Anda di halaman 1dari 16

TUGAS

PANCASILA

DISUSUN OLEH : ERMAWATI

DOSEN : JUMAINI ANAS, M.Si.

SRIKES PRIMA NUSANTARA


BUKIT TINGGI
TAHUN AJARAN 2018/2019
1. Pancasila sebagai idiologi Negara RI bukan terbentuk secara mendadak dan terbentuk
melalui proses cukup panjang. Jelaskan pancasila sebagai idiology terbuka dan apa ciri-
cirinya?

Pancasila sebagai idiology adalah ideologi yang tidak dimutlakkan. Dapat diartikan
juga bahwa nilai-nilai dan cita-citanya tidak dipaksakan dari luar, melainkan digali dan
diambil dari kekayaan rohani, moral dan budaya masyarakatnya sendiri. Ideologi terbuka
merupakan ideologi yang dapat berinteraksi dengan perkembangan zaman dan adanya
dinamika secara internal.

Ciri-ciri idiology terbuka:

 Merupakan kekayaan rohani, dan budaya masyarakat (falasafah). Jadi, bukan


keyakinan ideologis sekelompok orang, melainkan kesepakatan masyarakat;
 Tidak diciptakan oleh Negara, tetapi ditemukan dalam masyarakat sendiri; ia adalah
milik seluruh rakyat, dan bisa digali dan ditemukan dalam kehidupan mereka;
 Isinya tidak langsung operasional. Sehingga, setiap generasi baru dapat dan perlu
menggali kembali falasafah tersebut dan mencari implikasinya dalam situasi kekinian
mereka.
 Tidak pernah memperk0sa kebebasan dan tanggungjawab masyarakat, melainkan
menginspirasi masyarakat untuk berusaha hidup bertanggungjawab sesuai dengan
falsafah itu.
 Menghargai pluraritas, sehingga dapat diterima warga masyarakat yang berasal dari
berbagai latar belakang budaya dan agama.

2. Tata urutan perundang-undangan RI diatur dalam ketetapan MPR dan UU. Jelaskan
urutan perundang-undangan Negara Indonesia dan dinamika perkembangannya.

Dalam upaya pembaharuan hukum, penataan kembali susunan hierarki praturan


perundang-undangan sangat memungkinkan untuk dilakukan. Hal tersebut dapat terjadi
jika suatu peraturan di rasa tidak sesuai lagi dengan kebutuhan dan perkembangan jaman.
Oleh karena itu, perlu adanya suatu perubahan agar peraturan tersebut sesuai dengan
kebutuhan sekaligus untuk penyempurnakan peraturan yang lama. Berikut Hierarki Tata
urutan peraturan perundag-undangan yang pernah berlaku di Republik Indonesia.
Hierarki Tata Urutan Peraturan Perundag-Undangan RI berdasarkan TAP MPRS No. XX
Tahun 1996.
1. Undang-Undang Dasar 1945
2. Ketetapan MPRS/MPR
3. Undang-Undang/Peraturan Pengganti Undang-Undang
4. Peraturan Pemerintah
5. Keputusan Presiden
6. Peranturan Pemerintah Pelaksana Lainnya, Seperti:
a. Peraturan Menteri
b. Instruksi Menteri
c. Dan Lain-Lainnya

Hierarki Tata Urutan Peraturan Perundag-Undangan RI berdasarkan TAP MPR No. II


Tahun 2000.
1. Undang-Undang Dasar 1945
2. Ketetapan MPR
3. Undang-Undang
4. Peraturan Pengganti Undang-Undang
5. Peraturan Pemerintah
6. Keputusan Presiden
7. Peraturan Daerah

Hierarki Tata Urutan Peraturan Perundag-Undangan RI berdasarkan UU No. 10 Tahun


2004.
1. Undang-Undang Dasar 1945
2. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
3. Peraturan Pemerintah
4. Keputusan Presiden
5. Peraturan Daerah
a. Peraturan Daerah Provinsi
b. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota
c. Peraturan Desa/ Peraturan Yang Setingkat.
Dinamika perkembangannya:
Indonesia mengalami perubahan hukum yang mendasar, ditandai dengan adanya
amandemen pada UUD 1945. Pada awal terbentuknya, UUD 1945 memiliki 37 pasal,
hingga sekarang setelah mengalami beberapa amandemen UUD 1945 telah memiliki
pasal seumlah 39 pasal. Amandemen tersebut telah dilakukan sebanyak empat kali.
Amandemen pertama dimulai pada tanggal 19 oktober 1999 sebanyak dua pasal,
amandemen kedua pada tanggal 18 agustus 2000 sebanyak 10 pasal, amandemen ke tiga
pada tanggal 10 november 2001 sejumlah pasal, dan amandemen keempat pada tanggal
10 agustus 2002 sejumlah 10 pasal ditambah 3 pasal aturan peralihan dan aturan
tambahan 2 pasal. pasal-pasal yang di amandemen diharapkan dapat memberikan
perubahan bangsa kearah yang lebih baik.
1. Tata Urutan Peraturan Perundag-Undangan yang berlaku saat ini adalah yang
berdasarkan pada UU No. 10 Tahun 2004. Artinnya Tata Urutan Peraturan Perundag-
Undangan sebelum UU No. 10 Tahun 2004 di sahkan, tidak berlaku lagi sesuai
dengan peraturan teori hukum, dimana jika ada peraturan baru yang mengatur tentang
hal yang serupa atau sama, maka secara otomatis peraturan baru tersebut
menggantikan peraturan yang lama.
2. Tata Urutan Peraturan Perundag-Undangan RI di atas adalah sebuah hierarki, artinya
dalam menafsirkannya tidak boleh dipisahkan dari peraturan lainnya. Contoh:
menuyusun Undang-Undang tidak boleh betentangan dengan UUD 1945, Jika
bertantangan maka Mahkamah Konstitusi sebagai penjaga konstitusi akan
membatalkan UU tersebut. Mengeluarkan PP tidak boleh bertentangan dengan UU
dan UUD 1945, jika bertantangan maka Mahkamah Agung akan membatalkan PP
tersebut.
3. Tata Urutan Peraturan Perundag-Undangan RI berdasarkan UU No. 10 Tahun 2004
sebagai sebuah produk hukum tentunya mempunyai kelemahan. Pertanyaan dewasa
ini yang belum terjawab dan membutuhkan pemikiran para ahli hukum adalah:
bagaimana jika UU dan atau peraturan di bawah UU bertantangan dengan Ketetapan
MPR? Lembaga apa yang berhak membatalakan UU dan atau peraturan di bawah UU
tersebut?
3. Reformasi membawa pengaruh perubahan terhadap UUD 1945, jelaskan perubahan
lembaga tinggi Negara sebelum dan sesudah amandemen UUD 1945!

Gambar di bawah ini adalah susunan Lembaga Negara Republik Indonesia sebelum dan
sesudah Amandemen UUD 1945.

Lembaga Negara Sesudah Amandemen UUD 1945


Jika sebelum amandemen, ada 6 lembaga tinggi negara, sesudah Amandemen
UUD 1945, ada 8 lembaga tinggi negara. Lembaga-lembaga negara hasil Amandemen
UUD 1945 dijabarkan sebagai berikut :

1. Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)


Perubahan mendasar akibat amandemen UUD 1945 adalah perubahan
kedudukan, tugas dan kewenangan yang dimiliki oleh Majelis Permusyawaratan
Rakyat (MPR).sebelum amandemen, merupakan lembaga tinggi negara bahkan
kedudukan presiden sebagai mandatari MPR.

Sebelum amandemen, MPR memegang penuh kendali kedaulatan rakyat.


Namun setelah amandemen UUD 1945, kedudukan MPR menjadi sejajar atau
setingkat dengan lembaga-lembaga tinggi lainnya. Dengan demikian, MPR bersifat
saling bekerja sama dan melengkapi dengan lembaga negara yang lain.
Berdasarkan pasal 2 ayat (1) UUD 1945 menyatakan bahwa anggota MPR
terdiri atas anggota DPR dan anggota DPD yang dipilih melalui pemilu secara
langsung untuk masa jabatan selama lima tahun. Berdasarkan keanggotaannya, MPR
menggunakan sistem bicameral atau dua kamar. Hal ini mengingat keanggotaan MPR
terdiri dari anggota DPR dan DPD, sehingga sidangnyapun disebut sebagai joint
session antara kedua lembaga tersebut. Ketentuan tentang keanggotaan MPR ini
diatur dalam UU No. 23 Tahun 2003 tentang susunan dan kedudukan MPR, DPR,
DPD, dan DPRD. Masa jabatan anggota MPR dalam satu periode adalah lima tahun
dan melaksanakan sidang sedikitnya sekali dalam lima tahun tersebut di ibu kota
negara.

Tugas dan kewenangan MPR


Menurut pasal 3 Ayat1 UUD 1945 hasil amandemen, MPR mempunyai tugas
dan kewenangan sebagai berikut:
1. Mengubah dan menetapkan Undang-Undang Dasar
2. Melantik presiden dan wakil presiden berdasarkan hasil pemilu dalam sidang
paripurna MPR.
3. Memutuskan usul DPR berdasarkan putusan Mahkamah Konstitusi untuk
memberhentikan presiden atau wakil presiden dalam masa jabatannya setelah
presiden dan/wakil presiden diberi kesempatan untuk menyampaikan penjelasan
dalam Sidang Paripurna MPR.

2. DPR (Dewan Perwakilan Rakyat)

Dewan perwakilan rakyat (DPR) merupakan tempat bergabungnya wakil-


wakil rakyat dan mengemban amanat seluruh rakyat untuk mengawasi jalannya
pemerintahan. Kedudukan DPR sebagai lembaga negara diatur dalam Bab VII pasal
19 UU 1945 hasil amandemen. Keanggotaan DPR berasal dari partai politik yang
dipilih melalui Pemilu setiap lima tahun sekali. DPR menjadi saran penting, karena
melaui lembaga negara ini rakyat dapat menyalurkan segala aspirasi dan kehendak
rakyat.
Lembaga ini tidak hanya sebagai penampung aspirasi rakyat, tetapi juga sebagai
penjelmaan dari kedaulatan rakyat dalam kehidupan bernegara. Selain DPR, ada pula
DPRD. DPR berkedudukan di tingkat pusat, sedangkan yang berada di tingkat
provinsi disebut DPRD provinsi dan yang berada di kabupaten/kota disebut DPRD
kabupaten/kota.
Berdasarkan UU Pemilu N0. 10 Tahun 2008 ditetapkan sebagai berikut:

a. Jumlah anggota DPR sebanyak 560 orang.


b. Jumlah anggota DPRD provinsi sekurang-kurangnya 35 orang dan sebanyak-
banyak 100 orang.
c. Jumlah anggota DPRD kabupaten/kota sedikitnya 20 orang dan sebanyak-
banyaknya 50 orang.

Tugas dan kewenangan DPR

DPR adalah lembaga yang memegang kekuasaan legislatif. Artinya lembaga ini
sebagai pemegang kekuasaan membuat undang-undang (pasal 20 A UUD 1945).
Dalam sistem pemerintahan, DPR dilengkapi 3 fungsi penting sebagai berikut:

1. Fungsi legislasi, yaitu kekuasaan dalam membuat undang-undang yang kemudia


di jadikan pedoman oleh pemerintah dalam penyelenggaraan sistem pemeritahan.
DPR membuat Undang-Undang bersama Presiden.
2. Fungsi anggaran, yaitu DPR sebagai pemegang kekuasaan mengesahkan
rancangan APBN (Anggaran Pendapatan Belanja Negara) yang diajukan Presiden.
Jika RAPBN ini tidak disetujui oleh DPR maka yang diberlakukan adalah APBN
tahun sebelumnya.
3. Fungsi pengawasan, yaitu DPR berkewajiban dalam mengawasi jalannya
pemerintahan. Jika diketahui adanya pelanggaran undang-undang yang dilakukan
pemerintah dalam hal ini presiden, maka DPR berhak mengajukannya kepada
Mahkamah konstitusi.

Menurut (Pasal 20A UUD 1945) DPR mempunyai hak-hak sebagai berikut.

1. Hak Interpelasi, adalah hak untuk meminta keterangan kepada presiden.


2. Hak Angket, adalah hak untuk mengadakan penyelidikan atas suatu kebijakan
pemerintah/presiden.
3. Hak Inisiatif, adalah hak untuk mengajukan rancangan undang-undang kepada
pemerintah/presiden.
4. Hak Amandemen, adalah hak untuk menilai atau mengadakan perubahan atas
RUU (RancanganUndang-Undang).
5. Hak Budget, adalah hak untuk mengajukan RAPBN (Rencana Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara).
6. Hak Petisi, adalah hak untuk mengajukan pertanyaan atas kebijakan
pemerintah/presiden.
7. Hak menyatakan pendapat adalah hak DPR untuk menyatakan pendapat terhadap
kebijakan pemerintah mengenai kejadian yang luar biasa yang terdapat di dalam
negeri disertai dengan rekomendasi penyelesaiannya atau sebagai tindak lanjut
pelaksanaan hak interpelasi dan hak angket. Untuk memudahkan tugas anggota
DPR maka dibentuk komisi-komisi yang bekerja sama dengan pemerintah sebagai
mitra kerja.

3. Dewan Perwakilan Daerah (DPD)

DPD merupakan salah satu lembaga negara yang kedudukannya ada di setiap
provinsi. Keanggotan DPD ditentukan empat orang untuk tiap-tiap provinsi yang
dipilih melalui pemilihan umum. Anggota DPD secara langsung juga menjadi anggota
MPR. DPD merupakan lembaga negara yang baru dibentuk setelah adanya
amandemen UUD 1945. Masa jabatan anggota DPD adalah lima tahun.

Tugas dan kewenangan DPR

Menurut pasal 22 D UUD 1945, DPD memiliki tugas dan wewenang sebagai berikut:

1. Mengajukan rancangan undang-undang kepada DPR yang berkaitan dengan


otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan, pemekaran, serta
penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam atau sumber ekonomi
lainnya, juga yang berkaitan dengan perimbangan keuangan pusat daerah.

2. Memberi pertimbangan kepada DPR atas rancangan undang-undang APBN dan


rancangan undang-undang yang berkaitan dengan pajak, pendidikan, dan agama.
3. Melakukan pengawasan yang berkaitan dengan pelaksanaan undang-undang
otonomi daerah serta menyampaikan hasil pengawasannya kepada DPR untuk
ditindaklanjuti.

4. Presiden dan Wakil Presiden


Indonesia menganut sistem pemerintahan presidensial, oleh karenaitu persiden juga
memegang peran yang sangat penting dalam pemerintah. Fungsi yang dijalankan oleh
presiden antara lain sebagai berikut:

1. Legeslatif yaitu wewenang dalam mengajukan rancangan undang-undang


bersama-sama dengan DPR.
2. Eksekutif yaitu memegang kekuasaan untuk menjalankan pemerintahan yang
dibantu oleh wakil presiden dan para mentri. Menurut (pasal 7 UUD 1945 hasil
amandemen), masa jabatan presiden dan wakil presiden adalah lima tahun,
selanjutnya dapar di pilih kembali untuk jabatan yang sama dalam satu masa
jabatan. Dalam menjalankan pemerintah, presiden memiliki dua kedudukan yaitu
sebagai kepala negara dan kepala pemerintah.

Presiden sebagai Kepala Negara


Sebagai seorang kepala negara, menurut Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, Presiden mempunyai wewenang sebagai berikut:
1. Presiden merupakan panglima tinggi angkatan perang. Presiden memegang
kekuasaan tinggi atas Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan udara
(pasal 10 UUD 1945).
2. Menyatakan perang, membuat perjanjian dan perdamaian dengan negara lain
dengan persetujuan DPR (pasal 11 UUD 1945).
3. Menyatakan negara dalam keadaan bahaya (pasal 12 UUD 1945).
4. Mengangkat duta dan konsul.
5. Memberi grasi, rehabilitasi, amnesti, dan abolisi. Grasi adalah pengampunan
yang diberikan oleh kepala negara kepada orang yang dijatuhi hukuman.
Rehabilitasi adalah pemulihan nama baik atau kehormatan seseorang yang
telah dituduh secara tidak sah atau dilanggar kehormatannya. Grasi dan
rehabilitasi diberikan dengan memperhatikan pertimbangan Mahkamah
Agung. Amnesti adalah pengampunan atau pengurangan hukuman yang
diberikan oleh negara kepada para tahanan, terutama tahanan politik.
Sedangkan abolisi adlah pembatasan tuntutan pidana. Amnesti dan abolisi di
berikan dengan memperhatikan pertimbangan DPR.
6. Memberi gelar, tanda jasa, dan lain-lain sebagai tanda kehormatan.

