Anda di halaman 1dari 18

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK

DENGAN PNEUMONIA

Dosen Pengampu: Ns. Resti Utami, M.Kep

Disusun Oleh :

1. Putri Rosalinda (1911011005)


2. Lailaul Magfiroh (1911011014)
3. Siti Nadifah (1911011030)
4. Yolanda Intan Aulia (1911011019)
5. Mohammaf Foedhail (1911011031)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat ALLAH SWT yang telah melimpahkan rahmat serta
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan lancar. Tidak lupa
juga sholawat serta salam kami panjatkan kepada junjungan kita Nabi
Besar Muhammad SAW yang menjadi tauladan dalam menuntut ilmu.
Adapun maksud dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Mata
Kuliah “Keperawatan Anak 1“ yang kami susun dalam bentuk makalah dengan judul
“Pnenumonia” dan dengan selesainya penyusunan makalah ini, kami juga tidak lupa
mengucapkan terimakasih kepada Ns. Resti Utami, M.Kep sebagai Dosen Pengampu
Keperawatan Anak 1 Prodi S-1 Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jember.
Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini. Oleh
karena itu, kami sangat senang dan terbuka untuk menerima kritik dan saran untuk
perbaikan makalah ini.

Jember, 13 Juni 2021

Penulis
Bab I

Pembahasan

A. Konsep penyakit

1. Definisi
Istilah pneumonia menggambarkan keadaan paru apapun, tempat alveolus
biasanya terisi dengan cairan dan sel darah (Gyuton, 1996). Pneumonia adalah
penyakit infeksi akut yang mengenai parenkim paru, distal dari bronkiolus
terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius dan alveoli, serta
menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat
(Dahlan, 2014).
Pneumonia adalah keradangan pada parenkim paru yang terjadi pada masa
anak-anak dan sering terjadi pada masa bayi (Hidayat, 2006). Pneumonia pada
anak merupakan masalah yang umum dan menjadi penyebab utama morbiditas
dan mortalitas di dunia (Gessman, 2009).
Menurut WHO dan UNICEF (2006) pneumonia merupakan penyebab
kematian pada anak yang paling sering terjadi di negara berkembang dan
memiliki angka kematian yang tinggi melebihi kematian akibat AIDS, malaria,
dan campak. Diperkirakan ada 1,8 juta atau 20% dari kematian anak yang
diakibatkan oleh pneumonia di dunia. Di Indonesia, pneumonia menjadi
penyebab kematian kedua setelah diare pada anak-anak. Riset Kesehatan Dasar
(RISKESDAS) melaporkan bahwa kejadian pneumonia sebulan terakhir
(periode prevalence) mengalami peningkatan pada tahun 2007 sebesar 2,1%
dan di tahun 2013 sebesar 2,7%. Tingkat kematian pneumonia pada balita di
Indonesia cukup besar yaitu sebanyak 15,5% (Statistik, Berencana, &
Kesehatan, 2013).

2. Etiologi
Pneumonia dapat disebabkan oleh berbagai mikroorganisme seperti bakteri,
virus, jamur, dan protozoa. Pneumoni komunitas yang diderita oleh masyarakat
luar negeri banyak disebabkan gram positif, sedangkan pneumonia rumah sakit
banyak disebabkan gram negatif. Dari laporan beberapa kota di Indonesia
ditemukan dari pemeriksaan dahak penderita komunitas adalah bakteri gram
negatif. Penyebab paling sering pneumonia yang didapat dari masyarakat dan
nosokomial:
a. Yang didapat di masyarakat: Streeptococcus pneumonia, Mycoplasma
pneumonia, Hemophilus influenza, Legionella pneumophila, chlamydia
pneumonia, anaerob oral, adenovirus, influenza tipe A dan B.
b. Yang didapat di rumah sakit: basil usus gram negative (E. coli,
Klebsiella pneumonia), Pseudomonas aeruginosa, Staphylococcus
aureus, anaerob oral.

Menurut Hariadi (2010) dan Bradley dkk (2011) pneumonia dibagi


berdasarkan kuman penyebab yaitu :
a. Pneumonia bacterial/tipikal adalah pneumonia yang dapat terjadi
pada semua usia. Bakteri yang biasanya menyerang pada balita dan
anakanak yaitu Streptococcus pneumonia, Haemofilus influenza,
Mycobacterium tuberculosa dan Pneumococcus.
b. Pneumonia atipikal adalah pneumonia yang disebabkan oleh
Mycoplasma. Organisme atipikal yang biasanya menyerang pada
balita dan anak-anak yaitu Chlamidia trachomatis, Mycoplasma
pneumonia, C. pneumonia dan Pneumocytis.
c. Pneumonia virus. Virus yang biasanya menyerang pada balita dan
anak-anak yaitu Virus parainfluenza, Virus influenza, Adenovirus,
Respiratory Syncytial Virus (RSV) dan Cytomegalovirus.
d. Pneumonia jamur adalah pneumonia yang sering, merupakan infeksi
sekunder, terutama pada penderita dengan daya tahan tubuh lemah
(Immunocompromised).

3. Epidiemologi
Pneumonia masih merupakan masalah kesehatan utama dan menyebabkan
lebih dari 5 juta kematian per tahun pada anak balita di negara berkembang.
Penyakit ini juga merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas anak
berusia <5 tahun. Insidens pneumonia pada anak berusia <5 tahun adalah 10–20
kasus/100 anak/ tahun di negara berkembang dan 2-4 kasus/anak/tahun di
negara maju. (Callistania C dan Indrawati W, 2014)
Pneumonia hingga saat ini masih tercatat sebagai masalah kesehatan utama
pada anak di negara berkembang. Pneumonia merupakan penyebab utama
morbiditas dan mortalitas anak berusia di bawah lima tahun . Diperkirakan
hampir seperlima kematian anak diseluruh dunia, lebih kurang 2 juta anak
balita, meninggal setiap tahun akibat pneumonia, sebagian besar terjadi di
Afrika dan Asia tenggara. Menurut survei kesehatan nasional (SKN) 2001,
27,6% kematian bayi dan 22,8% kematian balita di Indonesia disebabkan oleh
penyakit sistem respiratori, terutama pneumonia. (Said M, 2015)

4. Manifestasi klinik
Manifestasi klinik pneumonia berdasarkan World Health Organization (WHO)
(2005) yaitu batuk dan/atau kesulitan bernapas ditambah minimal salah satu hal
berikut ini yaitu :
a. Kepala terangguk-angguk
b. Pernapasan cuping hidung
c. Tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam
d. Foto dada menunjukkan gambaran pneumonia

Selain itu terdapat juga tanda berikut ini :

a. Nafas cepat
1) Anak umur < 2 bulan : ≥ 60 kali/menit
2) Anak umur 2 – 11 bulan : ≥ 50 kali/menit
3) Anak umur 1 – 5 tahun : ≥ 40 kali/menit
4) Anak umur ≥ 5 tahun : ≥ 30 kali/menit
b. Suara merintih pada bayi
c. Pada auskultasi terdengar :
1) Crackles (ronki)
2) Suara pernapasan menurun
3) Suara pernapasan bronkial Dalam keadaan yang sangat berat dapat
dijumpai :
a. Tidak dapat minum/makan atau memuntahkan semuanya
b. Kejang, letargis atau tidak sadar
c. Sianosis
d. Distress pernapasan berat

