Anda di halaman 1dari 58

TANAMAN BELUM

MENGHASILKAN
&
TANAMAN MENGHASILKAN
Buku 6
Aplikasi Tanaman Penutup Tanah (LCP) Pada
Perkebunan Kelapa Sawit
Tanaman penutup tanah adalah tumbuhan atau tanaman yang khusus
ditanam untuk melindungi tanah dari ancaman kerusakan oleh erosi
dan / atau untuk memperbaiki sifat kimia dan sifat fisik tanah.
Penanaman tanaman penutup tanah (kacangan) sangat penting di
perkebunan kelapa sawit. Untuk memperoleh manfaat yang maksimal,
penanaman kacangan harus dapat seluruhnya menutup permukaan
tanah atau 100% LCP.

Seperti yang sudah Jejak Planter singgung pada perawatan TBM bahwa
kami lebih menyukai menyebut LCC (Legium Cover Crop) dengan LCP
(Legium Cover Plant). Tanaman penutup tanah (kacangan) merupakan
tanaman yang di budidayakan, tanaman penutup tanah yang sering di
gunakan untuk menutup tanah pada tanaman perkebunan,terutama
tanaman kelapa sawit.
Tanaman penutup tanah sangat bermanfaat bagi tanaman
perkebunan,sehingga sangat di butuhkan untuk tanaman perkebunan.
Tanaman penutup tanah berperan:

 menahan atau mengurangi daya perusak butir-butir hujan yang


jatuh dan aliran air di atas permukaan tanah,

 menambah bahan organik tanah melalui batang, ranting dan daun


mati yang jatuh.

 melakukan transpirasi, yang mengurangi kandungan air tanah.


Peranan tanaman penutup tanah tersebut menyebabkan
berkurangnya kekuatan dispersi air hujan, mengurangi jumlah serta
kecepatan aliran permukaan dan memperbesar infiltrasi air ke
dalam tanah, sehingga mengurangi erosi.

Tumbuhan atau tanaman yang sesuai untuk digunakan sebagai


penutup tanah dan digunakan dalam sistem pergiliran tanaman harus
memenuhi syarat-syarat (Osche et al, 1961)

 mudah diperbanyak, sebaiknya dengan biji,


 mempunyai sistem perakaran yang tidak menimbulkan kompetisi
berat bagi tanaman pokok, tetapi mempunyai sifat pengikat tanah
yang baik dan tidak mensyaratkan tingkat kesuburan tanah yang
tinggi,
 tumbuh cepat dan banyak menghasilkan daun,
 toleransi terhadap pemangkasan,
 resisten terhadap gulma, penyakit dan kekeringan,
 mampu menekan pertumbuhan gulma,
 mudah diberantas jika tanah akan digunakan untuk penanaman
tanaman semusim atau tanaman pokok lainnya,
 sesuai dengan kegunaan untuk reklamasi tanah, dan
 idak mempunyai sifat-sifat yang tidak menyenangkan seperti duri
dan sulur-sulur yang membelit.

KACANGAN SEBAGAI TANAMAN PENUTUP TANAH

I. Tanaman Kacangan Sebagai Tanaman Penutup Tanah (LCP)

Kacangan yang digunakan sebagai penutup tanah harus memenuhi


syarat sebagai berikut:

 sifat perakaran tidak menggangu dan bukan merupakan saingan


tanaman utama
 mudah diperbanyak baik vegetatif maupun generatif
 memberikan kandungan bahan organik yang tinggi baik dibawah
sinar matahari atau terlindung
 tahan terhadap hama penyakit atau kekeringan serta bukan
tanaman inang hama penyakit bagi tanaman utama
 mempunyai potensi menekan pertumbuhan gulma

Jenis kacangan yang memenuhi syarat tersebut diatas dan sering


dipakai sebagai tanaman penutup tanah antara lain Peuraria Javanica
(PJ), Centrosema Pubescens (CP), Calopogonium Mucunoides (CM),
Psophocarpus Palustris (PP), Calopogonium Caeruleum (CC), Mucuna
Bracteata (MB)

Macam macam LCP

Kacangan tersebut biasanya dicampur dengan tingkat perbadingan


yang bervariasi tergantung dengan keadaan lapangan seperti topografi
maupun jenis tanah. Pada tahun pertama PJ lebih cepat berkembang
dan mendominasi jenis kacangan lainya. Setelah keadaan terlindung,
pertumbuhan PJ akan berkurang dan areal akan didominasi oleh CP
atau CM dan CC karena jenis ini lebih baik dalam keadaann terlindung.
Jenis kacangan lain yang pada saat ini banyak digunakan di perkebunan
adalah Mucuna bracteata, menghasilkan bahan organik cukup besar
dan pertumbuhannya sangat cepat.

1. Centrosema pubescens (CP)

Daun berbentuk ellips, berukuran kecil dan permukaan agak licin.

Kelebihan dari CP adalah :

 Dapat tumbuh pada ketinggian 0-300 m diatas permukaan laut.


 Tahan naungan dan kekeringan.
 Dapat menghasilkan biji sebanyak 1.000 kg/ha

Kelemahan dari CP adalah :

 Pertumbuhan agak lambat.


 Berumur pendek.
2. Calopogonium caeruleum (CC)

Kelebihan dari CC adalah :

 Tumbuh merambat dan mudah dibedakan karena daunnya hijau


mengkilat, permukaannya licin, berduri halus, berbentuk oval/hati
dengan ukuran 3-5 cm.

 Tahan naungan, tahan bersaing dengan gulma lain, toleran


terhadap hama dan tahan kekeringan.

 Dapat distek. Penanaman dengan stek diperlukan 1.000-1.300


stek/ha.

Kelemahan dari CC adalah :

 Kemampuan menghasilkan biji Rendah


 Harga cukup mahal
3. Calopogonium mucunoides (CM)

Kacangan CM berasal dari Amerika Selatan, daun agak kecil dan tidak
berbulu.

Kelebihan dari CM adalah :

 Dapat tumbuh pada ketinggian 0-300 m diatas permukaan laut.

 Produksi daun selama 5 bulan dapat mencapai 20 ton sehingga


sangat baik sebagai pensuplai unsur N kedalam tanah.

 Bijinya kecil-kecil memiliki daya tumbuh sedang.

Kelemahan dari CM adalah :

 Tidak tahan bersaing dengan gulma.


 Berumur pendek.
4. Psophocarpus palustris (PP)

Kelebihan dari PP adalah :

 Dapat tumbuh pada ketinggian 0-1.000 m diatas permukaan laut. 


 Tahan naungan dan kekeringan. 
 Dapat tumbuh pada tanah asam seperti gambut.

Kelemahan dari PP adalah :

 Pertumbuhan pada 3 bulan pertama agak lambat.

5. Mucuna cochinchinensis (MC)

Tumbuhnya menjalar tetapi dapat juga tegak, batang agak kecil dan
lemah, polongan biji berbulu tebal 
Kelebihan dari MC adalah :

 Pertumbuhan sangat cepat dan dalam 3 bulan sudah 100%


menutup.

Kelemahan dari MC adalah :

 Secara alamiah mati setelah 6-8 bulan.

6. Pueraria Javanica (PJ)

Pueraria Javanica atau PJ adalah tanaman Penutup Tanah / LCC


(Legume Cover Crop) yang biasa digunakan oleh perkebunan karet dan
kelapa sawit sebagai tumbuhan pioneer yang dapat meningkatkan
kesuburan tanah, PJ adalah sejenis kacangan yang cepat menjalar
sebab memiliki keunggulan dalam mengikat unsur N (nitrogen) yang
sangat dibutuhkan oleh tanaman utama (karet atau kelapa sawit) yang
belum dewasa, juga kacangan ini menurunkan suhu tanah pada saat
kemarau.
7. Mucuna Bracteata

Adalah satu jenis kacangan yang konon berasal dari India. Kacangan ini
dianggap memiliki kelebihan

Keunggulan Mucuna Bracteata antara lain:

 Pertumbuhan cepat dan menghasilkan biomassa yang tinggi.


 Mudah ditanam dengan input yang rendah.
 Tidak disukai ternak karena kandungann fenol yang tinggi.
 Toleran terhadap serangan hama dan penyakit.
 Memiliki sifat allelopati sehingga memiliki daya kompetisi yang
tinggi terhadap gulma.
 Memiliki perakaran yang dalam, sehingga dapat memperbaiki sifat
fisik tanah dan menghasilkan serasah yang tinggi sebagai humus
yang terurai lambat, sehingga menambah kesuburan tanah.
 Mengendalikan erosi.
 Sebagai Leguminosae dapat menambat N bebas dari udara.
 Relatif lebih tahan naungan dan cekaman kekeringan. Pertumbuhan
sangat cepat dan homogen, sehingga dapat menghambat laju
pertumbuhan gulma di areal TBM.
 Mengembalikan nutrisi tanah serta mempengaruhi kehadiran
nitrogen pada tanah dengan adanya aktivitas fiksasi nitrogen di
dalam bintil akar (Lehman et al., 1999). 
Selain dari beberapa kelebihan Mucuna bracteata, dari pengalaman
sebelumnya kacangan tersebut juga memiliki kelemahan yaitu :

 Kesulitan pertumbuhan pada awal penanaman apalagi pada kondisi


cuaca panas dan curah hujan kurang. Dengan kata lain Mucuna
bracteata sangat sulit hidup pada saat ditanam namun bila telah
berhasil hidup maka pertumbuhannya akan sangat cepat sekali.
II. Cara Penanaman CC PJ CP PP CM

1. Komposisi Kacangan CC PJ CP PP CM

Kacangan tersebut biasanya dicampur dengan tingkat perbadingan


yang bervariasi tergantung dengan keadaan lapangan seperti topografi
maupun jenis tanah. Pada tahun pertama PJ lebih cepat berkembang
dan mendominasi jenis kacangan lainya. Setelah keadaan terlindung,
pertumbuhan PJ akan berkurang dan areal akan didominasi oleh CP
atau CM dan CC karena jenis ini lebih baik dalam keadaann terlindung.

Beberapa komposisi campuran yang dianjurkan:

1 Kg CC + 3 Kg PJ

3 Kg PJ + 8 Kg CP

12 Kg CP + 8 Kg PP

1 Kg CC + 8 Kg CP

CM : CP : CP = 2 : 1 : 2

CM : CP : CP = 2 : 3 : 2

Campuran PJ, CM dan CP sebaiknya ditanam pada tanah rata dan tidak
ditempat yang selalu tergenang. Sedangkan PP baik ditanam pada
daerah rendahan dan lembab. Komposisi campuran juga ditentukan
oleh sifat tanah. Pada tanah liat berat dimana perkembangan akar
lebih lambat, campuran lebih baik disesuaikan dengan memperbanyak
PJ atau CP dan penanamannya lebih rapat.
2. Perlakuan terhadap Biji CC PJ CP PP CM

Pertumbuhan kacangan yang cepat dimungkinkan jika perkecambahan


biji kacangan dapat diupayakan cepat. Beberapa cara supaya biji
kacangan cepat berkecambah antara lain :

 Perendaman biji dalam air.


 Biji direndam selama 2 hari didalam air panas bersuhu 75oC.
Setelah perendaman kemudian dikeringkan.
 Perendaman biji dalam larutan gliserin.
 Biji direndam selama 2 hari didalam larutan gliserin bersuhu 60oC.
Setelah perendaman kemudian dikeringkan.
 Perendaman biji dalam larutan asam.
 Biji direndam didalam larutan asam sulfuric (4 % dari berat biji)
memakai gelas plastik atau wadah alumunium. Lama perendaman
tergantung pada jenis kacangan, sebagai berikut :

Calopogonium sp : 8 menit
Centrosema sp : 8 menit
Pueraria sp : 15 menit
Flemingia sp : 10 menit

Setelah perendaman biji harus dicuci bersih untuk menghilangkan


pengaruh asamnya dan dikeringkan.

 Pemecahan kulit biji.

 Biji dicampur pasir dan dimasukan dalam drum. Kemudian drum


yang berisi biji + pasir diputar memakai elektro motor kecil (0,5 HP)
75 rpm sampai kulit biji terlihat retak-retak.
 Kacangan yang telah diberi perlakuan tersebut diatas kemudian
dicampur dengan 10 gr Rhizobium kompos untuk setiap 10 gr
campuran kacangan. Caranya :

1. Rhizobium dicampur dengan air 0,25 lt, kemudian campuran


kacangan sebanyak 10 gr dimasukan kedalam larutan
Rhizobium dan diaduk rata sampai semua biji kacangan basah.

2. Biji kacangan yang telah diinokulasi tersebut dikering anginkan


(jangan terkena sinar matahari langsung).

3. Setelah kering kemudian dicampur pasir + Rock Phosphate (RP).


Pencampuran biji kacangan dengan RP yaitu 1 bagian campuran
kacangan + 1 bagian RP + 1 bagian pasir.

3. Cara Penanaman CC PJ CP PP CM

Cara menanam kacangan penutup tanah/ LCC tergantung dari


topografi lahan yang akan ditanam, berikut adalah cara menanam
tanaman kacangan penutup tanah/legume cover crops (LCC) tersebut :

a. Areal Datar sampai dengan Bergelombang

 Kacangan ditanam sejajar barisan tanaman

 "Larikan" campuran PJ, CM dan CC sebanyak 2 (dua) baris setiap


gawangan hidup dan satu baris antar pokok dalam barisan tanaman

 MC ditanam 3 (tiga) lubang di antara pokok dekat rumpukan


kayu/batang. Setiap lubang ditanam 3 (tiga) benih MC

b. Areal Bukit Bergunung

 Pada areal berbukit-bergunung dengan pola kontur/teras maka


kacangan ditanam searah dengan terasan/ barisan tanaman 
 campuran PJ, CM dan CC sebanyak 4 (empat) titik antara 2 (dua)
pokok di dekat bibir terasan

III. Cara Penanaman Mucura Bracteata.

Berdasarkan pengaruhnya terhadap kesuburan tanah ternyata Mucuna


bracteata memenuhi syarat sebagai penutup tanah yang ideal.
Tanaman ini menghasilkan bahan organik yang tinggi dan akan sangat
bermanfaat jika ditanam di daerah yang sering mengalami kekeringan
dan pada areal yang rendah kandungan organiknya.

Mucuna bracteata memiliki daun trifoliat) berwarna hijau gelap


dengan ukuran 15x10 cm. Helaian daun akan menutup apabila suhu
lingkungan terlalu tinggi (termonasti), sehingga sangat efisien dalam
mengurangi penguapan permukaan. Karangan bunga berbentuk
seperti buah anggur dengan panjang 10-30 cm, terdiri dari 40-100
hiasan bunga berwarna hitam keunguan. Ketebalan vegetasi Mucuna
bracteata dapat mencapai 40-100 cm dari permukaan tanah.
(Subronto dan Harahap, 2002).

Pertumbuhan sulur kacangan yang sehat dapat mencapai >10 cm


setiap 24 jam (dengan curah hujan yang baik pertumbuhan sulur dapat
mencapai 30 cm dalam 24 jam) dan dengan penanaman sama banyak
dengan jumlah tegakan kelapa sawit per hektar, ternyata dalam waktu
6 bulan dapat menutup pemukaan tanah dengan sempurna.

Mucuna sangat efektif melindungi permukaan tanah dari erosi


terutama pada masa TBM, lebih toleran terhadap suasana ternaung
dan kekeringan, kurang disukai hama dan tidak disukai ternak,
sehingga jenis kacangan ini sangat cocok untuk dipergunakan pada
areal TBM yang potensial mendapat gangguan ternak lembu/sapi
maupun kambing.

Selama masa TM Mucuna bracteata masih dapat bertahan tumbuh


dalam gawangan kelapa sawit sampai penutupan canopy tanaman.
Kelemahannya, karena pertumbuhan kacangan ini sangat cepat,
frekuensi rotasi pengendalian sulur menjadi lebih sering. Dalam dua
minggu, apabila pertumbuhan sulur tidak dikendalikan maka akan
melilit batang tanaman kelapa sawit

1. Seleksi Pembibitan Mucuna Bratcteata

Sebelum dilakukan penananaman kecambah pada pembibitan lakukan


seleksi bibit mucuna antara lain :

 Benih bagus - cotyledon berwarna putih

 Benih sedang - cotyledon berwarna coklat

 Benih rusak - cotyledon berwarna hitam, rusak, dengan lobang

Kebutuhan benih adalah 0,1 kg/ha atau 600 benih

Lukai kulit benih dengan pemotong kuku pada bagian testa agar
cotyledon kelihatan. Hal ini bertujuan untuk mempermudah absorbsi
air dan juga mempercepat perkecambahan

2. Tata Cara Pembibitan

 Isi polibag dengan media tanam yang terdiri dari campuran 2 bagian
tanah dan 1 bagian pasir. Ukuran polibag yang digunakan 14 x 21
cm atau baby polibag.
 Tanam 1 benih per polibag dengan hilum pada bagian bawah
dengan kedalaman +/- 0,5 cm. Benih yang ditanam adalah benih
yang bagus dan sedang.

 Lakukan penyiraman segera setelah tanam. Penyiraman dilakukan 2


kali setiap hari untuk menjaga kelembaban tanah. Dipastikan agar
kelebihan air tidak tergenang di polibag.

 Bedengan bibitan diberi alas plastik supaya akar tidak tembus


kedalam tanah diluar polibag.

 Lakukan penyemprotan apabila ada serangan hama dan penyakit.

3. Pemupukan Benih

 Minggu ke – 4 NPK 15.15.6.4 1 gram/bibit

 Minggu ke – 8 NPK 15.15.6.4 1 gram/bibit

4. Persiapan menanam tanaman kacangan cover crops (LCC)

Persiapan yang baik akan sangat menentukan keberhasilan


pembangunan penutup tanah, dengan tahapan sebagai berikut:

 Areal bersih dari gulma dan penanaman dapat dilakukan setelah


pekerjaan memancang.

 Penanaman MB dilakukan pada saat musim hujan, sebab MB sangat


rentan pada cuaca panas pada masa pertumbuhan nya.

5. Menanam Penutup Tanah Mucuna Bracteata

Penanaman di lahan dilakukan 6 s/d 8 minggu setelah perkecambahan.


Penanaman kacangan dilakukan secara menual dalam 2 barisan,
masing-masing Jarak tanam dari pokok kelapa sawit adalah 4 meter
dan jarak antar bibit Mucuna bracteata 1 meter. di tengah gawangan.
Campuran biji kacangan yang ditanam dicampur lagi dengan Rock
Phosphat sebanyak 25 kg/ha pada saat hendak menanam. Saat
menanam biji kacangan adalah setelah tanah selesai diolah sempurna
dan bahan pembiak vegetatif gulma serta potongan-potongan kayu
telah disingkirkan.

