Anda di halaman 1dari 35

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI……………………………………………………………… i
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………… 1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................1
1.2 Tujuan Praktikum.....................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA………………………………………… 2
Botani Tanaman Pakcoy................................................................................................2
Syarat Tumbuh Tanaman Pakcoy..................................................................................3
Budidaya Tanaman Pakcoy...........................................................................................4
Hidroponik 5
Media Tanam Hidroponik..............................................................................................7
Vertikultur…8
Media Tanam Vertikultur…..........................................................................................10
Pupuk untuk Vertikultur…............................................................................................10
BAB III BAHAN DAN METODE………………………………………. 11
3.1 Waktu dan Tempat...................................................................................13
3.2 Bahan dan Alat…………………………………………………….. 13
3.3 Persemaian Benih………………………………………………….. 13
Pembuatan Nutrisi AB Mix………………………………………... 14
Penanaman 15
Pemeliharaan16
Pengamatan 16
Panen 17
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN………………………………… 18
Tinggi Tanaman.............................................................................................................18
Jumlah Daun 20
Bobot Kotor dan Bobot Bersih Tanaman Pakcoy.........................................................25
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN………………………………….. 30
Kesimpulan…................................................................................................................30
Saran… 30
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………….. 31
LAMPIRAN (Data dan Foto Praktikum)…………………………………. 32

i
BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Kawasan perkotaan umumnya cenderung dikembangkan bagi
pemanfaatan lahan non pertanian. Walaupun demikian, pertanian perkotaan
tetap menjadi salah satu pola pemanfaatan lahan yang akan memengaruhi
bentuk sekaligus keberlanjutan dari suatu kawasan perkotaan. Pengembangan
pertanian perkotaan seharusnya dilakukan dalam perspektif pembangunan
perkotaan yang berkelanjutan.
Pertanian perkotaan selain mempunyai manfaat ekonomi, juga
mempunyai manfaat sosial dan manfaat lingkungan. Karena tidak hanya
menjadikan lahan kosong menjadi berguna tetapi juga memberikan solusi
murah dan fleksibel bagi masyarakat yang kesulitan finansial.
Sistem hidroponik dan vertikultur menjadi solusi yang tepat ketika
lahan pertanian semakin sempit. Hidroponik merupakan sistem bertanam
tanpa menggunakan media tanah. Sebagai pengganti, media tanam yang
dipakai adalah air. Sedangkan sistem pertanian vertikultur adalah sistem
budidaya pertanian yang dilakukan secara vertikal atau bertingkat. Sistem
budidaya pertanian hidroponik dan vertikultur merupakan sistim penghijauan
yang sangat sesuai dan direkomendasikan untuk daerah perkotaan dengan
lahan pekarangan yang terbatas atau sempit.

Tujuan Praktikum
1. Untuk mengetahui cara budidaya menggunakan sistem hidroponik dan
sistem vertikultur.
2. Untuk mengetahui hasil dari setiap perlakuan dalam penanaman
menggunakan sistem hidroponik dan sistem vertikultur.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman Pakcoy


Pakcoy (Brassica rapa) adalah jenis tanaman sayur-sayuran yang
termasuk keluarga Brassicaceae. Tumbuhan pakcoy berasal dari China dan
telah dibudidayakan setelah abad ke-5 secara luas di China selatan dan China
pusat serta Taiwan. Sayuran ini merupakan introduksi baru di Jepang dan
masih sefamili dengan Chinese vegetable. Saat ini pakcoy dikembangkan
secara luas di Filipina dan Malaysia, di Indonesia dan Thailand (Adiwilaga,
2010).
Rubatzky dan Yamaguchi (1998) menyatakan “tanaman Pakchoy
merupakan salah satu sayuran penting di Asia, atau khususnya di China. Daun
Pakchoy bertangkai, berbentuk oval, berwarna hijau tua, dan mengkilat, tidak
membentuk kepala, tumbuh agak tegak atau setengah mendatar, tersusun
dalam spiral rapat, melekat pada batang yang tertekan. Tangkai daun,
berwarna putih atau hijau muda, gemuk dan berdaging, tanaman mencapai
tinggi 15 – 30 cm. Keragaman morfologis dan periode kematangan cukup
besar pada berbagai varietas dalam kelompok ini. Terdapat bentuk daun
berwarna hijau pudar dan ungu yang berbeda”.
Adapun klasifikasi tanaman sawi sendok atau pakcoy adalah sebagai
berikut (Eko, 2007) :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Rhoeadales
Famili : Brassicaceae
Genus : Brassica
Species : Brassica rapa L.
Tanaman ini memiliki daun yang bertangkai, daun berbentuk agak oval
berwarna hijau tua dan mengkilap, tidak membentuk kepala, tumbuh agak
tegak atau setengah mendatar. Tangkai daun berwarna putih atau hijau muda,

2
gemuk dan tinggi tanaman dapat mencapai 15 – 30 cm. Pada kelompok ini
terdapat keragaman morfologis dan periode kematangan pada berbagai
kultivar. Salah satunya adalah kultivar tipe kerdil dengan ciri-ciri bentuk daun
warna hijau pudar dan ungu yang berbeda-beda (Sutinah, 2010).
Pakcoy merupakan jenis sayuran hijau yang masih satu golongan
dengan sawi. Pakcoy juga sering disebut dengan sawi sendok karena
bentuknya yang menyerupai sendok. Pakcoy sering disebut dengan sawi manis
atau sawi daging karena pangkalnya yang lembut dan tebal seperti daging.
Pakcoy biasa digunakan untuk bahan sup atau sebagai penghias makanan ini
berasal dari Cina (Alviani, 2015).
Yogiandre, dkk. (2011) menyatakan tanaman pakcoy merupakan salah
satu sayuran penting di Asia, atau khususnya di China. Daun pakcoy
bertangkai, berbentuk oval, berwarna hijau tua, dan mengkilat, tidak
membentuk kepala, tumbuh agak tegak atau setengah mendatar, tersusun
dalam spiral rapat, melekat pada batang yang tertekan. Tangkai daun,
berwarna putih atau hijau muda, gemuk dan berdaging, tanaman mencapai
tinggi 15 – 30 cm.
Keragaman morfologis dan periode kematangan cukup besar pada
berbagai varietas dalam kelompok ini. Terdapat bentuk daun berwarna hijau
pudar dan ungu yang berbeda. Lebih lanjut dinyatakan pakcoy kurang peka
terhadap suhu ketimbang sawi putih, sehingga tanaman ini memiliki daya
adaptasi lebih luas. Vernalisasi minimum diperlukan untuk bolting. Bunga
berwarna kuning pucat (Hernowo, 2010).

