Anda di halaman 1dari 5

PENGARUH PEMBERIAN INFORMASI INFORMED CONSENT TERHADAP PERUBAHAN

KECEMASAN PASIEN YANG AKAN MENJALAN TINDAKAN OPERASI


DI SMC RS TELOGOREJO

Anggoro Mukti*),
Dita Aulia, Yuli Ratna, Zeni Zusiva**)

*) Dosen Program Studi D3 Keperawatan STIKES Telogorejo Semarang


**)Mahasiswa Program Studi D3Keperawatan STIKES Telogorejo Semarang

ABSTRAK

Tindakan operasi merupakan tindakan invasive yang hasilnya dapat menyebabkan respon kecemasan pada
pasien. Salah satu hal yang bisa digunakan untuk menurunkan kecemasan adalah pemberian informasi
informed consent, ketika proses persetujuan dilakukan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui adakah
pengaruh antara pemberian informasi informed consent terhadap perubahan kecemasan pasien yang akan
menjalani tindakan operasi di SMC RS Telogorejo. Jenis penelitian ini adalah quasy eksperimen
(eksperimen semu) dengan rancangan one group pre and post test design. Populasi dalam penelitian ini
adalah 30 responden yang dipilih dengan tehnik acak (purposive sampling). Hasil penelitian, Dengan
responden 30 orang didapatkan penurunan kecemasan dari 24 responden (80%) menjadi7 reponden
(23,3%) setelah pemberian intervensi. Dalam penelitian ini ada pengaruh yang signifikan antara pemberian
informasi informed consent terhadap perubahan kecemasan pasien yang akan menjalani tindakan operasi
di RSUD Tugurejo Semarang. Rekomendasi hasil penelitian ini adalah agar perawat tetap memperhatikan
kebutuhan informasi terhadap pasien yang mengalami kecemasan, terutama pasien yang akan dilakukan
tindakan operasi.

Kata kunci : Kecemasan, Pre Operasi, Informed Consent

ABSTRACT

Surgery action is an action of invasive, The results can cause anxiety response to the patients. One of the
things that can be used to reduce the anxiety of patients is provicion of informed consent information when
approval process done. To know if there are effect of providing for informed consent information to
changes in anxiety of patients who will undergo surgery in SMC RS Telogorejo. Type of this research was
the quasy experiment with one group pre and post test design. The population in this study were 30
respondents with purposive sampling technique. With 30 Respondents, the research obtained 24 (80%)
patients experienced anxiety and after treatment it is decrease into 7 (23.3%) patients. In this research there
is significant influence by provisioning of informed consent information to changes in patients anxiety
who will undergo surgery in hospitals Tugurejo Semarang. Recommendations of this research is that nurses
should consider the information needs of patients who experience anxiety, particularly patients who will
do surgery.

Key words: Anxiety, Pre Surgery, Informed Consent


PENDAHULUAN yuridis persetujuan tanpa informasi adalah tidak
sah (Hendrik, 2009).
Operasi adalah semua tindakan pengobatan yang
menggunakan cara invasif dengan membuka Mengingat dalam suatu informed consent unsur
atau menampilkan bagian tubuh yang akan informasi adalah hal yang penting dan
ditangani, saat menghadapi operasi pasien akan merupakan yang paling utama, maka setiap
mengalami berbagai stresor (penyebab stres). penyampaian informasi harus diukur pada
Stresor yang sering ditemukan pada operasi sejauh mana pemahaman pasien terhadap
yang akan menjalani tindakan operasi adalah informasi tersebut. Pemberian informasi
kecemasan, yaitu kekhawatiran yang tidak jelas tersebut harus diberikan oleh tenaga kesehatan
dan menyebar berkaitan dengan perasaan tidak yang terlibat dalam perawatan yang akan
pasti dan tidak berdaya. Kecemasan (ansietas) dilakukan terhadap pasien, hal ini bukan semata-
dialami oleh setiap manusia secara subyektif dan mata suatu kewajiban bagi tenaga kesehatan
dapat di komunikasikan secara interpersonal yang terlibat tetapi juga karena merupakan hak
(Stuart, 2007). pasien untuk mendapatkan informasi.

