Anda di halaman 1dari 103

LAPORAN PRAKTIK KEPERAWATAN ANAK

PROGRAM PROFESI NERS

Disusun Oleh :
NICO RIZKI HARDADI, S.Kep

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN DAN NERS


( PROGRAM TRANSFER )
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BHAKTI MANDALA HUSADA SLAWI
(STIKES BHAMADA SLAWI)
2020/2021
DAFTAR ISI
Halaman
COVER ........................................................................................................

LAPORAN PENDAHULUAN (WOC) DAN LAPORAN ASKEP 1 ........

LAPORAN PENDAHULUAN (WOC) DAN LAPORAN ASKEP 2 ........

LAPORAN TERAPI BERMAIAN .............................................................

LAPORAN DDST .......................................................................................


LAPORAN STASE ANAK
PROGRAM PROFESI NERS
DI RUANG ANGGREK 1 RSUD dr. SOESELO SLAWI

Disusun Oleh :
NICO RIZKI HARDADI, S.Kep

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN DAN NERS


( PROGRAM TRANSFER )
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BHAKTI MANDALA HUSADA SLAWI
(STIKES BHAMADA SLAWI)
2020/2021
LAPORAN STASE ANAK
PROGRAM PROFESI NERS
DI RUANG PERISTI RSUD dr. SOESELO SLAWI

Disusun Oleh :
NICO RIZKI HARDADI,S.Kep

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN DAN NERS


( PROGRAM TRANSFER )
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BHAKTI MANDALA HUSADA SLAWI
(STIKES BHAMADA SLAWI)
2020/2021
ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN.H DENGAN PNEMONIA

DI RUANG ANGGREK RSUD dr SOESELO SLAWI

Di susun oleh :

NICO RIZKI HARDADI, S.Kep

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN DAN NERS


( PROGRAM TRANSFER )
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BHAKTI MANDALA HUSADA SLAWI
(STIKES BHAMADA SLAWI)
2020/2021

LAPORAN PENDAHULUAN
A. Definisi Pneumonia

Pneumonia adalah suatu proses peradangan

dimana terdapat konsolidasi yang disebabkan


pengisian rongga alveoli oleh eksudat. Pertukaran

gas tidak dapat berlangsung pada daerah yang

mengalami konsolidasi, begitupun dengan aliran

darah disekitar alveoli, menjadi terhambat dan tidak

berfungsi maksimal. Hipoksemia dapat terjadi,

bergantung pada banyaknya jaringan paru-paru yang

sakit (Somantri, 2012).

Menurut WHO (2015), Pneumonia adalah

bentuk infeksi pernapasan akut yang mempengaruhi

paru-paru. Paru-paru terdiri dari kantung kecil yang

disebut Alveoli, yang mengisi dengan udara ketika orang

yang sehat bernafas.Ketika seorang individu memiliki

pneumonia, alveoli dipenuhi nanah dan cairan, yang

membuat berbafas asupan oksigen yang menyakitkan

dan terbatas.

B. Klasifikasi Pneumonia

Klasifikasi pneumonia menurut (Wahid, 2013) adalah sebagai


berikut:

1. Berdasarkan agen penyebab

a. Pneumonia komunitas

(community –

acquired) Community

acquired pneumonia

disebabkan oleh :

- Streptococcus pneumonia
7

- Hemofilus influenza dan staphylococcus aureus

b. Pneumonia atipikal nosokomial

Disebabkan oleh :

- Micoplasma pneumonia dan virus

- Legionella pneumonia dan pneuomcytis carinii

c. Pneumonia aspirasi

Disebabkan oleh :

- Makanan atau cairan

- Flora campuran anaerob dan aerob dari saluran nafas atas

- Kuman enteric gram negative aerob

d. Pneumonia Jamur

Pneumonia yang sering merupakan infeksi sekunder, terutama pada

penderita dengan daya tahan tubuh lemah (immonocompromised).

2. Berdasarkan area paru yang terkena

a. Pneumonia Lobaris

Pneumonia yang terjadi pada satu lobus baik kanan maupun kiri.

b. Bronkopneumonia

Pneumonia yang ditandai bercak-bercak infeksi pada berbagai tempat di

paru. Bisa kanan maupu kiri yang disebabkan oleh virus atau bakteri dan

sering terjadi pada orang tua dan bayi.


8

Klasifikasi pneumonia berdasarkan rentang usianya menurut Depkes RI (2012)

diantaranya :

1. Pneumonia untuk golongan umur < 2 bulan

a. Pneumonia berat

Adanya nafas cepat yaitu frekuensi pernafasan < 60 kali/menit atau

tarikan kuat dinding dada bagian bawah ke dalam.

b. Bukan Pneumonia

Tidak ada nafas cepat dan tidak ada tarikan dinding dada bagian bawah

ke dalam.

2. Pneumonia untuk golongan umur 2 bulan - < 5tahun

a. Pneumonia berat

Adanya nafas sesak atau tarikan diding dada bagian bawah.

b. Pneumonia

Disertai nafas cepat, usia 2 bulan - 1 tahun 50 kali/menit, untuk usia 1 - <

5 tahun 40 kali/menit.

c. Bukan Pneumonia

Batuk pilek biasa tidak ada tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam

dan tidak ada nafas cepat.

C. Etiologi Pneumonia

Menurut Amin dan Hardhi (2015), penyebaran infeksi terjadi melalui

droplet dan sering disebabkan oleh streptoccuspneumonia, melalui selang infus

oleh staphylococcus aureus sedangkan pada pemakaian ventilator oleh

peruginosa dan enterobacter, dan masa kini terjadi karena


9

perubahan keadaan pasien seperti kekebalan tubuh dan penyakit kronis, polusi

lingkungan dan penggunaan antibiotik yang tidak tepat. Setelah masuk keparu-

paru organisme bermultiplikasi dan jika telah berhasil mengalahkan mekanisme

pertahan paru, terjadi pneumonia.

Selain diatas penyebab terjadinya pneumonia sesuai penggolongannya

(Asih & Effendy, 2014) yaitu:

1. Bakteri

Diplococcus pneumonia, pneumococcus, streptokokus hemolyticus,

Streptokoccusaureus, Hemaphilus Influenza, Mycobacterum Tuberkolosis,

Bacillus Fre

2. Virus

Respiratory Syncytial virus, Adeno virus, V.Sitomegalitik, V. Influenza.

3. Mycoplasma Pneumonia

4. Jamur

HistoplasmaCapsulatum, Cryptococcus Neuroformans, Blastomyces

Dermatitisdes, Coccidosdies Immitis, Aspergilus Species, Candida Albicans.

5. Aspirasi

Makanan, Kerosene (bensin, minyak tanah), Cairan Amnion, Benda Asing.

6. Pneumonia Hipostatik.

7. Sindrom Loeffer.
10

D. Manifestasi Klinis

Menurut Amin dan Hardhi (2015), tanda dan gejala pneumonia adalah

sebagai berikut:

1. Demam, sering tampak sebagai tanda infeksi yang pertama. Paling sering

terjadi pada usia 6 bulan – 3 tahun dengan suhu mencapai 39,5°C – 40,5°C

bahkan dengan infeksi ringan. Mungkin malas dan peka rangsang atau

terkadang euforia dan lebih aktif dari normal, beberapa anak bicara dengan

kecepatan tidak biasa.

2. Meningitis, yaitu tanda – tanda meningeal tanpa infeksi meninges.

Terjadi dengan awaitan demam tiba- tiba dengan disertai sakit kepala, nyeri

dan kekakuan pada punggung dan leher, adanya tanda kernig dan brudzinski,

dan akan berkurang saat suhu turun.

3. Anoreksia merupakan hal yang umum yang disertai dengan penyakit masa

kanak- kanak. Sering kali merupakan bukti awal dari penyakit. Menetap

sampai derajat yang lebih besar atau lebih sedikit melalui tahap demam dari

penyakit, seringkali memanjang sampai ke tahap pemulihan.

4. Muntah, anak kecil mudah muntah bersamaan dengan penyakit yang

merupakan petunjuk untuk awitan infeksi. Biasanya berlangsung singkat,

tetapi dapat menetap selama sakit.

5. Diare, biasanya ringan, diare sementara tetapi dapat menjadi berat.

Sering menyetai infeksi pernafasan, khususnya karena virus,

6. Nyeri abdomen, merupakan keluhan umum.

7. Sumbatan nasal, lubang hidung dari bayi mudah tersumbat oleh

pembengkakan mukosa dan eksudasi, dapat mempengaruhi pernafasan dan

menyusui pada bayi.

8. Keluaran nasal, sering menyertai infeksi pernafasan. Mungkin encer dan

sedikit lendir kental dan purulen, bergantung pada tipe dan tahap infeksi.

9. Batuk, merupakan gambaran umum dari penyakit pernafasan.

10. Bunyi pernafasan, seperti mengi, mengorok, dan krekels.


11

11. Sakit tenggorokan, merupakan keluhan yang sering terjadi pada anak yang

lebih besar. Ditandai dengan anak akan menolak untuk minum dan makan

peroral.

12. Keadaan berat pada bayi tidak dapat menyusui atau makan/minum, atau

memuntahkan semuanya, kejang, letargis atau tidak sadar, sianosis, distress

pernapasan berat.

13. Disamping batuk atau kesulitan bernapas, terdapat napas cepat

a. Pada anak umur 2 bulan – 11 bulan > 50kali/menit

b. Pada anak umur 1 tahun – 5 tahun > 40kali/menit

E. Patofisiologi Pneumonia

Mikroorganisme mencapai paru melalui beberapa jalur, yaitu:

1. Ketika individu yang terinfeksi batuk, bersin, atau

berbicara, mikroorganisme dilepaskan ke dalam udara dan

terhirup oleh orang lain.


12

2. Mikroorganisme dapat juga terinspirasi denganaerosol dari

peralatan terapi pernapasan yang terkontaminasi.

3. Pada individu yang sakit atau hygiene giginya buruk, flora

normal orofaring dapat menjadi patogenik.

4. Staphilococccus dan bakteri garam negatif dapat menyebar

melalui sirkulasi dari infeksi sistemik, sepsis, atau jarum

obat IV yang terkontaminasi.

Pada individu yang sehat, pathogen yang mencapai paru dikeluarkan atau

tertahan dalam pipi melalui mekanisme pertahanan diri seperti reflek batuk,

klirens mukosiliaris, dan fagositosis oleh makrofag alveolar. Pada individu yang

rentan, pathogen yang masuk kedalam tubuh memperbanyak diri, melepaskan

toksin yang bersifat merusak dan menstimulasi respon inflamasi dan respon

imun, yang keduanya mempunyai efek samping merusak. Reaksi antigen-antibodi

dan endotoksin yang melepaskan oleh beberapa mikroorganisme merusak

membrane mukosa bronchial dan membrane alveolokapilar inflamasi dan edema

menyebabkan sel-sel acini dan brokhioventilasi perfusi (Asih & Effendy, 2014)
13
F. Perjalanan Penyakit Pneumonia
Pathway Pneumonia (Ridha, 2014)

Sistem pertahanan tubuh


terganggu
14

Virus, bakteri, protozoa,


Melepaskan toksin
bahan kimia
Lipoproteinsakarida
(zat pirogen)
Kerusakan pada membran masuk ke saluran nafas
mucus alveolus
menyerang alveoli Peningkatan set poin
Perkembangan edema dihipotalamus
paru dan eksudat Virus, bakteri mengeluarkan
toksin Menggigil
Mengisi alveoli
Peradangan pada parenkim Demam
Mengurangi luas paru
permukaan aleoli untuk MK :HIPERTERMI
pertukaran konsolidasi eksudatif
karbondioksida
jaringan ikat paru
dan oksigen MK :KEKURANGAN
penurunancompliance paru VOLUME CAIRAN
dispnue (sulit bernapas) Pneumonia

MK :GANGGUAN pengembangan paru tidak


dirawat di RS
PERTUKARAN GAS maksimal

Hospitalisasi
sesak napas
Peningkatan sekresi
MK: MK:
mukus
KETIDAKEFEKTIFAN suplai O2 ke jaringan
KETIDAKEFEKTIFAN POLA
BERSIHAN JALAN NAFAS menurun Kurang pengetahuan orang
NAFAS MK: RESIKO
tua tentang perawatan anak
TUMBUH
ATP menurun
KEMBANG
Kelemahan
MK : MK:
INTOLERANSI KECEMASAN
AKTIVITAS
G. Pemeriksaan Penunjang

Menurut Amin dan Hardhi (2015), pemeriksaan penunjang

pneumonia adalah:

1. Sinar X : mengidentifikasikan distribusi structural

(missal: lobar, bronchial dapa juga menyatakan abses)

2. Biopsi paru : untuk menetapkan diagnose

3. Pemeriksaan kultur, sputum, dan darah : untuk dapat

mengindentifikasi semua organisme yang ada

4. Pemeriksaan serologi : membantu dalam membedakan

diagnose organisme khusus

5. Pemeriksaan fungsi paru : untuk mengetahui paruparu,

menetapkan luas berat penyakit dan membantu

diagnosis keadaan

6. Spiometrik static : untuk mengkaji jumlah udara yang aspirasi

7. Bronkoskop : untuk menetapkan diagnosis dan

mengangkat benda asing

H. Penatalaksanaan Pneumonia

Kepada penderita yang penyakitnya tidak terlalu berat, bisa

diberikan antibiotik per oral dan tetap tinggal dirumah. Penderita yang

lebih tua dan penderita dengan sesak nafas atau dengan penyakit jantung

atau penyakit paru lainnya, harus dirawat antibiotik diberikan melalui

infus. Mungkin perlu diberikan oksigen tambahan, cairan intravena dan

alat bantu nafas mekanik.