5. Patafisiologi dan pathway


a. Patofisiologi Pneumonia
Pneumonia bakterial menyerang baik ventilasi maupun difusi. Suatu
reaksi inflamasi yang dilakukan oleh pneumokokus terjadi pada alveoli dan
menghasilkan eksudat, yang mengganggu gerakan dan difusi oksigen serta
karbon dioksida. Sel-sel darah putih, kebanyakan neutrofil, juga bermigrasi
ke dalam alveoli dan memenuhi ruang yang biasanya mengandung udara.
Area paru tidak menerima ventilasi yang cukup sebab sekresi, edema
mukosa, dan bronkospasme, mengakibatkan oklusi parsial bronki atau
alveoli dengan menjadikan penurunan tahanan oksigen alveolar. Darah vena
yang memasuki paru-paru lewat melalui area yang kurang terventilasi dan
keluar ke sisi kiri jantung tanpa mengalami oksigenasi. Pada pokoknya,
darah terpirau dari sisi kanan ke sisi kiri jantung. Percampuran darah yang
teroksigenasi dan tidak teroksigenasi ini jadinya menjadikan hipoksemia
arterial.
Sindrom Pneumonia Atipikal. Pneumonia yang berkaitan dengan
mikoplasma, fungus, klamidia, demam-Q, penyakit Legionnaires’.
Pneumocystis carinii, dan virus termasuk ke dalam sindrom pneumonia
atipikal. Pneumonia mikoplasma yakni penyebab pneumonia atipikal
primer yang paling umum. Mikoplasma yakni organisme kecil yang
dikelilingi oleh membran berlapis tiga tanpa dinding sel. Organisme ini
tumbuh pada media kultur khusus tetapi berbeda dari virus. Pneumonia
mikoplasma paling sering terjadi pada bawah umur yang sudah besar dan
cerdik balig cukup akal muda. Pneumonia kemungkinan ditularkan oleh
droplet pernapasan yang terinfeksi, melalui kontak dari individu ke
individu. Pasien sanggup diperiksa terhadap antibodi mikoplasma.
Inflamasi infiltrat lebih kepada interstisial ketimbang alveolar.
Pneumonia ini menyebar ke seluruh jalan masuk pernapasan, termasuk
bronkiolus. Secara umum, pneumonia ini memiliki ciri-ciri
bronkopneumonia. Sakit indera pendengaran dan miringitis bulous
merupakan hal yang umum terjadi. Pneumonia atipikal sanggup
menimbulkan masalah-masalah yang sama baik dalam ventilasi maupun
difusi menyerupai yang diuraikan dalam pneumonia bakterial.
6. Pemeriksaan penunjang / Diagnostik

a. Radiologi
Pemeriksaan menggunakan foto thoraks (PA/lateral) merupakan
pemeriksaan penunjang utama (gold standard) untuk menegakkan
diagnosis pneumonia. Gambaran radiologis dapat berupa infiltrat sampai
konsoludasi dengan air bronchogram, penyebaran bronkogenik dan
intertisial serta gambaran kavitas.3
b. Laboratorium
Peningkatan jumlah leukosit berkisar antara 10.000 - 40.000 /ul, Leukosit
polimorfonuklear dengan banyak bentuk. Meskipun dapat pula ditemukan
leukopenia. Hitung jenis menunjukkan shift to the left, dan LED
meningkat.12,13
c. Mikrobiologi
Pemeriksaan mikrobiologi diantaranya biakan sputum dan kultur darah
untuk mengetahui adanya S. pneumonia dengan pemeriksaan koagulasi
antigen polisakarida pneumokokkus.12,13
d. Analisa Gas Darah
Ditemukan hipoksemia sedang atau berat. Pada beberapa kasus, tekanan
parsial karbondioksida (PCO2) menurun dan pada stadium lanjut
menunjukkan asidosis respiratorik.

7. Penata Laksanaan dan pencegahan


a. Penatalaksanaan
Pada prinsipnya penatalaksaan utama pneumonia adalah memberikan
antibiotik tertentu terhadap kuman tertentu infeksi pneumonia. Pemberian
antibitotik bertujuan untuk memberikan terapi kausal terhadap kuman
penyebab infeksi, akan tetapi sebelum antibiotika definitif diberikan
antibiotik empiris dan terapi suportif perlu diberikan untuk menjaga
kondisi pasien.3 Terapi antibiotika empiris menggambarkan tebakan
terbaik berdasarkan pada klasifikasi pneumonia dan kemungkinan
organisme, karena hasil mikrobiologis umumnya tidak tersedia selama 12-
72 jam. Maka dari itu membedakan jenis pneumonia (CAP atau HAP) dan
tingkat keparahan berdasarkan kondisi klinis pasien dan faktor
predisposisi sangatlah penting, karena akan menentukan pilihan
antibiotika empirik yang akan diberikan kepada pasien.16 Tindakan
suportif meliputi oksigen untuk mempertahankan PaO2 > 8 kPa (SaO2 >
92%) dan resusitasi cairan intravena untuk memastikan stabilitas
hemodinamik. Bantuan ventilasi: ventilasi non invasif (misalnya tekanan
jalan napas positif kontinu (continous positive airway pressure), atau
ventilasi mekanis mungkin diperlukan pada gagal napas. Bila demam atau
nyeri pleuritik dapat diberikan antipiretik analgesik serta dapat diberika
mukolitik atau ekspektoran untuk mengurangi dahak.
b. Pencegahan
Pencegahan Di luar negeri di anjurkan pemberian vaksin influenza dan
pneumokokus pada orang dengan resiko tinggi. Vaksinasi sampai saat ini
masih perlu dilakukan penelitian tentang efektivitinya. Pemberian vaksin
tersebut diutamakan untuk golongan risiko tinggi misalnya usia lanjut,
penyakit kronik, diabetes, penyakit jantung koroner, PPOK, HIV, dll.
Vaksinasi ulang direkomendasikan setelah > 2 tahun. Efek samping
vaksinasi yang terjadi antara lain reaksi lokal dan reaksi yang jarang
terjadi yaitu hipersensitivitas tipe 3. Di samping itu vaksin juga perlu di
berikan untuk penghuni rumah jompo atau rumah penampungan penyakit
kronik, dan usia diatas 65 tahun. Selain vaksin, pola hidup sehat juga
termasuk tidak merokok juga sangat direkomendasikan.20,21
8. Asuhan keperawatan
a. Pengkajian

Hari Tanggal Jam


Waktu pengkajian
Sabtu 27-05-2017 09.00 WIB

Rumah sakit/ klinik/ puskesmas : RSUP Dr. M. Djamil Padang


Ruangan : Ruang Akut IRNA Kebidanan dan Anak
Tanggal masuk RS : 25-05-2017
No. Rekam Medik 979638
Sumber informasi : ibu, laporan status
I. IDENTITAS KLIEN DAN KELUARGA
1. IDENTITAS ANAK
Nama/ panggilan An.G
Tanggal lahir/ umur 06 November 2016
Jenis kelamin Laki-laki
Agama Islam
Pendidikan Belum sekolah
Anak ke/ jumlah saudara Pertama
Diagnose Medis PJB dan Bronkopneumonia

2. IDENTITAS ORANGTUA IBU AYAH


Nama Ny.T Tn.D
Umur 22 tahun 30 tahun
Agama Islam Islam
Suku bangsa Minang Minang
Pendidikan SMA SMA
Pekerjaan Ibu rumah tangga Wiraswasta
Alamat jln ampelo pengambiran, Sumatra Barat.

3. IDENTITAS ANGGOTA KELUARGA YANG TINGGAL SERUMAH


No Nama Usia Jenis Hub. pendidikan Status Ket
(inisial) (bl/th) kelamin Dg KK kesehatan
1. -
2. -
3. -

II. RIWAYAT KESEHATAN


KELUHAN UTAMA Pasien datang dengan keluhan sesak napas sejak 2 hari
sebelum masuk rumah sakit, demam sejak 3 hari dan anak
membiru sejak 3 bulan yang lalu.
1. Riawayat Kesehatan Sekarang
Pasien tampak sesak dan rewel, Ny. T mengatakan napas An.G tampak sesak dan
terpasang oksigen, napas sesak akan bertambah jika An.G menangis, ibu
mengatakan An.G tampak membiru, dan badan teraba panas.

