PENDAHULUAN
Kopi (Coffea sp.) merupakan salah satu komoditas unggulan dalam sektor
perkebunan Indonesia.Kopi secara umum dibagi menjadi dua jenis yang dihasilkan di
Indonesia, yaitu kopi robusta dan kopi arabika. Kopi jenis arabika dapat tumbuh
dengan baik didaerah yang memiliki ketinggian diatas 1.000 – 2.100 meter di atas
permukaan laut, sedangkan kopi robusta dapat tumbuh di ketinggian yang lebih
rendah daripada ketinggian penanaman kopi arabika, yaitu pada ketinggian 400-800m
di atas permukaan laut. Kopi di Indonesia memiliki luas areal perkebunan yang
mencapai 1,2 juta hektar. Dari luas areal tersebut, 96% merupakan lahan perkebunan
kopi rakyat dan sisanya 4% milik perkebunan swasta dan Pemerintah. Asosiasi
Eksportir dan Industri Kopi Indonesia (AEKI, 2015).
Total produksi kopi di Indonesia mulai dari tahun 2011 sebesar 638.646 ton
yang kedua terbesar ada pada tahun 2012, yaitu sebesar 691.163 ton lalu setelah tahun
2012 tingkat produksi kopi mengalami penurunan. Penurunan produksi tersebut
didasarkan oleh faktor cuaca dimana sering terjadi hujan. Namun pada tahun 2015
Indonesia kembali mampu meningkatkan produktivitas kopinya dengan total
produksi yang mencapai 739.005 ton, jauh lebih besar daripada total produksi kopi
tahun 2012 (Kementerian Pertanian, 2015).Selain itu faktor penurunan produksi dapat
terjadi karena adanya pembaharuan pohon kopi, penggunaan pupuk yang berlebihan
pada tahun sebelumnya, kemarau panjang, atau kesalahan pada pemotongan cabang
kopi, sedangkan penurunan luas lahan dapat terjadi karena adanya alih fungsi lahan
(Indreswari, 2015).\
1
Peningkatan produktivitas dan mutu hasil kopi dapat dilakukan dengan cara
memperhatikan teknik budidaya tanaman kopi mulai dari penanaman hingga
perawatan. Kegiatan penanaman diawali dengan pemiliahan varietas yang sesuai
dengan kondisi lahan, serta penentuan jarak tanam kopi yang disesuaikan dengan
kemiringan tanah. Pemupukan dilakukan dengan memperhatikan waktu, dosis dan
jenis pupuk serta cara pengaplikasiannya. Selain itu, perlu adanya pemangkasan agar
tanaman kopi tetap rendah sehingga mudah dalam perawatan, pembentukan cabang-
cabang produktif, mempermudah masuknya cahaya,serta mempermudah
pengendalian hama dan penyakit (Prastowo, 2010).
1.2 Tujuan
2
1.4 Manfaat
1) Mengetahui teknik perbanyakan kopi secara vegetative dan generative mulai
persiapan bahan tanam hingga persemaian.
2) Mengetahui proses pemindahan bibit dari persemaian ke lahan pertanaman.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Sejarah kopi di Indonesia dimulai pada tahun 1696 ketika Belanda membawa
kopi dari Malabar, India, ke Jawa. Mereka membudidayakan tanaman kopi tersebut di
Kedawung, sebuah perkebunan yang terletak dekat Batavia. Namun, upaya ini gagal
kerena tanaman tersebut rusak oleh gempa bumi dan banjir. Upaya kedua dilakukan
pada tahun 1699 dengan mendatangkan stek pohon kopi dari Malabar. Pada tahun
1706 sampel kopi yang dihasilkan dari tanaman di Jawa dikirim ke negeri Belanda
untuk diteliti di Kebun Raya Amsterdam. Hasilnya sukses besar, kopi yang dihasilkan
memiliki kualitas yang sangat baik. Selanjutnya, tanaman kopi ini dijadikan bibit bagi
seluruh perkebunan yang dikembangkan di Indonesia. Belanda pun memperluas areal
budidaya kopi ke Sumatera, Sulawesi, Bali, Timor dan pulau-pulau lainnya di
Indonesia. Pada tahun 1878, hampir seluruh perkebunan kopi yang ada di Indonesia
terutama di dataran rendah rusak terserang penyakit karat daun atau Hemileia
vastatrix (HV). Pada saat itu semua tanaman kopi yang ada di Indonesia merupakan
jenis arabika (Coffea arabica). Untuk menanggulanginya, Belanda mendatangkan
spesies kopi liberika (Coffea liberica) yang diperkirakan lebih tahan terhadap
penyakit karat daun. Sampai beberapa tahun lamanya, kopi liberika menggantikan
kopi arabika di perkebunan dataran rendah. Di pasar Eropa kopi liberika saat itu
dihargai sama dengan arabika. Namun, tanaman kopi liberika juga mengalami hal
yang sama, rusak terserang karat daun. Kemudian pada tahun 1907, Belanda
mendatangkan spesies lain yakni kopi robusta (Coffea canephora). Usaha kali ini
berhasil, hingga saat ini perkebunan-perkebunan kopi robusta yang ada di dataran
rendah bisa bertahan. Pasca kemerdekaan Indonesia tahun 1945, seluruh perkebunan
4
kopi Belanda yang ada di Indonesia di nasionalisasi dan sejak itu Belanda tidak lagi
menjadi pemasok kopi dunia (Nasution, 2006).
