Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PRAKTIKUM BIOPROSES

Kinetika Kematian Mikroba

Dosen Pembimbing : Ayu Ratna Permanasari, ST., MT.

Disusun Oleh:

Rizki Aulia R 181424026


Salma Nabila P 181424027
Shifa Mardiani 181424028
Utary Nur Rachmani F 181424029

2A/D4 – Teknik Kimia Produksi Bersih

Jurusan Teknik Kimia


Laboratorium Bioproses
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Jalan Gegerkalong Hilir, Ds. Ciwaruga Kotak Pos 1234
Bandung 40012
2019
I. TUJUAN
Setelah melakukan percobaan ini, mahasiswa diharapkan mampu:
a. Menguasai teknik sterilisasi media dengan menggunakan panas pada proses
batch dan continous.
b. Memahami pengaruh temperature terhadap kematian mikroba.
c. Menentukan nilai konstanta laju kematian mikroba (Kd), Desimal reduction time
atau destruction value (D), dan konstanta Arhenius (Ed) pada proses sterilisasi.

II. DASAR TEORI


II.1. Sterilisasi
Sterilisasi merupakan salah satu faktor utama dalam fermentasi. Kita tentu
mengharapkan tidak terjadi kontaminasi di mana mikroorganisme yang tidak
diinginkan tumbuh dan mengganggu proses fermentasi. Teknik sterilisasi berbeda-
beda tergantung pada jenis material. Bagian pertama akan menjelaskan secara
singkat dan sederhana bagaiman sterilisasi cairan dan padatan.

a. Sterilisasi cairan

Cairan yang disterilisasi umumnya adalah media fermentasi yang mengandung


gula, garam fosfat, ammonium, trace metals, vitamin, dan lain-lain.  Secara umum
ada dua cara sterilisasi cairan yaitu dengan panas dan disaring (filtrasi).  Sterilasi
dengan panas dilakukan di dalam autoclave, di mana steam tekanan tinggi
diinjeksikan ke dalam chamber untuk mencapai temperatur 121 derajat C dan
tekanan tinggi (sekitar 15 psig). Durasinya bervariasi, namun umumnya diinginkan
cairan dipertahankan pada 121 derajat C selama minimal 15 menit. Jika termasuk
waktu untuk heating dan cooling steps, total waktu berkisar 1-2 jam tergantung
volume cairan yang disterilisasi. Terkadang temperatur bisa diset pada 134 derajat C
(untuk medis).

Untuk skala industri, cairan disterilisasi dengan panas menggunakan beberapa


pilihan teknik. Gambar di bawah menjelaskan salah satu bagan proses sterilisasi
cairan media di industri. Banyak jenis proses baik secara batch atau continuous yang
diterapkan di industri, misalnya direct steam, indirect heating, indirect steam, dan
lainnya.

Sterilisasi medium di industri bioproses. Sumber: Doran, M.P (1995), Bioprocess


Engineering Principles, chapter 13, Academic Press

Cairan dapat disterilisasi juga dengan disaring menggunakan membrane filter


berpori 0.22 atau 0.45 micro meter. Metode ini cocok untuk volume cairan yang
kecil (1-2 liter) dan bahan kimia yang bisa rusak karena panas misalnya gula dan
protein.
b.  Sterilisasi padatan

Padatan yang umum disterilkan adalah glassware, biosafety cabinet,


dan beberapa jenis tabung dan kontainer. Pada glassware dan plastik tahan panas
umumnya dilakukan dengan autoclave mirip seperti sterilisasi cairan namun
ditambah proses pengeringan. Biosafety cabinet disterilkan dengan bantuan radiasi
UV dan disemprot ethanol 70 %. Udara dalam cabinet disaring dengan filter
(detilnya akan dibahas di  bagian ke-2 tentang sterilisasi gas).

2.1.1 Jenis-Jenis Sterilisasi

Meski saat ini mikroba telah banyak dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan
manusia, namun seringkali keberadaan mikroba masih dianggap mengganggu,
terutama mikroba pathogen. Oleh karenanya, diperlukan upaya untuk mengurangi
jumlah mikroba hingga menghilangkannya sama sekali. Untuk tujuan tersebut, dapat
dilakukan dengan beberapa cara, antara lain:

 Desinfeksi
Desinfeksi merupakan tindakan pengurangan sebagian besar mikroorganisme
dari benda mati. Pada proses desinfeksi ini, tidak semua mikroba dapat
dihilangkan.

