BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Bandar udara memiliki peranan penting sebagai salah satu gerbang utama
kegiatan perekonomian berupa mobilisasi pergerakan barang dan jasa, pembuka
isolasi daerah, pengembangan daerah perbatasan, dan prasarana yang dapat
memperkukuh wawasan nusantara dan kedaulatan negara.
Bandara Adi Sutjipto merupakan salah satu bandara terpadat di Indonesia yang
beroperasi hampir 24 jam. Bandara ini untuk melayani keberangkatan dan
kedatangan hampir seluruh wilayah di Indonesia yang dalam perkembangannya
dari tahun ke tahun mengalami peningkatan baik dari sisi fasillitas maupun
pengguna bandara. Hal ini menyebabkan semakin diperlukannya ruang parkir
yang mencukupi pada saat waktu puncak kedatangan atau keberangkatan.
Oleh sebab itu untuk dapat menyelesaikan permasalahan yang terjadi perlu
dilakukan suatu penelitian yang berkaitan dengan karakteristik ruang parkir
sehingga akan diperoleh hasil atau rekomendasi penanganan permasalahan parkir.
C. SASARAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
yang kemudian ditetapkan menjadi hari Yogyakarta Kota Republik pada tahun
2010. Pada saat ini Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat dipimpin oleh Sri
Sultan Hamengkubuwana X dan Kadipaten Pakualaman dipimpin oleh Sri Paku
Alam X yang sekaligus menjabat sebagai Gubernur, dan Wakil Gubernur DIY.
Keduanya memainkan peran yang menentukan dalam memelihara nilai-nilai
budaya, dan adat istiadat Jawa dan merupakan pemersatu masyarakat Yogyakarta.
Geografi
DIY terletak di bagian tengah-selatan Pulau Jawa, secara geografis terletak pada
8º 30' - 7º 20' Lintang Selatan, dan 109º 40' - 111º 0' Bujur Timur. Berdasarkan
bentang alam, wilayah DIY dapat dikelompokkan menjadi empat satuan
fisiografi, yaitu satuan fisiografi Gunungapi Merapi, satuan fisiografi Pegunungan
Sewu atau Pegunungan Seribu, satuan fisiografi Pegunungan Kulon Progo, dan
satuan fisiografi Dataran Rendah.
Satuan fisiografi Gunungapi Merapi, yang terbentang mulai dari kerucut gunung
api hingga dataran fluvial gunung api termasuk juga bentang lahan vulkanik,
meliputi Sleman, Kota Yogyakarta dan sebagian Bantul. Daerah kerucut, dan
lereng gunung api merupakan daerah hutan lindung sebagai kawasan resapan air
daerah bawahan. Satuan bentang alam ini terletak di Sleman bagian utara. Gunung
Merapi yang merupakan gunungapi aktif dengan karakteristik khusus, mempunyai
daya tarik sebagai objek penelitian, pendidikan, dan pariwisata.
Satuan Pegunungan Kulon Progo, yang terletak di Kulon Progo bagian utara,
merupakan bentang lahan struktural denudasional dengan topografi berbukit,
kemiringan lereng curam, dan potensi air tanah kecil.
Dua daerah aliran sungai (DAS) yang cukup besar di DIY adalah DAS Progo di
barat, dan DAS Opak-Oya di timur. Sungai-sungai yang cukup terkenal di DIY
antara lain adalah Sungai Serang, Sungai Progo, Sungai Bedog, Sungai Winongo,
Sungai Boyong-Code, Sungai Gajah Wong, Sungai Opak, dan Sungai Oya.