5
Tidak heran apabila kopi merupakan salah satu komoditas unggulan yang
dikembangkan di Indonesia karena tergolong di dalam kategori komoditi penting
dalam pertumbuhan ekonomi nasional. Peran kopi sebagai salah satu komoditas
ekspor yang menguntungkan telah dimulai sejak masa kolonial. Pada masa kolonial,
perkebunan menjadi penopang kehidupan perekonomian yang berbasis pada ekonomi
perkebunan. Berdasarkan pangsa pasar yang terus mengalami peningkatan, kopi tidak
hanya dibudidayakan oleh pemerintah kolonial, tetapi juga oleh rakyat (Ekadinata,
2002). Kopi merupakan salah satu jenis tanaman perkebunan yang sudah lama
dibudidayakan dan memiliki nilai ekonomis yang lumayan tinggi. Konsumsi kopi
dunia mencapai 70% berasal dari spesies kopi arabika dan 26% berasal dari spesies
kopi robusta. Kopi berasal dari Afrika, yaitu daerah pegunungan di Etopia. Namun,
kopi baru dikenal oleh masyarakat dunia setelah tanaman tersebut dikembangkan di
luar daerah asalnya yaitu Yaman di bagian selatan Arab, melalui para saudagar Arab
(Rahardjo, 2012).
Kopi merupakan tanaman tropis yang dapat tumbuh dengan baik hampir di
semua tempat, kecuali pada tempat yang terlalu tinggi dengan suhu yang sangat
dingin. Indonesia yang merupakan salah satu negara dengan iklim tropis
menyediakan tempat tumbuh yang baik bagi kopi. Kopi merupakan salah satu hasil
komoditi perkebunan yang memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi diantara
tanaman perkebunan lainnya, termasuk tanaman tahunan yang bisa mencapai umur
produktif selama 20 tahun. Kopi merupakan salah satu komoditas ekspor penting dari
Indonesia yang berperan penting sebagai sumber devisa negara. Tanaman kopi sendiri
berasal dari Afrika, yaitu daerah pegunungan di Etopia. Tanaman kopi termasuk
dalam famili Rubiaceae yang memiliki banyak jenis, namun jenis kopi yang dikenal
secara umum antara lain Coffea arabica, Coffea robusta, dan Coffea liberica.
6
Menurut Andrifah (2012), Coffeasp. atau tanaman kopi ini tergolong kedalam
kingdom (Plantae), Divisi (Magnoliophyta), Kelas (Magnoliopsida), Ordo
(Gentianales), Famili (Rubiaceae),dan Genus (Coffea canephora).
a) Daun
Daun kopi berbentuk bulat, ujungnya agak meruncing sampai bulat dengan
bagian pinggir yang bergelombang. Daun tumbuh pada batang, cabang dan ranting.
Menurut Panggabean (2011), daun tanaman kopi hampir memiliki karakteristik yang
sama dengan daun pada tanaman kakao yang lebar dan tipis, sehingga dalam
budidayanya memerlukan tanaman naungan. Sedangkanmenurut Najiyati (2001),
daun kopi memiliki bentuk bulat telur dengan ujung agak meruncing. Daun tumbuh
berhadapan pada batang, cabang, dan rantingnya-rantingnya.
b) Batang
Kopi merupakan tumbuhan berkayu, memiliki batang yang tumbuh tegak ke
atas, dan berwarna putih keabu-abuan. Pada batang, terdapat dua macam tunas yaitu
7
tunas seri (tunas reproduksi) yang selalu tumbuh searah dengan tempat tumbuh
asalnya dan tunas legitim yang hanya dapat tumbuh sekali dengan arah tumbuh yang
membentuk sudut nyata dengan tempat aslinya (Arief, 2011).
c) Akar
Tanaman kopi merupakan tanaman semak belukar berkeping dua (dikotil),
sehingga memiliki perakaran tunggang. Perakaran ini hanya dimiliki jika tanaman
kopi berasal dari bibit semai atau bibit sambung (okulasi) yang batang bawahnya
berasal dari bibit semai (Anshori, 2014). Sistem perakaran pada kopi yaitu sistem
perakaran tunggang yang tidak mudah rebah. Perakaran tanaman kopi relatif dangkal,
lebih dari 90% dari berat akar terdapat pada lapisan tanah 0-30 cm (Najiyati, 2012).
8
d) Bunga
Pada umumnya, tanaman kopi berbunga setelah berumur sekitar dua tahun.
Bunga kopi berukuran kecil, mahkota berwarna putih dan berbau harum. Kelopak
bunga berwarna hijau, bunga tersusun dalam kelompok, masing-masing terdiri dari 4-
6 kuntum bunga. Tanaman kopi yang sudah cukup dewasa dan dipelihara dengan baik
dapat menghasilkan ribuan bunga. Bila bunga sudah dewasa, kelopak dan mahkota
akan membuka, kemudian segera terjadi penyerbukan. Setelah itu bunga akan
berkembang menjadi buah. Waktu yang diperlukan sejak terbentuknya bunga hingga
buah menjadi matang ± 8-11 bulan, tergantung dari jenis dan faktor lingkungannya
(Direktorat Jenderal Perkebunan, 2009).
e) Buah
Buah kopi mentah berwarna hijau dan ketika matang akan berubah menjadi
warna merah. Buah kopi terdiri atas daging buah dan biji. Daging buah terdiri atas
tiga bagian yaitu lapisan kulit luar(eksokarp), lapisan daging buah (mesokarp), dan
lapisan kulit tanduk (endokarp). Kulit tanduk buah kopi memiliki tekstur agak keras
dan membungkus sepanjang biji kopi. Daging buah ketika matang mengandung
lender dan senyawa gula yang rasanya manis (Panggabean, 2011).
9
Gambar 5. a. Buah Kopi b. Biji Kopi (Najiyati, 2012)
Buah kopi umumnya mengandung dua butir biji tetapi ada juga buah yang
tidak menghasilkan biji atau hanya menghasilkan satu butir biji. Biji kopi terdiri atas
kulit biji dan lembaga. Secara morfologi, biji kopi berbentuk bulat telur, bertekstur
keras, dan berwarna putih kotor (Najiyati, 2012).
10
3. Syarat Tumbuh Tanaman Kopi
Kopi adalah suatu jenis tanaman yang terdapat di daerah tropis dan subtropis
yang dapat hidup di dataran rendah dan dataran tinggi. Kondisi lingkungan tumbuh
tanaman kopi yang berpengaruh terhadap produktivitas tanaman kopi adalah tinggi
tempat dan curah hujan. Menurut Ryan (2016), faktor-faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan kopi antara lain, ketinggian tempat, curah hujan, kondisi tanah,
intensitas cahaya, dan angin agar pertumbuhan tanaman kopi bisa optimal. Secara
garis besar, di Indonesia terdapat dua jenis kopi yang keduanya tumbuh dan
berkembang secara optimal pada dua kondisi iklim yang berbeda. Kedua jenis kopi
tersebut yaitu kopi arabika untuk dataran tinggi dan kopi robusta untuk dataran
menengah sampai rendah.
Kopi arabika merupakan jenis tanaman kopi yang dapat tumbuh optimal di
dataran tinggi. Kopi arabika tumbuh baik dengan citarasa yang bermutu pada
ketinggian di atas 1000 meter dari permukaan laut. Menurut Rahardjo (2012), kopi
arabika adalah jenis tanaman dataran tinggi antara 1250-1850 meter dari permukaan
laut dengan suhu sekitar 17-21 ˚C. Kopi jenis lain yang berkembang di Indonesia
dalah kopi robusta. Kopi robusta merupakan jenis tanaman kopi yang dapat tumbuh
di daerah dataran menengah sampai rendah. Kopi robusta dapat tumbuh optimal pada
ketinggian dibawah 1000 meter dari permukaan laut. Menurut Ryan (2016), tanaman
kopi robusta tumbuh di dataran dengan ketinggian 400-700 meter di atas permukaan
laut. Tanaman kopi robusta menghendaki curah hujan 2000-3000 mm per tahun.
11
tidak tahan terhadap goncangan angin kencang. Selain merusak percabangan dan
membuat pohon rebah, angin kencang juga meningkatkan penguapan air di
permukaan tanah dan daun yang menyebabkan tanaman mengalami kekeringan
(Anggara, 2011).
