DENGAN PNEUMONIA
Disusun Oleh :
Puji syukur kehadirat ALLAH SWT yang telah melimpahkan rahmat serta
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan lancar. Tidak lupa
juga sholawat serta salam kami panjatkan kepada junjungan kita Nabi
Besar Muhammad SAW yang menjadi tauladan dalam menuntut ilmu.
Adapun maksud dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Mata
Kuliah “Keperawatan Anak 1“ yang kami susun dalam bentuk makalah dengan judul
“Pnenumonia” dan dengan selesainya penyusunan makalah ini, kami juga tidak lupa
mengucapkan terimakasih kepada Ns. Resti Utami, M.Kep sebagai Dosen Pengampu
Keperawatan Anak 1 Prodi S-1 Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jember.
Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini. Oleh
karena itu, kami sangat senang dan terbuka untuk menerima kritik dan saran untuk
perbaikan makalah ini.
Penulis
Bab I
Pembahasan
A. Konsep penyakit
1. Definisi
Istilah pneumonia menggambarkan keadaan paru apapun, tempat alveolus
biasanya terisi dengan cairan dan sel darah (Gyuton, 1996). Pneumonia adalah
penyakit infeksi akut yang mengenai parenkim paru, distal dari bronkiolus
terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius dan alveoli, serta
menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat
(Dahlan, 2014).
Pneumonia adalah keradangan pada parenkim paru yang terjadi pada masa
anak-anak dan sering terjadi pada masa bayi (Hidayat, 2006). Pneumonia pada
anak merupakan masalah yang umum dan menjadi penyebab utama morbiditas
dan mortalitas di dunia (Gessman, 2009).
Menurut WHO dan UNICEF (2006) pneumonia merupakan penyebab
kematian pada anak yang paling sering terjadi di negara berkembang dan
memiliki angka kematian yang tinggi melebihi kematian akibat AIDS, malaria,
dan campak. Diperkirakan ada 1,8 juta atau 20% dari kematian anak yang
diakibatkan oleh pneumonia di dunia. Di Indonesia, pneumonia menjadi
penyebab kematian kedua setelah diare pada anak-anak. Riset Kesehatan Dasar
(RISKESDAS) melaporkan bahwa kejadian pneumonia sebulan terakhir
(periode prevalence) mengalami peningkatan pada tahun 2007 sebesar 2,1%
dan di tahun 2013 sebesar 2,7%. Tingkat kematian pneumonia pada balita di
Indonesia cukup besar yaitu sebanyak 15,5% (Statistik, Berencana, &
Kesehatan, 2013).
2. Etiologi
Pneumonia dapat disebabkan oleh berbagai mikroorganisme seperti bakteri,
virus, jamur, dan protozoa. Pneumoni komunitas yang diderita oleh masyarakat
luar negeri banyak disebabkan gram positif, sedangkan pneumonia rumah sakit
banyak disebabkan gram negatif. Dari laporan beberapa kota di Indonesia
ditemukan dari pemeriksaan dahak penderita komunitas adalah bakteri gram
negatif. Penyebab paling sering pneumonia yang didapat dari masyarakat dan
nosokomial:
a. Yang didapat di masyarakat: Streeptococcus pneumonia, Mycoplasma
pneumonia, Hemophilus influenza, Legionella pneumophila, chlamydia
pneumonia, anaerob oral, adenovirus, influenza tipe A dan B.
b. Yang didapat di rumah sakit: basil usus gram negative (E. coli,
Klebsiella pneumonia), Pseudomonas aeruginosa, Staphylococcus
aureus, anaerob oral.
3. Epidiemologi
Pneumonia masih merupakan masalah kesehatan utama dan menyebabkan
lebih dari 5 juta kematian per tahun pada anak balita di negara berkembang.
Penyakit ini juga merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas anak
berusia <5 tahun. Insidens pneumonia pada anak berusia <5 tahun adalah 10–20
kasus/100 anak/ tahun di negara berkembang dan 2-4 kasus/anak/tahun di
negara maju. (Callistania C dan Indrawati W, 2014)
Pneumonia hingga saat ini masih tercatat sebagai masalah kesehatan utama
pada anak di negara berkembang. Pneumonia merupakan penyebab utama
morbiditas dan mortalitas anak berusia di bawah lima tahun . Diperkirakan
hampir seperlima kematian anak diseluruh dunia, lebih kurang 2 juta anak
balita, meninggal setiap tahun akibat pneumonia, sebagian besar terjadi di
Afrika dan Asia tenggara. Menurut survei kesehatan nasional (SKN) 2001,
27,6% kematian bayi dan 22,8% kematian balita di Indonesia disebabkan oleh
penyakit sistem respiratori, terutama pneumonia. (Said M, 2015)
4. Manifestasi klinik
Manifestasi klinik pneumonia berdasarkan World Health Organization (WHO)
(2005) yaitu batuk dan/atau kesulitan bernapas ditambah minimal salah satu hal
berikut ini yaitu :
a. Kepala terangguk-angguk
b. Pernapasan cuping hidung
c. Tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam
d. Foto dada menunjukkan gambaran pneumonia
a. Nafas cepat
1) Anak umur < 2 bulan : ≥ 60 kali/menit
2) Anak umur 2 – 11 bulan : ≥ 50 kali/menit
3) Anak umur 1 – 5 tahun : ≥ 40 kali/menit
4) Anak umur ≥ 5 tahun : ≥ 30 kali/menit
b. Suara merintih pada bayi
c. Pada auskultasi terdengar :
1) Crackles (ronki)
2) Suara pernapasan menurun
3) Suara pernapasan bronkial Dalam keadaan yang sangat berat dapat
dijumpai :
a. Tidak dapat minum/makan atau memuntahkan semuanya
b. Kejang, letargis atau tidak sadar
c. Sianosis
d. Distress pernapasan berat
a. Radiologi
Pemeriksaan menggunakan foto thoraks (PA/lateral) merupakan
pemeriksaan penunjang utama (gold standard) untuk menegakkan
diagnosis pneumonia. Gambaran radiologis dapat berupa infiltrat sampai
konsoludasi dengan air bronchogram, penyebaran bronkogenik dan
intertisial serta gambaran kavitas.3
b. Laboratorium
Peningkatan jumlah leukosit berkisar antara 10.000 - 40.000 /ul, Leukosit
polimorfonuklear dengan banyak bentuk. Meskipun dapat pula ditemukan
leukopenia. Hitung jenis menunjukkan shift to the left, dan LED
meningkat.12,13
c. Mikrobiologi
Pemeriksaan mikrobiologi diantaranya biakan sputum dan kultur darah
untuk mengetahui adanya S. pneumonia dengan pemeriksaan koagulasi
antigen polisakarida pneumokokkus.12,13
d. Analisa Gas Darah
Ditemukan hipoksemia sedang atau berat. Pada beberapa kasus, tekanan
parsial karbondioksida (PCO2) menurun dan pada stadium lanjut
menunjukkan asidosis respiratorik.
e. mata Simetris
Sklera: tidak ikhterik
Refleks cahaya: positif
Pupil: isokor
Konjungtiva tidak anemis
Sclera tidak ikterik
Reflek kedip ada
Data lain:
f. hidung Letak: simetris
Pernafasan cuping hidung: tidak ada
Kebersihan: bersih
Data lain:
g. mulut warna bibir merah kepingan, mukosa basah. Palatum
cekung keatas.
h. telinga Bentuk : simetris
Kebersihan : cukup bersih
Posisi puncak pina : normal
Pemeriksaan pendengaran : baik
Data lain:
i. leher Pembesaran kelenjar getah bening: tidak ada
Pembesaran vena junggularis: tidak ada
j. dada
- thoraks Inspeksi : tidak simetris, tampak dada corong,
terdapat retraksi dinding dada
Auskultasi : bronkopneumonia tidak terdapat
suara napas tambahan
Palpasi : fremitus kiri dan kanan sama
Perkusi : sonor
Lingkar dada:
- jantung Inspeksi : tidak simetris
Auskultasi : irama regular
Palpasi : teraba ictus cordi LMCS RIC 5
k. abdomen Inspeksi : simetris, tidak ada distensi abdomen
Auskultasi : bising usus normal
Palpasi : tidak terdapat nyeri
Perkusi : tympani
PENUTUP
B. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian penerapan asuhan keperawatan pada An.G
dan An.F dengan kasus Bronkopneumonia di Ruang HCU Anak IRNA
Kebidanan dan Anak RSUP Dr. M. Djamil Padang peneliti dapat
mengambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Hasil pengkajian yang didapatkan dari kedua partisipan menunjukkan
adanya tanda gejala yang sama yang dirasakan oleh kedua partisipan.
Keluhan yang dirasakan oleh partisipan 1 juga dirasakan oleh
partisipan 2. Tanda dan gejala yang muncul yang dirasakan oleh kedua
partisipan yaitu nafas sesak, batuk berdahak, demam, disertai tidak
nafsu makan. Hal ini menunjukkan bahwa, jika seseorang Anak
terdiagnosis Bronkopneumonia memiliki kemungkinan akan muncul
masalah dan keluhan yang sama yang dirasakan oleh penderita.
2. Diagnosa keperawatan muncul pada kedua partisipan umumnya sama
yaitu, ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi,
gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan
perfusi ventilasi, hipertermi berhubungan dengan proses infeksi. Pada
partisispan 2 memeiliki satu diagnosa lain yaitu, ketidakefektifan
bersihan jalan nafas berhubungan dengan penumpukan sekret di jalan
nafas.
3. Intervensi yang rencanakan oleh peneliti, baik intervensi yang
direncanakan secara mandiri maupun kolaborasi seperti mengatur
posisi, memonitor TTV, pemberian oksigen dan terapi obat-obatan,
bertujuan untuk memenuhi kebutuhan oksigen pasien. Hal ini
bertujuan untuk membantu kerja paru agar mampu berkontraksi
dengan baik dan dapat memberikan oksigen ke sel-sel tubuh lainnya.
4. Implementasi keperawatan yang dilakukan pada kasus yaitu
mempertahankan kepatenan jalan nafas, mengatur posisi,
memeperbaiki kanul pasien, memeriksa kecepatan aliran oksigen,
memonitor frekuensi pernafasan, mengauskultasi bunyi nafas, dan mencatat
adanya perubahan AGD pada hasil laboratorium. Dalam proses implementasi
yang dilakukan sesuai dengan rencana yang dibuat antara intervensi yang
dibuat dengan implementasi yang dilakukan diruangan.
5. Evaluasi yang dilakukan oleh peneliti pada kedua partisipan dilakukan
selama 5 hari rawatan oleh peneliti dan dibuat dalam bentuk SOAP. Hasil
evaluasi yang dilakukan oleh peneliti pada partisipan 1 menunjukkan bahwa
masalah keperawatan yang dialami partisipan 1 sudah mulai teratasi
walaupun belum sembuh total, namun dikarenakan partisipan 1 harus pulang
maka asuhan keperawatan hanya dilakukan selama 5 hari rawatan. Hasil
evaluasi keperawatan pada partisipan 2 juga menunjukkan perkembangan
kesehatan dan masalah keperawatan yang mulai teratasi sebagian. Dalam
pendokumentasian hanya dibuat selama 5 hari rawatan, dikarenakan
partisipan 1 dan 2 sudah pulang pada hari rawatan ke 5 dan evaluasi di
hentikan.
C. Saran
1. Bagi Mahasiswa dan Peneliti selanjutnya
Agar dapat melakukan asuhan keperawatan secara preventif, kuratif,
rehabilitatif, dan edukatif dalam pelayanan kesehatan. Hasil penelitian yang
peneliti dapatkan diharapkan dapat menjadi acuan dan menjadi bahan
pembanding pada peneliti selanjutnya dalam melakukan penelitian pada
Anak dengan Bronkopneumonia.
DAFTAR PUSTAKA
januari 2020
Amin & Hardhi. 2015. Dinas Kesehatan Kota Dumai. 2019. Profil kesehatan
kota dumai.
Efenddy, C. & Niluh, G.Y. 2010. Keperawatan medical bedah klien dengan