Syarat Tumbuh Tanaman Pakcoy


Sawi mangkok atau sawi sendok tergolong tanaman yang dapat
ditanam pada berbagai musim, baik musim penghujan ataupun musim
kemarau dan dapat diusahakan di dataran rendah sampai dataran tinggi.
Sayuran ini termasuk sayuran yang dapat dibudidayakan sepanjang tahun.
Apabila pembudidayaan dilakukan di dataran tinggi, umumnya akan cepat
berbunga karena dalam pertumbuhannya tanaman ini membutuhkan hawa
yang sejuk/lembab. Akan tetapi tanaman ini juga tidak baik apabila

3
dibudidayakan pada air yang menggenang. Dengan demikian, tanaman ini
cocok apabila ditanam pada akhir musim penghujan (Haryanto, 2006).
Menurut Sutirman (2011) pakcoy bukan tanaman asli Indonesia,
menurut asalnya di Asia. Karena Indonesia mempunyai kecocokan terhadap
iklim, cuaca dan tanahnya sehingga dikembangkan di Indonesia ini. Daerah
penanaman yang cocok adalah mulai dari ketinggian 5 meter sampai dengan
1.200 meter di atas permukaan laut. Namun biasanya dibudidayakan pada
daerah yang mempunyai ketinggian 100 meter sampai 500 meter dpl.
Tanaman pakcoy dapat tumbuh baik di tempat yang berhawa panas maupun
berhawa dingin, sehingga dapat diusahakan dari dataran rendah maupun
dataran tinggi. Meskipun demikian pada kenyataannya hasil yang diperoleh
lebih baik di dataran tinggi. Tanaman pakcoy tahan terhadap air hujan,
sehingga dapat di tanam sepanjang tahun. Pada musim kemarau yang perlu
diperhatikan adalah penyiraman secara teratur.
Tanah yang cocok untuk ditanami pakcoy adalah tanah gembur,
banyak mengandung humus, subur, serta pembuangan airnya baik. Derajat
kemasaman (pH) tanah yang optimum untuk pertumbuhannya adalah antara
pH 6 sampai pH 7 (Haryanto 2007). Pakcoy ditanam dengan benih langsung
atau dipindah tanam dengan kerapatan tinggi, yaitu sekitar 20 – 25
tanaman/m2, dan bagi kultivar kerdil ditanam dua kali lebih rapat. Kultivar
genjah dipanen umur 40 – 50 hari, dan kultivar lain memerlukan waktu hingga
80 hari setelah tanam. Pakcoy memiliki umur pasca panen singkat, tetapi
kualitas produk dapat dipertahankan selama 10 hari, pada suhu 0. Media
tanam adalah tanah yang cocok untuk ditanami sawi adalah tanah gembur,
banyak mengandung humus, subur, serta pembuangan airnya baik.

Budidaya Tanaman Pakcoy


Tanaman pakcoy (Brassica rapa) termasuk dalam jenis sayur sawi
yang mudah diperoleh dan cukup ekonomis. Saat ini pakcoy dimanfaatkan
oleh masyarakat dalam berbagai masakan. Hal ini cukup meningkatkan
kebutuhan masyarakat akan tanaman pakcoy. Tanaman pakcoy cukup mudah
untuk dibudidayakan dan hanya memerlukan waktu yang pendek berkisar 3

4
sampai 4 minggu. Perawatannya juga tidak terlalu sulit dibandingkan dengan
budidaya tanaman yang lainnya. Budidaya tanaman pakcoy dapat dilakukan
sendiri oleh masyarakat dengan menggunakan media tanam dalam polibag.
Media tanam dapat dibuat dari campuran tanah dan kompos dari sisa limbah
(Prihastanti, 2014).
Teknik budidaya sawi meliputi pemilihan benih, pembibitan, penanaman,
pemeliharaan serta pemanenan. Benih merupakan salah satu faktor penentu
keberhasilan usaha tani. Benih yang baik akan menghasilkan tanaman yang
tumbuh dengan bagus. Kebutuhan benih sawi untuk setiap hektar lahan tanam
sebesar 750 gram. Benih sawi berbentuk bulat, kecil-kecil. Permukaannya
licin mengkilap dan agak keras. Warna kulit benih coklat kehitaman. Benih
yang akan digunakan harus mempunyai kualitas yang baik, seandainya benih
beli harus memperhatikan lama penyimpanan, varietas, kadar air, suhu dan
tempat menyimpannya. Selain itu juga harus memperhatikan kemasan benih
harus utuh. Kemasan yang baik adalah dengan alumunium foil. Apabila benih
yang digunakan dari hasil pananaman harus memperhatikan kualitas benih itu,
misalnya tanaman yang akan diambil sebagai benih harus berumur lebih dari
70 hari. Penanaman sawi yang akan dijadikan benih terpisah dari tanaman
sawi yang lain. Selain itu juga harus memperhatikan proses yang akan
dilakukan mesilnya dengan dianginkan,tempat penyimpanan dan diharapkan
lama penggunaan benih tidak lebih dari 3 tahun (Mandha. 2010).

Hidroponik
 Apa Itu Hidroponik?
Yang dimaksud hidroponik adalah cara membudidayakan
tanaman dengan memanfaatkan air tanpa menggunakan tanah sebagai
media tanamnya, sehingga pada hidroponik sangat mementingkan dalam
memenuhi nutrisi tanaman. Tanaman dapat tumbuh dengan subur dan
menghasilkan buah secara lebih cepat walaupun tanpa menggunakan
tanah sebagai media tanamnya. Dimanapun tempat tumbuh tanaman
akan selalu tumbuh baik jika nutrisinya terpenuhi. Pada metode
hidroponik fungsi dari media pengganti tanahnya yaitu untuk

5
menyangga tanaman saja dan yang terpenting yaitu air berfungsi untuk
melarutkan nutrisi yang akan di serap oleh akar tanaman. Dengan
metode hidroponik maka petani dapat meghemat tempat maupun waktu.

 Manfaat Hidroponik Secara Umum


Adapun beberapa manfaat hidroponik yang bisa di dapatkan,
diantaranya:
a. Menghasilkan kualitas tanaman yang lebih baik.
b. Tanaman dapat terhindar dari hama.
c. Penggunaan pumuk menjadi lebih hemat.
d. Hemat tempat, karena tidak memerlukan lahan tahan yg luas untuk
menanam tanaman.
e. Tanaman dapat tumbuh dengan cepat.
f. Hemat tenaga dan waktu.

 Kelebihan dan Kekurangan Hidroponik


a. Kelebihan hidroponik
Beberapa keuntungan yang bisa di dapatkan dari tanaman
hidroponik misalnya seperti:
 Produksi tanaman lebih tinggi jika di bandingkan dengan metode
tanam dengan tanah.
 Tanaman dapat terbebas dari penyakit dan juga hama.
 Pemakaian pupuk lebih hemat dan tumbuh tanaman lebih cepat.
 Dapat mengganti tanaman dengan mudah.
 Mempermudah pekerjaan maupun perawatan tanaman.
 Tanaman akan memberikan hasil secara berkelanjutan.
b. Kekurangan hidroponik
Beberapa kekurangan dai metode tanam hidroponik,
diantaranya:
 Memerlukan biaya lebih di awal-awal, terutama jika berencana
untuk menanam tanaman secara hidroponik dalam sekala besar.

6
 Membutuhkan alat-alat khusus. Alat-alat untuk metode tanam
hidroponik masih jarang di temukan di sekitar kita.
 Memerlukan pengetahuan dan keterampilan khusus karena
metode tanamnya tidak pada lahan tanah.
 Dan juga membutuhkan ketelitian yang lebih, karena nutrisi
untuk tanaman harus benar-benar di awasi secara cermat.