Presiden sebagai Kepala Pemerintah

Sebagai seorang kepala pemerintah, presiden mempunyai kekuatan tinggi untuk


menyelenggarakan pemrintah. Wewenang hak dan kewajiban Presiden sebagai kepala
pemerintah sebagai berikut:

1. Memegang kekuasaan pemerintah menurut UUD.


2. Mengajukan RUU (Rancangan Undang-Undang) kepala DPR
3. Menetapkan PP (Peraturan Pemerintah) untuk menjalankan undang-undang.
4. Mengangkat dan memberhentikan mentri-mentri.

Dalam menjalankan pemerintahan, presiden dibantu oleh wakil presiden dan


beberapa menteri yang tergabung dalam kekuasaan. Menteri-menteri tersebut
merupakan implementasi dari hak prerogatif presiden, sehingga yang berhak
mengangkat dan memberhentikannya juga presiden. Menteri-menteri tersebut harus
mempertanggung jawabkan tugasnya kepada presiden.

5. BPK (Badan Pemeriksa Keuangan)


BPK merupakan lembaga pemeriksa keuangan yang bersifat bebas dan
mandiri. Badan ini sekaligus berperan sebagai lembaga audit keuangan negara. Tugas
BPK adalah memeriksa dan mengawasi penggunaan keuangan negara. Hasil kerja
dari BPK kemudian diserahkan kepada DPR/DPRD, atau DPD sesuai dengan
kewenangannya. Badan ini berdomisili di ibu kota negara, dan memiliki perwakilan di
setiap provinsi. Lembaga ini juga dikenal sebagai lembaga eksaminatif. Anggota BPK
dipilih oleh DPR dengan pertimbangan-pertimbangan dari DPD dan ditetapkan oleh
presiden.

Tugas dan wewenang BPK

1. BPK bertugas memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara yang
dilakukan oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Lembaga Negara lainnya,
Bank Indonesia, Badan Usaha Milik Negara, Badan Layanan Umum, Badan
Usaha Milik Daerah, dan lembaga atau badan lain yang mengelola keuangan
negara.

2. Menetapkan standar pemeriksaan keuangan negara setelah konsultasi dengan


pemerintah pusat / pemerintah daerah yang wajib digunakan dalam pemeriksaan
pengelolah dan tanggung jawab keuangan negara.

3. Hasil pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara diserahkan


kepada DPD, DPR, dan DPRD. BPK juga menyerahkan hasil pemeriksaan secara
tertulis kepada Presiden, Gubernur, dan Bupati/Walikota.

6. MA (Mahkamah Agung)
Mahkamah Agung merupakan lembaga negara yang memegang kekuasaan
kehakiman. MA diketuai oleh seorang Hakim Agung dan dibantu oleh hakim-hakim
agung. Jumlah Hakim Agung paling banyak 60 orang. Hakim Agung merupakan
pejabat tinggi negara setingkat menteri negara yang diangkat oleh Presiden atas usul
DPR. Hakim Agung yang diusulkan oleh DPR berasal dari usulan Komisi Yudisial.

Tugas dan wewenang MA

1. Berwenang mengadili pada tingkat kasasi, menguji peraturan perundang-


undangan di bawah undang-undang terhadap undang-undang, dan mempunyai
wewenang lainnya yang diberikan oleh undang-undang.
2. Mengajukan tiga orang anggota hakin konstitusi.
3. Memberikan pertimbangan dalam hal presiden memberi grasi dan rehabilitasi.

7. MK (Mahkamah Konstitusi)

Mahkamah Konstitusi merupakan lembaga negara yang baru dibentuk setelah


amandemen UUD 1945. Mahkamah Konstitusi beranggotakan sembilan hakim
konstitusi yang ditetapkan oleh presiden. Yang mana, tiga orang diajukan oleh MA,
tiga orang diajukan oleh DPR, dan tiga orang lagi diajukan oleh presiden.
Tugas dan wewenang MK

Sesuai dengan UUD 1945 Pasal 24 C, Mahkamah Konstitusi mempunyai


wewenang sebagai berikut:

1. Mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final untuk
menguji undang-undang terhadap undang-undang dasar.
2. Memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan
oleh undang-undang dasar.
3. Memutus perselisihan hasil pemilu.
4. Membubarkan partai politik.
5. Memberi putusan atas pendapat DPR mengenai dugaan pelanggaran oleh presiden
dan wakil presiden menurut UUD.

8. Komisi Yudisial (KY)


Komisi Yudisial merupakan lembaga negara yang baru dibentuk setelah adanya
amandemen UUD 1945. Lembaga ini dibentuk untuk mengawasi perilaku para hakim.
Selain itu lembaga ini dibentuk untuk mengawasi praktik kotor dalam
penyelenggaraan/proses peradilan. Dalam UUD 1945 hasil amandemen, kedudukan
Komisi Yudisial diatur dalam pasal 24 B. Lembaga ini bersifat mandiri.

Anggota Komisi Yudisial diangkat dan diberhentikan oleh presiden dengan


persetujuan DPR. Anggota Komisi Yudisial terdiri atas seorang ketua merangkap
anggota, seorang wakil ketua merangkap anggota, dan tujuh orang anggota. Masa
jabatan anggota Komisi Yudisial adalah lima tahun. Keanggotaan yang ada dalam
Komisi Yudisial dipilih guna mencapai tujuan lembaga ini yaitu:

1. Mendukung terwujutnya kekuasaan kehakiman yng mandiri untuk menegakkan


hukum dan keadilan
2. Meningkatkan integritas, kapasitas, dan profesionalitas hakim dan menjalankan
kewenangan dan tugasnya.
Tugas dan wewenang KY

Menurut UUD 1945 Pasal 24 B, "Komisi Yudisial bersifat mandiri yang berwenang
mengusulkan pengangkatan Hakim Agung dan mempunyai wewenang lain dalam
rangka menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat, serta perilaku
hakim".

4. Reformasi merupakan suatu keniscayaan bila hal itu diperlukan syarat-syarat apa yang
harus dilakukan dalam reformasi tersebut?
Adapun syarat syarat reformasi
1. Adanya suatu keinginan atau cita cita yang jelas , jika tidak memiliki cita cita yang
jelas maka akan terjadinya kehancuran
2. Adanya suatu penyimpangan - penyimpangan
3. Adanya suatu moral dan etika Sebagai mana yang terdapat pada sila ke 1 yaitu
Ketuhanan Yang maha esa

5. Kedaulatan negara di tangan rakyat, bagaiman konstitusi UUD 1945 mengaturnya?

Kedaulatan yang di anut bangsa indonesia adalah kedaulatan rakyat. Kedaulatan rakyat
adalah sebuah kekuasaan yang dimiliki rakyat yang diserahkan kepada negara agar
menjalankan
fungsinya. Kedaulatan rakyat merupakan ajaran dari demokrasi dimana kekuasaan
tertinggi dalam negara ditangan rakyat. Rakyatlah yang memegang kekuasaan negara,
sehingga pemerintahan negara berasal dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Jadi
yang memiliki kedaulatan suatu negara adalah rakyat.

Pernyataan bangsa indonesia adalah negara yang berkedaulatan rakyat adalah :

1. Alinea ke empat pembukaan UUD 1945 meenyatakan bahwa “Negara Republik


Indonesia yang berkedaulatan rakyat”. Kalimat ini menyatakan secara tegas bahwa
negara indonesia menganut prinsip kedaulatan rakyat. Pada alinea ini juga
menegaskan tujuan negara indonesia, bentuk negara indonesia dan dasar negara
indonesia.
2. Pancasila sila ke empat yang berbunyi “Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan”.
3. UUD 1945 pasal 1 ayat (2) yang berbunyi “Kedaulatan berada di tangan rakyat dan
dilaksanakan menurut Undang Undang Dasar”.

laksanaan kedaulatan rakyat di indonesia sejak amandemen UUD 1945. Pada pasal 1
yang dahulu kedaulatan berada di tangan rakyat, dan dilakukan sepenuhnya oleh
MPR. Lalu setelah amandemen berubah menjadi kedaulatan berada di tangan rakyat
dan dilaksanakan menurut UUD lembaga pelaksana tidak lagi dijalankan sepenuhnya
oleh sebuah lembaga negara MPR tetapi dilaksanakan oleh rakyat melalui melalui
mekanisme yang diatur oleh UUD 1945.

6. Negara Indonesia tidak sepenuhnya menerapkan teori Trias Politica (legislatif, eksekutif
dan yudikatif), jelaskan alasanya:

Pemaknaan dan pelaksanaan Trias Politika yang identik dengan pemisahan


kekuasaan dan prinsip mangawasi dan mengimbangi di Indonesia sebagai negara
demokrasi tidak sepenuhnya mutlak. Alasan pembenar utama adalah karena memang
tidak ada yang mutlak dalam penerapan sebuah sistem melainkan sesuai dengan asas
kesesuaian dengan kebutuhan dan kondisi sebuah negara.

Alasan lain adalah rendahnya penelaan dan pengkajian terhadap Trias Politika di
Indonesia, akibatnya kerap mengklaim diri memakai sistem tersebut secara konsekuen,
padahal masih memakai sistem pembagian kekuasaan seperti konstitusi lama dengan
menambahkan prinsip mengawasi dan mengimbangi.

Sistem kekuasaan pada cabang-cabang kekuasaan dan kelembagaan dalam


pemerintahan Negara Indonesia merupakan rekonstruksi daripada sistem kekuasaan.
Bahkan bias dikatakan bahwa Indonesia tidak memakai sistem Trias Politika
Montesquieu.

Oleh sebab itu, sistem kekuasaan apapun yang dianut dan dilaksanakan di
Indonesia kuncinya bukan pada pemisahan ataupun pembagian terhadap kekuasaan
tersebut, melainkan pada bagaimana memaknai dan melaksanakan kekuasaan itu
berdasar pada kebutuhan dan asas-asas yang ada dan hidup di Indonesia.
Selain itu, tidak boleh dilupakan prinsip konsistensi terhadap konsep dan
pelaksanaan sistem. Kalau memang memakai sistem pemisahan kekuasaan menurut Trias
Politika, harus ada pemisahan baik secara kekuasaan maupun kelembagaan dalam sistem
kelembagaan negara.

Kalau Indonesia memakai sistem campuran antara pembagian kekuasaan dan


pemisahan lembaga, harus ditegakkan legitimasi yuridis kekuasaan dan prinsip check
and balance dalam hubungan antarlembaga. Tujuannya sederhana, agar terjadinya
konsistensi pemaknaan dan pelaksanaan sebuah sistem.

Selain itu, agar pemahaman terhadap kekuasaan tidak hanya mengacu pada Trias
Politika yang sepertinya kurang relevan dalam sistem pemerintahan Negara Indonesia
yang tentu berdasarkan pada sejarah dan realitas konstitusional daripada konstitusi yang
ada di Indonesia.

7. Seorang tenaga kesehatan yang profesional perlu mengamalkan pancasila dalam


kehidupan sehari-hari. Uraikan penerapan sila Pertama dalam pelaksanaan tugas saudara!
a. Ikut mendoakan kesembuhan pasien meskipun berbeda keyakinan.
b. Memberikan kesempatan kepada pasien untuk berdoa atau sholat sesuai dengan
agama dan kepercayaan masing-masing sebelum dan sesudah melakukan tindakan
keperawatan.
c. Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah masing-
masing jika antara perawat maupun dokter berbeda keyakinan dengan pasien.
d. Perawat membantu pasien yang ingin menghormati dan melaksanakan ibadahnya
saat pasien dalam keadaan keterbatasan.
e. Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan perlu bersikap sadar, murah hati
dalam arti bersedia memberikan bantuan dan pertolongan kepada pasien dengan
sukarela tanpa mengharapkan imbalan.
f. Perawat yang jujur dan tekun dalam tugas.
g. Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaannya dan ketaqwaannya terhadap Tuhan
Yang Maha Esa.
h. Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan kepercayaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
DAFTAR PUSTAKA

1. www.negeripesona.com › Indonesiana
2. https://ayundamutiara.wordpress.com/.../dinamika-pelaksanaan-uud-1945-di-
indonesi..
3. https://id.wikipedia.org dan Buku Pendidikan Kewarganegaraan
4. https://www.selasar.com/.../Benarkah-Indonesia-Menggunakan-Teori-Trias-Politika-
da..
5. kekasihsetianaruto.blogspot.com/2013/.../makalah-penerapan-sila-pancasila-dalam.h

Anda mungkin juga menyukai