Anda di halaman 1dari 12

PENGENDALIAN OPT

TANAMAN KELAPA SAWIT

Rizky Firdaus Hartanto (20120220006)


Khoirudin (20120220019)
Robby Darwis Sitorus (20120220037)

Hama
Hama

tanaman dalam arti luas adalah


semua
organisme
atau
binatang
yangmengganggu karena aktivitas
hidupnya merusak tanaman sehingga
menimbulkan kerugian ekonomi bagi
manusia.

Hama Tungau

Penyebab : Tungau merah (Oligonychus)

Tungau ini berukuran 0,5 mm, hidup di sepanjang tulang


anak daun sambil mengisap cairan daun sehingga warna
daun berubah menjadi mengkilat berwarna kecoklatan.
Hama ini berkembang pesat dan membahayakan dalam
keadaan cuaca kering pada musim kemarau. Gangguan
tungau pada persemaian dapat mengakibatkan rusaknya
bibit.

Pengendalian : penyemprotan dengan akarisida Tetradifon


(Tedion) 0,1 0,2 %. Racun ini dapat digunakan dengan
baik karena tidak membunuh musuh alaminya.

Hama serangga

Penyebab: Hama ulat setora (Setora nitens)

Kupu-kupu Setora meletakkan telurnya di bawah


permukaan daun dekat pada ujungnya. Ulat Setora
memakan daun dari bawah, sehingga kadangkadang yang tersisa hanya lidinya saja.

Pengendalian : Ulat ini dapat dikendalikan dengan


penyemprotan racun kontak, misalnya Hostation 25
ULV, Sevin 85 ES, Dursban 20 EC dengan
konsentrasi 0,2 0,3%

Kumbang oryctes

Penyebab: Oryctes rhinoceros

Gejala serangan : Kumbang dewasa masuk ke


dalam daerah titik tumbuh dan memakan bagian
yang lunak. Bila serangan mengenai titik tumbuh,
tanaman akan mati, tetapi bila makan bakal daun
hanya menyebabkan daun dewasa rusak seperti
terpotong gunting.

Pengendalian : untuk mencegah berkembangnya


hama ini, kebersihan di sekitar tanaman harus
dijaga baik. Sampah-sampah atau pohon yang
mati dibakar agar larva hama ini mati.
Pemberantasan
secara
biologis
dengan
menggunakan cendawan Metharrizium anisopliae
dan virus Baculovirus oryctes.

Penyakit Tanaman

Penyakit tanaman merupakan suatu penyimpangan


atau
abnormalitas
tanaman
yang
beragam
bentuknya, misalnya keriput daun, kuning pucat,
bercak-bercak coklat dan busuk. Mengakibatkan
tanaman
tidak
mampu
melakukan
proses
fotosintesis secara maksimal. Gangguan tersebut
menyebabkan
gangguan
ekonomis,
berupa
penurunan kuantitas dan kualitas hasil. Semua
bagian tanaman berpotensi diserang penyakit
sehingga tanaman tersebut sakit.

Penyakit akar Blast disease


Penyebab : cendawan Rhyzoctonia lamellifera

Bila menyerang persemaian dapat menyebabkan kematian


bibit secara mendadak.

Bila menyerang tanaman dewasa akan menyebabkan daun


menjadi layu, kemudian tanaman mati.

Tampak adanya pembusukan pada akar.

Pengendalian :

Pembuatan persemaian yang baik agar pertumbuhan


bibit sehat dan kuat.

Pemberian air irigasi pada musim kemarau dapat


mencegah terjadinya gangguan penyakit ini.

Penyakit busuk tandan (bunch rot)


Penyebab: cendawan Marasmius palmivorus sharples.

Penyakit ini menyerang tanaman berumur 3 10 tahun.

Menyerang buah yang matang dan dapat menembus


daging buah, sehingga menurunkan kualitas minyak sawit.

Pengendalian:
Tindakan

pencegahan dilakukan dengan melakukan


penyerbukan buatan dan sanitasi kebun terutama
pada musim hujan.

Membuang

semua bunga dan buah yang


membusuk dan membakar tandan buah yang
terserang.

Dapat

disemprot dengan menggunakan Difolatan


atau Actidone dengan konsentrasi 0,2 % atau
sebanyak 0,7 liter/ha dengan interval waktu 2

Penyakit garis kuning pada daun


Penyebab: cendawan Fusarium oxysporumInfeksi
penyakit sudah terjadi pada saat daun belum membuka.

Setelah daun membuka akan tampak adanya bulatanbulatan oval berwarna kuning pucat mengelilingi
warna coklat tempat konidiofora.

Bagian-bagian tersebut kemudian mengering.

Pengendalian :

Menanam bibit yang bebas dari infeksi penyakit ini.

Membuang daun yang terinfeksi

GULMA
TANAMAN
KELAPA
SAWIT

Pengendalian Gulma
Kultur Teknis

Implementasi kultur teknis dilakukan dengan penanganan


kacangan untuk menyaingi pertumbuhan gulma pada
tanaman kelapa sawit fase Tanaman Belum Menghasilkan
(TBM).

Pengendalian kimiawi secara selektif dan spesifik

Aplikasi herbisida yang umum, khususnya area piringan,


dilakukan secara rutin tanpa melihat penutupan gulma. Hal
tersebut menyebabkan kebutuhan herbisida dari waktu ke
waktu relatif konstan dan pada kondisi tertentu akan terjadi
pemakaian herbisida yang berlebihan. Beberapa kebijakan
yang saat ini diterapkan adalah dengan melalukan
penyemprotan herbisida secara selektif yakni pada area
piringan, jalan pikul, dan tempat pemungutan hasil (TPH)

Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai