Anda di halaman 1dari 10

SISTEM ADMINISTRASI NEGARA INDONESIA

KEBIJAKAN PEMERINTAH YOGYAKARTA PADA MASA SULTAN


HAMENGKUBUWONO IX DALAM SISTEM KESULTANAN

Dosen Pengajar: Retno Wulan Sekarsari, S.AP, M.AP, M.Pol.Sc

Disusun Oleh:
1) Yogi Pratama (22201091025)
2) Jihan Fira Fadhila (22201091027)
3) Alfrida Mayang Arum Maf’ula (22201091029)
4) Nofindy Citra Danisma (22201091030)
5) Amanda Ayu Febriana (22201091032)

UNIVERSITAS ISLAM MALANG


2022/2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta

karunia-NYA. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurah limpahkan kepada Baginda Nabi

Muhammad SAW serta segenap keluarga dan sahabatnya. Khususnya pada kesempatan ini kami

juga bersyukur karena telah menyelesaikan tugas ini.

Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah “Sistem Administrasi

Negara Indonesia” yang berjudul “Kebijakan Pemerintahan Yogyakarta pada Masa Sultan

Hamengkubuwono IX dalam Sistem Kesultanan”. Penyusunan makalah ini berhasil karena hasil

diskusi antar anggota kelompok. Oleh karena itu, kami mengucapkan terimakasih yang

sebanyak-banyaknya, semoga bantuannya kelak dibalas oleh Allah SWT dengan berlipat ganda

kebaikan.

Dengan demikian kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Baik dari

segi materi maupun cara penyampaiannya. Oleh karena itu kami mohon kritik dan saran dari

pembaca untuk memperbaiki makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca.

Malang, 17 Oktober 2022


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................................2
BAB 1 PENDAHULUAN..........................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................................5
2.1 SEJARAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA...................................................................5
2.2 KEISTIMEWAAN PEMERINTAHAN.........................................................................................5
2.3 KESTABILAN EKONOM...............................................................................................................5

2.4 UPAYA PENINGKATA PEREKONOMIAN…………………………………………………………………………….5

BAB III PENUTUP……………………………………………………………………………………………………………………………….6

3.1 KESIMPULAN………………………………………………………………………………………………………………………….6
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sri Sultan Hamengkubuwono IX yang lahir dengan nama Gusti Raden Mas
Dorodjatun, merupakan Sultan Yogyakarta yang ke-9 dan Gubernur pertama Daerah
Istimewa Yogyakarta. Ia merupakan  Wakil Presiden Indonesia kedua yang menjabat
pada tahun 1973–1978. Namun, kali ini kami akan membahas tentang pemerintahan
Sultan Hamengkubuwono IX saat menjabat menjadi Sultan Yogyakarta.
Masa jabatan Sultan Hamengkubuwono IX dalam Kesultanan Yogyakarta terjadi dari
tahun 1940-1988. Dilanjutkna dengan beliau menjabat sebagai Wakil Presiden Indonesia
kedua dari tahun 1973-1978. Beliau juga menjabat sebagai Menteri Koordinator
Ekonomi, Keuangan, dan Industri Indonesia ke-1 dari tahun 1966-1973.
Dalam masa pemerintahan Sultan Hamengkubuwono IX, banyak sekali kebijakan
pemerintahnnya yang bisa dijadikan objek penelitian dalam sistem administrasinya.
Dalam hal ini kami mengambil cara Sultan Hamengkubuwono pengistimewaan daerah,
cara meningkatkan erekonomian masyarakat dan cara menstabilkan ekonomi daerahnya.
Kami mengambil hal ini untuk diteliti karena masih sangat jarang ditemui penelitian
tentang Kesultanan Yogyakarta masa Sultan Hamengkubuwono IX. Kami juga
terinspirasi dari beliau, karena beliau banyak memiliki jasa atas Indonesia dan
Yogyakarta beliau dianugerahi gelar Pahlawan Nasional pada tahun 1990.

