A. Perlakuan fisik
1. Perlakuan termal :
Suhu rendah (pendinginan dan pembekuan)
Suhu tinggi/pemanasan (pasteurisasi, tyndalisasi, boiling, red heating,
flaming, sterilisasi)
2. Pengeringan
3. Penyinaran (iradiasi) :
Sinar ultraviolet
Sinar ionisasi (sinar röntgen, sinar gamma, sinar elektron).
4. Penyaringan (filtrasi)
5. Tekanan osmosis
6. Ultrasonik
B. Perlakuan kimia
1. penggaraman,
2. curing,
3. pengasaman,
4. pengasapan
5. pemberian bahan pengawet.
PERLAKUAN TERMAL : Suhu rendah (pendinginan dan
pembekuan)
Pasteurisasi
Proses pembunuhan mikroba dng suhu terkendali
berdasarkan waktu kematian termal.
Mekanisme: koagulasi protein
Tidak menyebabkan inaktivasi mikroba dan enzim
secara sempurna produk yg dipasteurisasi tdk tahan
lama bila tdk disertai perlakuan pendinginan.
Pasteurisasi biasa dilakukan utk susu, rum, anggur dan
makanan asam lainnya.
Red heating :
Pemanasan langsung di atas api bunsen burner
(pembakar spiritus) sampai berpijar merah.
Biasanya digunakan utk mensterilkan alat yg sederhana
seperti jarum platina,ose dll yg terbuat dari platina atau
nikhrom.
Flaming :
Pembakaran langsung alat-alat laboratorium diatas
pembakar bunsen dng alkohol atau spiritus tanpa
terjadinya pemijaran.
• Tyndalisasi (sterilisasi fraksi / bertahap) :
Pada makanan dan minuman kaleng, medium, zat kimia
yg rusak pd suhu tinggi.
Dpt membunuh sel vegetatif sekaligus spora mikroba
tanpa merusak zat-zat yg terkandung di dlm makanan
dan minuman yg diproses.
Metode : diberi uap langsung (65oC selama 30 menit dlm
waktu 3 hari berturut-turut sehingga sel vegetatif
hancur.
Diantara pemberian uap diberi periode 24 jam dlm suhu
kamar agar memungkinkan penyemaian spora sehingga
pd penguapan yg kedua, sel vegetatif yg baru tumbuh
dpt mati.
Penguapan diulang sampai 3 kali agar lebih baik
hasilnya.
Ada kemungkinan spora tetap tdk tumbuh sampai akhir
sterilisasi
• Sterilisasi
Proses menghancurkan semua jenis kehidupan sehingga
menjadi steril.
Tujuan : mengurangi mikroba kontaminan sampai tingkat
tertentu (hilang daya viabilitasnya).
Dpt dilakukan pd produk pangan dlm kaleng, botol atau
kemasan lain, medium (media cair dan nutrien) peralatan
bioreaktor.
Proses sterilisasi yg tepat berperanan dlm menjamin
berhasilnya suatu fermentasi industri.
Prosedur sterilisasi cukup beraneka ragam → disesuaikan
dng jenis bahan dan pemakaiannya.
Masing-masing jenis bahan membutuhkan suhu dan waktu
yg tdk sama utk sterilisasi, tergantung pada :
Titik kematian termal : suhu yg diperlukan utk mensterilkan
suatu substansi / larutan dalam 10 menit → suhu yg tepat
Waktu kematian termal : waktu yg diperlukan utk sterilisasi
pada suatu suhu.
Atau
– Nt / No = e-kt
Nt = jml mikroba awal
No = jml mikroba yg hidup setelah sterilisasi
selama waktu t
Utk kultur murni dng satu macam morfologi dan sterilisasi
ideal → Jml mikroba yg hidup akan menurun secara eksponensial
selama proses sterilisasi.
k = laju kematian spesifik tergantung pd spesies dan bentuk
physiologi atau morfologi sel.
Utk menghilangkan populasi mikroba sampai nol, dibutuhkan
periode waktu yg tdk terbatas → sterilisasi total tdk akan
pernah tercapai.
STERILISASI DENGAN PEMANASAN
Metoda sterilisasi yg paling praktis, efisien dan banyak
digunakan
Pemanasan → menghentikan aktivitas protein (koagulasi protein)
atau enzim
Air mendidih hanya efektif pada sel vegetatif
Sterilisasi sempurna dng mematikan endospora menggunakan
uap bertekanan (autoclave) 15 pon/inci2 ( 1,05 Kg/Cm2) yg
menghasilkan suhu 1210C
Sering terjadi perubahan substrat dan nutrien :
Karamelisasi larutan gula
Denaturasi protein
Nonaktivasi vitamin
Reaksi gula dengan asam amino
Polimerisasi aldehid tak jenuh
Ada 3 macam sterilisasi dng pemanasan :
1. Sterilisasi dng udara panas (kering)
2. Sterilisasi dng uap air panas (panas lembab)
3. Sterilisasi dng uap air panas bertekanan → autoklaf
Sterilisasi dng udara panas
(kering) :
Menggunakan hot air
sterilizer (oven) utk
mensterilkan alat-alat
gelas, serbuk, kapas, kain
dan kertas yg tdk boleh
kontak dng uap.
Tidak dpt digunakan utk
mensterilkan bahan-
bahan yg mengandung
cairan
Umumnya digunakan suhu
1600 C – 1800C minimal
selama 2 jam.
Lama sterilisasi
tergantung pd jml
peralatan dan ketahanan
peralatan terhadap panas
Sterilisasi dng uap
air panas (panas
lembab) :
Menggunakan alat
Arnold steam
sterilizer utk
sterilisasi bahan yg
mengandung cairan
(medium yg tdk tahan
terhadap panas tinggi)
2. Filter udara :
Berefisiensi tinggi utk menyaring udara berisikan partikel
(High Efficiency Particulate Air Filter atau HEPA)
Memungkinkan dialirkannya udara bersih ke dalam ruang
tertutup dengan sistem aliran udara laminar (Laminar Air
Flow)
Macam-macam filter bakteri :
a. Barkefeld filter : elemen penyaring yg terbuat dari tanah diatomae
dng porositas V (viel = kasar), N (normal) dan w (wenig = halus).
Utk sterilisasi digunakan elemen penyaring N dan W
b. Chamberland filter : elemen penyaring terbuat dari porselin yg tdk
dilapisi email. Porositas filternya L1, L2, L3 dst. Yg banyak digunakan
→ L3 = N
c. Seitz filter (Ent Keimung filter = filter asbes) : dari logam tdk
berkarat (stainless steel) dilengkapi filter asbes selulosa yg dpt
diganti-ganti
Filter membran → membran ester selulosa, paling
banyak digunakan dng ukuran pori 0,025 – 8 µm,
dpt diautoclave pd suhu 1210C selama 15 menit.
Ukuran pori 0,22 µm sudah efektif utk menyaring
semua bakteri tetapi mudah tersumbat.
Banyak digunakan utk produksi vaksin polio hidup
krn memungkinkan virus lolos melewati filter dan
menahan kotoran dari sel ginjal monyet tempat
menumbuhkan virus.
Utk sterilisasi obat-obatan dan bahan organik
seperti protein (serum), antibiotika, gula tertentu
dan menyaring bir
Faktor-faktor yg mempengaruhi filtrasi :
1. Ukuran mikroba yg difiltrasi
2. Total mikroba awal
3. Spesifikasi saringan
Sterilisasi media
cair dng saringan
membran millipore
Substrat dimasukkan
kedlm tangki
bertekanan
Gas nitrogen
(sumber tekanan utk
memompa substrat)
dialirkan kedlm tangki
substrat.
Dilewatkan saringan
kasar utk
memisahkan mikroba
kontaminan
Dilewatkan saringan
membran berpori
lebih kecil dan
ditampung dlm
fermentor steril.
5. Tekanan osmosis
• Bila terdapat dua larutan dng membran
semipermeable air akan mengalir ke
kadar air yg rendah utk menyamakan
konsentrasi.
• Plasmolisis : air keluar dari sel sel
kering. Dinding sel lepas, sel tdk akan
mati tetapi tdk tumbuh.
• Plasmoptisis : air masuk ke dlm sel
sel pecah
• Dengan pemberian garam 10–15% atau
gula 50–70% plasmolisis
• Ada mikroba tertentu resisten terhadap
tekanan osmosis yg tinggi ( misal :
khamir, jamur, Staphylococcus)
6. Ultrasonik
• Gelombang suara berfrekuensi tinggi
• Mengurangi kontaminasi dan infeksi krn
pencucian.
• Pemecahan dinding sel mikroba
• Untuk mensterilisasi alat, bahan
laboratorium.
PERLAKUAN KIMIA
1. Perlakuan dng pemberian garam. Penggaraman ini
bertujuan utk menurunkan aktivitas air dan garam sendiri
tdk memiliki pengaruh antimikroba secara langsung.
2. Curing : dng menggunakan garam dapur dan garam nitrit
(natrium nitrit atau kalium nitrit). Perlakuan ini dpt
menghambat pertumbuhan dan produksi toxin oleh
Clostridium botulinum. Efek utamanya menentukan
panjangnya fase lag. Faktor yg mempengaruhi efektivitas
nitrit antara lain pH, oksigen, komponen pangan lainnya
(konsentrasi garam), pemanasan dan iradiasi.
3. Pengasapan juga merupakan salah satu cara pengendalian
mikroba dlm bahan makanan dng menggunakan metode
pengasapan dingin, pengasapan hangat dan pengasapan
panas.
4. Pengasaman dan penggunaan bahan pengawet juga
lazim dilakukan dng menggunakan bahan-bahan yg tidak
merugikan kesehatan selama diberikan dng dosis yg tepat
untuk tujuan menghambat pertumbuhan mikroba.
5. Pengendalian Mikroba dng Bahan Kimia
• Saat ini, telah banyak agen kimia yg berpotensi utk
membunuh atau menghambat mikroba.
• Agen kimia yg baik adalah yg memiliki kemampuan Cara kerja
agen kimia ini digolongkan menjadi :membunuh mikroba
secara cepat dng dosis yg rendah tanpa merusak bahan atau
alat yg didisinfeksi.
1. Agen kimia yg merusak membran sel mikroba :
a. Golongan Surfaktans (Surface Active Agents), yaitu
golongan anionik, kationik dan nonionik.
b. Golongan fenol.
sel.
Contoh : H2SO4,
Hidroklorat, nitrat
Bakterisida
Fenol
Tergantung dari kadarnya.
- Kadar tinggi : rusak membran sitoplasma secara total dan denaturasi
protein sel
- 0,1 – 2 % : Membran bocor, metabolit penting keluar dari sel.
Menginaktifkan sistem enzim bakteri
Antiseptik
asam hipoklorit
Kloramin
Atom H dlm gugusan amino diganti dng klor,
lebih stabil dari hipoklorit
Logam berat
(dalam jumlah kecil akan berpresipitasi dengan protein sel)
Tembaga / Cu
Untuk membunuh alga di kolam
Perak / Ag
Racun protoplasma bila gabung dngprotein sel
1% AgNO3 tetes mata bayi (cegah infeksi)
Mercuri / Hg
Reaksi Hg dng gugus sulfuhidril (SH-) pd enzim
tertentu
Mertiolat, Mercurochrom, Metafen antiseptik
Zat warna
Zat pewarna berkombinasi dengan protein dan mengganggu
reproduksi sel.
Bakteriostatis, pada gram +
Ungu kristal, hijau malakit
Deterjen
Membran rusak
Denaturasi protein
Aldehida
Formaldehida Gutaraldehida
Efek iritasi lebih
Inaktif protein dg kecil
membentuk ikatan Lebih efektif
silang kovalen daripada
Menghancurkan spora formaldehida
Pada bakteri,
Pengawet virus dan spora
Ditambah alkohol
digunakan utk
mensterilkan
instrumen
Peroksida
Oksidasi komponen H2O2
sel. – Antiseptik sedang
Merusak membran – Tidak stabil
dan protein.
– Kerjanya terbatas
Ozon karena mikroba
– Sterilisasi air, hilangkan dapat hasilkan enzim
rasa dan bau katalase
– Lebih stabil dari Cl dan
mahal. Reaktif terhadap Benzoyl Peroxide
O2
Peracetic Acid
– Aktif terhadap spora
Gas
Etilen oksida (EtO) Betapropiolactone (BPL)
Gas, sehingga Cairan yg dpt menstrerilkan