6. Pemupukan di lapangan

Umur (setelah tanam di lapangan) Jenis Pupuk Dosis

1 bulan NPK 15.15.6.4 3 gram/bibit

2 bulan NPK 15.15.6.4 5 gram/bibit

3 bulan TSP/RP 5 gram/bibit

6 bulan TSP/RP 10 gram/bibit

7. Cara Perbanyakan Tanaman Mucuna Bracteata

Tata cara perbanyakan Tanaman Mucuna Bracteata :

 Persiapkan polybag ukuran 12,7 x 17,7 cm, kemudian diisi dengan


tanah top soil dan bebas dari kotoran yang telah dicampur dengan
Rock Phosphate (400 gr RP dalam 100 kg tanah).

 Siram tanah di polybag sampai lembab (jangan terlalu becek),


kemudian susun polybag dengan rapi

 Penyetekan berasal dari tanaman induk MB yang tumbuh subur

 Cari ruas kacangan MB yang berakar (tidak terlampau muda atau


tua) 
 Ambil stek Mucuna bracteata dari lapangan (1-2 ruas/stek),
kemudian rendam pangkal ruas (bukan semuanya) dalam larutan
0,2 % Rootone F selama 10 menit, kemudian stek tersebut ditanam
dalam polybag.

 Penyiraman dilakukan pada pagi dan sore hari (bila tidak turun
hujan)

 Polybag yang telah ditanami stek kemudian diberi sungkup dengan


kantong plastik dan diberi naungan. Usahakan tidak ada udara
keluar dari sungkupan tersebut dan biarkan selama 1 minggu.

 Setelah 1 minggu kemudian sungkupan dibuka, dan setelah dibuka,


stek Mucuna bracteata dalam polybag dipelihara secara rutin
seperti penyiraman, pemupukan melalui daun dengan
Greenzit/Bayfolan dan penyiangan terhadap gulma yang tumbuh.

Mengingat penelitian secara mendetail yang mempelajari efek negatif


dari Mucuna bracteata seperti kemungkinan adanya zat allelopati,
persaingan dengan tanaman utama (mengingat perakaran yang dalam)
masih berlanjut, maka Mucuna bracteata hanya ditanam dengan
tujuan untuk menutup batang-batang kelapa sawit tua atau bekas
tumbangan.

Mucuna bracteata akan lebih efektif dibanding Mucuna cochinensis,


mengingat umur Mucuna bracteata lebih lama.

Umumnya Spesies kacangan yang digunakan sebagai tanaman penutup


biasanya tidak dapat dipelihara dan dipertahankan dibawah naungan
canopi kelapa sawit dewasa, dan secara gradual digantikan dengan
spesies nativegrass dan pakis (fern) bila kanopi menutup.

Sebagian besar spesies penutup tanah LCC hanya dapat tumbuh


karena interpensi cahaya matahari. Artinya penanaman kacangan
hanyalah periodik tanaman kelapa sawit sebelum penutupan canopi
tanaman

IV. Pemupukan dan Pemeliharaan Kacangan

1. Pemupukan

Secara Umum pemupukan semua jenis tanaman Kacangan perlu


dipupuk agar tumbuh subur dan cepat menutup tanah. Jenis, dosis dan
waktu pemupukan disajikan pada Tabel dibawah ini

Umur Kacangan (bulan) Jenis Dosis (Kg/Ha)


Saat tanam RP 1:1*
1 15-15-6-4 40
3 RP 80
6 RP 120
24 RP 200

2. Penyiangan

Agar tanaman kacangan dapat berhasil tumbuh dengan baik maka


harus dilakukan penyiangan pada awal masa tanam. Adapun kegiatan
penyiangan tanaman kacangan adalah sebagai berikut :

a. Di dalam larikan kacangan 

Penyiangan dilakukan dengan cara mencabuti dengan tangan atau


cangkul kecil. Sedangkan di luar/bagian tepi di kanan kiri larikan
digaruk dengan menggunakan cangkul selebar ± 45 cm. Rotasi
penyiangan ini dilakukan setiap 2 minggu sekali sampai kacangan
menutup sempurna.

b. Untuk penyiangan di antara larikan

Dilakukan dengan penyemprotan herbisida Paracol (paraquat + diuron)


dosis 1,5 - 2,0 liter/ha blanket. Rotasi penyemprotan ini dilakukan 1,5 -
2 bulan sekali sampai pertumbuhan kacangan bergabung (menutup).
Cara Menanam Kelapa Sawit
Penanaman kelapa sawit dimulai setelah penyelesaian landclearing
blok demi blok. Diawali dengan pancang mata lima. Penentuan jarak
tanam didasarkan kepada klasifikasi tingkat kesuburan tanah dan jenis
bibit. Untuk kelas S1 dan S2 biasanya 136 pokok per ha, sedangkan
untuk kelas S3 dan lowland gambut 146 pokok per ha.

LUBANG TANAM

1. Dibuat ± 1 minggu sebelum tanam.

2. Ukuran lubang 60 x 40 x 60 cm (lebar atas,bawah dan kedalaman )

3. Prestasi kerja 20 – 30 st/HK.

4. Cara membuat lubang :

 Dibuat garis dengan cangkul 60 x 60 cm (bujur sangkar) pada


permukaan tanah titik pusatnya pancang yang sudah ada.

 Kemudian tanah digali ukuran 60 x 40 x 60 cm

 Untuk memperoleh ukuran yang tepat dibantu dengan mal/pola


dari kayu dan papan

 Lapisan atas tanah galian dipisahkan dengan lapisan yang bawah.


 Selesai membuat lubang pancang dikembalikan ke tempat semula

PERSIAPAN BIBIT

 Umur bibit adalah 9 – 12 bulan di pembibitan utama.

 1 – 2 minggu sebelum tanaman bibit diputar terlebih dahulu untuk


melepaskan akar yang sudah masuk ke tanah. Kebutuhan norma
100 bbt/HK

 Lakukan seleksi tahap akhir sesuai dengan pedoman/standar.


Kebutuhan norma 100 bbt/HK

 Kumpulkan bibit sehat dan normal tiap 100 – 200 bibit. 

 Untuk bibit tua daunnya dipangkas dengan ketinggian 1 – 1,5 m dari


pangkal pelepah, bentuk kerucut dengan kemiringan 30 – 45º
PENGANGKUTAN (ECER BIBIT)

Persiapan penanaman dilapangan perlu dilakukan dengan membentuk


beberapa tim yang terpisah untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan
sebagai berikut :

 Pemuatan bibit keatas kendaraan (dipembibitan).

 Pembongkaran bibit pada setiap rintis yang ditentukan.

 Pengeceran (pendistribusian) bibit ketitik tanam.

 Pembuatan lubang tanam dan pemberian pupuk dasar.

 Penanaman kelapa sawit.

Penanaman kelapa sawit pada areal seluas 2.000 ha dilakukan dalam 5


bulan atau 125 hari bekerja (seratus hari efektif atau 20 ha/hari).
Penanaman seluas 20 ha/hari memerlukan sarana transportasi bibit,
berupa 7 unit truk dengan kapasitas angkut 100 bibit/trip yang
beroperasi minimum 4 trip/hari.

Asisten (staf) yang bertanggung jawab terhadap penanaman


dilapangan harus membuat tanda-tanda dimana lokasi pembongkaran
bibit. Lokasi pembongkaran ini dibuat pada ujung setiap rintis dan
harus jelas berapa jumlah bibit yang diturunkan pada setiap titik
pmbongkaran.

Diperlukan 2-3 orang tenaga kerja untuk membongkar bibit, yaitu 1


orang dikendaraan dan 1-2 orang menyusun bibit ditanah. Setiap
pengiriman bibit kelapangan sudah termasuk pengiriman pupuk
pospat (Rp atau TSP) dan CRF Meister dalam kantong-kantong yang
diikatkan pada setiap bibit. Dosis rekomondasi untuk pemupukan
lubang tanam ini yaitu 125 g TSP/bibit dan 300 g Meister/bibit.

Pengeceran bibit dari lokasi pembongkaran ketitik tanam dapat


mencapai 125 bibit/HK. Dengan jarak pengangkutan bibit kedalam blok
maksimum 150 m (atau 300 m pulang pergi) ditambah dengan 10-15%
waktu untuk meloncati batng-batng melintang maka rata-rata jarak
yang ditempuh untuk pengeceran setiap bibit sekitar 195 m. Jika setiap
tukang ecer bibit membawa 1 bibit dengan kecepatan jalan 3-4
km/jam maka dalam satu hari kerja (7jam) dapat diecer sekitar 125
bibit/HK, untuk memgecer 2.720 bibit (20 ha) per hari, dibutuhkan 22
orang. Pembongkaran dan pengeceran bibit ke dalam blok perlu
diawasi oleh seorang mandor. Selam pengangkutan dan pengeceran
kedalam blok, bibit harus diangkat pada dasar kantongnya.

Pengangkutan harus dilakukan pada bola tanahnya secara hati-hati agar


tidak terjadi kerusakan bibit. Pengangkatan sebaiknya tidak dilakukan
pada leher akarnya karena bisa menyebabkan bibit ”patah pinggang”.
Bibit harus diangkat dalam keadaan berdiri dan bagian bawah ditopang
dengan bahu. Saat meletakan bibit di sisi lubang, harus dilakukan
dengan hati-hati dan jangan dibanting.

 Pagi hari sebelum diangkat ke lapangan, bibit disirami.

 Bibit yang baik dan normal (sesuai standart) diangkut dengan truk. 1
truck ± 100 bbt/HK.

 Sampai dilokasi, diturunkan dibeberapa tempat (titik ecer) sesuai


kebutuhan.

 Regu pengecer membawa bibit ketitik pancang, ingat cara


mengangkat jangan dipegang lehernya tapi diangkat pada dasar
polibag. Norma kerja 50 bbt/HK.
MENANAM

1. Periksa kembali kedalaman lubang dibandingkan dengan tinggi


polibag bibit, sesuai dengan cara menimbun/menggali lagi. Norma
15-20 bibit/hk.
2. Taburkan pupuk RP 500 gr atau TSP 400 gr,1/2 dosis terlebih
dahulu. 
3. Bibit dimiringkan, alas polibagnya disayat keliling dan ditarik.
4. Bibit diturunkan ke dasar lubang, letaknya diserasikan dengan
barisan tanaman.
5. Sisi polibag kiri dan kanan disayat dari bawah ke atas, jangan
dicabut dulu.
6. Masukan tanah lapisan atas terlebih dahulu, sampai bola tanah
tidaK goyang lagi, kemudian polibag ditarik pelan-pelan sambil
tanah terus diisi sedikit demi sedikit sampai penuh/rata
permukaannya.
7. Kemudian didapatkan dengan diinjak-injak, sambil diperhatikan
posisi bibit harus mata lima kesemua jurusan.
8. Piringan dibuat keliling dengan diameter 1,0 – 2,0 meter.
9. Sisa pupuk (1/2 dosis ) ditabur secara merata di piringan.
10. Tancapkan pancang disisi tanaman dan bekas polibagnya diujung
pancang.
11. Sawit yang ditanam pada lembah yang curam seringkali
mengalamai etiolasi. Untuk itu titik tanam awal berjarak horizontal
9 m dari pohon terakhir yang ditanam di tebing dan jarak
selanjutnya mengikuti ketentuan standar.
12. Bila titik tanam jatuh pada jalan atau parit, maka harus
dipindahkan minimal 1,5 m dari pinggir jalan atau parit, dengan
mempertimbangkan jarak pohon sawit yang berdekatan minimal 6
meter.

Hal Yang Dilarang dalam penanaman

 Bibit ditanam terlalu dalam.

 Bibit ditanam terlalu tinggi.

 Bibit ditanam miring/tidak tegak.

 Tanah pada large bag (bola tanah) dipecah dan dibuang.

 Large bag dipotong dan ditiggal didalam lubang.

 Large bag tidak dibuka sebelum tanam.


Kegiatan Perawatan Pada Masa Tanaman
Belum Menghasilkan (TBM) Kelapa Sawit
Pemeliharaan tanaman pada komoditas perkebunan yang bersifat
tahunan, biasanya dikelompokkan ke dalam tanaman belum
menghasilkan/immature atau disingkat (TBM) dan tanaman
menghasilkan/mature disingkat (TM). TBM pada kelapa sawit adalah
masa sebelum panen (dimulai dari saat tanam sampai panen pertama)
yaitu berlangsung 30-36 bulan. Periode waktu TBM pada tanaman
kelapa sawit terdiri dari :

TBM 0 : menyatakan keadaan lahan sudah selesai dibuka, ditanami


kacangan penutup tanah dan kelapa sawit sudah ditanam
pada tiap titik pancang.

TBM 1 : tanaman pada tahun ke I (0-12 bulan)

TBM 2 : tanaman pada tahun ke II (13-24 bulan)

TBM 3 : tanaman pada tahun ke III (25-30 atau 36 bulan)

Tujuan pemeliharaan TBM adalah untuk mendapatkan tanaman yang


sama dalam hal pertumbuhannya, produktif dan berproduksi tinggi.
Manfaat pemeliharaan TBM mengoptimalkan pertumbuhan vegetatif
tanaman sawit sebagai penujang pertumbuhan generatif yang
berproduksi tinggi.

Kegiatan pemeliharaan tanaman kelapa sawit, sejak bibit sawit selesai


ditanam di lahan sampai  tanaman mulai pertama kali berbunga yaitu:
1.        Konsolidasi

Konsolidasi adalah pemeriksaan situasi blok demi blok yang sudah


ditanam untuk melihat kekurangannya, kemudian memperbaikinya
dengan cara menegakkan tanaman dan memadatkan tanah serta
pelepah kering diputus atau dipotong.

Sekaligus dilakukan inventarisasi tanaman dan permasalahan lainnya.


Bibit yang mati, abnormal, tumbang, terserang berat hama atau
penyakit harus disisip, teras yang rusak diperbaiki dan lain – lain.
Konsolidasi dilakukan pada saat TBM 1.

2.        Sensus Pokok Kelapa Sawit


Sensus terhadap pokok kelapa sawit perlu dilakukan untuk keperluan
penyisipan/penggantian tanaman yang rusak/mati/terkena hama
penyakit. Sensus dilakukan blok demi blok dengan cara jalur per jalur
dan petugas sensus memberikan tanda pada setiap jalur dengan
pancang yang diikat tali plastik sejumlah bibit yang akan disisip.

3.        Penyisipan / Penyulaman

Tanaman yang mati, rusak berat, sakit dan abnormal perlu disisipi
dengan segera. Penyisipan  adalah mengganti tanaman yang tidak
normal dalam perkembangannya dengan tanaman yang baru. Makin
cepat disisipi makin baik agar pertumbuhannya tidak ketinggalan dan
sebaiknya digunakan bibit yang telah khusus disiapkan untuk sisipan.
Makin lama dilakukan penyisipan maka biaya investasi akan meningkat
karena pemeliharaan akan lebih lama. Penyisipan hanya dilakukan
pada TBM 1 dan awal mula pada TBM 2 dan tidak dianjurkan untuk
TBM 3. Bibit abnormal akan baru terlihat setelah 6 – 12 bulan ditanam
dan harus diganti demikian pula dengan tanaman yang terserang
landak, babi dan gajah.

Pelaksanaan penyisipan tanaman yaitu 3 – 6 bulan setelah tanam,


sehingga dimungkinkan terjadinya keseragaman panen. Frekuensi
waktu penyisipan tanaman dilakukan dengan ketentuan 2-4 rotasi per
tahun selama 18 bulan sejak tanam. Cara penyisipan tanaman yaitu 
tanaman yang mati  dicabut dan ditempatkan dalam gawangan.
Kemudian penyisipan tanaman dilakukan dengan diawali pembuatan
titik tanam. Penanaman dilakukan dengan mengikuti prosedur biasa,
kecuali bibit yang digunakan bibit yang lebih besar (umur  ≥ 12 bulan)
sehingga dimungkinkan dilakukan pemotongan pelepah bibit. Pupuk
pada saat penyisipan tanaman, diberikan sebanyak 1,5 kali dosis
pupuk  per lubangdari pada penanaman awal. Selanjutnya
diperlakukan sama seperti pada tanaman lain di sekitarnya.
4.        Memelihara LCC

LCC (Legume Cover Crop) walaupun sebenarnya saya lebih setuju


menyebutnya LCP (Legium Cover Plant) karena karena Crop adalah
kata yang berarti tanaman yang menghasilkan buah sementara
kacangan dan sejenisnya hanya tanaman penutup saja (Plant). LCC/LCP
merupakan tanaman penutup tanah dalam perkebunan kelapa sawit,
pola tanam dapat monokultur ataupun tumpangsari. Tanaman
penutup tanah (legume cover crop LCC) pada areal tanaman kelapa
sawit sangat penting karena dapat memperbaiki sifat-sifat fisika,
menambah unsur N, kimia dan biologi tanah, mencegah erosi,
mempertahankan kelembaban tanah dan menekan pertumbuhan
tanaman pengganggu (gulma).

Penanaman tanaman kacang-kacangan sebaiknya dilaksanakan segera


setelah persiapan lahan selesai.Untuk mendapatkan LCC yang murni
diperlukan perawatan intensif selama enam bulan pertama.
Dilapangan yang penulis temukan bahwa semua LCC yang digunakan di
unit usaha rejosari adalah jenis mucuna, dengan sifatnya yang dapat
tumbuh dengan cepat, dalam 1 hari mucuna mampu bertambah
panjang 20 – 30 cm dengan masa hidup 2 tahun.

Jenis-jenis LCC yang biasa digunakan pada perkebunan kelapa sawit di


antaranya :

-    Centrosema pubescens

-    Pueraria javanica

-    Calopoginium mucunoides


5.        Pemeliharaan Piringan, Jalan Rintis, dan Gawangan

Piringan berfungsi sebagai tempat untuk menyebarkan pupuk. Selain


itu, piringan juga merupakan daerah jatuhnya buah kelapa sawit. 
Karena itu, kondisi piringan senantiasa bersih dari gangguan gulma.

Pemeliharaan piringan dan gawangan bertujuan antara lain untuk:

  Mengurangi kompetisi gulma terhadap tanaman dalam penyerapan


unsur hara, air,dan sinar matahari.

  Mempermudah pekerja untuk melakukan pemupukan dan kontrol


di lapangan.

  Pemeliharaan piringan dan gawangan bebas dari gulma dapat


dilakukan secara manual atau secara kimia. Pemeliharaan piringan
dan gawangan secara manual yaitu tenaga manusia dengan
menggunakan cangkul. Budi, (2009) menjelaskan bahwa
pelaksanaan pemeliharaan piringan dan gawangan, harus
memperhatikan beberapa ketentuan sebagai berikut: 

P 0 = menyingkirkan semua gulma, kacangan bersih dari


gulma (kacangan 100%) umur 0-6 bulan, rotasi 2
minggu.
P 1 = kacangan 85%, rumput lunak 15%, umur 7-12 bulan,
rotasi 3 minggu
P 2 = kacangan 70%, rumput lunak 30%, umur 12- 18 bulan,
rotasi 3 minggu
P 3 = kacangan bercampur dengan rumput lunak, bebas dari
lalang dan anakan kayu, umur > 18 bulan rotasi 4
minggu.

Standar pembuatan dan pemeliharaan piringan dan jalan rintis


dilakukan dengan cara:

  Piringan bebas dari gulma  sampai radius 30 cm di luar tajuk daun


atau maksimal 180 cm dari pohon

   Pembuatan jalan rintis dilakukan pada umur tanaman 1-12 bulan
dengan perbandingan 1:8, dan waktu tanaman berumur lebih dari
12 bulan. Jalan rintis dibuat dengan perbandingan 1:2  dengan lebar
1,2 m

 Perawatan jalan rintis/tengah dilakukan bersamaan dengan


perawatan piringan.

  Pekerjaan penyiangan (P) atau weeding (W) pada TBM dilakukan


dengan kriteria sebagai berikut :

TBM 1 : W1 penutup tanah seluruhnya (100%) kacangan.


Rumput-rumput gulma lain dibersihkan semuannya.
Dan
TBM 2 : W1 seperti pada TBM 1
TBM 3 : W3 yaitu 70% kacangan + 30% gulma lunak; bebas 
lalang. Gulma yang diberantas adalah jenis gulma
jahat yakni; lalang, mikania, pahitan, pakis, teki.
Gulma kacangan yang merambat ke pohon
diturunkan. Gulma lunak yang tidak perlu diberantas
adalah jenis wedusan, sintrong.
Pengendalian gulma pada tanaman kelapa meliputi beberapa kegiatan
yang dimaksudkan untuk menangani pertumbuhan gulma pada areal
perkebunan. Meliputi kegiatan wiping dan weeding.

Wiping.

Wiping adalah mengusap daun dengan larutan herbisida. Wiping


merupakan pengendalian gulma yang dilakukan pada gulma alang-
alang.

Weeding.

Weeding adalah pengendalian gulma dalam area kebun kelapa sawit


baik dalam gawangan maupun piringan dengan cara penyiangan.

Penyiangan dalam gawangan meliputi gulma yang berada diantara


tanaman penutup tanah (LCC) sehingga dilakukan secara mekanik.
Pelaksanaannya memiliki rotasi 16 kali dalam setahun pada TBM I.

Sedangkan pada TBM II dan TBM III rotasi wiping 12 kali dalam
setahun.

Penyiangan pada piringan memiliki rotasi 12 kali pada TBM I dan 10


kali pada TBM II dan TBM III.

Piringan adalah daerah disekitar pokok tanaman sawit yang berbentuk


lingkaran berdiameter 2-3 m, diameter piringan tergantung pada umur
TBM, TBM I : 2 m, TBM II : 2,5 m, TBM III : 3 m.

Penyiangan atau pemberantasan tumbuhan liar pada area piringan


dilakukan secara manual dan kimia.

a.  Penyiangan manual


Penyiangan manual dilakukan dengan cara menggaruk tumbuhan
dalam diameter piringan dengan cangkul. Hal yang perlu diperhatikan
dalam kegiatan ini adalah terjadinya cekungan yang dapat menampung
air dan berakibat rusaknya tanaman. Untuk menghindari hal itu,
penggarukan dilakukan dari arah luar lingkaran ke dalam (tanaman).

b.  Penyiangan kimia

Penyiangan kimia dapat dilakukan pada TBM III dengan rotasi 6 kali
setahun dengan jenis herbisida sesuai dengan tumbuhan yang akan
diberantas.

6.        Titi Panen dan TPH

Titi panen merupakan pembuatan jembatan pada setiap jalan rintis


yang melewati parit atau saluran air, sehingga jalan rintis dapat dilalui
tanpa hambatan.Tujuan titi panen adalah mempermudah pekerja
panen dalam mengambil/mengangkut buah sawit. Titi panen harus
segera dibuat setelah jalan rintis tersedia.

Pemasangan titi panen dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut :

         TBM 1 dipasang titi panen pada rintis = 25%


         TBM 2 dipasang titi panen pada rintis = 25%
         TBM 3 dipasang titi panen pada rintis = 50%

Titi panen dapat dibuat dari kayu atau beton. Penggantian titi panen
berbahan kayu ke  bahan beton sebaiknya sudah dimulai pada TBM 3
dan telah selesai pada awal TM. Jumlah titi panen tergantung dari
jumlah parit dan saluran air.

Untuk menentukan jumlah dan panjang titi panen harus didasarkan


data sensus yang akurat. Ukuran lebar titi panen tegantung pada
kebutuhan dan harus dapat dilalui angkong dengan lebar titi panen
sekitar 20 cm.

  TPH merupakan tempat pengumpulan hasil panen kelapa sawit. TPH


harus dibuat /dipersiapkan sejak 3-6 bulan sebelum panen. 
Caranya yaitu memiilih tempat yang datar kemudian membersihkan
penutup tanah/rumput dengan menggunakan cangkul.

Ukuran TPH adalah 2 meter x 2 meter. Jarak antara TPH satu


dengan TPH yang lain adalah sekitar 50 meter (tiap 6 gawangan)
dengan lebar titi panen sekitar 20 cm. 

7.        Pemupukan

Perencanaan pemupukan tanaman kelapa sawit belum menghasilkan


(TBM) dilakukan oleh Mandor besar (Mandor 1), Mandor pemupukan
dan krani afdeling dengan berpedoman pada Rencana Kerja Anggaran
Perusahaan (RKAP) dan RAB berdsarkan rekomendasi dai tim riset.

Rencana pemupukan kelapa sawit (TBM) meliputi:

      Blok tanaman yang akan dipupuk


      Jumlah kebutuhan pupuk per blok
      Permintaan kendaraan
      Tempat pengeceran pupuk

      Jenis dan jumlah peralatan pemupukan

Perencanaan pelaksanaan pemupukan harus memperhatikan prinsip-


prinsip yang telah ditetapkan. Rekomendasi pemupukan tanaman
kelapa sawit didasarkan pada prinsip 4 T yaitu (tepat jenis, tepat dosis,
tepat waktu, dan tepat metode). Dosis pupuk ditentukan berdasarkan
umur tanaman,  hasil analisis daun, jenis tanah, produksi tanaman,
jenis tanah, hasil percobaan, dan kondisi visual tanaman.
8.        Tunas Pasir dan Kastrasi

Tunas Pasir/Pruning Sanitasi

Sebelum areal/blok masuk dalam kategori TM tidak diperbolehkan


melakukan pekerjaan tunas apapun karena pada waktu tersebut
jumlah pelepah belum optimum. Sehingga pelepah produktif tidak
boleh dibuang. Prinsip tunas pasir adalah hanya membuang pelepah
yang berada satu lingkaran paling bawah (dekat tanah) dan pelepah
kering artinya ini hanya untuk keperluan sanitasi/kebersihan pokok
sekitar sawit.

Pekerjaan tunas pasir dilakukan dengan cara membuang pelepah satu


lingkaran paling bawah (dekat tanah) dan juga pelepah kering.
Dilakukan 6 bulan sebelum TM. Pelepah kering dipotong memakai
dodos. Pelepah dipotong rapat ke pangkal dengan memakai dodos
kecil (mata dodos 8 cm), kemudian pelepah-pelepah tersebut
dikeluarkan dari piringan dan disusun di gawangan mati. Sesudah
pekerjaan tunas pasir selesai, maka dilarang keras
memotong/memangkas pelepah untuk tujuan apa pun, kecuali untuk
analisis daun, ini pun hanya dibenarkan mengambil anak daunnya saja.

Kastrasi/ Ablasi

Kastrasi atau disebut juga ablasi merupakan pekerjaan penting pada


kelapa sawit sebelum tanaman beralih dari TBM ke TM. Karena itu,
sebelum melakukan kastrasi terlebih dahulu dilakukan monitoring
pembungaan. Caranya yaitu mencatat pohon-pohon yang telah
berbunga. Hasil catatan tersebut kemudian digambarkan pada peta
sensus.

Tanaman kelapa sawit mulai mengeluarkan bunga setelah berumur 9


bulan, tergantung pertumbuhannya. Pada saat tersebut, bunga yang
dihasilkan masih belum membentuk buah sempurna sampai tanaman
berumur sekitar 24 bulan sehingga tidak ekonomis untuk diolah. Oleh
sebab itu, semua bunga maupun buah yang keluar sampai dengan
umur 24 bulan perlu dibuang atau diablasi.

Ablasi merupakan aktivitas membuang semua produk generatif, yaitu


bunga jantan, betina, dan seluruh buah (yang terlanjur jadi) guna
mendukung pertumbuhan vegetatif kelapa sawit. Pelaksanaan ablasi
terakhir dilakukan enam bulan sebelum pokok dipanen. Tujuan utama
dilakukannya ablasi adalah mengalihkan nutrisi untuk produksi buah
yang tidak ekonomis ke pertumbuhan vegetatif sehingga pokok sawit
yang telah diablasi akan lebih kuat dan pertumbuhannya seragam.
Dengan demikian, pertumbuhan buah akan lebih besar dan seragam,
serta menghambat perkembangan hama dan penyakit.

Ablasi biasanya dilakukan pada umur 18 bulan sejak tanam di lapangan


sampai dengan 24 bulan. Setelah itu, bunga betina yang keluar
dibiarkan sehingga tanaman sudah dapat dipanen pada umur 30 bulan.
Ablasi mulai dilaksanakan jika lebih dari 50% pokok kelapa sawit dalam
satu blok telah mengeluarkan bunga jantan dan atau betina.
Umumnya, ablasi mulai dilakukan saat tanaman berumur 18 bulan di
lapangan. Pelaksanaan ablasi dilakukan setiap dua bulan sekali sampai
tanaman berumur 24 bulan.

9.        Pengendalian Hama dan Penyakit

Hama utama tanaman kelapa sawit belum menghasilkan adalah ulat


pemakan daun kelapa sawit (UPDKS) dan Oryctes rhinoceros yaitu
hama penggerek pucuk (titik tumbuh) kelapa sawit. Pengendaliannya
dilakukan secara manual, kimia dan hayati

Penyakit yang banyak ditemui pada TBM adalah


o  Penyakit tajuk yang disebabkan faktor genetis dengan ciri-ciri
adanya pembusukan berwarna coklat yang menyebar melalui
bagian tengah dan menyebabkan anak daun terputus-putus.
o  Penyakit busuk tandan yang disebabkan pathogen marasmius
palmivorus. Ditandai dengan adanya miselia cendawan berwarna
putih pada kulit buah dan tandan. Faktor yang mendorong
timbulnya penyakit ini adalah kebersihan kebun, piringan pohon
sempit/kecil, penunasan terlambat, defisiensi hara dan tingginya
curah hujan.
o  Penyakit busuk pangkal batang (BPB) yang disebabkan oleh jamur
Ganoderma boninense. Penularan penyakit melalui pertautan
antara akar sehat dan akar sakit, atau melalui spora yang
disebarkan oleh angin. Gejala awal terlihat pada daun TBM
mengalami clorosis yang berlanjut mengeringnya anak daun dan
pelepah, serta terjadinya pembusukan pada jeringan pangkal
batang dan akhirnya tanaman mati. Pengendalian hayati untuk
Ganoderma dilakukan dengan pemberian Trichoderma spp.

Pruning Pada Masa TM Kelapa Sawit

Tunas pokok (pruning atau pemangkasan) merupakan salah satu


pekerjaan kultur teknis yang diperlukan dalam upaya peningkatan
produktivitas kelapa sawit. Pekerjaan ini mengandung dua aspek yang
saling bertolak belakang, yakni mengusahakan agar pelepah yang
masih produktif (daun masih hijau) tetap dipertahankan, tetapi di lain
pihak kadangkala harus dipotong untuk mempermudah pekerjaan
panen dan memperkecil losses (brondolan tersangkut di pelepah).
Kelapa sawit menghasilkan 18-30 pelepah setiap tahunnya, 8-22
pelepah terdapat buah dan sisanya tidak menghasilkan buah.
Produktivitas yang tinggi akan tercapai jika penunasan dilakukan
dengan cara yang benar, tetapi jika tidak dilakukan justru akan
menurunkan produksi. Jumlah pelepah yang optimum untuk menjaga
keseimbangan kedua aspek di atas adalah 48 - 56 pelepah (untuk
tanaman muda) dan 40 - 48 pelepah (tanaman tua). Dengan demikian
pemakaian kapak untuk panen di tanaman muda tidak dibenarkan dan
harus digunakan dodos. Akan tetapi pada tanaman teruna dan tua
(umur > 8 tahun), tidak dapat dihindarkan penggunaan egrek untuk
panen sehingga terpaksa dilakukan pemotongan pelepah-pelepah
produktif.

Tidak ada pruning/penunasan selama masa belum menghasilkan


(TBM) sampai 6 bulan menjelang panen pertama, dan biasanya 24
bulan setelah tanam, pekerja tidak boleh memotong atau membuang
pelepah pada masa ini. Pelaksanaan pruning bisa dilakukan apabila
adanya pelepah yang mati dan tidak produktif, serta adanya janjang
dan buah busuk, dan ini disebut pruning sanitasi, gunanya adalah
untuk memudahkan pemanen sehingga pekerjaannya tidak terganggu

Berdasarkan percobaan-percobaan yang telah dilakukan di beberapa


tempat, diketahui bahwa semakin banyak pelepah kelapa sawit pada
tanaman maka akan semakin tinggi buah yang akan dihasilkan oleh
tanaman tersebut. Hal ini disebabkan karena semakin banyak daun
maka proses fotosintesis akan semakin besar terjadi.

Tujuan penunasan :

 mempermudah pekerjaan panen.


 menghindari tersangkutnya brondolan pada ketiak pelepah.
 memperlancar proses penyerbukan alami.
 mempermudah pengamatan buah matang pada saat pekerjaan
panen.
 melakukan sanitasi (kebersihan) tanaman, sehingga menciptakan
lingkungan yang tidak sesuai bagi perkembangan hama dan
penyakit.
 pada tanaman muda (tunas pasir) mempermudah pemupukan,
pembersihan piringan, dan pengutipan brondolan.

Teknik penunasan merupakan faktor yang harus diperhatikan, karena


bila dilakukan dengan cara yang kurang tepat seperti daun terpotong
terlalu banyak akan merangsang pertumbuhan bunga jantan sehingga
dapat menurunkan produces. Umumnya pelepah dipotong rapat ke
batang dan bekas potongan berbentuk tapak kuda dengan sudut 30
derajat terhadap garis horizontal, dengan tujuan menghindari
tersangkutnya brondolan.

Berdasarkan alasan diatas, akan sangat menguntungkan apabila


pembuangan pelepah kelapa sawit dilakukan seminimal mungkin
selama masa produksi. Pembuangan pelepah yang berlebihan akan
menyebabkan bertambahnya jumlah bunga jantan dan dengan
sendirinya akan mengurangi jumlah dan berat tandan buah yang
dihasilkan.

Akan tetapi jika pembuangan tidak dilakukan, maka akan timbul


kesulitan pada saat memanen tandan buah. Oleh karena itu perlu
diambil langkah kebijaksanaan sebagai berikut :

a. Pruning untuk sanitasi

Pruning pertama dilakukan bersamaan dengan waktu pelaksanaan


kastrasi. Hanya pelepah kering saja yang dibuang. (umur 17 bulan atau
19 bulan).

b. Pruning Pertama

Pruning pertama dilakukan sebelum pemanenan (harvesting) pertama.


Semua pelepah yang berada di bawah tandan buah yang terendah
dibuang sehingga tandan buah yang terendah tersebut tidak perlu
memiliki sangga buah.

Setelah pruning pertama, tidak dilakukan lagi pruning sampai tanaman


berumur 4 tahun atau sampai tandan buah yang terendah tinggi 1m
dari permukaan tanah.

c. Pruning pada umur 4 tahun.

Ketika tanaman telah berumur 4 tahun dan tandan buah terendah


berada pada ketinggian 1 m dari tanah, maka pruning dapat dilakukan
mengingat saat ini cukup banyak pelepah yang harus dibuang sehingga
jika dilakukan pruning sekaligus akan menyebabkan beban berat
(stress) pada tanaman tersebut. Oleh karena itu, pruning harus
dilakukan dalam dua tahap sebagi berikut.
 Jika terdapat 8 lingkaran pelepah (spiral), maka pruning pertama
hanya dibuang 4 lingkaran pelepah saja.

 2 – 3 bulan kemudian, 4 lingkaran pelepah tersebut dibuang dengan


syarat pruning hanya dilakukan sampai 2 pelepah dibawah tandan
buah yang masak ( 2 sangga buah ).

 Pruning pada umur 5 – 7 tahun.

Pruning dilakukan sekali dalam setahun.

Harap diperhatikan setelah pruning dan pemanenan dilakukan pelepah


yang masih tertinggal harus berjumlah antara 48 – 64 pelepah pada
pokok-pokok yang sedang mengalami fase bunga jantan. Puring
dilakukan hanya sampai 2 pelepah dibawah tandan buah yang masak
(2 sangga buah) Untuk pelaksanaan pruning, agar digunakan system
progressive pruning.

d. Pruning pada umur 8 – 14 tahun.

Dilakukan seperti butir 4 diatas, akan tetapi jumlah pelepah yang


tinggal setelah pruning/pemanenan adalah 40 – 48 pelepah atau 5 – 6
pelepah perspiral.

e. Pruning umur 15 tahun.

Dilakukan seperti butir 4 diatas, akan tetapi jumlah pelepah yang


tinggal setelah pruning/ pemanenan adalah 32 pelepah atau 4 pelepah
perspiral

f. Sistem Progressive Pruning

Yang dimaksud dengan sistem Progressive Pruning adalah Pruning


dilakukan secara bertahap dan terus-menerus sepanjang tahun,
pelapah yang lebih dari jumlah yang telah ditetapkan di atas saja yang
dibuang :

 5 - 7 tahun 48 - 64 pelepah
 8 - 14 tahun 40 - 48 pelepah
 15 tahun ke atas 32 pelepah

Pelaksanaan dari Progressive Pruning ini dilakukan oleh satu kelompok


yang terdiri dari beberapa orang dan kelompok ini bertugas sebagai
pruners terus menerus sepanjang tahun. Mengenai jumlah pemakaian
tenaga per hektar per tahun dengan menggunakan sistem ini tidak
melebihi jumlah tenaga yang dipakai pada sistem lama yaitu :
maksimum 3 orang per hektar per tahun.

 Sebaiknya setiap blok dilakukan rotasi pruning sekali sebulan atau


sekali dua bulan tergantung kapada kondisi setempat.

 Keuntungan dari sistem ini adalah untuk mengurangi stress


tanaman pruning dilakukan secara sedikit demi sedikit dan terbagi
rata dalam satu tahunnya. Secara agronomi hal ini akan sangat
menguntungkan.

Keterangan Umum

 Pemanen harus diberi instruksi agar hanya memotong pelepah


seminimal mungkin.

 Pada waktu melakukan rotasi pruning pelepah yang dibuang


hanyalah pelepah yang lebih dari jumlah yang telah ditetapkan di
atas dan pelepah yang mulai kering.

 Pruning harus diusahakan dilakukan pada musim hujan (jika


menggunakan sistem biasa).
 Untuk melakukan pruning pada pokok-pokok yang sedang dalam
masa Fase bunga jantan, perhitungan pelepahnya harus dilakukan
oleh Mandor atau Asisten sebelum pruning dilakukan oleh
karyawan.

 Setiap melakukan rotasi pruning pembersihan (sanitation), buah-


buah yang sudah tua dan busuk harus sekaligus dibuang.

Perhatian khusus harus diberikan pada tanaman muda, juga


kemungkinan terdapatnya Marasmius dan Thirataba, cukup besar
sehingga buah-buah yang terserang hama dan penyakit tersebut harus
dibuang.

TATA LAKSANA DAN ALAT

1. Tunas Pasir

Syarat :

Tunas pasir hanya dikerjakan 1 kali saja selama hidupnya kelapa sawit,
yaitu bila tanaman sudah berumur 2.5 tahun sejak ditanam
dilapangan, maka apabila cukup berkembang untuk produksi buah
atau TBS.

Cara :

1. Seluruh daun / cabang yang paling bawah sebanyak 1-2 lingkaran


pertama (maksimum 15 cm dari tanah ) supaya dibuang, diatas
batas ini cabang tidak boleh diganggu.

2. Cabang harus dipotong rapat kepangkal dengan memakai arit (egrek


kecil).
3. Dengan alat ini (memakai gagang sepanjang 1,5-2,0 meter )
potongan-potongan cabang mudah dikumpulkan dengan
menariknya (dikait) keluar. 

4. Pekerjaan ini harus dikerjakan oleh buruh sendiri dibawah


pengawasan yang ketat, tidak dibenarkan oleh pemborong.

5. Tenaga kerja untuk tunas pasir : 4 hk / HA.

6. Sesudah pekerjaan tunas pasir hingga masa tunas selektif, maka


dilarang keras memotong cabang tanaman kelapa sawit untuk
tujuan apapun, kecuali analisa daun, dan ini hanya dibenarkan
mengambil anak daunnya saja.

2. Tunas Selektif

Tujuannya untuk mempersiapkan pokok untuk dipanen, yakni pada


umur 3-4 tahun, tergantung pada keadaan pertumbuhan pokok.
Syarat.

1. Suatu blok atau golongan tanaman dapat mulai ditunas selektif jika
sekurang-kurangnya 40% telah mempunyai tandan buah yang
hampir masak pada tinggi 90 cm (3 kaki) dari tanah diukur dari
permukaan tanah kepangkal tandan.

2. Semua pohon yang memenuhi syarat yang ditentukan (ukuran


tingginya) harus ditunas.

Cara.

 Batas tunas adalah : 2 cabang songgo buah keatas supaya


ditinggalkan tidak ditunas.

 Semua cabang dibawah songgo buah tersebut diatas supaya ditunas


secara timbang air keliling pokok.

 Semua rerumputan seperti pakis dan lain-lain yang tumbuh pada


pokok kelapa sawit harus dicabut / dibersihkan.

Alat

 Pusingan tunas perdana bagi sisa pokok yang 60% lagi dilaksanakan
4 bulan sekali, hingga semua pokok akhirnya akan tertunas.

 Alat untuk tunas selektif adalah tajak atau pisau dodos yang dipakai
juga untuk potong buah pada tanaman produktif muda, lebar mata
tajam 14 cm.

 Alat yang sama masih terus dipakai untuk tunas biasa hingga pokok
mencapai ketinggian kurang lebih 2,5 meter.
 Alat ini diberi gagang kayu laut atau domuli sepanjang 1,5-2 meter,
cabang dipotong rapat kepangkal dari arah samping untuk
menghindari alat melukai pokok.

Rotasi.

Tunas selektif berlaku untuk tanaman umur 3-4 tahun, dengan tenaga :
50 pokok/HK.atau (6 HK /HA/ tahun). 

3. Tunas Umum (Biasa)

a. Pusingan.

Pusingan tunas umum (biasa) untuk Tanaman Menghasilkan


dilaksanakan 9 bulan sekali, atau 4 pusingan dalam 3 tahun, dengan
demikian perencanaan pusingan tiap tahun harus selalu didasarkan
pada pusingan terakhir pada tahun yang lalu. Misalnya situasi pada
1986 yaitu melaksanakan / menyelesaikan pusingan januari 1986 –
September 1986 dan memulai pusingan oktober 1986 – juni 1987.

b. Cara.
Caranya

 Seluruh umur ditunas hingga 2 (dua) cabang songgo buah paling


bawah secara timbang pasir.

 Satu rotasi tunas harus selesai dalam jangka waktu 9 bulan,


sedangkan untuk satu tahun : 1 1/3 pusingan.

Tebel  Pruning Treatment

Pruning Treatments Rata-rata hasil

(Ton/ffb/ha/tahun)

Hanya pelepah kering saja 23.3

Tersisa 40 - 56 pelepah/pohon 23.0

Tersisa 24 - 32 pelepah/pohon 19.8

Tabel Jumlah Pelepah per Pohon per Umur

Umur Tanaman Lingkaran Jumlah Rotasi/tahun


(thn) pelepah/phn
pelepah

3–4 7 56 1.0

5–8 6 48 – 52 1.0

9 – 12 5 40 – 44 1.3

> 12 4 32 - 36 1.3

c. Alat.
Hingga tinggi pokok 2,50 meter tetap memakai ”pisau dodos besar”
( lihat tunas selektif )

Bagi pokok yang tingginya diatas 2,50 meter (mulai umur 8 tahun
keatas) seluruh pekerjaan tunas tanpa kecuali harus dilaksanakan
dengan pisau egrek biasa (pisau Malaya) yang diikatkan pada ujung
galah (gagang dari bambu). Panjang gagang diatur menurut tinggi
pokok, bila perlu 2 galah disambung untuk pokok-pokok yang sangat
tinggi.

Selama menunas, semua epiphyt pada batang harus dibersihkan


dengan mancabut pakai tangan sekitar pangkal batang dan memikul
pakai pelepah pada bagian yang lebih tinggi.

Pokok sakit atau kuning karena dificiency harus ditunas lebih hati-hati,
cukup membuang daun yang karing saja.

II. Menyusun Pelepah. 

1. Pelepah-pelepah atau cabang disusun (dirumpuk) digawangan yang


tidak ada pasar rintisnya.

2. Cabang tidak perlu dipotong-potong, melainkan dirumpuk saja


memanjang barisan pohon, tindih menindih dan jangan berserakan.

3. Andaikata digawangan tanpa rintis seperti dimaksud diatas


kebetulan pula ada parit dengan arah memanjang barisan, maka
cabang-cabang harus dipotong tiga dan dirumpuk diantara pohon
dalam garisan sesuai dengan metode lama.

4. Keuntungan cara ini adalah sebagai berikut :


 Cabang tidak perlu dipotong-potong kecuali jika ada parit
memanjang di gawangan, sehingga menghemat energi dan waktu
tukang potong buah / tunas.

 Piringan tidak bertanbah sempit oleh ujung-ujung cabang karena


telah dirumpuk jauh di tengah gawangan.

 Ancak panen dari masing-masing tukang potong buah lebih aman


dari saling ”curi buah” antara sesama mereka (pindah antar rintis
lebih sulit).

 Menekan pertumbuhan gulma di tengah gawangan.

Untuk areal berbukit yang arah rintisnya memanjang dari puncak bukit
ke kaki bukit, susunan cabang harus searah (artinya pucuk bertindih
dengan pucuk, pangkal dengan pangkal), dimana pangkal pucuk harus
berada dibagian lereng yang tertinggi.

III. Organisasi Tunas

1. Satu orang mengancak satu baris. 

2. Potong cabang – langsung disusun.

3. Bersihkan epiphyt – langsung dibersihkan piringan dari sampah.

4. Kemudian baru pindah ke pohon berikutnya.

5. Penunasan sebaiknya dilakukan pada saat periode produksi rendah


kecuali tenaga kerja cukup 

6. Pelepah hasil penunasan harus disusun untuk mencegah erosi,


menjaga kelembaban, memudahkan kegiatan operasional (rawat
dan panen), menekan pertumbuhan gulma, merangsang
pertumbuhan akar dan sumber hara.

7. Cara penyusunan pelepah :

 Harus disusun rapi menyebar di gawangan mati dan di antara


pohon. Tidak mengganggu jalan rintis dan piringan

 Susunan pelepah berbentuk : ”L”

 Pada areal curam, peletakan pelepah mengikuti jalan kontur untuk


menahan air.

