta pemadatan dapat dilakukan sebagaimana yang telah
ditentukan.
Bilamana diperlukan, lebar galian harus sedimikian rupa sehingga dapat
memberikan kemudahan dalam penempatan penopang kayu, turap dan penopang
lainnya, maupun penanganan khusus lainnya.
3. Lubang galian untuk penyambungan
Lubang galian untuk penyambungan harus dibuat disetiap lokasi sambungan agar
penyambungan dapat dilakukan dengan baik.
4. Panjang Galian
Galian terbuka bagi suatu pemasangan pipa tidak boleh melebihi panjang yang
diizinkan direksi. Galian harus diselesaikan paling sedikit 10 (sepuluh) meter
didepan perletakan pipa terakhir.
Bilamana diperlukan oleh direksi, penggalian dan pengurugan harus dilakukan dalam
24 jam, atau galian harus diurug penuh di akhir hari kerja setiap hari atau ditutupi
dengan pelat baja yang ditopang dengan cukup aman serta mampu menahan beban
arus lalu lintas kendaraan.
Semua penopang dan turap yang tidak digunakan harus dipindahkan dengan hati- hati
tanpa membahayakan pemasangan yang baru dilakukan utilitas yang ada, atau
kepemilikan yang berada didekatnya.
Semua rongga yang timbul akibat dicabutnya turap harus segera diisi kembali
dengan pasir dan dipadatkan dengan cara penumbukan menggunakan alat yang sesuai
dengan membasahinya atau cara lain yang diperintahkan.
Direksi dapat memerintahkan Penyedia Barang/Jasa secara tertulis setiap saat
selama pekerjaan berlangsung untuk tidak mencabut semua turap, penopang dan lain-
lain, untuk ditimbun pada saat pengurugan dengan tujuan mencegah kerusakan
bangunan, utilitas dan kepemilikan.
Hak direksi memerintahkan semua turap dan penopang serta bahan lain
ditinggalkan/dibiarkan di tempatnya tidak boleh ditafsirkan sebagai kewajiban di
fihak direksi untuk mengeluarkan perintah seperti itu, dan kegagalan melaksanakan
hak seperti itu tidak mengurangi tanggung jawab Penyedia Barang/Jasa terhadap
kerusakan yang terjadi pada pihak ketiga yang diakibatkan oleh kepemilikan oleh
kelalaian dalam pekejaan sebagai akibat tidak ditinggalkannya penopang atau turap
untuk mencegah longsor atau bergeraknya tanah.
8. Penimbunan Bahan Galian
Penyedia Barang/Jasa harus menyusun jadwal penggalian dan pemasangan pipa
sehingga tidak terjadi penimbunan bahan galian di jalan utama maupun jalan nasional.
Bahan hasil galian dapat ditimbun di bagian jalan lain dengan syarat menggunakan
kotak penampung tanah galian agar tidak menghambat arus lalu lintas.
Bahan galian yang tidak dapat dipakai untuk urugan harus ditimbun atau dibuang
dengan cara yang disetujui direksi dan jauh dari jalan.
H a l a m a n 77 | 95
4.6.4.8 Pengujian Kepadatan di Lapangan
Dimana urugan perlu dipadatkan sampai pada kepadatan tertentu, pengujian pemadatan dapat
dilakukan oleh direksi, menggunakan prosedur pengujian yang ditetapkan dalam ASTM D-
1556.
Batu lapis lindung yang ada atau perlindungan kemiringan harus diperbaiki kembali
sebagaimana yang ditetapkan dalam bagian ”GALIAN PERMUKAAN DAN
PERBAIKAN”.
Pemasangan lapisan lindung secara umum harus dimulai dari bahu hingga ke dasar
kemiringan dan memenuhi sudut kemiringan yang ada dan bentuk topografi daerah
sekitarnya. Sebagaimana diputuskan direksi, pemasangan lapis lindung dilakukan dari
bahu hingga kedalaman tertentu untuk mencegah keruntuhan.