Ekonomi
pemerintah pusat. Salah satu upaya pembinaan UKM adalah melalui kelompok
(sentra) karena upaya ini lebih efektif, dan efisien, di samping itu dengan sentra
akan banyak melibatkan usaha mikro, dan kecil. Pada 2010 tercatat koperasi aktif
sebanyak 1.926 koperasi, dan UKM tercatat 13.998 unit usaha
Pertanian dan kehutanan
Pariwisata merupakan sektor utama bagi DIY. Banyaknya objek, dan daya tarik
wisata di DIY telah menyerap kunjungan wisatawan, baik wisatawan
mancanegara maupun wisatawan nusantara. Pada 2010 tercatat kunjungan
wisatawan sebanyak 1.456.980 orang, dengan rincian 152.843 dari mancanegara,
dan 1.304.137 orang dari nusantara. Bentuk wisata di DIY meliputi wisata MICE
Gambar 2.8. Wujud cagar budaya yang msih dipergunakan sebagai tempat ibadah
umat Hindu Indonesia
DIY mempunyai beragam potensi budaya, baik budaya yang tangible (fisik)
maupun yang intangible (non fisik). Potensi budaya yang tangible antara lain
kawasan cagar budaya, dan benda cagar budaya sedangkan potensi budaya yang
intangible seperti gagasan, sistem nilai atau norma, karya seni, sistem sosial atau
perilaku sosial yang ada dalam masyarakat.
DIY memiliki tidak kurang dari 515 Bangunan Cagar Budaya yang tersebar di 13
Kawasan Cagar Budaya. Keberadaan aset-aset budaya peninggalan peradaban
tinggi masa lampau tersebut, dengan Kraton sebagai institusi warisan adiluhung
yang masih terlestari keberadaannya, merupakan embrio, dan memberi spirit bagi
tumbuhnya dinamika masyarakat dalam berkehidupan kebudayaan terutama
dalam berseni budaya, dan beradat tradisi. Selain itu, DIY juga mempunyai 30
museum, yang dua di antaranya yaitu Museum Ullen Sentalu, dan Museum
Sonobudoyo diproyeksikan menjadi museum internasional. Pada 2010, persentase
benda cagar budaya tidak bergeak dalam kategori baik sebesar 41,55%, seangkan
kunjungan ke museum mencapai 6,42%.
Keagamaan
Gambar 2.9. Tugu Pal Putih, salah satu landmark tertua yang menandai tata ruang
DIY, Gunung Merapi-Tugu-Keraton-Panggung Krapyak-Laut selatan
Kondisi bentang alam DIY yang beragam, dan aspek filosofi kebudayaan
memengaruhi pengembangan tata ruang/wilayah, dan pembangunan infrastruktur
di DIY.
Tata ruang
Model yang digunakan dalam tata ruang wilayah DIY adalah corridor
development atau disebut dengan “pemusatan intensitas kegiatan manusia pada
suatu koridor tertentu” yang berfokus pada Kota Yogyakarta, dan jalan koridor
sekitarnya. Dalam konteks ini, aspek pengendalian, dan pengarahan pembangunan
dilakukan lebih menonjol dalam koridor prioritas, terhadap kegiatan investasi
swasta, dibandingkan dengan investasi pembangunan oleh pemerintah yang
dengan sendirinya harus terkendali. Untuk mendukung aksesibilitas global
wilayah DIY, maka diarahkan pengembangan pusat-pusat pelayanan antara lain
Pusat Kegiatan Nasional (PKN)/Kota Yogyakarta, Pusat Kegiatan Wilayah
(PKW) Sleman, PKW Bantul, dan Pusat Kegiatan Lokal (PKL). Peraturan Daerah
Nomor 2 Tahun 2010 tentang RTRW Prov DIY 2009-2029 mengatur
pengembangan tata ruang di DIY. Penataan ruang ini juga memiliki keterkaitan
dengan mitigasi bencana di DIY.
Prasarana
Prasarana jalan yang tersedia di DIY tahun 2007 meliputi Jalan Nasional (168,81
Km), Jalan Provinsi (690,25 Km), dan Jalan Kabupaten (3.968,88 Km), dengan
jumlah jembatan yang tersedia sebanyak 114 buah dengan total panjang 4.664,13
meter untuk jembatan nasional, dan 215 buah dengan total panjang 4.991,3 meter
untuk jembatan provinsi. Di wilayah perkotaan, dengan kondisi kendaraan
bermotor yang semakin meningkat (rata-rata tumbuh 13% per tahun), sedangkan
kondisi jalan terbatas, maka telah mengakibatkan terjadinya kesemrawutan, dan
kemacetan lalu lintas, dan terjadinya kecelakaan lalu lintas yang terus meningkat
setiap tahun.
