Diusulkan Oleh :
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BAITURRAHMAH
PADANG 2022
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………….
1.1 Latar Belakang………………………………………………………………………….
1.2 Rumusan Masalah………………………………………………………………………
1.3 Tujuan dan Manfaat…………………………………………………………………….
BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………………..
2.1 Injeksi Suspensi…………………………………………………………………………
2.2 Injeksi Emulsi…………………………………………………………………………..
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN………………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………...
BAB I
PENDAHULUAN
E. Pengembangan Formulasi
1. Komposisi Suspensi, dimana suspensi parenteral mengandung bahan yang
meliputi zat aktif dan zat tambahan.
2. Bahan tambahan yang biasanya digunakan dalam preparasi parenteral dimana
secara fisika-kimiawi harus cocok dengan zat aktif. Bahan tambahan harus
bersifat nonpirogenik, nontoksik, nonhemolitik dan noniritatif. Peran dari zat
tambahan tidak boleh mengganggu efek terapetik zat aktif. Bahan tambahan
berperan dalam menjaga stabilitasnya selama proses sterilisasi dan selama
masa penyimpanan dan yang paling terutama efektif pada konsentrasi rendah.
3. Pelarut (Solvent)
Pelarut (Solvent) untuk suspensi injeksi dapat digunakan pelarut yang polar
maupun yang nonpolar.
4. Zat Pengawet
Bahan pengawet yang dapat digunakan dalam suspensi injeksi antara lain :
Benzil Alkohol (0,9% – 1,5%)
Metilparaben (0,18% – 0,2%)
Propilparaben (0,02%)
Benzalkonium Klorida (0,01% – 0,02%)
Thimersal (0,001% – 0,01%)
5. Antioksidan
6. Agen Chelating (Pengkelat)
Contoh pengkhelat (Chelating agent) yang biasanya digunakan dalam
formulasi sediaan suspensi injeksi adalah EDTA (Etilendiamintetraasetat).
7. Agen buffer/penyangga (Pendapar)
Contoh pendapar (Buffering agent) yang biasanya digunakan dalam
formulasi sediaan suspensi injeksi adalah Asam Sitrat dan Sodium Sitrat.
8. Toniciting agent (Pengtonisitas)
Contoh pengisotonis (Toniciting agent) yang biasanya digunakan dalam
formulasi sediaan suspensi injeksi adalah Dekstrosa, Sodium Klorida.
Persyaratan :
1.Aman
Injeksi tidak boleh menyebabkan iritasi jaringan atau menimbulkan efek
toksik.
2. Sedapat mungkin isohidris
Isohidris artinya pH larutan diinjeksikan sama dengan pH darah dan cairan
tubuh lain, yaitu pH 7,4. Hal ini dimaksudkan agar bila diinjeksikan ke badan
tidak terasa sakit dan penyerapan obat dapat maksimal.Sedapat mungkin
isotonisIsotonis artinya mempunyai tekanan osmosa yang sama dengan tekanan
osmosa darah dan cairan tubuh yang lain, yaitu sebanding dengan tekanan
osmosa larutan natrium klorida 0,9%. Penyuntikan larutan yang tidak isotonis ke
dalam tubuh dapat menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan. Bila larutan yang
disuntikkan hipotonis (mempunyai tekanan osmosa yang lebih kecil) terhadap
cairan tubuh, maka udara akan diserap masuk ke dalam sel tubuh yang akhirnya
mengembang dan dapat pecah.
3. Tidak berwarna
Pada sediaan obat yang disuntikkan tidak diperbolehkan adanya penambahan
zat warna dengan maksud untuk memberikan warna pada sediaan tersebut,
kecuali bila obatnya memang berwarna
4.Steril
Suatu bahan dikatakan steril jika terbebas dari mikroorganisme hidup yang
patogen maupun yang tidak, baik dalam bentuk vegetatif maupun dalam bentuk
tidak vegetatif (spora).
5. Bebas pirogen
Hal ini harus diperhatikan terutama pada pemberian injeksi dengan volume
besar
D. Pengembangan Formulasi
1. Fase Minyak
Fase minyak yang paling banyak digunakan adalah minyak ikan, minyak
kacang, minyak zaitun, minyak kapas dan minyak kedelai
2. Fase Air
3. Emulgator
Emulgator merupakan komponen penting dalam formula sediaan emulsi
untuk menghasilkan dan menjaga stabilitas emulsi selama penyimpanan dan
pemakaian. Tanpa adanya emulgator, maka emulsi akan segera pecah dan
terpisah menjadi fase terdispersi dan medium pendispersinya
4. Agen Chelating (Pengkelat)
Contoh pengkhelat (Chelating agent) yang biasanya digunakan dalam
formulasi sediaan suspensi injeksi adalah EDTA (Etilendiamintetraasetat).
5. Zat Pengawet
Bahan pengawet yang dapat digunakan dalam suspensi injeksi antara lain :
Benzil Alkohol (0,9% – 1,5%)
Metilparaben (0,18% – 0,2%)
Propilparaben (0,02%)
Benzalkonium Klorida (0,01% – 0,02%)
Thimersal (0,001% – 0,01%)
6. Agen buffer/penyangga (Pendapar)
Contoh pendapar (Buffering agent) yang biasanya digunakan dalam
formulasi sediaan suspensi injeksi adalah Asam Sitrat dan Sodium Sitrat.
7. Toniciting agent (Pengtonisitas)
Contoh pengisotonis (Toniciting agent) yang biasanya digunakan dalam
formulasi sediaan suspensi injeksi adalah Dekstrosa, Sodium Klorida.
8. Antioksidan
E. Formula Sediaan
F. Evaluasi Sediaan
Evaluasi dilakukan setelah sediaan disterilkan dan sebelum wadah dipasang etiket
dan dikemas
1. Evaluasi Fisika
Penetapan pH
Bahan Partikulat dalam Injeksi
Penetapan Volume Injeksi Dlam Wadah
Uji Keseragaman Bobot dan Keseragaman Volume
Uji Kejernihan Larutan
Uji Kebocoran (Dry Bath Test dan Double Vacuum Pull)
2. Evaluasi Biologi
Uji Efektivitas Pengawet Antimikroba
Uji Sterilitas
Uji Endotoksin Bakteri
Uji Pirogen
Uji Kandungan Zat Antimikroba
3. Evaluasi Kimia
Uji Identifikasi (Sesuai dengan monografi sediaan masing-masing)
Penetapan Kadar (Sesuai dengan monografi sediaan masing-masing)
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
1.1 Kesimpulan
1. Suspensi parenteral adalah suspensi yang dikemas sedemkian rupa sehingga
cocok untuk diberikan dalam bentuk injeksi hipodermis dengan pembawa atau
zat pensuspensi yang cocok.
2. Emulsi merupakan sediaan yang mengandung bahan obat cair atau larutan obat
yang terdispersi dalam cairan pembawa dan distabilkan dengan zat pengemulsi
atau surfaktan yang cocok.
2.1 Saran
Untuk mengurangi rasa sakit dan iritasi pada jaringan maka sebaiknya diameter
partikel lebih kecil dari 5 µ. Reduksi ukuran partikel ini dilakukan secara mekanis dengan
menggilingnya atau dengan kristalisasi sebagai mikrokristal.
DAFTAR PUSTAKA
Ansel, H. C., 2008, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, ed IV, Alih bahasa Ibrahim, F.
Jakarta : UI Press.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia . 1979 . Farmakope Indonesia Edisi III .
Jakarta : Dekpes RI.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia . 1995 . Farmakope Indonesia Edisi IV .
Jakarta : Dekpes RI.
Rajesh M. Patel; Parenteral suspension: An overview, International Journal of Current
Pharmaceutical Research Vol 2, Issue 3, 2010.
Tungadi, Robert. 2014. Teknologi Sediaan Liquida dan Semisolid. Jakarta : Segung Seto.
Tungadi, Robert. 2017. Teknologi Sediaan Steril. Jakarta : Sagung Seto.