Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL


“Sediaan Steril Infus Kalsium Glukonat 3% dan Kalsium
Saccharat 0,5%”

Disusun oleh:

Ana Kania

P17335116018

Dosen Pembimbing : Septiani Puji Rahayu, S.Farm.

POLTEKKES KEMENKES BANDUNG


JURUSAN FARMASI
2018
INFUS KALSIUM GLUKONAT 3% DAN KALSIUM SACCHARAT 0,5%

I. TUJUAN PRAKTIKUM
Mampu membuat formulasi, sediaan dan mengevaluasi sediaan steril infus
intravena dengan bahan aktif Kalsium Glukonat 3% dan Kalsium Saccharat 0,5%

II. PENDAHULUAN
Sediaan parenteral volume besar adalah produk obat dengan pembawa air
dalam bentuk kontainer dosis tunggal, disterilisasi secara terminal dengan kapasitas
100 milimeter atau lebih, yang akan diberikan atau digunakan pada manusia (Agoes,
2009).
Injeksi adalah sediaan steril, bebas pirogen dan dimaksudkan untuk diberikan
secara parenteral. Obat-obatan dapat disuntikkan ke hampir semua organ atau area
tubuh, termasuk sendi (intraartikular), daerah cairan sendi (intrasynovial), tulang
belakang (intraspinal), cairan tulang belakang (intratekal), arteri (intra-arteri), dan,
dalam keadaan darurat, bahkan jantung (intracardiac). Namun, sebagian besar
suntikan masuk ke pembuluh darah (intravena, IV), ke otot (intramuskular, IM), ke
dalam kulit (intradermal, ID; intrakutan), atau di bawah kulit (Ansel, 2014).
Pemberian larutan secara intravena merupakan rute pemberian cairan obat
dalam jumlah besar yang akan terdistribusi dengan cepat. Kecepatan infusi dapat
dikendalikan untuk menetapkan dan menjaga kadar obat yang diperlukan dalam
darah; melalui pompa kecepatan pemberian obat secara tepat sesuai kebutuhan
(Agoes, 2009).
Obat yang diberikan secara intravena bertindak secara cepat dibandingkan
dengan rute administrasi lainnya, karena penyerapan obat dalam kadar darah optimal
dapat dicapai dengan akurasi dan kecepatan yang tidak mungkin dicapai oleh rute
lain. Dalam keadaan darurat, pemberian obat intravena dapat menyelamatkan nyawa
seseorang karena obat langsung diedarkan ke sirkulasi darah dan efek obat cepat. Di
sisi negatifnya, ketika obat diberikan secara intravena, maka tidak dapat diambil
kembali. Selain itu, dosis intravena mungkin berbeda jauh dari dosis oral. Jadi,
pemilihan intravena harus sangat hati-hati untuk mencegah overdosis atau

1
underdosing (Ansel, 2014).
Salah satu jenis infus dengan rute intravena adalah Infus Kalsium Glukonat.
Kalsium Glukonat adalah garam kalsium yang digunakan dalam pengobatan
hipokalsemia dan keadaan defisiensi kalsium akibat defisiensi makanan atau karena
penuaan usia. Intravena garam kalsium juga digunakan untuk membalikkan efek
toksik jantung dari kalium pada pengobatan darurat hiperkalemia berat dan sebagai
antidota magnesium pada hipermagnesemia berat. Infus intravena kalsium glukonat
diberikan dengan dosis 10-20 mL kalsium glukonat 10% dengan kecepatan titrasi 15
mL/menit (Sweetman, 2009).

III. TINJAUAN PUSTAKA


Infundabilia atau infus intravena adalah sediaan steril berupa larutan atau
emulsi, bebas pirogen dan sedapat mungkin dibuat isotonis terhadap darah, dan
disuntikkan langsung ke dalam vena dalam volume relatif banyak (Syamsuni, 2006).
Suatu obat yang dibuat dalam bentuk sediaan injeksi dapat memberikan
keuntungan dan kerugian. Beberapa keuntungan bentuk sediaan injeksi adalah
sebagai berikut (Syamsuni, 2006) :
1. Bekerja cepat
2. Dapat digunakan untuk obat yang rusak jika terkena cairan lambung, merangsang
jika masuk ke cairan lambung, atau tidak diabsorpsi baik jika masuk ke cairan
lambung.
3. Kemurnian dan takaran zat berkhasiat lebih terjamin.
4. Dapat digunakan sebagai depo terapi.
Sediaan yang bisa diinjeksi biasanya adalah larutan steril atau suspensi obat-
obatan dalam air atau zat pembawa fisiologis lainnya yang sesuai. Seperti disebutkan
sebelumnya, obat dalam larutan diserap dengan cepat. Selain itu, karena cairan tubuh
sebagian besar adalah air, dengan menggunakan obat-obatan yang tersuspensi dalam
pembawa berminyak, suatu persiapan dengan karakteristik penyerapan yang lebih
lambat dapat diformulasikan untuk menyediakan persiapan depot, yaitu pelepasan
reservoir obat yang perlahan-lahan dilepaskan ke dalam sirkulasi sistemik.
Pemberian intravena melibatkan injeksi larutan steril langsung ke vena pada kadar

