Anda di halaman 1dari 14

180 Original Article Pharm Sci Res ISSN 2407-2354

Antibakteri Fraksi n-Heksana Kulit Hylocereus polyrhizus


Terhadap Staphylococcus epidermidis dan Propionibacterium
acnes
Sri Wahdaningsih1, Eka Kartika Untari1, Yunita Fauziah1
Program Studi Farmasi, Fakultas Kedokteran, Universitas Tanjungpura, Pontianak
1

Email : wahdanie@gmail.com

Abstrak

Bakteri yang dapat memicu tumbuhnya jerawat diantaranya adalah Propionibacterium


acnes dan Staphylococcus epidermidis. Pengobatan jerawat menggunakan antibiotik
dalam jangka panjang dapat menimbulkan resistensi, kerusakan organ dan imuno
hipersensitifitas. Kulit buah naga merah (Hylocereus polyrhizus) merupakan salah satu
bahan alam yang dapat dimanfaatkan sebagai alternatif antibakteri. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui aktivitas antibakteri dari fraksi n-Heksana kulit buah naga merah
terhadap bakteri S. epidermidis dan P. acnes dengan metode disc diffusion Kirby-Bauer.
Simplisia kulit buah naga merah dimaserasi dengan kloroform. Maserat yang didapat
selanjutnya difraksinasi dengan n-heksana. Hasil skrining fitokimia fraksi n-heksana kulit
buah naga merah mengandung terpenoid dan alkaloid. Kontrol positif yang digunakan
adalah klindamisin 4µg/disk sedangkan kontrol negatif yang digunakan adalah DMSO
10%. Analisis data menggunakan program R-Commander versi 3.0.3. Berdasarkan hasil
penelitian fraksi n-Heksana kulit buah naga merah memiliki aktivitas antibakteri terhadap
P. acnes, dengan rata-rata zona hambat dari konsentrasi 20; 40 dan 80 mg/mL masing-
masing secara berurutan adalah 9 mm; 10,25 mm dan 10,5 mm. Sedangkan pada S.
epidermidis fraksi n-Heksana kulit buah naga merah tidak memiliki aktivitas antibakteri.

Abstract

Acne can be caused by Propionibacterium acnes and Staphylococcus epidermidis. By


using antibiotic for the acne theraphy in a long term period can cause resistance, organ
detriment and imunohypersensitivity. Red dragon fruit’s peel (Hylocereus polyrhizus) is
one of natural materials which can be used for alternative antibacterial. This study aims
to determine the antibacterial activity of n-Hexane fraction of red dragon fruit’s peel
against S. epidermidis dan P. acnes by the method of disc diffusion Kirby-Bauer. Red
dragon fruit’s peel powder macerated within chloroform, and macerate then fractionated
with n-Hexane. Phytochemical screening result red dragon fruit’s peel contains terpenoid
and alkaloid. Clindamycin 4µg/disk were used for positive control while DMSO 10%
were used for negative control. Data analyzed by using R-Commander program 3.0.3
version.This research show that n-Hexane fraction of red dragon fruit’s peel have
antibacterial activity against P. acnes where the averagezone of inhibition obtained from
the concentrations from 20; 40; and 80 mg/mL in a row were 9 mm; 10,25 mm; and 10,5
mm. In while, for S epidermidis n-hexane fraction of red dragon fruit’s peel didn’t have
antibacterial activity.

Keywords : antibacterial, fraction n-heksane, red dragon fruit’s peel, Staphylococcus


epidermidis, Propionibacterium acnes

Pharm Sci Res


Sri Wahdaningsih, Eka Kartika Untari, Yunita Fauziah 181

PENDAHULUAN nature), diantaranya adalah buah naga


merah.
Jerawat merupakan penyakit kulit yang
sering terjadi pada masa remaja bahkan Buah naga merah (Hylocereus polyrhizus)
hingga dewasa yang ditandai dengan adanya merupakan salah satu buah dari famili
komedo, papul, pustul, nodus dan kista pada Cactacea yang berasal dari Amerika
daerah wajah, leher, lengan atas, dada dan Latin dan mulai banyak dikembangkan di
punggung (Lai et al., 2009; dan Kurokawaet Indonesia. Menurut Zainoldin (2012), buah
al, 2009). Meskipun tidak mengancam jiwa, naga merah memiliki kandungan lycopene
jerawat dapat mempengaruhi kualitas hidup yang merupakan antioksidan alami dan
seseorang dengan memberikan efek psikologis dikenal untuk melawan kanker, penyakit
yang buruk berupacara seseorang menilai, jantung, dan merendahkan tekanan darah.
memandang dan menanggapi kondisi dan Buah naga tidak hanya dagingnya saja yang
situasi dirinya (Hafez et al., 2009). bermanfaat, kulitnya juga memiliki potensi
karena memiliki kandungan β-amirin,
Penyebab jerawat meliputi hiperproliferasi α-amirin, oktakosan, γ-sitosterol, oktadekan,
epidermis folikular sehingga terjadi sumbatan 1-tetrakosanol, heptakosan, kampesterol dan
folikel, produksi sebum berlebihan, inflamasi, betalain yang tinggi (Luo, 2014; Nurliyana,
dan aktivitas bakteri (Harper, 2004; dan 2010). Kulit buah naga merah berkhasiat
Athikomkulchai et al, 2008). Bakteri yang sebagai antioksidan, antibakteri dan sumber
dapat memicu tumbuhnya jerawat diantaranya pigmen alami (Jamilah et al, 2011; Ridwan,
adalah P. acnes dan S. epidermidis (Leyden, 2012; Azeredo, 2012).
2001). Pengobatan jerawat di klinik kulit
biasanya menggunakan antibiotik yang dapat Bagian buah naga merah yang banyak
menghambat inflamasi dan membunuh bakteri, dimanfaatkan saat ini adalah daging buahnya,
contohnya tetrasiklin, eritromisin, doksisiklin, sedangkan kulitnya belum lazim untuk
dan klindamisin (Nakatsuji, 2009). Namun, dimakan dan menjadi limbah. Kulit buah
obat-obat ini memiliki efek samping dalam naga merah memiliki banyak manfaat salah
penggunaannya sebagai anti jerawat antara satunya adalah sebagai antibakteri. Hasil
lain iritasi, sementara penggunaan antibiotik penelitian Ridwan (2012), menunjukkan
jangka panjang selain dapat menimbulkan kulit buah merah terbukti memiliki aktivitas
resistensi juga dapat menimbulkan kerusakan antibakteri pada S. aureus (Gram positif)
organ dan imunohipersensitivitas(Swanson, yang mengandung senyawa saponin, alkaloid,
2003; dan Wasitaatmaja, 1997). Kondisi ini tanin, fenolat, flavonoid, triterpenoid, steroid
mendorong untuk melakukan pengembangan dan glikosida. Hal ini diperkuat dengan
penelitian antibakteri alami terhadap penelitian Khalili (2012), yang menunjukkan
tumbuhan yang ada di Indonesia (back to kulit buah naga merah yang diekstraksi

December 2014 (Vol. 1 No. 3)


182 Pharm Sci Res ISSN 2407-2354

menggunakan metanol memiliki aktivitas dan waterbath (Memmert tipe WNB14).


antibakteri pada bakteri S. epidermidis dan
S. aureus (Gram positif). Bahan yang digunakan pada penelitian ini
adalah kulit buah naga merah, akuades,
Uji aktivitas antibakteri kulit buah naga alumunium foil, kapas, kertas sampul coklat,
merah ini diketahui masih sebatas pada klindamisin HCL 150 mg, larutan metanol
proses ekstraksi saja dan masih banyak p.a (Merck kode bahan No.1.06009.2500),
belum dilakukan sehingga perlu dilakukan larutan kloroform p.a (Merck kode bahan
penelitian lebih lanjut hingga proses No.1.02445.2500), larutan HCl 2 N,
fraksinasi. Penelitian ini akan menggunakan larutan n-Heksana p.a (Merck kode bahan
fraksi n-Heksana dengan metode difusi No.1.04367.2500), larutan FeCl3 1%, larutan
cakram (Tes Kirby-Bauer). Fraksi n-Heksana NaCl, media Mueller-Hinton Agar (MHA),
diketahui dapat menarik senyawa seperti media Mueller-Hinton – Blood Agar (MH-
steroid, alkaloid, dan flavonoid dimana Blood Agar), plastik tahan panas (Wayang),
senyawa tersebut memiliki aktivitas pereaksi Lieberman-Burchad, pereaksi
sebagai antibakteri (Budilaksono, 2013; dan Dragendroff, pereaksi Mayer dan serbuk Mg.
Novitasari, 2010). Penelitian ini diharapkan
dapat memberikan informasi mengenai potensi Bakteri uji yang digunakan pada penelitian
kulit buah naga merah sebagai antibakteri ini antara lain kultur murni Staphylococcus
alami terhadap bakteri penyebab jerawat epidermidis ATCC 12228 dan kultur murni
S. epidermidis dan P. acnes (Gram positif). Propionibacterium acnes yang merupakan
koleksi dari Laboratorium Mikrobiologi
METODE Klinik Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.
Alat yang digunakan pada penelitian ini
adalah alat-alat gelas (Pyrex), autoclave (HL Cara Kerja
tipe 36 Ae), bejana maserasi, blender (Linqi
tipe FZ-10), botol semprot, hot plate (Schott Preparasi Sampel. Sampel yang digunakan
tipe D-55122), jangka sorong, jarum Ose, pada penelitian ini yaitu bagian kulit buah
laminar air flow (LAF) cabinet, lemari asam naga merah. Sampel kulit buah naga merah
(ESCO model EFH-4A1), inkubator, krusibel segar yang diperoleh dari buah naga merah
porselen, mikropipet (Socorex model SL- segar disortir basah, kemudian dibersihkan,
1000, SL-100 dan SL-10 oven (Mode tipe dirajang, lalu dikeringkan dibawah sinar
BO 3633), pembakar bunsen, pinset, pipet matahari secara tidak langsung sampai kering.
tetes, rotary evaporator (Heodolph tipe Setelah itu dilakukan sortasi kering dan
Hei-VAP), timbangan analitik (Precisa dihaluskan dengan cara diblender kemudian
tipe XB 4200C dan BEL tipe M254Ai), diayak dengan pengayak no. 40 hingga

Pharm Sci Res


Sri Wahdaningsih, Eka Kartika Untari, Yunita Fauziah 183

diperoleh serbuk halus yang homogen. terpenoid, saponin, fenolik dan tanin.

Ekstraksi dan Fraksinasi. Metode ekstraksi Identifikasi Bakteri. Sebelum dilakukan


yang digunakan dalam penelitian ini adalah identifikasi, bakteri uji diremajakan terlebih
maserasi. Sampel dimasukkan kedalam dahulu. Biakan murni bakteri uji dari media
bejana maserasi dan ditambahkan pelarut kultur digoreskan secara aseptis dengan jarum
kloroform sampai semua sampel terendam Ose pada media peremajaan.
oleh pelarut lalu ditutup dengan aluminium
foil. Maserasi dilakukan selama 5 hari, Identifikasi umum lakukan dengan pewarnaan
setiap 24 jam pelarut diganti dan dilakukan gram dengan cara bakteri uji difiksasi dan
pengadukan 3 kali sehari. Hasil maserasi diwarnai dengan kristal violet dan didiamkan
disaring untuk memisahkan filtrat dan selama 5 menit. Zat warna dibuang dan
residunya.Filtrat yang diperoleh dikumpulkan diganti dengan larutan lugol’s iodine (larutan
dan disaring. Kemudian ekstrak kloroform I2 + KI) dibiarkan selama 45 – 60 detik.
tersebut dipekatkan menggunakan alat rotary Larutan lugol’s iodine dibuang dan sediaan
evaporator pada suhu 50°C hingga pelarut dicuci dengan alkohol 96% selama 30 detik
menguap dan ekstrak menjadi lebih kental atau digoyang-goyangkan sampai tidak ada
tetapi masih dapat dituang. zat warna yang mengalir lagi. Sediaan dicuci
dengan air dan diwarnai dengan air fukhsin
Fraksinasi ekstrak kloroform dilakukan selama 1-2 menit. Sediaan dicuci, dikeringkan
dengan melarutkan ekstrak ke dalam pelarut dan diperiksa di bawah mikroskop. Bakteri
kloroform dan ditambahkan pelarut n-Heksana. gram positif akan tampak berwarna ungu dan
Selanjutnya dilakukan pengocokan sebanyak bakteri gram negatif berwarna merah.
5 kali. Fraksi-fraksi yang didapat kemudian
dikumpulkan dan dipekatkan dengan Identifikasi khusus dilakukan dengan cara
rotary evaporator dan waterbath pada bakteri S. epidermidis dari media peremajaan
suhu 50°C hingga diperoleh fraksi kental. diambil menggunakan jarum Ose steril
Fraksi n-Heksana selanjutnya diuji aktivitas kemudian digoreskan ke dalam permukaan
antibakeri terhadap bakteri S. epidermidis media Manitol Salt Agar (MSA). Selanjutnya
dan P. acnes. diinkubasi pada suhu 37°C selama 24 jam.
Bakteri P. acnes dari media peremajaan
Skrining Fitokimia Fraksi. Uji diambil menggunakan jarum Ose kemudian
fitokimia dilakukan untuk menentukan digoreskan ke dalam permukaan media Blood
komponen bioaktif yang terdapat pada Agar Plate (BAP). Selanjutnya diinkubasi
fraksi n-Heksana kulit buah naga merah. pada suhu 37°C selama 24 jam.
Uji fitokimia yang dilakukan terdiri
dari uji alkaloid, flavonoid, steroid dan

December 2014 (Vol. 1 No. 3)


184 Pharm Sci Res ISSN 2407-2354

Persiapan dan Uji Aktivitas Antibakteri Analisis Data. Data dianalisis menggunakan
dengan Metode Difusi Cakram (Test program R commander versi 3.0.3 dan diuji
Kirby-Bauer). Tahapan persiapan meliputi analisis menggunakan uji Kruskal-Wallis.
peremajaan bakteri, pembuatan suspensi
bakteri, pembuatan cakram kertas, persiapan HASIL DAN PEMBAHASAN
kontrol negatif, persiapan kontrol positif, dan
pembuatan seri konsentrasi yaitu konsentrasi Preparasi Sampel. Bahan baku buah naga
20; 40; dan 80 mg/mL. Tahapan awal dari uji merah diperoleh dari kelompok petani Mekar
aktivitas antibakteri dengan metode difusi Sari, Kecamatan Segedong, Kabupaten
cakram (tes Kirby-Bauer) yakni kapas ulas Pontianak, Kalimantan Barat. Buah naga
steril dicelupkan ke dalam suspensi bakteri merah yang digunakan sebanyak 20 kg.
uji, kemudian diputar beberapa kali dan Buah naga merah dipisahkan antara kulit
ditekan ke dinding tabung di atas cairan untuk dan daging buahnya. Kulit buah naga merah
menghilangkan inokulum yang berlebihan di disortasi basah. Proses sortasi basah dilakukan
kapas. Permukaan media agar diinokulasikan untuk memisahkan kulit buah naga merah
bakteri uji dengan mengulaskan suspensi yang rusak. Selanjutnya dilakukan proses
bakteri menggunakan kapas yang telah pencucian dengan menggunakan air mengalir
disterilkan di seluruh permukaan media. untuk membersihkan kotoran yang melekat.
Prosedur ini diulang sebanyak dua kali. Kemudian dilakukan proses perajangan yang
bertujuan untuk memperluas permukaan
Tahapan berikutnya yaitu cakram kertas sampel sehingga lebih mudah untuk
yang berukuran 6 mm ditempatkan di atas dikeringkan. Sampel kemudian dikeringkan
permukaan media sesuai dengan posisi di udara terbuka dan tidak terkena cahaya
yang diinginkan kemudian diteteskan fraksi matahari langsung. Selanjutnya disortasi
n-Heksana kulit buah naga merah dengan kering untuk memisahkan dari kotoran atau
variansi konsentrasi masing-masing sebanyak debu. Sampel yang telah diblender kemudian
20 µl. Kontrol positif yang digunakan adalah disimpan dalam wadah kedap agar tidak
klindamisin 4 µg/disk, kemudian kontrol terjadi proses oksidasi.
negatif yang digunakan adalah DMSO 10%
yang diteteskan 20 µl di atas cakram kertas. Ekstraksi dan Fraksinasi. Ekstraksi kulit
Cawan petri diinkubasi pada suhu 37oC selama buah naga merah dilakukan dengan metode
24 jam kemudian diamati zona hambat yang maserasi menggunakan pelarut kloroform
terbentuk yang diinterprestasikan dengan pa. Metode maserasi dipilih karena dapat
melihat daerah bening disekitar cakram yang mengekstrak senyawa dengan baik dan dapat
menunjukkan tidak adanya pertumbuhan menghindari kerusakan komponen senyawa
bakteri. yang tidak tahan panas. Prinsip ekstraksi
maserasi adalah pengikatan/pelarutan zat

Pharm Sci Res


Sri Wahdaningsih, Eka Kartika Untari, Yunita Fauziah 185

aktif berdasarkan sifat kelarutannya dalam dua fraksi.Senyawa yang memiliki kepolaran
suatu pelarut (Like Dissolved Like). Pelarut sama dengan kloroform akan tertarik
akan masuk ke dalam sel melewati dinding sel pada kloroform, sedangkan senyawa yang
tumbuhan, sehingga isi sel akan larut dalam memiliki kepolaran sama dengan n-Heksana
pelarut karena adanya perbedaan konsentrasi akan ikut tertarik bersama n-Heksana
antara larutan di dalam sel dengan di luar sehingga akan menghasilkan 2 lapisan.
sel. Larutan yang konsentrasinya tinggi akan Dalam proses fraksinasi, fase atas merupakan
terdesak keluar dan diganti oleh pelarut fase n-Heksana dan fase bawah merupakan
dengan konsentrasi rendah (proses difusi). fase klorofom. Fraksi n-Heksana kulit buah
Peristiwa tersebut akan berlangsung secara naga merah yang dihasilkan sebanyak 6,22
terus-menerus sampai terjadi keseimbangan g dengan nilai rendemen sebesar 65,61%.
konsentrasi antara larutan di luar sel dan di Nilai rendemen yang dihasilkan relatif besar,
dalam sel (Dean, 2009). hal ini dikarenakan kandungan senyawa pada
ekstrak kloroform kulit buah naga merah
Ekstrak kloroform yang didapat setelah sebagian besar bersifat non polar sehingga
proses maserasi adalah sebanyak 9,48 g hasil fraksinasi menggunakan pelarut
dengan nilai rendemen sebesar 2,39%. Nilai n-Heksana (non polar) relatif besar pula.
rendemen menunjukkan seberapa besar
jumlah kandungan yang dapat terekstraksi Skrining Fitokimia Fraksi n-Heksana Kulit
oleh pelarut dalam persen (%). Buah Naga Merah

Ekstrak kloroform kulit buah naga Hasil pemeriksaan skrining fitokimia


merah selanjutnya difraksinasi dengan menunjukkan bahwa di dalam sampel fraksi
menggunakan pelarut n-Heksana. Senyawa n-Heksana kulit buah naga merah positif
non polar yang terkandung dalam ekstrak mengandung alkaloid dan terpenoid (tabel 1).
kloroform akan terdistribusi dalam pelarut
n-Heksana. n-Heksana merupakan salah satu Tabel 1. Hasil Skrining Fitokimia
pelarut yang baik untuk mengekstraksi
senyawa-senyawa yang bersifat non-polar
Pemeriksaan Hasil
karena memiliki beberapa keunggulan,
Alkaloid +
diantaranya adalah bersifat stabil, selektif,
Flavonoid -
serta menghasilkan jumlah kecil lilin, Saponin -
albumin dan zat warna (Guenther, 1987). Fenolik -
Steroid -
Terpenoid +
Prinsip pemisahan pada proses fraksinasi Tanin -
adalah didasarkan pada perbedaan tingkat
Keterangan: (-) = negatif/tidak ada
kepolaran dan perbedaan bobot jenis antara
(+) = positif/ada

December 2014 (Vol. 1 No. 3)


186 Pharm Sci Res ISSN 2407-2354

Identifikasi Bakteri Uji. Hasil identifikasi (Johnson, 1994) dan positif bakteri P. acnes
bakteri secara umum diperoleh yakni karena tidak terbentuk perubahan warna
pada bakteri P. acnes dan S. epidermidis disekitar koloni.
merupakan bakteri gram positif yang
keduanya menghasilkan warna ungu pada Uji Aktivitas Antibakteri dengan Metode
identifikasi secara pewarnan gram. Difusi Cakram (Tes Kirby-Bauer).
Berdasarkan uji yang telah dilakukan,
Identifikasi khusus dilakukan dengan cara aktivitas antibakteri fraksi n-Heksana
menumbahkan bakteri menggunakan media kulit buah naga merah dapat diamati
pertumbuhan yang selektif dimana bakteri dari terbentuknya zona hambat (tabel 2).
S. epidermidis digunakan media Manitol Berdasarkan hasil pada tabel tersebut dapat
Salt Agar (MSA) dan bakteri P. acnes terlihat bahwa fraksi n-Heksana kulit buah
digunakan media Blood Agar Plate (BAP). naga merah memiliki aktivitas antibakteri
Hasil identifikasi menunjukkan bakteri pada P. acnes, sedangkan pada S. epidermidis
uji yang digunakan adalah positif bakteri tidak memiliki aktivitas antibakteri. Hasil
S. epidermidis karena hasil koloni tetap penelitian menunjukkan rata-rata zona
berwarna merah muda (tidak mengalami hambat pada P. acnes konsentrasi 80 mg/mL
perubahan). Hal ini disebabkan bakteri S. sebesar 10,5 mm; 40 mg/mL sebesar 10,25
epidermidis  tidak memfermentasi manitol mm; 20 mg/mL sebesar 9 mm; klindamisin
sehingga tidak memproduksi asam  organik 4µg/disk sebagai kontrol positif sebesar 8,25

Tabel 2. Zona Hambat P. acnes dan S. epidermidis pada Masing-masing Percobaan

Konsentrasi (mg/ Zona Hambat (mm)


Bakteri Uji Ulangan Ulangan Ulangan Mean ± S.E
mL)
I II III
Propionibacterium
80 11,75 11,75 8 10,5 ± 1,25
acnes
40 11 11,75 8 10,25 ± 1,15
20 10 10 7 9 ± 1,00
Klindamisin 8 8 8,75 8,25 ± 0,25
DMSO 10% - - - -
Staphylococcus 80 - - - -
epidermidis
40 - - - -
20 - - - -
Klindamisin 24,8 23,1 24,1 24 ± 0,49
DMSO 10% - - - -

Ket : - = tidak terdapat zona hambat

Pharm Sci Res


Sri Wahdaningsih, Eka Kartika Untari, Yunita Fauziah 187

mm; DMSO10% sebagai kontrol negatif fraksi n-Heksana kulit buah naga merah
tidak memiliki zona hambat. Sedangkan, tidak memiliki aktivitas antibakteri pada S.
hasil uji antibakteri fraksi n-Heksana kulit epidermidis. Hal ini dapat disebabkan karena
naga merah pada bakteri S. epidermidis antara bakteri S. aureus dan S. epidermidis
tidak menghasilkan zona hambat pada setiap memiliki perbedaan. Penelitian yang berbeda
konsentrasi fraksi n-Heksana kulit buah naga yaitu penelitian Khalili (2012), menyatakan
merah yang diujikan. Perbedaan hasil antara bahwa kulit buah naga merah yang diekstraksi
bakteri P. acnes dan S. epidermidis ini dapat menggunakan pelarut metanol memiliki
dikarenakan setiap bakteri mempunyai sifat aktivitas antibakteri pada S. epidermidis.
dan ketahanan yang  berbeda-beda  terhadap Sedangkan kulit buah naga merah yang
suatu antibakteri walaupun bakteri tersebut difraksinasi menggunakan pelarut n-Heksana
termasuk dalam satu golongan yang sama tidak memiliki aktivitas antibakteri pada S.
yaitu sama-sama merupakan golongan bakteri epidermidis. Perbedaan hasil keduanya dapat
Gram positif. Bakteri P. acnes memiliki disebabkan karena perbedaan kandungan
sifat pertumbuhan bakteri (fase lag) senyawa yang tertarik pada kedua pelarut
yang lambat, sedangkan bakteri tersebut.
S. epidermidis sebaliknya. Pertumbuhan
bakteri S. epidermidis yang ditanamkan di Berdasarkan hasil pada grafik (gambar
media lebih cepat dibandingkan dengan 2) dapat terlihat bahwa zona hambat yang
penetrasi senyawa antibakteri pada cakram dihasilkan fraksi n-Heksana kulit buah naga
kertas terhadap bakteri sehingga antibakteri merah pada bakteri P. acnes semakin besar
fraksi n-Heksana kulit buah naga merah tidak seiring dengan meningkatnya konsentrasi,
dapat menghambat pertumbuhan bakteri S. sehingga dapat diasumsikan bahwa adanya
epidermidis. Bakteri S. epidermidis tergolong hubungan yang berbanding lurus antara
galur yang tahan terhadap antimikroba, konsentrasi dengan hasil zona hambat. Hal
sehingga untuk menghambat pertumbuhannya ini berkaitan dengan konsentrasi senyawa
diperlukan antimikroba terhadap bakteri yang terlarut pada fraksi, meningkatnya
tersebut yang lebih peka (Jawetz, 2001). konsentrasi fraksi berarti konsentrasi
senyawa kimia yang dapat menghambat
Penelitian ini dilakukan berdasarkan atas pertumbuhan bakteri juga meningkat. Selain
kesamaan golongan bakteri yaitu kesamaan itu, dapat terlihat bahwa zona hambat yang
golongan bakteri Gram positif pada bakteri dihasilkan dari berbagai konsentrasi fraksi
S. aureus pada penelitian Nurmahani n-Heksana kulit buah naga merah lebih
(2012). Hasil penelitian Nurmahani (2012), baik dibandingkan dengan kontrol positif
menyatakan bahwa ekstrak n-Heksana kulit klindamisin 4 µg/disk.
buah naga merah memiliki aktivitas antibakteri
pada S. aureus. Namun pada penelitian ini, Aktivitas antibakteri fraksi n-Heksana kulit

December 2014 (Vol. 1 No. 3)


188 Pharm Sci Res ISSN 2407-2354

buah naga merah pada P. acnes diduga α-amyrin dan β-amyrin yang merupakan
dikarenakan aktivitas dari senyawa yang senyawa golongan terpenoid terbukti
terkandung dalam fraksi n-Heksana. Hasil memiliki aktivitas antibakteri. Mekanisme
skrining fitokimia pada penelitian ini terpenoid sebagai antibakteri adalah bereaksi
menyatakan bahwa sampel mengandung dengan porin (protein transmembran)
senyawa terpenoid dan alkaloid. Hasil pada membran luar dinding sel bakteri,
penelitian Luo (2014), menjelaskan bahwa membentuk ikatan polimer yang kuat
pada kulit buah naga sebagian besar sehingga mengakibatkan rusaknya porin.
mengandung senyawa terpenoid yaitu Rusaknya porin yang merupakan pintu
senyawa α-amyrin dan β-amyrin. Penelitian keluar masuknya senyawa akan mengurangi
yang berbeda oleh Tahany et al (2010), permeabilitas dinding sel bakteri yang akan
menunjukkan bahwa tanaman Moringa mengakibatkan sel bakteri akan kekurangan
pregrina yang difraksinasi menggunakan nutrisi, sehingga pertumbuhan bakteri
pelarut n-Heksana mengandung senyawa terhambat atau mati (Cowan, 1999).

Gambar 1. Hasil uji antibakteri fraksi n-Heksana kulit buah naga merah
(a) P. acnes, (b) S. epidermidis

Konsentrasi (mg/mL)
Gambar 2. Grafik Zona Hambat Fraksi n-Heksana dan Klindamisin 4µg/disk,
terhadap P. acnes

Pharm Sci Res


Sri Wahdaningsih, Eka Kartika Untari, Yunita Fauziah 189

Penelitian Kumar et al (2007), menyatakan bakteri, sehingga lapisan dinding sel tidak
bahwa tanaman Coscinium fenestratum yang terbentuk secara utuh dan menyebabkan
mengandung senyawa alkaloid memiliki kematian sel tersebut (Farida et al., 2010).
aktivitas antibakteri yang lebih baik terhadap Selain itu senyawa alkaloid terdapat gugus
bakteri P. acnes dibandingkan dengan S. basa yang menggandung nitrogen akan
epidermidis. Hasil penelitian Khalili (2012), bereaksi dengan senyawa asam amino
menyatakan bahwa senyawa yang diduga yang menyusun dinding sel bakteri dan
berperan memiliki aktivitas antibakteri pada DNA bakteri. Reaksi ini mengakibatkan
penelitian tersebut adalah senyawa betalain terjadinya perubahan struktur dan susunan
(Geidam et al., 2007; Yang et al., 2004; asam amino sehingga akan menimbulkan
dan Livermore et al., 2002). Berdasarkan perubahan keseimbangan genetik pada
hasil penelitian Valsaraj (1997), alkaloid rantai DNA. Hal ini akan menyebabkan
dan turunannya juga memiliki aktivitas terjadinya lisis sel bakteri yang akan
antibakteri pada S. aureus dan Metilsilin menyebabkan kematian sel pada bakteri
Resisten S. aureus (MRSA). Senyawa utama (Katzung, 2004).
alkaloid yang berperan sebagai antibakteri
seperti senyawa berberine dan harmane Hasil Analisis Data
dengan mekanisme menghambat sintesis
DNA (Hopp et al., 1976 dan Phillipson et al., Hasil zona hambat fraksi n-Heksana kulit
1987). buah naga merah pada bakteri P.acnes
dianalisis menggunakan perangkat program
Mekanisme kerja alkaloid sebagai antibakteri R-Commander versi 3.0.3. Hasil analisis
secara umum dengan cara mengganggu data dapat dilihat pada tabel 3.
komponen penyusun peptidoglikan pada sel

Tabel 3. Hasil Uji Kruskal Wallis Zona Hambat Fraksi n-Heksana Kulit Buah
Naga Merah terhadap P. acnes

Kelompok Perlakuan p-value


DMSO 20 mg/mL 0,03389
40 mg/mL 0,0369
80 mg/mL 0,03389
Klindamisin 0,03389
20 40 mg/mL 0,2683*
80 mg/mL 0,2612*
Klindamisin 0,5002*
40 80 mg/mL 0,6374*
Klindamisin 0,2643*
80 Klindamisin 0,2386*
Ket: *Signifikansi p-value > 005

December 2014 (Vol. 1 No. 3)


190 Pharm Sci Res ISSN 2407-2354

Uji pertama yang dilakukan yaitu uji menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan
normalitas keseluruhan data menggunakan yang signifikan pada hasil zona hambat tiap
Shapiro-Wilk normality test dimana dihasilkan kelompok variasi konsetrasi tersebut. Hal ini
p<0.05 yang menunjukkan zona hambat dari menandakan bahwa aktivitas antibakteri yang
semua kelompok tidak terdistribusi normal. dihasilkan tidak bergantung pada besarnya
Selanjutnya dilakukan uji homogenitas konsentrasi fraksi, artinya potensi antibakteri
data menggunakan uji Levene Test dimana antara konsentrasi 20 mg/mL, 40 mg/mL dan
dihasilkan p<0.05 yang menunjukkan data 80 mg/mL memiliki potensi yang sama.
zona hambat antar semua kelompok tidak
homogen. Hasil tersebut menunjukkan KESIMPULAN
data termasuk non-parametrik sehingga
menggunakan uji Kruskal-Wallis. Uji ini Fraksi n-Heksana kulit buah naga merah
dilakukan untuk melihat adanya perbedaan memiliki aktivitas antibakteri pada bakteri P.
zona hambat secara signifikan atau tidak acnes sedangkan pada bakteri S. epidermidis
antara kelompok kontrol negatif, sampel dan tidak memiliki aktivitas antibakteri
kontrol positif. Hasil uji Kruskal-Wallis yaitu berdasarkan metode difusi cakram (tes Kirby-
dihasilkan p<0.05 yang menunjukkan bahwa Bauer). Hasil diameter rata-rata zona hambat
zona hambat dari semua kelompok memiliki tiap konsentrasi 20; 40; dan 80 mg/mL pada
perbedaan yang signifikan. Perbandingan bakteri P. acnes secara berurutan yakni sebesar
zona hambat pada kelompok kontrol negatif 9 mm; 10,25 mm; dan 10,5 mm.
DMSO dengan berbagai konsentrasi fraksi
n-Heksana kulit buah naga merah memiliki DAFTAR ACUAN
perbedaan zona hambat yang signifikan,
sehingga dapat diasumsikan bahwa fraksi 1. Athikomkulchai, S.,
n-Heksana kulit buah naga merah memiliki Watthanachaiyingcharoen, R., Tunvichien,
aktivitas antibakteri pada P. acnes. Zona S., Vayumhasuwan, P., Karnsomkiet,
hambat yang dihasilkan oleh variasi P., Sae-Jong, P., et al. (2008). The
konsentrasi dibandingkan dengan kontrol development of anti-acne products from
positif tidak memiliki perbedaan yang Eucalyptu globules and Psidium guajava
signifikan sehingga dapat diasumsikan bahwa Oil. Journal Health Research, 22(3), 109-
aktivitas antibakteri yang dihasilkan dari 113.
fraksi n-Heksana kulit buah naga merah tidak 2. Azeredo, H.M.C. (2009). Betalain:
berbeda signifikan dengan kontrol positif Properties, sources, applicaions, and
klindamisin. Konsentrasi 20 mg/mL dengan stabily – a Review. Int. Journal Food
40 mg/mL, 20 mg/mL dengan 80 mg/mL dan Science Technol, 44(12), 2365-2376
40 mg/mL dengan 80 mg/mL dimana semua 3. Budilaksono, W. (2013). Uji aktivitas
uji beda yang dihasilkan yaitu p>0.05 yang antioksidan fraksi n-heksana kulit buah

Pharm Sci Res


Sri Wahdaningsih, Eka Kartika Untari, Yunita Fauziah 191

naga merah (Hylocereus polyrhizus Britton M.C., Schermeister, L.J. Wahba,& Khalil
& Rose) menggunakan metode DPPH S.K. (1976). In vitro antitrypanosomal
(1,1-Defenil-2-Pikril Hidrazil). [Skripsi] activity of certain alkaloids against
Pontianak: Universitas Tanjungpura. Trypanosoma lewisi. Lloydia, 39, 375–
4. Cowan, M. (1999). Plant Product 377.
as Antimicrobial Agent. Clinical 12. Jamilah, B., Shu, C.E., Kharidah,
Microbiology Reviews, 12(4), 564-582. M., Dzulkify, M.A. & Noranizan, A.
5. Dean, J. (2009). Extraction Techniques In Physicochemical characteristics of red
Analytical Science. London: John Wiley pitaya (Hylocereus polyrhizus) peel. Int.
And Sons LTD. Food Research Journal. 2011, 18, 279-
6. Farida, R., Dewa, M., Titis, N., Endrawati. 286.
(2010). Manfaat Sirih Merah (Piper 13. Johnson, A.G. (1994). Mikrobiologi dan
crocatum) Sebagai Agen Anti Bakterial Imunologi. Jakarta: Binarupa Aksara.
Terhadap Bakteri Gram Positif dan 14. Khalili, M.A., Abdullah, A.B., Abdul,
Gram Negatif. Jurnal Kedokteran dan M.A. (2012). Antibacterial activity of flesh
Kesehatan Indonesia. and peel methanol fractions of red pitaya,
7. Geidam, Y.A., H. Usman, M.B., Abubakar, white pitaya and papaya on selected food
& B. Ibrahim. (2007). Effects of aqueous microorganism. Int. Journal of Pharmacy
leaf extracts of Psidium guajava on and Pharmaceutical Science, 4(3), 185-
bacteria isolated from the navel of day-old 190.
chicks. Research Journal of Microbiology, 15. Kumar, G.S., Jayaveera, K.N., Ashok,
2(12), 960-965. K.C.K., Sanjay, U.P., Swamy, B.M.V.,
8. Guenther, E. (1987). Minyak Atsiri. Kishore, K.V.K.. (2007). Antimicrobial
Diterjemahkan oleh R.S Ketaren dan R. effect of indian medicinal plants against
Mulyono. Jakarta: UI Press. acne-inducting bacteria. Tropical Journal
9. Hafez, K.A., Mahran, A.M., Hofny, Pharmaceutical Research. 6(2).:717-
E.R.M., Mohammed, K.A, Darweesh, 723.
A.M., Aal, A. (2009). The impact of 16. Kurokawa, I., Danby, F.W., Ju, Q., Wang,
acne vulgaris on the quality of life and X., Xiang, L.F., Xia, L., Chen, W.C., Nagy,
psychologic status in patients from upper I. et al. (2009). New developments in our
egypt. Int. Journal Dermatology, 48(3), understanding of acne pathogenesis and
280-5. treatment. Experimental Dermatology,
10. Harper, J.C. (2004). An update on the 18(10), 821-32.
pathogenesis and management of acne 17. Lai, K.W., & Mercurio, M.G. (2009).
vulgaris. Journal Am Acad Dermatol, Update on the treatment of acne vulgaris.
51(1), S36-8. JCOM, 16(3),115.
11. Hopp, K.H., Cunningham, L.V., Bromel, 18. Leyden, J.J. (2001). Current issue in

December 2014 (Vol. 1 No. 3)


192 Pharm Sci Res ISSN 2407-2354

antimicrobial therapy for the treatment of polyrhizus and Hylocereus undatus peel
an acnes. Journal Eur Dermatol Venerol, extracts. International Food Research
15(3), 51-55. Journal, 19(1): 77-84.
19. Livermore, D.M., Struelens, M., Amorim, 25. Radji, M.H. (2008). Buku Ajar Analisis
J., et al. (2002). Multicentre evaluation Hayati. Jakarta: EGC.
of the VITEK 2 advanced expert System 26. Phillipson, J.D., O’Neill, M.J. (1987).
for interpretive reading of antimicrobial New leads to the treatment of protozoal
resistance test. Journal Antimicrob Chem infections based on natural product
other, 49, 289-300 molecules. Acta Pharmaceutical Nord, 1,
20. Luo, H., Cai, Y., Peng, Z., Liu, T., Yang, 131-44.
S. (2014). Chemical Composition and In 27. Ridwan, A.R.S. (2012). Stabilitas ekstrak
Vitro Evaluation of The Cytotoxic and kulit buah naga merah (Hylocereus
Antioxidant Activities of Supercritical polyrhizus) sebagai antimikroba terhadap
Carbon Dioxide Extracts of Pitaya mikroba patogen pangan. The Johanes
(Dragon Fruit) Peel. Chemistry Central Oentoro Library UPH.
Journal, 8(1), 2-7. 28. Swanson, I.K. (2003). Antibiotik
21. Nakatsuji, T., Kao, M.C., Fang, J.Y., resistance of Propionibacterium acnes
Zouboulis, C.C., Zhang, L., Gallo RL, in acne vulgaris. Dermatol Nurs, 15(4),
Huang CM. (2009). Antimicrobial 5359-361.
property of lauric acid against P.acnes; 29. Tahany, M.A., Hegazy, A.K., Sayed,
its therapeutic potential for inflammatory A.M., Kabiel, H.F., El-Alfy, & El-
acne vulgaris. Journal invest Dermatol, Komy, S.M. (2010). Study on combined
129(10), 2480-8. antimicrobial activity some biologically
22. Novitasari, A. (2010). Isolasi dan uji active constituents from wild Moringa
antibakteri fraksi n-Heksana akar tanaman peregrina Forssk. Journal of Yeast and
purwo (Eryngium foetidum) terhadap a Fungal Research, 1(1), 015-024.
aureus ATCC 25923 dan Escherichia 30. Valsaraj, R., Pushpangadan, P., Smith,
coli ATCC 25922. U.V., et al. (1997). Antimcrobial screening
23. Nurliyana, R., Syed, Z.I., Mustapha, of selected medisinal plants from India.
S.K., Aisyah, M.R., Kamarul, R.K. Journal Ethnopharmavol, 58, 75-83.
(2010). Antioxidant study of pulps and 31. Wasitaatmaja, S.M. (1997). Penuntut
peels of dragon fruits: A comparative Ilmu Kosmetik Medik. Jakarta: UI Press.
study. Int. Food Research Journal 32. Widyasari, A.R. (2008). Karakterisasi
Malaysia, p.;367-375. dan Uji Antibakteri Senyawa Kimia
24. Nurmahani, M.M., Osman, A., Hamid, Fraksi n-Heksana dari Kulit Batang
A.A., M.Ghazali F., Pak Dek, M.S.(2012). Pohon Angsret (Spathoda campanulata
Antibacterial property of Hylocereus Beauv). Skripsi. Malang: Jurusan Kimia

Pharm Sci Res


Sri Wahdaningsih, Eka Kartika Untari, Yunita Fauziah 193

Fakultas MIPA Universitas Brawijaya. 34. Zainoldin, K.D. (2012). The effect of
33. Huang, Y., Boersma , J.G. , Mingpei, Hylocereus polyrhizus and Hylocereus
You, Buirchell, B.J., Sweetingham, M.W. undatus on physicochemical, proteolysis
(2004). Development and implementation and antioxidant activity in yogurt. Int.
of a sequence-specific PCR marker Journal of Biological and Life Science,
linked to a gene conferring resistance 8(2), 93-98.
to Anthracnose disease in narrow-
leafed lupin (Lupinus angustifolius L.).
Molecular Breeding, 14, 145-151.

December 2014 (Vol. 1 No. 3)

Anda mungkin juga menyukai