Transportasi
dijaga. Selain kereta api, Pemda DIY mengembangkan layanan Bus Trans Jogja
yang menjadi prototipe layanan angkutan massal pada masa mendatang.
Untuk angkutan sungai, danau dan penyeberangan, Waduk Sermo yang terletak di
Kabupaten Kulon Progo yang memiliki luas areal 1,57 km² dan mempunyai
keliling ± 20 km menyebabkan terpisahnya hubungan lintas darat antara desa di
sisi waduk dengan desa lain di seberangnya. Di sektor transportasi laut dI DIY
terdapat Tempat Pendaratan Kapal (TPK) yang berfungsi sebagai pendaratan
kapal pendaratan pencari ikan, dan tempat wisata pantai. Terdapat 19 titik TPK
yang dilayani oleh ± 450 kapal nelayan.
Di sektor transportasi udara, Bandara Adisutjipto yang telah menjadi bandara
internasional sejak 2004 menjadi pintu masuk transportasi udara bagi Daerah
Istimewa Yogyakarta, baik domestik maupun internasional. Keterbatasan fasilitas
sisi udara, dan darat yang berada di Bandara Adisutjipto menyebabkan fungsi
Bandara Adisutjipto sebagai gerbang wilayah selatan Pulau Jawa tidak dapat
optimal. Status bandara yang “enclave civil” menyebabkan landas pacu yang ada
dimanfaatkan untuk dua kepentingan yakni penerbangan sipil, dan latihan terbang
militer.
Mitigasi bencana
Gambar 2.11. Korban harta benda di Kawasan Rawan Bencana (KRB) Merapi
Selain itu secara geologi di wilayah DIY terdapat beberapa patahan yang diduga
aktif. Wilayah dataran rendah yang tersusun oleh sedimen lepas, terutama hasil
endapan sungai, merupakan wilayah yang rentan mengalami goncangan akibat
gempa bumi.
Tabel 2.2. Susunan DPRD Provinsi DIY masa jabatan 2014 - 2019
Kerjasama
Gambar 2.12. Prefektur Kyoto, sebuah kerja sama sister province yang telah
berjalan lebih dari 25 tahun
Sampai tahun 2010, Pemda DIY memiliki kerja sama dengan daerah lain yang
dituangkan dalam tiga puluh perjanjian kerja sama yang masih berlaku. Dua puluh
satu buah kerja sama dengan daerah lain di dalam negeri, dan sembilan sisanya
dengan daerah lain di luar negeri, seperti program Sister Province dengan
prefektur Kyoto Jepang dan Negara Bagian California Amerika Serikat. Perjanjian
kerja sama yang baru mulai 2010 dilakukan dengan delapan daerah di dalam
negeri, dan dua kesepakatan dengan daerah lain di luar negeri.
Sejarah
Pada tahun 1942 kota Yogyakarta diduduki oleh Tentara Jepang dan pangkalan
udara Maguwo di ambil alih Tentara Jepang dari Pemerintah Hindia Belanda.
Bulan November 1945 lapangan terbang beserta fasilitasnya dapat di kuasai oleh
Badan Keamanan Rakyat (BKR) Jogjakarta Timur yang di pimpin oleh Bapak
Umar Slamet. Pada Tahun 1945 Pangkalan Udara Maguwo di ambil alih oleh
Pemerintah Republik Indonesia dan dijadikan Pangkalan Angkatan Udara untuk
mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia. Lapangan terbang ini
digunakan untuk operasional pesawat-pesawat AURI, serta untuk latihan terbang
Pada tanggal 29 Juli 1947 pesawat Dakota VT-CLA yang dikemudikan oleh
Marsekal Muda Anumerta Agustinus Adisutjipto ditembak jatuh oleh pesawat
Belanda. Pada tahun 1950 lapangan terbang Maguwo beserta fasilitas
pendukungnya seperti pembekalan diserahkan kepada AURI. Dengan adanya
pertumbuhan dan perubahan pemerintahan pangkalan udara Maguwo mengalami
perubahan nama yang di sesuaikan dengan dinamika fungsi dan peranan TNI AU.
Berdasarkan keputusan kepala staff Angkatan Udara No.76 Tahun 1952. Tanggal
17 Agustus 1952 nama pangkalan udara Maguwo diubah menjadi pangkalan
udara Adisutjipto.