Bahan yang digunakan untuk pemasangan batu harus batu alam yang keras dan
berbentuk bundar, batu berbentuk pipih dan panjang tidak boleh digunakan.
Ketebalan pasangan batu harus sekitar 35 cm, kecuali ditetapkan dan diperintahkan lain oleh
direksi. Ketebalan yang disebutkan diatas, mungkin berbeda sesuai dengan lokasi pekerjaan,
yaitu sudut kemiringan, kedalaman atau bentuk topografis sungai, saluran dan selokan.
Penyedia Barang/Jasa harus menyerahkan gambar kerja sebelum memasang pasangan batu
untuk persetujuan direksi.
Rongga diantara batu harus diisi dengan beton tumbuk dan dipadatkan dengan baik atau
dengan semen bila disetujui. Area dibawah lapisan batu harus diisi dengan kerikil yang
dipadatkan dengan ketebalan 20 cm.
Pipa pengering harus dipasang bilamana menurut anggapan direksi memang diperlukan.
Pipa pengering ini harus berdiameter 50 mm dipasang setiap (2 – 3) m2 pasangan batu. Dasar
sungai, saluran atau selokan mungkin perlu dilindungi sesuai dengan keadaan lapangan
sebagaimana yang diperintahkan oleh direksi.
H a l a m a n 78 | 95
4.6.5 Konstruksi Bangunan Khusus
4.6.5.1 Konstruksi Jembatan Pipa
A. Umum
Penyedia Barang/Jasa harus menyediakan tenaga, bahan, perkakas, peralatan lainnya yang
diperlukan, di luar yang disediakan atau dipinjamkan oleh pemilik untuk pekerjaan
konstruksi jembatan pipa sebagaimana yang diperlihatkan dalam gambar dan/atau
ditentukan di dalam dokumen ini.
Batas konstruksi setiap jembatan pipa adalah pada kedua ujung sambungan ”flexible”
dan/atau ”fitting” yang digunakan untuk hubungan flexible sebagaimana diperlihatkan
dalam gambar. Dikarenakan perbedaan dan ketinggian alinyamen jembatan dan jalur pipa,
diperlukan bentang transisi guna menghubungkannya sebagaimana diperlihatkan dalam
gambar dan harus dilaksanakan sesuai dengan perintah direksi sesuai dengan kondisi
lapangan.
Penyambungan jalur pipa pada jembatan dengan jalur pipa biasa harus dilakukan
setelah penyelesaian pekerjaan pipa dan setelah persetujuan direksi.
Penyedia Barang/Jasa atas biayanya sendiri memeriksa semua ukuran jembatan pipa yang
diperlihatkan dalam gambar dengan melakukan survey sendiri di lokasi pekerjaan.
Setelah itu, dengan aliran air tetap dipertahankan tetapi pada kecepatan yang lebih
rendah, air ditambah dengan cairan desinfektan yang sudah disediakan oleh Penyedia
Barang/Jasa dengan cara dipompakan melalui lubang berdiameter kecil diujung pipa di
bor.
H a l a m a n 79 | 95
Volume air dan jangka waktunya sekurang-kurangnya 24 jam harus sedemikian
sehingga air yang dikeluarkan mengandung sekurangnya 20 mg sisa Khlorin per
liter.
Jika air ini masih mengandung Khlorin bebas setelah periode kontak ini, maka harus
dicuci dengan air sampai air yang dikeluarkan tidak mengandung Khlorida yang
berlebihan.
Jika ternyata cairan yang dikeluarkan tidak mengandung Khlorin setelah periode kontak
selama 24 jam dalam pemberian desinfektan, maka proses harus diulangi. Sebelum
pemberian desinfektan pada tiap bagian pipa dengan cairan yang mengandung klorin di atas,
Penyedia Barang/Jasa harus mendapat persetujuan tertulis dari Direksi Tenaga Ahli untuk
menggunakannya.
