Anda di halaman 1dari 54

PATOFISIOLOGI

Amalia AMALIA DEVY ESTER AISYAH ADELIA


DEWANI
Fadhilla NUR KURNIA OKTAVI BELLA NURHA
SAILA P
H SYARIFA WATI AM G.G.A LIZA
651142104 651142104 651142105 651142105 651142107 651142107 651142108
6 9 7 9 2 8 3

KELOMPOK 3
1. Definisi
2. epidemiologi
3. klasifikasi
4. etiologi
Infeksi saluran nafas bawah masih
menjadi masalah utama dalam
PNEUMONIA
bidang kesehatan. World Health
Organization (WHO) melaporkan
infeksi saluran nafas bawah sebagai
infeksi penyebab kematian paling
sering di dunia dengan hampir 3,5
juta kematian per tahun.
PNEUMONIA
Pneumonia didefinisikan sebagai
peradangan yang mengenai
parenkim paru, distal dari
bronkiolus terminalis yang PENYEBAB
mencakup bronkiolus
respiratorius, dan alveoli.
DAMPAK
Pneumonia berdasarkan tempat PENANGGULANGA
didapatkannya dibagi dalam dua N
kelompok utama yakni,
pneumonia komunitas (community
aqquired pneumonia, CAP) dan
pneumonia nosokomial (hospital
Pneumoni
a pada
anak

Penyebab Kasus
kematian pneumoni
a

Epidemiologi
EPIDEMIOLOGI
PNEUMONIA
Penyebab Pneumonia Kasus
kematian pada anak pneumonia
Pneumonia masuk Angka kematian pada kematian besar terjadi di
lima besar anak menyumbang 18% negara berkembang.
penyakit penyebab dari semua kematian sedangkan di negara
kematian tertinggi anak di bawah lima maju, kasus pneumonia
tahun. kasus pneumonia pada anak di bawah lima
di dunia. Pneumonia
pada anak di bawah tahun terjadi sekitar 33
menjadi penyebab
lima tahun mencapai dari 10.000 anak dan
kematian utama pada pada anak usia 0 - 16
balita di dunia. 150 hingga 156 juta
kasus di seluruh dunia. tahun terjadi sekitar 14
dari 10.000 anak. 
a. Distribusi Pneumonia berdasarkan Orang (Person)
Peneumonia sering kali diderita oleh sebagian besar orang yang lanjut
usia (lansia), namun
pneumonia juga bisa menyerang kawula muda yang bertubuh sehat. Pada
saat ini penyakit
pneumonia sebagai pembunuh utama anak-anak di bawah usia 5 tahun
(balita ) di dunia.
b. Distribusi Pneumonia berdasarkan Tempat (Place)
Penelitian yang dilakukan Rudan (2008) terdapat 15 negara degan
prediksi kasus baru dan
insiden pneumonia anak balita yang tinggi, mencakup 74% (115,3juta)
c. Distribusi Pneumonia berdasarkan Waktu (Time)
Antara tahun 2002-2003 dan tahun 2008 terjadi pengurangan 15% jumlah
kematian yang
disebabkan oleh Pneumonia. Dalam tahun 2002-2003 rata-rata2 jumlah
kematian tahunan anak
balita adalah 10,4 juta, sedangkan pada tahun 2008 jumlah kematian balita
adalah 8,8 juta
cakupan pneumonia pada balita di Indonesia di tahun 2010 sebesar 23%
(499.259 kasus), dan
pada tahun 2011 mengalami peningkatan menjadi 23,95% (559.114
kasus), pada tahun 2012
Model segitiga epidemiologi atau triad epidemiologi atau model rantai
infeksi (The Triangle Model of Infections) menggambarkan interaksi tiga
komponen penyakit manusia (Host), penyebab (Agent), dan lingkungan
(Environment). penyakit dapat terjadi karena adanya ketidakseimbangan
antara faktor agent,host dan environment. Dalam model ini faktor agent
adalah yang bertanggung jawab terhadap penyebab penyakit infectious agent
yaitu organisme penyebab penyakit.
A. Faktor host adalah individu atau populasi yang berisiko terpajan
penyakit meliputi faktor genetik atau gaya hidup.
B. Faktor environment adalah tempat dimana host hidup termasuk kondisi
cuaca
PNEUMONIA DI INDONESIA
Di Indonesia, pneumonia menyumbang 73,9%
kematian pada balita di tahun 2020. Tahun 2010 - PENYEBAB
2020, angka kasus pneumonia pada balita tertinggi
terjadi di tahun 2016, yaitu 65,3%. Provinsi dengan DAMPAK
cakupan pneumonia pada balita tertinggi di tahun
PENANGGULANGA
2020 berada di DKI Jakarta (53,0%), Banten
(46,0%), dan Papua Barat (45,7%).
N
Pneumonia yang terdeteksi klinis menurut
Riskesdas pada tahun 2007 relatif lebih banyak satu
setengah kali didaerah pedesaan daripada di
KLASIFIKASI
PNEUMONIA
KLASIFIKASI
PNEUMONIA
a. Bukan pneumonia
mencakup kelompok balita dengan batuk yang menunjukan gejala peningkatan
frekuensi napas dan tidak menunjukan adanya tarikan dinding dada bagian
bawah ke arah dalam PENYEBAB
b. Pneumonia
DAMPAK
Pneumonia didasarkan pada adanya gejala batuk atau kesukaran
bernapas.Diagnosis pneumonia didasarkan padaPENANGGULANGA
umur
c. Pneumonia berat N
didasarkan pada adanya batuk dan kesukaran bernapas disertai sesak napas
atau tarikan dinding pada bagian bawah ke arah dalam (chest indrawing) pada
anak usia dua bulan sampai kurang dari 5 tahun. Untuk anak berusia kurang
dari dua bulan, diagnosis pneumonia berat sebanyak 60 kali per menit atau
Klasifikasi Pneumonia Hariadi (2010) berdasarkan
klinis dan epidemilogi serta letak anatomi.