Bulan April 2008, AirAsia membuat rute Yogyakarta - Kuala Lumpur menjadi
setiap hari.
Jumlah penumpang pesawat terbang yang naik maupun turun di Bandar Udara
Internasional Adisutjipto, Yogyakarta, sepanjang 2016 meningkat sekitar 13
persen dibanding 2015. Penumpang yang tercatat pada penghujung tahun 2016
berjumlah 7.208.557 orang. Sedangkan tahun 2015, tercatat 6.380.336 orang.
Berikut ini adalah maskapai yang melakukan penerbangan langsung dari
Yogyakarta:
Maskapa
Tujuan
i
Jakarta—Halim Perdanakusuma, Jakarta—Soekarno—
Batik Air
Hatta, Pontianak
Balikpapan, Denpasar/Bali, Jakarta—Halim
Citilink Perdanakusuma, Jakarta—Soekarno—Hatta, Makassar, Medan, Pek
anbaru
Garuda
Denpasar/Bali, Jakarta—Soekarno—Hatta, Makassar
Indonesia
Maskapa
Tujuan
i
Garuda
Indonesia
dioperasika
n Balikpapan, Makassar, Malang, Surabaya
oleh Explor
e dan
Explore Jet
Balikpapan, Bandar
Lampung, Yogyakarta, Banjarmasin, Batam, Denpasar/Bali, Jakarta
Lion Air
—Soekarno—Hatta, Kupang, Makassar, Mataram—Lombok, Meda
n, Padang, Palembang, Pekanbaru
Denpasar/Bali, Jakarta—Soekarno—Hatta, Palangkaraya, Palemban
NAM Air
g, Pangkal Pinang, Pontianak, Tanjung Pinang
SilkAir Singapura
Maskapa
Tujuan
i
Telepon : 62.274.484261
Facsimile : 62.274.488155
E-mail : jog@angkasapura1.co.id
a/c = B-737
Wide : Concrete Asphalt = 14.749 M2
Concrete Cement = 12.341 M2
Bandar udara Adi Sucipto terletak dalam satu kawasan dengan komplek TNI-AU.
Dalam kegiatan penerbangan landasan pacu digunakan secara bergantian dengan
pihak TNI-AU. Letakuya yang berdampingan dengan komplek militer
mengakibatkan bandar udara Adi Sucipto sulit berkembang karena banyaknya
batasan peraturan dari pihak militer.
Terminal bandar udara Adi Sucipto memiliki luas 4480 m2 yang terbagi dalam
terminal domestik kedatangan dan keberangkatan. Dalam terminal terdapat
fasilitas penunjang berupa fasilitas pelayanan umum (money changer, restaurant,
telepon umum, waving galery)
Terminal bandar udara Adi Sucipto menggunakan konsep terminal pola linier,
dengan landasan pacu menggunakan sistem single runway. Melihat konsep
terminal Bandara Adi Sucipto, maka sistem muatan penumpang dari terminal ke
pesawat berjalan melalui apron dan untuk bagasi menggunakan kendaraan khusus.
Bandar Udara Adi sucipto termasuk jenis bandar udara kalsifikasi kelas IB,
dengan panjang runway (± 2200 m) yang pendek saat ini pesawat yang dapat
mendarat di bandar udara antara lain Garuda jenis B-737/300 berkapasitas 108
seat, Garuda jenis B-737/400 berkapasitas 124 atau 132 seat, Garuda jenis B-
737/500 berkapasitas 92 seat, serta Garuda jenis F-28/1000 berkapasitas 65 seat.
Kenyamanan
Bandar Udara Adi Sucipto terletak pada ketinggian 350 ft atau 106.6 meter di atas
permukaan air laut, dengan temperatur rata-rata :
Kenyamanan visual bandar udara Adi Sucipto sebagai pintu gerbang kota
Yogyakarta kurang dapat dijadikan sebagai point of interest, karena komplek
bandar udara yang menjadi satu dengan komplek militer TNI-AU yang berkesan
kaku dan tertutup. View dari dan ke bandar udara Adi Sucipto terhalang oleh
komplek pemukiman penduduk yang padat dan jalur kereta api.