2. Riwayata kesehatan dahulu


a. Prenatal
Riwayat gestasi G1 P1 A0 H1
HPHT Tidak ingat
Pemeriksaan kehamilan Ada
Frekuensi 2x dalam sebulan
Imunisasi TT tidak ada
Masalah waktu hamil tidak ada
Sikap ibu sewaktu kehamilan Normal
Emosi ibu sewaktu hamil Normal
Obat- obat yang digunakan vitamin dan tablet Fe
Perokok Tidak
Alkohol Tidak
b. Intranatal
Tanggal persalinan 06 November 2016
BBL/PBL 2.7 Kg / 49 cm
Usia gestasi saat lahir 9 bulan
Tempat pesalinan RSUP dr.Mdjamil Padang
Penolong persalinan Dr spesialis kandungan
Jenis persalinan Sesar
penyulit persalinan tidak ada
c. Post natal (24 jam)
APGAR skor tidak dapat dinilai
Inisiasi menyusui dini (IMD tidak ada IMD
Kelainan congenital tidak ada
d. Penyakit yang pernah diderita anak
Ny.T mengatakan An.G telah memiliki kelainan penyakit jantung bawaan sejak
lahir namun belum pernah dioperasi dan dirawat selama 1 minggu lalu dipulangkan
karena tidak cukup biaya.
3. Riwayat kesehatan keluarga
Anggota keluarga pernah sakit Keluarga mengatakan tidak ada anggota
keluarga yang lain yang menderita penyakit
yang sama dengan An.G dan penyakit
degenerati seperti diabetes melitus, jantung,
hipertensi.
Riwayat penyakit keturunan tidak ada
Genogram
Ket:
: laki- laki : perempuan
III. RIWAYAT IMUNISASI
HB 0 Ada Simpulan: Ny.T
BCG tidak ada mengatakan tidak mau
DPT tidak ada membawa anaknya untuk
Polio tidak ada imunisasi karena takut anak
Hepatitis B tidak ada demam.
Campak tidak ada
IV. RIWAYAT PERKEMBANGAN
Perkembangan An.G saat ini bisa miring kiri dan kanan serta berguling
V. LINGKUNGAN
Rumah: ventilasi rumah kurang dan sempit
Halaman pekarangan: ada namun tidak luas, tidak banyak tumbuhan.
Jamban/ WC: ada memenuhi syarat kesehatan
Sumber air minum: air galon
Sampah: pembuangan sementara didepan rumah memakai tong samapah, lalu
dibakar.
VI. PENGKAJIAN KHUSUS
A. ANAK
1. Pemeriksaan fisik
a. kesadaran Compos mentis
GCS: E: 4 M : 6 V: 5 jumlah: 15
b. tanda vital Suhu: 38.5 c RR: 38 x/m HR: 124 x/m
c. posture BB: 5 Gr atau Kg PB/TB: 59 Cm
d. kepala Bentuk : simetris
Kebersihan : cukup bersih
Lingkar kepala: cm
Fontalel anterior: normal
Fontale posterior: normal
Benjolan: tidak ada
Data lain: tidak ditemukan kelainan lain dikepala

e. mata Simetris
Sklera: tidak ikhterik
Refleks cahaya: positif
Pupil: isokor
Konjungtiva tidak anemis
Sclera tidak ikterik
Reflek kedip ada
Data lain:
f. hidung Letak: simetris
Pernafasan cuping hidung: tidak ada
Kebersihan: bersih
Data lain:
g. mulut warna bibir merah kepingan, mukosa basah. Palatum
cekung keatas.
h. telinga Bentuk : simetris
Kebersihan : cukup bersih
Posisi puncak pina : normal
Pemeriksaan pendengaran : baik
Data lain:
i. leher Pembesaran kelenjar getah bening: tidak ada
Pembesaran vena junggularis: tidak ada
j. dada
- thoraks Inspeksi : tidak simetris, tampak dada corong,
terdapat retraksi dinding dada
Auskultasi : bronkopneumonia tidak terdapat
suara napas tambahan
Palpasi : fremitus kiri dan kanan sama
Perkusi : sonor
Lingkar dada:
- jantung Inspeksi : tidak simetris
Auskultasi : irama regular
Palpasi : teraba ictus cordi LMCS RIC 5
k. abdomen Inspeksi : simetris, tidak ada distensi abdomen
Auskultasi : bising usus normal
Palpasi : tidak terdapat nyeri
Perkusi : tympani