 Pasteurisasi
Pasteurisasi merupakan upaya untuk menghindari gangguan mikroba tanpa
mematikan sporanya. Pasteurisasi dapat dilakukan dengan cara: Pemanasan pada
suhu 62oC selama 30 menit, pemanasan 71–74oC selama 20 detik, atau
pemanasan 85–87oC selama 5 detik.
 Sterilisasi
Sterilisasi merupakan upaya untuk meminimalisasi gangguan mikroorganisme
dengan cara menghilangkan “seluruhnya” (bakteri, jamur, parasit, virus,
termasuk bakteri endospora). Sterilisasi menjadi hal yang sangat penting dalam
berbagai proses bioteknologi, salah stunya dalam proses fermentasi. Meskipun
proses fermentasi melibatkan mikroorganisme, namun seringkali kehadiran
mikroorganisme lain (kontaminan) tetap mengganggu. Hal ini karena:
1. Medium akan menumbuhkan semua mikroba yang ada (mikroba target dan
kontaminan) sehingga produk yang dihasilkan menjadi sangat beragam. Tentu
saja hal ini sangat merugikan karena selain mengurangi produktivitas juga
menyulitkan dalam proses isolasi.
2. Jika proses fermentasi dilanjutkan dalam keadaan banyak kontaminan, maka
kemungkinan produk yang dihasilkan oleh kontaminan menjadi lebih
dominan dan mendesak produk mikroba target hingga dapat
menghilangkannya.
3. Kontaminasi pada produk akhir dapat menurunkan kualitas produk, bahkan
mungkin dapat membahayakan manusia
4. Kontaminan dapat merusak produk yang diinginkan
5. Kontaminasi dari suatu fermentasi bakteri dengan “phage” dapat me-lisis
kultur.
Untuk menghindari hal–hal tersebut di atas, langkah antisipasi yang dapat
dilakukan antara lain dengan:
a. Penggunaan inokulum murni dalam fermentasi
b. Sterilisasi medium: merupakan proses yang bertujuan untuk
menghilangkan semua jenis makhluq hidup yang ada dalam media,
dilakukan sebelum inokulasi kultur.
c. Sterilisasi ruang fermenter: Penghilangan semua bentuk makhluq hidup
dari ruang fermentor, termasuk udara secara kontinyu
d. Sterilisasi semua bahan yang digunakan dalam keseluruhan proses
fermentasi
e. Penjagaan kondisi aseptis selama fermentasi

Fermentasi dapat dilakukan baik secara fisika, kimia, maupun radiasi.


Sterilisasi secara fisika dapat dilakukan dengan membunuh mikroba atau
sekadar mencegah mikroba masuk kesistem kita. Sterilisasi fisik dengan
membunuh mikroba dapat dilakukan dengan penggunaan panas, freezing
(pembekuan), penggunaan garam berkonsentrasi tinggi, dll. Sementara
sterilisasi fisik tanpa membunuh mikroba dapat dilakukan dengan filtrasi.
Filtrasi merupakan upaya untuk meminimalisasi kontaminasi mikroorganisme
dengan cara menyaring sesuatu dengan filter berukuran tertentu sehingga
sebagian mikroba tidak dapat melewatinya. Cara ini tidak membunuh
mikroba yang ada, hanya meminimalisasi agar mikroba tidak terbawa.

Namun, dalam proses fermentasi, cara sterilisasi fisik yang paling


mungkin dilakukan adalah dengan filtrasi dan penggunaan panas, baik panas
basah maupun panas kering. Sterilisasi panas basah seringkali digunakan
untuk sterilisasi media dan bahan–bahan lainnya sementara panas kering
untuk sterilisasi alat–alat. Faktor–faktor yang mempengaruhi sterilisasi panas
antara lain:

 Jenis dan jumlah kontaminan yang hendak dihilangkan


 Morfologi mikroorganisme
 Komposisi media fermentasi
 pH
 Ukuran partikel tersuspensi
 Temperatur yang digunakan
 Durasi proses sterilisasi
 Keberadaan air