Media Tanam Hidroponik


1. Net Pot
Net Pot hidroponik adalah pot mini yg dirancang dengan design
khusus utk sistem tanam hidroponik.Dengan design lubang samping dan
bawah yg disediakan untuk pertumbuhan akar tanaman yg optimal.
2. Rockwool
Rockwool merupakan salah satu media tanam yang paling banyak
menjadi pilihan untuk berhidroponik. Media ini menjadi pilihan petani
hidroponik karena memiliki kelebihan yang menarik.
Kelebihan rockwool seperti mampu menyerap dan menyimpan air dengan
baik. Rockwool diproduksi oleh pabrik yang berasal dari batuan yang
dileburkan sehingga menjadikan media tanam ini steril.
Media rockwool hanya bisa digunakan sekali pakai saja.
3. Arang Sekam
Arang sekam atau sekam bakar merupakan media tanam
hidroponik yang sering digunakan oleh petani hidroponik. Media yang
satu ini berasal dari kulit sekam padi sehingga menjadikan harganya yang
terjangkau dan mudah untuk didapatkan. Sekam dibuat dengan proses
pembakaran sehingga kandungan zat yang berbahaya untuk tanaman sudah
hilang. Sifat arang sekam ini ringan, steril dan dapat memberikan sirkulasi
untuk sistem perakaran. Arang sekam dapat digunakan hingga 3 kali
pemakaian, sehingga jelas lebih hemat.
4. Cocopeat
Cocopeat merupakan salah satu media tanam yang sudah tidak
asing lagi di hidroponik. Media ini berasal dari sabut kelapa yang memiliki

7
kemampuan menyimpan air yang cukup baik. Cocopeat mampu
menyimpan air dan nutrisi dengan baik sehingga mencukupi kebutuhan air
dan nutrisi tanaman. Sebelum menggunakan cocopeat sebagai media
tanam, cocopeat harus dicuci dan dijemur agar kandungan zat tanin hilang.
Sehingga dapat menjadikan cocopeat sebagai media tanam yang steril.
Selain itu, cocopeat juga mudah didapatkan dengan harga terjangkau.
Media ini dapat digunakan untuk beberapa kali tanam. Sehingga jelas
media ini sudah banyak dikenali dan menjadi pilihan untuk berhidroponik.
5. Spons
Media tanam ini memiliki struktur yang kurang kuat sehingga
spons sangat mudah hancur. Spons sangat tidak disarankan sebagai media
tanam bagi tanaman yang membutuhkan waktu tumbuh hingga panen yang
panjang karena spons tidak mampu bertahan lama.
6. Kain Perca/Flanel
Kain perca/flannel merupakan jenis kain yang dibuat dari serat wol
tanpa ditenun, dibuat dengan proses pemanasan dan penguapan sehingga
menghasilkan kain dengan beragam tekstur dan jenis (tergantung bahan
pembuatnya).
 Digunakan sebagai sumbu dalam membantu penyerapan nutrisi bagi
konsumsi akar tanaman hidroponik.
 Biasa digunakan dalam sistem Wick, bisa juga digunakan dalam sistem
NFT dan sistem DFT.
 Memiliki beberapa kelebihan, diantaranya:
1. Mudah didapat,
2. Cenderung lebih murah,
3. Mudah meresap air, dan
4. Mampu mempertahankan air dengan baik sehingga akar tanaman
mendapat kecukupan nutrisi dengan baik.

Vertikultur
Vertikultur adalah cara bertani atau bercocok tanam menggunakan
media tanam dalam wadah-wadah yang disusun secara vertikal (bertingkat)

8
guna memanfaatkan ruang atau lahan terbatas. Indonesia negara dengan iklim
tropis juga mulai menerapkan teknik ini karena sangat membantu kebutuhan
pangan yang meningkat namun ketersediaan lahan yang menurun. Teknik
penanaman secara vertikultur awalnya hanya digunakan untuk ajang pameran
tanaman yang dilaksanakan di taman, kebun maupun rumah kaca. Saat ini
vertikultur mulai diterapkan dirumah-rumah khususnya para ibu rumah tangga
yang hobi bercocok tanam. Secara umum vertikultur digunakan untuk
menanam sayuran seperti bayam, kangkung, seledri, maupun tanaman hias
yang batang berair (Nisisapto, 1993).
Menurut Sutarminingsih (2003), pengembangan dan penerapan
vertikultur dimasyarakat, khususnya masyarakat area perkotaan, memiliki
fungsi dan beberapa manfaat seperti berikut:
1. Mewujudkan keselarasan, kesejukan, dan keindahan wilayah kota yang
dominan dengan berbagai bangunan dan fasilitas umum serta padat
pemukiman penduduk. Sehingga adanya vertikultur dapat meningkatkan
nilai estetika daerah perkotaan.
2. Mengkonservasi sumber daya alam berupa tanah, yang dapat dilakukan
dengan mengelola dan menggunakannya secara tepat dan bijak. Sehingga
tanah yang ketersediaannya minimal dapat dimanfaatkan secara maksimal
untuk kegunaan yang berkelanjutan.
3. Mengkonservasi sumber daya alam berupa air. Tanaman yang ditanam
secara vertikultur akan lebih terkontrol secara optimal pasokan air yang
dibutuhkan, karena air yang diberikan akan terserap seluruhnya oleh
tanaman sampai mencapai kapasitas titik jenuh didalam wadah
penanaman. Sehingga lebih hemat penggunaan air.
4. Mempengaruhi dan merombak secara mikro terhadap iklim di wilayah
perkotaan, karena jumlah tanaman yang bertambah maka meningkatkan
pasokan oksigen yang memberikan dampak peningkatan kesejukan
wilayah tersebut.
5. Memaksimalkan pemanfaatan sampah baik organik maupun non-organik
karena digunakan sebagai bahan vertikultur. Sampah organik dapat

9
digunakan sebagai media dan pupuk tanaman, sedangkan sampah non-
organik dapat digunakan sebagai wadah penanaman.
6. Membantu mengurangi pengeluaran untuk kebutuhan sehari-hari pada
tingkat rumah tangga, sekaligus dapat memberikan peluang sebagai
penghasilan tambahan untuk keluarga.

Media Tanam Vertikultur


Beberapa jenis bahan yang dapat digunakan dalam pembuatan kolom
atau wadah media tanam secara vertikal (Sutarminingsih, 2003), yaitu:
a. Bambu dengan garis tengah (diameter) yang cukup besar, misalnya bambu
petung.
b. Plempem (saluran air yang terbuat dari tanah liat).
c. Pralon (PVC).
d. Kaleng-kaleng bekas dengan diameter cukup besar.
e. Karung-karung plastik bekas.
f. Plastik mulsa (plastic hitam perak).
g. Karpet talang.
h. Kasa plastik.

Pupuk untuk Vertikultur


1. Pupuk Kotoran Ayam
Kotoran ayam termasuk kedalam salah satu jenis pupuk yang
memiliki kandungan hara tinggi. Tetapi, pupuk kandang yang berasal dari
ayam atau unggas harus hati-hati dalam penggunaannya karena termasuk
kedalam pupuk panas. Maksudnya pupuk ini proses dekomposisinya oleh
mikroba begitu cepat hingga terbentuknya banyak gas yang menimbulkan
panas. Jika kotoran ayam diaplikasikan dalam bentuk segar/basah,
tanaman akan sangat terganggu karena panas dan kompetisi nutrisi dengan
mikroorganisme/dekomposer di sekitar perakaran tanaman. Karena itu,
alangkah baiknya jika kotoran ayam yang masih segar difermentasi atau
dikomposkan terlebih dahulu.

10
Pupuk kandang ayam biasanya diambil dalam bentuk campuran
dengan sekam padi, terutama untuk kotoran ayam pedaging (broiler).
Sekam padi digunakan para peternak ayam sebagai alas kandang. Ketika
kandang dibersihkan kotoran akan bercampur dengan sekam tersebut.
Sekam padi ikut memperkaya zat hara terutama untuk unsur K. Kotoran
ayam broiler juga mengandung unsur P yang lebih tinggi. Kotoran ayam
memiliki kandungan unsur hara N 1%, P 0,80%, K 0,40% dan kadar air
55% (Lingga, 1986). Kandungan ini bisa berbeda-beda tergantung jenis
pakan ayam.

2. Pupuk Kotoran Kambing


Kotoran kambing teksturnya berbentuk butiran bulat yang sukar
dipecah secara fisik. Kotoran kambing dianjurkan dikomposkan dahulu
sebelum digunakan hingga pupuk menjadi matang. Ciri-ciri kotoran
kambing yang telah matang suhunya dingin, kering dan relatif sudah tidak
bau. Kotoran kambing memiliki kandungan K yang lebih tinggi dibanding
jenis pupuk kandang lain. Pupuk ini sangat cocok diterapkan pada paruh
pemupukan kedua untuk merangsang tumbuhnya bunga dan buah.
Tiap satu ekor kambing akan menghasilkan ± 4 kg feses per
harinya. Dilihat dari jumlah feses yang dihasilkan serta tingginya rasio
C/N kotoran kambing, pengomposan merupakan salah satu alternatif untuk
menurunkan C/N rasio mendekati C/N rasio tanah sehingga aman untuk
digunakan sebagai pupuk serta menambah nilai ekonomis dari kotoran
ternak kambing yang bernilai ekonomis rendah. Kotoran ayam memiliki
kandungan unsur hara N 0,40%, P 0,25%, K 0,40% dan kadar air 64%.
Kalaupun akan digunakan secara langsung, pupuk kandang ini akan
memberikan manfaat yang lebih baik pada musim penanaman. Kadar air
pupuk kandang kambing relatif lebih rendah dari pupuk kandang sapi dan
sedikit lebih tinggi dari pupuk kandang ayam.

11
3. Pupuk Kompos
Pupuk kompos merupakan salah satu pupuk organik yang dibuat
dengan cara menguraikan sisa-sisa tanaman dan hewan dengan bantuan
organisme hidup. Untuk membuat pupuk kompos diperlukan bahan baku
berupa material organik dan organisme pengurai. Organisme pengurainya
bisa berupa mikroorganisme ataupun makroorganisme. Teknologi
pengomposan dikembangkan dari proses penguraian material organik yang
terjadi di alam bebas. Terbentuknya humus di hutan merupakan salah satu
contoh pengomposan secara alami. Prosesnya berjalan sangat lambat, bisa
sampai berbulan-bulan hingga bertahun-tahun. Kemudian umat manusia
memodifikasi proses penguraian material organik tersebut. Sehingga
pengomposan yang dikelola manusia bisa dilakukan dalam tempo yang
lebih singkat.
Selain menyediakan nutrisi bagi tanaman, pupuk kompos bekerja
dengan cara memperbaiki struktur fisik, kimia dan biologi tanah. Secara
fisik, kompos meningkatkan kemampuan tanah untuk menyimpan air
sebagai cadangan di saat kekeringan. Kompos juga membuat tanah
menjadi gembur dan cocok sebagai media tumbuh akar tanaman. Pada
tanah tipe pasir sekalipun, material kompos berguna menjadi perekat
sehingga tanah menjadi lebih solid. Sedangkan pada tanah liat atau tanah
lempung, kompos berfungsi menggemburkan tanah agar tidak terlalu solid.
Pupuk kompos yang baik memiliki ciri-ciri umum sebagai berikut:
(1) Baunya sama dengan tanah, tidak berbau busuk, (2) Warna coklat
kehitaman, berbentuk butiran gembur seperti tanah, (3) Jika dimasukkan
ke dalam air seluruhnya tenggelam, dan air tetap jernih tidak berubah
warna, (4) Jika diaplikasikan pada tanah tidak memicu tumbuhnya gulma.

12
BAB III
BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat


Waktu : Bulan April – Mei 2023
Tempat : SMP Negeri 19 Ambon

Bahan dan Alat


Alat : Bahan :
a. Gunting a. Nutrisi a, b dan c
b. Cutter b. Net Pot
c. Kuas c. Kotoran Ayam
d. Cat hijau d. Kotoran Kambing
e. Gelas Plastik e. Bibit Pakcoy/Sawi
sendok
a. Media tanam (spon, sabut
f. Air
kelapa, rockwool, arang
sekam, kain)
f. Tray (media semai)

Persemaian Benih
Media untuk persemaian adalah tanah sebanyak 1 ember dan 1 ember
kompos yang dimasukkan dalam tray, selanjutnya benih pakcoy dimasukkan
satu per satu pada media semai dan ditutup tipis dengan tanah, lalu disiram.
Kemudian simpan ditempat yang tidak terppar sinar matahari langsung untuk
menjaga kelembaban dan mempercepat perkecambahan. Setelah berkecambah
7 hari sejak semai, berdaun 2-3 helai (umur 1 minggu), bibit dicabut dengan
hati-hati, selanjutnya dipindahkan ke dalam media tanam percobaan yang
telah disiapkan sebelumnya.

13
Pembuatan Nutrisi AB Mix
Nutrisi AB Mix merupakan nutrisi hidroponik yang populer digunakan
untuk budidaya hidroponik. AB Mix merupakan campuran antara pupuk A
dan pupuk B. Pupuk A mengandung unsur kalium sedangkan pupuk B
mengandung sulfat dan fosfat. Ketiga unsur ini tidak boleh dicampur dalam
keadaan pekat agar tidak menimbulkan endapan.
Apabila nutrisi atau pupuk yang digunakan belum terlarut sempurna
maka akan menyebabkan terhambatnya penyerapan unsur hara dan juga bisa
menyebabkan terjadinya sumbatan pada pipa-pipa hidroponik. Satu set nutrisi
hidroponik yang terdiri dari pupuk A dan pupuk B mengandung 9.90% NO3,
0.48% NH4, 4.83% P2O5, 16.50% K2O, 2.83% MgO,11.48% CaO, 3.81%
SO3, 0.013% B, 0.025% Mn, 0.015% Zn, 0.002% Cu, 0.003% Mo dan
0.037% Fe atau tergantung dari jenis tanamannya, apakah untuk sayur daun,
buah atau lainnya.
Berikut adalah gambar cara untuk membuat larutan nutrisi hidroponik
AB Mix:

Dari hasil pembuatan larutan di atas, larutan pekatan AB Mix A akan


berwarna hijau kecoklatan sedangkan larutan pekatan AB Mix B akan
berwarna putih keruh. Setelah larutan pekatan dibuat, tempat dan cara
penyimpanannya juga perlu diperhatikan.

14
Wadah penyimpanan atau jirigen dimana pekatan larutan ditampung
sebaiknya tidak terkena sinar matahari langsung dan disimpan di tempat yang
gelap dan sejuk. Agar terhindar dari tumbuhnya lumut dan jamur yang dapat
menyerang akar tanaman dan menyebabkan penyakit busuk akar.
Pekatan A dan B dalam penyimpanannya tidak dapat dicampur karena
apabila kation Ca dalam pekatan A bertemu dengan anion sulfat dalam
pekatan B akan terjadi reaksi yang menghasilkan endapan kalsium sulfat
sehingga unsur Ca dan S tidak dapat diserap oleh akar. Tanaman pun akan
menunjukkan gejala kekurangan Ca dan S. Demikian juga apabila kation Ca
dalam pekatan A bertemu dengan anion fosfat dalam pekatan B, akan terjadi
endapan kalsium fosfat, sehingga unsur Ca dan P tidak dapat diserap oleh
akar. Keunggulan dari nutrisi hidroponik AB Mix ini adalah terdapat pada
kelengkapan unsur haranya, sedangkan kekurangannya adalah dapat
meyebabkan tanaman terbakar bila diberikan pada tanaman dalam dosis yang
terlalu banyak (berlebihan).

Penanaman
Penanaman dilakukan dengan cara memindahkan bibit dari media
pembibitan ke media tanam. Bibit yang sudah berusia 7-10 hari setelah semai
siap di pindahkan pada media tanam. Untuk hidroponik, cuci bibit dari
tempat persemaian hingga akarnya bersih, kemudian pindahkan pada media
tanam (spon, sabut kelapa, rockwool, arang sekam, kain) yang sudah
disediakan. Setelah seluruh bibit dipindahkan pada media tanam, letakkan
pada kontuksi hidroponik yang sudah dibersihkan dan disiapkan.
Untuk vertikultur, bibit tidak perlu dicuci. Bibit bisa langsung
dipindahkan pada media vertikultur (kompos, kotoran kambing, kotoran
ayam) yang sudah disiapkan. Untuk pemindahan bibit sebaiknya dilakukan
pagi atau sore, untuk menghindari layu tanaman.

15
Pemeliharaan
a. Penyiraman
Penyiraman hanya dilakukan untuk tanaman yang menggunakan
vertikultur. Penyiraman dilakukan sesuai dengan kebutuhan tanah sejak
benih disemai hingga dipindahkan ke vertikultur sampai dengan tanaman
tumbuh dewasa. Penyiraman dilakukan setiap hari di waktu pagi atau sore,
apabila hujan tidak dilakukan penyiraman. Untuk tanaman yang ada pada
hidroponik cukup melakukan kontrol pada pompa air agar pompa tetap
nyala, supaya tanaman tetap ternutrisi dengan baik.
b. Penyiangan
Penyiangan dilakukan secara manual baik pada tanaman yang ada di
hidroponik maupun yang ada di verikultur. Penyiangan dilakuakan sekali
dalam seminggu sesuai kebutuhan tanaman.

Pengamatan
Pengamatan dilakukan satu kali dalam seminggu yaitu setiap hari senin
selama 4 minggu setelah tanaman dipindahkan dari tempat pembibitan ke
media tanam. Ada dua hal yang diamati pada tanaman pakcoy yaitu :
a. Jumlah daun
Pengamatan dilakukan dengan cara menghitung jumlah daun yang telah
membuka sempurna, yang dilakukan seminggu sekali sejak umur tanaman
1 minggu setelah tanam sampai panen. Jumlah daun dihitung dalam satuan
helai.
b. Tinggi tanaman
Tinggi tanaman diukur mulai dari permukaan media tumbuh sampai ujung
daun atau bagian tanaman tertinggi. Dilakukan seminggu sekali sejak umur
tanaman 1 minggu setelah tanam sampai panen. Tinggi tanaman diukur
dalam satuan sentimeter.
c. Bobot kotor
Bobot kotor tanaman ditimbang pada saat pemanenan tanaman yaitu pada
umur 28 hari/ 4 minggu, penimbangan dengan menggunakan timbangan
elektrik.

16
d. Bobot bersih
Bobot berih tanaman ditimbang setelah tanaman dibersihkan dari akar dan
media tanam yg menempel, di timbang menggunakan timbangan elektrik.

Panen
Pemanenan dilakukan setelah pakcoy berumur lebih dari 40 hari
setelah tanam. Pemanenan dilakukan pada semua tanaman secara bersamaan.
Pemanenan dilakukan dengan cara memotong pangkal batang dengan
menggunakan pisau utuk teknik vertikultur.
Sedangkan tanaman pada hidroponik ditimbang bobotnya bersama
dengan media tanamnnya untuk mengetahui berat kotor tanaman. Setelah itu
barulah tanamn dipotong pangkal batangnya kemudian ditimbang lagi
bobotnya untuk mengetahui berat bersihnya.

17
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Tinggi Tanaman
 Vertikultur
Perlakuan Pengamatan
No.
P1 1 2 3 4
1 Kelompok 1 2 1,8 1,5 3,6
2 Kelompok 2 1,4 1,7 3,8 6,5
3 Kelompok 3 2,08 2,16 2,8 3,5
4 Kelompok 4 1,83 2 4,17 3,83

Perlakuan Pengamatan
No.
P2 1 2 3 4
1 Kelompok 1 2,33 3 2,75 4
2 Kelompok 2 1,6 2 4,5 3,6
3 Kelompok 3 1,91 2 2,9 3,41
4 Kelompok 4 1,5 1,67 5,3 4,67

Perlakuan Pengamatan
No.
P3 1 2 3 4
1 Kelompok 1 1,67 2,67 3 3,25
2 Kelompok 2 1,6 3,5 3,6 2,8
3 Kelompok 3 1,6 2,16 2,9 3
4 Kelompok 4 1,58 1,67 5,83 6,3

Ket :
P1 = Kotoran Ayam
P2 = Kotoran Kambing
P3 = Kompos

 Hidroponik
Perlakuan Pengamatan
No.
P1 1 2 3 4
1 Kelompok 1 3,67 4,67 6 7,5
2 Kelompok 2 3 3 4,1 7
3 Kelompok 3 3,33 4,33 8 13
4 Kelompok 4 2,33 3,83 8 6,67

18
Perlakuan Pengamatan
No.
P2 1 2 3 4
1 Kelompok 1 3,67 4,67 7 7,67
2 Kelompok 2 2,6 3,3 3,8 7,1
3 Kelompok 3 3,5 4 9,33 14,33
4 Kelompok 4 2,67 4,17 8,67 6

Perlakuan Pengamatan
No.
P3 1 2 3 4
1 Kelompok 1 5,33 5 6,33 7
2 Kelompok 2 2,6 3,6 3,5 6,8
3 Kelompok 3 2,33 4 11,67 15
4 Kelompok 4 4,33 4,5 11,33 6

Perlakuan Pengamatan
No.
P4 1 2 3 4
1 Kelompok 1 3,67 5,33 7 7
2 Kelompok 2 2 3 3,5 5,6
3 Kelompok 3 3,33 4,33 7 16,33
4 Kelompok 4 2 3,17 10,67 5,67

Perlakuan Pengamatan
No.
P5 1 2 3 4
1 Kelompok 1 4 5,33 4 6,5
2 Kelompok 2 2,8 1,8 2,1 4
3 Kelompok 3 2,33 3 11 13,33
4 Kelompok 4 2,17 3,67 10,5 6,33

Ket :
P1 = Busa/ Spon
P2 = Serabut Kelapa
P3 = Rockwool
P4 = Arang Sekam
P5 = Kain

19
Jumlah Daun
 Vertikultur
Perlakuan Pengamatan
No.
P1 1 2 3 4
1 Kelompok 1 3,17 0,67 2,17 5,5
2 Kelompok 2 5,10 5,80 7,30 9,0
3 Kelompok 3 5,00 4,33 4,66 5,3
4 Kelompok 4 3,30 4,67 5,17 7,0

Perlakuan Pengamatan
No.
P2 1 2 3 4
1 Kelompok 1 3,83 5 4 4,17
2 Kelompok 2 4,30 7 8 9,00
3 Kelompok 3 4,66 4 4 5,33
4 Kelompok 4 5,17 3 4 4,00

Perlakuan Pengamatan
No.
P3 1 2 3 4
1 Kelompok 1 2,83 5,67 7 4,83
2 Kelompok 2 5,50 7,10 7 9,50
3 Kelompok 3 6,83 4,16 5 5,00
4 Kelompok 4 6,67 2,17 6 6,83

Ket :
P1 = Kotoran Ayam
P2 = Kotoran Kambing
P3 = Kompos

 Hidroponik
Perlakuan Pengamatan
No.
P1 1 2 3 4
1 Kelompok 1 6,33 9,67 13,67 15,00
2 Kelompok 2 7,60 9,60 15,00 13,60
3 Kelompok 3 4,33 6,33 8,67 11,33
4 Kelompok 4 6,33 8,67 10,33 12,33

Perlakuan Pengamatan
No.
P2 1 2 3 4
1 Kelompok 1 7,33 9,33 14,33 15,33

20
2 Kelompok 2 7,30 9,60 15,33 11,60
3 Kelompok 3 4,66 6,67 8,00 10,66
4 Kelompok 4 5,67 8,67 9,67 13,33

Perlakuan Pengamatan
No.
P3 1 2 3 4
1 Kelompok 1 5,33 7,67 11,67 13,33
2 Kelompok 2 5,00 8,00 13,33 11,00
3 Kelompok 3 4,00 5,67 9,33 10,33
4 Kelompok 4 6,33 7,67 10,67 11,33

Perlakuan Pengamatan
No.
P4 1 2 3 4
1 Kelompok 1 5,67 8,00 11,67 15,33
2 Kelompok 2 6,30 8,60 15,33 11,30
3 Kelompok 3 5,67 6,67 8,33 10,33
4 Kelompok 4 5,00 8,33 10,67 14,00

Perlakuan Pengamatan
No.
P5 1 2 3 4
1 Kelompok 1 3,67 6,00 11,33 14,33
2 Kelompok 2 5,00 6,00 14,33 9,30
3 Kelompok 3 4,67 5,67 9,00 11,00
4 Kelompok 4 5,33 8,00 10,67 15,00

Ket :
P1 = Busa/ Spon
P2 = Serabut Kelapa
P3 = Rockwool
P4 = Arang Sekam
P5 = Kain

Pada praktikum ini, dilakukan penanaman pakcoy secara hidroponik


dan vertikultur dengan model tegak. Data rata-rata pertumbuhan tanaman
pakcoy dicantumkan di bawah ini:

 Hidroponik
 Tinggi tanaman

21
Tabel Rata-rata Tinggi Tanaman
Pengamatan
No. Perlakuan
1 2 3 4
1 P1 3,08 3,96 6,52 8,64
2 P2 3,11 4,04 7,20 8,78
3 P3 3,65 4,28 8,21 8,70
4 P4 2,75 3,96 7,04 8,65
5 P5 2,83 3,45 6,90 7,54
Sumber: Data primer diolah
Berdasarkan hasil tabel diatas menunjukkan bahwa rata-rata tinggi
tanaman pada perlakuan yang menggunakan media tanam serabut kelapa
dan Rockwool memiliki pertumbuhan yang relative cepat. Hal ini
menunjukkan bahwa Rockwool sebagai media tanam, memiliki
kemampuan menahan air dan udara (oksigen untuk aerasi) dalam jumlah
besar yang sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan akar dan penyerapan
nutrisi pada metode hidroponik. Struktur serat alami yang dimiliki
rockwool juga sangat baik untuk menopang batang dan akar tanaman
sehingga dapat tegak dengan stabil. Rockwool merupakan salah satu
mineral fiber atau mineral wool yang sering digunakan sebagai media
tanam hidroponik.
Media lainnya yang juga memiliki rata-rata tinggi tanaman lebih
baik setelah Rockwool adalah serabut kelapa. Serabut kelapa juga bisa
digunakan sebagai media tanam hidroponik. Serabut kelapa Mengandung
unsur kalium cukup banyak sehingga sangat cocok dijadikan pengganti
pupuk Kcl yang selama ini digunakan sebagai sumber kalium organik.
Dari tabel tersebut juga dapat diketahui rata-rata tinggi tanaman
paling rendah terjadi apabila menggunakan media tanam kain, hal ini
disebabkan karena media tanam kain memiliki kekurangan apabila
dibiarkan dialam terbuka terkena hujan dan panas maka akan tumbuh
lumut hijau sehingga akar tanaman akan lebih rentan terjadi pembusukan
yang akan mengganggu pada proses pertumbuhan tinggi tanaman.

22
 Jumlah Daun
Tabel Rata rata Jumlah Daun
Pengamatan
No. Perlakuan
1 2 3 4
1 P1 6,15 8,57 11,92 13,07
2 P2 6,24 8,57 11,83 12,73
3 P3 5,17 7,25 11,25 11,50
4 P4 5,66 7,90 11,50 12,74
5 P5 4,67 6,42 11,33 12,41
Sumber: Data primer diolah
Berdasarkan hasil tabel diatas menunjukkan bahwa rata-rata jumlah
daun pada perlakuan yang menggunakan media tanam busa/spon memiliki
pertumbuhan yang relative baik. Hal ini menunjukkan bahwa Spons
memang memiliki sifat dapat menyerap dan menyimpan air. Karena itu
banyak orang menggunakan spons untuk dijadikan media tanam. Spons
memiliki pori-pori yang cukup besar untuk dapat menjadi sarana
mengalirkan air nutrisi ke akar tanaman. Jadi tanaman akan mudah
mendapatkan nutrisi yang cukup dari kita menggunakan media spons ini.
Media lainnya yang juga memiliki rata-rata jumlah daun lebih baik
setelah busa/spon adalah serabut kelapa. Serabut kelapa juga bisa
digunakan sebagai media tanam hidroponik. Selain sifatnya yang dapat
menyerap air juga bisa menyimpannya dengan waktu yang cukup lama.
Sabut kelapa sangat ramah linggkungan dan juga mudah untuk
mendapatkannya.
Dari tabel diatas juga dapat diketahui rata-rata pertumbuhan jumlah
daun paling rendah terjadi apabila menggunakan media tanam kain, namun
pada dasarnya tidak terdapat perbedaan yang signifikan terhadap jumlah
daun pada kelima media tanam tersebut. Hal ini mungkin disebabkan
karena faktor bibit atau benih pakcoy itu sendiri, kemudian faktor cuaca,
suhu, cahaya matahari, hama dan hormone tanaman tersebut yang
menyebabkan pertumbuhan daun menjadi tidak maksimal.

