Anda di halaman 1dari 42

 Program evaluasi penggunaan obat (EPO) di

rumah sakit adalah suatu proses jaminan


mutu yang terstruktur, dilaksanakan terus-
menerus, dan diotorisasi rumah sakit,
ditujukan untuk memastikan bahwa obat-
obatan digunakan dengan tepat, aman,
dan efektif (ASHP.1994)
 Proses sistematis dan berkesinambungan
dalam menilai kerasionalan terapi obat
melalui evaluasi data penggunaan obat pada
suatu sistem pelayanan dengan mengacu
pada kriteria dan standar yang telah
ditetapkan (ASHP) (Petunjuk Teknis
Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah
Sakit, 2019)
 Evaluasi Penggunaan Obat Kuantitatif,
contoh: pola peresepan obat, pola
penggunaan obat
 Evaluasi Penggunaan Obat Kualitatif,
contoh: kerasionalan penggunaan (indikasi,
dosis, rute pemberian, hasil terapi)
farmakoekonomi, contoh: analisis Analisis
Minimalisasi Biaya, Analisis Efektifitas Biaya,
Analisis Manfaat Biaya, Analisis Utilitas
Biaya
 mendorong penggunaan obat yang rasional
 meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan
 menurunkan pembiayaan yang tidak perlu
 Perbaikan pola penggunaan obat secara
berkelanjutan berdasarkan bukti
 Mengadakan pengkajian penggunaan obat
yang efisien dan terus menerus
 Meningkatkan pengembangan standar
penggunaan terapi obat
 Mengidentifikasi bidang yang perlu untuk
materi edukasi berkelanjutan
 Meningkatkan kemitraan antar
pribadi profesional pelayan kesehatan
 Menyempurnakan pelayanan pasien yang
diberikan
 Mengurangi resiko tuntutan hukum pada
rumah sakit
 Mengurangi biaya rumah sakit
dan perawatan pasien
 Kriteria / standar penggunaan obat
 Mengidentifikasi masalah penting
 dan yang mungkin terjadi baik secara prospektif
(sebelum pengobatan), konkuren (pengobatan
sedang berlangsung) atau retrospektif (setelah
pengobatan)
 Menetapkan prioritas untuk menginvestigasi dan
solusi masalah
 Mengkaji secara objektif, penyebab dan
lingkup masalah dengan menggunakan kriteria
yang absah secara klinik
 Solusi masalah
 Mencanangkan dan menerapkan tindakan untuk
memperbaiki atau meniadakan masalah
 Memantau solusi masalah dan keefektifannya
 Mendokumentasi serta melaporkan secara
terjadwal temuan, rekomendasi, tindakan yang
diambil, dan hasilnya. Tindakan yang diambil
dapat berupa pengaturan atau edukasi yang
cocok dengan keadaan dan kebijakan rumah
sakit.
 Pelaksana EPO
 Obat yang Dievaluasi
 Proses untuk Memantau dan Mengevaluasi
Penggunaan Obat
 Pelaksana EPO
 staf medik, sebagai suatu proses yang terus
menerus terencana dan sistematik, berbasis
kriteria untuk memantau dan mengevaluasi
penggunaan obat profilaksis, terapi dan
empirik untuk membantu memastikan apakah
obat tersebut sudah diberikan dengan tepat,
aman dan efektif.
 Obat yang Dievaluasi
Berdasarkan :
 Proses untuk Memantau dan Mengevaluasi
Penggunaan Obat

 Dilakukan oleh staf medik dengan bekerja sama


dengan IFRS, bagian keperawatan, staf
manajemen, administratif, dan bagian
pelayanan
 Didasarkan pada penggunaan kriteria objektif
yang merefleksikan pengetahuan mutakhir,
pengalaman klinik dan pustaka yang relevan
 Dapat mencakup penggunaan mekanisme
mengidentifikasi, dan mengevaluasi suatu
masalah
 Komite Farmasi dan Terapi (KFT)
bertanggung jawab mengatur semua aspek
dari siklus obat dalam RS, mulai dari
pengadaan sampai ke evaluasi. Biasanya
ditunjuk bertanggung jawab untuk memimpin
EPO
 Panitia Pengendalian Infeksi (PPI)
bertanggung jawab dalam pengendalian
infeksi. Biasanya bertanggung jawab untuk
mengevaluasi penggunaan obat
antibiotika.
 Panitia Staf Medik Fungsional (SMF)
SMF Pediatrik, bedah, penyakit dalam, neuro,
obgyn, dll
 Panitia EPO
Beberapa RS membentuk suatu panitia khusus
dengan tanggung jawab khusus untuk EPO
 Panitia Audit Medik (PAM)
Suatu panitia tetap dari staf medik terorganisasi.
Diberi wewenang untuk mengevaluasi pelayanan
medik. Biasanya dilakukan oleh kelompok ahli
yang sama (peer review).
 Panitia Jaminan Mutu (PJM)
untuk memadukan semua proses jaminan mutu
yang terjadi diseluruh RS. Kebanyakan RS
mempunyai panitia jaminan mutu sentral .
 Menetapkan ruang lingkup
 Menetapkan kriteria dan standar
 Mendapatkan persetujuan dari pimpinan
 Sosialisasi kegiatan di depan klinisi
 Mengumpulkan data
 Mengevaluasi data
 Melakukan tindakan koreksi/perbaikan
 Melakukan evaluasi kembali
 Merevisi kriteria/standar (jika diperlukan)
1. Analisis masalah obat berdasarkan kriteria yang
ditetapkan sebagai prioritas
 a) Biaya obat tinggi
 b) Obat dengan pemakaian tinggi
 c) Frekuensi ADR tinggi
 d) Kurang jelas efektifitasnya
 e) antibiotik
 f) injeksi
 g) Obat baru
 h) Kurang dalam penggunaan
2) program EPO tahunan
3) pemilihan penelitian/guidelines /standar
sebagai standar pembanding
1) Mengevaluasi pengggunaan obat
secara kualitatif
Dapat digunakan berdasarkan langkah sistematis
sebagai berikut:
a) Identifikasi target EPO berdasarkan:
Lingkup Potensial masalah:
(1) Biaya obat tinggi
(2) Obat dengan pemakaian tinggi
(3) Frekuensi ADR tinggi
(4) Kurang jelas efektifitasnya
(5) Antibiotik
(6) Injeksi
(7) Obat baru
(8) Kurang dalam penggunaan
(ex: ACEIs untuk CHF)
 Menentukan dan menetapkan prioritas yang
akan dilakukan EPO,
misalnya: evaluasi penggunaan Meropenem
pasien ICU dengan lingkup masalah: biaya obat
tinggi, pemakaian tinggi atau antibiotic
b) Mencari referensi ilmiah
Evaluasi penggunaan obat harus berbasis pada
bukti ilmiah terbaru
(1) original research papers,
(2) review articles,
(3) evidence-based guidelines
Kadang memerlukan bantuan PIO untuk
mendapatkan artikel yg memenuhi syarat
melalui critical appraisal.
c) Tentukan kriteria EPO
Tentukan kriteria berdasar hasil evaluasi literatur
(1) Indikator proses
(a) Tentukan dengan seksama indikasi
penggunaan, dosis, rute, durasi, kadar obat
(b) contoh indikasi ondansetron: mual atau
muntah yang tidak mampu dikendalikan oleh
antiemetika konvensional
(2) indikator “outcome ”
Contoh target tekanan darah untuk obat
antihipertensi
d) Desain
Menetapkan pengambilan data
secara: (1)Retrospektif
(2) Konkuren
 Retrospektif
Obat yang telah di gunakan untuk penderita di
pelajari dan di nilai tepat atau tidak terhadap
kriteria penggunaan obat. Metode retrospektif
mudah dan praktis di laksanakan.
 Konkuren
Metode konkuren akan memberikan kesempatan
untuk tindakan perbaikan karena penderita masih
ada di rumah sakit tetapi pelaksanaan lebih rumit di
bandingkan metode retrospektif karena kesalahan
yang terjadi harus dibicarakan dengan dokter.
 Prospektif
Dilakukan dengan membuat kriteria penggunaan
obat. Metode ini memberikan pendidikan yang baik
bagi apoteker, tetapi pelaksanaannya harus baik
agar tidak terjadi konfrontasi dengan dokter.
Prakteknya apoteker harus mempelajari order obat
pada saat penderita menerima resep, jika terjadi
masalah maka obat tidak di tetapkan sampai
masalah tersebut didiskusikan dengan dokter
(3) Prospektif
2) Desain Formulir pengambilan data
a) Pertimbangkan data yang diperlukan untuk evaluasi
(1) Pastikan formulir mengakomodasi semua
data yang diperlukan oleh satu pasien
(2) Hindari pengambilan data yang tidak akan
digunakan Analisa
b) Ciptakan formulir sesederhana mungkin
Untuk memastikan pengambilan data cepat dan
akurat
c) Lakukan uji coba untuk beberapa pasien sebagai uji
formulir dan melakukan perubahan formulir jika
diperlukan
3) Pengumpulan data
Sumber data:
a) Data resep and klinik
(1) Grafik pengobatan/resep
(2) Catatan pelayanan farmasi
(3) Catatan medik, sejarah pasien,
catatan kemajuan pasien
(4) Catatan penyakit pasien
(5) Grafik pemantauan (TD, suhu, nadi, pulse, etc)
(6) Dokter, apoteker, perawat, pasien (prospektif)
b) Data Administratif
(1) Pembelian farmasi
(2) Pengeluaran Gudang
4) Evaluasi data
a) Tabulasi data
Gunakan kertas kerja atau data base
b) Analisa data
(1) Bandingkan realita dan standar kriteria
(2) Identifikasi variabilitas praktis
(3) Evaluasi alasan timbulanya variasi: Beda
populasi pasien, Lemahnya pengetahuan
penulis resep, Pemasaran pabrik
farmasi/salah informasi, Kesulitan akses
“guidelines”, kekurangan sumberdaya
(e.g. tes laborat)
5) Umpan Balik Hasil
a) Penulis resep
b) Apoteker
c) Pimpinan
d) KFT

Umpan balik dapat disajikan bervariasi


 a) Laporan tertulis
 b) Presentasi
6) Tindak Lanjut
Tipe tindakan
a) Umpan balik ke penulis resep
Bandingkan antara realita dan
‘best practice ’
b) Kampanye Pendidikan
(1) Presentasi
(2) Poster
(3) Bulletin
c) Mengembangkan pedoman peresepan
lokal
(1) evidence and consensus-based
(2) opinion-leaders
d) Pengaturan formularium
Pembatasan ketersediaan obat yang tidak
jelas
1. Mengadakan pengkajian penggunaan obat yang efisien dan terus
menerus.
2. Meningkatkan pengembangan standar penggunaan terapi obat.
3. Mengidentifikasi bidang yang perlu untuk materi edukasi
berkelanjutan.
4. Meningkatkan kemitraan antar pribadi propesional pelayan
kesehatan.
5. Menyempurnakan pelayanan penderita yang diberikan.
6. Mengurangi resiko tuntutan hukum pada rumah sakit.
7. Mengurangi biaya rumah sakit dan perawatan penderita
sebagai akibat dosis yang akurat, efek samping yang lebih
sedikit, dan waktu hospitalisasi yang lebih singkat
Pelaksanaan DUE minimal sekali dalam
setahun
i. Bekerjasama dengan staf medis dan dgn yg
lain, mengadakan koordinasi harian program
EPO
ii. Menyediakan data kuantitatif penggunaan
obat untuk menetapkan obat yg akan
dievaluasi (data konsumtif terakhir)
iii. Menyiapkan konsep kriteria penggunaan
obat/standar dgn bekerjasama dgn staf medik
dan lain lain untuk disetujui oleh tim EPO, PFT
dan ketua komite medik.
iv. Mengumpulkan data penggunaan obat yg akan
dievaluasi dan mengkaji order obat, profil
pengobatan pasien (P3), terhadap kriteria
penggunaan obat yg telah ditetapkan
v. Menginterpretasikan dan melaporkan temuan
evaluasi kepada Tim EPO, dan memformulasi
rekomendasi tindakan perbaikan yg akan
diusulkan Tim EPO, ke pemimpin rumah sakit
vi. Berpartisipasi dlm program tindakan
perbaikan, misalnya dlm edukasi
utk memperbaiki temuan evaluasi
vii. Memantau keefektifan tindakan perbaikan
dan membuat laporan tertulis tentang
hasil pemantauan tersebut

Anda mungkin juga menyukai