C. DESINFEKSI PIPA
Sebelum jaringan pipa dipakai untuk mengalirkan air minum maka terlebih dahulu harus
dilakukan pembersihan pipa dari kotoran/endapan yang ada dalam pipa dan mensterilkan
pipa dari kuman-kuman patogen dengan larutan desinfektan.
D. Perancah
Penyedia Barang/Jasa harus menyediakan perancah yang memadai untuk melintas sungai
atau saluran dengan lebar yang cukup agar dapat meletakkan, menyambung, mengelas dan
mengecat pipa dan melaksanakan pekerjaan pemasangan pipa dengan aman dan efisien.
1. Pondasi
Penyedia Barang/Jasa harus membuat pondasi sesuai dengan kebutuhan yang
ditentukan atau yang diperlihatkan dalam gambar.
a. Pondasi langsung
Penyedia Barang/Jasa harus melakukan pengujian kapasitas daya dukung
tanah di lapangan sebagaimana diminta oleh Direksi, sesuai dengan standar yang
disetujui, bilamana penggalian dilakukan hingga gradien yang direncanakan
sebagaimana terlihat dalam gambar.
Pembuatan lantai kerja dengan beton K 100 tidak boleh dilakukan sebelum
diperoleh persetujuan dari Direksi.
H a l a m a n 80 | 95
Tanah yang tidak sesuai untuk pondasi harus disingkirkan dan diganti dengan
pasir atau batu pecah sampai kedalaman tertentu dan ditempatkan sebagaimana
diperlihatkan dalam gambar atau sebagaimana diperintahkan oleh Direksi. Setiap
lapisan bahan tersebut harus disebar dengan ketebalan maksimum 15 cm dan
dipadatkan dengan alat pemadat tangan, minimum empat kali sebagaimana disetujui
oleh direksi.
b. Pondasi Pancang
Semua pancang harus disediakan dan dipasang pada lokasi yang tepat yang
diperlihatkan dalam gambar dan sebagaimana ditentukan dalam bab selanjutnya.
Pancang tidak boleh dipancang sebelum diperiksa dan disetujui oleh Direksi.
Kepala pancang direncanakan sebagai sendi dan harus disisipkan ke dalam
bangunan bawah sedalam 10 cm.
2. Pekerjaan Beton
Setelah mengecor lantai kerja, dan setelah diperiksa dan disetujui Direksi,
Penyedia Barang/Jasa harus menyelesaikan pekerjaan sebagaimana diperlihatkan
dalam gambar dan sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan dalam bagian
selanjutnya, yaitu "Pekerjaan Beton".
Harus digunakan beton dengan kuat tekan karakteristik minimum 175 kg / cm ' ). Pipa
yang ditanam dalam bangunan bawah harus dimantapkan ke besi tulangan dengan
cara yang disetujui serta menghindari pergeseran dari lokasi semula selama
pengecoran beton.
F. Konstruksi Pilar
Pilar terdiri dari sepasang pancang dan dihubungkan dengan bantalan beton.
Berkaitan dengan pancang yang dipancang di sungai atau saluran, Penyedia
Barang/Jasa harus memilih secara teliti cara dan peralatan yang sesuai agar tetap pada
jalur dan ketinggian yang benar sebagaimana diperlihatkan dalam gambar. Puncak
pancang harus digabungkan ke dalam bantalan beton dengan kedalaman yang cukup
sebagaimana diperlihatkan dalam gambar. Setelah penyelesaian pekerjaan, semua
bahan yang digunakan bagi pekerjaan konstruksi, seperti perancah, pelantar
H a l a m a n 81 | 95
kerja sementara dan lain-lain, harus disingkirkan semuanya agar tidak mengganggu
aliran sungai atau saluran.
