Anda di halaman 1dari 13

LABORATORIUM BIOPROSES

SEMESTER GANJIL TAHUN AJARAN 2017/2018

MODUL : Kinetika Kematian Mikroba Pada Sterilisasi Batch


PEMBIMBING : Fitria Yulistiani, S.T., M.T.

Tanggal Praktikum : 09 Oktober 2017


Tanggal Pengumpulan : 30 Oktober 2017
(Laporan)

Oleh:
Kelompok 2:
Fatona Waluya 161411037
Husna Immah 161411038
Indra Maulana Arifin 161411039
Indri Nurbaitie Maharani 161411040

Kelas 2B, D3 -Teknik Kimia

PROGRAM STUDI D3-TEKNIK KIMIA


JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2017
KINETIKA KEMATIN MIKROBA PADA STERILISASI BATCH

I. TUJUAN PRAKTIKUM
Setelah melakukan percobaan, mahasiswa diharapkan mampu :
1. Menguasai teknik sterilisasi media dengan menggunakan panas pada
proses batch.
2. Memahami pengaruh temperatur terhadap kematian mikroba.
3. Menentukan nilai konstanta laju kematian mikroba (kd), Decimal
reduction time atau destruction value (D), dan konstanta Arhenius (Ed)
pada proses sterilisasi.

II. DASAR TEORI


Sterilisasi merupakan upaya untuk meminimalisasi gangguan
mikroorganisme dengan cara menghilangkan “seluruhnya” (bakteri, jamur,
parasit, virus, termasuk bakteri endospora).
Proses Sterilisasi dapat dilakukan dengan menggunakan proses fisik
maupun dengan bahan kimia. Bahan kimia yang dapat digunakan untuk
mematikan mikroba antara lain larutan NaCl 9%, KNO 3 10% , HgCl2 0,1%
, HCl 1,1%. Proses fisik untuk sterilisasi dilakukan dengan metode
pemanasan dan tanpa pemanasan. Metode dengan menggunakan panas
meliputi pemanasan kering (dry heat) dan pemanasan basah dengan
menggunakan uap air (moist heat). Metode sterilisasi tanpa menggunakan
panas melalui radiasi ( UV , X-ray ), sonicasi, dan filtrasi.

Sterilisasi panas dapat dilakukan secara batch maupun continue:

a. Sterilisasi Batch
Sterilisasi sistem batch dapat dilakukan dengan cara
menginjeksikan uap panas ke dalam mantel fermentor ayau coil yang
terdapat pada bagian dalam fermentor. Cara ini disebut metode tidak
langsung. Atau dengan cara menghilangkan uap panas langsung ke
dalam larutan medium (metode langsung). Metode langsung
membutuhkan uap panas murni, yaitu bebas dari bahan kimia
tambahan seperti senyawa antikarat yang panyak digunakan dalam
proses produksi uap. Di samping itu, metode langsung akan
mengakibatkan bertambahnya volume cairan media dalam fermentor
karena adanya kondensasi uap yang digunakan.

b. Sterilisasi Continue
Site mini memberikan keuntungan berupa minimalnya
kemungkinan kerusakan medium tetapi mengkinsumsi banyak
energi.Temperature yang dibutuhkan untuk sterilisasi sistem ini adalah
o
140 C dengan waktu hanya 30 hingga 120 detik.Alat yang digunakan
dapat berupa Continues plate heat exchange dan Continues injection
flash cooler. Kelebihan Continues injection flash cooler antara lain:

• Dapat digunakan untuk media yang mengandung bahan padat


tersuspensi
• Biaya lebih murah
• Mudah dibersihkan
• Pemanasan dan pendinginan lebih cepat
• Penggunaan uap lebih efisien

Adapun Kekurangannya antara lain:


• Dapat terbentuk buih saat pemanasan dan pendinginan
• Adanya kontak langsung antara media dan uap panas yang
murni, yaitu bebas dari bahan anti karat

Jenis dan spesies mikroba berpengaruh terhadap perlakuan panas


pada proses sterilisasi. Tabel 2.1 menunjukan ketahanan relative
beberapa jenis mikroba terhadap panas yang tinggi. Mikroba yang
membentuk spora lebih tahan terhadap pemanasan basah yang paling
tinggi jika dibandingkan dengan beberapa jenis mikroba yang lain.
Siklus sterilisasi dapat dirancang berdasarkan pemusnahan spora
bakteri, sehingga mikroba jenis lain aka mati secar bersamaan. Suhu
yang semakin tinggi pada proses sterilisasi maka waktu yang
dibutuhkan untuk mematikan spora akan semakin berkurang.

Table 2.1 Ketahanan Relative Berbagai Mikroba Terhadap Panas Batch


Ketahanan Relatif Terhadap
Jenis Mikroba Panas

Bakteri vegetative dan khamir 1


Virus dan bakteriofage 1-5
Spora kapang 2-10
Spora bakteri 3 x 10
6

Sumber : J.H (ed), 1988, Chemical Engineers’ Hand Book

Table 2.2 Pengaruh Suhu Dan Waktu Sterilisasi Terhadap Kematian Spora
o Waktu yang Diperlukan untuk Mematikan
Suhu Sterilisasi ( C)
Spora (menit)

116 30
118 18
121 12
125 8
132 2
138 0,8
Sumber : J.H (ed), 1988, Chemical Engineers’ Hand Book
Pengaruh waktu sterilisasi terhadap jumlah spora yang bertahan
menunjukan karakteristik yang berbeda-beda. Karakteristik mikroba
atau termofilik pada awal proses sterilisasi mengalami peningkatan
populasi spora kemudian dengan bertambahnya waktu sterilisasi spora
yang hidup semakin berkurang. Panas yang diberikan pada awal proses
justru akan meningkatkan populasi mikroba termofil dan setelah
temperature pemanasan mencapai temperature yang mengakibbatkan
kematian mikroba (lethal temperature), maka secara perlahan jumlah
mikroba yang hidup berkurang.
Bailey & Ollis, (1986) menyatakan bahwa kematian jumlah
mikroba oleh pemanasan dapat mengikuti persamaan linear orde -1.
Persamaannya :
…………….(2.1)

− = d

N = jumlah mikroba
T= waktu pemanasan
Kd= konstanta laju kematian mikroba

Integrasi persamaan 2.1 menjadi :


=–k t ….. …….(2.2)

N0 = jumlah mikroba sebelum pemanasan pada t = 0


Nt = jumlah mikroba setelah pemanasan periode t
Logaritma normal persamaan 2.2 memberikan korelasi linear
terhadap waktu,
ln …….(2.3)
= − Kd t

N0 sering disebut level kontaminasi (jumlah mikroba sebelum


pemanasan kontaminasi mikroba sebelum disterilisasi ) dan N t adalah
level sterilisasi.
Dalam proses sterilisasi dikenal istilah decimal reduction time atau
destruction value (D) yang didefinisikan sebagai waktu yang dibutuhkan
dalam meit pada suhu tertentu untuk mengurangi jumlah sel vegetative atau spora
sehingga mikroba yang bertahan berkurang menjadi 1/10, sehingga persamaan 2.2
dapat dituliskan :
…….(2.4)
1
= = -kD
10

D= …….(2.5)
ln 10

Nilai konstanta laju kematian mikroba (kd) bergantung pada


temperatur, mengikuti persamaan Arhenius:
…….(2.6)
1
Kd = Kdo −

…….(2.7)
1
ln Kd = ln Kdo−

Apabila nilai ln kd dialurkan terhadap 1/T maka akan diperoleh


sebuah garis lurus gradient – Ed/R.
III. ALAT DAN BAHAN
Alat : Bahan :
1. Baker glass 1000 mL 2 buah 1. Media GYEA
2. Waterbath 2. Fermipan
3. Tabung reaksi10 buah 3. Air garam steril

4. Rak tabung reaksi


5. Pembakar Spiritus
6. Pipet ukur steril 10 mL 5 buah
7. Pipet ukur steril 1 mL 10 buah

IV. CARA KERJA


4.1 Sterilisasi Batch

Panaskan tabung yang berisi


Panaskan waterbatch pada
biakan selama t1 kemudian
temperatur T1 ( 40°C)
masukkan kedalam beker
glass yang berisi es sebagai
pendingin.

Pindahkan biakan dalam


media cair ke dalam 10 Teteskan pada kaca preparat
tabung reaksi masing-masing sampel dari tabung pada
10 mL dengan menggunkan langkah sebelumnya dan
pipet steril dan dalam amati jumlah sel hidup dan
kondisi aseptic. sel mati (Nt)

Teteskan sampel biakan Ulangi langkah diatas untuk


dalam kaca preparat, t2, t3 , t4 dan t5
tambahkan methylene blue
dan amati jumlah sel hidup
dan sel mati (No) dibawah
Ulangi semua langkah untuk
mikroskop.
T2 (60°C)
V. DATA PENGAMATAN

T1=40°C
Waktu (menit) Jumlah Mikroba
Hidup Mati Total
0 17 29 46
15 156 54 210
30 44 13 57
45 15 9 24
60 70 43 113
T2=60°C

Waktu (menit) Jumlah Mikroba


Hidup Mati Total
0 57 0 57
15 26 60 86
30 4 39 43
45 4 63 67
60 0 116 116

VI. PERHITUNGAN DAN PENGOLAHAN DATA


A. Perhitungan ln untuk variasi suhu berbeda

Nt= total mikroba hidup setelah t


N0= total mikroba hidup sebelum pemanasan
• T1=40°C
t1=0 menit, =
17
= −0,995

t2=15 menit,
0 46

156
= = −0,297

t3=30 menit,
0 210

44
= = −0,259

t4=45 menit,
0 57

15
= = −0,470

t5=60 menit,
0 24

70
= = −0,479
0 113
• T2=60°C
t1=0 menit, = 57
=0

0 57
t2=15 menit, 26

= = −1,196
86

t3=30 menit, =
4

= −2,375
43

t4=45 menit, =
4

= −2,818
67

t5=60 menit, =
0

116
=

B. Grafik Ln terhadap t (waktu) untuk variasi suhu berbeda

• T1=40°C

Kurva ln Nt/N0 terhadap waktu


0
0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000
-0.2
-0.4

ln Nt/N0 -0.6

y = 1E-04x - 0.6722

-0.8 R² = 0.2139

-1

-1.2
t (menit)

Perhitungan nilai kd:


= +
= 0,0057 − 0,6722

Berdasarkan persamaan ln =− , maka:


0
=−,

Perhitungan nilai D:
= ln 10 = ln 10 =− ,

−0,0057

• T2=60°C

Kurva ln Nt/N0 terhadap waktu pada T=60°C


0
0 500 1000 1500 2000 2500 3000
-0.5
-1 y = -0.0011x - 0.1523

R² = 0.9652
ln Nt/N0 -1.5

-2

-2.5

-3

-3.5
t (menit)

Perhitungan nilai kd:


= +
= −0,0642 − 0,1532

Berdasarkan persamaan ln =− , maka:


0
= ,

Perhitungan nilai D:
ln 10 ln 10
= = = ,
0,0642

C. Grafik ln kd terhadap 1/T

T (Kelvin) 1/T kd ln kd
313 0.00319 -0.0057 -5.167
333 0.00310 0.0642 -2.746
Kurva ln kd terhadap 1/T
0.0
0.00295 0.00300 0.00305 0.00310 0.00315 0.00320 0.00325 -1.0

-2.0

ln kd
-3.0
y = -12620x + 35.151
R² = 1
-4.0

-5.0

-6.0
1/T

Perhitungan nilai Ed:


= +
= −1260 − 35,151

Berdasarkan persamaan:
ln = ln −
1 , maka:
0

− = -12620
= −(−12620) × 0,082
= ,

VII. PEMBAHASAN
Percobaan yang dilakukan adalah kinetika kematian mikroba dan
teknik sterilisasi media secara batch. Sterilisasi merupakan suatu cara
untuk mengeliminasi semua kehidupan mikroba yang ada pada suatu
bahan atau produk yang dikehendaki. Pada teknik sterilisasi batch,
prosesnya relatif sederhana, dan proses pemanasan serta pendinginan
dapat dilakukan dalam satu waktu perioda. Namun, proses pemanasan
serta pendinginan pada sterilisasi batch, berlangsung lambat, hingga
mengakibatkan kematian mikroba (lethal temperature).
Pada proses sterilisasi batch, kami menghitung jumlah sel yang mati
dan jumlah sel yang hidup setelah melalui proses pemanasan dan
pendinginan. Sampel berisi biakan ragi fermipan dipanaskan pada suhu
o o
berbeda-beda yaitu 40 C dan 60 C dengan pengamatan setiap 15 menit
selama 60 menit. Setelah proses pemanasan dan pendinginan, jumlah sel
dihitung dengan menggunakan counting chamber dan mikroskop. Sebelum
meneteskan sampel, terlebih dahulu sampel dihomogenkan dengan
menggunakan shaker agar jumlah sel dalam tetesan merata. Kemudian
diteteskan metil biru agar mengetahui mana sel yang telah mati, karena
sampel yang digunakan merupakan jenis gram-positif.

Berdasarkan tabel data pengamatan, jumlah sel yang mati semakin


bertambah seiring dengan bertambahnya suhu pemanasan. Namun,
berdasarkan data percobaan, data yang diperoleh kurang akurat. Hal ini
disebabkan karena beberapa faktor, diantaranya adanya pengotor yang
ditemui pada mikroskop, penanganan yang kurang aseptis, serta faktor
ketelitian saat menghitung jumlah sel. Kematian jumlah mikroba oleh
pemanasan dapat dihitung dengan membuat grafik ln terhadap waktu
pemanasan (t) sehingga akan diperoleh nilai kd sebagai slope-nya dan D
dari perhitungan nilai kd.

Berdasarkan grafik, diperoleh nilai Kd, yakni:


T (°C) kd D (menit)
40 -0.00570 -403.9
60 0.06420 35.8

Setelah diperoleh nilai kd, dapat dihitung nilai Ed dengan membuat


grafik ln kd terhadap 1/T sehingga berdasarkan hasil perhitungan dari
grafik diperoleh nilai Ed, yaitu 1034,84.

VIII. KESIMPULAN
Dari percobaan, dapat disimpulkan bahwa:
1. Sterilisasi dapat dilakukan dengan metode batch. Untuk penentuan
kinetika kematian, dilakukan sterilisasi batch dengan memvariasikan
variabel suhu dan waktu.
2. Berdasarkan jumlah mikroba yang hidup pada sterilisasi batch,
diperoleh nilai kd dan D untuk berbagai variasi suhu dengan
mengalurkan nilai ln , dan membuat grafik ln terhadap waktu.
0 0

Nilai kd dan D yang diperoleh untuk berbagai variasi suhu diantaranya


sebagai berikut:

T (°C) kd D (menit)
40 -0.00570 -403.9
60 0.06420 35.8
3. Suhu berpengaruh terhadap kematian mikroba, semakin tinggi suhu

maka semakin cepat mikroba tersebut untuk mati sesuai dengan nilai
kd dan D yang diperoleh.

IX. DAFTAR PUSTAKA


Bailey, J. E., & D. F. Ollis. 1986. Biochemical Engineering
Fundamentals. Singapore: McGraw-Hill

Anda mungkin juga menyukai