NEUROTROPIK”
FAKULTAS
FARMASI
UNIVERSITAS
PANCASILA
JAKARTA
Disusun oleh :
KELOMPOK :
Kelompok 1
Kelas A
Anggota :
II. PENDAHULUAN
Injeksi merupakan salah satu sediaan steril dapat
larutan, emulsi, atau suspensi atau serbuk yang halus
dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu sebelum
digunakan, yang disuntikkan dengan cara merobek
jaringan kedalam kulit atau melalui kulit atau selaput
lendir. Injeksi diracik dengan melarutkan,
mengemulsikan atau mensuspensikan sejumlah obat
kedalam sejumlah pelarut atau dengan mengisikan
sejumlah obat kedalam wadah dosis tunggal atau wadah
dosis ganda. (Farmakope Indonesia ed III. Hal: 13-14)
Pemberian injeksi merupakan prosedur invasif yang
harus dilakukan dengan menggunakan teknik steril.
Pada umumnya Injeksi dilakukan dengan tujuan untuk
mempercepat proses penyerapan (absorbsi) obat untuk
mendapatkan efek obat yang cepat. Ada pun beberapa
jenis injeksi yang biasa digunakan :
1. Injeksi Intramuscular
Injeksi intra muscular adalah injeksi yang
dilakukan pada jaringan otot. Rute intramuscular
(IM) memungkinkan absorpsi obat yang lebih cepat
daripada rute SC karena pembuluh darah lebih
banyak terdapat di otot. 2. Injeksi Intravena
Injeksi dalam pembuluh darah menghasilkan
efek tercepat dalam waktu 18 detik, yaitu waktu
satu peredaran darah, obat sudah tersebar ke
seluruh jaringan. Tetapi, lama kerja obat
biasanya hanya singkat.
3. Injeksi Subkutan
Injeksi subkutan (SC) dilakukan dengan
menempatkan obat ke dalam jaringan ikat
longgar di bawah dermis. Karena jaringan SC
tidak dialiri darah sebanyak darah yang
mengaliri otot, absorpsi di jaringan subkutan
sedikit lebih lambat daripada absorpsi pada
injeksi IM. Namun, obat diabsorpsi secara
lengkap jika status sirkulasi normal.
4. Injeksi Intrakutan
Memasukan obat kedalam jaringan kulit,
intracutan biasa digunakan untuk mengetahui
sensitivitas tubuh terhadap obat yang
disuntikan.
III. PREFORMULASI
A. Zat Aktif
Nama Zat Sifat Fisika dan Khasiat Dosis Cara Cara
Aktif Kimia Sterilisasi Penggunaan
Stabilitas:
Sianokobalamin
konsentrat harus
terlindung dari
cahaya.
Sianokobalamin
sangat higroskopis.
Sianokobalamin
dalam air stabil dan
dapat disterilisasi
oleh autoklav dalam
periode waktu
singkat (15-20
menit) pada suhu
121oC.
(Drug Information
88, hal. 2096)
pH sediaan:
Sianokobalamin
injeksi, pH 4.5-7.
(Martindale 28, hal.
1645)
Inkompatibilitas:
Dengan agen
pengoksidasi dan
pereduksi dan
garam atau logam
berat.
(Martindale 28, hal.
1644)
Wadah dan
Penyimpanan:
Pada tempat yang
kedap udara yang
terlindungi dari
cahaya.
(Martindale 28,
hal.1644)
Kelarutan:
Mudah larut dalam
air (1:1); larut
dalam gliserin
Ph sediaan:
2,5 – 4,5
(Farmakope
Indonesia V,
hal.1266 & DI
2003 hal. 3510)
Stabilitas:
Tidak stabil,
disimpan dalam
wadah tertutup
rapat dan
terlindung cahaya
(Farmakope
Indonesia IV, hal.
785 ). Tidak stabil
pada suhu tinggi,
sebaiknya pada
suhu dibawah 40ºC
(AHFS 97, hal.
2818)
Inkompatibilitas:
Dengan zat atau
substansi
pengoksida dan
pereduksi, HgCl,
iodida karbonat,
asetat dan ferri
sulfat,
Kelarutan :
Mudah larut dalam
air; sukar larut
dalam etanol;
tidak larut
dalam eter.
Larutan
mempunyai pH
lebih kurang 3,0.
(Farmakope
Indonesia IV,
hal. 723)
Stabilitas :
Fotosensitif,
dalam kondisi
normal
kerusakkan
pyridoxine HCl
tidak besar.
Sediaan harus
terlindungi dari
cahaya.
(Drug
Information 88,
hal. 2099)
pH :
2,3 – 3,5
(Martindale 28,
hal. 1642 )
Inkompatibilitas:
Larutan alkali,
garam besi, larutan
pengoksidasi.
(Drug
Information 88,
hal. 2099)
Wadah dan
Penyimpanan :
Dalam wadah
tertutup rapat,
terlindung dari
cahaya;
disimpang
sekitar pada
suhu
150-300 C.
(Drug
Information 88,
hal. 2009)
B. Zat Tambahan
Nama Zat Sifat Fisika dan Khasiat Dosis Cara Sterilisasi
Tambahan Kimia
Benzalko Pemerian: Antimikrob 0,01%-0,02% Autoklaf
niu m Serbuk amorf putih ia l (Handbook Of (Handbook Of
Klorida atau putih preservatif, Pharmaceutica Pharmaceutical
(Handboo kekuningan, gel antiseptik, l Excipient 6th Excipient 6th Edition,
k of yang kental atau disinfektan. Edition, hal. hal. 56)
excipient serpihan gelatin. (Handbook 56)
hal 56, FI Bersifat Of
IV higroskopis dan Pharmaceut
hal.130) memiliki aroma ic al
yang lemah dan Excipient
rasa yang sangat 6th Edition
pahit. hal.56)
(Handbook Of
Pharmaceutical
Excipient 6th
Edition, hal.56)
Kelarutan:
Sangat mudah larut
dalam air dan
etanol
(Farmakope
Indonesia IV, hal.
130)
pH:
4,8-5,5
Optimum pada pH
4- 10
(Farmakope
Indonesia IV,
hal.130)
Stabilitas:
Merupakan
higroskopis yang
dapat terpengaruh
oleh cahaya, udara
dan logam. Larutan
stabil diatas pH
yang besar dan
rentang
temperature yang
besar. Dapat di
sterilisasi dengan
menggunakan
autoklaf tanpa
menghilangkan
efektivitasnya
(Handbook Of
Pharmaceutical
Excipient 6th
Edition, hal.57)
Inkompatibilitas:
Aluminium,
surfaktan anion,
sitrat, hidrogen
peroksida, iodida,
kaloin, lanolin,
sulfonamid, zink
sulfat, zink oxide
(Handbook Of
Pharmaceutical
Excipient 6th
Edition, hal.57)
Wadah dan
Penyimpanan:
Ditempatkan pada
wadah yang kedap
udara, terlindung
dari cahaya, dan
pada tempat yang
kering dan sejuk
(Handbook Of
Pharmaceutical
Excipient 6th
Edition, hal.57)
Kelarutan:
Mudah larut dalam
air, larut dalam
bagian air 1 : 3-3,5
(Farmakope
Indonesia V, hal 149)
Inkompatibilitas:
Garam Besi, agen
oksidasi, garam dari
logam berat, dan
harus terlindung
dari cahaya.
(Martindale 28, hal.
1653)
pH zat aktif:
5,4
(Martindale 28, hal.
pH sediaan:
5,5-7,0
(Farmakope
Indonesia V, hal.
150)
Stabilitas:
Stabil dalam air,
mudah teroksidasi
bila terkena cahaya.
(Martindale 28, hal.
Hal 1653)
Wadah dan
Penyimpanan:
Simpan dalam
wadah nonmetalic
dan hindari dari
cahaya (Martindale
28, hal. 1653)
EDTA Pemerian: Chelating 0,005-0,1% Autoklaf
Serbuk hablur, agent (agen (Handbook of (Handbook of
putih, tidak berbau, pengkelat). Pharmaceutica Pharmaceutical
rasa agak asam. l Excipients Excipients 6th Edition,
6th Edition, hal. hal. 242)
Kelarutan: 242)
Larut dalam 11
bagian air, sukar
larut dalam etanol
(95%) P. Praktis
tidak larut dalam
kloroform P dan
dalam eter P.
Stabilitas:
Higroskopik dan
tidak stabil ketika
terkena
kelembaban.
Inkompatibilitas:
Tidak kompatibel
dengan oksidator
kuat, basa kuat, ion
logam, dan paduan
logam.
