Anda di halaman 1dari 4

Informasi Organisme Pengganggu Tanaman

Ulat Api Darna trima Moore


Donnarina Simanjuntak; Sudharto; A. Sipayung; R. Desmier de Chenon; A. E. Prasetyo; Agus Susanto.

Dunia Filum Kelas Ordo Famili Genus Spesies

: Animalia : Arthropoda : Insecta : Lepidoptera : Limacodidae : Darna : Darna trima Moore

sehingga efektif. Kokon dapat dijumpai menempel pada helaian daun, di ketiak pelepah daun atau di permukaan tanah sekitar pangkal batang dan piringan (Susanto et al., 2006). Ngengat Ngengat berwarna coklat gelap dan lebar rentangan sayap sekitar 18 mm. Sayap depan berwarna coklat gelap dengan sebuah bintik kuning dan empat garis hitam. Sayap belakang berwarna abuabu tua. Ngengat aktif pada malam hari (nokturnal), sedangkan pada siang hari suka hinggap di daun-daun yang sudah kering dengan posisi kepala di bawah dan sepintas seperti ulat kantong (Sudharto, 1991).
Gambar 2. Larva Darna trima

Darna spp. Ulat api Darna spp. terdiri dari beberapa spesies yaitu Darna (Orthocraspeda) trima Moore, Darna catenatus , Darna ( Ploneta ) diducta Snellen, Darna (Ploneta) bradleyi, Darna (Oxyplax) pallivitta Moore, Darna (Darna) metaleuca Walker, Darna (Orthocraspeda) bornesordida, Darna (Orthocraspeda) tuaranensis Holloway. Dari kedelapan spesies Darna, yang umum menyerang dan terdapat di perkebunan kelapa sawit adalah D. trima, D. catenatus, D. diducta, dan D. bradleyi. Darna (Orthocraspeda) trima Moore

Kepompong Menjelang berkepompong larva membentuk kokon dari air liurnya dan berkepompong di dalam kokon tersebut. Kokon dapat dijumpai di pangkal helaian daun, di ketiak pelepah daun atau di permukaan tanah sekitar pangkal batang dan piringan. Kokon berwarna cokelat, ditutupi serat-serat halus mirip sutera, berbentuk oval dengan diameter 5-6 mm dan lebar 3 mm. Lama stadia kepompong sekitar 10 14 hari (Sudharto, 1991). Siklus hidup D. trima keseluruhan selama 2 bulan. Darna catenatus

Biologi Ulat api Darna trima mempunyai siklus hidup sekitar 60 hari (Hartley, 1979). Pada instar 2-3 larva memakan daun mulai dari ujung ke arah bagian pangkal daun. Darna trima, larva mengikis daging daun dari permukaan bawah dan menyisakan epidermis daun bagian atas, sehingga akhirnya daun yang terserang berat akan mati kering seperti bekas terbakar. Larva menyukai daun kelapa sawit tua, tetapi apabila daun-daun tua sudah habis larva juga memakan daun-daun muda. Ngengat aktif pada senja dan malam hari, sedangkan pada siang hari hinggap di pelepah-pelepah daun tua dengan posisi terbalik (kepala di bawah). Darna trima, di waktu siang hari, ngengat suka hinggap di daun-daun yang sudah kering dengan posisi kepala di bawah dan sepintas seperti ulat kantung. Darna trima hanya berpupa di ketiak daun atau pelepah daun. Pengetahuan mengenai biologi dan perilaku sangat penting ketika akan menerapkan tindakan pengendalian hama

Gambar 1. Ngengat jantan

Telur Telur bulat kecil, berukuran sekitar 1,4 mm, berwarna kuning kehijauan dan diletakkan secara individual di permukaan helai daun kelapa sawit, terutama permukaan sebelah bawah. Sepintas telur D. trima seperti tetesan minyak yang melekat di daun kelapa sawit dan sulit untuk dilihat. Seekor ngengat dapat meletakkan telur sebanyak 90 butir, tetapi pada waktu eksplosif dapat mencapai 300 butir. Telur menetas dalam waktu 3 5 hari (Sudharto, 1991). Larva Larva yang baru menetas berwarna putih kekuningan kemudian menjadi coklat muda dengan bercak-bercak jingga, dan berwarna coklat gelap pada bagian punggung apabila telah tua. Panjang larva 13-15 mm. Stadia larva berlangsung selama 26 33 hari, umumnya menyerang daun tua pada tanaman muda dan dewasa (Sudharto, 1991).

Jenis ini dijumpai terbatas di Sulawesi, dapat menyebabkan kerusakan berat pada daun. Larva pada instar awal berwarna kehijauan, selanjutnya terdapat garis kebiruan di punggung, bagian tengah larva mengecil, panjangnya 14-15 mm, lebarnya 5-7 mm. Ngengat betina kelabu, rentang sayapnya 10-14 mm, dan yang jantan berwarna lebih terang dengan rentang sayap 8-10 mm. Kepompongnya agak bulat, berwarna cokelat muda, berukuran 7 x 5 mm, melekat di bagian bawah daun, disepanjang tulang daun atau di pangkal pelepah. Telurnya 300 butir. Siklus hidupnya 38-49 hari, stadium larva 25-30 hari. Siklus hidupnya 38-49 hari, stadium larva 25-30 hari.

Gambar 3. Larva Darna catenatus

PUSAT PENELITIAN KELAPA SAWIT


Jl. Brigjend Katamso No. 51, Medan 20158 Tel : +62 61 7862477, Fax : +62 61 7862488

Vol. H - 0005 November 2011

Darna trima Moore


Darna (Ploneta) diducta Snellen Ngengat Ngengat berwarna coklat tua, dengan rentangan sayap sedikit lebih lebar dibandingkan D. trima yakni sekitar 24 mm. Perilaku ngengat ini hampir sama dengan ngengat D. trima (Sudharto, 1991). Gambar 6. Larva Darna diducta Kepompong Perilaku berkepompong hampir sama dengan D. trima, demikian juga lamanya stadia kepompong yakni berkisar antara 11 14 hari. Kepompongnya berukuran 10 x 8,3 mm, berwarna cokelat, ditutupi tenunan benang-benang mirip sutera, berada pada pangkal pelepah atau di bagian pangkal batang. Jenis ini kerap ditemukan bersama jenis Darna lainnya. Siklus hidup D. diducta secara keseluruhan berkisar 45-57 hari, termasuk stadium larva 30-37 hari (Sudharto, 1991). Darna diducta berperan sebagai hama pada tanaman Cocos dan Metroxylon, akan tetapi juga menyerang tanaman palem-paleman termasuk kelapa sawit (Elaeis) dan Pinang. Hama ini memiliki inang alternatif yaitu Musa sp. (Musaceae), Carica sp. (Caricaceae), Annona sp. (Annonaceae), Theobroma sp. (Sterculiaceae), Nephelium sp. (Sapindaceae), Eugenia sp. (Myrtaceae) dan Michelia sp. (Magnoliaceae). Darna (Ploneta) bradleyi Jenis ini sering dijumpai di Sumatera dan Kalimantan, menyerang mulai dari daun bawah. Perbedaan antara keduanya terletak pada warna ngengatnya dan pola bercak-bercak pada punggung larva. Ngengat D. bradleyi berwarna coklat muda, dengan sisik-sisik yang lebih halus serta sedikit lebih kecil. Larva muda memanjang dengan punggung berwarna gelap dengan dua garis putih kekuningan di bagian samping, selanjutnya terdapat bercak kuning di tengah punggung, panjangnya 15 mm. Ngengat jantan berwarna kelabu dengan rentang sayap 9-10 mm, dan yang betina lebih pucat dengan rentang sayap 11-12 mm. Kepompong berwarna cokelat tertutup benang-banang halus mirip sutera, oval, berukuran 7 x 6 mm. Telur diletakkan di permukaan bawah daun, berkelompok 10 butir, bening. Siklus hidupnya 44-48 hari, dimana stadium larva berlangsung 30 hari.

