Disusun Oleh:
a. Sterilisasi cairan
Meski saat ini mikroba telah banyak dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan
manusia, namun seringkali keberadaan mikroba masih dianggap mengganggu,
terutama mikroba pathogen. Oleh karenanya, diperlukan upaya untuk mengurangi
jumlah mikroba hingga menghilangkannya sama sekali. Untuk tujuan tersebut, dapat
dilakukan dengan beberapa cara, antara lain:
Desinfeksi
Desinfeksi merupakan tindakan pengurangan sebagian besar mikroorganisme
dari benda mati. Pada proses desinfeksi ini, tidak semua mikroba dapat
dihilangkan.
Pasteurisasi
Pasteurisasi merupakan upaya untuk menghindari gangguan mikroba tanpa
mematikan sporanya. Pasteurisasi dapat dilakukan dengan cara: Pemanasan pada
suhu 62oC selama 30 menit, pemanasan 71–74oC selama 20 detik, atau
pemanasan 85–87oC selama 5 detik.
Sterilisasi
Sterilisasi merupakan upaya untuk meminimalisasi gangguan mikroorganisme
dengan cara menghilangkan “seluruhnya” (bakteri, jamur, parasit, virus,
termasuk bakteri endospora). Sterilisasi menjadi hal yang sangat penting dalam
berbagai proses bioteknologi, salah stunya dalam proses fermentasi. Meskipun
proses fermentasi melibatkan mikroorganisme, namun seringkali kehadiran
mikroorganisme lain (kontaminan) tetap mengganggu. Hal ini karena:
1. Medium akan menumbuhkan semua mikroba yang ada (mikroba target dan
kontaminan) sehingga produk yang dihasilkan menjadi sangat beragam. Tentu
saja hal ini sangat merugikan karena selain mengurangi produktivitas juga
menyulitkan dalam proses isolasi.
2. Jika proses fermentasi dilanjutkan dalam keadaan banyak kontaminan, maka
kemungkinan produk yang dihasilkan oleh kontaminan menjadi lebih
dominan dan mendesak produk mikroba target hingga dapat
menghilangkannya.
3. Kontaminasi pada produk akhir dapat menurunkan kualitas produk, bahkan
mungkin dapat membahayakan manusia
4. Kontaminan dapat merusak produk yang diinginkan
5. Kontaminasi dari suatu fermentasi bakteri dengan “phage” dapat me-lisis
kultur.
Untuk menghindari hal–hal tersebut di atas, langkah antisipasi yang dapat
dilakukan antara lain dengan:
a. Penggunaan inokulum murni dalam fermentasi
b. Sterilisasi medium: merupakan proses yang bertujuan untuk
menghilangkan semua jenis makhluq hidup yang ada dalam media,
dilakukan sebelum inokulasi kultur.
c. Sterilisasi ruang fermenter: Penghilangan semua bentuk makhluq hidup
dari ruang fermentor, termasuk udara secara kontinyu
d. Sterilisasi semua bahan yang digunakan dalam keseluruhan proses
fermentasi
e. Penjagaan kondisi aseptis selama fermentasi
Jenis dan spesies mikroba berpengaruh terhadap perlakuan panas pada proses
sterilisasi. Tabel 2.1 menunjukan ketahanan relative beberapa jenis mikroba terhadap
panas yang tinggi. Mikroba yang membentuk spora lebih tahan terhadap pemanasan
basah yang paling tinggi jika dibandingkan dengan beberapa jenis mikroba yang lain.
Siklus sterilisasi dapat dirancang berdasarkan pemusnahan spora bakteri, sehingga
mikroba jenis lain aka mati secar bersamaan. Suhu yang semakin tinggi pada proses
sterilisasi maka waktu yang dibutuhkan untuk mematikan spora akan semakin
berkurang.
Table 2.1 Ketahanan Relative Berbagai Mikroba Terhadap Panas Batch
Ketahanan Relatif
Jenis Mikroba
Terhadap Panas
Bakteri vegetative dan khamir 1
Virus dan bakteriofage 1-5
Spora kapang 2-10
Spora bakteri 3 x 106
Sumber : J.H (ed), 1988, Chemical Engineers’ Hand Book
Table 2.2 Pengaruh Suhu Dan Waktu Sterilisasi Terhadap Kematian Spora
Suhu Sterilisasi Waktu yang Diperlukan untuk
(oC) Mematikan Spora (menit)
116 30
118 18
121 12
125 8
132 2
138 0,8
Sumber : J.H (ed), 1988, Chemical Engineers’ Hand Book
Bailey & Ollis, (1986) menyatakan bahwa kematian jumlah mikroba oleh
pemanasan dapat mengikuti persamaan linear orde -1.
−dN
Persamaannya : =k d N …….(2.1)
dt
N = jumlah mikroba
T = waktu pemanasan
Kd = konstanta laju kematian mikroba
Nt −kt
Integrasi persamaan 2.1 menjadi : =e …….(2.2)
N0
N0 = jumlah mikroba sebelum pemanasan pada t = 0
Nt = jumlah mikroba setelah pemanasan periode t
Logaritma normal persamaan 2.2 memberikan korelasi linear terhadap waktu,
Nt
ln =−k d t …….(2.3)
N0
N0 sering disebut level kontaminasi (jumlah mikroba sebelum pemanasan
kontaminasi mikroba sebelum disterilisasi ) dan Nt adalah level sterilisasi.
Dalam proses sterilisasi dikenal istilah decimal reduction time atau destruction
value (D) yang didefinisikan sebagai waktu yang dibutuhkan dalam meit pada suhu
tertentu untuk mengurangi jumlah sel vegetative atau spora sehingga mikroba yang
bertahan berkurang menjadi 1/10, sehingga persamaan 2.2 dapat dituliskan :
Nt −kD
=e …….(2.4)
N0
ln 10
D= …….(2.5)
k
Nilai konstanta laju kematian mikroba (kd) bergantung pada temperatur,
mengikuti persamaan Arhenius:
− Ed
kd =k d 0 e RT …….(2.6)
Ed 1
ln k d=ln k d 0− …….(2.7)
RT T
Apabila nilai ln kd dialurkan terhadap 1/T maka akan diperoleh sebuah garis
lurus gradient – Ed/R.
Proses sterilisasi media fermentasi dapat dilakukan secara batch atau continuous.
Batch sterilization mempunyai keuntungan yaitu prosesnya relative dan sederhana dan
proses pemanasan serta pendinginan dapat dilakukan dalam satu periode waktu
sterilisasi. Selain itu, keuntungan proses ini adalah resiko bahan terkontaminasi sangat
kecil dan biaya peralatan yang digunakan relative lebih rendah. Keuntungan dari batch
sterilization adalah tingkat panas yang dapat menyebabkan kerusakan pada komponen
komponen yang diperlukan, seperti vitamin yang rusak dan protein yang terdenaturasi
oleh panas.
Pada sterilisasi secara continuous, media fermentasi dialirkan melalui heat
exchanger pada temperature sterilisasi selama waktu tinggal yang diperlukan lalu
didinginkan. Kelebihannya, yaitu proses pemanasan-pendinginan berlangsung cepat,
memenuhi kondisi High Tempertaure Short Time dengan beberapa kali proses
pemanasan yang diselangi pendinginan.
3.2. Bahan
Biakan Saccharomyces Cerevisiae (fermipan)
Methylen Blue
Gula pasir dan air (untuk larutan sukrosa 10%)
Alkohol
Es pendingin
IV. LANGKAH KERJA
IV.1. Sterilisasi Batch
Pindahkan biakan dalam media cair ke dalam 5 tabung reaksi masing-masing 10 ml dengan
menggunakan pipet steril
Teteskan sampel biakan pada kaca preparat, tambahkan methylene blue dan amati jumlah sel hidup
dan sel mati (No) di bawah mikroskop secara duplo
Panaskan tabung yang berisi biakan selama T1 kemudian masukan ke dalam beker yang es sebagai
pendingin .
Teteskan pada kaca preparat sampel dari tabung pada langkah ke 4, tambahkan methylene blue dan
amati jumlah sel hidup dan sel mati (Nt) di bawah mikroskop secara duplo.
Ulangi langkah ke 2 sampai dengan 6 untuk temperatur pemanasan T2,T3, dan T4.
Sterilisasi Continuous
Atur laju alir biakan dalam media cair pada laju q1, tampung media pada aliran keluaran
dalam tabung reaksi steril setelah melampaui waktu tinggal dalam pipa/selang, kemudian
amati jumlah sel hidup dan sel mati yang keluar. ( Media dalam aliran keluaran sebelum
memenuhi waktu tinggal proses sterilisasi di buang )
-0.4
-0.5
-0.6
-0.7
-0.8
Waktu
Nt
Dengan menggunakan persamaan : ln =−kd . t → y =mx+ c
N0
ln 10
D=
kd
Dimana :
Nt
y : ln
N0
m : slope = −kd
x : waktu (t dalam sekon)
c : intersept
-0.1
ln (Nt/N0)
-0.15
-0.2
-0.25
-0.3
Waktu
15 3 78 81 0,03 -3,51
10 5 106 111 0,04 -3,31
5 10 115 125 0,08 -2,52
Kurva Waktu vs Ln(Nt/N0) T=75
0
4 6 8 10 12 14 16
-0.5
-1
-1.5
ln (Nt/N0)
-2
-2.5
f(x) = − 0.099 x − 2.12333333333333
-3 R² = 0.894143048290962
-3.5
-4
Waktu
Menentukan Ed
Ed 1
Dengan menggunakan persamaan : ln kd =ln k d 0− → y=mx +c
R T
Dimana :
y : ln kd
−Ed
m : slope=
R
−1
x :
T
c : ln k d 0
T
1/T kd ln kd
(K)
0,0030
328 0,063 -2,76
5
0,0029
338 0,024 -3,73
6
0,0028
348 0,099 -2,31
7
1/T vs ln(kd)
0
86 88 29 92 94 96 98 00
3 02 04 06
02
-0.5
0 002 . 00 002 002 002 002 0. 003 003 003
0. 0. 0 0. 0. 0. 0. 0. 0. 0.
-1
-1.5
ln kd
-2
-2.5
-3 f(x) = − 2433.01129602811 x + 4.26912913613586
R² = 0.0862979397989877
-3.5
-4
1/T
−Ed
slope= =−2433
R
Ed=2433 x R
J
Ed=2433 x 8.314
mol K
20.227 J
Ed=
mol K
STERILISASI KONTINYU
- Kalibrasi koil
rpm Waktu (s) Volume (ml) Laju Alir (ml/s)
10 11,81 2 0,169
20 12,74 4 0,314
30 12,73 6 0,471
40 9,73 6 0,617
50 5,57 4 0,718
60 6,45 6 0,930
70 7,38 8 1,084
80 8,11 10 1,233
90 6,69 10 1,495
100 10,11 10 0,989
- Pengolahan Data
Volume
Jumlah Jumlah % Laju Waktu
Putaran Total Ln yang
Suhu bakteri bakteri bakteri Alir Tinggal
pompa bakteri (Nt/No) diambil
hidup mati hidup (ml/s) (s)
(ml)
10 42 107 111 0,378 -0,972 5 0,169 29,586
328 20 1107 36 1143 0,969 -0,032 6 0,314 19,108
30 456 87 543 0,840 -0,175 10 0,471 21,231
10 132 45 177 0,746 -0,293 5 0,169 29,586
338 20 107 16 123 0,870 -0,139 5 0,314 15,924
30 1170 57 1227 0,954 -0,048 5 0,471 10,616
10 15 127 152 0,099 -2,316 10 0,169 59,172
348 20 17 112 144 0,118 -2,137 10 0,314 31,847
30 30 152 195 0,154 -1,872 10 0,471 21,231
-0.400
Ln (Nt/No)
-0.600
-0.800
-1.000
-1.200
Waktu Tinggal (s)
-0.150
-0.200
-0.250
-0.300
-0.350
Waktu Tinggal (s)
-0.500
-1.000
ln (Nt/No)
-1.500
- Menentukan Ed
T 1/T kd ln (kd)
328 0,0030 0,0913 -2,3936
338 0,0030 0,0126 -4,3741
348 0,0029 0,0107 -4,5375
-2.5000
-3.0000 f(x) = 12334.3755756307 x − 40.2819404949902
R² = 0.820127208661839
-3.5000
-4.0000
-4.5000
-5.0000
1/T
Ed 1
Ln Kd = Ln Kdo –
RT T
−Ed
slope= =−12334
R
Ed=12334 x R
J
Ed=12334 x 8.314
mol K
102.544 J
Ed=
mol K
VII. PEMBAHASAN
Rizki Aulia Rohmaniar (181424026)
Percobaan yang dilakukan adalah kinetika kematian mikroba dan secara batch
dan continue. Sterilisasi merupakan proses yang bertujuan untuk menghilangkan
semua jenis organisme hidup. Pada teknik sterilisasi batch, prosesnya relatif
sederhana, dan proses pemanasan serta pendinginan dapat dilakukan dalam satu
waktu periode. Namun, proses pemanasan serta pendinginan pada sterilisasi batch,
berlangsung lambat, hingga mengakibatkan kematian mikroba (lethal temperature).
Pada proses sterilisasi batch, kami menghitung jumlah sel yang mati dan
jumlah sel yang hidup setelah melalui proses pemanasan dan pendinginan. Sampel
berisi biakan dipanaskan pada temperature berbeda-beda yakni 55oC, 65oC, 75oC, dan
pada rentang waktu dengan selang 5 menit. Setelah proses pemanasan dan
pendinginan, jumlah sel dihitung dengan menggunakan mikroskop dengan pereaksi
Methylen blue untuk memberikan warna pada bakteri. Pada saat meneteskan sampel
ke dalam kaca preparat, semua hal yang dilakukan harus dilakukan secara aseptis agar
sampel tidak terkontaminasi.
Berdasarkan data pada tabel pengamatan, terlihat bahwa semakin tinggi suhu
pemanasan bakteri yang mati pun akan semakin banyak. Hal ini terjadi karena bakteri
umumnya tidak akan tahan pada suhu tinggi. Dan, dari tabel pengamatan dapat dilihat
KD bakteri akan semakin tinggi seiring dengan suhu percobaan yang semakin tinggi.
Namun,berdasarkan data percobaan data yang diperoleh kurang akurat. Hal ini dapat
terjadi karena kurang aseptisnya perlakuan beserta ruangan praktikum. Kematian
Nt
jumlah mikroba oleh pemanasan dapat dihitung dengan membuat grafik ln
No
terhadap waktu pemanasan (t) sehingga akan diperoleh nilai k sebagai slope-nya.
Perlakuan antara sterilisasi batch dan continue pun akan berpengaruh pada jumlah
mikroba yang mati. Pada Teknik sterilisasi continue dilakukan terlebih dahulu
kalibrasi laju alir. Berdasarkan data pengamatan, semakin besar laju alir pada alat
yang diberikan semakin sedikit waktu tinggal sampel biakan dalam pipa. Sehingga
dari hasil praktikum dapat didapat hasil bahwa teknik sterilisasi batch jauh lebih
optimum dibandingkan dengan teknik sterilisasi continue.
Salma Nabila Putri (181424027)
Praktikum Kinetika Kematian Mikroba dilakukan sebanyak 2 cara yaitu secara
batch dan secara kontinyu. Tahap pertama yang dilakukan yaitu membuat media
berupa glukosa 10%, glukosa disterilisasi dan disimpan di incubator. Sehari
sebelum melakukan praktikum, penanaman mikroba dilakukan. Mikroba yang
digunakan yaitu jamur, kita menggunakan fermipan sebagai mikroba yang akan
diamati. Setelah mikroba ditanam pada media, media disimpan kembali di
incubator shaker, tujuannya yaitu supaya mikroba tersebar merata di seluruh
media.
Pengamatan kinetika kematian dilakukan satu hari setelah menanam fermipan
dalam media. Untuk sterilisasi batch dilakukan dengan cara menyimpan 10 ml
media dalam tabung reaksi, dibutuhkan beberapa tabung reaksi untuk mengamati
sterilisasi pada T = (55, 65, 75) ℃ dengan waku sterilisasi setiap suhu yaitu pada t
= (5, 10, 15) menit. Tabung reaksi tersebut disimpan dalam gelas kimia, lalu gelas
kimia tersebut diketakan di dalam penangas. Setelah sterilisasi dilakukan pada
kondisi tersebut, sampel diamati menggunakan mikroskop. Sampel ditetesi pada
kaca preparat lalu diberi tetesan methylene blue, lalu diamati dibawah mikroskop.
Sel mikroba yang hidup akan tampak berwarna putih sedangkan yang mati akan
berwarna biru.
Sterilisasi kontinyu dilakukan dengan cara melewatkan media pada koil yang
dipanaskan di penangas pada T = (55, 65, 75) ℃, dengan rpm setiap suhu yaitu
10, 20, 30 rpm. Lalu sampel diamati dibawah mikroskop.
Dari hasil pengamatan dibawah mikroskop, diperoleh data (sterilisasi batch
yaitu :
Suhu (K) Nilai Kd D Ed
328 0,063 36,549
20.227 J
338 0,024 95,941
mol K
348 0,099 23,258
Dan data sterilisasi kontinyu yaitu :
Suhu (K) Nilai Kd D Ed
328 0,0913 25,219
102.544 J
338 0,0126 182,745
mol K
348 0,0107 215,195
Dari hasil tersebut dapat kita lihat bahwa nilai Ed (konstanta arhenius) didapatkan
Ed 1
dari persamaan ln k d=ln k d 0− . Dimana Ed adalah gradien dari garis grafik lnKd
RT T
terhdapap 1/T.
Terdapat beberapa faktor kesalahan pada parktikum ini, yaitu kurang fokusnya
mikroskop saat ingin mengetahui jumlah bakteri yang mati maupun yang hidup
sehingga penghitungan mikroorganisme menjadi lebih sulit dan hasilnya tidak terlalu
teliti.
Setelah diperoleh nilai Kd, dapat dihitung nilai Ed dengan membuat grafik
ln Kd terhadap 1/T. Nilai Ed yang diperoleh pada sterilisasi Continue pada suhu
102.544 J
55, 65, dan 75°C, Ed= . Dari data tersebut juga didapat decimal
mol K
reduction time atau destruction value (D) masing-masing sebesar 25,219menit ;
182,745 menit dan 215,195 menit.
VIII. SIMPULAN
1. Berdasarkan hasil dari sterilisasi batch diperoleh nilai kd dan D yaitu sebagai
berikut:
Suhu (K) Nilai Kd D Ed
328 0,063 36,549
20.227 J
338 0,024 95,941
mol K
348 0,099 23,258
2. Berdasarkan hasil dari sterilisasi batch diperoleh nilai kd dan D yaitu sebagai
berikut:
Suhu (K) Nilai Kd D Ed
328 0,0913 25,219
102.544 J
338 0,0126 182,745
mol K
348 0,0107 215,195
3. Berdasarkan hasil dari praktikum kinetika kematian mikroba secara batch dan
kontinyu disimpulkan bahwa semakin tinggi suhu yang digunakan, semakin
sedikit waktu yang dibutuhkan untuk membuat mikroba mati.