Budidaya tanaman bahan jamu dapat dilakukan secara (1) monokultur atau (2) tumpangsari. Pola
budidaya tumpangsari terutama apabila luas areal lahan yang dimiliki terbatas. Tumpangsari yang
dilakukan bersama tanaman lain yang umur panennya lebih muda akan memberikan penghasilan
bagi petani selama menunggu hasil tanaman bahan jamunya. Beberapa keuntungan lain yang
diperoleh dengan pola tumpangsari adalah (a) mengurangi resiko kerugian pada saat harga
tanaman bahan jamu sedang murah, (2) meningkatkan produktivitas lahan, dan memperbaiki sifat
fisik dan mengawetkan tanah akibat rendahnya pertumbuhan gulma. Tanaman yang bisa
ditumpangsarikan dengan tanaman bahan jamu adalah jagung, kacang-kacangan, bawang merah,
cabai rawit, buncis, ketela pohon dan sebagainya.
Proses budidaya tanamanbahan jamu secara garis besar meliputi pembibitan, pengolahan
mediatanam, penanaman, pemeliharaan tanaman, pemanenan dan penanganan pascapanen.
Pembibitan meliputi penyemaian bibit dan penyiapan bibit sebelumditanam. Tergantung kepada
kondisi lahan, maka tahapan pada pengolahanmedia tanam dapat meliputi kegiatan persiapan
lahan, pembukaan lahan,pembentukan bedengan dan pengapuran. Pemeliharaan tanaman
meliputikegiatan penyulaman, penyiangan, pembubunan, pemupukan, pengairan danpenyiraman,
serta pengendalian hama, penyakit dan gulma
Oleh karena setiap jenis tanaman bahan jamu mempunyai atau mempersyaratkan perlakuan yang
spesifik, berikut diuraikan secara singkat proses budidaya tanaman bahan jamu kelompok empon-
empon dan temu-temuan, yang paling banyak diusahakan di lokasi penelitian, yaitu Jahe, Kunyit
dan Temulawak. Selain berdasarkan informasi yang diperoleh dilapangan, proses budidaya yang
akan diuraikan juga merujuk kepada Standar Prosedur Operasional yang diterbitkan Balai
Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (2004).
Penanaman:
Benih ditanam pada lubang tanam sedalam 5-7 cm dengan tunas menghadap ke atas, dengan
jarak tanam adalah 80 cm x 40 cm atau 60 cm x 40 cm untuk jahe putih besar atau 60 cm x 40
cm untuk jahe emprit atau jahe merah. Untuk pola tumpang sari, tanaman yang ditumpangsarikan
di tanam di antara tanaman jahe. Pada saat penanaman ini diberikan pupuk buatan SP-36 dan KCl
masing-masing sebanyak 300-400 kg/ha. Penanaman benih sebaiknya dilakukan pada awal musim
hujan.
Pemeliharaan:
Setelah penanaman dilakukan pemupukan dengan urea sebanyak 3 kali yaitu pada saat umur
tanaman mencapai 1, 2 dan 3 bulan. Pada setiap umur tanaman tersebut pupuk yang diberikan
adalah sebanyak 135-200 Kg/ha. Pada saat tanaman berumur 4 bulan diberikan pupuk kandang
sebanyak 20 ton/ha.
Selama masa pertumbuhan tanaman dilakukan penyiangan gulma dengan intensitas sesuai
dengan kondisi pertumbuhan gulma. Untuk mengurangi intensitas penyiangan dapat digunakan
mulsa tebal dari jerami atau sekam. Penyulaman dilakukan untuk menggantikan tanaman yang
tidak tumbuh setelah 1-1,5 bulan setelah penanaman. Pada saat tanaman telah membentuk
rumpun dengan 4 - 5 anakan, dilakukan pembubunan secara periodik sesuai dengan kebutuhan
agar rimpang selalu tertutup tanah dan agar drainase terpelihara dengan baik.
Selama masa pertumbuhanterdapat resiko tanaman diserang hama dan penyakit. Apabila ada
tanamanyang terserang penyakit layu bakteri, maka tanaman tersebut segeradicabut dan dibakar.
Serangan penyakit tanaman dapat dicegah ataudiatasi dengan penyemprotan fungisida.
Pemanenan:
Pemanenan dapat dilakukan setelah tanaman berumur 9 - 10 bulan, yaitu dengan cara
membongkar seluruh rimpang dengan menggunakan garpu atau cangkul. Apabila bibit yang
digunakan adalah varietas unggul jahe putih besar (Cimanggu-1) produktivitas tanaman adalah 27
ton rimpang segar per hektar, dan jika yang digunakan adalah bibit varietas unggul jahe putih
kecil (JPK3; JPK6) maka akan dihasilkan 16 ton rimpang segar per hektar. Pola tumpang sari atau
monokultur tidak terlalu berpengaruh terhadap produktivitas tanaman jahe.
Pasca Panen:
Setelahpanen, rimpang harus segera dibersihkan untuk menghindarimikroorganisme yang tidak
diinginkan, yaitu dengan cara disemprot airyang bertekanan tinggi atau dicuci dengan tangan.
Setelah pencucian,rimpang dianginkan untuk mengeringkan air pencucian. Untukpenjualan segar
rimpang dapat langsung dikemas. Apabila dijualdalam bentuk kering atau simplisia, maka rimpang
direbus beberapamenit, kemudian diiris setebal 1- 4 mm, dan kemudiandikeringkan/dijemur
sampai mencapai kadar air sekitar 8 – 10%,yaitu bila rimpang bisa dipatahkan.
Pembibitan: Bibit yang digunakan dapat berasal dari rimpang induk dan anak
rimpang. Apabila digunakan rimpang induk, maka rimpang dapat
dibelah menjadi empat bagian membujur, dan untuk anak
rimpang adalah yang mempunyai bobot 15 - 20 gr. Rimpang
yang digunakan untuk bibit adalah yang dipanen minimal 11-12
bulan. Untuk pertanaman seluas 1 ha dibutuhkan sekitar 500 kg
bibit.
Persiapan lahan:
Persiapan lahan dilakukan 15 - 21 hari sebelum benih ditanam, yaitu dengan cara digarpu atau
dicangkul sedalam 30 cm agar gembur, dibersihkan dari ranting-ranting dan sisa tanaman yang
sudah lapuk serta gulma. Setelah tanah diolah dan digemburkan, dibuat parit-parit pemisah petak.
Setiap petak tanam berukuran lebar sekitar 2-3 meter dengan panjang sesuai dengan kondisi di
lapangan.
Penanaman:
Penanaman benih sebaiknya dilakukan pada awal musim hujan. Benih ditanam pada lubang tanam
sedalam 5-7 cm dengan tunas menghadap ke atas, dengan jarak tanam bervariasi yaitu 50 x 40
cm, 50 x 50 cm atau 50 x 60 cm. Apabila kunyit ditanam secara tumpang sari dengan tanaman
kacang tanah, maka jarak tanamnya adalah 75 x 50 cm. Pada saat penanaman ini diberikan pupuk
kandang sebanyak 10 - 20 ton/ha, serta pupuk SP-36 dan KCl masing-masing sebanyak 200
kg/ha.
Pemeliharaan:
Pemupukan dengan Urea dilakukan sebanyak 2 kali yaitu pada saat umur tanaman mencapai 1,
dan 3 bulan, masing-masing sebanyak 100 Kg/ha. Selama masa pertumbuhan tanaman dilakukan
penyiangan gulma dengan intensitas sesuai dengan kondisi pertumbuhan gulma. Untuk
mengurangi intensitas penyiangan dapat digunakan mulsa tebal dari jerami atau sekam.
Penyulaman dilakukan untuk menggantikan tanaman yang tidak tumbuh setelah 1-1,5 bulan
setelah penanaman. Pada saat tanaman telah membentuk rumpun dengan 4 - 5 anakan, dilakukan
pembubunan secara periodik sesuai dengan kebutuhan agar rimpang selalu tertutup tanah dan
agar drainase terpelihara dengan baik.
Selama masa pertumbuhan terdapat resiko tanaman diserang hama dan penyakit busuk rimpang.
Untuk mencegah serangan penyakit tersebut maka harus digunakan benih yang sehat,
menghindari terjadinya luka pada bibit atau benih, pergiliran tanaman, pembersihan sisa tanaman
dan gulma, serta drainase yang baik. Serangan penyakit tanaman dapat dicegah atau diatasi
dengan penyemprotan fungisida/bakterisida.
Pemanenan:
Pemanenan dapat dilakukan setelah tanaman berumur 10 - 12 bulan, yaitu dengan cara
membongkar seluruh rimpang dengan menggunakan garpu atau cangkul. Apabila bibit yang
digunakan adalah varietas unggul Cudo 21 produktivitas tanaman adalah sekitar 18 - 21 ton
rimpang segar per hektar, dan apabila bibit yang digunakan adalah varietas unggul Cudo 38 maka
akan dapat menghasilkan 18 - 25 ton rimpang segar per hektar.
Pasca Panen:
Setelah panen, rimpang harus segera dibersihkan untuk menghindari mikro-organisme yang tidak
diinginkan, yaitu dengan cara disemprot air yang bertekanan tinggi atau dicuci dengan tangan.
Setelah pencucian, rimpang dianginkan untuk mengeringkan air pencucian. Untuk penjualan segar
rimpang dapat langsung dikemas. Apabila dijual dalam bentuk kering atau simplisia, maka
rimpang direbus beberapa menit, kemudian diiris dengan tebal sekitar 2 mm, dan kemudian
dikeringkan/dijemur sampai mencapai kadar air sekitar 8 - 10%, yaitu bila rimpang bisa
dipatahkan.
3) Temulawak (Curcuma xanthorriza Roxb).
Teknis budidaya temulawaksejak pembibitan sampai dengan pasca panen adalah sama seperti
untukkunyit. Hanya saja apabila digunakan bibit unggul maka dalam 1hektar untuk pola
monokultur atau tumpang sari dapat dihasilkan sekitar20 - 40 ton rimpang segar.
15.
16. Perlakuan bibit.
Rimpang jahe simpanan di ambil setelah itu patahkan/potong dengan tangan, setiap potong
memiliki 3-5 mata tunas setelah itu di jemur 1 hari. Keesokan harinya, potongan tersebut
dimasukkan wadah/keranjang yang berlobang/karung goni lalu dicelupkan dalam larutan fungisida
dan zat pengatur tumbuh sekitar 1-2 menit, kemudian keringkan.
Persiapan bedeng semai dan penyemaian bibit.
Lahan bedengan bersihkan dari gulma dan ratakan, bagian dasar ditabur abu/sekam/gergajian
setebal 5-10 cm. di atasnya beri lampisan tanah dan pasir halus/ladu tebal sekitar 5 cm lalu bibit
taruh berjajar merata di atasnya. Kemudian ditutup dengan ladu. Pasang bambu di plengkung
tinggi 40 cm kemudian tutup plastik. Penyemaian ini berguna buat berkecambah/tumbuh jadi
serempak. Di persemaian kurang lebih sampai berumur 3 – 5 minggu siap tanam.
17.
20.
21. Jpeg
22.
23. Jpeg
24. Penanaman
Persiapkan polybag plastik hitam ukuran 60 x 60 cm atau karung , kemudian di tekuk melebar
masukkan media tanam yang telah disiapkan tanah campur kompos atau pupuk kandang.. seleksi
bibit dipersemaian pilih yang sehat dan bongsor, dengan cara di congkel setelah itu tanam.
Kemudian ditata rapi dalam bedengan. di atas bedengan pasang paranet tinggi 1.5 m guna
peneduh/mengurangi terik dan curah hujan.
25.
26.
27. Jpeg
28. Perawatan
Perawatan yang dilakukan untuk penanaman jahe terbilang sederhana dan tidak ribet.
Pembenihan dengan penyiraman dilakukan setiap 2 – 3 minggu dan dengan waktu yang sama
siram air di campur pupuk organik media tanamnya pun bila ada hama dan penyakit segera di
semprot insektisida atau fungisida organik. Setiap 25 hari sejak umur pertumbuhan tambahkan
media tanam setinggi 10 cm dan bersihkan gulma di sekitar tanaman.
Pemanenan rimpang jahe merah dengan kualitas terbaik, didapat ketika masuk usia 10 bulan
keatas. Dengan cara sobek bagian tepi hingga tanah keluar, lalu pegang batang tanaman dan
goyang-goyangkan pelan hingga tanah yang menempel di rimpang luruh. Pisahkan rimpang
utama yang baik/super dengan rimpang pocelan, untuk menghindari penurunan kualitas jangan
memotong memakai pisau atau benda logam, cukup pakai tangan dengan lembut.
29.
30.
31.
32.
33. Harapan,panen
34. Jahe merah di panen dalam umur 8-10 bulan, perhitungan sederhana setiap karung, minimal
menghasilkan rimpang jahe 5 kg @ 500 Polybag = 2.500 kg
35. harga jahe segar Rp. 8.000/kg x 2.500 kg = Rp. 20.000.000,00 dikurangi Biaya produksi
Sedangkan dengan pengunaan karung ukuran 50 Kg bisa menghasilkan rimpang jahe rata-rata 10
kg @ 500 karung = 5.000 kg jahe segar, anggaplah harga pasar minimal Rp. 8.000/kg x 5.000 kg
= Rp. 40.000.000,00 dikurangi Biaya produksi….
36.
37. Jpeg
38.
39. Analisa Ekonomi Budidaya Tanaman Jahe merah
Analisa ini saya lakukan secara praktis berdasarkan rencana penanaman pada 500 karung media
tanam. Yang diperhitungkan adalah total biaya yang dikeluarkan meliputi modal awal dan biaya
pemeliharaan dibandingkan dengan target pemasukan uang berdasarkan hasil penjualan tanaman
jahe.
40. 1. Biaya yang di keluarkan meliputi :
• Karung : 500 karung x Rp. 1000,- = Rp. 500.000,-
• Pupuk kompos + media : 500 karung x Rp. 3.500- = Rp. 1.750.000,-
• Pupuk NPK : 500 karung x Rp. 1.000,- = Rp. 500.000,-
• Bibit Jahe : 3 tunas/karung = 1500 x Rp. 1.000,- = Rp. 1.500.000,-
• Zat Perangsang rimpang/umbi : Rp.250.000,-
• Lain-lain : = Rp.500.000,- TOTAL Biaya yang sudah dan akan saya keluarkan = Rp.5.000.000,-
41.
42. 2. Hasil Penjualan Jahe Merah
Berdasarkan pengalaman di tempat lain dan informasi dari petani jahe merah yang sudah
berjalan. Rata-rata hasil panen jahe merah per karung dengan cara di atas rata-rata dapat
mencapai 7-10 kg/karung.
Jadi asumsi perkiraan total hasil panen 500 karung x 10 kg = 5.000 kg
Harga per kg Jahe Merah memang fluktuatif dikisaran Rp.10.000 – Rp.15.000,- tergantung pembeli
dan kualitas tentunya. harga jual yang akan saya peroleh anggap saja rendah yaitu Rp. 8.000,-/kg
(berdasar informasi pengepul minimal Rp.8.000,-/kg).
Hasil penjualan : 5.000 kg x Rp. 8.000 = Rp. 40.000.000,-
Keuntungan atau laba : Rp. 40.000.000,- – Rp. 5.000.000,- = Rp. 35.000.000,-
43.
44. GAJIAN TIAP BULAN
Banyak orang beranggapan “bertani itu tidak bisa memberi penghasilan tiap bulannya”, Bertani
hanya memberi penghasilan pas pada waktu panen saja. Menurut saya anggapan ini 100% salah,
Ya salah satunya dengan cara menanam jahe dengan media karung/polybag.
45. Caranya tiap bulannya kita musti tanam jahe ya misal 20-50 polybag/karung. Jadi diawal tiap
bulannya kita tanam jahe. Contoh misal bulan januari minggu awal kita tanam 50 polybag/karung
jahe, maka bulan februari di minggu awal berikutnya kita tanam lagi 50 polybag/karung, begitu
juga bulan maret dan bulan-bulan berikutnya.
46. Kalau tanam terus kapan panennya rekkk..?
Biasanya jahe sudah bisa dipanen di usia 8-10 bulan, lebih baik kwalitasnya jika panen di usia 10
bulan saja supaya jahe matang tua sempurna
Untuk skema tanam dan waktu panen bisa dilihat dari tabel di bawah ini.
Waktu Tanam Jumlah Tanam Waktu Panen
Januari 50 Karung November
Februari 50 Karung Desember
Maret 50 Karung Januari
April 50 Karung Februari
Mei 50 Karung Maret
Juni 50 Karung April
Juli 50 Karung Mei
agustus 50 Karung Juni
September 50 Karung Juli
Oktober 50 Karung Agustus
November 50 Karung September
Desember 50 Karung Oktober
47. Hitung-hitunganya gimana? berapa rupiah yang kemungkinan bisa kita hasilkan tiap bulan.
48. Modal Tiap bulannya :
49. Bibit jahe 150 tunas x Rp.1.500,- = Rp.225.000
50. Polybag/karung 50 x Rp.2.000 = Rp.100.000
51. Media Tanam 50 x Rp.3.500 = Rp. 175.000
52. Perangsang Akar/umbi = Rp. 75.000
53. TOTAL Rp. 575.000,-
54. Hasil tiap bulannya :
Tanam jahe media karung bisa menghasilkan rata-rata 10 kg tiap karungnya. Tapi disini kita ambil
contoh hasil kemungkinan terendah misalkan saja 1 karung menghasilkan 5 kg jahe dan harga jual
per kilo jahe tingkat pengepul Rp.8.000.
55. Maka : 50 karung x 5 kg = 250 kg
56. 250kg x Rp.8.000 = Rp. 2.000.000 – Rp. 575.000 = Rp. 1.425.000
57. Jadi bisa kita ketahui nantinya mulai bulan november sampai terus kedepan kita akan mendapat
penghasilan
58. Rp. 1.425.000. hasil ini bisa lebih jika hasil panen kita bisa maksimal dan harga jual jahe naik
59.
60.
61.
Memilih tanaman budidaya yang tepat memang sangat berpengaruh pada hasil dan
keuntungan yang akan didapat, namun jika terlalu lama memilih tanaman yang tepat maka
keuntungan yang diharap akan terlewat karena musim, dan harga biasanya berkaitan, dimana
musim yang kurang mendukung harga komoditi tertentu mencapai harga tertinggi, dan
sebaliknya saat musim baik dan banyak orang berbudidaya biasanya hargapun juga turun hal
ini sesuai dengan hukum ekonomi.
Untuk mencegah hal itu terjadi, maka Petani tak perlu tunggu musim atau rame- rame
menanam, sehingga tidak lagi terjadi “panen massal”, dengan demikian tak perlu terjadi
penurunan harga dikarenakan terlalu banyak stok dan menurunnya jumlah permintaan.
