Anda di halaman 1dari 73

Serangga Hama

dan
Pengendaliannya
Kerugian Akibat Serangga Hama

A. Bentuk Gangguan
1. Proses Fisiologi Tanaman
2. Kerusakan Fisik Tanaman

B. Derajat Gangguan
1. Gangguan Ringan s.d. Berat
2. Parah
Kerugian Akibat Serangga Hama
C. Akibat Terhadap Individu

1. Pertumbuhan Lambat s.d. Kerdil


2. Penyimpangan Pertumbuhan
3. Berkurangnya kemampuan berproduksi (jumlah dan
ukuran dari batang, buah, pucuk, daun, lateks, biji,
dsb)
4. Kematian Tanaman (Populasi tanaman berkurang)
Kerugian Akibat Serangga Hama
D. Akibat Terhadap Unit Usaha

1. Menurunnya pencapaian target produksi


2. Meningkatnya biaya pemeliharaan
3. Meningkatkan harga pokok produksi
4. Menurunkan potensi produksi tahun yad
5. Meningkatnya biaya perbaikan tanaman

(Menurunkan kinerja unit usaha)


Prinsip Perlindungan Tanaman

Pencegahan Lebih
Baik Dari Pada
Pengobatan
Pengenalan Hama Tanaman Kelapa Sawit
dan Pengendaliannya
Ulat Pemakan Daun Kelapa Sawit
Ulat Api : - Setothosea asigna
- Setora nitens
- Darna trima / Orthocraspeda trima
- Darna diducta / Ploneta diducta
- Darna bradleyi / Ploneta bradleyi
- Birthosea bisura
Ulat Kantong : Mahasena corbetti dan Metisa plana
Ulat Bulu : - Dasychira inclusa
- Dasychira mendosa
- Amathusia phidippus
Ulat Api Setothosea asigna Ulat Api Setora nitens Ulat Api Darna (Orthocraspeda trima)

Ulat Api Darna (Ploneta bradleyi) Ulat Api Birthosea bisura


Ulat Api Darna (Ploneta diducta)

Ulat Kantong Mahasena corbetti Ulat Kantong Metisa plana Ulat Bulu Dasychira inclusa
Ulat Bulu Dasychira Mendosa

