Anda di halaman 1dari 57

PEDOMAN NORMA KERJA

PERKEBUNAN KELAPA SAWIT


(KELOMPOK ASET TANAMAN)
IR. TASLIM, MMPP, MAPPI (CERT.)

WORKSHOP TEKNIK INSPEKSI DAN ANALISIS


DATA PENILAIAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT
KERJASAMA DPD MAPPI SUMUT ACEH
DENGAN KPSPI MAPPI
11 - 22 JULI 2023
Batasan Materi Ajar
 Materi ajar ini disarikan dari beberapa referensi tentang
budidaya kelapa sawit baik yang di produksi oleh Pusat
Penilitian Kelapa Sawit maupun institusi dan perorangan yang
diterbitkan secara terbuka.
 Materi ini lebih difokuskan kepada norma kerja pengelolaan
kebun kelapa sawit khususnya tanaman yang memiliki
signifikansi dengan kegiatan peserta ajar sebagai praktisi
penilai properti perkebunan.
 Materi ajar ini dibatasi hanya kepada aset tanaman
 Apabila terdapat bagian dari materi ini yang mengulang dari
materi yang disampaikan oleh pihak PPKS Marihat Medan, hal ini
dapat dimaklumi karena penyusunan materi ini merujuk pada
referensi yang sangat mungkin sama.

Workshop Teknik Inspeksi dan Analisa Data Penilaian Perkebunan Kelapa Sawit 2
Pokok Bahasan

Pokok bahasan pengenalan norma-norma pengelolaan sub


aset tanaman sebagai bagian dari aset perkebunan kepala
sawit ini dibagi menjadi :
 Kegiatan Pengelolaan Tanaman pada tahap Pembibitan
 Kegiatan Pengelolaan Tanaman pada tahap Tanaman Belum
Menghasilkan (TBM),
 Kegiatan Pengelolaan Tanaman pada tahap Tanaman
Menghasilkan (TM)

Workshop Teknik Inspeksi dan Analisa Data Penilaian Perkebunan Kelapa Sawit 3
Pembibitan Kelapa Sawit
Defenisi Pembibitan Kelapa Sawit (PPKS Marihat) :
Suatu kegiatan budidaya pada benih (kecambah)
dan /atau hasil kultur jaringan kelapa sawit
untuk menyiapkan agar dapat hidup dan tumbuh
berkembang normal disertai dengan karakteristik
yang dikehendaki (seleksi) saat ditanaman di
areal penanaman.

Tahap Pembibitan dapat terdiri dari Single Stage atau Double


Stage :
1. Pembibitan Awal (Pre Nursery) merupakan tahap yang
dilakukan selama 3 bulan pertama dengan polybag
kecil.
2. Pembibitan Utama (Main Nursery), suatu tahapan
lanjutan dari tap sebelumnya yang meliputi kegiatan
pemindahan bibit dari Pre Nursery kedalam polybag
ukuran besar yang dipelihara selama 9-12 bulan sampai
siap tanam

Workshop Teknik Inspeksi dan Analisa Data Penilaian Perkebunan Kelapa Sawit 4
Kelompok Kegiatan di Pembibitan
1. Tahap Persiapan
 Persiapan Areal Bibitan (Kebun Bibit), dimana luas areal bibitan
umumnya berkisar 1,0-1,5 % dari luas areal kebun.
 Pengadaan Bahan dan Alat, kebutuhan kecambah per hektar areal
bibitan adalah 140 % dari jumlah bibit yang akan ditanam
 Penyiapan Media Tanam dan Penanaman,
2. Tahap pemeliharaan
 Pemeliharaan Bibit
 Perawatan Areal Pembibitan
 Seleksi Bibit, seleksi bibit yang baik misalnya di tahap PN akan
mampu mengurangi 5-10% keperluan tanah dan polybag di tahap MN.
 Pindah Tanam

Workshop Teknik Inspeksi dan Analisa Data Penilaian Perkebunan Kelapa Sawit 5
Ukuran Polybag Bibitan

Polybag Pre Nursery (PN)


Panjang = 22 cm ; Lebar = 14 cm dan Tebal = 0,07 mm,
dilobagi dengan diameter 0,3 cm sebanyak 12-20 lobang.

Polybag Main Nursery (MN)


Panjang = 50 cm ; Lebar = 37-40 cm dan Tebal = 0,2 mm,
dilobagi dengan diameter 0,5 cm sebanyak 12 lobang pada
ketinggian 10 cm dari bawah polybag.

Workshop Teknik Inspeksi dan Analisa Data Penilaian Perkebunan Kelapa Sawit 6
Kecambah Kelapa Sawit
letak plumula dan radikula
1-2 cm dari permukaan top soil

Tanah top soil

Polybag

 Kecambah Yang ditanam adalah kecambah yang telah dapat


dibedakan antara bakal daun (plumula) dan bakal akar
(radicula).
 Plumula ditandai dengan bentuknya yang agak menajam dan
berwarna kuning muda
 Radicula berbentuk agak tumpul dan berwarna lebih kuning
gelap dari plumula

Workshop Teknik Inspeksi dan Analisa Data Penilaian Perkebunan Kelapa Sawit 7
Naungan Bibit
Kelapa Sawit
 Mencegah masuknya sinar
matahari langsung
 Menghindari terbongkarnya tanah
akibat hujan
 Pengaturan intensitas
penerimaan Cahaya matari
berdasarkan umur bibit sbb:

Workshop Teknik Inspeksi dan Analisa Data Penilaian Perkebunan Kelapa Sawit 8
Kegiatan Pemeliharaan utama untuk
Pembibitan
 Penyiraman, dilakukan 2 kali sehari, setiap bibit memerlukan
0,1 - 0,25 liter/penyiraman untuk PN, sedangkan untuk MN
2 liter/hari/polybag
 Penyiangan (Pengendalian Gulma), penyiangan secara manual
untuk rumput atau gulma lain sebanyak 2 minggu sekali
 Konsolidasi Bibit, menambah tanah yang kurang, menegakkan
polybag yang miring
 Pengendalian Hama Penyakit,
 Hama utama PN ; semut, jangkrik, belalang, tikus
 Penyakit : Helminthosporium, Antrachnosa, blast
 Sedangkan pada MN hama utamanya meliputi kumbang Apogonia,
belalang, ulat api, keong dan tikus. Pengendalian dapat dilakukan
dengan menggunakan insteksida, pestisida, fungisida dan rodentisida
seperti Sevin 0,15%, Mannozeb 0,1%, Kaptafol 0,2% dengan rotasi yang
disesuaikan dengan tingkat serangan.
Workshop Teknik Inspeksi dan Analisa Data Penilaian Perkebunan Kelapa Sawit 9
Pemupukan pada Pembibitan
Kelapa Sawit
 Pada PN pupuk urea sebanyak 2 gr/liter
air utk 100 bibit atau polybag, sedang
bila menggunakan pupuk majemuk 2,5
g/polybag dengan frekuensi pemupukan
seminggu sekali
 Pada MN saat penanaman (pemindahan
bibit dari PN ke MN) pada setiap polybag
diberikan NPKMg 15-15-6-4 sebanyak 5
gr/polybag.
 Selanjutnya setelah penanaman
dilakukan pemupukan mengikuti umur
bibit yang jenis dan dosis pupuknya sbb:

Workshop Teknik Inspeksi dan Analisa Data Penilaian Perkebunan Kelapa Sawit 10
Norma Kebutuhan Tenaga Kerja
pada kegiatan Pembibitan
Pembibitan Awal (Pre Nursery) Pembibitan Utama (Main Nursery)

Workshop Teknik Inspeksi dan Analisa Data Penilaian Perkebunan Kelapa Sawit 11
Seleksi Pembibitan
Standar Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit PPKS

 Perbedaan pertumbuhan bibit dapat


disebabkan oleh faktor genetis dan
kultur teknis
 Seleksi bibit bertujuan menghindari
terangkutnya bibit abnormal ke
lapangan
 Seleksi kecambah = 2,5 %
 Seleksi di pre nursery = 10 %
 Seleksi di main nursery = 15 %
 Cadangan penyisipan = 5 %

Workshop Teknik Inspeksi dan Analisa Data Penilaian Perkebunan Kelapa Sawit 12
Bibit Abnormal Daun Berkerut (Crinvled Leaf) Daun seperti rumput (Grass Leaf) Daun bergulung (Rolled Leaf) Daun berputar (Twisted Leaf)

Abnormalitas bibit kelapa sawit


disebabkan oleh kesalahan
teknis dalam pembibitan dan
faktor genetik.
Bibit kelapa sawit abnormal
yang disebabkan oleh faktor
genetik tidak dapat Bibit yang berkerut harus dibuang Daun sempit dan Panjang seperti Daun Panjang, sempit dan Daun tumbuh melintir,
namun pada gejala ringan, rumput. perbandingan lebar dan bergulung sepanjang tulang penyebabnya adalah salah
disembuhkan sehingga harus umumnya bibit membentuk daun Panjang tidak seimbang- daun. Umumnya karena faktor tanam radicula ke atas
diapkir dan dimusnahkan. baru yang normal disebabkan faktor genetik genetic, namun bisa juga
karena kekeringan atau
plumula ke bawah. Atau
terkena herbisida
serangan serangga

Jarak Anak Daun Rapat (Short Pelepah dan Anak daun Anak Daun Lebar dan Pendek Anak Daun Sempit dan runcing Jarak Anak Daun Jauh Pelepah Pendek
internode) Lemas (Narrow Pinnae) (Short Broad Leaf)
Workshop Teknik Inspeksi dan Analisa Data Penilaian Perkebunan Kelapa Sawit 13
Persiapan Penanaman
• Dibuat rancangan larikan (barisan) tanaman serta Jarak Antar Barisan dan Populasi
pancang sebagai titik tanam kelapa sawit. Letak ajir
(pancang) membentuk barisan ajir yang lurus di lihat
dari segala arah, dan kelak setiap individu tanaman
akan memperoleh tempat tumbuh yang sama luasnya,
segingga mempunyai peluang untuk tumbuh dan
berkembang dalam kondisi yang tidak berbeda.
 Sistem jarak tanaman yang digunakan umumnya
adalah segitiga sama sisi dengan jarak 9 m X 9 m X 9
m. Dengan sistem segitiga sama sisi ini, jarak utara –
selatan tanaman adalah 7,82 m dan jarak antara
setiap tanaman adalah 9 m. Populasi (kekerapatan)
tanaman per ha adalah 143 pohon.
 Penanaman kelapa sawit dapat juga menggunakan
jarak tanam 9,5 m X 9,5 m X 9,5 m dengan jarak
tegak lurus (U-S) 8,2 dan populasi 128 pohon per
hektar.