Pruning Sanitasi
Tanaman kelapa sawit akan berproduksi optimal tentunya tidak
terlepas dari adanya pemeliharaan tanaman yang baik dan benar pada
tanaman sudah menghasilkan (TSM) maupun tanaman sebelum
menghasilkan (TBM). Tanaman belum menghasilkjan adalah tanaman
yang dipelihara sejak bulan pertama penanaman sampai dipanen pada
umur 30 - 36 bulan. Pemeliharaan masa tanaman belum menghasilkan
merupakan lanjutan dan penyempurnaan dari pekerjaan pembukaan
lahan dan persiapan untuk mendapatkan tanaman yang berkualitas
prima
Penunasan merupakan kegiatan pembuangan daun – daun tua yang
tidak produktif pada tanaman kelapa sawit. Penunasan biasa juga
disebut dengan pemangkasan. Pemangkasan bertujuan untuk
memperbaiki udara di sekitar tanaman, mengurangi penghalangan
pembesaran buah dan kehilangan brondolan,dan memudahkan pada
saat kegiatan pemanenan dilakukan. Suyatno (1994) menyatakan
bahwa tanaman kelapa sawit yang berumur 3 – 8 tahun memiliki
jumlah pelepah optimal sekitar 48 – 56 pelepah, sedangkan yang
berumur lebihdari 8 tahun jumlah pelepah optimalnya sekitar 40 – 48
pelepah. Tanaman belum menghasilkan juga dilakukan kegiatan
penunasan (pruning). Kegiatan penunasan pada TBM disebut juga
dengan penunasan pasir, yaitu memotong pelepah-pelepah kosong
pada tanaman kelapa sawit. Sanitasi ini bertujuan untuk
mempermudah pemeliharaan dan mengefektifkan pemanfaatan unsur
hara.

Selama masa tanaman belum menghasilkan diperlukan beberapa jenis


pekerjaan pemeliharaan yang secara teratur harus dilaksanakan,
diantaranya adalah Penunasan. Menunas (tunas pasir) adalah
pekerjaan memotong daun-daun tua tanaman kelapa sawit yang tidak
bermanfaat lagi bagi tanaman. Tanaman muda tidak boleh ditunas
sampai umur 15 bulan karena jumlah daun masih < 48 daun.

Sehubungan dengan itu, penunasan hanya dilakukan dengan


memotong daun-daun tua saja yang tidak bermanfaat lagi bagi
tanaman,yaitu daun-daun tua yang masih hijau menjelang kering
dilihat dari fungsinya sebagai "asimillator" tidak berarti lagi. Selain itu
pada daun menjelang kering terjadi transport/pengangkutan zat
makanan dari daun tua ke pucuk tanaman, dimana zat-zat makanan itu
dipergunakan untuk pertumbuhan bagian lain, terutama unsur yang
mobil seperti Kalium (K) dan Mangan (Mn).

Tujuan menunas pada tanaman belum menghasilkan turutama untuk


sanitasi/kebersihan pohon. Peralatan yang diperlukan dalam menunas
adalah "Chicel" berukuran 5 cm - 7,5 cm. Pekerjaan penunasan ada 3
jenis, yaitu :

1. Penunasan Pendahuluan, dilakukan 6 bulan sebelum tanaman


dimutasikan masuk menjadi tanaman menghasilkan.

2. Penunasan periodik, dilakukan pada tanaman menghasilkan dengan


rotasi/pergiliran yang ditentukan

3. Penunasan panen dilakukan sekaligus pada saat panen. Kadang-


kadang 1 daun - 2 daun samping dari daun penyangga yang ditunas
sebelum tandannya dipotong.
Alat-alat yang digunakan untuk pekerjaan penunasan ini tergantung
pada cara penunasan, bisa berupa dodos, kampak dan bisa juga egrek.
Agar rotasi tunasan dapat terpenuhi, sebaiknya dibuat rencana
penunasan setiap bulan. Penunasan dilakukan pada waktu panen
rendah karena saat itu daun yang tidak menyangga tandan lebih
banyak

Ablasi Untuk Mendorong Pertumbuhan


Vegetatif
Kastrasi Tanaman Kelapa Sawit atau bisa disebut juga dengan ablasi
adalah pekerjaan dengan melakukan pemotongan atau
pengkebirian/pengebirian pada bunga jantan dan bunga betina yang
masih muda yang dilakukan pada tahap tanaman sawit mulai berbunga
atau pada awal TBM, yaitu saat berumur 14 hingga 20 bulan. Kastrasi
merupakan salah satu pekerjaan yang penting sebelum tanaman
beralih dari tahap TBM ke tahap TM.
Tanaman kelapa sawit sudah mulai berbunga yakni ketika berumur 14
bulan, namun juga tergantung saat proses pertumbuhannya : tingkat
kesuburan tanah, pemupukan, kualitas bibit dsb. Pada saat itu, bunga-
bunga tanaman sawit tersebut masih belum sempurna membentuk
buah hingga tanaman mencapai umur sekitar 23 bulan. Sebelum itu,
buah yang dihasilkannya tidak ekonomis untuk diolah. Karena itulah
maka semua bunga maupun buah yang dihasilkan hingga mencapai
umur 23 bulan ini perlu dibuang atau dikastrasi.

Kastrasi adalah membuang semua produk generatif dari tanaman


sawit, yaitu mulai dari bunga jantan, bunga betina hingga seluruh buah
yang berguna untuk mendukung pertumbuhan vegetatif kelapa sawit.
Kastrasi terakhir dilakukan 6 bulan sebelum buah dipanen.
Kastrasi mulai di hentikan 6 bulan sebelum tanaman memasuki masa
panen. Jika pada usia tanaman 24 bulan tanaman sudah panen, di usia
12 bulan tanaman mulai dilakukan Kastrasi & memasuki usia 18 bulan
Kastrasi sudah di hentikan.

Tujuan kastrasi diperkubunan kelapa sawit adalah:

 Mengalihkan nutrisi untuk produksi buah yang belum bernilai


ekonomis agar terserap pada pertumbuhan vegetatif. Sehingga
pada saat tanaman sudah menghasilkan, fisik tanaman sudah kokoh
dan kuat.

 Pohon-pohon sawit yang telah dikastrasi biasanya lebih kuat dan


seragam dalam bentuk pertumbuhannya.

 Buah yang dihasilkan tanaman menjadi lebih besar, berbobot dan


seragam beratnya.

 Menjaga sanitasi tanaman, sehingga tanaman menjadi lebih bersih,


dengan demikian bisa menghambat atau mengurangi kemungkinan
perkembangan hama dan penyakit seperti : Tirathaba, Marasmius,
tikus dan sebagainya.

 Memaksimalkan fase vegetatif pada tanaman sehingga, tanaman


menjadi kokoh pada fase Generatif.

 Mencegah terserangnya Hama Penyakit pada tanaman

 Biasanya hama yang menyerang buah adalah Ulat Terataba

Kastrasi sebaiknya dilakukan jika lebih dari 50% pohon kelapa sawit
telah mengeluarkan bunga jantan dan bunga betina. Yakni ketika
tanaman kelapa sawit mulai memasuki usia antara 14 hingga 20 bulan
sejak mulai di tanam.
Kastrasi dilaksanakan setiap 2 (dua) bulan sekali hingga tanaman sawit
mencapai umur 23 bulan, sebab jika terlambat maka ada bunga betina
yang akan menjadi buah sehingga pupuk yang diberikan akan
digunakan oleh tanaman pada buah, padahal buah yang dihasilkan
masih belum produktif dan belum layak untuk dijual.

Alat yang digunakan untuk proses kastrasi adalah chisel atau Irhotools,
yaitu dodos dengan lebar mata 8 cm yang di ujungnya terdapat pengait
kecil. Bunga yang sudah dipotong dengan dodos ini kemudian ditarik
dengan kait kecilnya. Pemakaian tenaga kerja selama proses kastrasi
ini adalah 7 HK/ha. Setiap bulan seorang pekerja mampu
menyelesaikan 50 ha. Dalam melakukan kastrasi harus dijaga agar
pelepah daun jangan sampai terluka atau terpotong. Tandan bunga
yang dipotong kemudian dikumpulkan ke dalam goni, kemudian
dipendam dalam tanah.
Pelaksanaannya

 Buah yang jadi belum ekonomis di panen karena belum merata.

 Alat yang digunakan untuk proses kastrasi adalah chisel atau


Irhotools, yaitu dodos dengan lebar mata 8 cm yang di ujungnya
terdapat pengait kecil. Bunga yang sudah dipotong dengan dodos
ini kemudian ditarik dengan kait kecilnya. 

 Pemakaian tenaga kerja selama proses kastrasi ini adalah 7 HK/ha.


Setiap bulan seorang pekerja mampu menyelesaikan 50 ha. Dalam
melakukan kastrasi harus dijaga agar pelepah daun jangan sampai
terluka atau terpotong. Tandan bunga yang dipotong kemudian
dikumpulkan ke dalam goni, kemudian dipen dam dalam tanah

 Dilaksanakan mulai saat tanaman berbunga (14 – 18 ) bulan sampai


26-30 bulan atau bila jumlah bunga hasil monitoring pada suatu
blok sudah mencapai 50%.

 Cara : Semua bunga jantan dan betina sampai ketinggian 30 cm di


atas tanah dibuang, pelepah jangan terpotong. Bunga yang masih
kecil dipatahkan dengan mata pengait sedangkan bunga yang sudah
besar dengan alat dodos. Bunga-bunga tersebut dikumpulkan
kejalan pikul dan kalau sudah kering dibakar.

Tunas Pasir

 Dilakukan 1 kali saja pada saat umur tanaman 18 atau 24 bulan. 1


HK/ha

 Semua cabang kering dipotong mepet ke pangkal batang dengan


alat dodos.

Anda mungkin juga menyukai