A. PENGERTIAN
Kanker paru adalah tumor ganas paru yang berasal dari saluran napas atau epitel bronkus
yang ditandai dengan pertumbuhan sel yang tidak normal, tidak terbatas, dan merusak sel-sel
jaringan normal. Kanker paru merupakan penyebab utama keganasan di dunia dan mencapai
hingga 13% dari semua diagnosis kanker. Selain itu, kanker paru juga menyebabkan 1/3 dari
seluruh kematian akibat kanker pada laki-laki (Kemenkes RI, 2016:1).
B. PENYEBAB
Kanker berkembang mengikuti kerusakan genetika pada DNA. Kerusakan genetika ini
mempengaruhi fungsi normal sel, termasuk proliferasi sel, pemrograman kematian sel
(apoptosis) dan perbaikan DNA. Ketika lebih banyak kerusakan terakumulasi, risiko terhadap
kanker makin bertambah.
1. Merokok
Merokok, khususnya sigaret, secara umum merupakan penyumbang utama kanker paru.
Rokok sigaret mengandung lebih dari 60 jenis karsinogen, termasuk di antaranya radioisotop dari
peluruhan sekuens radon, nitrosamin, dan benzopiren. Selain itu, nikotin menekan respons imun
terhadap pertumbuhan kanker pada jaringan yang terpapar. Di seluruh negara maju, 90% dari
kematian karena kanker paru pada laki-laki selama tahun 2000 disebabkan oleh merokok (70%
untuk perempuan). Merokok bertanggung jawab terhadap 80–90% kasus kanker paru.
Merokok pasif—proses inhalasi asap dari perokok lain—merupakan penyebab kanker paru
pada bukan perokok. Perokok pasif dapat digolongkan sebagai seseorang yang hidup atau
bekerja bersama perokok. Penelitian dari AS, Eropa, Inggris, dan Australia telah secara konsisten
menunjukkan adanya peningkatan risiko yang signifikan di antara mereka yang terpapar asap
rokok pasif. Mereka yang hidup dengan perokok memiliki risiko yang lebih tinggi sebesar 20–
30% sedangkan mereka yang bekerja pada lingkungan perokok mempunyai risiko 16–19% lebih
tinggi. Penelitian asap aliran sisi menunjukkan bahwa hal ini lebih berbahaya dari merokok
langsung. Merokok pasif menyebabkan 3, 400 kematian karena kanker paru setiap tahun di AS.
2. Gas Radon
Radon adalah gas yang tidak berwarna dan tidak berbau dihasilkan dari penguraian
radioaktif radium, yang merupakan produk dari peluruhan uranium, yang ditemukan di
lapisan kerak bumi. Produk peluruhan radiasi meng ion kan materi genetika, sehingga
menyebabkan mutasi yang kadang menjadi bersifat kanker. Radon merupakan penyebab kanker
paru paling banyak kedua di AS, setelah rokok. Risikonya meningkat hinggga 8–16% untuk
setiap peningkatan konsentrasi radon sebesar 100 Bq/m³. Tingkat gas radon bervariasi tergantung
pada lokasi dan komposisi tanah dan batuan di bawahnya. Sebagai contoh, di wilayah
seperti Cornwall di Inggris (yang mengandung granit sebagai substrata), gas radon merupakan
masalah utama, dan bangunan harus memiliki ventilasi aktif dengan kipas untuk menurunkan
konsentrasi gas radon. United States Environmental Protection Agency (EPA) memperkirakan
satu dari 15 rumah di AS memiliki tingkat radon lebih tinggi dari tingkat rekomendasi
4 picocurie per liter (pCi/l) (148 Bq/m³).
3. Asbestos
Asbestos dapat menyebabkan berbagai penyakit paru-paru, termasuk kanker paru. Merokok
tembakau dan asbestos memberikan efek sinergis dalam pembentukan kanker paru. Asbestos
juga dapat menyebabkan kanker pada pleura, yang disebut mesotelioma (yang berbeda dari
kanker paru).