Ulat Bulu Amathusia phidippus


Ulat Api Setothosea asigna
• Ngengat : rentang sayap 41 – 51 mm, berwarna coklat
tua.
• Telur : berwarna kuning kehijauan, berderet 3-4 baris
dalam tumpukan 44 butir dan menetas 4-8 hari.
• Ulat baru : berwarna hijau dengan bercak khas, hidup
berkelompok, mengikis daun dari permukaan
bawah.
• Instar 2-3 : memakan daun dari ujung ke pangkal daun.
Instar 9 p : 36 mm dan l : 14,5 mm dengan
stadia 49-50,3 hari. Dapat menghabiskan
helaian daun sampai 400 cm2.
• Kepompong : Pada permukaan tanah yang gembur
sekitar piringan atau pangkal batang dan
stadianya 39,7 hari.
Ulat Api Setora nitens
• Ngengat : rentang sayap 35 mm, berwarna
coklat bergaris gelap dan aktif pada
senja dan malam hari.
• Telur : seperti S. asigna hijau kekuningan lalu
berubah kemerahan dan menetas
setelah 4-7 hari.
• Ulat : ciri khas sebuah garis membujur ditengah
punggung, biru keunguan dan berperilaku
seperti S. asigna. Stadia ulat selama 50 hari.
• Kepompong : Pada permukaan tanah yang gembur
sekitar piringan atau pangkal batang
dan stadianya 17-27 hari.
Ulat Api Darna (Orthocraspeda trima)
• Ngengat : rentang sayap 18 mm, berwarna
coklat gelap dan aktif pada malam
hari.
• Telur : kuning kehijauan seperti tetesan minyak di
daun sawit dalam tumpukan 90-300 butir.
Menetas dalam waktu 3-4 hari.
• Ulat : warna putih kekuningan lalu coklat.
Mengikis daun dari permukaan bawah dan
lebih menyukai daun tua. Stadia ulat 26-33
hari.
• Kepompong : Pada permukaan tanah yang
gembur sekitar piringan atau
pangkal batang dan stadianya 10-
14 hari.
Ulat Api Darna (Ploneta diducta)
Ngengat : rentang sayap 24 mm, berwarna coklat tua.
Telur : kuning kehijauan seperti tetesan minyak didaun
sawit dalam tumpukan 60-225 butir.
Menetas dalam waktu 4-6 hari.
Ulat : mirip D. trima warna putih kekuningan lalu coklat.
Ulat tua coklat dengan punggung
bercak putih. Mengikis daun dari permukaan
bawah dan dapat menghabiskan daun sampai
165 cm2. Stadia ulat 30-37 hari.
Kepompong : Pada permukaan tanah yang
gembur sekitar piringan atau
pangkal batang dan stadianya 11-14
hari.
Ulat Api Darna (Ploneta bradleyi)
• Ngengat : rentang sayap 9-10 dan 11-12 mm,
berwarna kelabu (betina berwarna
pucat).
• Telur : mirip D. diducta dalam 1 kelompok
terdiri atas 10 butir. Telur menetas
dalam waktu 4 -5 hari.
• Ulat : mirip D. diducta kecuali bercak kuning
besar di punggung pada stadia akhir
(stadia 27-30 hari).
• Kepompong : Mirip D. diducta stadianya 13
hari.
Ulat Api Birthosea bisura
• Ngengat : rentang sayap 10-14 mm
dan berwarna coklat tua.
• Telur : 600 butir dan menetas dalam
waktu 5-9 hari.
• Ulat : pipih, kuning kehijauan, garis
ungu pada punggung. Panjang 15
mm pada instar terakhir. Stadia 20-
35 hari dan dapat menghabiskan
100 cm2
• Kepompong : Berwarna coklat tua,
berbentuk oval panjangnya 10
mm,lebar 8 mm.
Stadianya 14-18 hari
Ulat Kantong (Mahasena corbetti)
• Ngengat : rentang sayap jantan 30 mm berwarna
coklat tua, betina tidak bersayap dan
tetap berbentuk ulat dan tinggal didalam
kantong sampai mati. Waktu kopulasi
ngengat jantan terbang kekantong
ngengat betina. Kopulasi berlangsung
melalui ujung kantong. Selanjutnya
ngengat betina meletakkan telur didalam
kantong.
• Telur : Jumlahnya dapat mencapai 2000 -3000 butir,
menetas dalam waktu ± 16 hari.
• Ulat : ulat yang baru menetas sangat aktif dan
mudah diterbangkan angin. Stadia ulat 80 hari.
Selanjutnya ulat berkepompong dalam kantong
selama ± 30 hari. Ulat mula-mula berada diatas
permukaan daun, tetapi setelah kantong semakin
besar berpindah dan menggantung di bagian
permukaan bawah daun kelapa sawit.
Ulat Kantong Metisa plana
• Ngengat : Ngengat betina dapat menghasilkan
telur sebanyak 100-300 butir selama
hidupnya. Telur akan menetas dalam
waktu 18 hari
• Telur : menetas dalam waktu ± 16 hari.
• Ulat : ulat berukuran lebih kecil dari M. corbetti yakni
pada akhir perkembangannya dapat
mencapai panjang 12 mm dengan panjang kantong
15-17 mm. Kantong ini terbuat dari potongan kecil
daun kelapa sawit.
Stadia ulat terdiri dari 4-5 instar dan
berlangsung sekitar 50 hari.
• Kepompong : pada waktu berkepompong, kantong
kelihatan halus permukaan luarnya,
berukuran panjang sekitar 15 mm dan
menggantung seperti kait di permukaan
bawah daun. Stadia kepompong
berlangsung 25 hari.
Ulat Bulu Dasychira inclusa
• Ngengat : ngengat jantan memiliki antena berbentuk seperti
sisir. Sayap coklat kelabu dengan bercak kekuningan.
Rentang sayap 30-35 mm. Ngengat betina memiliki antena
berbentuk seperti benang, sayap depan coklat gelap dengan
bercak putih kekuningan. Rentang sayap 45-55 mm. Sayap
belakang ngengat jantan dan betina warna kelabu.
• Telur : diletakkan pada bagian bawah daun dalam kelompok yang
terdiri dari ratusan butir dan menetas dalam waktu 8-9 hari.
• Ulat : berbulu panjang berwarna coklat kemerahan, aktif pada malam
hari. Pada siang hari ulat berlindung dibagian bawah daun dan
bersembunyi pada pangkal pelepah daun dan dalam daun bibit
kelapa sawit yang belum membuka sempurna. Stadia ulat 35-40
hari.
• Kepompong : Ulat berkepompong pada pangkal pelapah
daun atau pada pangkal anak daun.
Kepompong berwarna coklat kehitaman,
diselimuti oleh kokon berwarna coklat muda
yang terbuat dari bulu ulat direkat dengan air
liur. Kepompong akan menjadi ngengat
dalam waktu 8 hari.
Ulat Bulu Dasychira Mendosa