Gambar 4. Darna diducta

(Sumatra)

Gambar 7. Larva Darna bradleyi

Gambar 5. Darna diducta

Telur Telur hampir sama dengan telur D. trima dan setiap ngenngat betina mampu meletakkan telur sekitar 60 butir, tetapi pada keadaan eksplosif dapat mencapai 225 butir. Telur menetas dalam waktu 4 6 hari (Sudharto, 1991). Larva Larva muda sulit dibedakan dengan D. trima dan biasanya populasi kedua jenis ini bercampur pada tanaman kelapa sawit. Larva tua berwarna coklat dengan bercakbercak putih di punggungnya. Jenis ini ada kecenderungan menempati strata yang sedikit lebih atas pada tajuk daun kelapa sawit dibandingkan D. trima. Stadia larva berlangsung selama 30 37 hari, dan mampu menghabiskan helaian daun seluas 2 165 cm . Larva mudanya berukuran panjang 15-18 mm dan lebar 7-13 mm, berwarna kelabu hingga cokelat kemerahan dengan garis kekuningan di punggung membentuk semacam jaring, dan memiliki bercak hitam berbentuk segi tiga sama sisi. Pada punggung ada 3 pasang bercak kuning, bercak tengah lebih besar. Larva muda menggerus kulit ari daun, selanjutnya memakan keseluruhan anak daun mulai dari ujung daun-daun bawah. (Sudharto, 1991).

Gambar 9. Darna bradleyi GEJALA SERANGAN Darna spp. DAN TINGKAT SERANGANNYA Serangan Darna spp. di lapangan umumnya mengakibatkan daun kelapa sawit habis dengan sangat cepat dan berbentuk seperti melidi (Gambar 10). Tanaman tidak dapat menghasilkan tandan selama 2 3 tahun jika serangan yang terjadi sangat berat. Umumnya gejala serangan dimulai dari daun bagian bawah hingga akhirnya helaian daun berlubang habis dan bagian yang tersisa hanya tulang daun saja. Ulat api ini sangat rakus, mampu mengkonsumsi 300500 cm2 daun sawit per hari. (Sudharto, 1991).

Gambar 10. Gejala serangan

+ (Sumatra)

Gambar 8. Imago Darna bradleyi

Darna trima Moore


MONITORING POPULASI Diketahui bahwa pada awal kehadirannya, populasi Darna spp. adalah berupa kelompok-kelompok kecil, kemudian akan berkembang semakin membesar pada generasi berikutnya, dan akhirnya kelompok-kelompok hama tersebut akan saling menyatu dan memenuhi hamparan tanaman kelapa sawit yang luas. Dikenal beberapa metode monitoring populasi hama tersebut di perkebunan kelapa sawit, antara lain metode dari Purba (1962), Wood (1968), Syed & Speldewinde (1974), Desmier de Chenon (1982), Sipayung (1988) dan Chung et al., (1995). Semua metode tersebut meng-anjurkan agar dilakukan pengamatan populasi hama secara terus menerus, tetapi masingmasing berbeda di dalam cara pengamatan, jumlah contoh yang diamati dan selang waktu pengamatan. Berdasarkan pertimbangan biaya, kemudahan dalam pelaksanaan dan akurasi hasil monitoring, maka disarankan penerapan metode monitoring populasi yang merupakan kombinasi dari metode Purba (1962) dan Desmier de Chenon (1982) sebagai berikut : Pengamatan global Pengamatan efektif Pengamatan global: Dibuat titik sampel tetap pada tiap blok kelapa sawit dengan jumlah pohon sampel sebanyak satu pohon/ ha dan ditentukan secara sistematis dimulai dari pinggir blok, serta ditandai dengan cat. Setiap bulan dilakukan pengamatan global terhadap populasi hama pada pohon sampel atau 1 pohon dari 6 pohon di sekitar pohon sampel. Setiap pohon sampel diamati jenis dan populasi Darna spp. yang ada pada dua sampel pelepah daun, masing-masing pada bagian tengah dan bawah tajuk daun kelapa sawit. Pada tanaman tua, pelepah daun terpaksa dipotong dan sebaiknya hanya dipotong satu pelepah daun per pohon atau berarti pada setiap kali pengamatan dipotong satu pelepah daun bawah pada satu pohon sampel dan satu pelepah daun tengah pada pohon sampel lain yang berada di dekatnya. Hasil pengamatan kemudian disusun dalam peta blok, dan apabila Darna spp. yang dijumpai jumlahnya melebihi tingkat populasi kritis yang ditentukan (Tabel 1), maka segera dilakukan pengamatan efektif. Pengamatan efektif Hanya dilakukan pada bagian dari blok yang dijumpai Darna spp. melebihi tingkat populasi kritis, dengan mengambil lima pohon sampel/ha yang ditentukan secara sistematis. Pada setiap pohon sampel hanya diamati satu pelepah daun, sesuai dengan kelompok Darna spp. yang dijumpai. Pengamatan efektif ini diperlukan untuk menentukan batas areal kelapa sawit yang harus dilakukan pengendalian. Pada 3-7 hari setelah pelaksanaan pengendalian dengan insektisida (tergantung jenis dan teknik aplikasi insektisida yang digunakan), dilakukan evaluasi hasil pengendalian dengan melaksanakan pengamatan efektif ulangan terhadap populasi Darna spp., untuk menentukan perlu tidaknya dilakukan pengendalian ulang. PENGENDALIAN Pengendalian yang dilakukan dalam mengontrol populasi Darna spp. dengan menggunakan konsep Pengendalian Hama Terpadu (PHT) (Susanto et al., 2010). Konsep ini bertumpu pada monitoring dan sensus populasi hama di lapangan. Pengendalian populasi di bawah ambang ekonomi : Pengendalian dilakukan secara hayati Beberapa agens antagonis telah banyak digunakan untuk mengendalikan ulat api. Agens antagonis tersebut adalah Bacillus thuringiensis, Cordyceps militaris dan virus Multi-Nucleo Polyhydro Virus (MNPV). Wood et al., (1972) menemukan bahwa bakteri B. thuringiensis efektif melawan Darna trima dengan tingkat kematian 90% dalam 7 hari. Virus MNPV digunakan untuk mengendalikan larva ulat api. Penggunaan larutan virus sebanyak 400 gram ulat terinfeksi virus per hektar cukup efektif serta 3,6 kali lebih murah dibandingkan dengan penggunaan pestisida. Walaupun pengaruhnya tidak secepat pestisida, akan tetapi kesesuaiannya sebagai metode pengendali yang ber-kesinambungan sangat tepat (Sudharto, 1991). Selain beberapa entomopatogen di atas, populasi ulat api dapat stabil secara alami di lapangan oleh adanya musuh alami yaitu, predator dan parasitoid. Predator ulat api yang sering ditemukan adalah Eochantecona furcellata (Hemiptera: Pentatomidae) dan Sycanus leucomesus (Hemiptera: Reduviidae).

Gambar 11. Predator Eochantecona furcellata

Parasitoid dapat diperbanyak dan dikonservasi di perkebunan kelapa sawit dengan menyediakan makanan bagi imago parasitoid tersebut seperti Antigonon leptopus (Gambar 12),Turnera subulata (Gambar 13), Turnera ulmifolia, Euphorbia heterophylla, Cassia tora, Boreria alata dan Elephantopus tomentosus. Oleh karena itu, clean weeding tidak dianjurkan dan tanaman-tanaman tersebut hendak-nya tetap ditanam dan jangan dimusnahkan. Tiong (1977) juga melaporkan bahwa adanya penutup tanah dapat mengurangi populasi ulat api karena populasi musuh alami akan meningkat.