4. Polusi udara
Polusi udara di luar rumah hanya memberikan efek yang kecil dalam meningkatkan risiko
kanker paru. partikulat (PM2.5) halus dan aerosol sulfat, yang berasal dari pelepasan asap
kendaraan bermotor di jalanan, diasosiasikan agak meningkatkan risiko. Untuk nitrogen
dioksida, kenaikan bertahan hingga 10 bagian per miliar meningkatkan risiko kanker paru hingga
14%. Polusi udara luar diperkirakan bertanggung jawab terhadap 1–2% kejadian kanker paru.
Bukti tentatif mendukung adanya kenaikan risiko kanker paru dari polusi dalam ruang yang
berhubungan dengan pembakaran kayu, batubara, residu bahan bakar kotoran dan sisa sampah
yang dipakai untuk memasak dan pemanas ruang. Wanita yang terpapar asap pembakaran
batubara memiliki risiko dua kali lebih tinggi dan sejumlah produk sampingan dari
pembakaran tanaman organik diketahui atau dicurigai bersifat karsinogen. Risiko ini
memengaruhi kurang lebih 2.4 miliar orang di seluruh dunia, dan dipercaya menyebabkan 1.5%
kematian karena kanker paru.
5. Genetika
Diperkirakan bahwa 8 hingga 14% dari kanker paru disebabkan oleh faktor diturunkan. Pada
orang dengan saudara yang terkena kanker paru, risiko meningkat hingga 2.4 kali. Hal ini
disebabkan oleh adanya kombinasi gen.
6. Penyebab lain
Sejumlah zat, pekerjaan, dan paparan lingkungan lain juga dihubungkan dengan kanker
paru. Badan Penelitian Kanker Internasional (IARC) menyatakan ada "bukti yang cukup" untuk
menunjukkan bahwa sejumlah hal berikut karsinogenik untuk paru-paru:
a. Sejumlah jenis logam (produk aluminium, kadmium dan senyawa kadmium,
senyawa kromium(VI), berilium dan senyawa berilium, peleburan besi dan baja, senyawa
nikel, arsenik dan senyawa arsenik inorganik, tambang hematit bawah tanah)
b. Sejumlah produk pembakaran (pembakaran tidak sempurna), arang batu (emisi dalam
ruangan dari pembakaran arang batu rumah tangga), gasifikasi batu bara, aspal, produk
kokas, jelaga, gas buang mesin disel)
c. Radiasi ionisasi (radiasi sinar-X, radon-222 dan produk peluruhannya, radiasi
gamma, plutonium)
d. Sejumlah gas beracun (metil eter (kadar teknis), Bis-(klorometil) eter, sulfur mustard,
MOPP (campuran vinkristina-prednison-nitrogen mustard-procarbazin), uap pengecatan)
e. Produk karet dan kristalin debu silika
C. PATOFISIOLOGI
Kanker paru dimulai oleh aktivitas onkogen dan inaktivasi gen supresor tumor. Onkogen
merupakan gen yang diyakinin sebagai penyebab seseorang untuk terkena kanker. Proto-onkogen
berubah menjadi onkogen jika terpapar karsinogen yang spesifik. Pada proto-onkogen mutasi
yang terjadi yaitu K-ras menyebabkan adenokarsinoma paru sampai 10-30%. Epidermal growth
factor reseptor (EFGR) mengatur proliferasi sel, apoptosis, angiogenesis, serta invasi tumor.
Berkembangnya EFGR serta mutasi sering dijumpai pada kanker paru non-small sel sehingga
menjadikan dasar terapi menggunakan penghambat EFGR. Kerusakan kromosom menyebabkan
kehilangan sifat keberagaman heterezigot, menyebabkan inaktivasi gen supresor tumor.
Kerusakan kromosom 3p, 5q, 13q dan 17p ini paling sering menyebabkan karsinoma paru non-
small sel. Gen p53 tumor supresor berada dikromosom 17p yang didapatkan 60-75% dari kasus.
Sejumlah gen polimorfik berkaitan dengan kanker paru, termasuk gen polimorfik yang
mengkode interleukin-1, sitokrom P450, caspase-8 sebagai pencetus apoptosis serta XRCC1
sebagai molekul DNA repair. Individu yang terdapat gen polimorfik seperti ini lebih sering
terkena kanker paru apabila terpapar zat karsinogenik.
D. GAMBARAN KLINIS
Ada dua jenis utama kanker paru di kategorikan berdasarkan ukuran serta adanya sel ganas
yang terlihat melalui histopatologi dengan mikroskop, kanker paru karsinoma bukan sel kecil
80%, kanker paru karsinoma sel kecil 16,8%. Klasifikasi ini berdasarkan pada kriteria histologi
yang sangat penting dalam penanganan klinis serta prognosis klinis.
M1a : Nodul tumor terpisah di lobus kontralateral; tumor dengan nodul pleura atau pleura ganas
(atau perikardial) efusi
M1b : Metastasis jauh
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Hasil pemeriksaan radiologis adalah salah satu pemeriksaan penunjang yang mutlak
dibutuhkan untuk menentukan lokasi tumor primer dan metastasis, serta penentuan stadium
penyakit. Pemeriksaan radiologis paru yaitu foto toraks PA/Lateral, bila mungkin CT-scan toraks,
bone scan, bone survey, USG abdomen 16 dan brain-CT dibutuhkan untuk menentukan letak
kelainan, ukuran tumor dan metastasis.
G. PATHWAY
H. PENATALAKSANAAN
1. Pembedahan.
Tujuan pada pembedahan kanker paru sama seperti penyakit paru lain, untuk mengankat
semua jaringan yang sakit sementara mempertahankan sebanyak mungkin fungsi paru – paru
yang tidak terkena kanker.
a. Toraktomi eksplorasi.
Untuk mengkomfirmasi diagnosa tersangka penyakit paru atau toraks khususnya
karsinoma, untuk melakukan biopsy.
b. Pneumonektomi pengangkatan paru).
Karsinoma bronkogenik bilaman dengan lobektomi tidak semua lesi bisa diangkat.
c. Lobektomi (pengangkatan lobus paru).
Karsinoma bronkogenik yang terbatas pada satu lobus, bronkiaktesis bleb atau bula
emfisematosa; abses paru; infeksi jamur; tumor jinak tuberkulois.
d. Resesi segmental.
Merupakan pengankatan satau atau lebih segmen paru.
e. Resesi baji.
Tumor jinak dengan batas tegas, tumor metas metik, atau penyakit peradangan yang
terlokalisir. Merupakan pengangkatan dari permukaan paru – paru berbentuk baji
(potongan es).
f. Dekortikasi.
Merupakan pengangkatan bahan – bahan fibrin dari pleura viscelaris)
2. Radiasi
Pada beberapa kasus, radioterapi dilakukan sebagai pengobatan kuratif dan bisa juga sebagai
terapi adjuvant/ paliatif pada tumor dengan komplikasi, seperti mengurangi efek obstruksi/
penekanan terhadap pembuluh darah/ bronkus.
3. Kemoterafi.
Kemoterapi digunakan untuk mengganggu pola pertumbuhan tumor, untuk menangani pasien
dengan tumor paru sel kecil atau dengan metastasi luas serta untuk melengkapi bedah atau terapi
radiasi.
I. PENGKAJIAN
1) Aktivitas/ istirahat.
Gejala : Kelemahan, ketidakmampuan mempertahankan kebiasaan rutin,dispnea karena aktivitas.
Tanda : Kelesuan( biasanya tahap lanjut).
2) Sirkulasi.
Gejala : JVD (obstruksi vana kava).
Bunyi jantung : gesekan pericardial (menunjukkan efusi).
Takikardi/ disritmia.
Jari tabuh.
3) Integritas ego.
Gejala : Perasaan taku. Takut hasil pembedahan
Menolak kondisi yang berat/ potensi keganasan.
Tanda : Kegelisahan, insomnia, pertanyaan yang diulang – ulang.
4) Eliminasi.
Gejala : Diare yang hilang timbul (karsinoma sel kecil).
Peningkatan frekuensi/ jumlah urine (ketidakseimbangan hormonal, tumor epidermoid)
5) Makanan/ cairan.
Gejala : Penurunan berat badan, nafsu makan buruk, penurunan masukan
makanan.
Kesulitan menelan
Haus/ peningkatan masukan cairan.
Tanda : Kurus, atau penampilan kurang berbobot (tahap lanjut)
Edema wajah/ leher, dada punggung (obstruksi vena kava), edema wajah/ periorbital
(ketidakseimbangan hormonal, karsinoma sel kecil)
Glukosa dalam urine (ketidakseimbangan hormonal, tumor epidermoid).
6) Nyeri/ kenyamanan.
Gejala : Nyeri dada (tidak biasanya ada pada tahap dini dan tidak selalu pada tahap lanjut)
dimana dapat/ tidak dapat dipengaruhi oleh perubahan posisi.
Nyeri bahu/ tangan (khususnya pada sel besar atau adenokarsinoma)
Nyeri abdomen hilang timbul.
7) Pernafasan.
Gejala : Batuk ringan atau perubahan pola batuk dari biasanya dan atau produksi sputum.
Nafas pendek
Pekerja yang terpajan polutan, debu industri
Serak, paralysis pita suara.
Riwayat merokok
Tanda : Dispnea, meningkat dengan kerja
Peningkatan fremitus taktil (menunjukkan konsolidasi)
Krekels/ mengi pada inspirasi atau ekspirasi (gangguan aliran udara), krekels/ mengi menetap;
pentimpangan trakea ( area yang mengalami lesi).
Hemoptisis.
8) Keamanan.
Tanda : Demam mungkin ada (sel besar atau karsinoma)
Kemerahan, kulit pucat (ketidakseimbangan hormonal, karsinoma sel kecil)
2) Sirkulasi.
Tanda : denyut nadi cepat, tekanan darah tinggi.
3) Eliminasi.
Gejala : menurunnya frekuensi eliminasi BAB
Tanda : Kateter urinarius terpasang/ tidak, karakteristik urine
Bisng usus, samara atau jelas.
5) Neurosensori.
Gejala : Gangguan gerakan dan sensasi di bawah tingkat anastesi.
J. DIAGNOSA
a) Preoperasi
(Gale, Rencana Asuhan Keperawatan Onkologi, 2000, dan Doenges, Rencana Asuhan
Keperawatan, 1999).
1. Gangguan pertukaran gas
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif
3. Ketakutan/anxietas
4. Kurang pengetahuan mengenai kondisi,tindakan,prognosis
b) Pascaoperasi (Doenges, Rencana Asuhan Keperawatan, 1999).
1. Gangguan pertukaran gas
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif
3. Nyeri akut
4. Anxietas
5. Kurang pengetahuan mengenai kondisi,tindakan,prognosis
Dapat dihubungkan :
Hipoventilasi.
Kriteria hasil :
Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenisi adekuat dengan GDA dalam rentang
normal dan bebas gejala distress pernafasan.
Berpartisipasi dalam program pengobatan, dalam kemampuan/ situasi.
Intervensi :
a) Kaji status pernafasan dengan sering, catat peningkatan frekuensi atau upaya pernafasan atau
perubahan pola nafas.
b) Catat ada atau tidak adanya bunyi tambahan dan adanya bunyi tambahan, misalnya krekels,
mengi.
Rasional : Bunyi nafas dapat menurun, tidak sama atau tak ada pada area yang sakit.Krekels
adalah bukti peningkatan cairan dalam area
jaringan sebagai akibat peningkatan permeabilitas membrane alveolar-kapiler. Mengi adalah
bukti adanya tahanan atau penyempitan jalan nafas sehubungan dengan mukus/ edema serta
tumor.
Rasional : Penurunan oksigenasi bermakna terjadi sebelum sianosis. Sianosis sentral dari “organ”
hangat contoh, lidah, bibir dan daun telinga adalah paling indikatif.
Kriteria hasil :
Intervensi :
Rasional : Ekspansi dad terbatas atau tidak sama sehubungan dengan akumulasi cairan, edema,
dan sekret dalam seksi lobus.
c) Catat karakteristik batuk (misalnya, menetap, efektif, tak efektif), juga produksi dan
karakteristik sputum.
Rasional : Karakteristik batuk dapat berubah tergantung pada penyebab/ etiologi gagal
perbafasan. Sputum bila ada mungkin banyak, kental, berdarah, adan/ atau puulen.
d) Pertahankan posisi tubuh/ kepala tepat dan gunakan alat jalan nafas sesuai kebutuhan.
Rasional : Memudahkan memelihara jalan nafas atas paten bila jalan nafas pasein dipengaruhi.
e) Kolaborasi pemberian bronkodilator, contoh aminofilin, albuterol dll. Awasi untuk efek
samping merugikan dari obat, contoh takikardi, hipertensi, tremor, insomnia.
Rasional : Obat diberikan untuk menghilangkan spasme bronkus, menurunkan viskositas sekret,
memperbaiki ventilasi, dan memudahkan pembuangan sekret. Memerlukan perubahan dosis/
pilihan obat.
3). Ketakutan/Anxietas.
Dapat dihubungkan :
Krisis situasi
Ancaman untuk/ perubahan status kesehatan, takut mati.
Faktor psikologis.
Kriteria hasil :
Intervensi :
Rasional : Membantu pengenalan ansietas/ takut dan mengidentifikasi tindakan yang dapat
membantu untuk individu.
Rasional : Langkah awal dalam mengatasi perasaan adalah terhadap identifikasi dan ekspresi.
Mendorong penerimaan situasi dan kemampuan diri untuk mengatasi.
Dapat dihubungkan :
Kurang informasi.
Kesalahan interpretasi informasi.
Kurang mengingat.
Kriteria hasil :
Intervensi :
a) Dorong belajar untuk memenuhi kebutuhan pasien. Beriak informasi dalam cara yang jelas/
ringkas.
Rasional : Sembuh dari gangguan gagal paru dapat sangat menghambat lingkup perhatian pasien,
konsentrasi dan energi untuk penerimaan
informasi/ tugas baru.
b) Berikan informasi verbal dan tertulis tentang obat
Rasional : Pemberian instruksi penggunaan obat yang aman memmampukan pasien untuk
mengikuti dengan tepat program pengobatan.
c) Kaji konseling nutrisi tentang rencana makan; kebutuhan makanan kalori tinggi.
Rasional : Pasien dengan masalah pernafasan berat biasanya mengalami penurunan berat badan
dan anoreksia sehingga memerlukan peningkatan
nutrisi untuk menyembuhan.
Rasional : Pasien harus menghindari untuk terlalu lelah dan mengimbangi periode istirahatdan
aktivitas untuk meningkatkan regangan/ stamina dan mencegah konsumsi/ kebutuhan oksigen
berlebihan.
Dapat dihubungkan :
Kriteria hasil :
Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan adekuat dengan GDA dalam
rentang normal.
Bebas gejala distress pernafasan.
Intervensi :
a) Catat frekuensi, kedalaman dan kemudahan pernafasan. Observasi penggunaan otot bantu,
nafas bibir, perubahan kulit/ membran mukosa.
Rasional : Pernafasan meningkat sebagai akibat nyeri atau sebagai mekanisme kompensasi awal
terhadap hilangnya jaringan paru.
b) Auskultasi paru untuk gerakamn udara dan bunyi nafas tak normal.
Rasional : Konsolidasi dan kurangnya gerakan udara pada sisi yang dioperasi normal pada pasien
pneumonoktomi. Namun, pasien lubektomi harus menunjukkan aliran udara normal pada lobus
yang masih ada.
c) Pertahankan kepatenan jalan nafas pasien dengan memberikan posisi, penghisapan, dan
penggunaan alat
d) Ubah posisi dengan sering, letakkan pasien pada posisi duduk juga telentang sampai posisi
miring.
e) Dorong/ bantu dengan latihan nafas dalam dan nafas bibir dengan tepat.
Dapat dihubungkan :
Kriteria hasil :
Menunjukkan patensi jalan nafas, dengan cairan sekret mudah dikeluarkan, bunyi nafas jelas,
dan pernafasan tak bising.
Intervensi :
b) Bantu pasien dengan/ instruksikan untuk nafas dalam efektif dan batuk dengan posisi duduk
tinggi dan menekan daerah insisi.
Rasional : Posisi duduk memungkinkan ekspansi paru maksimal dan penekanan menmguatkan
upaya batuk untuk memobilisasi dan membuang sekret. Penekanan dilakukan oleh perawat.
Rasional : Peningkatan jumlah sekret tak berwarna / berair awalnya normal dan harus menurun
sesuai kemajuan penyembuhan.
d) Dorong masukan cairan per oral (sedikitnya 2500 ml/hari) dalam toleransi jantung.
Rasional : Menghilangkan spasme bronkus untuk memperbaiki aliran udara, mengencerkan dan
menurunkan viskositas sekret.
Dapat dihubungkan :
Kriteria hasil :
a) Tanyakan pasien tentang nyeri. Tentukan karakteristik nyeri. Buat rentang intensitas pada
skala 0 – 10.
Rasional : Membantu dalam evaluasi gejala nyeri karena kanker. Penggunaan skala rentang
membantu pasien dalam mengkaji tingkat nyeri dan memberikan alat untuk evaluasi keefktifan
analgesic, meningkatkan control nyeri.
Rasional : Ketidaklsesuaian antar petunjuk verbal/ non verbal dapat memberikan petunjuk
derajat nyeri, kebutuhan/ keefketifan intervensi.
Rasional : Insisi posterolateral lebih tidak nyaman untuk pasien dari pada insisi anterolateral.
Selain itu takut, distress, ansietas dan kehilangan sesuai diagnosa kanker dapat mengganggu
kemampuan mengatasinya.
Rasional : Takut/ masalah dapat meningkatkan tegangan otot dan menurunkan ambang persepsi
nyeri.
4). Anxietas.
Dapat dihubungkan:
Krisis situasi
Ancaman/ perubahan status kesehatan
Adanya ancman kematian.
Kriteria hasil :
- Menunjukkan rentang perasaan yang tepat dan penampilan wajah tampak rileks/ istirahat
Intervensi :
Rasional : Pasien dan orang terdekat mendengar dan mengasimilasi informasi baru yang meliputi
perubahan ada gambaran diri dan pola hidup. Pemahaman persepsi ini melibatkan susunan
tekanan perawatan individu dan memberikan informasi yang perlu untuk memilih intervensi
yang tepat.
Rasional : Dukungan memampukan pasien mulai membuka atau menerima kenyataan kanker
dan pengobatannya.
d) Berikan kesempatan untuk bertanya dan jawab dengan jujur. Yakinkan bahwa pasien dan
pemberi perawatan mempunyai pemahaman yang sama.
e) Libatkan pasien/ orang terdekat dalam perencanaan perawatan. Berikan waktu untuk
menyiapkan peristiwa/ pengobatan.
Rasional : Dapat membantu memperbaiki beberapa perasaan kontrol/ kemandirian pada pasien
yang merasa tek berdaya dalam menerima pengobatan dan diagnosa.
Dapat dihubungkan :
Kriteria hasil :
Intervensi :
a) Diskusikan diagnosa, rencana/ terapi sasat ini dan hasil yang diharapkan.
Rasional : Memberikan informasi khusus individu, membuat pengetahuan untuk belajar lanjut
tentang manajemen di rumah. Radiasi dan kemoterapi dapat menyertai intervensi bedah dan
informasi penting untuk memampukan pasien/ orang terdekat untuk membuat keputusan
berdasarkan informasi.
b) Kuatkan penjelasan ahli bedah tentang prosedur pembedahan dengan memberikan diagram
yang tepat. Masukkan informasi ini dalam diskusi tentang harapan jangka pendek/ panjang dari
penyembuhan.
Rasional : Lamanya rehabilitasi dan prognosis tergantung pada tipe pembedahan, kondisi
preoperasi, dan lamanya/ derajat komplikasi.
Doenges, Marilynn E, (1999), Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 3, EGC, Jakarta
Long, Barbara C, (1996), Perawatan Medikal Bedah; Suatu Pendekatan Proses Holistik, Yayasan
Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Padjajaran, Bandung.
Suyono, Slamet, (2001), Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, Edisi 3, Balai Penerbit FKUI,
Jakarta.
Underwood, J.C.E, (1999), Patologi Umum dan Sistematik, Edisi 2, EGC, Jakarta.
DISUSUN OLEH :
17063