Klasifikasi pneumonia
berdasarkan bakteri penyebab

Klasifikasi pneumonia
berdasarkan letak anatomi
Klasifikasi pneumonia
berdasarkan klinis dan
epidemiologi

1 2 3
Berdasarkan klinis
dan epidemiologi

1. Pneumonia Komunitas (PK)

Pneumonia komunitas atau Community Acquired Pneumonia atau


CAP adalah pneumonia infeksius pada seseorang yang tidak
menjalani rawat inap di rumah sakit dan didapatkan dari
masyarakat.

2. Pneumonia Nosokomial (PN)

Pneumonia yang diperoleh selama perawatan di rumah sakit atau


sesudahnya karena penyakit lain atau prosedur.

Klasifikasi Pneumonia
Berdasarkan klinis
dan epidemiologi
3. Pneumonia Aspirasi

Disebabkan oleh aspirasi oral atau bahan dari lambung, baik ketika
makan atau setelah muntah. Hasil inflamasi pada paru bukan
merupakan infeksi tetapi dapat menjadi infeksi.

4. Pneumonia Pada Penderita Immunocompromised

Pneumonia yang terjadi pada penderita yang mempunyai daya tahan


tubuh lemah.

Klasifikasi Pneumonia
Berdasarkan letak
1. Pneumonia lobaris anatomi

Pneumonia lobaris melibatkan seluruh atau satu bagian besar dari satu atau
lebih lobus paru. Bila kedua paru terkena, maka dikenal sebagai pneumonia
bilateral atau “ganda”

2. Pneumonia lobularis (bronkopneumonia)

Bronkopneumonia terjadi pada ujung akhir bronkiolus, yang tersumbat oleh


eksudat mukopurulen untuk membentuk bercak konsolidasi dalam lobus yang
berada didekatnya.

3. Pneumonia Interstisial

Proses implamasi yang terjadi di dalam dinding alveolar (interstisium) dan


jaringan peribronkial serta interlobular (Wong, 2004).

Klasifikasi Pneumonia
berdasarkan
letak anatomi
1. Pneumonia Tipikal

Bakteri Gram positif. Biasanya disebabkan bakteri ekstraseluler, S. pneumonia, S.


piogenes dan H. influenza.