Wadah dan
Penyimpanan:
Wadah tertutup di
Stabilitas:
Higroskopik dan
tidak stabil ketika
terkena
kelembaban.
(Farmakope
Indonesia V, hal.
65)
C. Teknologi Farmasi
Produk steril adalah sediaan terapetis dalam bentuk terbagi-bagi yang bebas
dari mikroorganisme hidup. Pada prinsip ini termasuk
sediaan parenteral mata dan irigasi. Sediaan parenteral
ini merupakan sediaan yang unik diantara bentuk obat
terbagi-bagi, karena sediaan ini disuntikan melalui kulit
atau membran mukosa ke bagian dalam tubuh. Karena
sediaan mengelakkan garis pertahanan pertama dari
tubuh yang paling efisien, yakni membran kulit dan
mukosa, sediaan tersebut harus bebas dari kontaminasi
mikroba dan dari komponen toksis, dan harus
mempunyai tingkat kemurnian tinggi atau luar biasa.
Semua komponen dan proses yang terlibat dalam
penyediaan produk ini harus dipilih dan dirancang untuk
menghilangkan semua jenis kontaminasi, apakah fisik,
kimia, atau mikrobiologis. (Lachman, hal. 1292)
Injeksi adalah penyemprotan larutan (atau suspensi) ke dalam tubuh untuk
tujuan terapetik atau diagnostik. Injeksi dapat dilakukan
langsung kedalam aliran darah, ke dalam jaringan dan
organ. (Voight hal.461)
Keuntungan sediaan parenteral antara lain memberikan kerja obat yang cepat
oleh karena bahan obat disampaikan langsung kedalam
aliran darah sehingga menghindari inaktivasi atau
reabsorbsi didalam lambung dan juga enghindari first
pass effect. Sediaan parenteral cocok untuk zat aktif
yang dapat mengiritasi lambung
dan juga dapat diberikan pada pasien yang tidak
sadarkan diri. Adapun kerugian sediaan parenteral
meliputi pada pemakaiannya hanya boleh dilakukan oleh
dokter atau suster rumah sakit dan dari segi ekonomis
bentuk sediaan ini jauh lebih mahal dibandingkan
bentuk sediaan lainnya. (Voight, hal.461)
Air yang digunakan untuk injeksi adalah Aqua
pro injectione. Air untuk injeksi, dibuat dengan
menyuling kembali air suling segar dengan alat gelas
netral atau wadah logam yang cocok dengan labu
perciAk. Hasil sulingan pertama dibuang dan sulingan
selanjutnya ditampung dan segera digunakan. (Ilmu
Meracik Obat Teori dan Praktik, hal.193)
Syarat-syarat Obat Suntik:
1. Aman: Tidak boleh menyebabkan iritasi jaringan atau
efek toksik
2. Harus jernih: Tidak boleh ada partikel padat
kecuali yang berbentuk suspensi. 3. Tidak
berwarna: kecuali zat aktif memang berwarna
4. Sedapat mungkin isohidris: Dimaksudkan agar bila
diinjeksikan ke tubuh tidak terasa sakit dan
penyerapannya obat dapat optimal.
5. Sedapat mungkin isotonis: Yaitu memiliki tekanan
osmose yang sama dengan darah dan cairan tubuh
yang lain.
6. Harus Steril: Suatu bahan dinyatakan steril bila sama
sekali bebas dari mikroorganisme hidup yang
patogen maupun yang tidak patogen. (Ilmu Meracik
Obat Teori dan Praktik, hal.193)
D. Farmakalogi
1. Vitamin B1 (Thiamin HCl)
a. Farmakokinetik
Setelah pemberian parenteral absorbsi
berlangsung cepat dan sempurna. Absorbsi
peroral berlangsung dalam usus halus dan
duodenum, maksimal 8- 15 mg/hari yang
dicapai dengan pemberian oral sebanyak 40 mg.