II.2. Kinetika Kematian Mikroba

Proses panas secara komersial umumnya didesain untuk menginaktifkan


mikroorganisme yang ada pada makanan yang dapat mengancam kesehatan manusia
dan mengurangi jumlah mikroorganisme pembusuk ke tingkat yang rendah, sehingga
peluang terjadinya kebusukan sangat rendah. Dalam desain proses termal, ada dua hal
yang harus diketahui, yaitu karakteristirk ketahanan panas mikroba dan profil pindah
panas dari medium pemanas ke dalam bahan pada titik terdinginnya. Karakteristik
ketahanan panas dinyatakan dengan nilai D dan nilai Z. Untuk mencapai level
pengurangan jumlah mikroba yang diinginkan, amaka ditentukan siklus logaritma
pengurangan mikroba. Kemudian dihitung nilai sterilitasnya pada suhu tertentu (Fo).
Nilai Fo ini ditentukan sebelum proses termal berlangsung. Nilai Fo dapat dihitung pada
suhu standar atau pada suhu tertentu, dimana untuk menghitungnya perlu diketahui nilai
D dan nilai Z (Kusnandar, 2008).
Nilai D menyatakan ketahahanan panas mikroba atau sensitifitas mikroba oleh
suhu pemanasan. Nilai D didefinisikan sebagai waktu dalam menit pada suhu tertentu
yang diperlukan untuk menurunkan jumlah spora atau sel vegetatif tertentu sebesar 90%
atau satu logaritmik. Setiap mikroba memiliki nilai D pada suhu tertentu. Semakin besar
nilai D suatu mikroba pada suatu suhu tertentu, maka semakin tinggi ketahahan panas
mikroba tersebut pada suhu yang tertentu. Nilai D umumnya dinyatakan pada suhu
standar. Untuk bakteri mesofilik atau termofilik umumnya menggunakan suhu standar
121oC, sedangkan untuk sel vegetatif, khamir, atau kapang umumnya menggunakan
suhu yang lebih rendah (80-100°C). Nilai D pada suhu standar ini sering dituliskan
dengan nilai Do (Anonim, 2009).

Faktor-faktor yang mempengaruhi efektifitas proses thermal pencapaian


kecukupan proses panas sangat dipengaruhi oleh banyak faktor. Oleh karena itu, faktor-
faktor yang mempengaruhi proses termal harus  dikontrol dengan baik dan
dikendalikan. Berdasarkan persyaratan pendaftaran ke FDA, terdapat faktor-faktor kritis
yang dapat mempengaruhi proses pemanasan dan sterilisasi, yang dapat berbeda antara
satu produk dengan produk lainnya. Di antara faktor-faktor kritis yang perlu
diidentifikasi pengaruhnya adalah: (a) karakteristik bahan yang dikalengkan (pH
keseimbangan, metode pengasaman, konsistensi/viskositas dari bahan, bentu/ukuran
bahan, aktivitas air, persen padatan, rasio padatan/ cairan, perubahan formula, ukuran
partikel, jenis pengental, jenis pengawet yang ditambahkan, dan sebagainya), kemasan
(jenis dan dimensi, metode pengisian bahan ke dalam kemasan), (b) proses dalam retort
(jenis retort, jenis media pemanas, posisi wadah dalam retort, tumpukan wadah,
pengaturan kaleng, kemungkinan terjadinya nesting (Anonim c, 2008).

Jenis dan spesies mikroba berpengaruh terhadap perlakuan panas pada proses
sterilisasi. Tabel 2.1 menunjukan ketahanan relative beberapa jenis mikroba terhadap
panas yang tinggi. Mikroba yang membentuk spora lebih tahan terhadap pemanasan
basah yang paling tinggi jika dibandingkan dengan beberapa jenis mikroba yang lain.
Siklus sterilisasi dapat dirancang berdasarkan pemusnahan spora bakteri, sehingga
mikroba jenis lain aka mati secar bersamaan. Suhu yang semakin tinggi pada proses
sterilisasi maka waktu yang dibutuhkan untuk mematikan spora akan semakin
berkurang.
Table 2.1 Ketahanan Relative Berbagai Mikroba Terhadap Panas Batch
Ketahanan Relatif
Jenis Mikroba
Terhadap Panas
Bakteri vegetative dan khamir 1
Virus dan bakteriofage 1-5
Spora kapang 2-10
Spora bakteri 3 x 106
Sumber : J.H (ed), 1988, Chemical Engineers’ Hand Book
Table 2.2 Pengaruh Suhu Dan Waktu Sterilisasi Terhadap Kematian Spora
Suhu Sterilisasi Waktu yang Diperlukan untuk
(oC) Mematikan Spora (menit)
116 30
118 18
121 12
125 8
132 2
138 0,8
Sumber : J.H (ed), 1988, Chemical Engineers’ Hand Book

Pengaruh waktu sterilisasi terhadap jumlah spora yang bertahan menunjukan


karakteristik yang berbeda-beda. Karakteristik mikroba atau termofilik pada awal proses
sterilisasi mengalami peningkatan populasi spora kemudian dengan bertambahnya
waktu sterilisasi spora yang hidup semakin berkurang. Panas yang diberikan pada awal
proses justru akan meningkatkan populasi mikroba termofil dan setelah temperature
pemanasan mencapai temperature yang mengakibbatkan kematian mikroba (lethal
temperature), maka secara perlahan jumlah mikroba yang hidup berkurang.

Bailey & Ollis, (1986) menyatakan bahwa kematian jumlah mikroba oleh
pemanasan dapat mengikuti persamaan linear orde -1.
−dN
Persamaannya : =k d N …….(2.1)
dt
N = jumlah mikroba
T = waktu pemanasan
Kd = konstanta laju kematian mikroba
Nt −kt
Integrasi persamaan 2.1 menjadi : =e …….(2.2)
N0
N0 = jumlah mikroba sebelum pemanasan pada t = 0
Nt = jumlah mikroba setelah pemanasan periode t
Logaritma normal persamaan 2.2 memberikan korelasi linear terhadap waktu,
Nt
ln =−k d t …….(2.3)
N0
N0 sering disebut level kontaminasi (jumlah mikroba sebelum pemanasan
kontaminasi mikroba sebelum disterilisasi ) dan Nt adalah level sterilisasi.
Dalam proses sterilisasi dikenal istilah decimal reduction time atau destruction
value (D) yang didefinisikan sebagai waktu yang dibutuhkan dalam meit pada suhu
tertentu untuk mengurangi jumlah sel vegetative atau spora sehingga mikroba yang
bertahan berkurang menjadi 1/10, sehingga persamaan 2.2 dapat dituliskan :
Nt −kD
=e …….(2.4)
N0
ln 10
D= …….(2.5)
k
Nilai konstanta laju kematian mikroba (kd) bergantung pada temperatur,
mengikuti persamaan Arhenius:
− Ed
kd =k d 0 e RT …….(2.6)

Ed 1
ln k d=ln k d 0− …….(2.7)
RT T
Apabila nilai ln kd dialurkan terhadap 1/T maka akan diperoleh sebuah garis
lurus gradient – Ed/R.
Proses sterilisasi media fermentasi dapat dilakukan secara batch atau continuous.
Batch sterilization mempunyai keuntungan yaitu prosesnya relative dan sederhana dan
proses pemanasan serta pendinginan dapat dilakukan dalam satu periode waktu
sterilisasi. Selain itu, keuntungan proses ini adalah resiko bahan terkontaminasi sangat
kecil dan biaya peralatan yang digunakan relative lebih rendah. Keuntungan dari batch
sterilization adalah tingkat panas yang dapat menyebabkan kerusakan pada komponen
komponen yang diperlukan, seperti vitamin yang rusak dan protein yang terdenaturasi
oleh panas.
Pada sterilisasi secara continuous, media fermentasi dialirkan melalui heat
exchanger pada temperature sterilisasi selama waktu tinggal yang diperlukan lalu
didinginkan. Kelebihannya, yaitu proses pemanasan-pendinginan berlangsung cepat,
memenuhi kondisi High Tempertaure Short Time dengan beberapa kali proses
pemanasan yang diselangi pendinginan.

III. ALAT DAN BAHAN


3.1. Alat
 Mikroskop
 Kaca preparat & cover glass
 Water bath
 Coil tembaga
 Pompa peristaltik
 Hot plate (untuk pengadukan saja)
 Tabung reaksi
 Rak tabung reaksi
 Gelas Beker
 Pembakar spirtus
 Erlenmeyer
 Pipet tetes
 Pipiet ukur 10 ml

3.2. Bahan
 Biakan Saccharomyces Cerevisiae (fermipan)
 Methylen Blue
 Gula pasir dan air (untuk larutan sukrosa 10%)
 Alkohol
 Es pendingin
IV. LANGKAH KERJA
IV.1. Sterilisasi Batch

Panaskan 500 ml air dalam beaker glass pada temperature T1

Pindahkan biakan dalam media cair ke dalam 5 tabung reaksi masing-masing 10 ml dengan
menggunakan pipet steril

Teteskan sampel biakan pada kaca preparat, tambahkan methylene blue dan amati jumlah sel hidup
dan sel mati (No) di bawah mikroskop secara duplo

Panaskan tabung yang berisi biakan selama T1 kemudian masukan ke dalam beker yang es sebagai
pendingin .

Teteskan pada kaca preparat sampel dari tabung pada langkah ke 4, tambahkan methylene blue dan
amati jumlah sel hidup dan sel mati (Nt) di bawah mikroskop secara duplo.

Ulangi langkah ke 4 dan 5 untuk waktu pemanasan T2,T3,T4 dan T5.

Ulangi langkah ke 2 sampai dengan 6 untuk temperatur pemanasan T2,T3, dan T4.
Sterilisasi Continuous

Susun rangkaian alat untuk sterilisasi continues

Panaskan water bath pada temperature T1

Atur laju alir biakan dalam media cair pada laju q1, tampung media pada aliran keluaran
dalam tabung reaksi steril setelah melampaui waktu tinggal dalam pipa/selang, kemudian
amati jumlah sel hidup dan sel mati yang keluar. ( Media dalam aliran keluaran sebelum
memenuhi waktu tinggal proses sterilisasi di buang )

Ulangi untuk proses sterilisasi pada temperature T2 dan T3

V. KESELAMATAN KERJA DAN POTENSI BAHAYA


1. Gunakanlah Alat Pelindung Diri (APD) yang dibutuhkan, yaitu jas lab, alas kaki
khusus lab, dan masker.
2. Pelajari terlebih dahulu modul yang akan praktikumkan.
3. Lakukanlah dengan tenang dan teratur jangan tergesa-gesa, untuk menghindari rusak
dan pecahnya alat, terjatuh, dan hal yang tidak diinginkan lainnya.
4. Lakukan praktikum sesuai SOP saat menggunakan alat-alat, yaitu alat sterilisasi dan
mikroskop.
5. Bersihkan kembali alat-alat lab dan tempat melaksanakan praktikum setelah
praktikum selesai kemudian simpan alat pada tempatnya.
6. Matikan semua alat yang telah digunakan, yaitu alat sterilisasi dan mikroskop sesuai
SOP.
VI. PENGOLAHAN DATA
STERILISASI BATCH T = 55℃ = 328 K
Waktu Jumlah sel Jumlah sel
Total sel % sel hidup (Nt) ln Nt/No
(min) hidup mati
15 280 272 552 0,51 -0,67
10 210 17 227 0,92 -0,08
5 398 16 414 0,96 -0,04

Kurva Waktu terhadap ln (Nt/N0) T=55


0
4 6 f(x) = − 0.0638 x + 0.366666666666667
10 12 14 16
-0.1 R² = 0.797414947763193
-0.2
-0.3
ln Nt/No

-0.4
-0.5
-0.6
-0.7
-0.8
Waktu

Nt
Dengan menggunakan persamaan : ln =−kd . t → y =mx+ c
N0
ln 10
D=
kd

Dimana :
Nt
y : ln
N0
m : slope = −kd
x : waktu (t dalam sekon)
c : intersept

Kd = 0,063 dan D = 36,549


STERILISASI BATCH T = 65℃ = 338 K

Waktu Jumlah sel Jumlah sel


Total sel % sel hidup (Nt) ln Nt/M
(min) hidup mati

15 920 239 1189 0,77 -0,26


10 305 11 316 0,96 -0,04
5 905 22 927 0,98 -0,02

Kurva Waktu vs ln(Nt/N0) T=65


0
4 6 = − 0.024 8x + 0.133333333333333
f(x) 10 12 14 16
R² = 0.81203007518797
-0.05

-0.1
ln (Nt/N0)

-0.15

-0.2

-0.25

-0.3
Waktu

Kd = 0,024 dan D = 95,941


STERILISASI BATCH T = 75℃ = 348 K

Waktu Jumlah sel Jumlah sel


Total sel % sel hidup (Nt) ln Nt/M
(min) hidup mati

15 3 78 81 0,03 -3,51
10 5 106 111 0,04 -3,31
5 10 115 125 0,08 -2,52
Kurva Waktu vs Ln(Nt/N0) T=75
0
4 6 8 10 12 14 16
-0.5
-1
-1.5
ln (Nt/N0)

-2
-2.5
f(x) = − 0.099 x − 2.12333333333333
-3 R² = 0.894143048290962
-3.5
-4
Waktu

Kd = 0,099 dan D = 23,258

Menentukan Ed
Ed 1
Dengan menggunakan persamaan : ln kd =ln k d 0− → y=mx +c
R T

Dimana :
y : ln kd
−Ed
m : slope=
R
−1
x :
T
c : ln k d 0
T
1/T kd ln kd
(K)
0,0030
328 0,063 -2,76
5
0,0029
338 0,024 -3,73
6
0,0028
348 0,099 -2,31
7

1/T vs ln(kd)
0
86 88 29 92 94 96 98 00
3 02 04 06
02
-0.5
0 002 . 00 002 002 002 002 0. 003 003 003
0. 0. 0 0. 0. 0. 0. 0. 0. 0.
-1
-1.5
ln kd

-2
-2.5
-3 f(x) = − 2433.01129602811 x + 4.26912913613586
R² = 0.0862979397989877
-3.5
-4
1/T

−Ed
slope= =−2433
R
Ed=2433 x R
J
Ed=2433 x 8.314
mol K
20.227 J
Ed=
mol K
STERILISASI KONTINYU
- Kalibrasi koil
rpm Waktu (s) Volume (ml) Laju Alir (ml/s)
10 11,81 2 0,169
20 12,74 4 0,314
30 12,73 6 0,471
40 9,73 6 0,617
50 5,57 4 0,718
60 6,45 6 0,930
70 7,38 8 1,084
80 8,11 10 1,233
90 6,69 10 1,495
100 10,11 10 0,989

- Penentuan Waktu Tinggal


Volume (ml) Laju Alir (ml/s) rpm Temperature (℃) Waktu Tinggal (s)
5 0,169 10 55 29,586
6 0,314 20 55 19,108
10 0,471 30 55 21,231
5 0,169 10 65 29,586
5 0,314 20 65 15,924
5 0,471 30 65 10,616
10 0,169 10 75 59,172
10 0,314 20 75 31,847
10 0,471 30 75 21,231

- Pengolahan Data

Volume
Jumlah Jumlah % Laju Waktu
Putaran Total Ln yang
Suhu bakteri bakteri bakteri Alir Tinggal
pompa bakteri (Nt/No) diambil
hidup mati hidup (ml/s) (s)
(ml)
  10 42 107 111 0,378 -0,972 5 0,169 29,586
328 20 1107 36 1143 0,969 -0,032 6 0,314 19,108
  30 456 87 543 0,840 -0,175 10 0,471 21,231
  10 132 45 177 0,746 -0,293 5 0,169 29,586
338 20 107 16 123 0,870 -0,139 5 0,314 15,924
  30 1170 57 1227 0,954 -0,048 5 0,471 10,616
  10 15 127 152 0,099 -2,316 10 0,169 59,172
348 20 17 112 144 0,118 -2,137 10 0,314 31,847
  30 30 152 195 0,154 -1,872 10 0,471 21,231

Ln(Nt/No) vs Waktu tinggal pada T=328K


0.000
18.000 20.000 22.000 24.000 x +26.000
f(x) = − 0.0913216333942716 28.000
1.73574373178633 30.000 32.000
R² = 0.997340247574674
-0.200

-0.400
Ln (Nt/No)

-0.600

-0.800

-1.000

-1.200
Waktu Tinggal (s)

Kd = 0,0913 dan D = 25,219

Ln(Nt/No) vs Waktu Tinggal pada T=338K


0.000
5.000 10.000 15.000 20.000 25.000 30.000 35.000
-0.050
f(x) = − 0.0126215446301866 x + 0.0760378052524392
-0.100 R² = 0.989245518305129
ln (Nt/No)

-0.150

-0.200

-0.250

-0.300

-0.350
Waktu Tinggal (s)

Kd = 0,0126 dan D = 182,745


Ln (Nt/No) vs Waktu Tinggal pada T=348K
0.000
15.000 20.000 25.000 30.000 35.000 40.000 45.000 50.000 55.000 60.000 65.000

-0.500

-1.000
ln (Nt/No)

-1.500

-2.000 f(x) = − 0.0106817237093317 x − 1.70840244063803


R² = 0.876040513074642
-2.500
Waktu tinggal (s)

Kd = 0,0107 dan D = 215,195

- Menentukan Ed
T 1/T kd ln (kd)
328 0,0030 0,0913 -2,3936
338 0,0030 0,0126 -4,3741
348 0,0029 0,0107 -4,5375

Kurva ln (kd) vs 1/T


0.0000
0.0028 0.0030 0.0032
-0.5000
-1.0000
-1.5000
-2.0000
ln (kd)

-2.5000
-3.0000 f(x) = 12334.3755756307 x − 40.2819404949902
R² = 0.820127208661839
-3.5000
-4.0000
-4.5000
-5.0000
1/T

Ed 1
Ln Kd = Ln Kdo –
RT T
−Ed
slope= =−12334
R
Ed=12334 x R
J
Ed=12334 x 8.314
mol K
102.544 J
Ed=
mol K
VII. PEMBAHASAN
Rizki Aulia Rohmaniar (181424026)
Percobaan yang dilakukan adalah kinetika kematian mikroba dan secara batch
dan continue. Sterilisasi merupakan proses yang bertujuan untuk menghilangkan
semua jenis organisme hidup. Pada teknik sterilisasi batch, prosesnya relatif
sederhana, dan proses pemanasan serta pendinginan dapat dilakukan dalam satu
waktu periode. Namun, proses pemanasan serta pendinginan pada sterilisasi batch,
berlangsung lambat, hingga mengakibatkan kematian mikroba (lethal temperature).
Pada proses sterilisasi batch, kami menghitung jumlah sel yang mati dan
jumlah sel yang hidup setelah melalui proses pemanasan dan pendinginan. Sampel
berisi biakan dipanaskan pada temperature berbeda-beda yakni 55oC, 65oC, 75oC, dan
pada rentang waktu dengan selang 5 menit. Setelah proses pemanasan dan
pendinginan, jumlah sel dihitung dengan menggunakan mikroskop dengan pereaksi
Methylen blue untuk memberikan warna pada bakteri. Pada saat meneteskan sampel
ke dalam kaca preparat, semua hal yang dilakukan harus dilakukan secara aseptis agar
sampel tidak terkontaminasi.
Berdasarkan data pada tabel pengamatan, terlihat bahwa semakin tinggi suhu
pemanasan bakteri yang mati pun akan semakin banyak. Hal ini terjadi karena bakteri
umumnya tidak akan tahan pada suhu tinggi. Dan, dari tabel pengamatan dapat dilihat
KD bakteri akan semakin tinggi seiring dengan suhu percobaan yang semakin tinggi.
Namun,berdasarkan data percobaan data yang diperoleh kurang akurat. Hal ini dapat
terjadi karena kurang aseptisnya perlakuan beserta ruangan praktikum. Kematian
Nt
jumlah mikroba oleh pemanasan dapat dihitung dengan membuat grafik ln
No
terhadap waktu pemanasan (t) sehingga akan diperoleh nilai k sebagai slope-nya.
Perlakuan antara sterilisasi batch dan continue pun akan berpengaruh pada jumlah
mikroba yang mati. Pada Teknik sterilisasi continue dilakukan terlebih dahulu
kalibrasi laju alir. Berdasarkan data pengamatan, semakin besar laju alir pada alat
yang diberikan semakin sedikit waktu tinggal sampel biakan dalam pipa. Sehingga
dari hasil praktikum dapat didapat hasil bahwa teknik sterilisasi batch jauh lebih
optimum dibandingkan dengan teknik sterilisasi continue.
Salma Nabila Putri (181424027)
Praktikum Kinetika Kematian Mikroba dilakukan sebanyak 2 cara yaitu secara
batch dan secara kontinyu. Tahap pertama yang dilakukan yaitu membuat media
berupa glukosa 10%, glukosa disterilisasi dan disimpan di incubator. Sehari
sebelum melakukan praktikum, penanaman mikroba dilakukan. Mikroba yang
digunakan yaitu jamur, kita menggunakan fermipan sebagai mikroba yang akan
diamati. Setelah mikroba ditanam pada media, media disimpan kembali di
incubator shaker, tujuannya yaitu supaya mikroba tersebar merata di seluruh
media.
Pengamatan kinetika kematian dilakukan satu hari setelah menanam fermipan
dalam media. Untuk sterilisasi batch dilakukan dengan cara menyimpan 10 ml
media dalam tabung reaksi, dibutuhkan beberapa tabung reaksi untuk mengamati
sterilisasi pada T = (55, 65, 75) ℃ dengan waku sterilisasi setiap suhu yaitu pada t
= (5, 10, 15) menit. Tabung reaksi tersebut disimpan dalam gelas kimia, lalu gelas
kimia tersebut diketakan di dalam penangas. Setelah sterilisasi dilakukan pada
kondisi tersebut, sampel diamati menggunakan mikroskop. Sampel ditetesi pada
kaca preparat lalu diberi tetesan methylene blue, lalu diamati dibawah mikroskop.
Sel mikroba yang hidup akan tampak berwarna putih sedangkan yang mati akan
berwarna biru.
Sterilisasi kontinyu dilakukan dengan cara melewatkan media pada koil yang
dipanaskan di penangas pada T = (55, 65, 75) ℃, dengan rpm setiap suhu yaitu
10, 20, 30 rpm. Lalu sampel diamati dibawah mikroskop.
Dari hasil pengamatan dibawah mikroskop, diperoleh data (sterilisasi batch
yaitu :
Suhu (K) Nilai Kd D Ed
328 0,063 36,549
20.227 J
338 0,024 95,941
mol K
348 0,099 23,258
Dan data sterilisasi kontinyu yaitu :
Suhu (K) Nilai Kd D Ed
328 0,0913 25,219
102.544 J
338 0,0126 182,745
mol K
348 0,0107 215,195
Dari hasil tersebut dapat kita lihat bahwa nilai Ed (konstanta arhenius) didapatkan
Ed 1
dari persamaan ln k d=ln k d 0− . Dimana Ed adalah gradien dari garis grafik lnKd
RT T
terhdapap 1/T.
Terdapat beberapa faktor kesalahan pada parktikum ini, yaitu kurang fokusnya
mikroskop saat ingin mengetahui jumlah bakteri yang mati maupun yang hidup
sehingga penghitungan mikroorganisme menjadi lebih sulit dan hasilnya tidak terlalu
teliti.

Shifa Mardiani (181424028)


Utary Nur Rachmani F (181424029)
Pada praktikum "Kinetika Kematian Mikroba” dilakukan Sterilisasi
media secara Batch dan Continue. Pembuatan media dilakukan dengan cara
menimbang 100 gram glukosa kemudian melarutkannya ke dalam 1 liter air.
Media tersebut kemudian di Sterilisasi dalam autoclave. Setelah disterilisasi,
media didinginkan dalam suhu ruangan lalu dimasukkan ke showcase. Saat sehari
sebelum praktikum, dilakukan penanaman permipan terlebih dahulu. Sebanyak
±2 sendok kecil permipan dimasukkan ke dalam media glukosa yang sudah
dibuat sebelumnya.
Pada penentuan kinetika kematian mikroba secara batch, dilakukan
dengan menggunakan media pertumbuhan yang direndam atau dipanaskan di
dalam waterbath pada suhu 55, 65,75°C dengan variasi waktu yaitu 5, 10, dan 15
menit. Setelahnya dilakukan perhitungan jumlah bakteri hidup dan bakteri yang
mati dengan menggunakan mikroskop pada kaca preparat yang diberi methylen
blue. Dari data tersebut diperoleh :
Suhu Suhu 1/T (K-
Kd ln Kd
(°C) (K) 1
)
55 328 0,063 -2,765 0.00305
65 338 0,024 -3,730 0.00296
75 348 0,099 -2,312 0.00287
Setelah diperoleh nilai Kd, dapat dihitung nilai Ed dengan membuat grafik ln Kd
terhadap 1/T. Nilai Ed yang diperoleh pada sterilisasi batch pada suhu 55, 65, dan
20.227 J
75°C adalah Ed=
mol K
Dari data tersebut juga dapat diperoleh nilai decimal reduction time atau
destruction value  (D) yang didefinisikan sebagai waktu yang dibutuhkan dalam
menit pada suhu tertentu untuk mengurangi jumlah sel vegetative atau spora
sehingga mikroba yang bertahan berkurang menjadi 1/10. Persamaan yang
ln 10
digunakan untuk menentukan nilai D yaitu D= . Nilai D yang diperoleh
Kd
pada sterilisasi batch pada suhu 55, 65, dan 75°C, masing-masing sebesar 36,549
menit ; 95,941 menit dan 23,258 menit. Seharusnya penambahan suhu akan
mempersingkat waktu yang dibutuhkan untuk mengurangi spora. Ketidaksesuaian
pada percobaan ini dapat disebabkan oleh salah perhitungan bakteri yang hidup
ataupun yang mati karena mikroskop yang kurang fokus dan banyak pengotor.
Teknik Sterilisasi yang kedua yaitu Sterilisasi continue. Pada penentuan
kinetika kematian mikroba secara continue, dilakukan dengan menggunakan
media pertumbuhan yang dialirkan kedalam coil yang direndam dalam waterbath
pada suhu 55, 65, dan 75°C dengan variasi putaran pompa peristaltik yaitu 10,
20, dan 30 rpm. Sebelum menggunakan alat sterilisisasi ini, alat yang digunakan
harus dikalibrasi terlebih dahulu. Setelah dilakukan percobaan, dilakukan
perhitungan jumlah bakteri hidup dan bakteri yang mati menggunakan
mikroskop. Data yang telah diperoleh dibuat grafik ln Nt/No terhadap waktu
tinggal sehingga diperoleh nilai Kd sebagai slopenya. Nilai kd untuk variasi suhu
pada sterilisasi continue adalah sebagai berikut:
Suhu Suhu 1/T
Kd ln Kd
(°C) (K) (K-1)
55 328 0,0913 -2,393 0,00304
65 338 0,0126 -4,374 0.00296
75 348 0,0107 -4,538 0.00297

Setelah diperoleh nilai Kd, dapat dihitung nilai Ed dengan membuat grafik
ln Kd terhadap 1/T. Nilai Ed yang diperoleh pada sterilisasi Continue pada suhu
102.544 J
55, 65, dan 75°C, Ed= . Dari data tersebut juga didapat decimal
mol K
reduction time atau destruction value  (D) masing-masing sebesar 25,219menit ;
182,745 menit dan 215,195 menit.

VIII. SIMPULAN
1. Berdasarkan hasil dari sterilisasi batch diperoleh nilai kd dan D yaitu sebagai
berikut:
Suhu (K) Nilai Kd D Ed
328 0,063 36,549
20.227 J
338 0,024 95,941
mol K
348 0,099 23,258

2. Berdasarkan hasil dari sterilisasi batch diperoleh nilai kd dan D yaitu sebagai
berikut:
Suhu (K) Nilai Kd D Ed
328 0,0913 25,219
102.544 J
338 0,0126 182,745
mol K
348 0,0107 215,195

3. Berdasarkan hasil dari praktikum kinetika kematian mikroba secara batch dan
kontinyu disimpulkan bahwa semakin tinggi suhu yang digunakan, semakin
sedikit waktu yang dibutuhkan untuk membuat mikroba mati.

IX. DAFTAR PUSTAKA


Manfaati, Rintis. Petunjuk Praktikum Bioproses. Politeknik Negeri Bandung.
Leoanggraini, Unung. 2018. Kinetika Kematian Mikroba dan Teknik Sterilisasi
Media Secara Batch dan Continue. Bandung: Politeknik Negeri Bandung
Perry, J.H. 1988. Chemical Engineers, Handbook, 6th edition. Singapore:
Mc.Graw Hill Book Co.
X. LAMPIRAN
(Beberapa hasil)
XI.

Anda mungkin juga menyukai