2. Pneumonia Atipikal

a) Mycoplasma pneumonia : Infeksi bakteri di saluran pernafasan yang disebabkan


oleh bakteri Mycoplasma pneumoniae.
b) Legionella pneumophila : Legionella pneumophila adalah bakteri Gram-neg
berbentuk batang yang dapat menyebabkan penyakit nosokomial dan pneumonia.
c) Chlamydia pneumoniae : Chlamydia pneumoniae merupakan bakteri gram
negative yang menginfeksi ke dalam sel yang sebelumnya dikenal sebagai
pathogen yang menyebabkan penyakit infeksi saluran nafas yaitu sinusitis,
pharingitis, bronchitis dan pneumonia dan juga penyakit flu.
Klasifikasi
ETIOLOGI PNEUMONIA

Penyebab pneumonia adalah sejumlah agen menular termasuk virus, bakteri dan
jamur.Group B Streptoccus dan gram negative enteric bacteria merupakan
penyebab paling umum pada neonatus dan merupakan transmisi vertikal dari ibu
sewaktu terjadinya persalinan. Pneumonia pada neonatus berumur 3 minggu
sampai 3 bulan yang paling sering adalah akibat bakteri, biasanya bakteri
Steptocccus pneumonia. Pada balita usia 4 bulan sampai 5 tahun, respiratory
syncytial virus(RSV) merupakan virus penyebab penyakit pneumonia yang
tersering. Pada usia 5 tahun sampai dewasa penyebab pneumonia pada umumnya
ETIOLOGI PNEUMONIA
Pneumonia dapat disebabkan oleh berbagai mikroorganisme seperti bakteri, virus, jamur, dan protozoa.
Pneumonia komunitas yang diderita oleh masyarakat luar negeri banyak disebabkan gram positif,
sedangkan pneumonia rumah sakit banyak disebabkan bakteri gram negatif.
Di beberapa kota di Indonesia ditemukan dari pemeriksaan dahak penderita komunitas adalah bakteri gram
negatif.
Penyebab paling sering pneumonia yang didapat dari masyarakat dan nosokomial:
1. Di masyarakat: Streeptococcus pneumonia, Mycoplasma pneumonia, Hemophilus influenza,
Legionella pneumophila, chlamydia pneumonia, anaerob oral, adenovirus, influenza tipe A dan B.10
2. Di rumah sakit: basil usus gram negative (E. coli, Klebsiella pneumonia), Pseudomonas aeruginosa,
Staphylococcus aureus, anaerob oral.
ETIOLOGI PNEUMONIA

Secara umum, pneumonia disebabkan oleh mikroorganisme berupa bakteri, yaitu


Streptococcus pneumoniae.
famili: Streptococcaceae
genus: Streptococcus
spesies: S. pneumoniae

 Termasuk bakteri gram positif


 Hidup di nasofaring manusia tanpa menimbulkan gejala
Kronologi/
patofisiologi
Manifestasi klinis

diagnosis
Dampak dan
komplikasi

5 6 7 8

Materi Lanjutan
Kronologi/
patofisiologi
KRONOLOGI
Pneumonia adalah penyakit
menular yang ditularkan melalui
udara.Sumber penularannya adalah
penderita pneumonia yang
menyebarkan kuman pada saat
batuk bersin dalam berbentuk
droplet.
KRONOLOGI/PATOFISIOLOGI

Proses patofisiologi
pneumonia terkait
dengan tiga faktor yaitu :
A. Keaadan (imunitas)
pasien
B. Mikroorganisme
yang menyerang
pasien
KRONOLOGI/PATOFISIOLOGI

cara mikroorganisme
mencapai permukaan :
a. Inokulasi langsung
b. Penyebaran melalui
darah
c. Inhalasi bahan
aerosol
d. Kolonosiasi di
MASA INKUBASI

Topic 5
FAKTOR-FAKTOR ZAT GIZI

Topic 4
MANIFESTASI
KLINIS
MANIFESTASI KLINIS
Gejala Khas Gejala Umum Lain
 Demam
 Menggigil
 Berkeringat, pasien lebih suka
 Batuk (baik non berbaring pada yang
produktif atau sakit dengan lutut
produktif atau tertekuk karena
menghasilkan sputum
berlendir, purulen,
nyeri dada
atau bercak darah)
 sakit dada karena
pleuritis dan sesak
MANIFESTASI KLINIS
Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik didapatkan retraksi atau


penarikan dinding dada bagian bawah saat
pernafas, takipneu, kenaikan atau penurunan
taktil fremitus, perkusi redup sampai pekak
menggambarkan konsolidasi atau terdapat cairan
pleura, ronki, suara pernafasan bronkial, pleural
friction rub
MANIFESTASI KLINIS
Pemeriksaan Laboratoris
dan Penunjang
1. Radiologi
Gambaran radiologis dapat berupa infiltrat sampai konsoludasi dengan air
bronchogram, penyebaran bronkogenik dan intertisial serta gambaran
kavitas
2. Laboratorium
Adanya peningkatan jumlah leukosit berkisar antara 10.000 - 40.000 /ul.
3. Mikrobiologi
Dengan biakan sputum dan kultur darah untuk mengetahui adanya S.
pneumonia dengan pemeriksaan koagulasi antigen polisakarida
pneumokokkus.
4. Analisa Gas Darah
Ditemukan hipoksemia sedang/berat. Tekanan parsial karbondioksida
(PCO2) menurun, pada stadium lanjut menunjukkan asidosis respiratorik.
Diagnosis pneumonia kominiti didasarkan kepada
riwayat penyakit yang
lengkap, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang.
Diagnosis pasti pneumonia komunitas ditegakkan jika

ADD subtitle
pada foto toraks
terdapat infiltrat baru atau infiltrat progresif ditambah
dengan 2 atau lebih
gejala di bawah ini:
a. Batuk-batuk bertambah
b. Perubahan karakteristik dahak/purulen
c. Suhu tubuh > 38C (aksila)
d. Pemeriksaan fisis
DAMPAK PNEUMONIA
A. SISTEM PERNAPASAN (BATUK DAN SESAK NAPAS)
Pada sistem pernapasan, paru-paru mengalami peradangan yang
disebabkan oleh terjadinya infeksi yang menyebabkan kantong
udara (alveoli) terisi dengan cairan atau nanah. Pertukaran gas
tidak dapat berlangsung pada daerah yang mengalami
konsolidasi, begitupun dengan aliran darah disekitar alveoli,
menjadi terhambat dan tidak berfungsi secara maksimal. Hal ini
mengakibatkan penderita menjadi sulir untuk bernapas (sesak)
dan batuk hingga mengeluarkan lendir berwarna coklat atau
kuning.
DAMPAK PNEUMONIA
B. INFEKSI SISTEM SALURAN KEMIH
infeksi ini dibawa dari paru-paru melalui aliran darah dan
masuk kesaluran kemih. Penderita yang mengalami infeksi
saluran kemih biasanya merupakan penderita dengan
pneumonia bacterial (pneumonia yang disebabkan oleh
bakteri). Salah satu jenis bakteri yang mengakibatkan
pneumonia bacterial dan infeksi saluran kemih adalah
klebsiella pneumoniae.
DAMPAK PNEUMONIA

C. DENYUT JANTUNG MENJADI LEBIH


CEPAT
Hal ini berkaitan dengan demam, karena pada
saat demam tubuh memerlukan oksigen lebih
banyak dan mengakibatkan jantung berdenyut
lebih cepat. Selain itu, infeksi pada paru-paru
juga menyebabkan adanya gangguan pertukaran
antara oksigen dan CO2
DAMPAK PNEUMONIA

D. MUAL DAN MUNTAH DARAH


Hal ini dapat disebabkan oleh pendarahan pada
paru-paru seperti pada bronkus dan
bronkiolus.selain itu, hal tersebut juga terjadi
karena terdapat iritasi pada bagian paru-paru
akibat adanya infeksi.
KOMPLIKASI
PNEUMONIA

https://www.alodokter.com/
pneumonia/komplikasi
KOMPLIKASI
PNEUMONIA

https://www.alodokter.com/
pneumonia/komplikasi
TopiC 9 TERAPI DAN REHABILITASI
Topic 10 FAKTOR RISIKO DAN
PENCEGAHAN
TERAPI DAN REHABILITASI