2
yang sesuai. Volume yang dikirim dapat berkisar dari beberapa mililiter, seperti
dalam perawatan darurat atau untuk hipnotik, hingga jumlah liter, seperti pada
perawatan penggantian cairan atau pemberian nutrisi. Mengingat penerimaan pasien
yang secara umum negatif dari rute pemberian obat yang penting ini, terutama yang
terkait dengan rasa sakit dan ketidaknyamanan, perkembangan terakhir difokuskan
pada sistem injeksi 'free needle' yang mendorong obat dalam larutan berair atau
bentuk bubuk dengan kecepatan tinggi langsung melalui lapisan eksternal kulit
(Aulton, 2014).
Salah satu jenis infus dengan rute intravena adalah Infus Kalsium Glukonat.
Kalsium Glukonat adalah garam kalsium yang digunakan dalam pengobatan
hipokalsemia dan keadaan defisiensi kalsium akibat defisiensi makanan atau karena
penuaan usia. Intravena garam kalsium juga digunakan untuk membalikkan efek
toksik jantung dari kalium pada pengobatan darurat hiperkalemia berat dan sebagai
antidota magnesium pada hipermagnesemia berat. Infus intravena kalsium glukonat
diberikan dengan dosis 10-20 mL kalsium glukonat 10% dengan kecepatan titrasi 15
mL/menit (Sweetman, 2009).

IV. FORMULASI
1. Kalsium Glukonat
Pemerian Hablur, granul atau serbuk putig, tidak berbau, tidak
berasa, stabil di udara (FI V, hlm 588. pdf)
Kelarutan Agak sukar larut dalam air, mudah larut dalam air
mendidih, tidak larut dalam etanol. Larutan bersifat
netral pada lakmus (FI V, hlm 588. pdf)
Stabilitas
 Panas  Meleleh dan terdekomposisi pada suhu sekitar
178˚C
 Hidrolisis  Stabil pada udara dan tidak kehilangan kadar air
pada pengeringan tanpa mengalami dekomposisi.
Terdekomposisi oleh larutan asam mineral
(Remington 21st ed, hlm. 1338)

3
 Cahaya  Hindari dari temperatur tinggi, percikan api, dan
semua sumber api. Hindari dari sinar matahari
langsung (MSDS of Calcium Gluconate, 2009.
softcopy)
pH Stabil pada 6,0-8,2 (FI V, hlm. 588)
Penyimpanan Disimpan pada wadah tertutup baik terlindung dari
cahaya
(FI V, hlm. 588)
Kesimpulan :
Bentuk zat aktif yang digunakan (basa/asam/garam/ester) : garam
Bentuk sediaan (lar/susp/emulsi/serbuk rekonstitusi) : larutan infus
Cara sterilisasi sediaan : Metode panas basah dengan autoklaf 121o C, 15 menit,
15 psi
Kemasan : Botol infus gelas boro silikat tipe 1

2. Kalsium Saccharat
Pemerian Serbuk kristal putih, tidak berwarna (Martindale 36th ed, hlm.
2272)
Kelarutan Sangat sukar larut dalam air dingin dan alkohol, sukar larut
dalam air mendidih, larut dalam larutan kalsium glukonat
(Martindale 36th ed, hlm. 2272)
Stabilitas Melepaskan air dari kristal ketika dipanaskan. Tidak stabil
apabila dipanaskan pada suhu yang terlalu tinggi.Hindari dari
suhu panas dan sumber api. Disimpan di tempat yang
terlindung dari sinar matahari langsung (MSDS of Na.
Sacchharat)
Kegunaan Penstabil dan peningkat kelarutan kalsium glukonat
Inkompabilitas (Tidak ditemukan di pustaka Martindale 2009)

3. NaCl
Pemerian Serbuk kristal putih atau kristal tidak berwarna, rasa asin
(HOPE 6th ed, hlm. 639)
Kelarutan Larut dalam 2,8 bagian air (HOPE 6th ed, hlm. 639)

4
Stabilitas Ketika dipanaskan sampai penguraian akan memancarkan asap
beracun. Dapat menyerap kelembaban dan menyebabkan
gumpalan (Properti Berbahaya dari Bahan-Bahan Industri 11st
ed. softcopy)
Kegunaan Pengisotonis
Inkompabilitas Inkompatibel dengan pengoksidator kuat (HOPE 6th ed, hlm.
639)

4. Karbon Aktif
Pemerian Serbuk halus, bebas dari butiran, hitam, tidak berbau, tidak
berasa (FI V, hlm 130. pdf)
Kelarutan Praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol (FI V, hlm 130.
pdf)
Stabilitas (Tidak ditemukan di pustaka FI V, HOPE, USP, Japanese
Pharmacopeia, British Pharmacopeia)
Kegunaan Depirogenasi
Inkompabilitas (Tidak ditemukan di pustaka HOPE 6th ed, Martindale, dan FI
V)