H. Pemasangan Pipa
Penyedia Barang/Jasa harus memasang dan menyambung semua pipa “fitting" dan
"coupling" sesuai dengan jalur dan ketinggian yang diperlihatkan dalam gambar.
1. Anti Lendutan (cambering)
Pada setiap bentang jembatan pipa, pipa harus dipasang dalam bentuk bekisting
lengkung. Besarnya anti lendutan ini harus 1/1250 persatuan pancang bentang di
bagian garis tengah bentang sebagaimana diperlihatkan dalam gambar. Penyedia
Barang/Jasa harus menyiapkan gambar kerja yang memperlihatkan susunan rinci
bahan pipa dan juga garis pemotongan dan sudut masing-masing pipa untuk anti
lendutan dan harus menyerahkannya ke Direksi untuk persetujuannya
setelah pekerjaan pemasangan pipa.
"Sliding Type Ring Support" harus dianggap sebagai pendukung berbentuk cincin
yang dapat digeser secara horizontal di bantalan pilar ke sumbu dalam pipa.
Pendukung harus terbuat dan baja yang memenuhi standar yang ditentukan
Direksi atau yang dianggap setara, dan dibuat sebagaimana diperlihatkan dalam
gambar.
Demikian pula dengan baut, angker dan sekrup harus terbuat dari baja yang
memenuhi standard yang sesuai seperti tersebut di atas. Pendukung berbentuk
cincin harus dilas merata melingkari pipa baja.
3. Pengujian Pengecatan a.
Umum
Semua sambungan yang dilas pada jembatan pipa harus diuji secara radiografi
sebagaimana dinyatakan di bawah ini.
H a l a m a n 82 | 95
Penyedia Barang/Jasa harus menyediakan tenaga kerja, peralatan dan bahan
untuk pengujian radiografi hasil pengelasan. Pengujian radiografi harus dilakukan
oleh penguji yang mampu, memiliki pengalaman dan kualifikasi yang cukup untuk
pekerjaan penguijian.
Kelas 1 2 3
Ti ngkatan 1 sampai 4 1 sampai 4 tidak ada
tingkatan
Kelas dan tingkatan yang diterima harus kelas 1, tingkat 1, sampai tingkat 3 dan
kelas 2, tingkat 1 sampai 3. Jika hasil pengujian memperlihatkan kelas dan tingkat
lain dari pada yang disebutkan di atas, Penyedia Barang/Jasa harus mengelas dan
menguji Ulang atas beban biayanya sendiri sampai hasil yang diperoleh diterima
oleh Direksi.
Bahan pipa untuk pekerjaan penembus pipa disediakan oleh Pemilik bila pipa induk
berdiameter 700 mm atau lebih besar, tetapi bila diameternya 600 mm atau lebih kecil,
bahan pipa unluk penembusan harus digunakan sebagai selubung (casing) dan harus
disediakan oleh Penyedia Barang/Jasa.
H a l a m a n 83 | 95
keperluan lain guna melaksanakan pekerjaan penembusan pipa sebagaimana di-
perlihatkan dalam gambar dan/atau ditetapkan di sini.
B. Penyelidikan Tanah
Dalam memeriksa sifat tanah lokasi pekerjaan, Penyedia Barang/Jasa diizinkan
untuk melihat dan memeriksa data penyelidikan tanah di Kantor Pemilik yang
memperlihatkan keadaan tanah pada lokasi strategis sepanjang jalur pipa.
Penyedia Barang/Jasa harus, bila diminta oleh Direksi, melakukan pemboran mencakup
pengujian penetrasi standar (standard - penetration test) di lubang bor. Konsolidasi
dan pengujian lain yang diperlukan pada contoh tanah yang didapat dari pengeboran
tersebut untuk mengetahui sifat tanah seperti daya dukung, kuat geser, permeabilitas,
nilai banding rongga (void ratio) dan kandungan air.
Tambahan penggantian dalam hal ini akan dilakukan sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
H a l a m a n 84 | 95
D. Tanah Penutup Kedalaman Pipa
Ketebalan tanah penutup kedalaman pipa yang ditembus harus mengikuti peraturan
setempat.
Keperluan untuk pengamanan dan pemeliharaan, terhadap umum dan lalu lintas harus
benar-benar dipenuhi oleh Penyedia Barang/Jasa.
Di dasar setiap ruang penembus harus dilengkapi dengan ruang pengering dan
pompa yang menjaga agar ruang tetap kering sepanjang waktu pekerjaan
penembusan. Setiap ruang penembusan juga harus memiliki peralatan yang
memadai untuk menaruh pipa dan peralatan penembus dan untuk menyingkirkan
tanah hasil galian:
Seluruh tiang turap harus dipancangkan ke tanah sampai kedalaman tidak kurang dari
8 (delapan) meter. Ukuran dan dimensi penopang baja harus direncanakan
sedemikian agar mampu mendukung tiang turap yang dipancang di sisi luarnya.
Penyusunan kerangka penopang baja harus dibuat sama dengan ukuran yang
diperlihatkan dengan pengelasan atau pembautan, dan kerangka setelah tiang turap
dipancang harus dikencangkan sesuai dengan perintah Direksi. Walau demikian
kerangka tersebut tidak boteh dilaskan ke tiang turap.
Kemudian pada pondasi batuan terpasang diberi lantai kerja dengan mutu kelas E
dengan ketebalan 15 cm dan disediakan pula tempat, pengeringan serta
penyambungan pipa dengan ukuran sebagaimana diperlihatkan dalam gambar
dengan lebar 2 meter.
H a l a m a n 85 | 95
Beton penahan desakan harus sanggup menahan desakan tenaga dorong tanpa
mengalami pergeseran atau kerusakan, maka agar memungkinkan semua gaya
dorong secara efisien bekerja pada pipa penembus, harus disusun seperti ditunjukkan
pada gambar.
2. Pemasangan Ujung Pipa Penembusan dan Bantalan Pendorong (leading pipe) Dalam
usaha mengurangi hambatan geser tanah, ujung pipa penembus harus dipasangkan
pada ujung spigot pipa tembus pertama sebagaimana ditunjukkan pada gambar.
Bantalan pendorong harus dipasangkan pada pipa penembus sebagai usaha
meneruskan gaya dorong secara tersebar dan merata pada seluruh permukaan dari
ujung pipa tembus yang didorong.
H a l a m a n 86 | 95
3. Penembusan
Kecuali diminta oleh Direksi, pelaksanaan penembusan pipa harus dilakukan
secara terus menerus hingga selesai untuk menghindari peningkatan lekatan geser
antara pipa dengan tanah.
Namun, pada keadaan daya dorong penembusan melampaui batas taksiran kekuatan
untuk kondisi tertentu, Penyedia Barang/Jasa harus dengan segera menghentikan
pekerjaan penembusan pipa dan memberitahukan keadaan ini tanpa menunda,
kepada Direksi yang akan memberikan petunjuk/pengarahan yang sesuai.
Dalam hal lebih dari dua buah kaki pendorong digunakan untuk penembusan, perlu
diperhatikan untuk mengupayakan semua kaki-kaki pendorong tersebut bekerja
secara serempak.
6. Survey
Sepanjang waktu pelaksanaan pekerjaan, Penyedia Barang/Jasa melakukan
pengukuran datar, titik henti dan survai lainnya diperlukan untuk penembusan pipa
sehingga berlangsung dengan tepat sesuai jalur dan ketinggian yang diminta.
H. Pengujian Sambungan
Segera dan sedapat mungkin setelah panjang jalur pipa yang diminta telah tembus
tertanam sesuai dengan rencana, Penyedia Barang/Jasa harus segera melakukan uji
tekanan air sesuai dengan persyaratan yang diminta pada spesifikasi ini.
Bila kebocoran terjadi atau terdapat cacat lain yang ditemukan pada pengujian,
Penyedia Barang/Jasa harus memperbaharui dengan biaya menjadi tanggungannya
hingga memuaskan Direksi.
H a l a m a n 87 | 95
I. Pemasangan Pipa – Pipa
Setelah menyelesaikan pekerjaan penembusan dan telah disetujui oleh Direksi.
Penyedia Barang/Jasa harus melakukan tahapan-tahapan sebagai berikut,
sebagaimana ditunjukkan pada gambar :
Dalam hal diameter pipa 700 mm atau lebih, pipa tembus dipergunakan langsung
sebagai bagian dari jalur pipa utama
Dalam hal pipa tembus berdiameter 800 mm dan dari pipa baja, pipa tembus
dipergunakan sebagai selubung untuk jalur pipa utama, dan pipa-pipa lain seperti
Ductile Cast Iron Pipe, pipa baja dan PVC yang lebih kecil dipasang ke dalam
selubung tersebut.
1. Pemasangan Pipa Ductile Cast Iron
Pipa harus disambungkan dengan penyambung ditunjukkan pada gambar. Semua
bagian pipa yang menanjak termasuk “bend” atau "fitting" harus dilindungi
dengan selimut beton bertulang dengan cara yang sama seperti blok- blok penahan
tekanan untuk "bend” vertikal.
H a l a m a n 88 | 95
Sambungan pipa harus dipasang seperti yang dijelaskan pada bab sebelumnya.
Ruang-ruang tersebut harus ditimbun dengan pasir atau batu pecah dari dasar hingga ke
dasar selubung beton.
Penyelam harus dilengkapi dengan peralatan kerja pada maksimum kedalaman dan
Penyedia Barang/Jasa harus menyediakan peralatan keamanan, dan bila perlu termasuk
” pipe locator” (magneto meter) yang sesuai untuk pekerjaan bawah air. Penyedia
Barang/Jasa harus mengikuti peraturan yang berlaku dalam mempekerjakan penyelam.
89
1. Kedalaman sungai rata-rata.
2. Perbedaan muka air pada saat pasang.
3. Kecepatan arus sungai.
4. Penyelidikan tanah di sungai.
E. Penempatan Pipa
Urutan pelaksanaan pekeijaan perpipaan bawah air yang harus dilakukan oleh
Penyedia Barang/Jasa adalah sebagai berikut :
Melaksanakan survey pra pengerukan sebelum pelaksanaan pengerukan dimulai.
Memonitor progres pekerjaan selama pengerukan
Sebaiknya melaksanakan survey pra penempatan, sebelum penempatan pipa pada parit
yang telah dibuat. Bila perpipaan langsung ditempatkan setelah pengerukan selesai,
survey setelah pengerukan bersamaan dengan survey pra penarikan pipa.
Melaksanakan survey setelah penimbunan (as built survey 2), untuk memastikan
penimbunan parit dengan kerikil dan lempung telah dilaksanakan dengan baik.
Bila perlu dapat dilakukan survey-survey lain atas permintaan Direksi
Penyedia Barang/Jasa juga harus menangani perkakas dan peralatan yang disediakan oleh
pemilik sedemikian rupa guna menghindari kerusakan pada peralatan tersebut.
91
Semua perkakas dan peralatan harus dijaga kebersihannya dan dipelihara dengan baik
sehingga selalu siap digunakan dalam kondisi yang baik.
Kerusakan yang terjadi pada perkakas dan peralatan tersebut harus diperbaiki hingga
memuaskan direksi atas biaya beban Penyedia Barang/Jasa. Dalam hal perkakas dan
peralatan tidak dapat diperbaiki atau hilang, Penyedia Barang/Jasa harus memberi
kompensasi kepada pemilik.
92