Secara umum, di Indonesia terdapat tiga jenis tanaman kopi, yaitu kopi
arabika, kopi robusta dan kopi liberika.
a) Kopi Arabika
Kopi arabika merupakan kopi dengan cita rasa paling baik. Tanaman ini
memiliki daun dengan warna hijau tua dan berombak-ombak. Kopi Arabika tidak
tahan terhadap hama dan penyakit, serta jenis tanaman kopi ini banyak terdapat di
daerah Amerika Latin, Afrika Tengah dan Timur, India serta beberapa terdapat di
Indonesia. Jenis-jenis kopi yang termasuk dalam golongan arabika adalah abesinia,
pasumah, marago dan congensis (Ningtyas, 2014).
b) Kopi Robusta
Kopi robusta merupakan kopi dengan cita rasa lebih rendah dibandingkan
dengan cita rasa kopi arabika. Hampir seluruh produksi Kopi Robusta di seluruh
dunia dihasilkan secara kering dan mengandung rasa-rasa asam dari hasil fermentasi.
Kopi Robusta memiliki kelebihan yaitu kekentalan yang lebih dan warna yang kuat.
Oleh karena itu, Kopi Robusta banyak diperlukan untuk bahan
campuran blends untuk merek-merek tertentu. Jenis-jenis kopi robusta adalah quillou,
uganda dan canephora (Ningtyas, 2014).
c) Kopi Liberika
Kopi Liberika merupakan jenis tanaman kopi yang dapat tumbuh di iklim
panas maupun basah. Jenis tanaman ini tidak menuntut tanah yang subur dan
12
pemeliharaan yang istimewa (Rahardjo, 2012). Kopi Liberika termasuk kopi yang
dibudidayakan dalam skala kecil. Hal ini tidak terlepas dari peran pasar internasional
yang kurang begitu berminat dengan kopi liberika. Kopi Liberika terkenal atas
resistensinya terhadap penyakit Hemiliea (Ningtyas, 2014).
1. Persiapan Lahan
Kondisi lahan menjadi salah satu faktor utama yang berpengaruh dalam
budidaya tanaman tak terkecuali untuk budidaya kopi, maka penting untuk terlebih
dahulu dalam mempersiapkan lahan yang nantinya digunakan sebagai kegiatan
budidaya tanaman kopi. Persiapan lahan dilakukan dengan pembersihan lahan dari
rumput serta tumbuhan liar. Rumput maupun tumbuhan liar sebaiknya dibabat dan
hasil pembabatan tidak dibakar melainkan ditumpuk dalam satu barisan sesuai
dengan barisan tanaman kopi, hal tersebut dilakukan bertujuan agar memberikan stok
humus pada tanah.
13
kemudian diberikan pupuk kompos, hal tersebut bertujuan agar meminimalisir adanya
penyakit serta unsur berbahaya yang ada pada tanah.
3. Cara Penanaman
4. Pemangkasan
a) Pemangkasan Bentuk
b) Pemangkasan Pemeliharaan
14
dibawah 40 cm supaya mampu mengurangi kelembaban di sekitar tanaman, tanaman
yang memiliki ketinggian lebih dari dua meter, tunas air agar tidak menggangu
pertumbuhan tanaman, tunas baru (wiwilan).
c) Pemangkasan Produksi
5. Pemupukan
15
BAB III
METODELOGI
c) Urine sapi
d) Rooton (ZPT)
e) Polybag
f) Tanah
g) Pasir
h) Kompos/pupuk kandang
l) Cangkul
16
3.3 Cara Kerja
Pilih pohon induk kopi yang sehat dan kuat serta memiliki produktivitas
tinggi.
Ambil buah kopi yang masak fisiologis yang ditandai dengan warna kulit
biji merah.
Kupas kulit kopi hingga bersih dengan tidak melukai kulit tanduk (bisa
Bersihkan lendir yang melekat pada biji kopi dengan abu gosok dan
(90Hss).
b) Proses persemaian
17
Tanah dicangkul sedalam 30 cm untuk kemudian digemburkan,
dihaluskan, dan diratakan.
Pada lapisan tanah yang sudah rata itu kemudian ditambahkan pasir
setebal 15 cm. Penggunaan
pasir dimaksudkan agar akar kecambah kakao lebih mudah dicabut saat
pemindahan ke polibag.
tetesan air hujan secara langsung. Naungan dibuat dari daun kelapa, daun
tebu, atau dari anyaman
daun alang-alang.
Penanaman benih dengan lapisan tanduk (a) dan tanpa lapisan tanduk (b)
18
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
SAMPEL
TGL
NO (TINGGI)
PENGAMATAN
I II
1 23 MEI 2019 0 0
2 30 MEI 2019 0 0
3 6 JUNI 2019 0 0
4 13 JUNI 2019 0 0
19