5. Natrium Hidroksida
Pemerian Putih atau praktis putih, keras, rapuh, dan menunjukkan
pecaham hablur (FI V, hlm. 912. pdf)
Kelarutan Sangat mudah larut dalam air, mudah larut dalam etanol (FI V,
hlm. 912. pdf)
Stabilitas Jika terpapar di udara akan menyerap CO2 dan lembab (FI V,
hlm. 912. pdf)
Kegunaan Adjuster pH
Inkompabilitas Natrium hidroksida adalah basa kuat dan tidak sesuai dengan
zat yang mudah mengalami hidrolisis atau oksidasi. Ia akan
bereaksi dengan asam, ester, dan eter, terutama dalam larutan
berair (HOPE 6th ed, hlm. 649)

6. Asam Klorida

5
Pemerian Cairan tidak berwarna, berasap, bau merangsang. Jika
diencerkan dengan 2 bagian air asap akan hilang (FI V, hlm.
156. pdf)
Kelarutan Dapat bercampur dengan air, larut dalam dietileter, etanol
(95%), dan metanol (HOPE 6th ed. hlm. 308)
Stabilitas Terlalu lama terkena api atau panas yang hebat dapat
menyebabkan pecahnya dan merobeknya wadah (HOPE 6th
ed. hlm. 308)
Kegunaan Adjuster pH
Inkompabilitas Asam hidroklorida bereaksi hebat dengan alkali, dengan
evolusi sejumlah besar panas. Asam hidroklorida juga bereaksi
dengan banyak logam, membebaskan hidrogen (HOPE 6th ed.
hlm. 308)

7. Aqua Pro Injeksi


Pemerian Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa
(HOPE 6th ed, hlm. 764)
Kelarutan Bercampur atau dapat bercampur dengan pelarut polar lainnya
(HOPE 6th ed, hlm. 764)
Stabilitas Secara kimiawi stabil pada segala kondisi fisik, dapat bereaksi
dengan zat yang rentan terhadap hidrolisis. Stabilitas pH yang
digunakan pada sediaan injeksi 5,0 -7,0 (HOPE 6th ed, hlm.
764)
Kegunaan Pembawa
Inkompabilitas (Tidak ditemukan di pustaka HOPE 6 th ed, 2009)

V. PENDEKATAN FORMULA
No. Nama Bahan Jumlah Kegunaan
1 Kalsium Glukonat 3,15% Zat Aktif
2 Kalsium Saccharat 0,5 % Penstabil zat aktif
3 NaCl 0,3549% Pengisotonis
4 NaOH 0,1 N 2% Adjuster pH

6
5 Aqua Pro Injection ad 100% Pembawa

VI. PERHITUNGAN TONISITAS, OSMOLARITAS, DAPAR


a. Perhitungan Tonisitas
1) Kalsium Glukonat 3,15%
Nilai D = 0,24oC per 3%
Nilai D dalam sediaan = 0,24/3 x 3.15 = 0,252oC
2) Kalsium Saccharat 0,5%
Liso = 4,8 (Divalent-Univalent Electrolyte)
Mr = 320,26 g/mol
Bobot dalam sediaan = 0,5/100 x 700 ml = 3,5 gram
C = g/Mr x 1000/v
= 3,5/320,26 x 1000/700 = 0,0156
ΔTf = Liso x C
= 4,8 x 0,0156
= 0,0749 oC
3) ΔTf agar isotonis = 0,52 oC – (0,252+ 0,0749)
= 0,1931
4) NaCl yang dibutuhkan = 0,1931oC /0,52oC x 0,9%
= 0,3342%
NaCL dalam 700 mL = 0,3342/100 x 700 mL = 2,3394 gram

b. Perhitungan Osmolaritas
1) Kalsium Glukonat 3%
Bobot dalam sediaan = 3/100 x 700 mL = 21 gram
Bobot dalam g/L = 21 g x 1000 mL/ 700 ml = 30 g/L
Mr = 448,4 g/mol
n = 3 ion
mOsmole/L = 30 x 1000 x 3 / 448,4
= 200,7136 mOsmole/L

7
2) Kalsium Saccharat 0,5%
Bobot dalam sediaan = 0,5/100 x 700 mL = 3,5 gram
Bobot dalam g/L = 3,5 g x 1000 mL/ 700 ml = 5 g/L
Mr = 320,26 g/mol
n = 3 ion
mOsmole/L = 5 x 1000 x 3 / 320,26
= 46,8369 mOsmole/L
3) NaCl 0,3342%
Bobot dalam sediaan = 2,3394 gram
Bobot dalam g/L = 2,3394 g x 1000 ml/ 700 ml = 3,342 g/L
Mr = 58,44 g/mol
n =2
mOsmole/L = 3,342 x 1000 x 2 / 58,44 = 114,3737 g/L
4) Total mOsmole/L = 200,7136 + 46,8369 + 114,3737
= 327,5988 mOsmole/L

VII. PENIMBANGAN
Dibuat 1 botol infus (@ 500 ml) = 1 x 500 ml = 500 ml
Dilebihkan 2% = 500 ml + 2% (500 ml) = 500 ml + 10 ml = 510 ml
Dilebihkan 20% = 510 ml + 20% (510 ml)
= 510 ml + 102 ml
= 612 ml ~ 700 ml

Penimbangan dibuat sebanyak 700 ml berdasarkan pertimbangan volume


terpindahkan dan kemungkinan kehilangan volume selama proses produksi.

No. Nama Bahan Jumlah yang Ditimbang


1. Kalsium Glukonat 3 gram
100 ml
𝑥 700 𝑚𝑙 = 21 gram

Dilebihkan 5%
21 g + 5% (21 g) = 21 g + 1,05 g
= 22,05 g

8
22,05 gram
Kadar = 700 ml
𝑥 100% = 3,15%

2. Kalsium Saccharate 0,5 gram


100 ml
𝑥 700 𝑚𝑙 = 3,5 gram

3. NaCl 0,3342
100 ml
𝑥 700 𝑚𝑙 = 2,3758 g

4. Aqua Pro Injeksi ad 700 ml


5. Karbon Aktif  Untuk depirogenasi sediaan
0,1 gram
100 ml
𝑥 700 𝑚𝑙 = 0,7 gram

 Untuk depirogenasi stok air


0,1 gram
100 ml
𝑥 700 𝑚𝑙 = 0,7 gram

VIII. STERILISASI
a. Alat
Nama Alat Cara Sterilisasi Waktu Sterilisasi Jumlah
Beaker glass 1000 ml Panas kering, Oven 170oC, 60 menit 2
Beaker glass 50 ml Panas kering, Oven 170oC, 60 menit 2
Batang pengaduk Panas kering, Oven 170oC, 60 menit 2
Spatel Panas kering, Oven 170oC, 60 menit 4
Gelas ukur 100 ml Panas kering, Oven 170oC, 60 menit 1
Gelas ukur 10 ml Panas kering, Oven 170oC, 60 menit 1
Pipet tetes Panas basah, 121˚C, 15 menit, 15 psi 2
Autoklaf
Erlenmeyer 500 ml Panas basah, 121˚C, 15 menit, 15 psi 1
Autoklaf
Corong kaca Panas kering, Oven 170oC, 60 menit 2
Kaca arloji Panas kering, Oven 170oC, 60 menit 4
Cawan penguap Panas kering, Oven 170oC, 60 menit 1
Kertas saring Panas basah, 121˚C, 15 menit, 15 psi 4
Autoklaf

b. Wadah
No. Nama wadah Jumlah Cara sterilisasi (lengkap)

9
1. Botol infus 1 Panas kering, Oven, 170oC, 60 menit
2. Tutup karet botol infus 1 Desinfeksi, direndam alkohol 70%,
24 jam

c. Bahan
No. Nama wadah Jumlah Cara sterilisasi (lengkap)
1. Aqua Pro Injeksi 700 ml Destilasi sebanyak 6 kali

IX. PROSEDUR PEMBUATAN


RUANG PROSEDUR
Grey Area 1. Semua alat dan wadah disterilisasi dengan cara sterilisasi yang
(Sterilisasi alat) sesuai.
2. Setelah disterilisasi semua alat dan wadah dimasukkan ke white
area melalui transfer box.
White Area 1. Kalsium Glukonat ditimbang sebanyak 22,05 gram di kaca
Grade A arloji dengan cara penimbangan tidak langsung Kemudian
Background C ditutup dengan kertas perkamen dan diberi label.
(Ruang 2. Kalsium Saccharat ditimbang sebanyak 3,5 gram di kaca arloji
Penimbangan) dengan cara penimbangan tidak langsung Kemudian ditutup
dengan kertas perkamen dan diberi label.
3. NaCl ditimbang sebanyak 2,3758 gram di kaca arloji dengan
cara penimbangan tidak langsung Kemudian ditutup dengan
kertas perkamen dan diberi label.
4. Karbon aktif ditimbang sebanyak 0,7 gram di kaca arloji
dengan cara penimbangan tidak langsung Kemudian ditutup
dengan kertas perkamen dan diberi label.
5. Membuat Aqua Pro Injeksi bebas pirogen dengan cara
menambahkan Karbon aktif sebanyak 0,7 gram, tutup dengan
alumunium foil. Lalu dipanaskan pada suhu 60-100oC
(menggunakan termometer) selama 15 menit, kemudian larutan
disaring dengan kertas saring rangkap 2.
6. Bahan yang sudah ditimbang dimasukkan ke dalam transfer
box.

10
White Area 1. Bagi meja menjadi 3 bagian yaitu bagian bersih, area kerja, dan
Grade C area kotor. Meja didisinfeksi dengan alkohol 70%, kemudian
(Ruang bagian kerja dilapisi lap atau tissue.
Pencampuran) 2. Kalsium Glukonat sebanyak 22,05 ml dilarutkan di dalam
beakerglass utama dengan WFI yang telah didihkan sebanyak
30 mL, diaduk ad larut.
3. Kalsium Saccharat sebanyak 3,5 grm dilarutkan ke dalam
larutan Kalsium Glukonat di dalam beakerglass utama, diaduk
ad larut.
4. NaCl dilarutkan dalam 25 mL WFI di dalam beakerglass 50
mL, diaduk ad larut, dimasukkan ke dalam beakerglass utama,
wadah dibilas 2 kali dengan 2 mL WFI.
5. WFI ditambahkan ke beakerglass utama hingga 80% volume
total (560 mL), diaduk ad homogen.
6. pH sediaan diukur dengan menggunakan pH meter, apabila
tidak sesuai dengan pH target maka ditambahkan pH adjuster
NaOH 0,1 N atau HCl 0,1 N.
7. Karbon aktif sebanyak 0,7 gram ditambahkan ke dalam sediaan.
8. Sediaan dipanaskan pada suhu 60-70oC, lalu diaduk selama 15
menit.
9. Larutan disaring menggunakan kertas saring 2 rangkap yang
ditampung ke dalam erlenmeyer dalam keadaan hangat.
10. Larutan yang telah disaring dimasukkan ke dalam gelas ukur,
tambahkan WFI ad 700 mL, lalu dimasukkan ke dalam botol
infus.
11. Botol infus ditutup dengan tutup karet, lalu dilapisi dengan
alumunium foil. Kemudian ditransfer ke ruang sterilisasi
dengan menggunakan transferbox.
Grey Area 1. Sediaan disterilisasi dengan menggunakan autoklaf pada suhu
(Ruang 121oC selama 15 menit pada tekanan 15 psi.
Sterilisasi) 2. Setelah disterilisasi sediaan diawaudarakan ke ruang evaluasi
melalui transferbox.

11
White Area 1. Dilakukan evaluasi sediaan
Grade C
(Ruang
Evaluasi)

X. DATA PENGAMATAN EVALUASI SEDIAAN


Evaluasi Fisika
1. a. Jenis evaluasi : Uji pH
b. Prinsip evaluasi : Pengukuran pH menggunakan pH meter yang mampu
mengukur skala dengan harga pH mencapai 0,02 pH.
(Farmakope Indonesia Edisi V, hlm. 1563).
c. Jumlah sampel : 1 botol
d. Persyaratan : pH berada pada rentang 6,0-8,2
e. Hasil pengamatan: Rata-rata pH sediaan 7,80
f. Kesimpulan : Memenuhi syarat

2. a. Jenis evaluasi : Uji bahan partikulat dalam injeksi


b. Prinsip evaluasi :Dengan cara memanfaatkan sensor pengahamburan cahaya
dan pengumpan sampul, jika tidak memenuhi batas yang
ditetapkan maka dilakukan uji mikroskopik.
(Farmakope Indonesia Edisi V, hlm. 1404).
c. Jumlah sampel : 1 botol
d. Persyaratan : Untuk injeksi volume besar, partikel dengan ukuran ≥ 10
µm yaitu 25 dan ≥ µm yaitu 3 tiap ml
e. Hasil pengamatan : Tidak terdapat partikulat
f. Kesimpulan : Memenuhi syarat

3. a. Jenis evaluasi : Uji kejernihan dan warna


b. Prinsip evaluasi :Wadah kemasan akhir diperiksa satu persatu dengan
menyinari wadah dari samping dengan latar belakang hitam
untuk menyelidiki pengotor berwarna putih dan latar

12
belakang putih untuk menyelidiki pengotor berwarna hitam
(Farmakope Indonesia Edisi V, hlm. 1521).
c. Jumlah sampel : 1 botol
d. Persyaratan : Sediaan jernih tidak berwarna
e. Hasil pengamatan : Sediaan jernih namun mengalami perubahan warna
f. Kesimpulan : Tidak memenuhi syarat

4. a. Jenis evaluasi : Uji kebocoran


b. Prinsip evaluasi :Untuk sediaan bening tidak berwarna yaitu wadah takaran
tunggal yang masih panas setelah disterilkan dimasukkan ke
dalam larutan metilen biru 0,1%. Jika ada wadah bocor
maka larutan metilen biru akan masuk ke dalam karena
perubahan tekanan di luar dan di dalam wadah tersebut.
(Larutan Parenteral, hlm. 191-192).
c. Jumlah sampel : 1 botol
d. Persyaratan : Larutan dalam wadah tidak berubah menjadi warna biru
atau kertas saring/ kapas yang digunakan tidak basah dan
berwarna.
e. Hasil pengamatan : Kertas saring tidak basah
f. Kesimpulan : Memenuhi syarat

5. a. Jenis evaluasi : Uji keseragaman sediaan


b. Prinsip evaluasi :Dapat dilakukan dengan uji keseragaman bobot dan
keseragaman kandungan
(Farmakope Indonesia Edisi V, hlm. 1526).
c. Jumlah sampel : Evaluasi tidak dilakukan
d. Persyaratan : NP ≤ L1%, tanpa dinyatakan lain L1 = 15
e. Hasil pengamatan : -
f. Kesimpulan :-

Evaluasi Kimia

13
6. a. Jenis evaluasi : Penetapan kadar dalam injeksi
b. Prinsip evaluasi :Dilakukan dengan metode titrasi
(Farmakope Indonesia Edisi V, hlm. 591).
c. Jumlah sampel : Evaluasi tidak dilakukan
d. Persyaratan : Sediaan injeksi mengandung Kalsium Glukonat tidak
kurang dari 95% dan tidak lebih dari 105%
e. Hasil pengamatan : -
f. Kesimpulan :-

7. a. Jenis evaluasi : Identifikasi zat aktif


b. Prinsip evaluasi :Larutan (1 dalam 50) menunjukkan reaksi yang Kalsium
dengan cara A dan B yang tertera pada Uji identifikasi
umum <291>. Uji penetapan dilakukan dengan cara KCKT.
(Farmakope Indonesia Edisi V, hlm. 588).
c. Jumlah sampel : Evaluasi tidak dilakukan
d. Persyaratan : Nilai Rf dari sediaan sama dengan nilai Rf Kalsium
Glukonat BPFI
e. Hasil pengamatan : -
f. Kesimpulan :-

Evaluasi Biologi
8. a. Jenis evaluasi : Uji Sterilisasi
b. Prinsip evaluasi :Menguji suatu bahan dengan teknik inokulasi langsung
atau filtrasi langsung untuk melihat ada tidaknya
pertumbuhan mikroba, menggunakan media tioglukonat
cair dan soybean casein digest.
(Farmakope Indonesia Edisi V, hlm. 1359).
c. Jumlah sampel : Evaluasi tidak dilakukan
d. Persyaratan : Media yang berisi sediaan tidak ditumbuhi
mikroorganisme
e. Hasil pengamatan : -

14
f. Kesimpulan :-

9. a. Jenis evaluasi : Uji endotoksin bakteri


b. Prinsip evaluasi :Dilakukan menggunakan Limulus amebocyte lysate
(LAL). Teknik pengujian menggunakan jendal gel dan
fotometrik.
(Farmakope Indonesia Edisi V, hlm. 1359).
c. Jumlah sampel : Evaluasi tidak dilakukan
d. Persyaratan : Tidak lebih drai 0,17 unit endotoksin FI per mg Kalsium
Glukonat
e. Hasil pengamatan : -
f. Kesimpulan :-

10. a. Jenis evaluasi : Uji pirogen


b. Prinsip evaluasi :Pengukuran kenaikkan suhu hewan uji setelah
penyuntikkan laruutan uji secara IV dan ditunjukkan untuk
sediaan yang dapat ditoleransi dengan uji kelinci dengan
dosis [penyuntikan tidak lebih dari 10 mL per kg BB dalam
jangka waktu tidak lebih dari 10 menit.
(Farmakope Indonesia Edisi V, hlm. 1404).
c. Jumlah sampel : Evaluasi tidak dilakukan
d. Persyaratan : Tidak ada satu pun hewan uji yang menunjukkan
keniakan suhu 0,5oC atau lebih
e. Hasil pengamatan : -
f. Kesimpulan :-

XI. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini dibuat sediaan infus intravena dengan zat aktif
Kalsium Glukonat 3%. Kalsium Glukonat dibuat dalam bentuk sediaan intravena
karena diperlukan onset time yang cepat. Kalsium Glukonat adalah garam kalsium
yang digunakan dalam pengobatan hipokalsemia dan keadaan defisiensi kalsium

15
akibat defisiensi makanan atau karena penuaan usia. Intravena garam kalsium juga
digunakan untuk membalikkan efek toksik jantung dari kalium pada pengobatan
darurat hiperkalemia berat dan sebagai antidota magnesium pada hipermagnesemia
berat (Sweetman, 2009). Pembuatan infus Kalsium Glukonat ini menggunakan
beberapa zat tambahan diantaranya Kalsium Saccharat, NaCl, NaOH 0,1 N, HCl 0,1
N, dan Aqua Pro Injeksi. Penggunaan Kalsium Saccharat pada sediaan infus ini
adalah sebagai penstabil bagi Kalsium Glukonat, juga dapat meningkatkan kelarutan
Kalsium Glukonat dalam air (Sweetman, 2009). Berdasarkan perhitungan
tonisitasnya, sediaan ini mempunyai tonisitas yang rendah atau dapat dikatakan
hipotonis. Suatu sediaan injeksi harus mempunyai tonisitas yang isotonis karena
sediaan ini diberikan langsung melalui peredaran darah intravena. Hipotonis adalah
tekanan osmosis larutan obat lebih kecil daripada tekanan osmosis cairan tubuh, jika
larutan injeksi yang hipotonis disuntikkan, air dari larutan injeksi akan diserap dan
masuk kedalam sel, akibatnya sel akan mengembang dan pecah, dan keadaan ini
bersifat tetap, Jika yang pecah itu sel darah merah, disebut "haemolisis". Jika larutan
injeksi yang dibuat hipotonis, maka diperlukan penambahan zat pengisotonis seperti
NaCl, dextrosa, atau zat pengisotonis lain dalam kadar yang memadai sehingga dapat
menjadikan larutan menjadi isotonis. Hipertonis adalah tekanan osmosis larutan obat
lebih besar daripada tekanan osmosis iran tubuh. Jika larutan injeksi hipertonis
disuntikkan, air dalam sel akan ditarik luar dari sel sehingga sel akan mengerut, tetapi
keadaan ini bersifat sementara dan tidak akan menyebabkan kerusakan sel tersebut
(Syamsuni, 2006). Suatu larutan yang diberikan dengan rute pemberian subkutan,
intralumbar dan intravena harus isotonis, oleh karena itu dilakukan penambahan
NaCl pada sediaan yang berfungsi sebagai pengisotonis. Zat pengisotonis lain yang
bisa digunakan adalah dextrosa.
Syarat lain yang harus dipenuhi oleh larutan infus adalah ishodris, yaitu
keadaan dimana larutan mempunyai pH yang sama dengan pH darah atau cairan
tubuh. Harga pH darah yaitu 7,35-7,45. Oleh karena itu, larutan ini dibuat dengan
pH target 7,4 yang juga disesuaikan dengan pH stabilitas zat aktif yang berkisar
antara 6,0-8,2. Zat pH adjuster yang dapat digunakan yaitu NaOH 0,1 N untuk
menambah pH apabila pH sediaan sementara kurang dari 7,35 dan HCl 0,1 N untuk

16
menurunkan pH apabila pH sediaan sementara lebih dari 7,45.
Untuk sediaan infus yang memiliki volume lebih dari 10 mL diharuskan
emmenuhi syarat bebas pirogen (Kemenkes RI, 2014). Oleh karena itu dalam
pembuatan sediaan ini dilakukan depirogenisasi dengan menggunakan zat
pengadsorben Karbon Aktif (Activated Charcoal) sebanyak 0,1%.
Proses sterilisasi yang digunakan kali ini yaitu sterilisasi akhir dengan
metode panas basah menggunakan autoklaf pada suhu 121oC selama 15 menit pada
tekanan 15 psi. Metode sterilisasi tersebut dipilih dengan melihat stabilitas sediaan,
khususnya zat aktif. Kalsium Glukonat mempunyai stabilitas panas yaitu dapat
terdekomposisi pada suhu 178oC. Sehingga penggunaan metode sterilisasi dengan
panas basah ini sesuai karena suhu tertinggi yang digunakan adalah 121oC sehingga
tidak akan menyebabkan zat aktif terdekomposisi ataupun menjadi tidak stabil.
Selain itu pemilihan kemasan juga dipengaruhi oleh stabilitas zat aktif. Kalsium
Glukonat harus dihindari dari temperatur tinggi, percikan api, dan semua sumber api
juga harus dihindari dari sinar matahari langsung sehingga kemasan yang digunakan
untuk sediaan ini harus dapat melindungi sediaan dari sinar matahari ataupun sumber
sinar lainnya. Usaha yang dapat dilakukan yaitu dengan menggunakan botol infus
berwarna coklat ataupun dengan menutup botol infus dengan aluminium foil secara
keseluruhan.
Pada pembuatan sediaan ini, setelah semua bahan dicampurkan dan telah
homogen, sediaan di tambah WFI hingga volumenya 80% dari volume total (560
mL). Penentuan volume 80% ini dilakukan karena ketika pada pemeriksaan pH
ternyata pH sediaan tidak sesuai maka dapat dilakukan penambahan pH adjuster
tanpa menyebabkan penambahan volume dari volume seharusnya sehingga dapat
mempertahankan kadar zat aktif sesuai dengan formulasi. Pada proses ini dilakukan
uji pH awal dimana didapat pH sediaan sekitar 5 yang diuji dengan menggunakan
kertas pH indikator. Hal yang dilakukan untuk menaikkan pH sediaan ini adalah
dengan menambahkan larutan NaOH 0,1 N sehingga dapat diperoleh pH awal
sediaan yang dibuat sekitar 7.
Pada sediaan infus Kalsium Glukonat ini dilakukan berbagai evaluasi yaitu
evaluasi secara fisika, kimia, dan biologi. Evaluasi fisika terdiri dari uji penetapan

17
pH, uji bahan partikulat dalam injeksi, uji kejernihan dan warna, uji kebocoran, dan
uji keseragaman sediaan. Namun pada praktikum kali in hanya dilakukan empat
evaluasi secara fisika yaitu uji penetapan pH, uji bahan partikulat dalam injeksi, uji
kejernihan dan warna serta uji kebocoran. Sedangkan evaluasi kimia yang harus
dilakukan yaitu uji penetapan kadar dan uji identifikasi zat aktif. Namun kedua
evaluasi kimia tersebut tidak dilakukan. Selain itu, ada pula serangkaian evaluasi
biologi yang perlu dilakukan yaitu uji sterilisasi, uji entotoksin bakteri, dan uji
pirogen. Sama hal nya dengan evaluasi kimia, evaluasi secara biologi pun tidak
dilakukan.
Pada uji penetapan pH, syarat dari pengujian ini yaitu pH sediaan berada pada
rentang 7,35-7,45 untuk memenuhi persyaratan isohidris sediaan infus. Berdasarkan
hasil pengamatan pada sediaan infus yang telah dilakukan sterilisasi, rata-rata pH
sediaan tersebut yaitu 7,80. Sehingga sediaan ini memenuhi persyaratan uji
penetapan pH.
Evaluasi yang kedua yaitu uji bahan partikulat dalam injeksi. Evaluasi ini
dilakukan bersamaan dengan uji kejernihan dan warna. Kedua pengujian ini
dilakukan dengan melakukan penyinaran pada larutan dengan menggunakan latar
belakang putih dan hitam. Hasil pengamatan pada pengujian ini yaitu larutan tidak
terdapat partikulat, jernih, namun terjadi perubahan warna menjadi agak kekuningan
yang dapat dilihat pada lampiran. Hal ini disebabkan oleh penambahan Kalsium
Saccharat. Kalsium Saccharat harus dihindari dari panas, serta dalam
penyimpanannya harus dalam suhu dingin (MSDS of Calcium Saccharate, 2009).
Hal ini dapat diartikan bahwa Kalsium Saccharat tidak stabil pada suhu panas atau
diatas 25oC. Sementara itu, suhu sterilisasi dengan panas basah adalah 121oC. Suhu
tersebut membuat Kalsium Saccharat menjadi tidak stabil sehingga menyebabkan
perubahan warna pada larutan menjadi kekuningan. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa sediaan yang dibuat memenuhi persyaratan uji bahan partikulat dalam injeksi
namun tidak memenuhi syarat uji kejernihan dan warna.
Evaluasi selanjutnya yang dilakukan adalah uji kebocoran. Pengujian ini
dilakukan dengan cara memposisikan botol infus tertutup dalam keadaan terbalik
dengan beralaskan kertas saring. Kebocoran dapat ditandai dengan basahnya kertas

18
saring akibat larutan yang menetes keluar melalui celah yang bocor. Sementara pada
hasil pengamatan pengujian ini kertas saring yang digunakan sebagai alas tidak basah
sama sekali. Hal itu menandakan bahwa sediaan ini memenuji uji kebocoran.

XII. KESIMPULAN
Formulasi yang tepat untuk sediaan steril infus adalah sebagai berikut :
No. Nama Bahan Jumlah Kegunaan
1. Kalsium Glukonat 4,41 % b/v Zat Aktif
2. Kalsium Saccharat 0,5 % b/v Penstabil Zat Aktif
3. NaCl 0,0165 % b/v Pengisotonis
5. Aqua Pro Injeksi ad 100 % v/v Pembawa

Jenis sterilisasi yang digunakan dalam pembuatan infus Kalsium Glukonat 3%


dan Kalsium Saccharat 0,5% ini adalah sterilisasi akhir dengan metode panas basah
menggunakan autoklaf pada suhu 121oC selama 15 menit, dengan tekanan 15 psi.
Dari hasil evaluasi dapat diketahui bahwa sediaan infus Kalsium Glukonat 3%
dan Kalsium Saccharat 0,5% yang dibuat memenuhi syarat.

19
XIII. DAFTAR PUSTAKA
Agoes, Goeswin. 2009. Sediaan Farmasi Likuida-Semisolida. Bandung : Penerbit
ITB.
Anonim. 2009. Material Safety Data Sheet Calcium Gluconate. Canada : Brenntag
Canada Inc.
Anonim. 2009. Material Safety Data Sheet Sodium Saccharate. Canada : Brenntag
Canada Inc.
Ansel, Horward C and Loyd V.Allen Jr. 2014. Ansel’s Pharmaceutical Dosage Form
and Drug Delivery Systems. Edisi X. Philadelphia : Wolters Kluwer.

Aulton, M.E. 2014. Pharmaceutics The Science of Dosage Form Design. Edisi II.
Churchill : Livingstone.
Kemenkes RI. 2014. Farmakope Indonesia. Edisi V. Jakarta : Kemenkes RI.
Lewis, RJ.Sr. 2000. Properti Berbahaya dari Bahan-Bahan Industri. 11st ed. New
York : John Wiley and Sons Inc.
Rowe, Raymond C.2006. Handbook of Pharmaceutical Excipients. 5th ed. London :
Pharmaceutical Press.
Sweetman, Sean C. 2009. Martindale. 36th ed. London : The Pharmaceutical Press.
Syamsuni, H.A. 2006. Ilmu Resep. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Williams, Lippicott and Willans. 2005. Remington The Science and Practice of
Pharmacy. Philadelphia : Philadelphia College of Pharmacy and Science.

20
XIV. DESIGN KEMASAN
1. Kemasan Sekunder

2. Etiket

21
XV. Lampiran

Hasil uji kejernihan dan uji Hasil uji kejernihan dan uji
bahan partikulat dalam injeksi bahan partikulat dalam injeksi
latar belakang hitam latar belakang putih

Hasil uji warna dengan Hasil uji penetapan Hasil uji penetapan pH
perbandingan aquadest volume injeksi menggunakan pH meter

22

Anda mungkin juga menyukai