Dalam konsep tindakan operasi faktor yang Hasil yang diharapkan pasien dapat memberikan
menimbulkan kecemasan dalam diri pasien hak otonominya yang lebih besar dan tenaga
adalah adanya ancaman terhadap integritas fisik. kesehatan profesional dapat memperluas dan
Sehingga disinilah peran sekaligus fungsi dari meningkatkan pengetahuan terhadap pasien
perawat untuk mencegah serta mengurangi untuk menghilangkan kekhawatirannya karena
tingkat kecemasan pasien dimana perawat harus pemberian informasi yang salah (Stevenson,
memenuhi kewajibannya untuk menjalankan 2006).
fungsinya sebagai advokat bagi pasien berserta
keluarganya. Salah satu hal yang bisa digunakan Berdasarkan survei pendahuluan yang
untuk menurunkan kecemasan adalah pemberian dilaksanakan oleh peneliti pada tanggal 02
informasi informed consent, ketika proses Desember 2015, didapatkan data kunjungan
persetujuan dilakukan. Pelaksanaan informed pasien yang menjalani operasi pada kasus
consent terhadap pasien merupakan wewenang keperawatan dewasa mencapai 1846 pasien
dokter untuk mendapatkan persetujuan tindakan (untuk semua jenis tindakan operasi) pada tahun
medis yang akan dilakukan, sedangkan peran 2014, sedangkan untuk tahun 2015 dari bulan
perawat adalah mencegah terjadinya kecelakaan Januari-Juni tercatat 915 pasien yang menjalani
serta melindungi hak pasien dari kemungkinan tindakan operasi. Dari fenomena yang ada
efek yang tidak diinginkan dari suatu tindakan ditemukan masih banyak pasien ketika akan
diganostik maupun pengobatan (Potter & Perry, menjalani tindakan operasi banyak bertanya
2005). kepada perawat, tentang tindakan apa yang akan
dijalani, serta bagaimana tindakan tersebut akan
Informed consent mencakup peraturan yang dilakukan, meskipun sebelumnya sudah
mengatur perilaku tenaga kesehatan dan dokter dilakukan penjelasan tentang prosedur operasi
dalam berinteraksi dengan klien, disamping itu terebut oleh dokter yang akan melakukannya.
merupakan landasan etis untuk menghargai nilai
otonomi. Oleh karena itu gagasan dasar Beberapa uraian tersebut di atas, maka peneliti
informed consent adalah keputusan untuk tertarik untuk melakukan penelitian tentang
perawatan atau pengobatan yang didasarkan atas adanya pengaruh dari pemberian informasi
kerjasama antara tenaga kesehatan dengan tentang informed consent pada fase pre operatif
pasien. Dalam pemberian informed consent terhadap perubahan kecemasan pasien yang akan
penjelasan lebih penting dari pada menjalani tindakan operasi.
penandatanganan. Hal ini disebabkan karena
seseorang tidak akan menyetujui suatu tindakan Tujuan dari Penelitian ini Untuk mengetahui
yang tidak diketahui terlebih dahulu dan secara pengaruh pemberian informasi informed consent
terhadap perubahan kecemasan pasien yang akan
menjalani operasi, Mengukur tingkat kecemasan Bentuk pertanyaan yang digunakan dalam
pasien yang akan menjalani operasi sebelum penelitian ini adalah bentuk pertanyaan tertutup,
diberikan pemberian informasi informed consent, yang akan di isi oleh peneliti sesuai dengan apa
Mengukur tingkat kecemasan pasien yang akan yang didapatkan dari responden. Kuesioner
menjalani operasi sesudah diberikan informasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah
tentang informed consent, Menganalisis pengaruh modifikasi dari skala kecemasan Hamilton
pemberian informasi informed consent terhadap rating scale for anxiety (HRSA) yang asli,
perubahan kecemasan pasien yang akan sehingga tidak memerlukan uji validitas dan
menjalani operasi. reliabilitas.

METODE PENELITIAN Analisis yang dipergunakan dalam penelitian ini


adalah analisis univariat untuk mendeskripsikan
Jenis Penelitian ini yang dilakukan adalah distribusi dari masing-masing variabel yang
penelitian Quasi eksperimen (eksperimen semu) diteliti. Pada penelitian ini variabel yang
dengan rancangan one group pre and post design, dideskripsikan melalui analisis univariat adalah
yaitu eksperimen yang dalam mengontrol situasi variabel dependen yaitu kecemasan; dan
penelitian menggunakan rancangan tertentu dan variabel independen yaitu pemberian informasi
atau penunjukan subyek secara nir-acak untuk informed consent. Data yang diperoleh
mendapatkan salah satu dari berbagai tingkat kemudian dihitung jumlah dan prosentase
faktor penelitian. Dalam penelitian ini masing-masing kelompok dan disajikan dengan
menggunakan rancangan one group pre and post menggunakan tabel serta diinterprestasikan.
test design yaitu dengan cara melakukan
observasi sebelum dan sesudah dilakukan Analisis Bivariat menggunakan uji beda dua
intervensi. Penerapan dalam penelitian ini yaitu sampel berpasangan (dependent t test) dengan
dilakukan observasi terhadap tingkat kecemasan program analisis data dalam komputer. Dengan
pasien sebelum dan sesudah diberikan intervensi Cara sebagai berikut : Membuat hipotesis.
pemberian informasi informed consent ketika Membuat tabel penolong untuk menghitung
pasien tersebut akan menjalani operasi (Murti, rangking. Melakukan uji kenormalan data
1997). dengan menggunakan uji Kolomogorov smirnov
jika data tersebut berdistribusi normal, namun
Populasi penelitian ini adalah semua pasien yang jika data berdistribusi tidak normal maka
akan menjalani tindakan operasi yang terencana menggunakan uji non parametric wilcoxon
di ruang rawat inap, SMC RS Telogorejo pada (wilcoxon signed test).
bulan April-Juli 2016. Selama penelitian
tersebut didapatkan jumlah sampel penelitian HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
sebanyak 30 responden yang memenuhi kriteria
inklusi oleh peneliti. Sampel yang dipilih dalam 1. Usia responden
penelitian ini yaitu pencuplikan sampel secara Berdasarkan hasil penelitian responden
purposive (purposive sampling) yaitu suatu cara berumur 17–45 tahun, dimana yang
pemilihan subyek berdasarkan pertimbangan- mengalami kecemasan sebelum diberikan
pertimbangan terbaik oleh peneliti, sedemikian intervensi, berusia 17 dan 44 tahun dengan
rupa sehingga sampel dapat memberikan rata-rata kecemasan 8,23. Karena semua
informasi dengan akurat dan efisien, yang di responden termasuk berusia dewasa, maka
arahkan peneliti untuk mencapai tujuan hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan
penelitian/menjawab pertanyaan (Murti, 1997). oleh pendapat Hawari, (2001) bahwa tingkat
kecemasan dapat terjadi pada semua tingkat
Alat pengumpulan data yang digunakan dalam usia, tetapi lebih sering terjadi pada usia
penelitian ini adalah kuesioner, alat tulis, dewasa. Dalam penelitian ini responden yang
komputer, kalkulator. Kuesioner adalah berusia 44 tahun setelah diberikan intervensi
sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan lebih turun kecemasannya dibandingkan
untuk memperoleh informasi dari responden. yang berusia 17 tahun, ini juga sesuai dengan
Notoadmojo, (2003) bahwa pada usia yang dan redistribusi serta responsivitas
semakin tua maka seseorang semakin banyak kardiovasukuler.
pengalamannya sehingga pengetahuannya
semakin bertambah karena pengetahuannya 3. Pendidikan responden
banyak maka seseorang akan lebih siap Berdasarkan distribusi frekuensi
dalam menghadapi sesuatu. pendidikan terhadap kecemasan yang
didapatkan peneliti, bahwa tingkat
2. Jenis kelamin responden pendidikan responden: SD (8 responden),
Dari 30 responden, yang berjenis kelamin SLTP 14 (responden), SLTA (8
laki-laki sebanyak 15 reponden (50%) dan responden).
perempuan 15 responden (50%). Didapatkan
data sebelum pemberian intervensi Berdasarkan hasil penelitian pada sebelum
responden laki-laki mengalami kecemasan pemberian intervensi dengan tingkat
13 (86,7%), untuk responden perempuan kecemasan, pada pendidikan SLTP
yang mengalami kecemasan sebanyak 11 sebanyak 11 (36,66%) dan SLTA 7
(73,3%). Setelah dilakukan pemberian (23,33%) responden. Sedangkan pada
intervensi didapatkan data pada responden sesudah pemberian intervensi kecemasan
laki-laki yang masih mengalami kecemasan pada pendidikan SLTP sebanyak 3 (10%)
sebanyak 3 (20%), sedangkan pada dan SLTA sebanyak 3 (10%) responden.
responden perempuan yang masih Berdasarkan tingkat pendidikan terjadi
mengalami kecemasan sebanyak 4 (26,7%) penurunan jumlah skor (delta) kecemasan,
responden. Berdasarkan prosentase jenis bahwa pada responden dengan tingkat
kelamin dapat dilihat terjadinya penurunan pendidikan SLTP 26,60% dan pendidikan
jumlah skor (delta) kecemasan pada laki-laki SLTA 13,33%. Sehingga dapat
sebesar 66,7% dan pada perempuan sebesar disimpulkan bahwa penurunan jumlah skor
46,6% . (delta) kecemasan yang paling tinggi
adalah responden dengan tingkat
Hal ini sesuai dengan teori yang pendidikan SLTP. Menurut Stuart &
dikemukakan oleh Prawirohusodo (1998, Sundeen, (1998) bahwa semakin rendah
dalam Asda, 2005) jenis kelamin tingkat pendidikan seseorang akan mudah
mempengaruhi tingkat kecemasan mengalami kecemasan, ini dikarenakan
seseorang dalam menghadapi stresor akan berpengaruh terhadap kemampuan
tertentu hal ini bisa disebabkan adanya berpikir, semakin tinggi pendidikan akan
faktor hormonal (pada wanita), sedangkan semakin mudah berpikir rasional dan
karakterisitk maskulin pada laki-laki menangkap informasi baru termasuk dalam
cenderung untuk dominan, aktif dan bebas memecahkan masalah baru.
seperti percaya diri, terus terang asertif dan
penuh keyakinan. Menurut Brunner & 4. Pengaruh pemberian informasi informed
Suddarth, (2002) Secara hormonal ketika consent terhadap perubahan kecemasan
seseorang menghadapi stresor maka akan pasien pre operasi.
mempengaruhi sistem limbic untuk
pembentukan reticular, dimana reticular Setelah diberikan intervensi terhadap
tersebut akan mempengaruhi neuron responden tentang informasi informed
norepinefrin, efinerpin, neuron CRH consent didapatkan data bahwa terjadi
(cortiotropin releasing hormone) dan perubahan dari 24 responden yang
neuron simpatis yang langsung dibawah mengalami kecemasan sebelum diberikan
kontrol hipotalamus, ketiga neuron inilah intervensi turun menjadi 7 reponden yang
yang akan menghambat dan menstimulasi masih mengalami kecemasan dari semua
beberapa gejala misal perangsangan total 30 reponden. Nilai rata-rata (mean)
aktivasi perilaku keagresifan, respon skor kecemasan responden sebelum
imunitas tubuh, fungsi visceral, mobilisasi intervensi 8,23 setelah diberikan intervensi
menjadi 5,90 atau terjadi penurunan sebesar dengan hasil uji Wilcoxon Test menunjukan hasil
2,33 point. nilai p 0,000 atau < 0,005 (α 5 %) maka dapat di
artikan bahwa Ho (Hipotesis nol) ditolak, artinya
Terjadinya penurunan nilai rata-rata adanya pengaruh yang signifikan pemberian
kecemasan responden antara sebelum dan informasi informed consent terhadap perubahan
sesudah pemberian intervensi disebabkan kecemasan pasien yang akan menjalani tindakan
karena pemberian informasi informed operasi.
consent oleh tenaga kesehatan. Hal ini sesuai
dengan pendapat dari Chiscolm (1993, DAFTAR PUSTAKA
dalam Suanyar, 2008) bahwa pasien tidak
mengalami penurunan kecemasan, bila tidak Asda, P. (2005). Pengaruh pemberian informasi
mendapatkan intervensi tentang penyakit tentang prosedur operasi terhadap tingkat
dan prosedur tindakan yang akan dilakukan kecemasan pasien pre operatif Di RS PKU
dan kecemasan pasien pre operasi tersebut Muhammadiyah Yogyakarta, PSIK FK
akan mengalami penurunan setelah UGM. Yogyakarta
diberikan informasi dan penjelasan yang Brunner & Suddarth, (2002). Buku ajar
adekuat oleh tenaga kesehatan. keperawatan medical bedah, edisi. 8
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
Dahlan, S. (2003). Hukum kesehatan. Edisi, 3.
IMPLIKASI HASIL PENELITIAN Semarang : Balai Penerbit Universitas
Diponegoro.
1. Pelayanan keperawatan Hawari , 2001. Manajeman stress,cemas dan
Menjadi acuan bagi pihak keperawatan untuk depresi. Jakarta : Balai penerbit FKUI.
lebih memperhatikan kebutuhan akan Hendrik . (2009). Informed consent. Jurnal
informasi yang berhak diterima pasien dan Hukum Kesehatan,vol.2 (3), 143-150 . Biro
keluarganya, terutama tentang apa yang hukum & organisasi sekretaris jenderal
menyangkut status kesehatan, prosedur suatu Depkes RI.
tindakan dan keputusan yang akan di ambil Murti, B. (1997). Prinsip dan metodelogi riset
oleh pasien atau orang yang berhak epidemiologi, Jogjakarta : UGM Press.
mewakilinya. Dalam hal keputusan tindakan Notoadmojo, S (2003). Pendidikan dan perilaku
operasi merupakan keputusan yang murni kesehatan. Jakarta : Rineka cipta
adalah hak pasien dalam mengambil Potter, & Perry. (2006). Buku ajar fundamental of
keputusan tersebut (Dahlan, 2003). nursing. vol.1 edisi. 4. Jakarta : Penerbit
2. Kelompok keilmuwan keperawatan Buku Kedokteran EGC
Dalam bidang keilmuan keperawatan perlu _____________. (2005). Buku ajar fundamental
dilakukan adanya peningkatan kesadaran dari of nursing. vol.2 edisi. 4. Jakarta : Penerbit
profesi perawat sendiri, tentang apa yang Buku
menjadi hak pasien dan apa yang menjadi Kedokteran EGC
kewajiban perawat dalam melakukan Stuart, W.G. (2007). Buku saku keperawatan
tindakan keperawatan, yang tentunya sesuai jiwa. edisi.5. Jakarta : Penerbit Buku
dengan batas kemampuan dan kewenangan Kedokteran EGC.
dari perawat tersebut. Hal ini diharapkan Steevenson, G. (2006). Informed consent.
tidak adanya overlaping dan penumpukan Journal of perioperative practice, vol.16
beban tugas keperawatan, sehingga apabila (8), 384-8. Bournemouth University.
terjadi implikasi lanjutan maka diharapkan England. http:// www.ebsco.com/informed
dapat dipertanggung jawabkan. consent./ diperoleh tanggal 12 Oktober
2010.
KESIMPULAN Suanyar, (2008). Pengaruh pemberian informasi
prosedur operasi terhadap tingkat
Ada pengaruh antara pemberian informasi kecemasan pasien pre operasi Di IRNA I
terhadap perubahan kecemasan di buktikan RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai