Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH FARMAKOLOGI

“ METABOLISME OBAT “

DISUSUN OLEH :
1. DILA ALFIONITA 5. INSAN WIDAYANTI
2. FAUDILLA DEWI 6. PUTRI PERTIWI
3. GITA PRATIWI 7. TIGER HARNOWO
4. IFAN BUDIAWAN

AKPER GIRI SATRIA HUSADA WONOGIRI


TAHUN AJARAN 2017/2018

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas
terselesaikannya makalah ini. Makalah yang masih perlu dikembangkan lebih jauh
ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang membacanya.
Makalah ini dibuat dalam rangka memenuhi salah satu tugas mata kuliah
FARMAKOLOGI pada prodi D3 keperawatan di AKPER GIRI SATRIA
HUSADA WONOGIRI.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Ibu selaku dosen pengampu mata
kuliah Konsep Dasar Keperawatan. kami menyadari bahwa makalah ini masih
memiliki kekurangan, oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran
yang membangun terutama dari pembimbing dan teman-teman.

Wonogiri, 02 Maret 2018

Penulis
BAB I
PEMBAHASAN

A. Pengertian Metabolisme Obat


Metabolisme (biotransformasi) adalah suatu proses kimia di mana suatu obat diubah
didalam tubuh menjadi suatu metabolitnya. Perubahan kimia obat dalam tubuh terutama terjadi
pada jaringan dan organ-organ seperti hati, ginjal, paru dan saluran cerna. Hati adalah organ
tubuh yang merupakan tempat utama metabolisme obat oleh karena mengandung lebih banyak
enzim-enzim metabolisme dibanding organ lain. setelah pemberian secara oral, obat diserap oleh
saluran cerna, masuk ke peredaran darah dan kemudian ke hati melalui efek lintas pertama. aliran
darah yang membawa obat atas senyawa organik asing melewati sel-sel hati secara perlahan-
lahan dan termetabolisis menjadi senyawa yang mudah larut dalam air kemudian diekskresikan
melalui urin. ( Siswandono, Soekardjo, Bambang.2000.Kimia Medisinal, hal 65)
Tujuan metabolisme obat adalah mengubah obat yang nonpolar (larut lemak) menjadi polar
(larut air) agar dapat diekskresi melalui ginjal atau empedu. Dengan perubahan ini obat aktif
umumnya diubah menjadi inaktif, tapi sebagian berubah menjadi lebih aktif, kurang aktif, atau
menjadi toksik.(Syarif, Amir,dkk.1995. Farmakologi dan Terapi edisi V, hal 8)
Kecepatan biotransformasi umumnya bertambah bila konsentrasi obat meningkat. Hal ini
berlaku sampai titik dimana konsentrasi menjadi demikian tinggi hingga seluruh molekul enzim
yang melakukan pengubahan ditempati terus-menerus oleh molekul obat dan tercapainya
kecepatan biotransformasi yang konstan. Sebagai contoh dapat dikemukakan natrium salisilat
dan etanol bila diberikan dengan dosis yang melebihi 5000mg dan 20g, pada grafik konsentrasi-
waktu dari etanol. Kecepatan biotransformasi konstan ini tampak dari turunnya secara konstan
pula dari konsentrasinya dalam darah.
Kecepatan biotransformasi umumnya bertambah bila konsentrasi obat meningkat. Hal ini
berlaku sampai titik dimana konsentrasi menjadi demikian tinggi hingga seluruh molekul enzim
yang melakukan pengubahan ditempati terus-menerus oleh molekul obat dan tercapainya
kecepatan biotransformasi yang konstan. Sebagai contoh dapat dikemukakan natrium salisilat
dan etanol bila diberikan dengan dosis yang melebihi 5000mg dan 20g, pada grafik konsentrasi-
waktu dari etanol. Kecepatan biotransformasi konstan ini tampak dari turunnya secara konstan
pula dari konsentrasinya dalam darah.

B. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Metabolisme Obat

Faktor-faktor yang mempengaruhi metabolisme obat, antara lain:


1. Faktor genetik atau keturunan
Perbedaan individu pada proses metabolisme sejumlah obat kadang-kadang terjadi dalam
sistem kehidupan. hal ini menunjukan bahwa faktor genetik atau keturunan ikut berperan
terhadap adanya perbedaan kecepatan metabolisme obat.
2. Perbedaan spesies dan galur
Pada proses metabolisme obat, perubahan kimia yang terjadi pada spesies dan galur
kemungkinan sama atau sedikit berbeda, tetapi kadang-kadang ada perbedaan yang cukup
besar pada reaksi metabolismenya. pengamatan pengaruh perbedaan spesies dan galur
terhadap metabolisme obat sudah banyak dilakukan, yaitu pada tipe reaksi metabolic atau
perbedaan kualitatif dan pada kecepatan metabolisme atau perbedaan kuantitatif.

3. Perbedaan jenis kelamin


Pada beberapa spesies binatang menunjukan ada pengaruh jenis kelamin terhadap
kecepatan metablisme obat. banyak obat dimetabolisis dengan kecepatan yang sama baik
pada tikus betina maupun tikus jantan. tikus betina dewasa ternyata memetabolisis
beberapa obat dengan kecepatan yang lebih rendah. Pada manusia baru sedikit yang
diketahui tentang adanya pengaruh perbedaan jenis kelamin terhadpa proses metabolisme
obat.

4. Perbedaan umur
Bayi dalam kandungan dan bayi yang baru lahir jumlah enzim-enzim mikrosom hati yang
diperlukan untuk memetabolisis obat relatif masih sedikit sehingga sangat peka terhadap
obat.

5. Penghambatan enzim metabolisme


Kadang-kadang pemberian terlebih dahulu atau secara bersama-sama suatu senyawa yang
menghambat kerja enzim metabolisme dapat meningkatkan intensitas efek obat,
memperpanjang masa kerja obat dan kemungkinan juga meningkatkan k efek samping dan
toksisitas.

6. Induksi Enzim Metabolisme


Kadang-kadang pemberian terlebih dahulu atau secara bersama-sama suatu senyawa dapat
meningkatkan kecepatan metabolisme obat dan memperpendek masa kerja obat. Hal ini
disebabkan senyawa tersebut dapat meningkatkan aktivitas atau jumlah enzim metabolisme
dan bukan karena perubahan permeabilitas mikrosom atau oleh adanya reaksi
penghambatan. peningkatan aktivitas enzim metabolisme obat-obat tertentu atau proses
induksi enzim mempercepat proses metabolisme dan menurunkan kadar obat bebas dalam
plasma sehingga efek farmakologis obat menurun dan masa kerjanya menjadi lebih
singkat. induksi enzim juga mempengaruhi tosisitas beberapa obat karena dapat
meningkatkan metabolisme dan pembentukan metabolit reaktif.

7. Faktor Lain
Faktor lain yang dapat mempengaruhi metabolisme obat adalah diet makanan, keadaan
kurang gizi, gangguan keseimbangan hormon, kehamilan, pengikatan obat oleh protein
plasma, distribusi obat dalam jaringan dan kedaan patologis hati.
C. Jalur Metabolisme Obat

Telah disampaikan bahwa tempat metabolisme obat terutama pada hati. Enzim yang
berperan dalam metabolisme obat terdapat pada fraksi mitokondrial atau mikrosomal. Bahkan
metabolisme obat dapat terjadi manakala enzim metabolisme diproduksi oleh sel-sel di sirkulasi
sistemik. Obat kemungkinan dimetabolisme dalam epitelium gastrointestinal selama absorpsi
atau oleh hati sebelum mencapai sirkulasi sistemik, proses terakhir ini dinamakan efek lintas
pertama (first-pass effect) yang mengakibatkan penurunan bioavailabilitas.

D. Fase-fase Metabolisme Obat

Organ metabolisme utama adalah hati. Metabolisme obat meliputi dua tipe reaksi, yaitu :
1. Reaksi Fase I

Pada reaksi fase I, terjadi proses biotransformai yang mengubah molekul obat secara
oksidasi, reduksi atau hidrolisis. Reaksi fase I biasanya mengubah obat asal (parent drug)
menjadi metabolit yang lebih polar dengan menambahkan atau melaepaskan suatu gugus
fungsional (-OH, -NH2, -SH). Metabolit ini sering bersifat tidak aktif, walaupun pada beberapa
keadaan aktifitas obat hanya berubah saja. Jika metabolit reaksi fase I cukup polar, maka biasa
dapat diekskresikan dengan mudah. Namun, banyak produk reaksi fase I tidak di eliminasikan
dengan cepat dan mengalami suatu reaksi selanjutnya di amna suatu substrat endogen seperti
asam glukorat, asam sulfur, asam asetat atau suatu asam amino akan berkombinasi dengan gugus
fungsional yang baru untuk membentuk suatu konjugat yang sangat polar. Reaksi konjugasi atau
sintetik ini merupakan tanda dari reaksi fase II (Mutschler,1991).

Berbagai macam obat mengalami reaksi biotransformasi berantai ini, contohnya: gugusan
hidrazid dari isoniazid dikenal membentuk suatu konjugat N-asetil dalam suatu reaksi fase II.
Konjugat ini merupakan substrat untuk reaksi fase I, yang disebut hidrolisa menjadi asam
isonikotrainat. Jadi, reaksi fase II sebenarnya bisa juga mendahului reaksi fase (Katzung, 1998).

Reaksi fase I pada dasarnya tidak bertujuan untuk menyiapkan obat untuk di ekskresikan,
tetapi bertujuan untuk menyiapkan senyawa yang digunakan untuk metabolisme fase II. Sistem
enzim yang terlibat dalam reaksi oksidasi adalah sistem enzim mikrosomal yang disebut juga
sebagai Mixed Function Oxidases (MFO) atau sistem monooksigenase. Komponen utama dari
MFO adalah sitokrom P450, yaitu komponen oksidasi terminal dari suatu sistem transfer elektron
yang berada pada retikulum endoplasmik yang bertanggung jawab terhadap reaksi-reaksi
oksidasi obat dan digolongkan sebagai enzim yang mengandung haem(suatu haemprotein)
dengan protoperfirin IX sebagai gugus protestik (Gordon dan Skett, 1986). Reaksi yang
dikatalisis oleh MFO meliputi hidroksilasi senyawa alifatis dan aromatis, epokdidasi, dealkilasi,
deaminasi, N-oksidasi dan S-oksidasi (Anief, 1990).
a. Reaksi Oksidasi

Reaksi oksidasi adalah salah satu mekanisme reaksi perubahan obat yang penting dan
berperan baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Raksi oksidasi tersebut terjadi pada berbagai
molekul menurut proses khusus tergantung pada masing-masing tipe struktur kimianya yaitu
reaksi hidroksilasi pada golongan alkil, aril dan heterosiklik, reaksi oksidasi alkohol dan aldehid,
reaksi pembentukan N-oksida dan sulfoksida, reaksi desaminasi oksidatif, pembukaan inti dan
sebagainya (Anonim, 1993).

Reaksi oksidasi dibagi menjadi 3 jenis menurut enzim yang mengkatalisisnya:

 Oksidasi dengan mikrosom sitokrom P450

Mikrosom adalah fragmen RE dalam bentuk bulat yang diperoleh apabila suatu jaringan
hati dihomogenisasi pada 10-100s. dalam sistem transferase oksigen terminal enzim yang
digunakan adalah sitokrom P450. yaitu, enzim yang mereduksi ligan karbon monoksida
yang mempunyai absorpsi spektrum maksimum pada 450nm. Di bawah enzim ini, atom
oksigen dari oksigen molekuler dipindahkan ke molekul obat (DH—DOH). Sisa atom
oksigen mengikat dua proton dan membentuk air.

 Oksidasi dengan mikrosom non sitokrom P450

Oksidasi ini memberikan efek sebagai berikut:

1. Sulfoksidasi senyawa sulfur nukleofilik, contoh pada metimazol.


2. Hidroksilamin dari amin sekunder, contoh pada desimipramin, nortriptilen.
3. Amin oksida dari amin tersier pada guanethidin dan brompheniramin.

 Oksidasi non mikrosom

Oksidasi yang terjadi oleh enzim non mikrosomal seperti dehidrogenase alkohol, aldehid
dan oksidase monoamin dan diamin (Anief, 1990).

Reaksi Reduksi kurang penting dibandingkan dengan reaksi oksidasi, reaksi ini terutama
berperan pada nitrogen dan turunannya (azoik dan nitrat), kadang-kadang pada karbon. Hanya
beberapa obat yang mengalami metabolisme dengan reduksi baik pada letak mikrosomal maupun
non mikrosomal. Gugus nitro, azo dan karbonil merupakan subyek reduksi yang menghasilkan
gugus hidroksida amino lebih polar. Ada beberapa enzim reduktase dalam hati yang tergantung
pada NADH atau NADPH yang mengkatalisiskan reaksi tersebut, NADPH adalah Nikotinamida
dinukleotida. Contoh yang paling terkenal adalah reduksi protonsil sebagai prodrug menjadi
Sulfanamid (Anief,1990).

Reaksi Hidrolisis. Proses lain yang menghasilkan senyawa yang lebih polar adalah
hidrolisis dari ester dan amida oleh enzim esterase yang terletak baik mikrosomal dan non
mikrosomal akan menghidrolisasi obat yang mengandung gugus ester. Di hepar lebih banyak
terjadi dan terkonsentrasi, seperti hidrolisis Peptidin oleh suatu enzim Esterase non mikrosomal
terdapat dalam darah dan beberapa jaringan sebagai contoh Prokain dimetabolisis oleh esterase
plasma (Anief 1990)

2. Reaksi Fase II

Reaksi konjugasi sesungguhnya merupakan reaksi antara molekul eksogen atau metabolit
dengan substrat endogen, membentuk senyawa yang tidak atau kurang toksik dan mudah larut
dalam air, mudah terionisasi da selanjutnya sangat mudah dikeluarkan (Anonimus, 1993).

Dalam metabolisme fase kedua, obat yang tak berubah, asli atau merupakan metabolit
polar mengalami konjugasi dengan asam glukoronat, sulfat, asam merkapturat atau asetat
menjadi lebih polar dan diekskresikan lebih cepat. Jadi metabolisme fase kedua merupakan
penggabungan obat aslinya atau metabolitnya dengan bermacam-macam komponen endogen.
Reaksi konjugasi yang dilakukan oleh enzim transferase memerlukan baik komponen endogen
maupun eksogen. Contohnya adalah Fenobarbital yang membutuhkan reaksi fase I sebagai
persyaratan reaksi konjugasi (Anief, 1990).

Reaksi fase II terdiri dari :

 Konjugasi asam glukoronat

Konjugasi asam glukoronat merupakan cara konjugasi umum dalam proses metabolisme.
Hampir semua obat mengalami konjugasi ini karena sejumlah besar gugus fungsional
obat dapat berkombinasi secara enzimatik dengan asam glukoronat dan tersedianya D-
asam glukoronat dalam jumlah yang cukup pada tubuh (Siswandono dan Soekardjo,
2000)

 Metilasi

Reaksi metilasi mempunyai peran penting pada proses biosintesis beberapa senyawa
endogen, seperti norepinefrin, epinefrin, dan histaminserta untuk proses bioinaktivasi
obat. Koenzim yang terlibat pada reaksi metilasi adalah adalah S-adenosil-
metionin(SAM). Reaksi ini dikatalis oleh enzim metiltransferase yang terdapat dalam
sitoplasma dan mikrosom (Siswandono dan Soekardjo, 2000 ).

 Sulfur

Terutama terjadi pada senyawa yang mengandunggugus fenol dan kadang-kadang juga
terjadi pada senyawa alkohol, amin aromatik dan senyawa N-hidroksi. Konjugasi sulfat
pada umumnya untuk meningkatkan kelarutan senyawa dalam air dan membuat senyawa
menjadi tidak toksik (Siswandono dan Soekardjo,2000).

 Asetilasi
Merupakan jalur metabolisme obat yang mengandung gugus amin primer, sulfonamida,
hidrasin, hidrasid, dan amina alifatik primer. Fungsi utama asetilasi adalah membuat
senyawa inaktif dan untuk detoksifikasi (Siswandono dan Soekardjo,2000).

 Pembentukan Asam Metakarpurat

Asam merkapturat adalah turunan S dari N-asetilsistein yang disintesis dari GSH. Reaksi
konjugasi terjadi dengan kombinasi pada sistein atau glutation dengan bantuan enzim
dalam fraksi supernatan dari homogenat jaringan terutama hati dan ginjal
(Devissaguet,1993).
Tidak semua obat melalui 2 fase ini, ada juga yang hanya melalui fase I saja (satu atau
beberapa macam reaksi) ataupun melalui fase II saja (satu atau beberapa macam reaksi).
Tetapi memang kebanyakan obat di metabolisme melalui beberapa reaksi sekaligus atau
secara berurutan menjadi beberapa macam metabolit (Syarif, 1995).

Telah disebutkan bahwa ada 2 jenis enzim yang berperan dalam proses metabolisme,
yaitu enzim mikrosomal dan non mikrosomal. Perbedaan tersebut dikategorikan berdasarkan
letaknya di dalam sel. Kedua enzim ini, terutama terdapat di dalam sel hati tetapi dapat juga
terletak di sel jaringan lain seperti, ginjal, paru-paru, epitel saluran cerna dan plasma. Di lumen
saluran cerna juga terdapat enzim non mikrosomal yang dihasilkan oleh flora usus. Enzim
mikrosom mengkatalisis reaksi konjugasi glukuronid, sebagian besar reaksi oksidasi, serta reaksi
reduksi dan hidrolisis. Sedangkan enzim non mikrosom mengkatalisis reaksi konjugasi lainnya,
beberapa oksidasi serta reduksi dan hidrolisis (Syarif, 1995).
BAB II
PENUTUP

A. Kesimpulan

Metabolisme (biotransformasi) adalah suatu proses kimia di mana suatu obat diubah
didalam tubuh menjadi suatu metabolitnya. Perubahan kimia obat dalam tubuh terutama terjadi
pada jaringan dan organ-organ seperti hati, ginjal, paru dan saluran cerna. Hati adalah organ
tubuh yang merupakan tempat utama metabolisme obat oleh karena mengandung lebih banyak
enzim-enzim metabolisme dibanding organ lain. setelah pemberian secara oral, obat diserap oleh
saluran cerna, masuk ke peredaran darah dan kemudian ke hati melalui efek lintas pertama. aliran
darah yang membawa obat atas senyawa organik asing melewati sel-sel hati secara perlahan-
lahan dan termetabolisis menjadi senyawa yang mudah larut dalam air kemudian diekskresikan
melalui urin. ( Siswandono, Soekardjo, Bambang.2000.Kimia Medisinal, hal 65)
Tujuan metabolisme obat adalah mengubah obat yang nonpolar (larut lemak) menjadi polar
(larut air) agar dapat diekskresi melalui ginjal atau empedu. Dengan perubahan ini obat aktif
umumnya diubah menjadi inaktif, tapi sebagian berubah menjadi lebih aktif, kurang aktif, atau
menjadi toksik.(Syarif, Amir,dkk.1995. Farmakologi dan Terapi edisi V, hal 8)
Faktor-faktor yang mempengaruhi metabolisme obat, antara lain: Faktor genetik atau
keturunan, Perbedaan spesies dan galur, Perbedaan jenis kelamin, Perbedaan umur,
Penghambatan enzim metabolism, Induksi Enzim Metabolisme, dan Faktor Lain.
Fase-fase metabolisme obat meliputi reaksi fase I dan reaksi fase II.
DAFTAR PUSTAKA

https://dotedu.id/nasib-obat-dalam-tubuh-metabolisme-atau-biotransformasi/

https://moko31.wordpress.com/2010/03/29/biotransformasi/

http://sepisendiriterus.blogspot.co.id/2012/05/metabolisme-obat.html

Anda mungkin juga menyukai