Melihat kondisi kenyamanan pada bandar udara Adi Sucipto, secara kenyaman
termal sudah cukup terpenuhi, termasuk masalah kebisingan dengan memberikan
material khusus pada ruang-ruang publik (dengan dinding kedap suara, misal pada
ruang tunggu), sedangkan untuk kenyamanan visual pada bandar udara Adi
Sucipto masih kurang. Untuk masalah radiasi matahari, letak bangunan ini sudah
sesuai dengan faktor iklim lokalnya agar memperoleh keuntungan sebanyaknya.
Sedang untuk memantulkan dan menyebarkan radiasi dapat ditambahkan
tumbuhan sebagai pelindung.
Padahal bandara Adisutjipto yang berdiri di tanah milik TNI Angkatan Udara ini
hanya memiliki kapasitas 1,8 juta penumpang per tahun. Jadi, jangan heran kalau
setiap harinya kepadatan penumpang di bandara ini tak terelakkan. Mulai dari
antrian check in hingga boarding, termasuk juga antri landing hingga bagasi.
Bandara Sutjipto saat ini memiliki 11 parking stands, namun yang aktif digunakan
hanya 10. Direktur Pemasaran dan Pelayanan AP I, Devy Suradji mengatakan
pada jam sibuk sekitar pukul 07.00 WIB dan pada pukul 17.00-18.00 WIB jumlah
penumpang di ruang tunggu akan membludak. Termasuk perjalanan umroh dan
haji, perjalanan dialihkan ke Solo (Bandara Internasional Adi Sumarmo) karena
tidak akan muat di Bandara Adi Sucipto, mengingat fakta yang umroh 1 yang
mengantar hingga 20 orang, lobi dan parkir tidak memadai.
menunjukkan tren peningkatan, dari tahun 2015 sebanyak 49.395, tahun 2016
sebanyak 53.752, dan di tahun 2017 mencapai 57.677 dengan rata-rata persentase
kenaikan 7,30 persen.
Kenaikan yang terlalu tinggi dari standar ini pun membuat ruang gerak
penumpang jadi terbatas di bandara Adisutjipto. Padahal sesuai standar
Kementerian Perhubungan setiap 1 orang penumpang idealnya berhak
mendapatkan ruang 8 meter persegi di ruang tunggu, namun saat ini hanya
mendapat ruang 1,2 meter persegi.
Ruang tunggu bandara Adisutjipto terdiri dari terminal A dan B, dimana terminal
A khusus penerbangan domestik, sementara terminal B untuk penerbangan
domestik dan internasional. Terlalu minimnya lahan, untuk penerbangan
internasional ruang tunggunya menyatu dengan ruang tunggu domestik. Tak
hanya ruang tunggu, ruang pemeriksaan bandara ini juga nampak minim untuk
menampung jumlah penumpang yang banyak.
Dengan demikian untuk mendesain suatu area parkir di badan jalan ada 2 pilihan
yakni pola pararel dan menyudut.
Dalam kaitannya antara hukum dengan perparkiran, maka pada saat pemilik
kendaraan memutuskan untuk memarkirkan kendaraannya di areal parkir baik
itu on street parking maupun off street parking, sudah terjadi hubungan hukum
antara pemilik kendaraan dan pengelola parkir.
Selain parkir on street juga dikenal parkir diluar bahu jalan yaitu off street. Yang
dimaksud dengan diluar bahu jalan antara lain pada kawasan tertentu seperti pusat
perbelanjaan, bisnis maupun perkantoran yang menyediakan fasilitas parkir untuk
umum. Parkir off street dapat diselenggarakan oleh Badan Hukum maupun Warga
Negara Indonesia dengan mendapatkan izin penyelenggaraan parkir baik murni
maupun perpanjangan yang diberikan oleh gubernur (BP Parkir) dengan suatu
kerja sama bagi hasil. Pada parkir off streetterdapat beberapa hubungan selain
hubungan hukum antara pengelola parkir dengan BP parkir. Pada umumnya
pengelola parkir tidak memiliki areal atau gedung sendiri melainkan menjalin
kerja sama dengan pemilik atau pengelola gedung/areal parkir tertentu.