l. kulit Turgor : baik


Kelembaban: baik
Warna : warna kulit putih, terdapat scabies di tangan
dan kaki.
Data lain
m. ekstremitas atas akral dingin, crt < 2 dtk, tidak ada lesi.
n. ekstremitas bawah akral dingin, crt <2 dtk , tidak ada lesi.
o. genitalia dan anus tidak terdapat kelainan
p. pemeriksaan tanda
rangsangan meningeal
2. tempramen dan Easy child
daya adaptasi Kakater santai
Temperamen mudah
Kebiasaan yang teratur dan mudah di prediksi Mudah
beradaptasi terhadap perubahan
Difficult child
Sangat aktif peka
rangsangan
kebiasaan yang tidak tidur
lambat adaptasi dg rutinitas, orang/ situasi baru
sering menanggis
Slow- to- warm up child
Reaksi negatif terhadap stimulasi baru
Lambat beradaptasi
Tidak aktif
3. kebiasaan sehari- hari
a. nutrisi dan cairan ASI + PASI
ASI eksklusif dan susu pendamping selama 2 bulan,
dari 2 bulan sampai usia 6 bulan An.G hanya
diberikan susu formula, dan dilanjutkan dengan jenis
makanan promina dan nasi tim. Selama sakit An.G
mendapat diit Susu Formula 8 x 60 cc/hari.
b. istrahat dan tidur Siang: Malam:
Pola tidur siang An.G 1- tidur malam sedikit
2 jam kuantitas kurang frekuensi tidur lebih
nyenyak dikarenakan kurang 4-6 jam/hari
sesak saat bernapas, dikarenakan anak sesak
dan rewel.
c. eliminasi BAK: normal BAB: normal
Frekuensi BAB dan Frekuensi BAB dan
BAK An.G sebanyak BAK An.G sebanyak
120 gr/hari 120 gr/hari
menggunakan pempers. menggunakan pempers.
d. personal hygiene tidak ada masalah
e. aktifitas bermain tidak ada
f. rekreasi Pola rekreasi keluarga: tidak ada
VII. DATA PENUNJANG
Laboratorium Leukosit meningkat 21.200/ kalium meningkat 5,8,
glukosa sewaktu rendah 72mg/dl, hemoglobin tinggi
18 g/dl, eritrosit 6,6 juta, hematokrit meningkat 56%,
eosinofil rendah 0%, AGD pH rendah 7,28, PCO2 55
mmHg, PO2 28 mmHg,
HCO3- 25,7 mmol/L, BE -2.5, SO2 rendah 85%.
Radiologi Pembesaran medistinum superior (Thymus), jantung
membesar CTR 60%, apeks membulat, hilus tamak
menebal, corakan bronkovaskuler bertambah, tampak
infiltrat di perakardial kanan , tampak gambaran opak
nodular diperihiler kanan.
Terapi medis IVFD KAE 1B 2cc/jam

Ampicillin 4 x 125 mg iv, Gentamicin 2 x 12 mg iv.

VIII. DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Gangguan pola tidur b.d nyeri akut d.d sesak saat benafas
2. Ketidakefektifan pola nafas b.d adanya gangguan ventilasi d.d
frekuensi nafas 52x/i
3. Gangguan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan perfusi ventilasi
d.d terpasang oksigen
4. Hipertemi b.d proses infeksi d.d kulit teraba panas
5. Kecemasan b.d kurangnya pengetahuan orang tua tentang perawatan
anak
6. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen
7. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi alveoli
8. Defisit Pengetahuan b.d kurang terpapar informasi d.d menanyakan
masalah yang dihadapi.
9. Nyeri akut b.d agen pen  Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis d.d
tampa cedera fisiologis d.d tampak meringis
10. Resiko tumbuh kembang berhubungan dengan hospitalisasi