Biologi dan perilaku ulat ini mirip


sekali dengan D. inclusa. Namun
demikian, keduanya mempunyai
warna bulu di bagian punggungnya
yang berbeda. Bulu dibagian
punggung ulat ini berwarna merah
dan putih kekuningan.
Ulat Bulu Amathusia phidippus
• Ngengat : memiliki rentang sayap sekitar 90 mm.
Permukaan atas sayap berwarna coklat tua.
Pada permukaan bawah sayap berwarna
dasar coklat muda dengan pola garis-garis
membujur berwarna coklat tua dan putih,
serta terdapat dua buah bulatan pada sayap
belakang.
• Telur : menetas dalam waktu sekitar 8 hari.
• Ulat : Ulat berwarna hijau muda, dan dapat mencapai
panjang 90 mm pada akhir pertumbuhannya. Tubuh
ditutupi bulu-bulu halus, pada bagian depan dan
belakang tubuhnya masing-masing terdapat dua kumpulan bulu
yang berbentuk seperti tanduk. Stadia ulat berlangsung
dalam waktu 40 hari.
• Kepompong : berwarna hijau kekuningan,
menggantung pada permukaan bawah
helaian daun kelapa sawit, dan
berukuran antara 40-50 mm.
Kepompong akan menjadi kupu-kupu
dalam waktu sekitar 12 hari.
Kerugian yang ditimbulkan
Kerugian yang ditimbulkan
• Hama ulat pemakan daun ini dapat menimbulkan kerugian yang akan
mengakibatkan kelapa sawit kehilangan daun dan akhirnya akan
menurunkan produksi
• Hasil percobaan simulasi kerusakan daun yang dilakukan pada kelapa sawit :
- Pada Tanaman umur 8 tahun penurunan produksi 30%-40% dalam dua
tahun setelah terjadi kehilangan daun 50%
- Bila kerusakan daun terjadi pada kelapa sawit yang lebih muda, maka
kehilangan hasil yang ditimbulkan menjadi lebih kecil
- Kehilangan daun sebesar 50% pada tanaman kelapa sawit yang berumur 2
tahun dan 1 tahun, masing-masing akan mengakibatkan penurunan produksi
sebesar 12%-24% dan < 4% pada dua tahun pasca serangan.
Metode Pengendalian
• Penerapan sistem pengendalian hama terpadu (PHT)
• Tindakan pengendalian dilakukan sesuai dengan hasil
monitoring populasi dan hanya dilakukan apabila populasi
hama tersebut melampaui padat populasi kritis yang
ditentukan, serta mengutamakan kelestarian dan
pemanfaatan musuh alami yang ada di dalam ekosistem
kelapa sawit.
• Pada beberapa perkebunan kelapa sawit di Sumatera telah
ditemukan 33 jenis parasitoid dan 11 jenis predator hama
pemakan daun
Parasitoid dan Predator UPDKS
Jenis inang Stadia/instar Tingkat
No. Jenis Parasitoid/Predator
(hama) inang parasitasi/predasi
1. PARASITOID :
S. asigna Telur 30,6 – 33,5%
Trichogrammatoidea thoseae
S. nitens Telur 26%
(Hym. : Trichogrammatidae)
2. Metaplectrus solitarus dan
Euplectromorpha nr. bicarinata S. asigna L2-L3 46%
(Hym. : Eulophidae)
3. Fornicia ceylonica S. asigna L4 30,4%
(Hym. : Braconidae) S. nitens L4 77,8%
4. Spinaria spinator S. nitens
Larva instar akhir 28,6-100%
(Hym. : Braconidae)
5. Apanteles aluella
Darna trima Idem 55-65%
(Hym. : Braconidae)
6. Apanteles metisae Metisa plana Idem
70%
(Hym. : Braconidae) Mahasena corbetti Idem
7. Chlorocryptus purpuratus S. asigna Larva instar
2,6%
(Hym. : Ichneumonidae) akhir/pupa
8. Chaetexorista javana S. asigna Idem 15,4%
(Dip. : Tachinidae) S. nitens Idem 90% (pada areal terbuka)
Parasitoid dan Predator UPDKS
Parasitoid dan Predator UPDKS
Jenis Jenis inang Stadia/instar Tingkat
No.
Parasitoid/Predator (hama) inang parasitasi/predasi
1. PREDATOR : M. plana Larva 430 larva/selama
Sycanus leucomesus hidupnya (> 1
dan bulan)
M. corbetti Idem
S. dichotomus D. Trima dan Idem
(Hem. : Reduviidae) jenis ulat api 1 larva/ 4-5 jam
lainnya
2. Kelompok Semua jenis Larva dan 1-5 larva/hari *)
Eucanthecona ulat api kadang-
Cantheconidea kadang
ngengat
(Hem. : Pentatomidae)
3. Callimerus arcufer Semua jenis Telur dan 50%
(Col. : Cleridae) ulat api larva-larva (bersama dengan
M. plana Sycanus spp.)
*) lama stadia predator yang aktif memangsa ulat (nympha dan imago) ± 3 bulan
Jenis, Dosis & Cara Aplikasi Insektisida utk pengendalian UPDKS
Jenis Insektisida
No. Dosis Produk Cara Aplikasi Hama Sasaran
Bahan aktif Contoh Produk
Thuricide HP 300-500 g/ha
Bacillus Bactospene WP 300-500 g/ha
thuringiensis Dipel WP 300-500 g/ha Penyemprotan atau Ulat api, ulat bulu dan
1.
(Insektisida Florbac FC 375-750 ml/ha fogging tipe bio ulat kantong
biologis) Condor 70 F 375-750 ml/ha
Turex WP 300-500 g/ha
Penyemprotan atau
2. Deltametrin Decis 2,5 EC 200-300 ml/ha Ulat api dan ulat bulu
fogging
Penyemprotan atau
3. Betasiflutrin Buldok 25 EC 200-300 ml/ha Ulat api dan ulat bulu
fogging
Ripcord 5 EC 300-500 ml/ha Penyemprotan atau
4. Cipermetrin Ulat api dan ulat bulu
Fenom 30 EC 125-250 ml/ha fogging
Lamda Penyemprotan atau
5. Matador 25 EC 200-300 ml/ha Ulat api dan ulat bulu
Sihalotrin fogging
Penyemprotan atau
6. Triklorfon Dipterex 95 SP 1000g/ha Ulat kantong
fogging
• Absorpsi akar untuk
tanaman berumur ≤ 6
20-30 tahun Ulat api, ulat bulu dan
7. Metamidofos Monitor 200 LC
ml/pohon • Injeksi batang untuk ulat kantong
tanaman berumur ≥ 6
tahun
Tanaman yang Menguntungkan sebagai Inang
Musuh Alami Tanaman Kelapa Sawit

Antigonon leptopus Oksalis barrelieri


Air mata pengantin(Ind.) Belimbingan (J)

Turnera subulata Hyptis brevipes


Pukul delapan(Ind.) Boborangan (S),
Godong puser (J)
Tanaman yang Menguntungkan sebagai Inang Musuh Alami Tanaman Kelapa Sawit

Ageratum conyzoides Euphorbia hirta Boreria latifolia


Wedusan (S), Babadotan (J) Gendong anak (Ind.), Kentangan (Ind.), Rumput
Patikan (J) setawar (M)

Amranthus spinosus Euphorbia heterophylla


Bayam duri (Ind.) Patikan emas (Ind.)
Oryctes rhinoceros
Oryctes rhinoceros merupakan salah satu hama utama di
pertanaman kelapa sawit. Beberapa penyebab tingginya
serangan O. rhinoceros adalah :
 Pengaruh adanya sistem peremajaan tanaman tua tanpa bakar
(zero burning), sawit ke sawit.
 Pemanfaatan tandan kosong sawit.
 Tanaman sekitar banyak terserang ganoderma.
 Sistem monitoring dan pengendalian yang belum tepat
 Gagalnya pertumbuhan tanaman kacangan.
Faktor-faktor tingginya serangan O. rhinoceros
Biologi O. rhinoceros

 Masa telur : 12.5 hari (10-18)


 Masa Larva : 102.0 hari (63-180)
 Prapupa : 7.7 hari ( 6-12)
 Pupa : 22.4 hari (16-27)
 Istirahat Imago : 19.7 hari (11-29)
 Total : 164.2 hari (106-266)
5.5 bulan (3.5-8.9)

Dewasa dapat bertahan hidup hingga 6 bulan untuk


jantan dan 9 bulan untuk betina
Siklus Hidup
192 – 274 hari 8 – 12 hari

TELUR

DEWASA

17 – 28 hari

LARVA

8 - 13 hari
82 – 207 hari

PUPA
PRAPUPA
Perilaku imago O. rhinoceros

 Aktif malam hari pada jam 19.00 - 21.00 .


 Melakukan gerekan untuk membuat lubang setinggi pangkal
pelepah dan terus ke titik tumbuh.
 Bertahan pada satu tanaman hingga 3-4 hari dan kemudian
pindah ketanaman terdekat.
 Umumnya kumbang lain akan datang pada tanaman yang
pernah diserang oleh kumbang sebelumnya.
 Menyerang pada semua umur tanaman kelapa sawit.
 Sangat respon terhadap senyawa yang memiliki feromon
Kerusakan Tanaman TBM

Gejala serangan pada pupus Lubang gerekan di pangkal pelepah

Pertumbuhan pucuk baru Pertumbuhan yang tidak normal


Kerusakan Tanaman TM
Gambar Model penempatan perangkap feromon

Feromon
30-35 cm

Gambar wadah perangkap


Peletakan feromon model lama di dalam areal
Pengendalian Oryctes rhinoceros
Kumbang Penggerek Pucuk • Kematian tanaman muda akibat serangan
Kelapa Sawit berkisar antara 1,0 – 2,5%. Produksi dari areal
tanaman yang banyak terserang dapat berkurang
antara 0,2 – 0,3 ton/ha, selama 18 bulan pada
panen tahun pertama.
• Pengendalian : untuk mencegah dan
menghambat perkembangan larva adalah
dengan penutupan batang kelapa sawit bekas
replanting dengan LCC secepat mungkin, untuk
mencegah serangga meletakkan telurnya pada
batang mati.
• Pemberantasan kimiawi dengan menaburkan
insektisida Karbosulfan sebanyak 0,05 –
• Ferotrap : feromon 0,10 g bahan aktif per pohon, tiap 1-2
sintetik (Etil-4 metil
oktanoate) minggu) atau 3 butir kapur barus/pohon,
setiap 1-2 kali/bulan pada pucuk kelapa
• Satu ferotrap cukup sawit.
untuk 1 ha dan 1
kantong dapat ►Larva O.rhinoceros pada mulsa TKS diareal
digunakan selama
60 hari. Setiap 2 TM dapat dikendalikan dengan menaburkan
minggu dilakukan biakan murni jamur Metharrhizium anisopliae
pengumpulan
kumbang yang sebanyak 20 g/m2.
terperangkap dan
kemudian dibunuh. ►Pemerangkapan kumbang O.rhinoceros
menggunakan ferotrap.
MASALAH KUMBANG TANDUK DI AREAL TANAMAN TUA
Tempat perkembang
biakan :
SUMBER KUMBANG : Mulsa TKS
 Tanaman kelapa dan
KS mati/lapuk
 Sampah, kotoran
ternak, dll
MASALAH KUMBANG TANDUK DI AREAL REPLANTING

SUMBER KUMBANG : Tempat perkembang


 Tanaman kelapa dan biakan di areal
KS mati/lapuk replanting :
 Sampah, kotoran Batang KS mati
ternak, dll
Biologi : Tirathaba mundella dan T. rufivena dikenal
sebagai hama penggerek tandan buah kelapa sawit
di Indonesia dan Malaysia.

Upaya pencegahan : populasi meningkat bila hama


ini dibiarkan berkembang dan akan memacu
perkembangan penyakit Marasmius. Kastrasi dapat
membantu memutuskan siklus hidup hama. Ulat yang
terikut dalam kastrasi disemprot pestisida atau
dibakar.