Pada umunya konstruksi hukum yang berlaku dalam perparkiran adalah perjanjian
penitipan barang. Perjanjian penitipan barang sendiri diatur dalam pasal 1694
KUHPerdata. Menurut kata-kata pasal itu, penitipan adalah suatu perjanjian “riil”
yang berarti bahwa baru terjadi dengan dilakukannya suatu perbuatan yang nyata,
yaitu diserahkan barang yang dititipkan, jadi tidak seperti perjanjian lainnya yang
umunya adalah kosensual, yaitu sudah dilahirkan pada saat tercapainya sepakat
tentang halhal pokok dari perjanjian itu.
E. PERMASALAHAN PERPARKIRAN
roda 2
Kendaraan roda 4 (mobil penumpang)
Bus/ Truk
Becak
Aktifitas suatu pusat kegiatan akan menimbulkan aktifitas parkir kendaraan yang
berpotensi menimbulkan masalah antara lain:
1. Bangkitan tidak tertampung oleh fasilitas parkir di luar badan jalan yang
tersedia, sehingga meluap ke badan jalan. Luapan parkir di badan jalan
akan mengakibatkan gangguan kelancaran arus lalulintas.
2. Tidak tersedianya fasilitas parkir di luar badan jalan sehingga bangkitan
parkir secara otomatis memanfaatkan badan jalan untuk parkir.
Hubungan Hukum yang timbul antara pengelola parkir dan konsumen serta
berbagai permasalahan di atas memunculkan kepekaan masyarakat dalam
fenomena sosial yang membuat sikrap kritis dalam masalah perparkiran.
memarkir satu kendaraan (mobil penumpang, truk, motor) termasuk ruang bebas
dan lebar bukaan pintu. Untuk menentukan SRP didasarkan pada hal berikut:
Penentuan satuan ruang parkir (SRP) dibagi atas tiga jenis kendaraan seperti pada
tabel berikut :
Table Ukuran Satuan Ruang Parkir Mobil Penumpang (dalam meter) (sumber
Direktorat Jendral Perhubungan Darat, 1996)
Tabel Ukuran Satuan Ruang Parkir Bus dan Truck (dalam meter) (sumber
Direktorat Jendral Perhubungan Darat, 1996)
G. KARAKTERISTIK PARKIR
Volume Parkir
Volume parkir adalah jumlah kendaraan pada periode waktu tertentu, biasanya
perhari (Hobbs, 1979). Rumus yang digunakan untuk menghitung adalah:
Keterangan :
Akumulasi Parkir
Akumulasi parkir adalah jumlah kendaraan parkir dalam satuan jam per periode
waktu tertentu (Hobbs, 1979). pada periode waktu tertentu, biasanya perhari
(Hobbs, 1979).
Durasi parkir adalah lama waktu yang dihabiskan oleh pemarkir pada ruang parkir
yang dinyatakan dalam jam. Rumus yang digunakan dalam menghitung durasi
parkir adalah :
Keterangan:
Keterangan: T
Kapasitas Parkir
Keterangan:
Penyediaan Parkir
Keterangan:
Indeks Parkir
dimana:
BAB III
METODOLOGI
A. RUANG LINGKUP
B. PENDEKATAN PENELITIAN
C. VARIABEL PENELITIAN
Volume Parkir
Volume parkir adalah jumlah kendaraan pada periode waktu tertentu, biasanya
perhari (Hobbs, 1979). Rumus yang digunakan untuk menghitung adalah:
Keterangan :
Akumulasi Parkir
Akumulasi parkir adalah jumlah kendaraan parkir dalam satuan jam per periode
waktu tertentu (Hobbs, 1979). pada periode waktu tertentu, biasanya perhari
(Hobbs, 1979).
Durasi parkir adalah lama waktu yang dihabiskan oleh pemarkir pada ruang parkir
yang dinyatakan dalam jam. Rumus yang digunakan dalam menghitung durasi
parkir adalah :
Keterangan:
Keterangan: T
Kapasitas Parkir
Keterangan:
Penyediaan Parkir
Keterangan:
Indeks Parkir
dimana:
F. KELUARAN