Oleh:
Kelompok 2:
Fatona Waluya 161411037
Husna Immah 161411038
Indra Maulana Arifin 161411039
Indri Nurbaitie Maharani 161411040
I. TUJUAN PRAKTIKUM
Setelah melakukan percobaan, mahasiswa diharapkan mampu :
1. Menguasai teknik sterilisasi media dengan menggunakan panas pada
proses batch.
2. Memahami pengaruh temperatur terhadap kematian mikroba.
3. Menentukan nilai konstanta laju kematian mikroba (kd), Decimal
reduction time atau destruction value (D), dan konstanta Arhenius (Ed)
pada proses sterilisasi.
a. Sterilisasi Batch
Sterilisasi sistem batch dapat dilakukan dengan cara
menginjeksikan uap panas ke dalam mantel fermentor ayau coil yang
terdapat pada bagian dalam fermentor. Cara ini disebut metode tidak
langsung. Atau dengan cara menghilangkan uap panas langsung ke
dalam larutan medium (metode langsung). Metode langsung
membutuhkan uap panas murni, yaitu bebas dari bahan kimia
tambahan seperti senyawa antikarat yang panyak digunakan dalam
proses produksi uap. Di samping itu, metode langsung akan
mengakibatkan bertambahnya volume cairan media dalam fermentor
karena adanya kondensasi uap yang digunakan.
b. Sterilisasi Continue
Site mini memberikan keuntungan berupa minimalnya
kemungkinan kerusakan medium tetapi mengkinsumsi banyak
energi.Temperature yang dibutuhkan untuk sterilisasi sistem ini adalah
o
140 C dengan waktu hanya 30 hingga 120 detik.Alat yang digunakan
dapat berupa Continues plate heat exchange dan Continues injection
flash cooler. Kelebihan Continues injection flash cooler antara lain:
Table 2.2 Pengaruh Suhu Dan Waktu Sterilisasi Terhadap Kematian Spora
o Waktu yang Diperlukan untuk Mematikan
Suhu Sterilisasi ( C)
Spora (menit)
116 30
118 18
121 12
125 8
132 2
138 0,8
Sumber : J.H (ed), 1988, Chemical Engineers’ Hand Book
Pengaruh waktu sterilisasi terhadap jumlah spora yang bertahan
menunjukan karakteristik yang berbeda-beda. Karakteristik mikroba
atau termofilik pada awal proses sterilisasi mengalami peningkatan
populasi spora kemudian dengan bertambahnya waktu sterilisasi spora
yang hidup semakin berkurang. Panas yang diberikan pada awal proses
justru akan meningkatkan populasi mikroba termofil dan setelah
temperature pemanasan mencapai temperature yang mengakibbatkan
kematian mikroba (lethal temperature), maka secara perlahan jumlah
mikroba yang hidup berkurang.
Bailey & Ollis, (1986) menyatakan bahwa kematian jumlah
mikroba oleh pemanasan dapat mengikuti persamaan linear orde -1.
Persamaannya :
…………….(2.1)
− = d
N = jumlah mikroba
T= waktu pemanasan
Kd= konstanta laju kematian mikroba
D= …….(2.5)
ln 10
…….(2.7)
1
ln Kd = ln Kdo−
T1=40°C
Waktu (menit) Jumlah Mikroba
Hidup Mati Total
0 17 29 46
15 156 54 210
30 44 13 57
45 15 9 24
60 70 43 113
T2=60°C
t2=15 menit,
0 46
156
= = −0,297
t3=30 menit,
0 210
44
= = −0,259
t4=45 menit,
0 57
15
= = −0,470
t5=60 menit,
0 24
70
= = −0,479
0 113
• T2=60°C
t1=0 menit, = 57
=0
0 57
t2=15 menit, 26
= = −1,196
86
t3=30 menit, =
4
= −2,375
43
t4=45 menit, =
4
= −2,818
67
t5=60 menit, =
0
116
=
• T1=40°C
ln Nt/N0 -0.6
y = 1E-04x - 0.6722
-0.8 R² = 0.2139
-1
-1.2
t (menit)
Perhitungan nilai D:
= ln 10 = ln 10 =− ,
−0,0057
• T2=60°C
R² = 0.9652
ln Nt/N0 -1.5
-2
-2.5
-3
-3.5
t (menit)
Perhitungan nilai D:
ln 10 ln 10
= = = ,
0,0642
T (Kelvin) 1/T kd ln kd
313 0.00319 -0.0057 -5.167
333 0.00310 0.0642 -2.746
Kurva ln kd terhadap 1/T
0.0
0.00295 0.00300 0.00305 0.00310 0.00315 0.00320 0.00325 -1.0
-2.0
ln kd
-3.0
y = -12620x + 35.151
R² = 1
-4.0
-5.0
-6.0
1/T
Berdasarkan persamaan:
ln = ln −
1 , maka:
0
− = -12620
= −(−12620) × 0,082
= ,
VII. PEMBAHASAN
Percobaan yang dilakukan adalah kinetika kematian mikroba dan
teknik sterilisasi media secara batch. Sterilisasi merupakan suatu cara
untuk mengeliminasi semua kehidupan mikroba yang ada pada suatu
bahan atau produk yang dikehendaki. Pada teknik sterilisasi batch,
prosesnya relatif sederhana, dan proses pemanasan serta pendinginan
dapat dilakukan dalam satu waktu perioda. Namun, proses pemanasan
serta pendinginan pada sterilisasi batch, berlangsung lambat, hingga
mengakibatkan kematian mikroba (lethal temperature).
Pada proses sterilisasi batch, kami menghitung jumlah sel yang mati
dan jumlah sel yang hidup setelah melalui proses pemanasan dan
pendinginan. Sampel berisi biakan ragi fermipan dipanaskan pada suhu
o o
berbeda-beda yaitu 40 C dan 60 C dengan pengamatan setiap 15 menit
selama 60 menit. Setelah proses pemanasan dan pendinginan, jumlah sel
dihitung dengan menggunakan counting chamber dan mikroskop. Sebelum
meneteskan sampel, terlebih dahulu sampel dihomogenkan dengan
menggunakan shaker agar jumlah sel dalam tetesan merata. Kemudian
diteteskan metil biru agar mengetahui mana sel yang telah mati, karena
sampel yang digunakan merupakan jenis gram-positif.
VIII. KESIMPULAN
Dari percobaan, dapat disimpulkan bahwa:
1. Sterilisasi dapat dilakukan dengan metode batch. Untuk penentuan
kinetika kematian, dilakukan sterilisasi batch dengan memvariasikan
variabel suhu dan waktu.
2. Berdasarkan jumlah mikroba yang hidup pada sterilisasi batch,
diperoleh nilai kd dan D untuk berbagai variasi suhu dengan
mengalurkan nilai ln , dan membuat grafik ln terhadap waktu.
0 0
T (°C) kd D (menit)
40 -0.00570 -403.9
60 0.06420 35.8
3. Suhu berpengaruh terhadap kematian mikroba, semakin tinggi suhu
maka semakin cepat mikroba tersebut untuk mati sesuai dengan nilai
kd dan D yang diperoleh.