IX. INTERVENSI KEPERAWATAN


1. Gangguan pola tidur b.d nyeri akut d.d sesak saat benafas
- Lakukan identifikasi faktor yang memengaruhi masalah tidur.
- Lakukan pengurangan distraksi lingkungan dan hal-hal yang dapat
mengganggu tidur.
- Tingkatkan aktivitas pada siang hari.
2. Ketidakefektifan pola nafas b.d adanya gangguan ventilasi d.d frekuensi
nafas 52x/i
- Monitor status pernafasan dan respirasi sebagaimana mestinya
- Posisikan pasien semi fowler, atau posisi fowler
- Observasi kecepatan,irama,ked alaman dan kesulitan bernafas
3. Gangguan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan perfusi ventilasi d.d
terpasang oksigen
- Monitor kecepatan, irama, kedalaman, dan kesulitan bernapas
- Observasi adanya suara napas tambahan
- Kolaborasi pemberian O2
4. Hipertemi b.d proses infeksi d.d kulit teraba panas
- Observasi tanda-tanda vital
- Berikan pengetahuan pada keluarga tentang peningkatan suhu tubuh
yang terjadi.
- Anjurkan ibu memberikan pakaian yang tipis kepada pasien yang
menyerap keringat.
5. Kecemasan b.d kurangnya pengetahuan orang tua tentang perawatan
anak
- Kaji tingkat kecemasan
- Lakukan pendekatan dengan tenang dan meyakinkan
- Gunakan media untuk menjelaskan mengenai penyakit klien
6. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen
- Evaluasi respon pasien terhadap aktivitas
- Berikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung
- Bantu aktivitas perawatan diri yang di perlukan
7. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi alveoli
- Ukur suhu tubuh 1 jam
- Kolaborasi pemberian paracetamol sesuai indikasi
- Kolaborasi pemberian cairan infus
8. Defisit Pengetahuan b.d kurang terpapar informasi d.d menanyakan
masalah yang dihadapi
- Kaji tingkat pengetahuan tentang proses penyakit
- Jelaskan tentang penyakit
- Jelaskan tanda dan gejala
9. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis d.d tampa cedera fisiologis dan
tampak meringis
- Ajarkan pasien tertarik relaksasi nafas dalam
- Edukasi pasien dan keluarga untuk membatasi pengunjung
- kolaborasi dengan dokter pemberian analgetik
10. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen
XI. EVALUASI KEPERAWATAN
Tahap evaluasi merupakan tahap dalam asuhan keperawatan yang dimana
penulis menilai asuhan keperawatan yang telah dilakukan. Evaluasi pada klien
An. G dengan Pneumonia menurut diagnosa keperawatan yang ditemukan,
diantaranya :
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan penumpukan secret
ditandai dengan ibu klien mengatakan anaknya batuk berdahak.Menurut teori
diagnosa ini dapat teratasi dalam waktu 3 x 24 jam ditandai dengan bersihan
jalan napas lebih efektif. Dalam hal ini terdapat kesesuaian antara fakta dan
teori karena pada kasus ini ibu klien mengatakan bahwa anaknya sudah tidak
batuk dahak lagi dalam waktu 3x24 jam.
2. Ketidakefektifan pertukaran gas berhubungan gangguan pertukaran gas di
alveoli ditandai dengan ibu klien mengatakan anaknya sesak. Diagnosa
keperawatan ini tidak ditemukan diteori karena pada kasus An. G didapatkan
pemeriksaan saturasi oksigen dengan hasil kurang dari 95%. Dalam hal ini
terdapat ketidaksesuaian antara fakta dan teori.
3. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi alveoli ditandai dengan ibu
klien mengatakan anaknya demam. Menurut teori diagnosa ini dapat teratasi
dengan waktu 1x24 jam ditandai dengan ibu klien mengatakan anaknya sudah
tidak demam. Sedangkan pada kasus ini An. H mengalami infeksi dibuktikan
dengan peningkatan sel darah putih dengan nilai 14.900 ul, sehingga perlu
waktu yang lebih. Dengan demikian demam pada klien An. H baru bisa teratasi
dalam waktu 3x24 jam. Dalam hal ini terdapat ketidaksesuaian antara fakta dan
teori.
4. Kecemasan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan orang tua tentang
perawatan anak ditandai orangtua klien terlihat gelisah dan cemas. Menurut
teori diagnosa ini dapat teratasi dalam waktu 2 x 24 jam ditandai orangtua
sudah tidak cemas dan lebih tenang. Dalam hal ini terdapat kesesuaian antara
fakta dan teori karena pada kasus ini kecemasan orangtua teratasi dalam waktu
2x24 jam. Dengan demikian di dalam tahap evaluasi keperawatan pada An. H
antara teori dan kasus ditemukan ketidaksesuaian sehingga terdapat
kesenjangan antara teori dan praktek di lapangan
BAB II

PENUTUP

B. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian penerapan asuhan keperawatan pada An.G
dan An.F dengan kasus Bronkopneumonia di Ruang HCU Anak IRNA
Kebidanan dan Anak RSUP Dr. M. Djamil Padang peneliti dapat
mengambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Hasil pengkajian yang didapatkan dari kedua partisipan menunjukkan
adanya tanda gejala yang sama yang dirasakan oleh kedua partisipan.
Keluhan yang dirasakan oleh partisipan 1 juga dirasakan oleh
partisipan 2. Tanda dan gejala yang muncul yang dirasakan oleh kedua
partisipan yaitu nafas sesak, batuk berdahak, demam, disertai tidak
nafsu makan. Hal ini menunjukkan bahwa, jika seseorang Anak
terdiagnosis Bronkopneumonia memiliki kemungkinan akan muncul
masalah dan keluhan yang sama yang dirasakan oleh penderita.
2. Diagnosa keperawatan muncul pada kedua partisipan umumnya sama
yaitu, ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi,
gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan
perfusi ventilasi, hipertermi berhubungan dengan proses infeksi. Pada
partisispan 2 memeiliki satu diagnosa lain yaitu, ketidakefektifan
bersihan jalan nafas berhubungan dengan penumpukan sekret di jalan
nafas.
3. Intervensi yang rencanakan oleh peneliti, baik intervensi yang
direncanakan secara mandiri maupun kolaborasi seperti mengatur
posisi, memonitor TTV, pemberian oksigen dan terapi obat-obatan,
bertujuan untuk memenuhi kebutuhan oksigen pasien. Hal ini
bertujuan untuk membantu kerja paru agar mampu berkontraksi
dengan baik dan dapat memberikan oksigen ke sel-sel tubuh lainnya.
4. Implementasi keperawatan yang dilakukan pada kasus yaitu
mempertahankan kepatenan jalan nafas, mengatur posisi,
memeperbaiki kanul pasien, memeriksa kecepatan aliran oksigen,
memonitor frekuensi pernafasan, mengauskultasi bunyi nafas, dan mencatat
adanya perubahan AGD pada hasil laboratorium. Dalam proses implementasi
yang dilakukan sesuai dengan rencana yang dibuat antara intervensi yang
dibuat dengan implementasi yang dilakukan diruangan.
5. Evaluasi yang dilakukan oleh peneliti pada kedua partisipan dilakukan
selama 5 hari rawatan oleh peneliti dan dibuat dalam bentuk SOAP. Hasil
evaluasi yang dilakukan oleh peneliti pada partisipan 1 menunjukkan bahwa
masalah keperawatan yang dialami partisipan 1 sudah mulai teratasi
walaupun belum sembuh total, namun dikarenakan partisipan 1 harus pulang
maka asuhan keperawatan hanya dilakukan selama 5 hari rawatan. Hasil
evaluasi keperawatan pada partisipan 2 juga menunjukkan perkembangan
kesehatan dan masalah keperawatan yang mulai teratasi sebagian. Dalam
pendokumentasian hanya dibuat selama 5 hari rawatan, dikarenakan
partisipan 1 dan 2 sudah pulang pada hari rawatan ke 5 dan evaluasi di
hentikan.
C. Saran
1. Bagi Mahasiswa dan Peneliti selanjutnya
Agar dapat melakukan asuhan keperawatan secara preventif, kuratif,
rehabilitatif, dan edukatif dalam pelayanan kesehatan. Hasil penelitian yang
peneliti dapatkan diharapkan dapat menjadi acuan dan menjadi bahan
pembanding pada peneliti selanjutnya dalam melakukan penelitian pada
Anak dengan Bronkopneumonia.
DAFTAR PUSTAKA

Agustyana. 2019. Hubungan kondisi fisik rumah dengan kejadian


pneumonia

pada balita di daerah perkotaan.Jurnal Kesehatan Masyarakat

Volume 7, Nomor 1, Januari 2019. diakses melalui

http://ejournal3.undip.ac.id/indeks.php//jkm pada tanggal 28

januari 2020

Amin & Hardhi. 2015. Dinas Kesehatan Kota Dumai. 2019. Profil kesehatan
kota dumai.

Dinas Kesehatan Provinsi Riau. 2018. Laporan Kinerja Instansi


Pemerintah.

Efenddy, C. & Niluh, G.Y. 2010. Keperawatan medical bedah klien dengan

gangguan system pernapasan. Jakarta:buku kedokteran EGC.Kementrian


Kesehatan RI. 2018. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai