Disusun Oleh:
1) Yogi Pratama (22201091025)
2) Jihan Fira Fadhila (22201091027)
3) Alfrida Mayang Arum Maf’ula (22201091029)
4) Nofindy Citra Danisma (22201091030)
5) Amanda Ayu Febriana (22201091032)
Alhamdulillah puji syukur bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta
karunia-NYA. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurah limpahkan kepada Baginda Nabi
Muhammad SAW serta segenap keluarga dan sahabatnya. Khususnya pada kesempatan ini kami
Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah “Sistem Administrasi
Negara Indonesia” yang berjudul “Kebijakan Pemerintahan Yogyakarta pada Masa Sultan
Hamengkubuwono IX dalam Sistem Kesultanan”. Penyusunan makalah ini berhasil karena hasil
diskusi antar anggota kelompok. Oleh karena itu, kami mengucapkan terimakasih yang
sebanyak-banyaknya, semoga bantuannya kelak dibalas oleh Allah SWT dengan berlipat ganda
kebaikan.
Dengan demikian kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Baik dari
segi materi maupun cara penyampaiannya. Oleh karena itu kami mohon kritik dan saran dari
pembaca untuk memperbaiki makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca.
3.1 KESIMPULAN………………………………………………………………………………………………………………………….6
BAB I
PENDAHULUAN
Sri Sultan Hamengkubuwono IX yang lahir dengan nama Gusti Raden Mas
Dorodjatun, merupakan Sultan Yogyakarta yang ke-9 dan Gubernur pertama Daerah
Istimewa Yogyakarta. Ia merupakan Wakil Presiden Indonesia kedua yang menjabat
pada tahun 1973–1978. Namun, kali ini kami akan membahas tentang pemerintahan
Sultan Hamengkubuwono IX saat menjabat menjadi Sultan Yogyakarta.
Masa jabatan Sultan Hamengkubuwono IX dalam Kesultanan Yogyakarta terjadi dari
tahun 1940-1988. Dilanjutkna dengan beliau menjabat sebagai Wakil Presiden Indonesia
kedua dari tahun 1973-1978. Beliau juga menjabat sebagai Menteri Koordinator
Ekonomi, Keuangan, dan Industri Indonesia ke-1 dari tahun 1966-1973.
Dalam masa pemerintahan Sultan Hamengkubuwono IX, banyak sekali kebijakan
pemerintahnnya yang bisa dijadikan objek penelitian dalam sistem administrasinya.
Dalam hal ini kami mengambil cara Sultan Hamengkubuwono pengistimewaan daerah,
cara meningkatkan erekonomian masyarakat dan cara menstabilkan ekonomi daerahnya.
Kami mengambil hal ini untuk diteliti karena masih sangat jarang ditemui penelitian
tentang Kesultanan Yogyakarta masa Sultan Hamengkubuwono IX. Kami juga
terinspirasi dari beliau, karena beliau banyak memiliki jasa atas Indonesia dan
Yogyakarta beliau dianugerahi gelar Pahlawan Nasional pada tahun 1990.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 SEJARAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
Daerah Istimewa Yogyakarta atau biasa disingkat dengan DIY adalah salah satu
daerah otonom setingkat provinsi yang ada di Indonesia. Provinsi ini beribukota di
Yogyakarta. Dari nama daerah ini yaitu Daerah Istimewa Yogyakarta sekaligus statusnya
sebagai Daerah Istimewa. Status sebagai Daerah Istimewa berkenaan dengan runtutan
sejarah berdirinya provinsi ini, baik sebelum maupun sesudah Proklamasi Kemerdekaan
Republik Indonesia. Menurut Babad Gianti, Yogyakarta atau Ngayogyakarta (bahasa
Jawa) adalah nama yang diberikan Paku Buwono II (raja Mataram tahun 1719-1727)
sebagai pengganti nama pesanggrahan Gartitawati.
Pemilu lokal untuk memilih anggota DPRD DIY yang diselenggarakan pada 16
Juli hingga 9 Nopember 1951 ini merupakan Pemilu pertama dan satu-satunya yang
pernah diselenggarakan di Negara RI pada waktu itu. Menariknya justru itu
diselenggarakan oleh pemerintah DIY di bawah pimpinan Sultan HB IX dan Paku Alam
VIII sebagai Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah yang nota bene adalah penguasa
kraton-kraton Yogyakarta yang mestinya sangat otokratis. Dengan bertitik tolak dari hal-
hal tersebut, maka sangat menarik untuk mengkaji lebih lanjut bagaimana proses
demokratisasi jalannya pemerintahan di DIY itu berlangsung secara harmonis sejak
terintegrasinya DIY ke dalam NKRI hingga penyelenggaraan Pemilihan Umum tahun
1955 yang demokratis.
Menurut Baskoro & Sunaryo (2011), Sultan HB IX muncul sebagai aktor yang
berpengaruh dalam penstabilan ekonomi Indonesia. Sesudah Supersemar, terjadi
perombakan kabinet dan Sultan HB IX diangkat menjadi Wakil Perdana Menteri Ekonomi,
Keuangan, dan Pembangunan (Waperdam Ekubang). Kabinet ini berusia hanya empat bulan,
karena setelah 5 Juli 1966 terjadi perombakan kabinet yang memfokuskan perhatian dari
politik ke bidang ekonomi dan peranan sultan HB IX semakin terlihat karena Sultan HB IX
ditunjuk menjadi Menutama Bidang Ekonomi dan Keuangan dalam Kabinet Ampera I.
Kabinet Ampera dibentuk pada 25 Juli 1966 dan berakhir pada 17 Oktober 1967.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Di bawah pimpinan Sultan Hamengkubuwono IX dan Paku Alam VIII sebagai kepala
daerah dan wakil kepala daerah cara pengistemawaan yang dilakukan oleh Sultan
Hamenkubuwono IX yaitu dilakukanya pemilu di Yogyakarta pada tahun 1955.Dan juga
penstabilan ekonomi yang dilakukan oleh Sultan Hamengkubuwono untuk daerah Yogyakarta
adalah mengadak progam penghematan pengeluaran di segala bidang dan juga mencoba
melakukan kerja sama ke luar negeri
DAFTAR PUSTAKA