1
Terapi
Terapi FARMAKOLOGIS
• IVFD NaCl 0,9 % 20 tpm
• O2 facemask 8-10 liter per menit
• Cefoperazone 1 g tiap 12 jam Intra Vena
• Levofloxacin 750 mg tiap 24 jam Intra Vena
• N-Acetilcystein 200 mg tiap 8 jam Intra Oral
• Methyl Prednisolon 62,5 mg tiap 12 jam Intra
Vena
• Nebul Combivent (ipratropium bromide and
albuterol sulfate) tiap 8 jam
• Diet lunak (bubur saring) Energi 1600 kkal,
Protein 41,12 gram, Extra susu
REHABILITASI
• TEXT TEXT TEXT TEXT TEXT TEXT
TEXT TEXT TEXT
FAKTOR RISIKO
Faktor risiko pneumonia berdasarkan triangle
model of infection meliputi :
a. Faktor agent, bakteri, virus dan jamur
b. Faktor host, umur, jenis kelamin, riwayatPENYEBAB
pemberian ASI ekslusif, riwayat pemberian
vitamin A, riwayat imunisasi, berat bayi DAMPAK
lahir dan status gizi PENANGGULANGA
c. Faktor lingkungan, kepadatan hunian, N
ventilasi udara rumah, jenis dinding, dan
jenis lantai.
PENCEGAHAN
a. Pencegahan melalui imunisasi
Beberapa studi vaksin (vaccine PENYEBAB
probe) memperkirakan
vaksin pneumonia Konjungat dapat mencegah 20-35%
DAMPAK
kasus kematian akibat pneumonia pneumokokus serta
PENANGGULANGA
vaksin Hib mencegah pneumonia dan 15-30% kasus
kematian akibat pneumonia Hib. N
PENCEGAHAN
b. Pencegahan melalui non-imunisasi
Pencegahan non-imunisaisi yang merupakan pencegahan non-
PENYEBAB
spesifik merupakan komponen strategis pneumonia. Kegiatan
DAMPAK
yang dilakukan misalnya pendidikan kesehatan (terutama pada
PENANGGULANGA
ibu balia ), perilaku preventif seperti kebiasaan mencuci tangan
N
dan hidup bersih, perbaikan gizi dengan pola makan yang
sehat, penurunan faktor risiko lain seperti mencegah BBLR,
menerapkan ASI ekslusif, mencegah polusi udara dalam
Nurnajiah, M., Rusdi, R., & Desmawati, D. (2016). Hubungan Status Gizi dengan Derajat Pneumonia pada
Balita di RS. Dr. M. Djamil Padang. Jurnal Kesehatan Andalas, 5(1).
Fikri, B. A. (2016). Analisis Faktor risiko pemberian asi dan ventilasi kamar terhadap kejadian pneumonia
balita. Indonesian Journal of Public Health, 11(1), 14-27.
TANIA, A. (2015). ANALISIS PENGELOMPOKAN DAN PEMETAAN KECAMATAN BERDASARKAN
FAKTOR PENYEBAB PENYAKIT PNEUMONIA PADA BALITA DI KOTA PADANG TAHUN
2013 (Doctoral dissertation, UPT. Perpustakaan Unand).
Sutarga, I. M., & Kes, M. DETERMINAN PNEUMONIA PADA BALITA.
Damayanti, A. K., Ryusuke, O., Astika, N., & PD-KGer, S. TUGAS RESPONSI.
NAFAS, D. K. B. J. KARYA TULIS ILMIAH: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA
KLIEN PNEUMONIA DENGAN KETIDAKEFEKTIFAN BERSIHAN JALAN NAFAS DI RUANG
TERATAI RSUD BANGIL PASURUAN.
LESTARI, Y. B. (2018). Morfologi dan Patogenitas Bakteri Penyebab Infeksi Saluran Pernapasan
Kleibsella penumoniae.
Sulisnadewi, N. L. K., Labir, I. K., & Ribek, I. N. (2015). Kegiatan Bermain Meniup Mainan Tiupan
Terhadap Status Oksigenasi Balita Dengan Pneumonia. Jurnal Gema Keperawatan, 8(1), 85-92.

Anda mungkin juga menyukai