Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH PATOFISIOLOGI

AKIBAT DARI KEMATIAN JARINGAN NEKROSIS BAGI


ORGAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP ORGAN

DISUSUN OLEH :

1. Lita Meirassari (17016)


2. Satrio Juliandika (17028)
3. Sepita Yamadella S (17029)
4. Tamara Febriana (17030)
5. Titania Amelia (17032)
6. Vena Yuliana (17033)
7. Yerobeam Pijar R. (17036)

TINGKAT : IA

AKADEMI KEPERAWATAN

GIRI SATRIA HUSADA WONOGIRI

TAHUN 2017/2018
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Tuhan YME yang telah melimpahkan karunia dan nikmat bagi umat-
Nya. Alhamdulillah, makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini
disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah patofisiologiI dengan judul ‘Akibat
kematian jaringan nekrosis bagi organ dan kelangsungan hidup organ’ . Karena terbatasnya
ilmu yang dimiliki oleh penulis, maka makalah ini jauh dari sempurna. Untuk itu saran dan
kritik yang membangun sangat penulis harapkan.

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam kaitan nya dengan pertumbuhan dan perkambangan sel, kematian menjadi salah
satu aspek yang tidak terelakkan. Beberapa faktor dapat ,menjadi alasan kematian, yaitu
akibat penuaan, kematian terprogram, dan pengaruh dari lingkungan luar.

Kematian sekelompok sel atau jaringan pada lokasi tertentu dalam tubuh disebut
Nekrosis. Nekrosis biasa nya disebabkan karena stimulus yang bersifat patologis. Selain
karena stimulus patologis, kematian sel juga dapat terjadi melalui mekanisme kaetian sel
yang sudah terprogram dimana setelah mencapai masa hidup tertentu maka sel akan mati

B. Rumusan Masalah

Adapun permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Apa Akibat kematian jaringan nekrosis bagi organ dan kelangsungan hidup organ

C. Manfaat Penulisan

Untuk mendapat pengetahuan tentang Akibat kematian jaringan nekrosis bagi organ dan
kelangsungan hidup organ’
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kematian Sel


1. Kematian Sel (Nekrosis)

Stimulus yang terlalu berat dan berlangsung lama serta melebihi kapasitas adaptif sel
akan menyebabkan kematian sel dimana sel tidak mampu lagi mengkompensasi tuntutan
perubahan. Sekelompok sel yang mengalami kematian dapat dikenali dengan adanya enzim-
enzim lisis yang melarutkan berbagai unsur sel serta timbulnya peradangan. Leukosit akan
membantu mencerna sel-sel yang mati dan selanjutnya mulai terjadi perubahan-perubahan
secara morfologis.

Kematian sekelompok sel atau jaringan pada lokasi tertentu dalam tubuh disebut nekrosis.
Nekrosis biasanya disebabkan karena stimulus yang bersifat patologis. Selain karena stimulus
patologis, kematian sel juga dapat terjadi melalui mekanisme kematian sel yang sudah
terprogram dimana setelah mencapai masa hidup tertentu maka sel akan mati. Mekanisme ini
disebut apoptosis, sel akan menghancurkan dirinya sendiri (bunuh diri/suicide), tetapi
apoptosis dapat juga dipicu oleh keadaan iskemia.

2. Apoptosis

Apoptosis adalah kematian sel yang terprogram (programmed cell death), adalah suatu
komponen yang normal terjadi dalam perkembangan sel untuk menjaga keseimbangan pada
organisme multiseluler. Sel-sel yang mati adalah sebagai respons dari beragam stimulus dan
selama apoptosis kematian sel-sel tersebut terjadi secara terkontrol dalam suatu regulasi yang
teratur.

Informasi genetik pemicu apoptosis aktif setelah sel menjalani masa hidup tertentu,
menyebabkan perubahan secara morfologis termasuk perubahan pada inti sel. Kemudian sel
akan terfragmentasi menjadi badan apoptosis, selanjutnya fragmen tersebut diabsorpsi
sehingga sel yang mati menghilang.

Nekrosis

Nekrosis merupakan kematian sel sebagai akibat dari adanya kerusakan sel akut atau trauma
(mis: kekurangan oksigen, perubahan suhu yang ekstrem, dan cedera mekanis), dimana
kematian sel tersebut terjadi secara tidak terkontrol yang dapat menyebabkan rusaknya sel,
adanya respon peradangan dan sangat berpotensi menyebabkan masalah kesehatan yang
serius.

a. Perubahan Mikroskopis

Perubahan pada sel yang nekrotik terjadi pada sitoplasma dan organel-organel sel lainnya.
Inti sel yang mati akan menyusut (piknotik), menjadi padat, batasnya tidak teratur dan
berwarna gelap. Selanjutnya inti sel hancur dan meninggalkan pecahan-pecahan zat kromatin
yang tersebar di dalam sel. Proses ini disebut karioreksis. Kemudian inti sel yang mati akan
menghilang (kariolisis).

b. Perubahan Makroskopis

Perubahan morfologis sel yang mati tergantung dari aktivitas enzim lisis pada jaringan yang
nekrotik. Jika aktivitas enzim lisis terhambat maka jaringan nekrotik akan mempertahankan
bentuknya dan jaringannya akan mempertahankan ciri arsitekturnya selama beberapa waktu.
Nekrosis ini disebut nekrosis koagulatif, seringkali berhubungan dengan gangguan suplai
darah. Contohnya gangren.

Jaringan nekrotik juga dapat mencair sedikit demi sedikit akibat kerja enzim dan proses ini
disebut nekrosis liquefaktif. Nekrosis liquefaktif khususnya terjadi pada jaringan otak,
jaringan otak yang nekrotik mencair meninggalkan rongga yang berisi cairan.

Pada keadaan lain sel-sel nekrotik hancur tetapi pecahannya tetap berada pada tempatnya
selama berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun dan tidak bisa dicerna. Jaringan nekrotik
ini tampak seperti keju yang hancur. Jenis nekrosis ini disebut nekrosis kaseosa, contohnya
pada tuberkulosis paru.

Jaringan adiposa yang mengalami nekrosis berbeda bentuknya dengan jenis nekrosis lain.
Misalnya jika saluran pankreas mengalami nekrosis akibat penyakit atau trauma maka getah
pankreas akan keluar menyebabkan hidrolisis jaringan adiposa (oleh lipase) menghasilkan
asam berlemak yang bergabung dengan ion-ion logam seperti kalsium membentuk endapan
seperti sabun. Nekrosis ini disebut nekrosis lemak enzimatik.

c. Perubahan Kimia Klinik

Kematian sel ditandai dengan menghilangnya nukleus yang berfungsi mengatur


berbagai aktivitas biokimiawi sel dan aktivasi enzim autolisis sehingga membran sel lisis.
Lisisnya membran sel menyebabkan berbagai zat kimia yang terdapat pada intrasel termasuk
enzim spesifik pada sel organ tubuh tertentu masuk ke dalam sirkulasi dan meningkat
kadarnya di dalam darah.

Misalnya seseorang yang mengalami infark miokardium akan mengalami peningkatan


kadar LDH, CK dan CK-MB yang merupakan enzim spesifik jantung. Seseorang yang
mengalami kerusakan hepar dapat mengalami peningkatan kadar SGOT dan SGPT. Namun
peningkatan enzim tersebut akan kembali diikuti dengan penurunan apabila terjadi perbaikan.

B. Dampak Nekrosis

Jaringan nekrotik akan menyebabkan peradangan sehingga jaringan nekrotik tersebut


dihancurkan dan dihilangkan dengan tujuan membuka jalan bagi proses perbaikan untuk
mengganti jaringan nekrotik. Jaringan nekrotik dapat digantikan oleh sel-sel regenerasi
(terjadi resolusi) atau malah digantikan jaringan parut. Jika daerah nekrotik tidak dihancurkan
atau dibuang maka akan ditutup oleh jaringan fibrosa dan akhirnya diisi garam-garam
kalsium yang diendapkan dari darah di sekitar sirkulasi jaringan nekrotik. Proses
pengendapan ini disebut kalsifikasi dan menyebabkan daerah nekrotik mengeras seperti batu
dan tetap berada selama hidup.

C. Perubahan-perubahan pada jaringan nekrotik akan menyebabkan :

1. Hilangnya fungsi daerah yang mati.

2. Dapat menjadi fokus infeksi dan merupakan media pertumbuhan yang baik untuk
bakteri tertentu, misalnya bakteri saprofit pada gangren.

3. Menimbulkan perubahan sistemik seperti demam dan peningkatan leukosit.

4. Peningkatan kadar enzim-enzim tertentu dalam darah akibat kebocoran sel-sel yang
mati.

D. Penyebab Nekrosis dan Akibat Nekrosis

1. Penyebab nekrosis

a. Iskhemi

Iskhemi dapat terjadi karena perbekalan (supply) oksigen dan makanan untuk suatu alat tubuh
terputus. Iskhemi terjadi pada infak, yaitu kematian jaringan akibat penyumbatan pembuluh
darah. Penyumbatan dapat terjadi akibat pembentukan trombus.

Penyumbatan mengakibatkan anoxia.Nekrosis terutama terjadi apabila daerah yang terkena


tidak mendapat pertolongan sirkulasi kolateral. Nekrosis lebih mudah terjadi pada jaringan-
jaringan yang bersifat rentan terhadap anoxia. Jaringan yang sangat rentan terhadap anoxia
ialah otak.

b. Agens biologik

Toksin bakteri dapat mengakibatkan kerusakan dinding pembuluh darah dan trombosis.
Toksin ini biasanya berasal dari bakteri - bakteri yang virulen, baik endo maupun eksotoksin.

c. Agens kimia

Dapat eksogen maupun endogen. Meskipun zat kimia merupakan juga merupakan juga zat
yang biasa terdapat pada tubuh, seperti natrium danglukose, tapi kalau konsentrasinya tinggi
dapat menimbulkan nekrosis akibat gangguan keseimbangan kosmotik sel. Beberapa zat
tertentu dalam konsentrasi yang rendah sudah dapat merupakan racun dan mematikan sel,
sedang yang lain baru menimbulkan kerusakan jaringan bila konsentrasinya tinggi.

d. Agens fisik

Trauma, suhu yang sangat ekstrem, baik panas maupun dingin, tenaga listrik, cahaya
matahari, tenaga radiasi. Kerusakan sel dapat terjadi karena timbul kerusakan potoplasma
akibat ionisasi atau tenaga fisik, sehingga timbul kekacauan tata kimia potoplasma dan inti.
e. Kerentanan (hypersensitivity)

Kerentanan jaringan dapat timbul spontan atau secara di dapat (acquired) dan menimbulkan
reaksi imunologik. Pada seseorang bersensitif terhadap obat-obatan sulfa dapat timbul
nekrosis pada epitel tubulus ginjal apabila ia makan obat-obatan sulfa. Juga dapat timbul
nekrosis pada pembuluh-pembuluh darah. Dalam imunologi dikenal reaksi Schwartzman dan
reaksi Arthus.

2. Akibat Nekrosis

a. Sekitar 10% kasus terjadi pada bayi dan anak-anak.

Pada bayi baru lahir, nekrosis kortikalis terjadi karena:

- persalinan yang disertai dengan abruptio placentae – sepsis bakterialis.

Pada anak-anak, nekrosis kortikalis terjadi karena:

- infeksi - syok

- dehidrasi

b. Pada dewasa, 30% kasus disebabkan oleh sepsis bakterialis.