1.2. Rumusan Masalah


1) Bagaimana upaya kesultanan Hamengkubuwono IX dalam mengistimewakan
daerahnya?
2) Apa daya upaya yang dilakukan Sultan Hamengkubuwono IX dalam meningkatkan
perekonomian masyarakat?
3) Bagaimana cara Sultan Hamengkubuwono IX menstabilkan ekonomi daerahnya?
1.3. Tujuan Penulisan
1) Untuk memperdalam materi tentang administrasi negara dengan banyak membaca
sumber referensi
2) Untuk lebih mengetahui tentang masa pemerintahan Yogyakarta Kesultanan
Hamengkubuwono IX
3) Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah “Sistem Administrasi Negara
Indonesia”
1.4. Manfaat Penulisan
Kami berharap hasil diskusi yang kami lakukan akan bermanfaat bagi para
pembaca dan peneliti selanjutnya. Khusunya tentang sistem administrasi pemerintahan
kesultanan Yogyakarta pada masa Sultan Hamengkubuwono IX.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 SEJARAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
Daerah Istimewa Yogyakarta atau biasa disingkat dengan DIY adalah salah satu
daerah otonom setingkat provinsi yang ada di Indonesia. Provinsi ini beribukota di
Yogyakarta. Dari nama daerah ini yaitu Daerah Istimewa Yogyakarta sekaligus statusnya
sebagai Daerah Istimewa. Status sebagai Daerah Istimewa berkenaan dengan runtutan
sejarah berdirinya provinsi ini, baik sebelum maupun sesudah Proklamasi Kemerdekaan
Republik Indonesia. Menurut Babad Gianti, Yogyakarta atau Ngayogyakarta (bahasa
Jawa) adalah nama yang diberikan Paku Buwono II (raja Mataram tahun 1719-1727)
sebagai pengganti nama pesanggrahan Gartitawati.

Yogyakarta berarti Yogya yang kerta (makmur), sedangkan Ngayogyakarta


Hadiningrat berarti Yogya yang makmur dan yang paling utama. Sumber lain
mengatakan, nama Yogyakarta diambil dari nama (ibu) kota Sanskrit Ayodhya dalam
epos Ramayana. Dalam penggunaannya sehari-hari, Yogyakarta lazim diucapkan
Jogja(karta) atau Ngayogyakarta (bahasa Jawa). Sebelum Indonesia merdeka, Yogyakarta
sudah mempunyai tradisi pemerintahan karena Yogyakarta adalah Kasultanan, termasuk
di dalamnya terdapat juga Kadipaten Pakualaman. Daerah yang mempunyai asal-usul
dengan pemerintahannya sendiri, di jaman penjajahan Hindia Belanda
disebut Zelfbesturende Landschappen. Di jaman kemerdekaan disebut dengan nama
Daerah Swapraja. Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat berdiri sejak 1755 didirikan
oleh Pangeran Mangkubumi yang kemudian bergelar Sultan Hamengku Buwono I.
Kadipaten Pakualaman, berdiri sejak 1813, didirikan oleh Pangeran Notokusumo,
(saudara Sultan Hamengku Buwono II ) kemudian bergelar Adipati Paku Alam I. Baik
Kasultanan maupun Pakualaman, diakui oleh Pemerintah Hindia Belanda sebagai
kerajaan dengan hak mengatur rumah tangga sendiri.

2.2 KEISTIMEWAAN PEMERINTAHAN


Dalam rangka merealisasikan terbentuknya organ-organ pemerintah daerah
sebagai manifestasi dari demokratisasi sistem pemerintahan, pemerintah DIY
menyelenggarakan pemilihan umum (Pemilu) lokal untuk memilih anggota DPRD.
Penyelenggaraan Pemilu lokal di DIY ini dilangsungkan dalam sistem pemilihan
bertingkat dan didasarkan pada UU No. 7 tahun 1950 serta dimaksudkan sebagai
percobaan sekaligus percontohan bagi daerah-daerah lain dalam lingkungan NKRI
(Kedaulatan Rakjat, 20 Agustus 1950).

Pemilu lokal untuk memilih anggota DPRD DIY yang diselenggarakan pada 16
Juli hingga 9 Nopember 1951 ini merupakan Pemilu pertama dan satu-satunya yang
pernah diselenggarakan di Negara RI pada waktu itu. Menariknya justru itu
diselenggarakan oleh pemerintah DIY di bawah pimpinan Sultan HB IX dan Paku Alam
VIII sebagai Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah yang nota bene adalah penguasa
kraton-kraton Yogyakarta yang mestinya sangat otokratis. Dengan bertitik tolak dari hal-
hal tersebut, maka sangat menarik untuk mengkaji lebih lanjut bagaimana proses
demokratisasi jalannya pemerintahan di DIY itu berlangsung secara harmonis sejak
terintegrasinya DIY ke dalam NKRI hingga penyelenggaraan Pemilihan Umum tahun
1955 yang demokratis.

Dengan kembalinya bentuk NKRI membawa konsekuensi terhadap sistem tata


pemerintahan DIY di mana berdasarkan UU No. 3 tahun 1950, DIY mempunyai
kedudukan sebagai daerah otonom setingkat provinsi. Dalam hal ini kekuasaan
pemerintahan daerah tertinggi di daerah otonom adalah dipegang oleh DPRD dan DPD
(Sekretariat Negara, 1950: 178-180). Oleh karena itu pemerintah DIY sesuai dengan
amanat UU No. 7 tahun 1950 tentang Pembentukan DPRD, maka pada tanggal 16 Juli
hingga 10 Nopember 1951 menyelenggarakan Pemilu untuk memilih anggota DPRD
dengan sistem pemilihan bertingkat di mana masyarakat yang memiliki hak pilih memilih
pemilih yang akan memilih anggota-anggota DPRD (Kedaulatan Rakjat, 15 Djuli 1951).
Mekanisme Pemilu diawali dari pendaftaran, pengajuan calon untuk pemilih, pendaftaran
pemilih umum pemilihan pemilih di Kelurahan, pengajuan calon anggota DPRD di
Kabupaten dan Kota Praja, pemungutan suara calon anggota DPRD di
Kapanewon/Kemantren PP dan penetapan hasil pemilihan anggota DPRD
(Prodjopramudjo, 1951).

2.3 UPAYA PENINGKATAN PEREKONOMIAN


2.4 KESTABILAN EKONOMI
Permasalahan inflasi yang melambung tinggi, pemerintah memerlukan berbagai
kebijaksanaan di bidang ekonomi untuk menurunkannya. Dalam hal ini pemerintah pun
mulai berusaha merealisasikan berbagai kebijaksanaan yang sudah dituangkan dalam
progam stabilisasi, konsolidasi, dan rehabilitasi.

Menurut Baskoro & Sunaryo (2011), Sultan HB IX muncul sebagai aktor yang
berpengaruh dalam penstabilan ekonomi Indonesia. Sesudah Supersemar, terjadi
perombakan kabinet dan Sultan HB IX diangkat menjadi Wakil Perdana Menteri Ekonomi,
Keuangan, dan Pembangunan (Waperdam Ekubang). Kabinet ini berusia hanya empat bulan,
karena setelah 5 Juli 1966 terjadi perombakan kabinet yang memfokuskan perhatian dari
politik ke bidang ekonomi dan peranan sultan HB IX semakin terlihat karena Sultan HB IX
ditunjuk menjadi Menutama Bidang Ekonomi dan Keuangan dalam Kabinet Ampera I.
Kabinet Ampera dibentuk pada 25 Juli 1966 dan berakhir pada 17 Oktober 1967.

Pelaksanaan stabilisasi ekonomi yaitu mengadakan progam penghematan


pengeluaran di segala bidang, terutama pembiayaan proyekproyek yang secara ekonomi
tidak menguntungkan; tidak mengeluarkan biaya besar-besaran untuk melakukan investasi
atau penggantian alat-alat produksi. Setelah situasi perekonomian sudah jelas, strategi
berikutnya ialah membuka kembali kerjasama dengan bantuan asing. langkah pertama yang
dilakukan ialah terlebih dahulu memulihkan kembali kepercayaan dunia internasional
dengan iktikad baik mampu memenuhi kewajibannya dalam bidang ekonomi dan keuangan.
Untuk mewujudkannya, maka perlu melakukan beberapa tindakan dengan bergabung
kembali sebagai anggota di lembaga-lembaga ekonomi dan, menghubungi langsung para
kreditor dengan maksud memberikan keterangan tentang keadaan ekonomi yang sebenarnya
sejak awal tahun 1966, dan berunding kepada pihak luar negeri untuk mengatur kembali
pembayaran cicilan dan bunga hutang Indonesia. Sikap yang harus ditujukan ialah
menghargai setiap bantuan yang lebih positif berupa kredit baru dengan prasyarat yang tidak
melampaui kemampuan ekonomi Indonesia. permasalahan ekonomi awal merupakan
permasalahan serius yang harus segera diselesaikan.
Munculnya Sultan HB IX sebagai tokoh utama dalam stabilisasai dan rehabilitasi
ekonomi beserta dengan para pakar ekonom terkemuka bergerak cepat untuk mengatasi
permasalahan ekonomi tersebut. Setelah Sultan HB IX diberikan kepercayaan untuk
pemulihan ekonomi, ia langsung mengeluarkan statement politik ekonominya sebanyak 2
kali. Statement pertama disampaikan mengenai ditujukan khusus kepada luar negeri untuk
menerangkan keadaan ekonomi yang terjadi di Indonesia dan keinginan untuk bekerja-sama
dengan negara-negara lain dengan tujuan saling menguntungkan satu sama yang lain.
Statement yang kedua berkaitan tentang penyampaian masalah-masalah ekonomi yang
dihadapi oleh Indonesia sekaligus mengumumkan kebijakan untuk menyelesaikannya.

BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Di bawah pimpinan Sultan Hamengkubuwono IX dan Paku Alam VIII sebagai kepala
daerah dan wakil kepala daerah cara pengistemawaan yang dilakukan oleh Sultan
Hamenkubuwono IX yaitu dilakukanya pemilu di Yogyakarta pada tahun 1955.Dan juga
penstabilan ekonomi yang dilakukan oleh Sultan Hamengkubuwono untuk daerah Yogyakarta
adalah mengadak progam penghematan pengeluaran di segala bidang dan juga mencoba
melakukan kerja sama ke luar negeri

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai