Anda di halaman 1dari 4

BAB 1

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Anak merupakan masa dimana organ – organ tubuhnya belum berfungsi

secara optimal yang berakibat lebih rentan terhadap penyakit, salah satu

penyakit yang sering menyerang anak yaitu bronkopneumonia.

Bronkopneumonia merupakan radang dari saluran pernapasan yang terjadi

pada bronkus sampai dengan alveolus paru. Bronkopneumonia (pneumonia

lobaris) merupakan infeksi saluran pernapasan akut bagian bawah dari

parenkim paru yang melibatkan bronkus/bronkiolus yang berupa distribusi

berbentuk bercak – bercak (patchy distribution) yang disebabkan oleh bakteri,

virus, jamur, dan benda asing (Handayani, Muhtar dan Chaeruddin, 2021).

Peradangan yang terjadi pada penyakit bronkopneumonia

mengakibatkan produksi sekret meningkat sampai menimbulkan manifestasi

klinis yang ada sehingga muncul masalah dan salah satu masalah tersebut

adalah bersihan jalan nafas tidak efektif. Bersihan jalan napas tidak efektif

merupakan masalah yang sering ditemukan pada anak dengan

bronkopneumonia. Anak yang mengalami bronkopneumonia akan mengalami

sesak napas yang disebabkan adanya sekret yang tertumpuk pada rongga

pernapasan sehingga mengganggu keluar masuknya aliran udara. Sekret atau

spuntum merupakan lendir yang dihasilkan karena adanya rangsangan pada

membrane mukosa secara fisik, kimiawi maupun karena infeksi. Hal tersebut
yang kemudian menyebabkan proses pembersihan tidak berjalan secara

adekuat sehingga sputum banyak tertimbun (Oktiawati dan Fitriana, 2021).

Dampak yang dapat terjadi apabila bersihan jalan nafas tidak efektif,

dan tidak segera ditangani yakni dapat menyebabkan terjadinya hipoksia. Hal

tersebut dapat terjadi karena kurangnya suplai oksigen akibat adanya

penumpukan sekret dan apabila suplai oksigen tidak terpenuhi dapat

menyebabkan pasien kehilangan kesadaran, kejang, terjadi kerusakan otak

yang permanen, henti nafas bahkan kematian (Sukma, 2020).

Menurut laporan World Health Organization (WHO) tahun 2019,

sekitar 800.000 hingga 2 juta anak meninggal dunia tiap tahun akibat

bronkopneumonia. Bahkan United Nations Children’s Fund (UNICEF) dan

WHO menyebutkan bronkopneumonia merupakan penyebab utama kematian

balita di dunia. Penyakit ini menyumbang 16 % dari seluruh kematian anak di

bawah 5 tahun, yang menyebabkan kematian pada 920.136 balita. Atau lebih

dari 2.500 per hari, atau di perkirakan 2 anak balita meninggal setiap menit

pada tahun 2018.

Angka kejadian pneumonia di dunia tercatat 9,2 juta jiwa meninggal

dalam periode 1 tahun diseluruh dunia, 92 % dari total kasus yang telah

tercatat ditemukan pada benua Asia dan Afrika (Basuki, 2019). Pneumonia

merupakan masalah kesehatan di Dunia karena angka kematiannya tinggi,

tidak saja di Negara berkembang, tetapi juga di Negara maju seperti Amerika

Serikat, Kanada dan Negara-negara Eropa. Di Amerika Serikat misalnya,

terdapat dua juta sampai tiga juta kasus pneumonia per-tahun denganjumlah
kematian rata-rata 45.000 orang. Di Indonesia, pneumonia merupakan

penyebab kematian nomor tiga setelah kardiovaskuler dan tuberkulosis.

(Depkes RI, 2014)

Di Indonesia, pneumonia menempati urutan terbesar ke dua angka

kematian pada bayi di bawah usia lima tahun (balita) maupun bayi baru lahir

setalah diare. Tahun 2010 di Indonesia, pneumonia termasuk dalam 10 besar

penyakit rawat inap di rumah sakit. Menurut Profil Kesehatan Indonesia,

pneumonia menyebabkan 15 persen kematian balita yaitu sekitar 922.000

balita tahun 2015. Pada Profil Kesetahan Indonesia Tahun 2017 terdapat kasus

pneumonia baru sebesar 20.54% dari jumlah balita di Indonesia. Dari tahun

2015-2018 kasus pneumonia yang terkonfimasi pada anak-anak dibawah 5

tahun meningkat sekitar 500.000 per tahun. Menurut data dari riset kesehatan

dasar (Riskesdas) 2018 menunjukan prevalensi pneumonia naik dari 1,6%

pada 2013 menjadi 2% dari populasi balita yang ada di Indonesia pada 2018.

Pneumonia merupakan salah satu penyakit yang berbahaya karena bila

tidak mendapat perawatan dengan benar, maka akan dapat menyebabkan

kematian. Penderita penyakit ini dapat terjadi pada semua usia. Pengobatan

yang salah pada penderita penyakit ini, justru dapat menjadi penyebab

kematian pada pasien (Hartati & dkk, 2012).

Provinsi aceh menduduki urutan kelima di Indonesia dengan prevalensi

2,5 % pada tahun 2018. Kasus pneumonia paling tiggi di Provinsi aceh berada

di Aceh Utara diikuti aceh Timur, Pidie, Bireun dan di Urutan ke lima yaitu
Banda Aceh. Jumlah kasus pneumonia di Banda Aceh yaitu 27.121 kasus pada

tahun 2017 (Dinkes Prov. Aceh, 2017).

Anak merupakan bagian dari keluarga dan masyarakat, orangtua akan

mengalami kekhawatiran jika anak mengalami suatu penyakit. Anak yang

sakit dirawat inap dapat menimbulkan suatu stress bagi anak itu sendiri

maupun keluarga (Apriani, 2013). Rawat Inap adalah suatu kejadian yang

dikarenakan suatu alasan yang mengharuskan seseorang anak untuk tinggal di

rumah sakit, yang bertujuan untuk melakukan terapi perawatan hingga

pemulangan ke rumah (Utami, 2014).

Anda mungkin juga menyukai