 Vertikultur
 Tinggi tanaman

23
Pengamatan
No. Perlakuan
1 2 3 4
1 P1 1,83 1,92 3,07 4,36
2 P2 1,84 2,17 3,86 3,92
3 P3 1,61 2,50 3,83 3,84
Sumber: Data primer diolah
Pada perlakuan 1 dengan menggunakan pupuk kotoran ayam,
tinggi tanaman memiliki rata-rata yang lebih tinggi jika dibandingkan
dengan perlakuan 2 dan 3 yaitu dengan menggunakan pupuk kotoran
kambing dan kompos. Hal ini menunjukkan bahwa kotoran ayam dapat
merangsang pertumbuhan tinggi tanaman lebih baik daripada media yang
lain yang digunakan.

 Jumlah daun
Pengamatan
No. Perlakuan
1 2 3 4
1 P1 4,14 3,87 4,83 6,71
2 P2 4,49 4,78 4,83 5,63
3 P3 5,46 4,78 6,13 6,54
Sumber: Data primer diolah
Berdasarkan tabel diatas, Jumlah daun pada media tanam
vertikultur yaitu perlakuan 3 dengan menggunakan media kompos
memiliki rata-rata jumlah daun yang lebih banyak jika dibandingkan
dengan perlakuan 1 dan 2 yaitu dengan menggunakan pupuk kotoran ayam
dan kotoran kambing. Hal ini menunjukkan bahwa pupuk kompos dapat
meningkatkan pertumbuhan jumlah daun lebih baik jika dibandingkan
dengan pupuk yang lain.
Hasil praktikum menunjukkan bahwa media tanam hidroponik
dapat menghasilkan tanaman yang produktivitasnya lebih tinggi jika
dibandingkan dengan media tanam vertikultur. Hal ini disebabkan oleh
perawatan yang berbeda pada masing-masing media tanam. Pada media
tanam hidroponik, penyiraman dilakukan secara otomatis oleh mesin
sehingga kebutuhan air dari pakcoy terpenuhi. Sedangkan pada media

24
tanam vertikultur penyiraman dilakukan secara manual dengan komposisi
yang tidak seimbang, dan hanya dilakukan sebanyak 5 kali dalam
seminggu. Pada media hidroponik terdapat atap yang menaungi tanaman
sehingga tidak terpapar sinar matahari secara berlebihan, sedangkan pada
media vertikultur tidak terdapat pelindung apapun sehingga terpapar
matahari dan terkena serangga secara langsung. Hal tersebut menyebabkan
perbedaan hasil produksi pada masing-masing media tanam.

Bobot Kotor Pakcoy dan Bobot Bersih Pakcoy


Media tanam berpengaruh terhadap berat hasil tanaman yang di
budidayakan, pada praktikum tanaman perkotaan ini terdapat lima perlakuan
yang dilakukan terhadap tanamn pakcoy yang dimana terdapat perbedaan yang
berpengaruh terhadap berat kotor dan bersih pada tanaman.
1. Hidroponik
Hidroponik adalah budidaya menanam dengan
memanfaatkan air tanpa menggunakan tanah dengan menekankan pada
pemenuhan kebutuhan nutrisi bagi tanaman. Kebutuhan air pada
hidroponik lebih sedikit daripada kebutuhan air pada budidaya dengan
tanah. Hidroponik menggunakan air yang lebih efisien, jadi cocok
diterapkan pada daerah yang memiliki pasokan air yang terbatas.

Tabel 1. Rata-rata berat kotor dan berat bersih (gr) pada berbagai jenis
media tanam

Rata-rata Berat Kotor dan Berat Bersih Hidroponic


No
Perlakuan Berat Kotor Berat Bersih
.
P1
1 123.665 99.665
(Busa / Spon)
P2
2 126.0825 104.25
(Serabut Kelapa)
P3
3 116.83 80.665
(Rockwool)
P4
4 150.9975 102.415
(Arang Sekam)
P5
5 86.83 66.2475
(Kain)

25
Ket :
P1 = Busa / Spon
P2 = Serabut Kelapa
P3 = Rockwool
P4 = Arang Sekam
P5 = Kain

Pada hasil tabel diatas menunjukan bahwa berat kotor pada


perlakuan 4 yaitu pada media arang sekam memiliki bobot paling berat.
Selanjutnya media yang memiliki bobot kotor dibawah arang sekam yaitu
ada media sabut kelapa dan busa /spon. Media tanaman (media tumbuh)
merupakan salah satu unsur penting dalam menunjang pertumbuhan
tanaman secara baik, Sebagian besar unsur-unsur hara yang dibutuhkan
tanaman dipasok melalui media tanaman. Dalam hal ini yang memiliki
bobot kotor terberat yaitu pada media arang sekam, karena Arang sekam
bersifat porous, ringan, tidak mudah lapuk, tergerus air dan cukup dapat
menahan air dan menyimpan air yang baik untuk tanaman yang di tanam
menggunakan cara hydroponic. Arang sekam juga memiliki kandungan
yang bermacam-macam yaitu karbon, protein kasar, hydrogen, oksigen,
karbohidrat dan berbagai macam komponen lain nya yang baik untuk
pertumbuhan tanaman.
Media tanam selanjutnya yaitu media sabut kelapa, sabut kelapa
merupakan media yang baik digunakan untuk hydroponic karena sifatnya
yang mengalirkan air dan system airase yang baik. Media sabut kelapa
baik untuk perakaran tanaman karena banyak rongga pada sabut kelapa
yang bisa dimanfaatkan oleh akar tanaman sebagai penyangga dan untuk
mengambil nutrisi. Sabut kelapa memiliki kandungan seperti kalsium (Ca),
Magnesium (Mg), Kalium (K), Natrium (N), dan Fosfor (F) yang baik
untuk pertumbuhan tanaman. Media sabut kelapa juga mudah didapatkan
di toko-toko pertanian maupun bekas-bekas tukang sayuran yang menjual
kelapa.

26
Dilihat pada tabel 1 diatas yang memiliki bobot terberat
selanjutnya yaitu busa / spons, busa/spons baik digunakan untuk cara
budidaya hidroponik karena tingginya daya serap terhadap air dan unsur
hara esensial yang bisanya diberikan dalam bentuk larutan. Busa/spons
baik untuk perakaran tanaman yang di budidayakan dengan cara
hidroponik karena busa dapat menegakkan tanaman sehingga akar mudah
untuk masuk kerongga-rongga net pot.
Media tanam seperti sabut kelapa, busa/spons, dan arang sekam
dapat menggantikan rockwool yang merupakan media tanam yangsaring
digunakan dalam cara budidaya hidroponik. Karena rockwool harga nya
mahal dan juga merupakan barang impor dari china, dengan adanya media
tanam sabut kelapa, arang sekam dan busa/spons diharapkan dapat
menggantikanmedia tanam rockwool.

2. Vertikultur
Vertikultur adalah suatu teknik bercocok tanam diruang sempit
dengan memanfaatkan bidang vertikal sebagai tempat bercocok tanam
yang dilakuan secara bertingkat.
Tabel 2. Rata-rata bobot bersih vertikultur

Berat Panen
No. Perlakuan P1 Berat
1 kelompok 1 19.80
2 kelompok 2 24.83
3 kelompok 3 17.83
4 kelompok 4 20.82
20.82
No. Perlakuan P2 Berat
1 kelompok 1 8.83
2 kelompok 2 28.83
3 kelompok 3 11.50
4 kelompok 4 15
16.04
No. Perlakuan P3 Berat
1 kelompok 1 17.84
2 kelompok 2 20.67
3 kelompok 3 31
4 kelompok 4 17.7

27
21.80

Ket :
P1 = Kotoran Ayam
P2 = Kotoran Kambing
P3 = Kompos

Berdasarkan dari tabel 2 diatas, maka dapat dikatakan bahwa rata-


rata bobot bersih masing-masing perlakuan berbeda-beda dimana pada
perlakuan 1 didapatkan berat bersih 20.82 g, pada perlakuan 2 didapatkan
berat bersih 16.04 g, pada perlakuan 3 didapatkan berat bersih 21.80g, dari
rata-rata berat bersih tersebut maka dapat diketahui bahwa tanaman yang
memiliki bobot bersih yang paling berat yitu pada perlakuan 3 yaitu pada
media kompos, sedangkan paling ringan yaitu pada perlakuan 2 yaitu pada
media kotoran kambing.
Kompos mempunyai kandungan yang sudah lengkap baik unsur
hara makro ( N, P, k, Ca, Mg, S ) dan hara MIKRO ( Fe, Cu, Mn, Mo, Zn,
Cl, B ). Akan tetapi memang bila di bandingkan dengan pupuk kimia
buatan, kandungan haranya lebih rendah, sehingga dalam
pengaplikasiannya dibutuhkan pupuk kompos dalam jumlah yang banyak.
Disisi lain kompos dapat menjadikan tanah semakin ramah lingkungan
dan subur juga terdapat adanya kandungan senyawa organiknya yaitu asam
humat dan asam fulfat yang berfungsi sebagai pemacu pertumbuhan.
Kotoran kambing juga sangat banyak akan kandungan organik
yang sangat baik untuk memperbaiki sifat biologis, fisik dan kimia secara
alami pada tanah seperti meningkatkan kemampuan tanah sebagai tempat
penyimpanan air. Nitrosococcus, ini merupakan bakteri yang memiliki
kemampuan untuk mengubah Amonia menjadi Nitrogen yang dapat
diserap oleh tanaman.
Pada kotoran ayam, telah diketahui bahwa pupuk kandang/organik
jenis ini tergolong rendah, namun tai ayam memiliki peran penting juga.
Adapun manfaat yang diperoleh dari penggunaan kotoran ayam sebagai
pupuk , ia dapat menyediakan beberapa unsur hara makro serta mikro

28
seperti Zn, Cu, Mo, Co, Ca, Mg, dan Si. Selain mensupplai berbagai unsur
hara makro & mikro seperti di atas kotoran ayam memiliki kemampuan
untuk meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK) tanah. Dan kelebihan
lain dari menggunakan pupuk bokashi yang terbuat dari tahi ayam dapat
membentuk senyawa kompleks yang bereaksi dengan ion logam. Karena
kemampuan membentuk senyawa kompleks bokashi kotoran ternak ayam ,
ia mampu menyingkirkan dan mengurangi ion-ion logam yang berpotensi
menghambat penyediaan unsur hara seperti Al, Fe, dan Mn atau ion logam
yang meracuni tanaman.
Namun pada praktikum kali ini banyak tanaman yang layu akibat
intensitas penyiraman yang kurang dan juga terdapat hama yaitu keong
yang menyerang tanaman pada waktu masih bibit sehingga banyak
tanaman yang mati bahkan tumbuh tidak maksimal.

29
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
 Tanaman sawi hijau dapat tumbuh baik di tempat yang berhawa panas
maupun berhawa dingin, sehingga dapat diusahakan dari dataran rendah
maupun dataran tinggi.
 Pada tiap media tanam mempunyai perbedaan karakteristik bertumbuhan.
 Pemberian nutrisi sangat penting bagi tanaman hidroponik, pemberian
nutrisi mempengaruhi cepatnya pertumbuhan dan dapat membuat daun
tumbuhan lebih segar.
 Apabila tumbuhan hidroponik tidak diberi nutrisi & sinar matahari yang
stabil maka tumbuhan tidak akan berkembang dengan baik.
Saran
 Pada tanaman pakcoy dengan pola tanam Vertikultur harus Membutuhkan
perawatan yang cukup teratur dan kontiniu, agar hasil penanaman tanaman
pakcoy dapat menghasilkan pakcoy secara baik.
 Bila tanaman pakcoy pada pola tanam Vertikultur tidak dipindahkan
secara hati-hati, maka tanaman mudah rusak, patah dan bahkan tanaman
akan mati.
 Perlunya pemberantas hama pada pola tanam Vertikultur karna hamper
50% tanaman mati karna diserang hama (bekicot).

30
DAFTAR PUSTAKA
Adiwilaga. 2010. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sisi Permintaan dan Sisi
Penawaran Sayuran Sawi. Bandung: Penerbit Alumni Bandung.
Alviani, P. 2015. Bertanam hidroponik Untuk Pemula Cara Bertanam Cerdas di
Lahan Terbatas. Jakarta: Bibit Publisher.
Anas. 2009. Budidaya Sayuran Organik.
http://infobisnisukm.wordpress.com/2009/05/22/budidaya-sayuran-
organik. Diakses pada tanggal 01 Juni 2019 pukul 12.54 WIB.
Annisa Baroroh, Prabang Setyono, Ratna Setyaningsih. 2015. Analisis kandungan
unsur hara makro dalam kompos dari serasah daun bamboo, Program
Studi Biologi FMIPA Universitas Sebelas Maret. Jl. Ir. Sutami 36A
Surakarta.
Eko, M. 2007. Budidaya Tanaman Sawi (Brassica juncea). Jakarta: Penebar
Swadaya.
Haryanto. 2006. Teknik Budidaya Sayuran Pakcoy (Sawi Mangkok). Jakarta:
Penebar Swadaya.
Hernowo, B. 2010. Panduan Sukses Bertanam Buah dan Sayuran. Klaten:
Penerbit Cable Book.
Mandha. 2010. Teknik Budidaya sayuran Sawi Sendok atau Pakcoy. Yogyakarta:
Kanisius.
Perwitasari, Belia, Mustika T, Catur W. 2012. Pengaruh Media Tanam dan Nutrisi
Terhadap Pertumbuhan Tanaman Pakcoy (Brassica juncea) dengan Sistem
Hidroponik. Jurnal Argovigor 5(1): 15.
Prihastanti. 2014. Perbaikan Kesuburan Tanah Liat dan Pasir Dengan
Penambahan Kompos Limbah Sagu Untuk Pertumbuhan dan
Produktivitas Tanaman Pakcoy (Brassica rapa Var. Chinensis). Buletin
Anatomi dan Fisiologi Volume XXII No. 2.
Rubatzky, E.V dan Yamaguchi, M. 1998. Sayuran Dunia 2. Bandung: Institut
Teknologi Bandung.
Sutirman. 2011. Budidaya Tanaman Sayuran Sawi di Dataran Rendah Kabupaten
Serang Provinsi Banten. Banten.
Sutarminingsih, Ch. Lilies. 2003. Vertikultur Pola Bertanam Secara Vertikal.
Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

31
LAMPIRAN

 Foto Praktikum

32
33

Anda mungkin juga menyukai