Dalam satu hari sebanyak 1 mg tiamin
mengalami degradasi di jaringan tubuh. Jika
asupan jauh melebihi jumlah tersebut, maka zat
ini akan dikeluarkan melalui urin sebagai tiamin
atau pirimidin.
b. Farmakodinamik
Pada dosis kecil atau dosis terapi tiamin tidak
memperlihatkan efek farmakodinamik yang
nyata. Pada pemberian IV secara cepat dapat
terjadi efek langsung pada pembuluh darah
perifer berupa vasodilatasi ringan, disertai
penurunan tekanan darah yang bersifat
sementara. Meskipun tiamin berperan dalam
metabolise karbohidrat, pemberian dosis besar
tidak mempengaruhi kadar gula darah. Dosis
toksik pada hewan coba adalah 125- 350
mg/kgBB secara IV dan kira-kira 40 kalinya
untuk pemberian oral. Pada manusia reaksi
toksik setelah pemberian parenteral biasanya
terjadi karena reaksi alergi.
c. Efek Samping
Tiamin tidak menimbulkan efek toksik bila
diberikan peroral dan bila kelebihan tiamin
cepat di ekskresi melalui urin. Meskipun jarang,
reaksi anafilaktoid dapat terjadi setelah
pemberian IV dosis besar pada pasien yang
sensitif dan beberapa diantaranya bersifat fatal.
d. Indikasi
Tiamin diindikasikan pada pencegahan dan
pengobatan defisiensi tiamin dengan dosis 2-
5mg/hari untuk pengobatan defisiensi. Dosis
lebih besar
parenteral dianjurkan untuk kasus berat akan
tetapi respons tidak meningkat dengan dosis
lebih dari 30mg/hari. Tindakan pencegahan
dilakukan pada pasien dengan gangguan
absorpsi, misalnya pada diare kronik, atau pada
keadaan dengan kecepatan metabolisme yang
meningkat.
Tiamin berguna untuk pengobatan berbagai
neuritis yang disebabkan oleh defisiensi tiamin,
misalnya pada (1) neuritis alkoholik yang terjadi
karena sumber kalori hanya alkohol saja; (2)
wanita hamil yang kurang gizi; atau (3) pasien
emesis gravidarum. Pada trigeminal neuralgia,
neuritis yang menyertai anemia, penyakit
infeksi dan pemakaian obat tertentu, pemberian
tiamin kadang-kadang dapat memberikan
perbaikan. Tiamin juga digunakan untuk
pengobatan penyakit jantung dan gangguan
saluran cerna yang dasarnya defisiensi tiamin.
2. Vitamin B6 (Pyridoxine HCl)
a. Farmakokinetik
Piridoksin, piridoksal dan piridoksamin mudah
diabsorpsi melalui saluran cerna. Metabolit
terpenting dari ketiga bentuk tersebut adalah 4
asam piridoksat. Ekskresi melalui urin terutama
dalam bentuk 4 asam piridoksat dan piridoksal.
b. Farmakodinamik
Pemberian piridoksin secara oral dan parenteral
tidak menunjukkan efek farmakodinamik yang
nyata. Dosis sangat besar yaitu 3-4 g/kgBB
menyebabkan kejang dan kematian pada hewan
coba tetapi dosis kurang dari ini umumnya tidak
menimbulkan efek yang jelas.
c. Efek Samping
Piridoksin dapat menyebabkan neuropati
sensorik atau sindrom neuropati dalam dosis
antara 50 mg-2 g per hari untuk jangka panjang.
Gejala awal dapat berupa sikap yang tidak stabil
dan rasa kebas dikaki diikuti pada tangan dan
sekitar mulut. Gejala berangsur hilang setelah
beberapa bulan bila asupan piridoksin
dihentikan.
d. Indikasi
Untuk mencegah dan mengobati defisiensi
vitamin B6, vitamin ini juga dapat diberikan
bersmaa vitamin B lain atau sebagai
multivitamin untuk pencegahan dan pengobatan
defisiensi vitamin B kompleks. Untuk mencegah
dan mengobati neuritis perifer oleh obat
misalnya isoniazid, sikloserin, hidralazin,
penisilamin yang bekerja sebagai antagonis
piridoksin dan atau meningkatkan eksresinya
melalui urin.
3. Vitamin B12 (Sianokobalamin)
a. Farmakokinetik
Sianokobalamin diabsorbsi baik dan cepat
setelah pemberian intramuscular dan subcutan.
Kadar dalam plasma mencapai puncak dalam
waktu 1 jam setelah suntikan intramuscular.
Baik sianokobalamin maupun
hidroksokobalamin dalam jaringan dan darah
terikat oleh protein. Seperti halnya koenzim
B12, ikatan dengan hidroksokobalamin lebih
kuat sehingga sukar dieksreksi melalui urin.
Didalam hati kedua kobalamin tersebut akan
diubah menjadi koenzim B12. Pengurangan
jumlah kobalamin dalam tubuh disebabkan oleh
ekskresi melalui saluran empedu. Ekskresi
bersama urin hanya terjadi pada bentuk yang
tidak terikat protein.
b. Farmakodinamik
Setelah diabsorbsi, hampir semua vitamin B12
dalam darah terikat dengan protein plasma.
Sebagian besar terikat pada beta-globulin
(transkobalamin II), sisanya terikat pada alfa-
glikoprotein (trans kobalamin III). Vitamin B12
yang terikat pada transkobalamin II akan
diangkut sebagai jaringan, terutama hati yang
merupakan gudang utama penyimpanan vitamin
B12 (50-90%) . Kadar normal vitamin B12
dalam plasma adalah 200-900 pg/mL dengan
simpanan sebanyak 1-10 mg dalam hepar.
c. Efek Samping
Sianokobalamin biasanya bisa ditoleransi
dengan baik. Reaksi alergi setelah injeksi jarang
terjadi.
d. Indikasi
Indikasi paling umum untuk vitamin B12 adalah
anemia (62,6%), gangguan kognitif (20,2%)
dan kurang gizi (17,4%). Indikasi tradisional
meliputi anemia makrositik non generatif,
makrositosis terisolasi, demensia dan gangguan
proprioseptif.
IV. FORMULA
A. Formula Rujukan
1. Formula Standar Ampul Neurotropik (British
National Formulary 59, hal. 592) Ascorbic acid
500 mg
Nicotinamide 160 mg
Pyiridoxine hydrochloride (B6) 50 mg
Riboflavin (B2) 4 mg
Thiamine hydrochloride (B1) 250 mg/7 ml
B. Formula Jadi
Berdasarkan formula rujukan dari Drug
Information 88th Edition hal. 2119, United State
Pharmacopeia 37th Edition hal. 4924, dan Martindale 28th
Edition hal. 1643 dan British National Formulary 59
hal. 592.
Tiap ml vial mengandung:
Thiamine HCl (B1) 10 mg
Sianokobalamin (B12) 1 mg
Pyridoxine HCl (B6) 50 mg
Asam askorbat 0,05 mg
EDTA 0,05 mg
Benzalkonium klorida 0,01mg
Ad. Aqua steril pro injection 5ml
T
h
i
a
m
i
n
H
C
l
(
B
1
)
P
i
r
i
d
o
k
s
i
n
H
C
l
(
B
6
)
S
i
a
n
o
c
o
b
a
l
a
m
i
n
(
B
1
2
)
B
e
n
z
a
l
k
o
n
i
u
m
k
l
o
r
i
d
a
A
s
a
m
a
s
k
o
r
b
a
t
- EDTA
- Aqua steril p.i
B. CARA STERILISASI ALAT
No Nama alat Cara sterilisasi
6 Karet pipet tetes (dot), karet Direbus dalam air mendidih selama 30 menit
tutup botol (Farmakope Indonesia Edisi V Th. 2014 hal
1359)
VI. PERHITUNGAN DAN PENIMBANGAN
A. Perhitungan
Rumus : {( n x v ) + ((10% - 30%) x v )}
Keterangan : n = Jumlah vial yang dibuat
v = Volume Injeksi tiap vial (mL)
Volume per vial = Volume vial + (kelebihan volume)
= 5 mL + 0,3 mL
= 5,3 mL
1. Piridoksin = 50mg x 35 mL
= 1750 mg
2. Sianokobalamin = 1000 µg x 35 mL
= 35 mg
3. Thiamin HCl = 10 mg x 35 mL
= 350 mg
4. Benzalkoniumklorida = 0,01 x 35 mL
= 3,5 mg
5. EDTA = 0,05 x 35 mL
= 1,75 mg
6. Asam askorbat = 0,05 mg x 35 mL
= 1,75 mg
7. Aqua Pro Injeksi = ad 35 mL
B. Perhitungan Kelarutan
1. Vitamin B12 ( Sianokobalami) (kelarutan 1: 30-100)
100mg/1mg = 100/x
100=100/x
X= 1mg/ml
2. Pyridoxine HCl (Vitamin B6) (kelarutan 1: 1-10)
10mg/50mg=10/x
X = 50mg/ml
C. Penimbangan
No. Bahan Penimbangan Teoritis
1. Thiamin 350 mg
2. Piridoksin 1750 mg
3. Sianokobalamin 35 mg
4. Benzalkonium klorida 3,5 mg
5. EDTA 1,75 mg
VIII. EVALUASI
A. In proses control (IPC)
1. Uji pH (FI V hal. 1563)
Cek pH menggunakan pH meter atau indikator dan kertas indikator.
Dengan pH meter :
1) Sebelum digunakan periksa elektrode dan jembatan garam bila ada.
2) Lakukan pembakuan pH meter.
3) Bilas elektrode dengan sel beberapa kali dengan larutan uji. Isi sel
dengan larutan uji dan baca harga pH. Gunakan air bebas CO2 untuk
pelarutan atau pengenceran larutan uji.
Dengan pH universal :
Syarat : 2,3 – 7
Syarat :Larutan dianggap jernih apabila sama dengan air atau larutan
yang digunakan dalam pengujian dengan kondisi yang dipersyaratkan,
atau jika opalesan tidak lebih dari suspensi padanan.
1) Pilih satu/lebih wadah 10 ml/lebih. Ambil isi setiap wadah dengan alat
suntik hipodemik kering berukuran tidak lebih dari 3 x volume yang akan
diukur dan dilengkapi dengan jarum suntik No. 21, panjang tidak kurang
dari 2,5 cm.
Pilih satu atau lebih wadah , bila volume 1 dengan alat suntik atau lebih, 3
wadah atau lebih bila volume lebih dari 3 ml atau kurang dari 10 ml atau 5
wadah atau lebih bila volume 3 ml atau kurang.
Cara 1 :
1) Pilih satu / lebih wadah 10 ml / lebih. Ambil isi setiap wadah dengan
alat suntik hipolipidemik kering berukuran tidak lebih dari 3 kali volume
yang akan diukur dan dilengkapi dengan jarum suntik No 21, panjang
tidak kurang dari 2,5 cm.
2) Keluarkan gelembung udara dari dalam jarum dari alat suntik.
Pndahkan isi dalam alat untuk tanpa mengosongkan bagian jarum
kedalam gelas ukur kering volume tertentu yang telah dibakukan hingga
volume yang
diukur memenuhi sekurang- kurangnya 40% volume dari kapasitas tertera.
Syarat : volume sediaan harus seragam.
NEUROTROPS®
Injeksi Intramuskular
Vitamin B1,B6,B12
Komposisi
Tiap ml vial mengandung:
Vitamin B1 10 mg
Vitamin B6 50 mg
Vitamin B12 1 mg
Farmakologi
Cepat diabsorpsi dari injeksi ke jaringan intramuscular dan subkutan, tingkat
plasma dari senyawa mencapai puncaknya tidak lebih dari 1 jam setelah injeksi
intramuscular.
Indikasi
Pencegahan dan terapi defisiensi vitamin B1,B6 dan B12
Kontraindikasi
Sensitivitas terhadap kobalt
Efek samping
Vitamin biasanya bisa ditoleransi dengan baik. Reaksi alergi setelah injeksi
jarang terjadi
Dosis
Pemakaian maksimal 5 mL per hari
Aturan pakai
Diinjeksikan 1 ml secara intamuskular
Jalur Penyuntikan
Intramuskular
Penyimpanan
Simpan di tempat sejuk dan terlindung dari cahaya
No.Reg:DKL1810451143 A1
No. Batch :I 811108 Mfgdate : Maret 2018 Exp date :Maret 2021
Diproduksioleh:
PT. West Pharmacy
Jakarta-Indonesia
NEUROTROPS® Injeksi Intramuskular
Vitamin B1, B6 dan B12 Isi:5 vial @ 5 ml
Diproduksi Oleh:
PT. West Pharmacy
Jakarta-Indonesia
Aturanpakai :
Penyimpanan :
Diproduksioleh
PT. EksisFarma
Jakarta–Indonesia
NEUROTROPS®
Injeksi Intramuskular
Vitamin B1, B6 dan B12
Isi :5 ml
Diproduksioleh:
PT. West Pharmacy
Jakarta-Indonesia
Komposisi:
Tiap ml vial mengandung:
Vitamin B1 10 mg Vitamin B6 100 mg Vitamin B12 1 mg
Indikasi :
Pencegahan dan terapi defisiensi vitamin B1,B6 dan B12