Workshop Teknik Inspeksi dan Analisa Data Penilaian Perkebunan Kelapa Sawit 14
Pemancangan

Kegiatan Pemancangan :
 Pemancangan dilakukan setelah
selesai pembukaan lahan, norma
tenaga kerja 6 HK/ha
 Pedoman arah barisan tanaman
adalan U-S (Utara - Selatan)
 Pemancangan dilakukan sesuai
dengan jarak tanamnya (system
segitiga sama sisi).
Workshop Teknik Inspeksi dan Analisa Data Penilaian Perkebunan Kelapa Sawit 15
Bahan dan Alat Pancang

1. Bambu kecil berukuran 1 meter, pancang


kepala Panjang 2,5 m
2. Kawat berdiameter 2-3 mm sebanyak 2
utas masing-masing panjangnya 100 m
Kawat 1 : diberi tanda tiap jarak tanam
Kawat 2 : diberi tanda jarak antar baris

Workshop Teknik Inspeksi dan Analisa Data Penilaian Perkebunan Kelapa Sawit 16
Penanaman Kacangan Penutup Tanah
1. Jenis-jenis kacangan
 Pueraria javanica (PJ)
 Centosoma pubescens(CP)
 Colopogonium mucunoides (CM)
 Colopogonium caeruleum (CC)
 Pueraria phaseoloides(PP)

2. Perbandingan yg umum digunakan per ha :


 3 kg PJ + 5 kg CM = 8 kg
 3 kg PJ + 3 kg CM + 4 kg CP = 10 kg
 3 kg PJ + 5 kg CM + stek CC 1.250 polybag
 1 kg CC + 3 kg PJ = 4 kg
 3 kg PJ + 8 kg CP = 11 kg
 1 kg CC + 8 kg CP = 9 kg
 2 kg PJ + 1 kg CP + 2 kg CM = 5 kg

Workshop Teknik Inspeksi dan Analisa Data Penilaian Perkebunan Kelapa Sawit 17
Tanaman Belum Menghasilkan
 Pengertian TBM adalah masa sebelum panen (dari saat tanam
sampai panen perdana) berlangsung 30 -36 bulan
 terdiri atas :
TBM 0 = menyatakan keadaan lahan sudah selesai dibuka,
ditanami kacangan penutup tanah dan kelapa sawit
sudah ditanam pada titik pancang
TBM 1 = tanaman pada tahun ke - 1 ( 0 - 12 bulan)
TBM 2 = tanaman pada tahun ke - 2 ( 13 - 24 bulan)
TBM 3 = tanaman pada tahun ke - 3 ( 25 - 30 bulan)

Workshop Teknik Inspeksi dan Analisa Data Penilaian Perkebunan Kelapa Sawit 18
Kegiatan Pada Masa TBM
1. Konsolidasi
2. Penyisipan
3. Pembuatan Jalan Kontrol
4. Dongkel Anak Kayu
5. Pengendalian Gulma di Kacangan
6. Pengendalian Gulma di Piringan Tanaman
7. Pengendalian Gulma di Gawangan
8. Pengendalian Alang-alang
9. Tunas Pasir
10. Kastrasi
11. Pemupukan
12. Pengendalian Hama dan Penyakit
13. Perawatan Jalan dan Parit/Drainase
14. Persiapan Panen

Workshop Teknik Inspeksi dan Analisa Data Penilaian Perkebunan Kelapa Sawit 19
1. Konsolidasi
 Menginventarisasi tanaman (mati, tumbang, diserang hama penyakit.
 Menegakkan tanaman dan memadatkan tanah.
 Norma Tenaga Kerja 0,2 - 0,3 HK/Ha.

2. Penyisipan
 Mengganti tanaman mati atau yang diserang hama penyakit.
 bibit untuk penyisipan disediakan + 5%.
 Norma tenaga kerja 10 pokok / ha.

3. Pembuatan Jalan Kontrol


 Pembuatan jalan kontrol pada TBM-1 dengan perbandingan (1:8) dimana
terdapat 1 jalan setiap 8 baris tanaman . Norma tenaga kerja 1,5 HK/Ha.
 Pembuatan jalan kontrol pada TBM-2 dengan perbandingan (1:4) dimana
terdapat 1 jalan setiap 4 baris tanaman . Norma tenaga kerja 1,5 HK/Ha.
Workshop Teknik Inspeksi dan Analisa Data Penilaian Perkebunan Kelapa Sawit 20
4. Dongkel Anak Kayu

Kegiatan dongkel anak


kayu pada masa TBM

5. Pengendalian Gulma di areal Kacangan


 P 0 = menyingkirkan semua gulma sebelum kacangan ditanam. Norma tenaga kerja 15-25
Hk/ha, 400 m2/HK.
 P 1 = menyingkirkan semua gulma, kacangan bersih dari gulma (kacangan 100%) umur 0 -
6 bulan. Norma tenaga kerja 10-15 Hk/ha.
 P 2 = Kacangan 85%, rumput lunak 15%, umur 7 - 12 bulan, rotasi 3 minggu. Norma
tenaga kerja 5-10 Hk/ha.
 P 3 = Kacangan 70%, rumput lunak 30%, umur 13 - 24 bulan, rotasi 3 minggu. Norma
tenaga kerja 3-5 Hk/ha.
 P 4 = dongkel perdu, kacangan campur rumput lunak, umur 24 - 30 bulan, rotasi 4
minggu. Norma tenaga kerja 2 Hk/ha.
 P 5 = babat laying + 30 cm, bebas dari Lalang dan anakan kayu, umur >30 bulan, rotasi 3
bulan. Norma tenaga kerja 0,5 Hk/ha.

Workshop Teknik Inspeksi dan Analisa Data Penilaian Perkebunan Kelapa Sawit 21
6. Pengendalian Gulma di Piringan Tanaman
 membersihan piringan pokok (jari-jari 1-1,5 m).
 membersihkan piringan cara kimia, bahan glyphosate 30 cc/ha/rotasi,
dengan syarat tdk mengenai tajuk kelapa sawit.

Workshop Teknik Inspeksi dan Analisa Data Penilaian Perkebunan Kelapa Sawit 22
7. Pengendalian Gulma di Gawangan
 Cara dengan Menggaruk/Mencabut Gulma.
 Bila vegetasi >70 cm dilakukan dengan dibabat.
 Rotasi pada TBM-2 dan TMB-3 sebanyak 1-2
kali/bulan. Norma Tenaga Kerja 2 HK/Ha.

membabat gawangan

8. Pengendalian Alang-alang
 Wiping alang-alang dilakukan pada keadaan
spot/sporadik dengan mengusap daun alang-alang
dengan herbisida, untuk TBM-1 norma 1 hk/ha/bulan
dan TBM 2&3 normanya 0,5 HK/Ha/2 bulan.
 Herbisida bahan glyphosate konsentrasi 0,5% (6
cc/ha/rotasi).
 spot alang-alang yaitu menyemprot alang-alang
berupa rumpun. Norma 1 HK/Ha/2 bln.
Workshop Teknik Inspeksi dan Analisa Data Penilaian Perkebunan Kelapa Sawit 23
wiping alang-alang
9. Tunas Pasir
 Pekerjaan tunas pasir dilakukan dengan cara membuang pelepah
satu lingkaran paling bawah (dekat tanah) dan juga pelepah kering.
 Dilakukan 6 bulan sebelum TM. Pelepah kering dipotong memakai dodos.
Pelepah dipotong rapat ke pangkal dengan memakai dodos kecil (mata dodos
8 cm), kemudian pelepah dikeluarkan dari piringan dan disusun di gawangan
mati.
 Penunasan tidak boleh dilakukan pada umur di bawah 15 bulan
karena jumah daunnya masih < 48 daun. dan juga tidak boleh
tunas pasir setelah tunaspasir selesai
 Tujuan memperlancar sirkulasi udara dan mengatur kelembaban
agar tidk terserang penyakit Marasmius.
 Rotasi 1 kali/6 bln tenaga kerja 1,5 - 3 HK/Ha/Rotasi.
10. Kastrasi
 Kastrasi dilakukan pada tanaman yang
mengeluarkan bunga yang buahnya belum
memenuhi syarat untuk dikirim ke pabrik dan
pertumbuhan tanaman kerdil.
 Bunga betina dan Jantan semuanya dibuang
menggunakan dodos kecil atau chisel.
 Rotasi 1 kali/bln Norma Tenaga Kerja 0,75 - 1 kastrasi dengan chisel
HK/Ha. Workshop Teknik Inspeksi dan Analisa Data Penilaian Perkebunan Kelapa Sawit 24
11. Pemupukan
 Pemupukan dengan dosis yang direkomendasikan berdasrkan jenis tanah serta
hasil analis tanah dan daun.
 Pemuoukan dilakukan menurut umur tanaman sesuai dengan standar yang
dikeluarkan oleh PPKS.
 Jenis pupuk yang umum digunakan Urea, ZA, TSP, RP, MOP, Kiserit, Dolomit,
HGF Borate.
 Rotasi pada TBM-1sbnyk 1 kali/3 bln, sedang pada TBM- 2 dan TBM-3 1
kali/bln.
 Norma tenaga kerja 0,5 - 0,8 HK/ha/jenis pupuk/aplikasi.

kegiatan pemupukan pada masa TBM

Workshop Teknik Inspeksi dan Analisa Data Penilaian Perkebunan Kelapa Sawit 25
12. Pengendalian Hama dan
Penyakit
 Hama yg umumnya menyerang
kelapa sawit masa TBM Ulat
Pekaman Daun Kelapa Sawit
(UPDKS) seperti ulat api dan ulat
kantong.
 Hama lainnya adalah Tikus.
 Penyakit yg sering di jumpai
Crown Disease, Penyakit Busuk Ulat Pemakan Daun Kelapa Sawit (UPDKS)
Tandan Marasmius (Marasmius
bunch rot), Ganoderma
boninense
 Sensus global dengan norma
tenaga kerja 1 kali/bln 1 HK/Ha.
 Sensus efektif dilakaukan bila
terdapat petunjuk adanya
kenaikan tingkat serangan
hama/penyakit. Penyakit Busuk Tandan Marasmius

Crown Disease
Workshop Teknik Inspeksi dan Analisa Data Penilaian Perkebunan Kelapa Sawit 26
13. Perawatan Jalan dan Parit Drainase
 Jalan
▪ Jalan Produksi dipersiapkan sejak TBM hinga Uraian Rotasi Norma
masuk ke masa TM. Pengerasan jalan di masa
(Bulan) (HK/Ha)
setiap tahun 33%.
▪ Permukan jalan cembung utk mencegah genangan Jalan Kebun
air. -TBM 1 3 1,5
▪ perbaikan atau pemeliharaan jalan dilakukan
- TBM 2 dan TBM 3 2 2
dengan rotasi 2 kali setahun.
Jalan Kontrol
 Parit Drainase
▪ pemeliharaan parit bertujuan mengangkat/ -TBM 1 (1:8) 1-2 1
menggali tanah yang menutup parit sehingga - TBM 2 & TBM 3 (1:4) 2 1,5-2
ukuran dan kedalaman parit tetap seperti semula.
Parit Drainase 6 25-50 m/HK
▪ pemeliharaan parit masa TBM dilakukan 2 kali
setahun

Workshop Teknik Inspeksi dan Analisa Data Penilaian Perkebunan Kelapa Sawit 27
14. Persiapan Panen
 Panen dilakukan setelah tanaman berumur 30
bulan atau 6 bulan setelah kastrasi terakhir.
 Areal dianggap panen jika pohon yang
berbuah (matang panen) sebanyak 60% dengan
berat rata-rata tandan 3 kg.
 Pembuatan pasar pikul dengan interval 2 baris Persiapan pasar pikul
tanaman dan lebar 1 m, cara manual atau
kimia, dengan norma 1,5 - 2 HK/Ha.
 Membuat tempat pemungutan hasil (TPH)
setiap 4 baris tanaman atau pasar pikul,
dengan norma 1 HK /Ha.
 Membuat tangga-tangga panen pada areal
berlereng dengan norma 100 m/HK.
Perawatan dilakuakn dengan rotasi 1 kali/ 6
bln dengan norma 75/HK.
Persiapan tempat pemungutan hasil (TPH)

Workshop Teknik Inspeksi dan Analisa Data Penilaian Perkebunan Kelapa Sawit 28
Tanaman Menghasilkan (TM)
 Tanaman menghasilkan merupakan tanaman kelapa sawit dengan kondisi lebih dari 25 % sudah
mulai menghasilkan TBS dengan berat lebih dari 3 kg.
 Sasaran pemeliharaan TM diantaranya memacu pertumbuhan daun dan buah yang seimbang,
mempertahankan buah agar mencapai kematangan yang maksimal dan menjaga kesehatan
tanaman kelapa sawit.
 Kegiatan umumnya pada Tanaman Menghasilkan (TM)
1. Pengendalian Gulma di gawangan
2. Perawatan Piringan Pokok
3. Pengendalian Gulma di Pasar Pikul
4. Pemeliharaan Jalan
5. Perawatan Parit Drainase
6. Perbaikan Tapak Kuda
7. Perbaikan Teras Kontur
8. Perbaikan Tapak Timbun
9. Pemeliharaan Benteng dan Rorak
10. Pembuatan dan Pemeliharan TPH
11. Pemupukan Tanaman TM
12. Pengendalian Hama Penyakit
13. Penunasan
14. Panen
Workshop Teknik Inspeksi dan Analisa Data Penilaian Perkebunan Kelapa Sawit 29
A. Pengendalian Gulma di Gawangan TM
 Gulma yang dikendalikan di gawangan Tanaman TM adalah
alang-alang dan anakan kayu, sedangkan gulma lunak dibabat
hingga ketinggian + 30 cm.
 Norma pengendalian gulma di gawangan

Workshop Teknik Inspeksi dan Analisa Data Penilaian Perkebunan Kelapa Sawit 30
B. Perawatan di Piringan Tanaman TM
 Membersihkan piringan pokok dengan
menggunakan garuk (cangkul tipis) dengan
rootasi 1-2 bulan. Pada TM 1-2 (jari-jari 2
m), norma tenaga kerja 1,5 - 2 HK/ha.
Pada TM-3 dst (jari jari 2,5 m) norma tenaga
kerja 2 - 2,5 HK/ha.
 Secara kimia rotasi 3 bulan, herbisida yang
digunakan bebahan aktif glyphosate.
 Sebaiknya dilakukan secara bergantian yaitu
3 kali cara kimia dan 1 kali cara manual.

Workshop Teknik Inspeksi dan Analisa Data Penilaian Perkebunan Kelapa Sawit 31
C. Pengendalian Gulma di Pasar Pikul TM

 Lebar 1 m, interval 2 baris tanaman.


 Cara manual rotasi 2 buan, norma
tenaga kerja 0,5 - 1 HK/ha.
 Cara kimia rotasi 1 kali / 3 bln, norma
tenaga kerja 0,25 HK/ha.
 Herbisida yang digunakan berbahan
aktif glyphosate.

Workshop Teknik Inspeksi dan Analisa Data Penilaian Perkebunan Kelapa Sawit 32
D. Pemeliharaan Jalan
 Pemeliharaan jalan secara manual,
rotasi 2-3 bulan, norma tenaga kerja
250 m/ HK.
 Meratakan jalan dengan grader atau
compactor rotasi 6 bulan, 600 - 1.000
m/JKT.

E. Pemeliharaan Parit Drainase


Perawatan dengan rotasi 1x6 bulan, norma
tenaga kerja 25 - 50 m /HK.

Workshop Teknik Inspeksi dan Analisa Data Penilaian Perkebunan Kelapa Sawit 33
F. Perawatan Tapak Kuda
Perbaikan dengan rotasi 1 kali / 6 bln,
norma tenaga kerja 6-10 unit/ HK

G. Perawatan Teras Kontur


 Perbaikan teras kontur 25% pertahun
atau rotasi 1 kali / 2-4 thn.
 Rumput dibabat dan teras dipelihara
tetap pada u/kuran semula.
 Norma tenaga kerja 30-50 m/HK.

H. Perawatan Tapak Timbun


Perbaikan dengan rotasi 1 kali / 6 bln,
norma tenaga kerja 6-10 unit/HK.

Workshop Teknik Inspeksi dan Analisa Data Penilaian Perkebunan Kelapa Sawit 34
I. Perawatan Rorak dan Guludan
 Rorak merupakan lubang yang digali dengan
ukuran dalam 60 cm, lebar 50 cm dengan
panjang sekitar empat sampai lima meter.
 Guludan adalah tumpukan tanah yang dibuat
memanjang menurut arah garis kontur atau
memotong arah lereng.
 Rorak dan guludan dibuat untuk menangkap air
Rorak dan mengurangi erosi tanah (run off).
 Murtilaksono et al (2011) menunjukkan bahwa
pembuatan rorak dan guludan di areal
pertanaman kelapa sawit di Lampung mampu
meningkatkan kapasitas penyimpanan air
tanah
 Pemeliharaan rorak dan guludan 25%
pertahun atau rotasi 1 kali/4 thn, dengan
norma kerja 30 m/HK.
Guludan
Workshop Teknik Inspeksi dan Analisa Data Penilaian Perkebunan Kelapa Sawit 35
J. Perawatan TPH
 TPH dibersihkan seperti menggaruk piringan setiap 2-3
bulan dengan norma 50 bh/HK.
 Perbakan TPH setiap tahun dengan norma 25 bh/HK

K. Pemupukan TM
 Jenis dan dosis dari pupuk TM mengikuti rekomendasi
pemupukan
 dilakukan 2 kali/tahun, dengan norma 0,5-1 Hk/ha/jenis
ppk/aplikasi, termasuk tenaga admin, pengangkutan,
pengumpul goni dan penabur pupuk
 system pemupukan dengan ancak giring pupuk ditabur
merata piringan, 1 org penabur berjalan sekaligus 2 baris
tanaman.
 pada areal miring menggunakan system pocket (metode
benam). dalam satu piringan terdapat + 6 bh pocket.

Workshop Teknik Inspeksi dan Analisa Data Penilaian Perkebunan Kelapa Sawit 36
L. Pengendalian hama penyakit TM
Hama
Ulat pemakan daun kelapa sawit (UPDKS) Tikus
 serangan ulat api dapat menurunkan produksi  sensus dengan norma 0,1 HK/ha/bln.
sebanyak 25% pada tahun pertama, dan  pengendalian dengan introduksi burung hantu
menurunkan produksi sebanyak 50% sampai sebagai predator dari tikus.
dengan 75 %pada tahun kedua dan ketiga
 pemasangan gupon sebagai sarang burung hantu
 monitoring global sebulan sekali dengan norma
0,2 HK/ha (2 pelepah/1 pokok/ha) di areal kelapa sawit sebanyak 1 gupon/25 ha
 monitoring efektif jika populasi sedang (setelah (1 gupon berisi sepasang burung hantu)
monitoring global) 2 minggu sekali norma 0,5
HK/ha (5 pelepah/5 pokok/ha)
 pengendalian secara biologis dengan insektidida
biologis, norma 0,1 HK/ha.
Kumbang tanduk Oryctes rhinocheros
 pengendalian dengan ferotrap yg menggunakan
feromon
 penggunaan jamur Metarrhizium anisopliae
untuk pengendalian larva oryctes rhinoceros Gupon
pada mulsa tankos dengan dosis 20 g/m2. Ferotrap
 pengendalian secara biologis dengan insektidida
biologis, norma 0,1 HK/ha. Workshop Teknik Inspeksi dan Analisa Data Penilaian Perkebunan Kelapa Sawit 37
Penyakit Ganoderma
 sensus dilakukan dengan rotasi 1 tahun
jika berat rotasi 6 bulan, dengan norma 7
ha/HK.
 Strategi Pengendalian :
a) Penggunaan bahan kimia dengan
berbagai cara aplikasi;
b) Penggunaan biofungisida dengan isolat
miliroba unggul hasil seleksi;
c) Pembangunan parit isolasi; dan
d) Pembumbunan pangkal batang sawit
yang terserang.

Workshop Teknik Inspeksi dan Analisa Data Penilaian Perkebunan Kelapa Sawit 38
M. Penunasan TM
 Tujuan dilakukan penunasan: Jumlah pelepah/pokok/umur
• Mempermudah pekerjaan potong buah (melihat
dan memotong buah masak).
• Menghindari tersangkutnya brondolan pada
ketiak pelepah.
• Memperlancar proses penyerbukan alami.
 Hal yang dihindari
terjadinya tunas pelepah yang berlebihan (over
pruning) dan tunas pelepah yang lambat (under
pengaruh manajemen jumlah pelepah
pruning) terhadap produktivitas tanaman
 Tunas Selektif (Tunas Pasir)
• Pada umur 3 tahun sebagai persiapan panen.
• Dua cabang songgo buah ditunas dengan dodos.
• dilakukan 1 kali tanpa rotasi dengan norma 2,5
HK/ha.
 Tunas Umum
▪ Membuang atau memotong pelepah yang
melebihi standar
▪ dilakukan dengan rotasi 9 bulan:
Workshop Teknik Inspeksi dan Analisa Data Penilaian Perkebunan Kelapa Sawit 39
N. panen kelapa sawit
1. Kegiatan Panen
❖ pemotongan TBS
❖ pengutipan brondolan
❖ pemotongan pelepah
❖ pengangkutan TBS ke TPH
❖ Pengiriman ke PKS
2. Faktor penentu keberhasilan panen
❖ Persiapan prasarana dan sarana panen
❖ kriteria kematangan panen TBS
❖ manajemen panen (rotasi, sistem panen)
3. Syarat Arael TM dapat dipanen
❖ tanaman sdh berumur >30 bln di lapangan atau
❖ berat TBS > 3 kg
❖ angka kerapatan panen minimal 1 : 5, atau 60%
pokok diareal sudah matang panen.
4. Kriteria matang panen
❖ ditentukan oleh buah yang memberondol (lepas)
dari tandan
❖ Tandan > 10 kg (2 brondolan/kg tandan) utk
tandan < 10 kg (1 brondolan/kg tandan) panen dengan egrek
❖ untuk areal bergelombang/berbukit 5 panen dengan dodos
brondolan/tandan
❖ tandan yang dipanen masuk fraksi 2 dan 3.

Workshop Teknik Inspeksi dan Analisa Data Penilaian Perkebunan Kelapa Sawit 40
5. Fraksi Kematangan buah

buah mentah - terlalu cepat dipanen buah matang - panen tepat waktu

buah busuk - tdk bisa dipanen

Workshop Teknik Inspeksi dan Analisa Data Penilaian Perkebunan Kelapa Sawit 41
6. Rotasi panen
 Rotasi panen, lamanya waktu yang diperlukan
9. Angka Kerapatan Panen (AKP)
antara panen pertama dengan panen berikutnya
pada ancak panen yang sama.  AKP adalah jumlah pokok yang tandannya dapat
 Rota,si panen yang sesuai dengan dipanen terhadap total pokok dari luasan
perkembangan buah adalah 7 hari. tertentu.
 AKP 1 : 5 artinya dari 5 pohon terdapat 1 pohon
 Secara umum panen dilakukan 5 hari sehinggu yang tandannya dapat dipanen.
(senin s/d jumat) disebut system 5/7.  AKP bermanfaat untuk peramalan produksi
 Apabila produksi tinggi hari panen ditambah berikutnya (esok hari), jumlah panen, alat
6/7 (senin s/d sabtu) angkut dan rencana pengolahan TBS.
 Rotasi panen tergantung angka kerapatan
panen / buah dan jumlah pemanen.
10. Premi Panen
7. Ancak panen  Premi panen (disesuaikan dengan upah karyawan
sehari) dan diberikan jika pemanen melebihi basis
 Ancak panen adalah luasan yang menjadi borong yang ditentukan.
tanggung jawab pemanen.  Perhitungan Premi Panen (PP) :
 luas ancak panen disesuaikan dengan jam kerja P = H (Npk+(K-Bp)) x Npm
Senin s/d Kamis = 21%, Jumat = 16% per hari. P=premi; H=Hari panen/bln; Npk=Nilai Premi kerajinan;
K=Kapasitas; Bp=Basis Premi

8. Sistem Ancak panen 



kelebihan x nilai premi.
Premi kerajinan (bergantung umur tanaman)
berkisar 20-35% x gaji pokok Karyawan Harian
 Ancak Tetap = pemanen pada areal panen tetap. Tetap (KHT).
 Ancak Giring : pemanen pada areal tidak tetap  Denda/penalty : denda atas kesalahan yang dibuat
(pemanen secara bersama memanen dlm satu blok, pemanen
kemudian setelah selesai pindah ke blok yg lain).
Workshop Teknik Inspeksi dan Analisa Data Penilaian Perkebunan Kelapa Sawit 42
11. Premi Mandor Basis Borong/Prestasi Normal (PN)
 Diberikan jika rata-rata pemanen mencapai Produktivitas Standar Basis Borong
No.
basis borongan. (ton TBS/ha/thn) (Kg TBS/HK)
 Mandor panen setiap 15 pemanen. 1 4-5 100 - 150
 Mandor-1, 1 0rg setiap afdeling.
2 5-8 250
 Krani panen, 1 org setiap Afdeling.
3 8 - 12 400
Besarnya Premi yang diterima mandor, dan krani 4 12 - 18 550
panen adalah 5 18 - 23 700
6 23 - 25 750
𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑝𝑟𝑒𝑚𝑖 𝑝𝑒𝑚𝑎𝑛𝑒𝑛
𝑃= 𝑥 100% 7 > 25 800
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑚𝑎𝑛𝑒𝑛

Basis Borong/Prestasi Normal (PN)


Standar Basis Borong
Besarnya premi yang diterima mandor 1 dan No. Tofografi
(Kg TBS/HK)
penanggung jawab adalah 150% dari rata-rata premi
mandor panen 1 Datar 100% x BB Standar

Besarnya premi penimbang adalah 75% dari rata-rata 2 Bergelombang 90% x BB Standar
premi mandor panen 3 Berbuki 80% x BB Standar
Besarnya premi krani produksi adalah 100% dari rata- 4 Curam 70% x BB Standar
rata premi mandor panen
Workshop Teknik Inspeksi dan Analisa Data Penilaian Perkebunan Kelapa Sawit 43
12. Cara Panen
 Pelepah yang menyanggah (songgo) buah matang
dipotong dengan memperhatikan jumlah pelepah.
 Tandan matang dipotong tangkainya dengan
bentuk V.
 Brondolan yang ada di ketiak pelepah
diambil/dikorek, dikutip.
 Tandan dibawa ke pasar pikul , brondolan di
piringan dikumpulkan.
 Pelepah disusun di gawangan mati dan dipotong
menjadi 3 bagian.
 setalah selesai pindah ke pohon berikutnya.

13. Pengangkutan TBS


 TBS yang dipanen ditempatkan di TPH.
 Pelangsiran buah dari TPH kecil ke TPH besar,
menggunakan kendaraan seperti mobil pick-up
atau traktor.
 TBS ditimbang di TPH besar, kemudian diangkut
truk ke PKS.
 TBS diterima di loading ramp milik PKS
Workshop Teknik Inspeksi dan Analisa Data Penilaian Perkebunan Kelapa Sawit 44
Informasi Tambahan
Untuk Kegiatan Inspeksi Penilaian
Properti Perkebunan Kelapa Sawit

Workshop Teknik Inspeksi dan Analisa Data Penilaian Perkebunan Kelapa Sawit 45
Sex Ratio Kelapa Sawit

Workshop Teknik Inspeksi dan Analisa Data Penilaian Perkebunan Kelapa Sawit 46
Nisba bunga jantan dan betina (Sex Ratio)
• Sex ratio merupakan karakter yang
dipengaruhi oleh faktor genetik dan
lingkungan.
• Faktor lingkungan yang mempengaruhi
sex ratio terdiri atas ketersediaan air,
panjang musim kemarau, dan lama bunga betina bunga jantan
penyinaran.
• Sedangkan secara genetik dipengaruhi
oleh kandungan karbohidrat dalam
jaringan tanaman.
• Pada kondisi kekurangan air, kelapa sawit
cenderung menghasilkan bunga Jantan.
• Selain itu, defisit air dapat menyebabkan
aborsi pada bunga betina karena asimilat model interaksi faktor-faktor yg mempengaruhi
pembungan kelapa sawit (Adam et al, 2011)
yang dibutuhkan untuk membentuk
tandan tidak tercukupi.

Workshop Teknik Inspeksi dan Analisa Data Penilaian Perkebunan Kelapa Sawit 47
sex ratio
𝑏𝑢𝑛𝑔𝑎 𝑏𝑒𝑡𝑖𝑛𝑎
𝑆𝑒𝑥 𝑟𝑎𝑡𝑖𝑜 = 𝑥 100%
𝑏𝑢𝑛𝑔𝑎 𝑗𝑎𝑛𝑡𝑎𝑛 + 𝑏𝑢𝑛𝑔𝑎 𝑏𝑒𝑡𝑖𝑛𝑎 + 𝑏𝑢𝑛𝑔𝑎 𝑏𝑎𝑛𝑐𝑖

 Sex ratio menggambarkan


jumlah tandan yang akan
dihasilkan
 sex ratio yang baik berlisar
kurang lebih 60%
 Sex ratio pada tanaman muda
dapat mencapai 90-95%

Workshop Teknik Inspeksi dan Analisa Data Penilaian Perkebunan Kelapa Sawit 48
Dampak Kekeringan Terhadap
Produkstivitas Kelapa Sawit

Workshop Teknik Inspeksi dan Analisa Data Penilaian Perkebunan Kelapa Sawit 49
Dampak Kekeringan Terhadap
Produktifitas Kelapa Sawit
 Darlan et al (2016) yang mengkaji fenomena elnino pada
perkebunan kelapa sawit yang menyebabkan adanya
gangguan pertumbuhan dan penurunan produksi di berbagai
wilayah di pulau Sumatera. Dari hasil penelitian tersebut
diketahui penurunan produksi akibat kekeringan yang
disebabkan el nino dapat mencapai 30-60% dibandingkan
produktivitas normal.

 Akibat yang ditimbulkan pada tanaman kelapa sawit :


a. meningkatnya jumlah daun tombak 4-5 bh . merusak
hijau daun yang menyebabkan daun tampak menguning
dan mengering, pelepah daun terkulai dan pupus patah.
b. bunga dan buah muda mengalami keguguran (aborsi),
c. penyerbukan dan pembentukan buah tidak sempurna
dan tandan buah gagal menjadi masak. Tahapan penurunan produksi akibat cekaman kekeringan
d. perubahan nisbah kelamin bunga (sex ratio), (Hidayat et al., 2013)
peningkatan jumlah bunga Jantan,

Workshop Teknik Inspeksi dan Analisa Data Penilaian Perkebunan Kelapa Sawit 50
Kriteria Defisis Air Dan Dampaknya Pada Pertumbuhan
Dan Produksi Tanaman Kelapa Sawit (Siregar et al.,1995)

Workshop Teknik Inspeksi dan Analisa Data Penilaian Perkebunan Kelapa Sawit 51
Penelitian Terkait defisit air terhadap
pertumbuhan dan produktifitas kelapa sawit

Dampak el nino terhadap defisit air, pertumbuhan, dan penurunan Pengaruh defisit air terhadap produktivitas tanaman kelapa
produktivitas di perkebunan kelapa sawit (Darlan et al., 2016) sawit di daerah Lampung (Harahap et al., 2003)

Workshop Teknik Inspeksi dan Analisa Data Penilaian Perkebunan Kelapa Sawit 52
Mengenal Pokok Non Valuer
(Abnormal)

Workshop Teknik Inspeksi dan Analisa Data Penilaian Perkebunan Kelapa Sawit 53
Pokok Non Valuer (Abnormal)
 Pokok abnormal dapat terjadi karena sifat tanaman yang sifatnya menetap dan
berlangsung keadaan lingkungan atau keduanya.
 Pokok abnormal karena pengaruh lingkungan (misalnya karena defisiensi unsur hara
seperti Boron) umumnya dapat diperbaiki atau dicegah dengan Tindakan kultur teknis.
 Keberadaan pokok abnormal di lapangan sangat merugikan karena produksi yang
dihasilkan sangat rendah atau bahkan tidak berproduksi sama sekali, sedangkan
perlakuan yang diberikan (perawatan) sama dengan pokok yang normal.
 Pokok abnormal yang terlanjur tertanam di lapangan harus segera dilakukan
pembongkaran dan penyisipan pada kondisi yang masih memungkinkan.
 Gejala pokok abnormal di lapangan dapat terjadi pada bagian vegetatif dan generatif
tanaman.

Workshop Teknik Inspeksi dan Analisa Data Penilaian Perkebunan Kelapa Sawit 54
Gejala Pokok Abnormal (Vegetatif)
 Pertumbuhan pelepah daun berputar (twisted frond
 Pokok dengan sebagian anak daun berwarna putih
kekuningan.
 Penyakit tajuk/crown disease yang amat parah
dengan helaian pelepah melengkung berputar ke
bawah, sebagian daun dan pucuk membusuk dan
mengering.
 Anak daun pada pelepah sempit memanjang (narrow
leaves)
 Susunan anak daun sangat rapat seperti sirip ikan.
 Pelepah daun tegak.
Pokok yang sebagian anak daun menjadi
 Anak daun keriting (crinkled) dan pelepah daun
putih kekuningan (chimera)
muda. sangat pendek dibandingkan dengan pelepah
normal (diduga defisiensi Boron yang amat parah).
 Bertunas atau bercabang.
 Pokok kerdil atau kurus akibat hama penyakit.

Workshop Teknik Inspeksi dan Analisa Data Penilaian Perkebunan Kelapa Sawit 55
Gejala Pokok Abnormal (Generatif)

 Buah pada tandan terus-


menerus gugur sebelum
matang dan membusuk
(pokok gajah).
 Buah tersusun sangat
rapat dan kecil-kecil.
 Pokok steril dan tidak
berbuah.
Buah pada tandan terus-menerus gugur
sebelum matang dan membusuk
(pokok gajah)

Workshop Teknik Inspeksi dan Analisa Data Penilaian Perkebunan Kelapa Sawit 56
Workshop Teknik Inspeksi dan Analisa Data Penilaian Perkebunan Kelapa Sawit 57

Anda mungkin juga menyukai