Anda di halaman 1dari 5

Rangkuman IPS

Nama : Amarissa Alya Tsabita Kelas : VI A Absen : 04

A.Perkembangan Sistem Administrasi Wilayah 1. Pengertian Sistem Administrasi Wilayah Sistem administrasi wilayah adalah kegiatan yang berkatian dengan pengaturan wilayah.Sistem ini diperlukan guna mengatur dan menjaga keutuhan wilayah dan bangsa Indonesia.Pasal 18 ayat 1 dan 2 UUD 1945 menjelaskan bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia terdiri atas wilayah provinsi,dan wilayah provinsi dibagi atas wilayah kabupaten dan kota.Tiap-tiap provinsi,kabupaten,dan kota mempunyai pemerintahan yang mengatur dan mengurus sendiri ursan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan. Mengenai struktur pemerintahan Indonesia dapat dilihat pada tabel di bawah ini! No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Administrasi Wilayah Pemerintah Pusat Provinsi Kabupaten/Kota Kecamatan Kelurahan/Desa Rukun Warga(RW) Rukun Tetangga(RT) Pemimpin Presiden Gubernur Bupati/Wali Kota Camat Lurah/Kepala Desa Ketua RW Ketua RT

2. Perubahan Administrasi Wilayah di Indonesia Tujuan pembentukan administrasi wilayah adalah sebagai berikut. a. Memudahkan jalannya pemerintah di wilayah RI b. Melancarkan kegiatan pelaksanaan progam pembangunan yang terbesar di seluruh pelosok negara dan kegiatan progam progam pemerintah lainnya. c. Membina kestabilan politik serta menjaga kesatuan dan persatuan bangsa. Sejarah perkembangan administrasi wilayah di Indonesia adalah sebagai berikut: a. Masa Awal Kemerdekaan (1945) Adapun tiap provinsi dikepalai oleh seorang gubernur. 1) Provinsi Sumatra dipimpin oleh Mr. Teuku Hassan 2) Provnsi Jawa Barat oleh Sutarjo Kartohadikusumo 3) Provinsi Jawa Tengah oleh R. Panji Suroso 4) Provinsi Jawa Timur oleh R.A. Suryo 5) Provinsi Sunda Kecil oleh Mr. I. Gusti Ketut Puja 6) Provinsi Maluku oleh MR. J. Laturhary 7) Provinsi Sulawesi oleh Dr. G.S.S.J. Ratulangie 8) Provinsi Kalimantan oleh Ir. Pangeran Mohammad Nor

b. Masa Mempertahankan Kemerdekaan (1945-1949)

Negara-negara boneka buatan Belanda diberi status sebagai negara bagian dan daerah otonom. Kedudukan negara-negara tersebut disahkan pada Konferensi Meja Bundar (KMB) di Den Haag (Belanda) pada tahun 1949. Pada masa mempertahankan kemerdekaan (1945-1949),Belanda mengakui Indonesia dalam bentuk negara Republik Indonesia Serikat (RIS). Pembaian wilayah Indonesia saat itu terdiri atas enam negara bagian,Sembilan daerah otonom,dan satu negara Republik Indonesia.

c. Masa Demokrasi Terpimpin dan Orde Lama (1950-1966) Akhirnya tanggal 17 Agustus 1950 secara resmi Indonesia kembali ke bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).Pada tahun 1950 beberapa provinsi dimekarkan. Provinsi Sumatra dipecah menjadi Provinsi Sumatra Utara,Sumatra Tengah,dan Sumatra Selatan. Yogyakarta menjadi provinsi baru sebagai pemekaran dari Provinsi Jawa Tengah. Pada tahun 1956 Provinsi Kalimantan dipecah menjadi Provinsi Kalimantan Barat,Kalimantan Selatan,dan Kalimantan Timur. Provinsi Sumatra Utara menjadi Provinsi Sumatra Utara dan Provinsi DI Aceh. DKI Jakarta manjadi provinsi baru pecahan dari Provinsi Jawa Barat. Jumlah provinsi di Indonesia pada tahun 1956 berjumlah 15 provinsi. Pada tahun 1957 Provinsi Sumatra Tengah dipecah menjadi Provinsi Riau dan Jambi,serta Provinsi Sumatra Barat. Sementara itu,terbentuk Provinsi Kalimantan Tengah sebagai hasil pemekaran dari Provinsi Kalimantan Selatan. Jumlah provinsi di Indonesia pada tahun 1957 menjadi 17 provinsi. Pada tahun 1958 Provinsi Sunda Kecil dipecah menjadi Provinsi Bali,Nusa Tenggara Barat,dan Nusa Tenggara Timur. Provinsi Riau dan Jambi dipisah menjadi Provinsi Riau dan Provinsi Jambi. Dengan demikian jumlah provinsi di Indonesia pada tahun 1958 menjadi 20 provinsi. Pada tahun 1959,Provinsi Lampung dibentuk sebagai pemekarandari Provinsi Sumatra Selatan.Setahun kemudian,Provinsi Sulawesi dipecah menjadi Provinsi Sulawesi Tengah dan Sulawesi Utara serta Provinsi Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara. Pada tahun 1964,dibentuk Provinsi Sulawesi Tengah (pemekaran dari Provinsi Sulawesi Utara dan Sulawesi Tengah) serta Provinsi Sulawesi Tenggara (pemekaran dari Provinsi Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara). Antara tahun 1959-1964 provinsi di Indonesia menjadi 24 provinsi.

d. Masa Orde Baru (1966-1998) Pada masa orde baru terjadi pemekaran beberapa provinsi. Jumlah provinsi di Indonesia bertambah manjadi 27 provinsi.

1) Tahun 1967,dibentuk Provinsi Bengkulu yang merupakan hasil pemekaran dari Provinsi Sumatra Selatan. 2) Tahun 1969,Irian Barat secara resmi menjadi salah satu provinsi di Indonesia denagn nama Irian Jaya. 3) Tahun 1976,Timor Timur bergabung dengan Republik Indonesia dan dinyatakan sebagai provinsi ke-27. e. Masa Reformasi (1998-Sekarang) Sekitar tahun 1999,Timor Timur memisahkan diri dari Indonesia. Timor Timur kemudian berada di bawah naungan PBB. Pada tahun 2002 Timor Timur menjadi negara baru dengan nama Timor Leste. Pemekaran provinsi di Indonesia yang terjadi sejak tahun 1999 adalah sebagai berikut. 1) Maluku Utara (pemekaran dari Provinsi Maluku) dengan ibu kota Sofifi menjadi provinsi ke-27. 2) Banten (pemekaran dari Provinsi Jawa Barat) dengan ibu kota Serang menjadi provinsi ke-28 pada tanggal 17 Oktober 2000. 3) Kepulauan Bangka Belitung (pemekaran dari Provinsi Sumatra Selatan dengan ibu kota Pangkal Pinang menjadi provinsi ke-29 pada tanggal 4 Desember 2000. 4) Gorontalo(pemekaran dari Provinsi Sulawesi Utara) dengan ibu kota Gorontalo menjadi provinsi ke-30 pada tanggal 22 Desember 2000. 5) Irian Jaya Barat (pemekaran dari Provinsi Papua) dengan ibu kota Manokwari,menjadi provinsi ke-31 pada tanggal 21 November 2001.Provinsi ini kemudian berubah nama menjadi Provinsi Papua Barat pada tanggal 18 April 2007. 6) Pada tanggal 11 November 2001,dibentuk Provinsi Irian Jaya Tengah (pemekaran dari Provinsi Papua).Namun pemekaran ini dibatalkan. 7) Kepulauan Riau (pemekaran dari Provinsi Riau) dengan ibu kota Tanjung Pinang,menjadi provinsi ke-32 pada tanggal 25 Oktober 2002. 8) Sulawesi Barat (pemekaran dari Provinsi Sulawesi Selatan) dengan ibu kota Mamuju,menjadi provinsi ke-33 pada tanggal 5 Oktober 2004.

B. Wilayah Perairan di Indonesia 1. Penetapan Wilayah Perairan Indonesia Wilayah Indonesia pada saat proklamasi kemerdekaan masih mengikuti Territoriale Zee en Maritieme Ordonantie tahun 1939. Ir. Djuanda Kartawidjaja menyatakan bahwa Indonesia

adalah negara kepulauan dengan ribuan pulau besar dan kecil yang memiliki corak tersendiri.Pernyataan yang disampaikan pada tanggal 13 Desember 1957 itu kemudian dikenal dengan Deklarasi Djuanda. Deklarasi Djuanda menyatakan kepada dunia bahwa laut Indonesia adalah termasuk laut sekitar diantara dan di dalam Kepulauan Indonesia menjadi satu kesatuan wilayah NKRI.Untk mengukuhkan azaz Negara kepulauan ini ditetapkan Undang-Undang Nomor 4/PRP Tahun 1960 tentang Perairan Indonesia.Akhirnya sejak tahun 1960 berubahlah luas wilayah Indonesia dari 2.027.087 km2 menjadi 5.193.250 km2 ,sekitar 65% wilayahnya terdiri atas laut atau perairan.Perairan laut Indonesia berdasarkan Konvensi Hukum Laut Internasional di Jamaika tahun 1982 dibagi menjadi 3 bagian yaitu sebagai berikut. 1. Batas laut teritorial ditarik dari sebuah garis pantai pulau paling luar sejauh 12 mil laut kea rah laut lepas.Teritorial adalah daerah hokum suatu negara.Berdasarkan batas tersebut,negara Indonesia memiliki kedaulatan atas air,bawah laut,dasar laut,dan udara di sekitarnya termasuk kekayaan alam yang terdapat didalamnya. 2. Batas landas kontinen sebuah negara paling jauh 200 mil dari garis dasar ke laut bebas dengan kedalaman tidak lebih dari 200 meter. Landas kontinen adalah dasar laut dari arah pantai ke tengah laut dengan kedalaman tidak lebih dari 200 meter. Sumber daya alam yang terdapat di wilayah ini memilki batas landas kontinen di Selat Malaka. 3. Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) ditarik dari titik terluar pantai sebuah pulau sejauh 200 mil. 2. Menegakkan Kedalatan di Wilayah Perairan Indonesia Perairan Indonesia rawan akan terjadinya penyusupan atau pencurian oleh kapal-kapal asing. Untuk itu diperlukan pertahanan negara bertujuan untuk melindungi batas wilayah perairan Indonesia dari ancaman yang membahayakan.Juga diperlukan system untuk mengatur sumber daya alam dan kekayaan laut agar tetap lestari. 3. Menjaga Kelestarian Wilayah Perairan Indonesia Cara yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut. a. Menjaga air laut tetap bersih dengan tidak membuang sampah dan limbah ke laut. b. Memanfaatkan hasil laut secara tidak berlebihan. Cara yang dapat dilakukan adalah: 1) Membatasi penggunaaan beberapa alat penangkap ikan. 2) Melarang menggunakan bahan peledak atau bahan beracun untuk menangkap ikan. 3) Melarang pengambilan terumbu karang secara berlebihan. c. Menanam pohon bakau di sepanjang pantai. d. Mengelola sumber daya laut dengan pendekatan lingkungan.

Anda mungkin juga menyukai