Selanjutnya menurut Amin dan Hardhi (2015), kebanyakan penderita akan

memberikan respon terhadap pengobatan dan keadaannya membaik dalam

waktu 2 minggu. Penatalaksanaan umum yang dapat diberikan antara lain:

1. Oksigen 1-2 L/menit.

2. IVFD dekstosen 10%: NaCI 0,9%=3:1, + KCI 10 mEq/500 mI cairan.

Jumlah cairan sesuai berat badan, kenaikan suhu, dan status hidrasi.

3. Jika sesak tidak terlalu berat, dapat dimulai makanan enteral bertahan

melalui selang nasogastric dengan feeding drip.

4. Jika sekresi lender berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin

normal dan beta agonis untuk memperbaiki transport mukosilier.

Penetalaksanaan untuk pneumonia bergantung pada penyebab,

antibiotic diberikan sesuai hasil kultur.

Untuk kasus pneumonia community based:

1. Ampisilin 100 mg/kg BB/hari dalam 4 kali pemberian

2. Kloramfenikol 75 mg/kg BB/hari dalam 4 kali

pemberian Untuk kasus pneumonia hospital based:

1. Sefatoksim 100 mg/kg BB/hari dalam 2 kali pemberian

2. Amikasin 10-15 mg/kg BB/hari dalam 2 kali pemberian.

I. Komplikasi Pneumonia

Menurut Suzanne dan Brenda (2013), komplikasi pneumonia

menyebabkan hipotensi dan syok, gagal pernapasan, atelektasis, efusi

pleura, delirium, superinfeksi dan adhesi.


Beberapa kelompok orang yang lebih beresiko mengalami komplikasi,

seperti lansia dan balita. Sejumlah komplikasi pneumonia yang dapat

terjadi adalah:

1. Infeksi aliran darah.

Infeksi aliran darah atau bakterimia terjadi akibat adanya bakteri yang

masuk ke dalam aliran darah dan menyebarkan infesi ke organ-organ

lain.

2. Abses paru atau paru bernanah.

Abses paru dapat ditangani dengan antibiotik, namun terkadang juga

membutuhkan tindakan medis untuk membuang nanahnya.

3. Efusi Pleura.

Kondisi di mana cairan memenuhi ruang yang menyelimuti paru-paru.

J. Teori Tumbuh Kembang Prasekolah

1. Perkembangan kognitif (Piaget)

a. Tahap pra oprasional (umur 2-7 tahun) dengan perkembangan

kemampuan sebagai berikut anak belum mampu

mengoperasionalkan apa yang dipikirkan melalui tindakan dalam

pikiran anak, perkembangan anak masih bersifat egosentrik.

b. Tahun ketiga berada pada fase pereptual, anak cenderung

egosentrik dalam berfikir dan berperilaku, mulai memahami

waktu, mengalami perbaikan konsep tentang ruang, dan mulai

dapat memandang konsep dari perspektif yang berbeda.


c. Tahun keempat anak berada pada fase inisiatif, memahami waktu

lebih baik, menilai sesuatu menurut dimensinya, penilaian muncul

berdasarkan persepsi, egosentris mulai berkurang, kesadaran sosial

lebih tinggi, mereka patuh kepada orang tua karena mempunyai

batasan bukan karena memahami hal benar atau salah.

d. Pada akhir masa prasekolah anak sudah mampu memandang

perspektif orang lain dan mentoleransinya tetapi belum

memahaminya, anak sangat ingin tahu tentang factual dunia (Zae,

2000).

2. Perkembangan psikosexual anak (Freud)

a. Tahap oedipal/phalik terjadi pada umur 3-5 tahun dengan

perkembangan sebagai berikut kepuasan pada anak terletak pada

rangsangan autoerotic yaitu meraba- raba, merasakan kenikmatan

dari beberapa daerah erogennya, suka pada lain jenis. Anak laki-

laki cenderung suka pada ibunya dari pada ayahnya demikian

sebaliknya anak perempuan senang pada ayahnya (Aziz Alimul,

2005).

b. Sedangkan menurut teori Sigmund Freud, anak mulai mengenal

perbedaan jenis kelamin perempuan dan laki- laki. Anak juga

akan mengidentifikasi figur atau perilaku orang tua sehingga

mempunyai kecenderungan untuk meniru tingkah laku orang

dewasa di sekitarnya (Nursalam dkk, 2005).


3. Perkembangan psikososial anak (Erikson)

a. Tahap inisiatif, rasa bersalah terjadi pada umur 4-6 tahun

(prasekolah) dengan perkembangan sebagai berikut anak akan

memulai inisiatif dalam belajar mencari pengalaman baru secara

aktif dalam melakukan aktivitasnya, dan apabila pada tahap ini

anak dilarang atau dicegah maka akan tumbuh perasaan bersalah

pada diri anak (Aziz Alimul, 2005).

b. Menurut Erikson pada usia (3-5 tahun) anak berada pada fase

inisiatif vs rasa bersalah. Pada masa ini, anak berkembang rasa

ingin tahu (courius) dan daya imaginasinya, sehingga anak banyak

bertanya mengenai segala sesuatu disekelilingnya yang tidak

diketahuinya. Apabila orang tua mematikan inisiatif anak, maka

hal tersebut akan membuat anak merasa bersalah. Anak belum

mampu membedakan hal yang abstrak dengan konkret, sehingga

orang tua sering menganggap bahwa anak berdusta, padahal anak

tidak bermaksud demikian (Nursalam dkk, 2005).


Konsep Asuhan Keperawatan Pneumonia

1. Pengkajian

Pengkajian adalah tahap awal atau dasar dalam proses keperawatan dan

merupakan tahap paling menentukan bagi tahap berikutnya yang berasal

dari berbagai macam sumber data.

Adapun Menurut Puspasari (2019), klien yang mengalami Pneumonia

tidak harus dirawat di rumah sakit. Sebaliknya, dirawat jika akan atau

beresiko mengalami Pneumonia berat. Data yang harus dikumpulkan

untuk mengakji klien dengan Pneumonia adalah :

Biodata

1. Identitas Pasien

Nama/ Nama panggilan, tempat tanggal lahir, usia, jenis kelamin,

agama, pendidikan, alamat, tanggal masuk, tanggal pengkajian,

diagnosa medis, rencana terapi.

2. Identitas Orang Tua/Penanggung Jawab

Nama ayah dan ibu atau penanggung jawab, usia, pendidikan,

pekerjaan, sumber penghasilan, agama, alamat.

3. Identitas Saudara Kandung

Tabel 2.1
Form Identitas Saudara Kandung

No Nama Usia Hubungan Status Kesehatan


1.
2.
3.
Dst.
Riwayat Kesehatan

4. Keluhan Utama

Alasan utama mengapa klien mencari pertolongan pada tenaga

professional.

5. Riwayat Keluhan Utama

Hal yang berhubungan dengan keluhan utama:

a. Munculnya keluhan

Tanggal munculnya keluhan, waktu munculnya keluhan

(gradual/tiba-tiba), presipitasi/predisposisi (perubahan emosional,

kelelahan, kehamilan, lingkungan, toksin/allergen, infeksi).

b. Karakteristik

Karakter (kualitas, kuantitas, konsistensi), loksai dan radiasi,

timing (terus menerus/intermiten, durasi setiap kalinya), hal-hal

yang meningkatkan/menghilangkan/mengurangi keluhan, gejala-

gejala lain yang berhubungan.

c. Masalah sejak muncul keluhan

Perkembangannya membaik, memburuk, atau tidak berubah.

d. Keluhan pada saat pengkajian

6. Riwayat Masa Lampau (khusus untuk anak usia 0-5 tahun)

a. Prenatal Care

Tempat pemeriksaan kehamilan tiap minggu, keluhan saat hamil,

riwayat terkena radiasi, riwayat berat badan selama hamil, riwayat

imunisasi TT, golongan darah ayah dan ibu.


b. Natal

Tempat melahirkan, jenis persalinan, penolong persalinan,

komplikasi yang dialami saat melahirkan dan setelah melahirkan.

c. Post Natal

Kondisi bayi, APGAR, Berat badan lahir, Panjang badan lahir,

anomaly kongenital, penyakit yang pernah dialami, riwayat

kecelakaan, riwayat konsumsi obat dan menggunakan zat kimia

yang berbahaya, perkembangan anak dibanding saudara-

saudaranya.

7. Riwayat Keluarga

Penyakit yang pernah atau sedang diderita oleh keluarga (baik

berhubungan/tidak berhubungan dengan penyakit yang diderita klien),

gambar genogram dengan ketentuan yang berlaku (symbol dan 3

generasi).

Riwayat Imunisasi

Riwayat imunisasi (imunisasi yang pernah didapat, usia dan reaksi waktu
imunisasi).
Imunisasi

No Jenis Usia Frekuensi Selang Reaksi


Imunisasi Pemberian Waktu Pemberian

8. BCG
9. DPT (I,II,III)
10. Polio
(I,II,III,IV)
11. Campak
12. Hepatitis
2.2.1.2 Riwayat Tumbuh Kembang

1. Pertumbuhan Fisik : Berat badan, tinggi badan, waktu tumbuh gigi,

jumlah gigi, pengukuran lingkar lengan atas, pengukuran lingkar

kepala.

2. Perkembangan Tiap Tahap : Usia anak saat berguling, duduk,

merangkak, berdiri, berjalan, senyum kepada orang lain pertama kali,

bicara pertama kali, kalimat pertama yang disebutkan dan umur mulai

berpakaian tanpa bantuan.

2.2.1.3 Riwayat Nutrisi

1. Pemberian ASI

2. Pemberian Susu Formula : Alasan pemberian, jumlah pemberian dan

cara pemberian.

3. Pola Perubahan Nutrisi

Tabel 2.3
Pola Perubahan Nutrisi

Usia Jenis Nutrisi Lama Pemberian

2.2.1.4 Riwayat Psikososial

1. Yang mengasuh anak dan alasannya

2. Pembawaan anak secara umum (periang, pemalu, pendiam, dan

kebiasaan menghisap jari, membawa gombal, ngompol)

3. Lingkungan rumah (kebersihan, keamanan, ancaman, keselamatan

anak, ventilasi, letak barang-barang)


2.2.1.5 Riwayat Spiritual

1. Support sistem dalam keluarga

2. Kegiatan keagamaan

2.2.1.6 Reaksi Hospitalisasi

1. Pengalaman keluarga tentang sakit dan rawat inap : Alasan ibu

membawa klien ke RS, apakah dokter menceritakan tentang kondisi

anak, perasaan orang tua saat ini, orang tua selalu berkunjung ke RS,

yang akan tinggal di RS dengan anak.

2. Pemahaman anak tentang sakit dan rawat inap

2.2.1.7 Aktivitas Sehari-hari

1. Nutrisi : Selera makan anak sebelum sakit dan saat sakit.

2. Cairan : Jenis minuman sebelum sakit dan saat sakit, frekuensi

minum, kebutuhan cairan dan cara pemenuhan sebelum sakit serta

saat sakit.

3. Pola eliminasi : Tempat pembuangan sebelum sakit dan saat sakit,

frekuensi, konsistensi, kesulitan dan obat pencahar yang diberikan

sebelum sakit serta saat sakit.

4. Pola istirahat tidur : Jam tidur anak saat siang dan malam, pola tidur,

kebiasaan sebelum tidur, kesulitan tidur sebelum sakit dan saat sakit.

5. Olahraga : Program olahraga, jenis dan frekuensi, kondisi setelah

keluarga sebelum sakit dan saat sakit.


6. Personal hygiene : Mandi (meliputi cara, frekuensi, dan alat mandi),

cuci rambut (Frekuensi dan cara), gunting kuku (Frekuensi dan cara),

gosok gigi (frekuensi dan cara).

7. Aktifitas mobilitas fisik : Kegiatan sehari-hari, pengaturan jadwal

harian, penggunaan alat bantu aktivitas, serta kesulitan pergerakan

tubuh ssebelum sakit dan saat sakit.

8. Rekreasi : Perasaan saat sekolah, waktu luang, perasaan setelah

rekreasi, waktu senggang keluarga dan kegiatan hari libur sebelum

sakit dan saat sakit.

2.2.1.8 Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan umum : Kesadaran, postur tubuh

2. Tanda – tanda vital : Tekanan darah, nadi, suhu, pernapasan

3. Ukuran anthropometric : Berat badan, tinggi badan, lingkar kepala

4. Kepala : Kebersihan, warna rambut, benjolan dan tekstur rambut

5. Muka : Bentuk muka, ekspresi wajah dan kelainan

6. Mata : Penglihatan, konjungtiva, sclera, kelainan mata

7. Hidung : Kebersihan, kelainan

8. Telinga : Fungsi pendengaran, kelainan, kebersihan

9. Mulut : Gigi, gusi, lidah dan bibir

10. Tenggorokan : Warna mukosa, nyeri tekan dan nyeri menelan

11. Leher : Inspeksi dan palpasi kelenjar thyroid

12. Thorax dan pernapasan : Inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi

(dada)
13. Jantung : Palpasi, perkusi, dan auskultasi (jantung)

14. Abdomen : Inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi

15. Punggung : Ada/tidak kelainan

16. Genetalia dan anus : Kebersihan, terpasang kateter/tidak, kelainan

17. Ekstremitas : Ekstremitas atas dan ekstremitas bawah

18. Kulit : Kebersihan kulit, turgor kulit, lesi, kelainan

19. Status neurologi : Saraf-saraf kranial dan tanda perangsangan selaput

otak

2.2.1.9 Pemeriksaan Tingkat Perkembangan (0 – 6 tahun)

Berdasarkan hasil pengkajian melalui DDST (Denver Development

Screening Test) untuk umur 0 – 6 tahun perkembangan anak diatur dalam

4 kelompok besar yang disebut sektor perkembangan yang meliputi:

a. Motorik kasar : Kemampuan anak untuk menggunakan dan

melibatkan sebagian besar bagian tubuh dan biasanya memerlukan

tenaga.

b. Motorik halus : Kemampuan anak untuk menggunakan bagian tubuh

tertentu dan dilakukan oleh otot halus sehingga tidak perlu tenaga,

namun perlu koordinasi yang lebih kompleks.

c. Kognitif dan bahasa : Kemampuan mengungkapkan perasaan,

keinginan, dan pendapat melalui pengucapan kata-kata, kemampuan

mengerti dan memahami perkataan orang lain serta berfikir.

d. Kemandirian dan bergaul : Kemampuan anak untuk menyesuaikan

diri dengan orang lain.


