Nama / NPM :
Nikita Angeline Suryo / 6141801028
Khemiko / 6141801034
Raisa Maharani Taniandina / 6141801036
Aurelia Kurnia / 6141801048
Kelas : F
Gambar 1.2.1 Kepala konidial atau tubuh berbuah A. oryzae-penghasil spora
Jamur Aspergillus oryzae hidup sebagai saprofit atau parasit
berbentuk benang atau filamen, multiseluler, bercabang-cabang, dan tidak
berklorofil. Masing-masing benang disebut hifa, dan kumpulan hifa disebut
miselium. Miselium Aspergillus oryzae bersekat-sekat. Koloni yang sudah
menghasilkan spora warnanya menjadi coklat kekuning-kuningan,
kehijau-hijauan, atau kehitam-hitaman dan miselium yang semula berwarna
putih sudah tidak tampak lagi (Suriawiria, 1986).
Perkembangbiakkan secara vegetatif dilakukan dengan konidia,
sedangkan pembiakkan secara generatif dilakukan dengan spora yang
terbentuk dalam askus. Beberapa askus terdapat di dalam suatu tubuh buah.
Pada umumnya askus itu suatu ujung hifa yang mengandung empat atau
delapan buah spora. Kegunaan dari jamur Aspergillus oryzae adalah dalam
pembuatan minuman, etanol, dan kecap (Dwidjoseputro, 1990).
Aspergillus oryzae t ermasuk kapang bersepta, tidak menghasilkan
spora seksual, konidiofor terletak bebas dan tumbuh ireguler, miselium bersih
dan tidak berwarna serta bercabang (Frazier dan Westhoff, 1988).
Pertumbuhan memerlukan kondisi aerobik, suhu optimum 35-37°C, pH
optimum 4-6,5, substrat terutama karbohidrat dan kadar air harus tinggi
(Suwaryono dan Ismeini, 1988) Menurut Crus dan Park (1982), Aspergillus
oryzae dikenal sebagai jamur yang paling banyak menghasilkan enzim yang
bersifat ekstraseluler. Jamur ini mempunyai kelebihan yaitu enzim yang
dihasilkan telah dimanfaatkan secara luas pada proses pengolahan pangan dan
telah berstatus GRAS (Generally Recognized as Safe).
1.3. Sejarah Penggunaan Aspergillus oryzae dalam Dunia Industri
Aspergillus oryzae adalah jamur yang seringkali digunakan dalam
industri tradisional Jepang, seperti dalam pembuatan kecap, sake, fermentasi
tahu merah, dan produksi cuka. A. oryzae merupakan salah satu jamur yang
dikenal memiliki filamen-filamen yang dapat mensekresikan enzim yang
dimanfaatkan lebih lanjut untuk proses fermentasi. A. oryzae saat ini
diproduksi menggunakan bioteknologi secara genetika modern untuk
menghasilkan enzim-enzim tertentu yang diinginkan. Aspergillus oryzae
dalam Industri pertama kali digunakan untuk memproduksi enzim lipase
untuk industri deterjen sebagai bahan aditif pada tahun 1988.
1.4. Proses Pembuatan Kecap
Kecap dapat dibuat dengan dua cara yaitu dengan hidrolisis dan
fermentasi. Pembuatan secara hidrolisis yaitu dengan pemecahan protein
sehingga dihasilkan asam - asam amino dan peptida. Namun pembuatan
kecap dengan cara ini membutuhkan waktu yang lama dan seiring waktu
beberapa asam amino yang terkandung dapat rusak akibat hidrolisis.
Pembuatan kecap yang lebih umum dilakukan yaitu melalui
fermentasi menggunakan ragi sebagai sumber mikroorganisme yang
menghasilkan enzim pengurai protein. Ragi yang digunakan umumnya
mengandung fungi / kapang yang dapat memecah ikatan protein, seperti
Aspergillus oryzae. Selanjutnya juga perlu ditambahkan bakteri spesifik
(seperti lactobacillus) yang akan bereaksi secara enzimatis dengan residu
protein membentuk asam amino dan peptida termasuk asam glutamat, asam
aspartat, lisin, alanin, glisin, dan tryptophane.
Berikut merupakan proses pembuatan kecap melalui fermentasi :
Awalnya kedelai direndam dalam air dengan gandum yang telah dihancurkan
dan dipanggang. Kedelai dan gandum lalu dicampur dengan kultur
Aspergillus oryzae, dan didiamkan selama 2-3 hari.
Selanjutnya, ditambahkan air dan garam, kemudian seluruh campuran
didiamkan di dalam tangki fermentasi selama 5-8 bulan.
Selama fermentasi, enzim yang dihasilkan Aspergillus oryzae akan
bereaksi dengan kedelai dan protein gandum, memecahnya menjadi asam
amino. Pati yang terkandung akan dikonversi menjadi gula, lalu difermentasi
menjadi asam laktat dan alkohol. Perombakan karbohidrat yang dilakukan
oleh enzim amilase dari Aspergillus Oryzae juga dapat menambah
pertumbuhan bakteri dan khamir ketika kedelai mengalami fermentasi dalam
larutan garam.
Setelah proses aging selesai, campuran ditaruh di atas kain dan
ditekan untuk mengeluarkan cairan. Cairan ini kemudian di pasteurisasi di
dalam pemanas dengan suhu 80°C untuk menghentikan sebagian besar reaksi
mikroba dan enzimatik serta mengubah sedimentasi senyawa protein melalui
koagulasi. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan rasa dan warna serta
mengembalikan nutrisi yang hilang serta membunuh mikroorganisme yang
merugikan seperti bakteri, protozoa, kapang dan khamir. Setelah dilakukan
pasteurisasi, kemudian dilakukan pengemasan ke dalam botol.
Gambar 1.4.1 Pengemasan Kecap
Kecap berkualitas tinggi biasanya menggunakan fermentasi secara
alami karena hanya menggunakan bahan-bahan berupa air, gandum, kedelai
dan garam.
Gambar 1.4.2 Proses Fermentasi Kecap
Elise Mandl. 7 Desember 2017. How Is Soy Sauce Made and Is It Bad for You?. www.healthline.com.
Diakses pada Selasa, 28 Januari 2020 pukul 15:20 WIB.
Widayat, Satriadi H. Desember 2005. Pemanfaatan Ampas Tahu sebagai Bahan Baku Pembuatan
Kecap dengan Kapang Aspergillus oryzae. Reaktor, vol. 9, no. 2, pp. 94-99.
Nur Hidayat, Wignyanto, Sri Sumarsih, Asri Insiana Putri. 2016. Mikologi Industri. Universitas
Brawijaya Press.
Indra Prawira, Isworo Rukmi, Wijanarka. Produksi Enzim Protease Aspergillus Flavus Pam-25
Dengan Variasi Ph Dan Waktu Inkubasi. Jurnal Biologi, Volume 4 No 2, April 2015 Hal. 10-16.
Masayuki Machida, Osamu Yamada, Katsuya Gomi. Genomics of Aspergillus oryzae: Learning from
the History of Koji Mold and Exploration of Its Future. DNA Research, Agustus 2008 ; 15(4):
173–183. www.ncbi.nlm.nih.gov. diakses pada 28 Januari 2020 pukul 15:29 WIB.
Ririn Puspadewi, Rina Anugrah, Della Sabila. KEMAMPUAN Aspergillus wentii DALAM
MENGHASILKAN ASAM SITRAT. Kartika : Jurnal Ilmiah Farmasi, Volume 5 No 1, 2017.