Pengendalian : Pengendalian dilakukan dengan


menggunakan insektisida Thuricide (500 g produk
Hama Penggerek komersial/ha), Dimilin (150 g bahan aktif/ha) dan
Tandan Buah Baythroid (13,5 g b.a. /ha). Penyemprotan dilakukan
dengan semprot gendong bermesin, volume semprot
Kelapa Sawit 2 l/pohon, sebanyak 3 kali, selang 2 minggu. Pada
tiap 20 l larutan ditambahkan 30 ml Tenac sticker dan
15 ml bahan perata DS747.
Kumbang Apogonia
expeditionis Ritsema
 Merupakan hama umum bibitan kelapa sawit
 Pengendalian :
- mencari ditanah didalam dan luar polibag
- penaburan insektisida granular 4-5
g/bibit/bulan dan penyemprotan insektisida
pada malam hari
Kumbang Adoretus
compressus Webb
 Memakan sebagian daging daun bagian tengah
dan aktif pada malam hari
 Pengendalian :
- mencari ditanah didalam dan luar polibag
- penaburan insektisida granular 4-5
g/bibit/bulan dan penyemprotan insektisida
Penggerek Pucuk pada malam hari
Rhynchophorus vulneratus
(Panzer)
 Sering melanjutkan bekas serangan Oryctes
 Pengendalian :
- mengambil larva dengan kawat pengait
- memerrangkap kumbang dengan potongan
batang sawit yang telah dibubuhi insektisida
PENGENDALIAN HAMA RAYAP (TERMITES)
Coptotermes curvignatus PADA TANAMAN
KELAPA SAWIT
RAYAP JENIS MACROTERMES
CARA
PENGENDALIANNYA
RAYAP JENIS
COPTOTERMES
Kerusakan oleh serangan Rayap

Kerusakan di titk tumbuh Potongan kelapa sawit yang


terserang Rayap
Kerusakan oleh rayap

Termite mudwork on fruit bunch


Kerusakan oleh rayap

Pokok yang mati akibat serangan Coptotermes curvignathus


KERUGIAN AKIBAT
SERANGAN

Merupakan hama penting pada


tanaman kelapa sawit di areal
gambut
Menyerang pada tanaman muda -
remaja
Menyebabkan kematian pada
tanaman yang terserang
BIOLOGI RAYAP
 Species rayap yang menyerang
adalah Coptotermes curvignathus
 Ratu dan sarang rayap berada di
bawah permukaan tanah
 Penyebaran rayap melalui stadia
“laron”
 Rayap pekerja selalu membawah
makanan untuk ratunya
USAHA PENGENDALIAN

 Penggunaan termitisida
(insektisida) masih merupakan
pilihan utama
 Metode pengendalian dengan
cara isolasi tanaman dari
serangan rayap
Status serangan rayap C. curvignatus pada kelapa
di kebun Riau Sakti, Pulau Burung, Riau
(Sumber : Desmier de Chenon, et. al, 1991)

Waktu % tanaman terserang rayap


pengamatan Tanaman terserang Tanaman mati

Bulan ke 1 1.88 0.00


Bulan ke 2 3.48 1.61
Bulan ke 3 21.98 2.95
Bulan ke 4 17.96 4.82
Bulan ke 5 43.16 1.07
Bulan ke 6* 0.00 1.07

Keterangan : * = seluruh tanaman dikendalikan dengan Chlorpyrifos.


Rating kriteria gejala serangan rayap
(%) di pohon
Kategori Gejala Skor (%)
Serangan Serangan Rayap di Pohon

Sehat Tanaman tidak terserang 0 0

Ringan Tanaman terserangan rayap ditandai 1 33.3


adanya lorong rayap yang terbuat
dari tanah, ada koloni rayap hidup,
daun muda/pupus masih sehat/segar.

Sedang Tanaman terserangan rayap ditandai 2 67


adanya lorong rayap yang terbuat
dari tanah, ada koloni rayap hidup,
daun muda/pupus layu/kering.

Berat/Mati Tanaman terserangan rayap ditandai 3 100


adanya lorong rayap yang terbuat
dari tanah, ada koloni rayap hidup,
daun muda/pupus tidak berkembang
atau tanaman mati karena rayap.
Kategori Serangan Ringan
Kategori Serangan Sedang
Kategori Serangan Berat ( Tan. Mati )
PENGENDALIAN RAYAP
CARA PENYIRAMAN ( DRENCHING )

BAHAN :  INSEKTISIDA (fipronil ; klorpirifos)


 AIR BERSIH
ALAT :  GEMBOR
 GANCO
 JERIGEN & TAKARAN
KESIMPULAN
1. Metode penyiraman (drenching) larutan
insektisida di sekitar pangkal batang mampu
memberikan perlindungan tanaman dari
serangan rayap.
2. Aplikasi fipronil (Kons. 0.2 %) pada tanaman
yang terserang rayap di areal gambut,
menunjukkan efikasi yang baik dan tidak
berbeda dibandingkan insektisida standar
kebun (khlorpyrifos).
3. Fipronil dapat digunakan sebagai insektisida
alternatif untuk pengendalian rayap pada
tanaman kelapa sawit, apabila analisa biaya
pengendalian per-pohon relatif sama atau
lebih rendah dibandingkan insektisida standar
kebun.

Anda mungkin juga menyukai