Kita tentukan saja pilihan kali ini pada tanaman Jahe Merah. Tanaman ini tak terlalu sulit
dalam dibudidayakan. Cukup di sela-sela tanaman pokok (sengon, kopi, atau tanaman buah-
buahan ), Media tanam bisa menggunakan Karung/Glangsing/Polybag yang telah diisi
Bokashi dan tanah.
Dengan perawatan sangat sederhana yakni pemupukan berkala dengan Bokashi dan SOT
HCS yang dikocorkan maupun disemprot pada bibit yang ditanam, penyemprotan dan
pengocoran SOT hanya perlu dilakukan 2 minggu sekali dan penambahan Bokashi dilakukan
seiring pertumbuhan tunas sampai Polybag sampa terisi dengan ketinggian 80%. Setelah
Polybag terisi Tanah dan Bokashi, maka yang dilakukan tinggal perawatan sampai panen,
antara 10 – 12 bulan.
Dan seandainya semua mau bergerak memanfaatkan tanah kosong , di pot-pot, polybag, atau
pekarangan kita yang tersisa, meskipun tak begitu luas seperti program Pemerintah yang
menggalakkan ‘Apotik Hidup’, maka kampung tempat kita tinggalpun akan mampu
swasembada Jahe, bahkan tak menutup kemungkinan menembus pasar dunia.
PEMBIBITAN :
Untuk bibit jahe yang sudah siap tanam / atau yang sudah bertunas skitar 5-10 cm, namun
jika susah memperoleh bibit tunas kita bisa menyemai sendiri bibit jahe yang akan
ditanam. Ada beberapa teknik penyemaian. Disini saya bahas salah satunya saja yaitu
penyemaian jahe dalam kotak kayu.
Rimpang jahe yang baru dipanen dijemur sementara (tidak sampai kering), kemudian
disimpan sekitar 1-1,5 bulan. Patahkan rimpang tersebut dengan tangan dimana setiap
potongan memiliki 3-5 mata tunas dan dijemur ulang 1/2-1 hari. Selanjutnya sebelum disemai
bibit harus dibebaskan dari virus penyakit dengan cara potongan bakal bibit tersebut dikemas
ke dalam karung lalu dicelupkan dalam larutan PHEFOC HCS selama 5 menit lalu
keringkan.
Rendam kembali dengan zat pengatur tumbuh SOT HCS sekitar 4 jam.Setelah perendaman
lalu tiriskan sampe kering, benih telah siap disemaikan.
PENANAMAN
Ambil rimpang jahe dari penyemaian kemudian patah-patahkan dengan tangan rimpang jahe
tersebut menjadi 2 - 3 ruas, dimana 1 ruasnya terdapat minimal 2 mata tunas.
Lalu buat campuran antara tanah dan bokashi dengan perbandingan 3:1 . Masukkan
campuran tanah dan bokashi ke dalam karung/polibag/keranjang dengan ketinggian sekitar
15cm , jika menggunakan media karung sesuaikan terlebih dahulu tinggi karung dengan cara
menekuk bagian atas karung seperti gambar paling atas agar ketinggian sesuai, kemudian
masukan tunas bibit jahenya, ( satu karung bisa diisi sekitar 2-3 titik tanam untuk hasil yang
maksimal)
Setelah selesai penanaman keseluruhan siram dengan air . Selama sekitar seminggu lakukan
penyiraman rutin pagi dan sore agar tunas tidak layu/ kering.
PERAWATAN / PEMUPUKAN
Sirami tiap hari minimal sehari sekali, tapi jika cuaca panas atau musim kemarau sebaiknya
siram 2 x sehari.
Sekitar usia 2-4 minggu lakukan pengocoran dengan fermentasi SOT HCS.
Lakukan pengurukan kembali dengan tanah + bokashi (3:1) pada usia 2-3 bulan atau jika
terlihat rimpang jahe yang menyembul keluar timbun/uruk sekitar 10cm.
Lakukan pengurukan ini berulang-ulang seiring pertumbuhan jahe hingga usia sekitar 8 bulan
atau sampai karung /polibeg / keranjang terisi penuh dengan tanah urukan.