Darna trima Moore

Gambar 12. Antigonon leptopus

Gambar 13. Turnera subulata

Tabel 1. Tingkat populasi kritis beberapa jenis ulat api

No. 1. 2. 3. 4. 5. 6.

Jenis ulat api S. asigna S. nitens D. trima D. diducta D. bradleyi B. bisura

Populasi kritis ulat api (Jumlah ulat/pelepah daun kelapa sawit) 5-10 5-10 20-30 10-20 10-20 10-20

Pengendalian populasi di atas ambang ekonomi: Pengendalian dilakukan secara mekanik Pemasangan Light trap untuk menarik dan memerangkap imago Darna spp. Hal ini bertujuan untuk mencegah terjadinya kopulasi dan penyebaran serta sebagai salah satu sarana monitoring. Kegiatan pemasangan Light trap dihentikan jika tangkapan ngengat per malamnya 5 ekor. Pengendalian dilakukan secara kimiawi Insektisida yang paling banyak digunakan pada perkebunan kelapa sawit untuk ulat api saat ini adalah deltametrin, sipermetrin dan lamda sihalothrin dan bahan aktif lain dari golongan pirethroid. Pengendalian dapat dilakukan berdasarkan umur tanaman. Pengendalian untuk Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) dapat dilakukan dengan aplikasi penyemprotan yang menggunakan Mist blower.
DAFTAR PUSTAKA
Chung GF., Sim SC, Km Hon & Ramli K. 1995. Monitoring and Surveillance System for Integrated Pest Management of Leaf Eating Caterpillars in Oil Palm. The planter, Kuala Lumpur, 71, 253-263. Desmier de Chenon R. 1982. Field guide for coconut and oil palm pests and diseases and plantation sanitary protection. Dir. Gen. of Estate, Spec. Team for the Ext. Ass. Proj., Jakarta, April 1982. 195 p. Hartley CWS. 1979. The Oil Palm. Second editions. TropicalAgriculture Series. Golden Hope Plantation Berhad: Kuala Lumpur. 25p. PurbaAYL. 1962. Metode Pemberantasan Ulat Kelapa Sawit (khusus di PNP Sumut III). Kumpulan prasaran-prasaran konperensi ahli perkebunan, jilid II, Research Institute of the SPA, Medan. Sasaerila Y, Gries G, Gries R, & Boo TC. 2000. Specificity of communication channels in four limacodid moths: Darna bradleyi, Darna trima, Setothosea asigna, and Setora nitens (Lepidoptera: Limacodidae). Biomedical and Life Sciences Chemoecology, volume 10, Number 4, 193-199. SipayungA.1988. Sistem pengawasan dini (Early warning system) terhadap perkembangan populasi hama pada perkebunan kelapa sawit. Field day PTP VII, Maret 1988. 10 p. Sudharto P. 1991. Hama Tanaman Kelapa Sawit dan Cara Pengendaliannya. Pusat Penelitian Perkebunan Marihat, Pematang Siantar, Indonesia. SusantoA, Sudharto Ps, Purba RY, Utomo C, Fadillah LA, PrasetyoAE, DongoranAP, Fahridayanti. 2006. Perlindungan Tanaman Kelapa Sawit. Pematang Siantar, Indonesia. SusantoA, Purba, R Y & Prasetyo,AE. 2010. Hama dan Penyakit Kelapa Sawit Volume 1. PPKS Press, Medan. Syed RA& Speldewinde HV. 1974. Pest detection and census on oil palms. The Planter, Kuala Lumpur 50 : 230-233. Wood BJ. 1968. Pest of Oil Palm in Malaysia and their control. Incorporated Society of Planter. 204p. Wood BJ, Corley RHV, & Goh KH. 1972. Studies on the effect of pest damage on oil palm yield. In Advanced in oil palm cultivation (Wastrie RL & Earp DA. eds.). The Incorp. Soc. of Plant., K. Lumpur. pp. 360-379.

Anda mungkin juga menyukai