Sekitar 50% kasus terjadi pada wanita yang mengalami komplikasi kehamilan:

- Abroptio placenta

- Placenta previa

- Pendarahan rahim

- infeksi yang terjadi segera setelah melahirkan (sepsis puerpurium)

- penyumbatan arteri oleh cairan ketuban (emboli)

- kematian janin di dalam rahim

- pre-eklamsi(tekanan darah tinggi disertai adanya protein dalam air kemih atau
penimbunan cairan selama kehamilan)

a. Autolisis

Sebuah proses dimana jaringan yang mati dihancurkan oleh enzim dari lisosom.
Tubuh yang mati akan mencair, kecuali jika dilakukan pengawetan atau pendinginan

b. Rigor Mortis (kaku mayat)

Terjadi 2 - 4 setelah kematian dan mencapai puncak setelah 48 jam selanjutnya


menghilang selama 3 - 4 hari.
c. Livor Mortis (lebam mayat)

Terjadi 30 menit setelah kematian dan mencapai puncaknya setelah 6 hingga 10 jam.
Lebam mayat akan mudah terlihat pada tubuh bagian bawah .

d. Algor Mortis

Terjadi 24 - 48 jam setelah kematian dimana suhu tubuh menjadi dingin sesuai suhu
lingkungan akibat proses metabolisme terhenti. Di lingkungan yang dingin maka akan
lebih cepat dingin, tetapi di lingkungan yang panas akan lebih lambat.

e. Pembusukan

Terjadi 1 – 2 minggu setelah kematian. Ditandai kulit kehijauan dan jaringan tubuh
hancur karena invasi bakteri.

Pengobatan Nekrosis

Pengobatan nekrosis biasanya melibatkan dua proses yang berbeda. Biasanya,


penyebab nekrosis harus diobati sebelum jaringan mati sendiri dapat ditangani.Sebagai
contoh, seorang korban gigitan ular atau laba-laba akan menerima anti racun untuk
menghentikan penyebaran racun, sedangkan pasien yang terinfeksi akan menerima antibiotik.
Bahkan setelah penyebab awal nekrosis telah dihentikan, jaringan nekrotik akan tetap dalam
tubuh. Respon kekebalan tubuh terhadap apoptosis, pemecahan otomatis turun dan daur ulang
bahan sel, tidak dipicu oleh kematian sel nekrotik.

Terapi standar nekrosis (luka,luka baring, lukabakar, dll) adalah bedah pengangkatan
jaringan nekrotik. Tergantung pada beratnya nekrosis, ini bisa berkisar dari penghapusan
patch kecil dari kulit, untuk menyelesaikan amputasi anggota badan yang terkena atau organ.
Kimia penghapusan, melalui enzimatik agen debriding, adalah pilihan lain. Dalam kasus
pilih, khusus belatung terapi telah digunakan dengan hasil yang baik.
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

Nekrosis merupakan kematian sel sebagai akibat dari adanya kerusakan sel akut atau
trauma, dimana kematian sel tersebut terjadi secara tidak terkontrol yang dapat menyebabkan
rusaknya sel, adanya respon peradangan dan sangat berpotensi menyebabkan masalah
kesehatan yang serius.

Apoptosis adalah kematian sel yang terprogram (programmed cell death), adalah suatu
komponen yang normal terjadi dalam perkembangan sel untuk menjaga keseimbangan pada
organisme multiseluler.

Nekrosis hanya dapat diobati sebelum jaringan sel tersebut mati.

B. Saran

Nekrosis merupakan kematian sel sebagai akibat dari adanya kerusakan selakut atau trauma,
di mana kematian sel tersebut terjadi secara tidak terkontrol. Maka kita harus mempraktekkan
gaya hidup sehat, dengan makan makanan yang sehat dan melakukan aktivitas yang teratur
sebelum mendapatkan hal yang tidak diinginkan.
DAFTAR PUSTAKA

(Online),(http://denfirman.blogspot.com/2009/09/infak-nekrosis-dan-gangren.html), diakses
06 Mei 2013

(Online),(http://dentistrymolar.wordpress.com/2011/03/04/nekrosis-liquefaktif/), diakses 06
Mei 2013

(Online),(http://www.scribd.com/doc/91149771/Nekrosis), diakses 07 Mei 2013

Anda mungkin juga menyukai