Dengan teknik pengurukan seperti ini kita akan mendapatkan hasil yang lumayan melimpah,
karung /polibag/keranjang kita akan terisi penuh dengan rimpang jahe.
bahkan ada salah satu mitra HCS yang panen jahe satu karung/polibag/keranjang berisi 20kg
jahe wooww....dahsyat bukan...???.
Jika langkah-langkah diatas sudah kita lalui selama 8-10 bulan, sudah saatnya jahe kita siap
dipanen.
Caranya tiap bulannya musti tanam jahe,...misal saja 20-40 polybag/karung. Contoh misal
bulan Januari minggu awal menanam 40 polybag/karung jahe, maka bulan Februari di
minggu awal berikutnya menanam lagi 40 polybag/karung, begitu juga bulan maret dan
bulan-bulan berikutnya.
Jumlah
Waktu Tanam Waktu Panen
Tanam
January 40 karung November
February 40 Karung Desember
Maret 40 Karung January
April 40 karung February
Mei 40 karung Maret
Juny 40 karung April
July 40 karung Mey
agustus 40 karung Juny
September 40 karung July
Oktober 40 karung Agustus
November 40 karung September
Desember 40 karung Oktober
Hitung-hitunganya gimana? berapa rupiah yang kemungkinan bisa kita hasilkan tiap bulan.
TOTAL Rp.310.000,-
Tanam jahe media karung dengan pola HCS bisa menghasilkan 10-20 kg tiap
polibag/karungnya. Tapi disini kita ambil contoh hasil terendah saja misalkan saja 1
polybag/karung menghasilkan 5 kg jahe dan harga jual per kilo jahe Rp.15.000.
Jadi bisa kita ketahui nantinya mulai bulan november sampai terus kedepan kita akan
mendapat penghasilan kotor Rp. 3.000.000. hasil ini bisa lebih jika hasil panen kita bisa
maksimal dan harga jual jahe naik.
Jika Anda ingin berpenghasilan lebih besar lagi tentu tinggal menambah jumlah
karung/Polybag tanaman jahe agar sesuai yang Anda kehendaki, misalnya perbulan menanam
100 karung/polybag.
Menanam jahe merah sangatlah mudah, bagi anda yang masih pemula bisa membeli bibit
jahe merah yang sudah siap tanam atau yang telah bertunas sekitar 5 – 10 cm. Tapi jika
anda susah untuk mendapatkan bibit tunas, anda bisa menyemai bibit jahe merah sendiri.
Bagaimana langkah untuk pembibitannya ? pertama anda harus memilah jahe merah yang
baru dipanen lalu di jemur sebentar dan disimpan kurang lebih 1 – 2 bulan. Perlu
diperhatikan, pilihlah rimpang yang berkualitas (ukurannya besar, tidak cacat, dari indukan
yang cukup tua)
Patahkan rimpang jahe merah sampai mempunyai 3 – 5 tunas lalu dijemur lagi. Setelah itu
sterilkan bibit jahe merah dari virus atau jamur dan rendam bibit jahe merah menggunakan
zat pengatur tumbuh SOT HCS selama 4 jam. Bibit telah siap untuk disemaikan.
Proses yang paling penting adalah pada saat penyemaian. Karena pada proses ini bibit
harus dalam keadaan tetap lembab sampai mulai berkecambah. Benih jahe merah akan
mulai berkecambah sekitar 2 minggu. Sebaiknya tempat penyemaiannya tidak diletakkan di
tempat yang terkena sinar matahari dan hujan secara langsung.
3. Cara Penanaman dan Perawatan Jahe Merah
Ketika benih jahe merah sudah berusia sekitar 4 minggu dan memiliki ketinggian kurang
lebih 10 cm, maka bibit diambil atau dipotong mulai dari rimpangnya untuk ditanam di media
karung ataupun polybag yang sudah disiapkan.
Dalam memindahkan bibit ke dalam polybag ataupun karung harus berhati-hati. Karena
dapat merusak tanaman jahe merah muda tersebut. Untuk penanaman jahe merah, anda
harus membuat lubang sebesar ukuran pangkal bibit.
Masukan bibit jahe merah kedalam lubang dan tutup dengan media isi (tanah, pasir, pupuk
organik) hingga padat. Kemudian lakukan penyiraman secaran teratur dan jangan letakkan
jahe merah muda di tempat yang terkena sinar matahari langsung kurang lebih 2 – 3 bulan.
Penyiraman
Tahap penyiraman dilakukan hingga tanaman jahe merah memasuki fase senecense
(mengering), yaitu fase saat tanaman jahe merah sudah tua dan mendekati masa panen.
Penyiraman dilakukan setiap hari pada saat sore hari.
Penyiangan dan Penggemburan
Penyaingan dan penggemburan sangat penting untuk pertumbuhan tanaman jahe merah.
Tujuan dilakukannya penyiangan adalah agar rumput tidak mengganggu proses tumbuh
tanaman jahe merah. Karena rumput dapat menyerap nutrisi dalam tanah yang seharusnya
diserap oleh tanaman jahe merah.
Sedangkan penggemburan dilakukan agar akar-akar tanaman jahe merah dapat
berkembang dengan baik. Penggemburan bisa menggunakan cetok atau alat bantu lainnya.
Penggemburan ini bisa dilakukan 1 bulan sekali, sekiranya ketika tanah sudah mulai tandus
atau padat.
Pemupukan
Tanaman jahe merah perlu di pupuk. Biasanya pemupukan dilakukan setiap 2 bulan sekali
dengan cara menambahkan pupuk organik di dalam media tanam.
Takaran yang ditambahkan ketika pemupukan kurang lebih 1/5 ukuran media tanam.
Pemupukan biasanya dilakukan 3 kali selama umur tanaman jahe merah.
Pupuk yang digunakan adalah pupuk organik atau pupuk kandang. Sehingga akan lebih
menghemat kantong anda.
Ini lah saat yang di tunggu-tunggu, setelah proses penanaman selama kurang lebih 10
bulan, jahe merah siap untuk dipanen. Bagaimana cara memanen jahe merah ? karena
disini media yang kita gunakan adalah polybag dan karung maka alat yang digunakan
sangat sederhana, yaitu cetok.
Beda halnya jika anda menanam jahe merah di tanah yang luas. Mungkin agak ribet untuk
cangkul-mencangkul dan membutuhkan banyak tenaga.
Ciri-ciri tanaman jahe merah siap dipanen, warna daunnya menguning dan batang mulai
mengering. Kemudian tiriskan dan jemur jahe merah selama 1 minggu agar tanaman jahe
merah bisa bertahan lama.
Analisa pengeluaran dan pemasukan yang kami buat berdasarkan narasumber dari petani
jahe merah langsung. Mulai dari modal awal, biaya perawatan sampai dengan target
pemasukan berdasarkan hasil penjualan tanaman jahe merah dengan rencana penanaman
500 karung media tanam
Biaya yang di keluarkan :
Karung : 500 x Rp 1.000 = Rp 500.000
Pupuk Kompos + Media (Tanah) : 500 karung x Rp 3.500 = Rp 1.750.000
Pupuk NPK : 500 karung x Rp 2.000 = Rp 500.000
Bibit Jahe Merah : 3 tunas/karung = 1500 x 1.000,- = Rp 1.500.000
Pupuk Cair (MOL) : Rp 100.000
Lain-lain : Rp 500.000
TOTAL PENGELUARAN : Rp 4.850.000
Hasil Penjualan (Pemasukan) :
Berdasarkan pengalaman dari berbagai petani jahe merah yang sudah berjalan. Rata-rata
hasil panen jahe merah mencapai 15-25 Kg/karung