2.2.1.10 Tes Diagnostik

1. Laboratorium

2. Foto Rontgen

2.2.1.11 Terapi Saat Ini (ditulis dengan rinci)

i. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan keputusan klinis mengenai seseorang,

sebagai akibat dari masalah kesehatan. Adapun diagnosa keperawatan pada klien

dengan Pneumonia menurut Anisa (2019) adalah :

1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan

penumpukan secret

2. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi

3. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan

berlebihan

4. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi alveoli

5. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan kapasitas

pembawa oksigen darah

6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara

suplai dan kebutuhan oksigen

7. Kecemasan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan orang tua

tentang perawatan anak

8. Resiko tumbuh kembang berhubungan dengan hospitalisasi


ii. Intervensi Keperawatan

Menurut Oktiawati dan Julianti (2019), rencana tindakan keperawatan

merupakan serangkaian tindakan yang dapat mencapai tiap tujuan khusus.

Perencanaan keperawatan meliputi perumusan tujuan tindakan, dan penilaian

rangkaian asuhan keperawatan pada klien berdasarkan analisis pengkajian agar

masalah kesehatan dan keperawatan dapat diatasi. Rencana tindakan keperawatan

dapat dilihat pada uraian berikut ini:

Tabel 2.4
Intervensi Keperawatan pada klien dengan Pneumonia

No Diagnosa Tujuan Keperawatan dan Intervensi Keperawatan


Keperawatan Kriteria Hasil

1 Ketidakefektifan Setelah dilakukan 1. Pantau tanda-tanda


bersihan jalan nafas tindakan keperawatan vital (suhu, RR, HR)
berhubungan …… jam, permbersihan 2. Pantau status
dengan jalan nafas efektif. pernafasan: irama,
penumpukan secret Kriteria hasil: frekuensi, suara, dan
- RR 30-50 x/menit retraksi dada
- Bunyi nafas vasikuler 3. Atur posisi yang
- Tidak ada sputum nyaman, posisi pronasi
- Irama nafas teratur untuk bayi dan
- Jalan nafas paten semifowler untuk anak
- Sekresi yang efektif 4. Lakukan suction
sesuai indikasi
5. Kolaborasi dengan
dokter pemberian
inhalasi ventolin +
NaCl 0.9% per 6 jam
6. Kolaborasi dengan
dokter pemberian
oksigen nasal kanul
sesuai indikasi dokter
2 Ketidakefektifan Setelah dilakukan 1. Pantau tanda-tanda
pola nafas tindakan keperawatan vital (suhu,RR,HR)
berhubungan ........ jam, pola nafas 2. Pantau status
dengan efektif pernafasan: irama,
hiperventilasi Kriteria hasil: frekuensi, suara, dan
- RR 30-50 x/menit retraksi dada (otot
- Bunyi nafas vasikuler bantu pernafasan)
- Irama nafas teratur 3. Atur posisi yang
- Tidak ada penggunaan nyaman: posisi pronasi
otot bantu nafas untuk bayi dan semi
- Ekspansi dada simetris fowler untuk anak
4. Kolaborasi dengan
dokter pemberian
oksigen nasal kanul
sesuai indikasi

3 Kekurangan volume Setelah dilakukan 1. Pantau status hidrasi


cairan tindakan keperawatan (membrane mukosa,
berhubungan ……. jam, pasien turgor kulit, frekuensi
dengan kehilangan memperlihatkan tanda nadi, dan tekanan
cairan yang rehidrasi dan darah)
berlebihan mempertahankan hidrasi 2. Pantau intake dan
yang adekuat output pasien (balance
Kriteria hasil: cairan)
- Membrane mukosa 3. Pantau hasil
bibir lembab laboratorium seperti
- Turgor kulit baik natrium, kalium,
- Urine jernih dan tidak klorida
pekat 4. Motivasi anak dan
keluarga untuk
meningkatkan asupan
cairan per oral
5. Pantau kebutuhan
cairan kolaborasi

4 Hipertermi Setelah dilakukan 1. Ukur suhu tubuh 1 jam


berhubungan tindakan keperawatan 2. Motivasi anak dan
dengan proses ……. jam, tidak terjadi keluarga untuk
inflamasi alveoli demam meningkatkan asupan
Kriteria hasil: cairan per oral
- Tidak demam 3. Anjurkan orang tua
- Suhu 36,5-37,5 derajat melakukan kompres
celcius hangat
- Tidak teraba panas 4. Anjurkan ibu untuk
pada tubuh menggantikan pakaian
yang mudah menyerap
keringat dari bahan
katun
5. Kolaborasi pemberian
paracetamol sesuai
indikasi
6. Kolaborasi pemberian
cairan infus
5 Gangguan Setelah dilakukan 1. Kaji Frekuensi atau
pertukaran gas tindakan keperawatan kedalaman dan
berhubungan ……. jam, gangguan gas kemudahan bernafas.
dengan gangguan teratasi 2. Observasi warna kulit,
kapasitas pembawa Kriteria hasil: membran mukosa dan
oksigen darah - Sianosis tidak ada kuku. Catat adanya
- Nafas normal sianosis perifer (kuku)
- Sesak tidak ada 3. Kaji status mental
- Gelisah tidak ada 4. Tinggikan kepala dan
- Hipoksia tidak ada dorong untuk sering
mengubah posisi,
nafas dalam dan batuk
efektif
5. Kolaborasi dengan tim
dokter dalam
pemberian terapi
oksigen dengan benar
6 Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan 1. Evaluasi respon pasien
berhubungan tindakan keperawatan terhadap aktivitas
dengan ……. jam, intoleransi 2. Berikan lingkungan
ketidakseimbangan aktivitasi teratasi tenang dan batasi
antara suplai dan Kriteria hasil: pengunjung
kebutuhan oksigen - Nafas normal 3. Jelaskan kepada orang
- Sianosis tidak ada tua perlunya istirahat
- Irama jantung normal dalam rencana
pengobatan dan
perlunya
keseimbangan bermain
dengan istirahat
4. Bantu aktivitas
perawatan diri yang di
perlukan

7 Kecemasan Setelah dilakukan 1. Kaji tingkat


berhubungan tindakan keperawatan kecemasan
dengan kurangnya ……. jam, kecemasan 2. Lakukan pendekatan
pengetahuan orang berkurang sampai dengan dengan tenang dan
tua tentang hilang meyakinkan
perawatan anak Kriteria hasil: 3. Gunakan media untuk
- Orang tua tenang menjelaskan mengenai
- Gelisah tidak ada penyakit klien
- Tidak cemas 4. Jelaskan tentang
perawatan yang
diberikan kepada klien
dan prosedur
pengobatan
8 Resiko tumbuh Setelah dilakukan 1. Berikan stimulasi atau
kembang tindakan keperawatan rangsangan kepada
berhubungan ……. jam, klien tidak klien
dengan hospitalisasi mengalami gangguan 2. Berikan kasih sayang
tumbuh kembang kepada klien
Kriteria hasil: 3. Kolaborasi dengan tim
- Keterlambatan tidak gizi dalam pemberian
terjadi diet nutrisi untuk
- Tumbuh kembang tumbuh kembangnya
sesuai tahapan usia

iii. Implementasi Keperawatan

Implementasi adalah pelaksanaan dari intervensi untuk mencapai tujuan

yang spesifik. Tahap implementasi dimulai setelah intervensi disusun dan

ditujukan pada nursing orders untuk membantu klien mencapai tujuan yang

diharapkan (Nursalam, 2013).

iv. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan

yang menandakan keberhasilan dari diagnosa keperawatan, intervensi dan

implementasi. Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien dalam

mencapai tujuan (Nursalam, 2013).


ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. H DENGAN PENEMONIA
DI RUANG ANGGREK 1 RSUD dr. SOESELO SLAWI

PENGKAJIAN
I. Biodata
A. Identitas Klien
1. Nama/Nama Panggilan: An.H
2. Tempat,tgl lahir/usia : Tegal, 5 Januari 2016/5 thn
3. Jenis Kelamin : Laki-laki
4. Agama : Islam
5. Pendidikan : Belum sekolah
6. Alamat : balamoa 5/3
7. Tanggal masuk : 5 Januari 2021 jam 23.00
8. Tanggal pengkajian : 6 Januari 2021
9. Diagnosa medik : Pnemonia
B. Identitas Orangtua
1. Ayah
a. Nama : Tn.S
b. Usia : 32 thn
c. Pendidikan : SMA
d. Pekerjaan : Dagang
e. Agama : islam
f. Alamat : Balamoa 5/3
2. Ibu
a. Nama : Ny.M
b. Usia : 30 thn
c. Pendidikan : SMA
d. Pekerjaan : IRT
e. Agama : islam
f. Alamat : Balamoa 5/3
32

II. Riwayat Kesehatan

A. Keluhan utama

Klien mengalami sesak nafas yang dialami sejak 2 hari yang lalu,
batuk berdahak, dan demam.
B. Riwayat kesehatan sekarang

Sejak 2 hari yang lalu klien mengalami sesak nafas, batuk berdahak
dan pilek oleh keluarga klien di bawa ke RSUD dr Soeselo . Pada
saat pengkajian ibu juga mengatakan takut dengan kondisi anaknya
yang mengeluh batuk berdahak disertai sesak nafas dan demam.
C. Riwayat Kesehatan Masa Lalu

1. Prenatal

a) Keluhan saat hamil : Tidak ada

b) Tempat ANC : Puskesmas

c) Kebutuhan nutrisi saat hamil : Cukup

d) Usia kehamilan : 38 s/d 39 minggu

e) Kesehatan saat hamil : Baik

f) Kenaikan berat badan saat hamil : 9 kg

g) Obat yang diminum saat hamil : Tidak ada

2. Natal

a) Tindakan persalinan : Normal

b) Tempat bersalin : Klinik bidan

c) Penolong persalinan : Bidan

d) Komplikasi : Tidak ada


33

3. Post Natal

a) Kondisi kesehatan : Baik

b) BB lahir : 2,6 kg

c) PB lahir : 48 Cm

d) Penyakit waktu kecil : Tidak ada

4. Pernah di rawat di RS
Ibu klien mengatakan sebelumnya pasien belum pernah di rawat di RS.

5. Tindakan pembedahan
Ibu klien mengatakan sebelumnya pasien belum pernah mengalami tindakan
pembedahan.

6. Alergi
Ibu pasien mengatakan anaknya tidak pernah mempunyai riwayat alergi
i

7. Trauma
Ibu pasien mengatakan anaknya tidak mempunyai riwayat trauma

D. Riwayat Kesehatan Keluarga

Ibu klien mengatakan di dalam keluarga klien tidak pernah mengalami


keluhan yang sama dengan yang klien rasakan. Keluarga klien tidak
punya riwayat penyakit keturunan dan tidak pernah memiliki riwayat
penyakit menular.

III. Riwayat Imunisasi

Ibu klien mengatakan imunisasi dasar yang sudah didapatkan anaknya


adalah sudah lengkap.

No Jenis Usia Frekuensi Selang Reaksi


Imunisasi Pemberian Waktu Pemberian
1. BCG 1 bln 1x - -
2. DPT (I,II,III) 2-4 bln 3x 4 mgg Bengkak
3. Polio 1-4 bln 4x 4 mgg -
(I,II,III,IV)
4. Campak 9 bln 1x - Demam
5. Hepatitis <7 hr-4 bln 4x 4 mgg -
34

IV. Riwayat Tumbuh Kembang

A. Pertumbuhan

1. Berat badan : 18 kg

2. Tinggi badan : 110 cm

B. Perkembangan

1. Tengkurap : 4 bulan

2. Duduk : 9 bulan

3. Berdiri : 1 tahun

4. Berjalan : 1 tahun

V. Riwayat Nutrisi

4. Pemberian ASI : Sampai usia 3 bulan

5. Pemberian Susu Formula

1. Alasan pemberian : ASI sudah tidak keluar

2. Jumlah pemberian : 100 cc/2 jam

3. Cara pemberian : Pakai dot

6. Pola Perubahan Nutrisi

Usia Jenis Nutrisi Lama Pemberian

0-3 bulan ASI 3 bulan


3 bulan Susu formula s/d sekarang
7 bulan Bubur 5 bulan
1 tahun Nasi s/d sekarang
35

VI. Riwayat Psikososial


Pasien di rumah tinggal bersama orangtua dan nenek,lingkungan berada di pedesaan, rumah
dekat dengan keluarga dan tempat bermain, rumah klien tidak ada tangga,hubungan dengan
keluarga baik, pengasuh anak membantu dari pagi sampai sore.

VII. Riwayat Spiritual

A. Support sistem dalam keluarga : Baik

B. Kegiatan keagamaan : Belajar mengaji

VIII. Pola Kebiasaan sehari-hari

No Kebiasaan Sebelum sakit Selama sakit

1. Selera makan Nafsu makan An.H Nafsu makan An.H


sebelum sakit baik selama sakit baik
2. Menu makan Nasi+lauk+buah+sayur Nasi+lauk+buah+sayur

3. Frekuensi Makan 3 kali sehari dan Makan 3 kali sehari dan


menghabiskan porsi makan menghabiskan porsi makan
4. Makanan pantang Tidak ada Makan berminyak

5. Pola eliminasi BAK: BAK:


Sebelum sakit 4-5 kali selama sakit 3-4 kali sehari,
sehari, bau khas, warna bau khas, warna jernih
jernih
BAB: BAB:
2 kali sehari, konsistensi 1kali sehari, konsistensi
lunak, bau khas, warna padat ,bau khas, warna
kuning kuning
6. Pola istirahat Sebelum sakit An.H tidur ± Selama sakit An.H tidur ± 6
8 jam/hari jam/hari

7. Pola personal Sebelum sakit An.H mandi Selama sakit An.H mandi 2
hygiene 2 kali sehari kali sehari namun hanya di
lap saja.

8. Pola aktivitas Sebelum sakit An.H biasa Selama sakit An.H banyak
bermain diam
36

IX. Pemeriksaan Fisik

A. Keadaan umum

1. Tingkat kesadaran : Composmentis

2. Postur tubuh : Ideal

3. Kondisi : Lemah dan letih

B. Tanda-tanda vital

1. Tekanan darah :-

2. Denyut nadi : 104x/mnt

3. Suhu : 39° C

4. Pernafasan : 46x/menit

5. SpO2 : 92%

C. Ukuran anthropometric

1. Tinggi badan : 110 Cm

2. Berat badan : 18 Kg

3. Lingkar kepala : 49 Cm

D. Kepala

1. Kebersihan : Bersih

2. Warna rambut : Hitam

3. Benjolan : Tidak ada

4. Tekstur rambut : Halus

E. Muka

1. Bentuk muka : Simetris

2. Ekspresi wajah : Pucat dan lesu

3. Keluhan : Tidak ada


37
F. Mata

1. Penglihatan : Normal

2. Kelopak mata : Normal

3. Sklera : Tidak ikterus

4. Pupil : Isokor
38

5. Konjungtiva : Merah muda

6. Peradangan : Tidak ada

G. Hidung

1. Struktur : Simetris

2. Fungsi penciuman : Normal

3. Keluhan : Hidung tersumbat

H. Telinga

1. Struktur : Simetris

2. Fungsi : Normal

3. Serumen : Tidak ada

4. Keluhan : Tidak ada

5. Pemakaian alat bantu : Tidak pakai

I. Mulut

1. Gigi : Belum lengkap

2. Gusi : Merah

3. Lidah : Bersih

4. Bibir : Merah kering

J. Tenggorokan

1. Warna mukosa : Merah muda

2. Nyeri tekan : Tidak ada

3. Nyeri telan : Tidak ada

K. Leher

1. Kelenjar thyroid : Tidak membesar

2. Kelenjar limfe : Tidak membesar


39

3. Kaku kuduk : Tidak ada

L. Thorax dan pernafasan

1. Bentuk dada : Simetris

2. Benjolan : Tidak ada

3. Pernafasan

a) Pola nafas : Cepat dan dangkal

b) Frekuensi nafas : 46x/menit

c) Kualitas nafas : Sesak

d) Pengguna otot : Ya

e) Pernafasan tambahan : Ya, pernapasa cuping hidung

f) Batuk : Ya

g) Sputum : Ya

h) Ronki : Ya

M. Jantung

1. Ictus cordis : Tidak teraba

2. Pembesaran jantung : Tidak ada

3. BJ I : Negatif

4. BJ II : Negatif

N. Abdomen

1. Bentuk perut : Simentris

2. Nyeri tekan : Tidak ada

3. Kondisi perut : Lembek

4. Bising usus : Normal


40

O. Genetalia dan anus

1. Keluhan : Tidak ada

2. Alat bantu kateter : Tidak

3. Kandung kencing : Normal

4. Produksi urin : 320 cc

5. Warna/bau : Kuning/khas

6. Diare : Tidak

7. Konstipasi : Tidak

P. Ekstremitas

1. Odema : Tidak

2. Kontraktur : Tidak

3. Kelainan : Tidak ada

4. Kekuatan otot :

5 5 5 5 5555

5 5 5 5 5555

Q. Integumen

1. Kebersihan : Bersih

2. Turgor : Elastis

3. Lesi : Tidak ada

4. Kelainan : Tidak ada

5. Temperatur kulit : Hangat

R. Status Neurologi

1. Saraf-saraf kranial : Normal

2. Perangsangan selaput otak : Normal


41

X. Pemeriksaan Tingkat Perkembangan

Pelaksanaan DDST pada klien didapatkan hasil sebagai berikut :

A. Personal sosial menggosok gigi tanpa bantuan

B. Motorik halus memilih garis yang lebih panjang

C. Bahasa mengartikan 7 kata

D. Motorik kasar berdiri 1 kaki 6 detik

XI. Tes Diagnostik

A. Hasil laboratorium meliputi :

1. Hb : 12,8 g/dl (10-14 g/dl)

2. Lekosit : 14.900 ul (4-11 rb/ul)

3. Hematokrit : 36,2 % (37-48 %)

4. Eritrosit : 4.900.000 ul (4,5-5,6 jt/ul)

5. Trombosit : 250.000 ul (150-350 rb/ul)

B. Rontgen dada : Hasil bacaan Pneumonia

XII. Program Pengobatan Medis

A. IUFD RL 24 tetes/menit

B. Oksigenasi 1-2 liter/menit/nasal

C. Injeksi Amikacin 125 mg/8 jam/IV

D. Inhalasi Ventolin 1 respule/8 jam

E. Paracetamol sirup 4 x 5 ml
42

XIII. Data Fokus

A. Data Subjektif

1. Ibu klien mengatakan anaknya sesak


2. Ibu klien mengatakan anaknya batuk disertai dahak
3. Ibu klien mengatakan takut dengan kondisi anaknya
4. Ibu klien mengatakan tidak mengetahui cara penanganan penyakit
klien
B. Data Objektif

1. Klien terlihat pucat


2. Ronki (+)
3. Nadi : 104x/menit
4. Suhu : 39°C
5. Pernapasan: 46x/menit
6. SpO2 : 92%
7. Klien terlihat lemah
8. Klien terlihat gelisah
9. Klien terlihat sesak nafas, pernafasan cuping hidung dan dangkal
10. Ibu klien terlihat gelisah dan cemas
43

DIAGNOSA KEPERAWATAN
A. ANALISA DATA

No Data Penyebab Masalah

1 DS : Penumpukan Ketidakefektifan
- Ibu klien mengatakan anaknya sekret bersihan jalan
batuk disertai dahak nafas
DO :
- Klien terlihat sesak napas
- Ada sekret
- Nadi: 104x/menit
- Penapasan : 46x/menit
- Ronki (+)
2 DS : Gangguan Ketidakefektifan
- Ibu klien mengatakan anaknya pertukaran gas pertukaran gas
sesak di alveoli
DO :
- Klien terlihat sesak napas
- Klien terlihat gelisah
- Klien terlihat pucat dan
sianosis
- Nadi: 104x/menit
- Penapasan : 46x/menit
- SpO2 : 92%
3 DS : Proses inflamasi Hipertermi
- Ibu klien mengatakan anaknya alveoli
demam
DO :
- Suhu : 39°C
- Nadi : 104x/menit
- Kulit teraba hangat
4 DS : Kurangnya Kecemasan
- Ibu klien mengatakan takut pengetahuan
dengan kondisi anaknya orang tua
DO : tentang
- Ibu klien terlihat gelisah dan perawatan anak
cemas
- Sering bertanya soal penyakit
anaknya
44

B. Diagnosa Keperawatan

1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan


penumpukan sekret
2. Ketidakefektifan pertukaran gas berhubungan gangguan pertukaran
gas di alveoli
3. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi alveoli

4. Kecemasan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan orang tua


tentang perawatan anak

C. Intervensi Keperawatan

Paraf
No Diagnosa Tujuan Keperawatan dan Intervensi Keperawatan
Keperawatan Kriteria Hasil
1 Ketidakefektifan Setelah dilakukan 1. Pantau tanda-tanda vital Nico
bersihan jalan tindakan keperawatan (suhu, RR, HR)
nafas 3x24 jam, bersihan jalan 2. Pantau status pernafasan:
berhubungan nafas efektif. irama, frekuensi, suara,
dengan Kriteria hasil: dan retraksi dada
penumpukan - RR 20-30 x/menit 3. Atur posisi yang nyaman
sekret - Bunyi nafas vasikuler semifowler
- Tidak ada sekret 4. Lakukan suction sesuai
- Irama nafas teratur indikasi
- Jalan nafas paten 5. Kolaborasi dengan
- Sekresi yang efektif dokter pemberian
- Ronki (-) inhalasi ventolin 1
respule per 8 jam
2 Ketidakefektifan Setelah dilakukan 1. Pantau tanda-tanda vital Nico
pertukaran tindakan keperawatan (suhu, RR, HR dan
gas 3x24 jam, pertukaran gas SpO2)
berhubungan efektif 2. Kaji Frekuensi atau
dengan Kriteria hasil: kedalaman
- RR 20-30 x/menit dan kemudahan bernafas
gangguan - SpO2 95-100% 3. Observasi warna kulit,
pertukaran gas - Sianosis tidak ada membran mukosa dan
di
alveoli
45

- Nafas normal kuku.


- Sesak tidak ada 4. Tinggikan kepala dan
- Gelisah tidak ada dorong untuk sering
- Hipoksia tidak ada mengubah posisi
5. Kolaborasi dengan
dokter pemberian
oksigen 2 lpm nasal
prongs
3 Hipertermi Setelah dilakukan 1. Pantau tanda-tanda Nico
berhubungan tindakan keperawatan vital (suhu dan HR)
dengan proses 3x24 jam, tidak terjadi 2. Motivasi anak dan
inflamasi alveoli demam keluarga
Kriteria hasil: untuk meningkatkan
- Tidak demam asupan cairan per oral
- Suhu 36,5-37,5 3. Anjurkan orang tua
derajat celcius melakukan kompres
- Kulit tidak teraba hangat
hangat 4. Anjurkan ibu untuk
menggantikan pakaian
yang mudah menyerap
keringat dari bahan
katun
5. Kolaborasi pemberian
Paracetamol sirup 4x5
ml
6. Kolaborasi pemberian
Injeksi Amikasin 150
mg/8 jam
7. Kolaborasi pemberian
cairan infuse RL 24
tts/mnt
4 Kecemasan Setelah dilakukan 1. Kaji tingkat kecemasan Nico
berhubungan tindakan keperawatan 2. Lakukan pendekatan
dengan 2x24jam, kecemasan dengan tenang dan
berkurang sampai dengan meyakinkan
kurangnya hilang 3. Gunakan media untuk
pengetahuan Kriteria hasil: menjelaskan mengenai
orang tua - Orang tua tenang penyakit klien
tentang - Gelisah tidak ada 4. Jelaskan
perawatan anak - Tidak cemas tentang perawatan yang
diberikan kepada klien
dan prosedur
pengobatan
46

D. Implementasi Keperawatan

Tanggal/ No. Tindakan Paraf


Jam DX
06-01-2021 1 1. Memantau tanda-tanda vital (suhu, RR, HR)
14:20 WIB 2. Memantau status pernafasan: irama, frekuensi,
suara, dan retraksi dada
3. Mengatur posisi yang nyaman semifowler Nico
4. Melakukan suction sesuai indikasi
5. Berkolaborasi dengan dokter pemberian
inhalasi ventolin 1 respule per 8 jam
06-01-2021 2 1. Memantau tanda-tanda vital (suhu, RR, HR
14.30 WIB dan Spo2)
2. Mengkaji frekuensi atau kedalaman dan
kemudahan bernafas Nico
3. Mengobservasi warna kulit, membran mukosa
dan kuku.
4. Meninggikan kepala dan dorong untuk sering
mengubah posisi
5. Berkolaborasi dengan dokter pemberian
oksigen 2 lpm nasal
06-01-2021 3 1. Memantau tanda-tanda vital (suhu dan HR)
15.00 WIB 2. Memotivasi anak dan keluarga untuk
meningkatkan asupan cairan per oral
3. Menganjurkan orang tua melakukan kompres Nico
hangat
4. Menganjurkan ibu untuk menggantikan
pakaian yang mudah menyerap keringat dari
bahan katun
5. Berkolaborasi pemberian Paracetamol sirup
4x5 ml
6. Berkolaborasi pemberian Injeksi Amikasin 150
mg/8 jam
7. Berkolaborasi pemberian cairan infuse RL 24
tts/mnt
06-01-2021 4 1. Mengkaji tingkat kecemasan
15:30WIB 2. Melakukan pendekatan dengan tenang dan
meyakinkan
3. Menggunakan media untuk menjelaskan Nico
mengenai penyakit klien
4. Menjelaskan tentang perawatan yang diberikan
kepada klien dan prosedur pengobatan
47

Tanggal/ No. Tindakan Paraf


Jam DX
07-01-2021 1 1. Memantau tanda-tanda vital (suhu, RR, HR)
15:00 WIB 2. Memantau status pernafasan: irama, frekuensi,
suara, dan retraksi dada
3. Mengatur posisi yang nyaman semifowler Nico
4. Melakukan suction sesuai indikasi
5. Berkolaborasi dengan dokter pemberian
inhalasi ventolin 1 respule per 8 jam
07-01-2021 2 1. Memantau tanda-tanda vital (suhu, RR, HR
15.20 WIB dan SpO2)
2. Mengkaji frekuensi atau kedalaman dan
kemudahan bernafas Nico
3. Mengobservasi warna kulit, membran mukosa
dan kuku.
4. Meninggikan kepala dan dorong untuk sering
mengubah posisi
5. Berkolaborasi dengan dokter pemberian
oksigen 2 lpm nasal prongs
07-01-2021 3 1. Memantau tanda-tanda vital (suhu dan HR)
15.40 WIB 2. Memotivasi anak dan keluarga untuk
meningkatkan asupan cairan per oral
3. Menganjurkan orang tua melakukan kompres Nico
hangat
4. Menganjurkan ibu untuk menggantikan
pakaian yang mudah menyerap keringat dari
bahan katun
5. Berkolaborasi pemberian Paracetamol sirup
4x5 ml
6. Berkolaborasi pemberian Injeksi Amikasin 150
mg/8 jam
7. Berkolaborasi pemberian cairan infuse RL 24
tts/mnt
07-01-2021 4 1. Mengkaji tingkat kecemasan
16:10WIB 2. Melakukan pendekatan dengan tenang dan
meyakinkan
3. Menggunakan media untuk menjelaskan Nico
mengenai penyakit klien
4. Menjelaskan tentang perawatan yang diberikan
kepada klien dan prosedur pengobatan
48

Tanggal/ No. Tindakan Paraf


Jam DX
08-01-2021 1 1. Memantau tanda-tanda vital (suhu, RR, HR)
14:20 WIB 2. Memantau status pernafasan: irama, frekuensi,
suara, dan retraksi dada
3. Mengatur posisi yang nyaman semifowler Nico
4. Melakukan suction sesuai indikasi
5. Berkolaborasi dengan dokter pemberian
inhalasi ventolin 1 respule per 8 jam
08-01-2021 2 1. Memantau tanda-tanda vital (suhu, RR, HR
15.00 WIB dan SpO2)
2. Mengkaji frekuensi atau kedalaman dan
kemudahan bernafas Nico
3. Mengobservasi warna kulit, membran mukosa
dan kuku.
4. Meninggikan kepala dan dorong untuk sering
mengubah posisi
5. Berkolaborasi dengan dokter pemberian
oksigen 2 lpm nasal prongs
15-01-2021 3 1. Memantau tanda-tanda vital (suhu dan HR)
15.30 WIB 2. Memotivasi anak dan keluarga untuk
meningkatkan asupan cairan per oral
3. Menganjurkan orang tua melakukan kompres Nico
hangat
4. Menganjurkan ibu untuk menggantikan
pakaian yang mudah menyerap keringat dari
bahan katun
5. Berkolaborasi pemberian Paracetamol sirup
4x5 ml
6. Berkolaborasi pemberian Injeksi Amikasin 150
mg/8 jam
7. Berkolaborasi pemberian cairan infuse RL 24
tts/mnt
49

E. Evaluasi Keperawatan

No. Tanggal/Jam Evaluasi Keperawatan Paraf


1. 06-01-2021 S: Ibu klien mengatakan anaknya masih batuk
16.20 WIB disertai dahak
O:
- Klien terlihat sesak napas Nico
- Ada sekret
- Ronki (+)
TTV:
N : 104x/menit
S : 39°C
RR: 46x/menit
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi 1-5 dilanjutkan
2. 06-01-2021 S: Ibu klien mengatakan anaknya masih sesak
16.30 WIB O:
- Klien terlihat sesak napas
- Klien terlihat gelisah Nico
- Klien terlihat pucat dan sianosis
TTV:
N : 104x/menit
S : 39°C
RR: 46x/menit
SpO2 : 92%
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi 1-5 dilanjutkan
3. 06-01-2021 S: Ibu klien mengatakan anaknya masih demam
16.40WIB O:
- Kulit teraba hangat
TTV: Nico
S : 39°C
N : 104x/menit
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi 1-7 dilanjutkan
4. 16-01-2021 S: Ibu klien mengatakan masih takut dengan
17.00WIB kondisi anaknya
O:
- Ibu klien terlihat gelisah dan cemas Nico
- Sering bertanya soal penyakit anaknya
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi 1-4 dilanjutkan
50

No. Tanggal/Jam Evaluasi Keperawatan Paraf


1. 07-01-2021 S: Ibu klien mengatakan anaknya batuk dan
16.00 WIB dahaknya mulai kerkurang
O:
- Klien terlihat sesak napas berkurang Nico
- Sekret berkurang
- Ronki (+)
TTV:
N : 96x/menit
S : 38°C
RR: 40x/menit
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi 1-5 dilanjutkan
2. 07-01-2021 S: Ibu klien mengatakan sesak anaknya sudah
16.20 WIB berkurang
O:
- Klien terlihat sesak napas berkurang Nico
- Klien tidak terlihat pucat
- Gelisah berkurang
TTV:
N : 96x/menit
S : 38°C
RR: 40x/menit
Spo2 : 96%
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi 1-5 dilanjutkan
3. 07-01-2021 S: Ibu klien mengatakan anaknya masih demam
16.40WIB O:
- Kulit teraba hangat
TTV: Nico
S : 38°C
N : 96x/menit
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi 1-7 dilanjutkan
4. 14-01-2021 S: Ibu klien mengatakan sudah paham dengan
16.50WIB kondisi anaknya
O:
- Ibu klien terlihat tenang dan tidak cemas Nico
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
51

No. Tanggal/Jam Evaluasi Keperawatan Paraf


1. 08-01-2021 S: Ibu klien mengatakan anaknya sudah tidak
16.00 WIB batuk
O:
- Klien terlihat tidak sesak napas Nico
- Tidak ada sekret
- Ronki (-)
TTV:
N : 85x/menit
S : 37°C
RR: 30x/menit
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
2. 15-01-2021 S: Ibu klien mengatakan anaknya sudah tidak
16.10 WIB sesak
O:
- Klien terlihat tidak sesak napas Nico
- Klien tidak terlihat pucat
- Gelisah tidak ada
TTV:
N : 85x/menit
S : 37°C
RR: 30x/menit
SpO2 : 98%
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
3. 15-01-2021 S: Ibu klien mengatakan anaknya sudah tidak
16.30WIB demam
O:
- Kulit teraba tidak hangat Nico
TTV:
S : 37°C
N : 85x/menit
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
52

ASUHAN KEPERAWATAN PADA An/By.Ny L DENGAN Hiperbillurubin DI RUANG


PERISTI RSUD dr. SOESELO SLAWI

1.PENGKAJIAN
Tanggal pengkajian : 22 Januari 2021
Tanggal masuk : 21 Januari 2021
A. Biodata
Identitas Klien
1. Nama/Nama panggilan : By. Ny. L
2. Tempat tgl lahir/usia : Tegal/9 hari
3. Jenis kelamin : Perempuan
4. Agama : Islam
5. Pendidikan :-
6. Alamat : Bojong 5/1
7. Tgl masuk : 21 Januari 2021
8. Tgl pengkajian : 22 Januari 2021
9. Diagnosa medik : Hiperbilirubin

Identitas Orang tua


1. Ayah
a. Nama : Tn W
b. Usia : 38 tahun.
c. Pendidikan : SMP
d. Pekerjaan : Dagang
e. Agama : Islam
f. Alamat : Bojong 5/1
2. Ibu
a. Nama : Ny L
b. Usia : 36 tahun
c. Pendidikan : SD
d. Pekerjaan : IRT
e. Agama : Islam
f. Alamat : Bojong 5/1
53

B. Riwayat kesehatan
1. Keluhan utama
Di rawat di ruang perinatology karena bayi kuning setelah lahir
2. Riwayat kesehatan sekarang
Ibu mengatakan kuning sejak lahir
3. Riwayat kesehatan keluarga
Anak pertama dan ketiga Ny. L lahir dengan kondisi normal/tidak ada kelainan.
4. Riwayat kesehatan masa lalu
Ibu mengatakan mempunyainriwayat diabetes saat kemhamilan ibu mengalami PEB
a. Kehamilan
 Gestasi : 34-35 mg
 Prenatal : PEB, oblight
 Intranatal : SC, spotan, BB : 3000 gr
 Postnatal : AS : 8-9-10

Status
0 1 2 1 mnt 5 mnt 10 mnt

Denyut jantung Tidak ada <100 >100 2 2 2


Pernafasan Tidak ada Takteratur Baik 2 2 2
Tonus otot Lemah Sedang Baik 1 1 2
Reka rangsang Tak ada Meringis Menangis 2 2 2
Warna kulit Biru/putih Merah jambu Merah jambu
1 2 2
ujung2 biru
Total APGAR :
8 9 10

b. Persalinan
 Jenis persalinan : SC
 Usia gestasi : 34-35 minggu
 Keadaan umum ibu : Sedang
c. Kelahiran
 Bayi lahir tanggal : 10.40 WIB
 BBL : 3000 gram
 Kondisi kesehatan : sedang
54

a. Alergi
Tidak ada
b. Pertumbuhan dan perkembangan : -
c. imunisasi :-

C. Pemeriksaanfisik (Head to toe)


Keadaan umum : sedang
TB/BB/LD/LK : 53 cm/3000 gr/33cm/35 cm
Mata : simetris, reflek cahaya +
Kepala : LK 35 cm, ubun-ubun kecil 0,5x0,5 cm ubun ubun besar
4x2 cm
Hidung : septum deviasi -,simetris, mucosa +
Mulut : bibir N, palatum +, lidah +, gigi -
Telinga : simetris, serumen -
Dada :lingkar dada 32 cm, simetris, retraksi
Jantung : Bising jantung -, denyut jantung 130 x/mnt CRT <2detik
Paru-paru : napas cepat, taktil fremitus seimbang kanan dan kiri
Abdomen : simetris, bising usus +, cembung, tali pusat steril.
Genitalia : perempuan,labia mayora/minora normal, anus +.
Eksternitas : cacat -
Kulit : merah, lanugo di wajah dan bahu +, kering, bercak
meconium pada kulit, kemerahan di sekitar tali pusat

Tanda-tanda vital
Suhu : 36,7 0C.
HR :130x/menit
RR : 56x/menit

D. Pengkajian reflek :
moro reflek -, tonik neck reflek, palmar graps reflek, walking reflek, rooting reflek,
sucking reflek +

E. Pengkajian fungsional
 Kebutuhan oksigenasi : meningkat
 Kebutuhan nutrisi dan cairan : meningkat
55

F. Pemeriksaan penunjang (Pemeriksaan laboratorium/radiologi, dll)


Tanggal 21/01/2021
Bilirubin total 14.5 mg/dl(normal 0.3-1)
Bilirubin direk 0,5 mg/dl(normal <0.20)
Bilirubin indirek 14 mg/dl(normal <0,80)
G. Terapi saat ini
- Ampicilin 2x165 mg(iv)
- Gentamicyn 1x16 mg(iv)
56

A. ANALISA DATA

Data Penyebab Masalah


DS: - Dokter mengatakan By.L Inkompatibilitas AB0 Ikterus Neonatus
tampak ikterik sejak 24jam
pertama kelahiran, bilirubin
grade III - IV, dan di
indikasikan untuk segera
mendapat fototerapi.
- Dokter mengatakan bayi
dengan rhesus golongan
darah berbeda dengan ibu.

- By.L tampak kuning pada


DO sklera, kuku, wajah, leher,
: pusar, lengan, dan paha.
- Bilirubin grade III-IV
- Hasil labor menunjukkan
bilirubin total 18,5 mg/dl
(normal 0,3-1), bilirubin
direk 0,8 mg/dl (normal
<0,20), bilirubin indirek 17,7
mg/dl (normal <0,80)
- Bayi tampak rewel dan
gelisah.
- By.T lahir cukup bulan
dengan usia kehamilan 38-
39minggu
- Ibu dengan riwayat
keputihan dan eksklamsia.
DS: - Bayi rewel dan menangis Efek fototerapi Hipertermi
- Perawat ruangan mengatakan
By.T mengalami peningkatan
suhu tubuh.
57

DO - Suhu 37,7°C.
- Bayi berkeringat saat panas.
:
- Fototerapi dua lampu
sementara dihentikan dan
diberikan intake cairan.
- Kulit teraba hangat.

DS: - Perawat ruangan mengatakan Intake cairan tidak Risiko kekurangan


By.L berisiko untuk adekuat dan efek volume cairan
kekurangan volume cairan fototerapi
karna fototerapi yang
DO diberikan dengan sinar
: intensitas tinggi.

- Kulit kering.
- Turgor kulit kurang elastis.
- Mukosa kering.
- Reflek sucking lemah.
- Bayi tampak gelisah.
- Produksi ASI ibu tidak
lancar,dan tidak dapat
dipompa..
DS: - Perawat ruangan mengatakan Hiperbilirubinemia Kerusakan integritas
kulit bayi terkelupas di kulit
hampir seluruh tubuh.

- Bayi tampak gelisah


DO - Kulit tampak terkelupas
- Kulit kering
:
- Turgor kulit kurang elastis.
- Intake cairan dan nutrisi per
3jam dengan susu formula
- By.T tidak terpasang OGT.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Ikterus neonatus berhubungan dengan inkompatibilitas AB0.
2. Hipertermi berhubungan dengan efek fototerapi.
3. Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan intake cairan yang
tidak adekuat dan efek fototerapi.
58

4. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan hiperbilirubinemia.

C. Intervensi
Keperawatan
No Diagnosa NOC NIC
Keperawatan
1 Ikterus Neonatus Setelah dilakukan 1. Fototerapi: neonatus
berhubungan asuhan keperawatan, a. Kaji ulang riwayat
dengan maka didapatkan maternal dan bayi
prematuritas kriteria: mengenai adanya
1. Adaptasi bayi baru faktor risiko
lahir terjadinya
a. Warna kulit (5) hyperbilirubinemia.
b. Mata bersih (5) b. Observasi tanda-tanda
c. Kadar bilirubin (warna) kuning.
(5) c. Periksa kadar serum
bilirubin, sesuai
2. Organisasi kebutuhan, sesuai
(Pengelolaan) bayi protokol dan
prematur permintaan dokter.
a. Warna kulit (5) d. Edukasikan keluarga
mengenai prosedur
3. Fungsi hati , resiko dalam perawatan
gangguan. isolasi.
a. Pertumbuhan dan e. Tutup mata bayi,
perkembangan hindari penekanan
bayi dalam yang berlebihan.
batas normal.(5) f. Ubah posisi bayi
b. Tanda-tanda vital setiap 4jam per
bayi dalam batas protokol.
normal(5).
2. Monitor tanda vital
a. Monitor nadi, suhu,
dan frekuensi
pernapasan dengan
tepat.
b. Monitor warna kulit,
suhu, dan
kelembaban.
2 Hipertermi Setelah dilakukan 1. Temperature regulation
berhubungan asuhan keperawatan, (pengaturan suhu)
dengan efek maka didapatkan a.Monitor sushu
fototerapi. kriteria: minimal tiap 2 jam.
b. Rencanakan
1. Termoregulasi. monitoring suhu
59

secara kontinyu.
a. berkeringat saat c.Monitor nadi dan RR.
panas (5) d. Monitor warna dan
b. gemetaran saat suhu kulit.
dingin.(5) e.sesuaikan suhu yang
c. Tingkat sesua dengan
pernafasan. (5) kebutuhan pasien.
f. Monitor tanda-tanda
hipertermi dan
2. Kontrol resiko : hipotermi.
hipertermi. g. Tingkatkan cairan
dan nutrisi.
a. Teridentifikasi h. Berikan antipiretik
nya tanda dan jika perlu.
gejala i. Gunakan kasur yang
hipertermi (5) dingin dan mandi air
b.Modifikasi hangat untuk
lingkungan perubahan suhu
untuk tubuh yang sesuai.
mengontrol
suhu tubuh (5) 2. Manajemen demam
a.Monitor suhu secara
kontinue
b.Monitor keluaran
cairan
c.Monitor warna kulit
dan suhu
d.Monitor masukan
dan keluaran.

3 Risiko kekurangan Setelah dilakukan Manajemen cairan


volume cairan b.d asuhan keperawatan, a. Monitor berat badan.
tidak adekuatnya maka didapatkan b. Timbang popok.
intake cairan, efek kriteria: c. Pertahankan catatan
fototerapi dan intake dan output yang
diare. Keseimbangan cairan. akurat.
d. Monitor vital sign.
e. Dorong masukan oral.
a. Intake dan f. Monitor pernafasan,
output tekanan darah, dan nadi.
seimbang g. Monitor status hidrasi
dalam 24 jam. (kelembapan membrane
(5) mukosa, nadi adekuat,
b. Turgor kulit tekanan darah
60

membaik (5) ortostatik).


h. Monitor warna, kuantitas
dan banyaknya keluaran
urin.
i. Berikan cairan yang
sesuai.
j. Monitor respon pasien
terhadap penambahan
cairan.
k. Monitor berat badan.

4 Risiko kerusakan Setelah dilakukan


integritas kulit b.d asuhan keperawatan, 1. Manajemen cairan
hiperbilirubinemia maka didapatkan a. Monitor berat badan.
dan diare. kriteria: b. Pertahankan catatan
intake dan output yang
1. Integritas jaringan : akurat.
kulit dan membran c. Dorong masukan oral.
d. Monitor status hidrasi
mukosa.
(kelembapan membran
a. Integritas kulit mukosa, nadi adekuat,
yang baik bisa tekanan darah
dipertahankan ortostatik).
(sensasi, e. Berikan cairan yang
elastisitas, sesuai.
hidrasi). (5)
b.Perfusi jaringan
2. Pressure management
baik. (5)
(Manajemen tekanan)
a. Anjurkan untuk
2. Kontrol resiko.
menggunakan pakaian
yang longgar.
integritas kulit
b. Hindari kerutan pada
neonatus kembali tempat tidur.
membaik. c. Jaga kebersihan kulit
Dengan kriteria hasil : agar tetap bersih dan
a. Faktor resiko kering.
teridentifikasi d. Mobilisasi (ubah posisi
(5) pasien) setiap dua jam
b. Faktor resiko sekali.
personal e. Monitor akan adanya
termonitor (5) kemerahan.
c. Faktor resiko f. Monitor aktivitas dan
lingkungan mobilisasi pasien.
termonitor. (5) g. Memandikan pasien
61

dengan sabun dan air


hangat.
IV. IMPLEMENTASI
HARI/
TGL/JAM NO.DX.KEP TINDAKAN RESPON TTD

Jum’at / Ikterus 1) Melakukan S:


22 Jan 2021 Neonatus ibu mengatakan
pengkajian ulang
/15.05 anaknya masih kuning
mengenai riwayat pada kulitnya
maternal dan bayi
mengenai adanya
faktor risiko
O:
terjadinya
- Tampak
hiperbilirubinemia.
2) Mengobservasi tanda- kuning pada
tanda ikterus.
sklera, kuku,
3) Menutup mata bayi
dengan penutup wajah, leher,
berwarna pusar, paha,
hitam, dan dan lengan.
- Bayi masih
hindari
tampak
penekanan. gelisah.
4) Mengubah posisi bayi - Fototerapi
per 4jam. masih
5) Memonitor warna dilanjutkan
kulit, suhu, dan - dengan dua
kelembaban. lampu
- Kulit masih
kering.

Hipertermi 1) Memonitor suhu bayi S:


setiap 3jam - ibu mengatakan
Jum’at / anaknya rewel
secara kontinyu.
22 Jan 2021 dan sering
2) Memonitor tanda-
/15.35 menangis dan
tanda hipertermi dan peningkatan
suhu pada
2

hipotermi dari hasil anaknya sudah


berkurang.
pengukuran
O:
suhu.
- Suhu 37,2°C.
3) Memonitor warna kulit
- Fototerapi
dan suhu.
dilanjutkan.
4) Meningkatkan nutrisi dan
- Monitor suhu
cairan setiap 3jam
tetap
dilakukan.
- Bayi sudah tidak
berkeringat
lagi.
S:
Ibu mengatakan
Jum’at / Risiko
anaknya masih rewel
22 Jan 2021 kekurangan 1) Melakukan penimbangan
/15.55 volume berat badan.
cairan 2 ) Meningkatkan intake
O:
cairan dan
5) nutrisi yang adekuat
- Kulit masih
terasa kering
- Turgor kulit
6) Mempertahankan
kurang elastis
masukan per oral - Mukosa kering
- Urine berwarna
agar cairan dan
pekat.
nutrisi terpenuhi - Kulit terkelupas
dan bibir
melalui ASI.
pecah-
7) Menimbang popok bayi
untuk menilai pecah.
pengeluaran atau output, - Reflek rooting
serte menilai warna dan kuat.
konsistensi urine bayi.

S:
Jum’at / Kerusakan
22 Jan 2021 integritas 1) menimbang berat badan
/16.05 kulit bayi. O:
2) mempertahankan intake
- Turgor kurang
dan output
elastis.
yang akurat. - Kulit kering.
3

3) mendorong masukan - Kulit terkelupas


oral pada bagian
4) memantau status wajah,
hidrasi seperti
leher, perut,
kelembapan mukosa dan hingga paha.
nadi.
- Kulit iritasi dan
5) menghindari kerutan
kemerahan
pada tempat tidur, pada
untuk mencegah
terjadinya iritasi karna
gesekan dengan alat
tenun.
6) mengubah posisi bayi
setiap dua jam
7) menilai aktivitas dan
mobilisasi bayi untuk
melihat kemampuan
gerakan bayi, bayi
bergerak aktif dan sering
rewel.

V. EVALUASI/CATATAN PERKEMBANGAN

TGL/JAM NO.DX.KEP PERKEMBANGAN TTD

Jumat / 1. S:
22 Jan - ibu mengatakan kuning pada
2021 /15.55
tubuh bayi masih ada.
O:
- Tampak kuning pada sklera,
kuku, wajah, leher, pusar,
paha, dan lengan.
4

- Bayi masih tampak gelisah.


- Fototerapi masih dilanjutkan
dengan dua lampu.
- Kulit masih kering.
A:
- Masalah hipertermi sudah
teratasi.
P:
Intervensi lanjutkan.

jumat / 2. S:
22 Jan - Ibu mengatakan anaknya rewel
2021 /15.55 dan sering menangis.
O:
- Suhu 37,2°C.
- Fototerapi dilanjutkan.
- Monitor suhu tetap dilakukan.
- Bayi sudah tidak berkeringat
lagi.
A:
- Masalah hipertermi sudah
teratasi.
P:
Intervensi lanjutkan.
Jumat / 22 3.
Jan 2021
/15.55 S :
- ibu mengatakan anaknya
sering rewel dan menangis
O

- Kulit masih terasa kering


- Turgor kulit kurang elastis
- Mukosa kering
- Urine berwarna pekat.
- Kulit terkelupas dan bibir
pecah-
pecah.
5

- Reflek rooting kuat.


A:
- Masalah risiko kekurangan
volume cairan belum
teratasi
P:
Jumat 4.
Intervensi dilanjutkan.
/22/jan/2021
16.05

S:

O:
- Turgor kurang elastis.
- Kulit kering.
- Kulit terkelupas pada bagian
wajah,
leher, perut, hingga paha.
Kulit iritasi dan kemerahan
pada
bagian
sekitar anus
A:
- Masalah kerusakan
integritas kulit belum
teratasi.
P:
Intervensi dilanjutkan
6

LAPORAN PELAKSANAAN SKRINING DENVER PADA An. A (2


THN)
PROGRAM PROFESI NERS
DI RUANG ANGGREK I RSUD dr. SOESELO SLAWI
7

Disusun Oleh :
NICO RIZKI HARDADI, S.Kep

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN DAN NERS


( PROGRAM TRANSFER )
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BHAKTI MANDALA HUSADA SLAWI
(STIKES BHAMADA SLAWI)
2020/2021

FORMAT LAPORAN DDST

LAPORAN PELAKSANAAN SKRINING DENVER II PADA AN. A (2 th)


DI RUANG ANGGREK 1 RSUD dr. SOESELO SLAWI
FORMAT LAPORAN DDST

LAPORAN PELAKSANAAN SKRINING DENVER II PADA AN. D (2 th)


DI RUANG ANGGREK 1 RSUD dr. SOESELO SLAWI
A. IDENTITAS ANAK
8

Nama : An. D
B. USIA PEMERIKSAAN
Tanggal pemeriksaan : 15-01-2021
Tanggal lahir : 10-01-2019
Usia An.A pada saat pemeriksaan adalah 2 tahun 5 hari
C. Alat yang digunakan
1. Lembar Denver
2. Alat Tulis
3. T-shirt
4. Alat makan
5. Boneka
6. Pensil
7. Kubus
8. Gambar
9. Bola
D. ASPEK PERKEMBANGAN YANG DINILAI DAN INTERPRETASI

SEKTOR PERSONAL SOSIAL

Aspek yang Dinilai Penilaian Interpretasi


1. Berpakaian tanpa bantuan R NORMAL
2. Memakai T-Shirt F COUTION
3. Menyebut nama teman P NORMAL
4. Cuci dan mengeringkan
P NORMAL
tangan
5. Gosok gigi dengan
P NORMAL
bantuan
6. Memakai baju F NORMAL
7. Menyuapi boneka P NORMAL
8. Membuka pakaian P NORMAL
9. Menggunakan
P NORMAL
sendok/garpu
10. Membantu di rumah P NORMAL
SEKTOR ADAPTIF-MOTORIK HALUS
Aspek yang Dinilai Penilaian Interpretasi
1. Mencontoh R NORMAL
9

2. Menggoyangkan ibu jari P NORMAL


3. Menara dari kubus R NORMAL
4. Meniru garis vertikal P NORMAL
5. Menara dari 6 kubus P NORMAL
6. Menara dari 4 kubus P NORMAL
7. Menara dari 2 kubus P NORMAL
8. Ambil manik – manik
P NORMAL
ditunjukkan
SEKTOR BAHASA
Aspek yang Dinilai Penilaian Interpretasi
1. Bicara semua dimengerti F NORMAL
2. Mengetahui 4 kegiatan F NORMAL
3. Kegunaan 3 benda F NORMAL
4. Menghitung 1 kubus P NORMAL
5. Kegunaan 2 benda F NORMAL
6. Menyebut 1 warna P NORMAL
7. Mengerti 2 kata sifat F NORMAL
8. Mengetahui 2 kegiatan F NORMAL
9. Menyebut 4 gambar F NORMAL
10. Bicara sebagian mengerti P NORMAL
11. Menunjuk 4 gambar F NORMAL
12. Bagian badan 6 P NORMAL
13. Menyebut 1 gambar P NORMAL
14. Kombinasi kata P NORMAL
15. Menunjuk 2 gambar P NORMAL
16. 6 kata P NORMAL
17. 3 kata P NORMAL
SEKTOR MOTORIK KASAR
Aspek yang Dinilai Penilaian Interpretasi
1. Berdiri 1 kaki 2 detik F NORMAL
2. Berdiri 1 kaki 1 detik P NORMAL
3. Loncat jauh P NORMAL
4. Melempar bola tangan
P NORMAL
keatas
5. Melompat P NORMAL
6. Menendang bola ke depan P NORMAL
7. Berjalan naik tangga P NORMAL
8. Lari P NORMAL

E. KESIMPULAN
10

Hanya ada 1 C pada 1 sektor : NORMAL


11

SATUAN ACARA PENYULUHAN

FEBRIS (DEMAM) PADA ANAK

Disusun oleh :

NICO RIZKI HARDADI, S.Kep

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN DAN NERS


( PROGRAM TRANSFER )
12

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


BHAKTI MANDALA HUSADA SLAWI
(STIKES BHAMADA SLAWI)
2020/2021

SATUAN ACARA PENYULUHAN


FEBRIS (DEMAM)

Bidang Studi : Keperawatan Anak


Topik : Febris
Sasaran : anak dan orang tua anak
Hari / Tanggal :
Jam :
Waktu : 30 Menit
Tempat : Ruang Anggrek RSUD dr Soeselo Slawi

A. Latar Belakang
Suatu tipe demam kadang-kadang dikaitkan dengan suatu penyakit tertentu
misalnya tipe demam intermiten untuk malaria. Seorang pasien dengan keluhan
demam mungkin dapat dihubungkan segera dengan suatu sebab yang jelas seperti:
abses, pneumonia, infeksi saluran kencing, malaria, tetapi kadang sama sekali
tidak dapat dihubungkan segera dengan suatu sebab yang jelas. Dalam praktek
90% dari para pasien dengan demam yang baru saja dialami, pada dasarnya
merupakan suatu penyakit yang self-limiting seperti influensa atau penyakit virus
13

sejenis lainnya. Namun hal ini tidak berarti kita tidak harus tetap waspada
terhadap infeksi bakterial. 
B. Tujuan
1 Tujuan Instruksional umum
Setelah proses penyuluhan diharapkan pasien dan keluarga pasien mengerti
tentang febris.
2 Tujuan Instruksional Khusus
a. Menjelaskan tentang pengertian febris
b. Menjelaskan tentang penyebab febris
c. Menjelaskan tanda dan gejala febris
d. Menjelaskan nutrisi untuk febris
e. Menjelaskan penatalaksanaan febris
f. Menjelaskan pencegahan dari febris
3 Materi
a. Pengertian dari febris
b. Penyebab dari febris
c. Tanda dan gejala dari febris
d. Akibat lanjut dari febris
e. Pencegahan dari febris
C. Jenis Kegiatan
Memberikan Pendidikan Kesehatan atau Penyuluhan tentang febris
D. Pengorganisasian
1. Waktu : 30 Menit
2. Alat : Leaflet
3. Metode : Diskusi/ Ceramah & Tanya Jawab
4. Tempat : Ruang Anggrek RSUD dr Soeselo Slawi
E. Peserta
1. Penyuluh/ Pemateri :
2. Pasien : Anak
14

F. Jalannya kegiatan penyuluhan

NO WAKTU KEGIATAN PENYULUHAN KEGIATAN PESERTA


1 3 menit Pembukaan : a. Menjawab Salam
a. Membukakegiatan dengan b. Mendengarkan dan
mengucapkan salam Memperhatikan
b. Memperkenalkan diri
c. Menjelaskan tujuan dari penyuluhan
d. Menyebutkan materi yang akan
diberikan
e. Menyampaikan kontrak waktu

2 15 menit Pelaksanaan : a. Mendengarkan dan


Penyampaian materi oleh pemateri: menyimak materi
a. Menggali pengetahuan peserta ceramah
tentang febris
b. Menjelaskan tentang pengertian febris
c. Menjelaskan tentang penyebab/ faktor
febris
d. Menyebutkan tentang  tanda dan gejala
febris
e. Menjelaskan pencegahan febris

3 10 menit Evaluasi : a. Bertanya &Menjawab


1. Menyimpulkan isi penyuluhan pertanyaan
2. Menyampaikan secara singkat materi
penyuluhan
3. Memberi kesempatan kepada pasien
untuk bertanya
15

4. Memberikan kesempatan kepada pasien


untuk menjawab pertanyaan yang di
lontarkan

4 2 menit Penutup a. Menjawab salam


1. Menyimpulkan materi yang telah
disampaikan
2. Menyampaikan terima kasih atas
waktunya yang telah diberikan oleh
peserta atau pasien
3. Mengucapkan salam

G. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Klien Mengikuti Penyuluhan
b. Kegiatan Berlangsung sesuai dengan waktu yang telah ditentukan
c. Penyuluh dapat menyediakan media sesuai dengan yang telah direncanakan
2. Evaluasi Proses
a. Klien yang mengikuti penyuluhan dapat berperan aktif dalam penyuluhan
dan diskusi
b. Selama kegiatan berlangsung klien tidak meninggalkan tempat
c. Klien memperhatikan penyuluhan
d. Kriteria Hasil
Keluarga dan Klien dapat menyebutkan dan mengerti tentang pengertian,
penyebab, tanda dan gejala, akibat lanjut, pencegahan penyakit febris
16

MATERI PENYULUHAN
FEBRIS (DEMAM)

A. Pengertian

Demam terjadi karena pelepasan pirogen dari dalam leukosit yang


sebelumnya telah terangsang oleh pirogen eksogen yang dapat berasal dari
mikroorganisme atau merupakan suatu hasil reaksi imunologik yang tidak
berdasarkan suatu infeksi (Noer, Sjaifoellah,2004).
Demam (febris) adalah suatu reaksifisiologis tubuh yang kompleks terhadap
penyakit yang ditandai dengan meningkatnya suhu tubuh diatas nilai normal
akibat rangsangan zat pirogen terhadap pengatur suhu tubuh di hipotalamus
(Smeltzer, Suzanna C.2001)
Suhu normal tubuh manusia berkisar antara 36.5-37.2 ˚C. Suhu subnormal
yaitu <36.5 ˚C, hipotermia merupakan suhu <35 ˚C. Demam terjadi jika suhu
>37.2 ˚C. hiperpireksia merupakan suhu ≥41.2 ˚C. Terdapat perbedaan
pengukuran suhu di oral, aksila, dan rectal sekitar 0.5 ˚C; suhu rectal > suhu oral
> suhu aksila. 
Suatu tipe demam kadang-kadang dikaitkan dengan suatu penyakit tertentu
misalnya tipe demam intermiten untuk malaria. Seorang pasien dengan keluhan
demam mungkin dapat dihubungkan segera dengan suatu sebab yang jelas
seperti: abses, pneumonia, infeksi saluran kencing, malaria, tetapi kadang sama
sekali tidak dapat dihubungkan segera dengan suatu sebab yang jelas. Dalam
praktek 90% dari para pasien dengan demam yang baru saja dialami, pada
dasarnya merupakan suatu penyakit yang self-limiting seperti influensa atau
penyakit virus sejenis lainnya. Namun hal ini tidak berarti kita tidak harus tetap
waspada terhadap infeksi bakterial. 
Tipe demam yang mungkin kita jumpai antara lain :
17

1. Demam septic
Suhu badan berangsur naik ketingkat yang tinggi sekali pada malam hari dan
turun kembali ketingkat diatas normal pada pagi hari. Sering disertai keluhan
menggigil dan berkeringat. Bila demam yang tinggi tersebut turun ketingkat
yang normal dinamakan juga demam hektik. 
2. Demam remiten
Suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapai suhu badan
normal. Penyebab suhu yang mungkin tercatat dapat mencapai dua derajat dan
tidak sebesar perbedaan suhu yang dicatat demam septik.

3. Demam intermiten
Suhu badan turun ketingkat yang normal selama beberapa jam dalam satu
hari. Bila demam seperti ini terjadi dalam dua hari sekali disebut tersiana dan
bila terjadi dua hari terbebas demam diantara dua serangan demam disebut
kuartana.
4. Demam kontinyu
Variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu derajat. Pada tingkat
demam yang terus menerus tinggi sekali disebut hiperpireksia.
5. Demam siklik
Terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang diikuti oleh beberapa
periode bebas demam untuk beberapa hari yang kemudian diikuti oleh
kenaikan suhu seperti semula.

B. Etiologi
Penyebab demam selain infeksi juga dapat disebabkan oleh keadaan toksemia,
keganasan atau reaksi terhadap pemakaian obat, juga gangguan pada pusat
regulasi suhu sentral (misalnya : perdarahan otak, koma). Pada dasarnya untuk
18

mencapai diagnosis penyebab demam diperlukan antara lain: ketelitian


pengambilan riwayat penyakit pasien, pelaksanaan pemeriksaan fisik, observasi
perjalanan penyakit, dan evaluasi pemeriksaan laboratorium serta penunjang lain
secara tepat dan holistik.
Beberapa hal khusus perlu diperhatikan pada demam adalah cara timbul
demam, lama demam, sifat harian demam, tinggi demam serta keluhan dan gejala
lain yang menyertai demam.Demam belum terdiagnosa adalah suatu keadaan
dimana seorang pasien mengalami demam terus menerus selama 3 minggu
dengan suhu badan diatas 38,3 ºC dan tetap belum ditemukan penyebabnya
walaupun telah diteliti ssatu minggu secara intensif dengan menggunakan sarana
laboratorium dan penunjang lainnya.

C. Tanda dan Gejala


1. Suhu lebih tinggi dari 37,5 C
2. Kulit kemerahan
3. Hangat pada sentuhan
4. Peningkatan frekuensi pernapasan
5. Menggigil
6. Bibir tampak kering
7. Kehilangan nafsu makan

D. Komplikasi
1. Takikardia ( Nadi> 100 x/menit )
2. Dehidrasi
3. Gagal jantung
4. Kelainan katub pulmonal
5. Kematian
19

E. Penatalaksaan Medik
1. Bukalah pakaian dan selimut yang berlebihan
2. Memperhatikan aliran udara di dalam ruangan
3. Jalan nafas harus terbuka untuk mencegah terputusnya suplai oksigen ke otak
yang akanberakibat rusaknya sel – sel otak.
4. Berikan cairan melalui mulut, minum sebanyak –banyaknya. Minuman yang
diberikan dapat berupa air putih, susu, air buah atau air teh. Tujuannnya
adalah agar cairan tubuh yang menguap akibat naiknya suhu tubuh
memperoleh gantinya.
5. Tidur yang cukup agar metabolisme berkurang
6. Kompres dengan air biasa pada dahi, ketiak,lipat paha. Tujuannya untuk
menurunkan suhu tubuh dipermukaan tubuh anak. Turunnya suhu tubuh
dipermukaan tubuh ini dapat terjadi karena panas tubuh digunakan untuk
menguapkan air pada kain kompres. Jangan menggunakan air es karena justru
akan membuat pembuluh darah menyempit dan panas tidak dapat keluar.
Menggunakan alkohol dapat menyebabkan iritasi dan intoksikasi (keracunan).
7. Saat ini yang lazim digunakan adalah dengan kompres hangat suam-suam
kuku. Kompres air hangat atau suam-suam kuku maka suhu di luar terasa
hangat dan tubuh akan menginterpretasikan bahwa suhu diluar cukup panas.
Dengan demikian tubuh akan menurunkan kontrol pengatur suhu di otak
supaya tidak meningkatkan pengatur suhu tubuh lagi. Di samping itu
lingkungan luar yang hangat akan membuat pembuluh darah tepi di kulit
melebar atau mengalami vasodilatasi, juga akan membuat pori-pori kulit
terbuka sehingga akan mempermudah pengeluaran panas dari tubuh.
8. Obat-obatan Antipiretik
Antipiretik bekerja secara sentral menurunkan suhu di pusat pengatur suhu di
hipotalamus. Antipiretik berguna untuk mencegah pembentukan prostaglandin
dengan jalan menghambat enzim cyclooxygenase sehinga set point
hipotalamus direndahkan kembali menjadi normal yang mana diperintah
20

memproduksi panas diatas normal dan mengurangi pengeluaran panas tidak


ada lagi.

F. Merawat Malnutrisi
1 Jika panas diberikan obat penurun panas sesuai aturan dokter
2 Beri minum lebih banyak dari biasanya
3 Kompres dengan air biasa pada dahi, ketiak,lipat paha. Tujuannya untuk
menurunkan suhu tubuh dipermukaan tubuh anak. Turunnya suhu tubuh
dipermukaan tubuh ini dapat terjadi karena panas tubuh digunakan untuk
menguapkan air pada kain kompres. Jangan menggunakan air es karena justru
akan membuat pembuluh darah menyempit dan panas tidak dapat keluar.
Menggunakan alkohol dapat menyebabkan iritasi dan intoksikasi (keracunan).
4 Berikan ramuan segelas air hangat yang dicampur dengan gula merah dan
asam secukupnya

G. Pencegahan
1 Menjaga asupan makanan
2 Menghangatkan diri bila cuaca dingin/hujan
3 Menjaga lingkungan rumah agar terhindar dari virus dan bakteri
4 Hindari polusi udara yang kotor
5 Menambah ventilasi yang adekuat
6 Membersihkan rumah serta lingkungannya
7 Menjaga kebersihan tempat pembuangan sampah
8 Menyediakan air yang memenuhi syarat
21

DAFTAR PUSTAKA

Smeltzer, Suzanna C.2001.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Alih


Bahasa Agung Waluyo Edisi 8. Jakarta: EGC
Suryono, Slamet.2001.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: FKUI
Susan, Martyn Tucker et al.2000.Standar Perawatan Pasien.Jakarta: EGC
22
LEAFLET Adalah suatu keadaan saat suhu
Demam(febris) badan melebihi 370C yang

disebabkan oleh penyakit atau

peradangan.
3. Diare
Demam bukan penyakit melainkan

gejala suatu penyakit.

B.Tanda dan Gejala

Oleh : 1. Batuk

NICO RIZKI HARDADI, S.Kep

C. Penyebab Demam

 Inveksi virus dan bakteri

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN & NERS


 Flu & masuk angin
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BHAKTI
MANDALA HUSADA SLAWI  Radang tenggorokan
2020/2021

A. Pengertian Demam 2. Muntah


2

 Diare disebabkan

bacterial/diare disebabkan E. Pencegahan Demam

virus 1. Menjaga kebersihan

makanan

2. Menjaga kebersihan badan

3. Menjaga kebersihan

lingkungan

F. Mengatasi Demam

1. Minum banyak karena demam


D. Fase – fase demam
menimbulkan dehidrasi
1. Menggigil sampai suhu tubuh 2. Kompres anak dengan air
mencapai puncaknya. hangat
2. Lalu menetap. 3. Beri obat penurun panas
3. Dan baru suhu tubuhnya

akan turun.
LAPORAN TERAPI BERMAIN PADA ANAK USIA SEKOLAH DI
RUANG ANGGREK 1 RSUD dr. SOESELO SLAWI KABUPATEN
TEGAL

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK NERS SOESELO
ANGGIT SETIO NUGROHO NIM : D002090
ARIS BUDIONO NIM : D002092
BAMBANG SUTORO NIM : D002094
BERTHA BAYU BINTARTI NIM : D002096
DEWI PUSPITA SARI NIM : D002098
NICO RIZKY HARDADI NIM : D002109
WIDIANI NIM : D002119
YESI DWI RATNAWATI NIM : D002120

PROGRAM STUDI PROFESI NERS JALUR TRANSFER


STIKES BHAKTI MANDALA HUSADA SLAWI
2020-2021
2

BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Aktivitas bermain merupakan salah satu stimulasi bagi perkembangan anak
secara optimal. Dalam kondisi sakit atau anak dirawat di rumah sakit, aktivitas
bermain ini tetap dilaksanakan, namun harus disesuaikan dengan kondisi anak.
Pada saat dirawat di rumah sakit, anak akan mengalami berbagai perasaan yang
sangat tidak menyenangkan, seperti marah, takut, cemas, sedih, dan nyeri.
Perasaan tersebut merupakan dampak dari hospitalisasi yang dialami anak karena
menghadapi beberapa stressor yang ada dilingkungan rumah sakit. Untuk itu,
dengan  melakukan  permainan  anak  akan  terlepas dari  ketegangan dan stress
yang dialaminya karena dengan melakukan permainan anak akan
dapat mengalihkan rasa sakitnya pada permainannya (distraksi) dan relaksasi
melalui kesenangannya melakukan permainan. Tujuan bermain di rumah sakit
pada prinsipnya adalah agar dapat melanjutkan fase pertumbuhan dan
perkembangan secara optimal, mengembangkan kreatifitas anak, dan dapat
beradaptasi lebih efektif terhadap stress. Bermain sangat penting bagi mental,
emosional, dan kesejahteraan anak seperti kebutuhan perkembangan dan
kebutuhan bermain tidak juga terhenti pada saat anak sakit atau anak di rumah
sakit (Wong, 2009).
Puzzle game merupakan permainan yang tidak hanya berfungsi sebagai
hiburan, tetapi juga dapat melatih kemampuan otak. Berdasarkan penelitian
seorang ahli saraf bernama Ian Robertson, puzzel dapat meningkatkan
kemampuan mental. Selain itu, permainan ini juga dapat mencegah penyakit
Alzheimer dan hilang ingatan(Baras, 2010)
Bermain ini menggunakan objek yang dapat melatih kemampuan
keterampilan anak yang diharapkan mampu untuk berkreatif dan terampil dalam
sebagai hal. Sifat permainan ini adalah sifat aktif dimana anak selalu ingin
mencoba kemampuan dalam keterampilan tertentu seperti bermain dalam puzzel
gambar, disini anak selalu dipacu untuk selalu terampil dalam meletakkan
gambar yang telah di bongkar.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
3

Setelah dilakukan tindakan program bermain pada anak usia sekolah (6-12
tahun) selama kurang lebih 30 menit diharapkan anak dapat
mengekspresikan perasaaannya dan menurunkan kecemasannya serta dapat
melanjutkan tumbuh kembang anak yang normal atau sehat,
mengembangkan aktifitas dan kreatifitas melalui pengalaman bermain dan
beradaptasi efektif terhadap stress karena penyakit dan dirawat.
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti permainan selama 30 menit anak akan mampu:
a. Mengembangkan kreativitas dan daya pikirnya
b. Mengekspresikan perasaannya selama menjalani perawatan.
c. Mengekspresikan rasa senangnya terhadap permainan
d. Beradaptasi dengan lingkungan
e. Mempererat hubungan antara perawat dan anak

BAB II
DESKRIPSI KASUS
4

A. SASARAN DAN KARAKTERISTIKNYA


Sasaran dan karakteristiknya adalah :
1. Anak usia sekolah (usia 6-12 tahun)
2. Anak yang dirawat dikelas 3 Ruang Anggrek 1 RSUD dr. Soeselo Slawi
Kabupaten Tegal
3. Anak dengan komunikasi verbal baik
4. Tidak mempunyai keterbatasan fisik atau akibat terapi yang lain yang dapat
menghalangi proses terapi bermain
5. Kooperatif dan mampu mengikuti proses kegiatan sampai selesai\
6. Anak yang mau berpartisipasi dalam terapi bermain menyusun puzzle

B. ANALISA KASUS
Anak usia sekolah berkembang dari perilaku sensori motorik sebagai alat
pembelajaran dan berinteraksi dengan lingkungan menjadi pembentuk pikiran
simbolik. Anak juga belajar untuk berpartisipasi dalam percakapan sosial. Dalam
aktifitas bermain, anak memiliki kehidupan fantasi aktif, menunjukkan
eksperimentasi dengan ketrampilan baru dan permainan, peningkatan aktifitas
bermain, anak dapat menggunakan dan mengendalikan dirinya sendiri. Menurut
Marjorie mengatakan bahwa anak prasekolah merupakan masa antusiasme,
bertenaga, aktivitas, kreativitas, otonomi, sosial tinggi dan independen.
Karakteristik sasaran adalah anak-anak usia sekolah (6-12 tahun) yang
dirawat di ruang perawatan anak Anggrek 1 RSUD dr. Soeselo Slawi Kabupaten
Tegal berjumlah 7 anak dengan kriteria :
 Tidak bedrest total
 Tidak kejang
 Tidak panas/bebas demam
 Bersedia mengikuti permainan/terapi

1. Pengertian Bermain Puzzel


Bermain merupakan suatu aktivitas dimana anak dapat melakukan atau
mempraktikkan keterampilan, memberikan ekspresi terhadap pemikiran,
menjadi kreatif, mempersiapkan diri untuk berperan dan berpilaku dewasa.
(aziz alimul, 2009)
Bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan atau tanpa
mempergunakan alat yang menghasilkan atau memberikan informasi,
5

memberi kesenangan maupun mengembangkan imajinasi anak (Anggani


Sudono, 2000).
Menurut Patmonodewo (Misbach, Muzamil, 2010) kata puzzle berasal
dari bahasa Inggris yang berarti teka-teki atau bongkar pasang, media puzzle
merupakan media sederhana yang dimainkan dengan bongkar pasang.
Berdasarkan pengertian tentang media puzzle, maka dapat disimpulkan
bahwa media puzzle merupakan alat permainan edukatif yang dapat
merangsang kemampuan matematika anak, yang dimainkan dengan cara
membongkar pasang kepingan puzzle berdasarkan pasangannya.
2. Tujuan Bermain Puzzel
Tujuan brmain pada anak yaitu memberikan kesenangan maupun
mengembangkan imajinsi anak. Sebagai suatu aktifitas yang memberikan
stimulus dalam kemampuan keterampilan, kognitif, dan afektif sehingga
anak akan selau mengenal dunia, maupun mengembangkan kematangan
fisik, emosional, dan mental sehingga akan membuat anak tumbuh menjadi
anak yang kreatif, cerdas dan penuh inovatif.
3. Fungsi Bermain Puzzel
Fungsi utama bermain adalah merangsang perkembangan sensoris-
motorik, perkembangan intelektual, perkembangan social, perkembangan
kreativitas, perkembangan kesadaran diri, perkembangan moral dan bermain
sebagai terapi.

a. Perkembangan Sensoris – Motorik


Pada saat melakukan permainan, aktivitas sensoris-motorik
merupakan komponen terbesar yang digunakan anak dan bermain aktif
sangat penting untuk perkembangan fungsi otot. Misalnya, alat
permainan yang digunakan untuk bayi yang mengembangkan
kemampuan sensoris-motorik dan alat permainan untuk anak usia
toddler dan prasekolah yang banyak membantu perkembangan aktivitas
motorik baik kasar maupun halus.
b. Perkembangan Intelektual
Pada saat bermain, anak melakukan eksplorasi dan manipulasi
terhadap segala sesuatu yang ada di lingkungan sekitarnya, terutama
mengenal warna, bentuk, ukuran, tekstur dan membedakan objek. Pada
saat bermain pula anak akan melatih diri untuk memecahkan masalah.
6

Pada saat anak bermain mobil-mobilan, kemudian bannya terlepas dan


anak dapat memperbaikinya maka ia telah belajar memecahkan
masalahnya melalui eksplorasi alat mainannya dan untuk mencapai
kemampuan ini, anak menggunakan daya pikir dan imajinasinya
semaksimal mungkin. Semakin sering anak melakukan eksplorasi
seperti ini akan semakin terlatih kemampuan intelektualnya.
c. Perkembangan Social
Perkembangan social ditandai dengan kemampuan berinteraksi
dengan lingkungannya. Melalui kegiatan bermain, anak akan belajar
memberi dan menerima. Bermain dengan orang lain akan membantu
anak untuk mengembangkan hubungan social dan belajar memecahkan
masalah dari hubungan tersebut. Pada saat melakukan aktivitas bermain,
anak belajar berinteraksi dengan teman, memahami bahasa lawan
bicara, dan belajar tentang nilai social yang ada pada kelompoknya. Hal
ini terjadi terutama pada anak usia sekolah dan remaja. Meskipun
demikian, anak usia toddler dan prasekolah adalah tahapan awal bagi
anak untuk meluaskan aktivitas sosialnya dilingkungan keluarga.
d. Perkembangan Kreativitas
Berkreasi adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu dan
mewujudkannya kedalam bentuk objek dan/atau kegiatan yang
dilakukannya. Melalui kegiatan bermain, anak akan belajar dan
mencoba untuk merealisasikan ide-idenya. Misalnya, dengan
membongkar dan memasang satu alat permainan akan merangsang
kreativitasnya untuk semakin berkembang.

e. Perkembangan Kesadaran Diri


Melalui bermain, anak mengembangkan kemampuannya dalam
mengatur mengatur tingkah laku. Anak juga akan belajar mengenal
kemampuannya dan membandingkannya dengan orang lain dan menguji
kemampuannya dengan mencoba peran-peran baru dan mengetahui
dampak tingkah lakunya terhadap orang lain. Misalnya, jika anak
mengambil mainan temannya sehingga temannya menangis, anak akan
belajar mengembangkan diri bahwa perilakunya menyakiti teman.
Dalam hal ini penting peran orang tua untuk menanamkan nilai moral
7

dan etika, terutama dalam kaitannya dengan kemampuan untuk


memahami dampak positif dan negatif dari perilakunya terhadap orang
lain
f. Perkembangan Moral
Anak mempelajari nilai benar dan salah dari lingkungannya,
terutama dari orang tua dan guru. Dengan melakukan aktivitas bermain,
anak akan mendapatkan kesempatan untuk menerapkan nilai-nilai
tersebut sehingga dapat diterima di lingkungannya dan dapat
menyesuaikan diri dengan aturan-aturan kelompok yang ada dalam
lingkungannya. Melalui kegiatan bermain anak juga akan belajar nilai
moral dan etika, belajar membedakan mana yang benar dan mana yang
salah, serta belajar bertanggung-jawab atas segala tindakan yang telah
dilakukannya. Misalnya, merebut mainan teman merupakan perbuatan
yang tidak baik dan membereskan alat permainan sesudah bermain
adalah membelajarkan anak untuk bertanggung-jawab terhadap tindakan
serta barang yang dimilikinya. Sesuai dengan kemampuan kognitifnya,
bagi anak usia toddler dan prasekolah, permainan adalah media yang
efektif untuk mengembangkan nilai moral dibandingkan dengan
memberikan nasihat. Oleh karena itu, penting peran orang tua untuk
mengawasi anak saat anak melakukan aktivitas bermain dan
mengajarkan nilai moral, seperti baik/buruk atau benar/salah.
4. Analisa Permainan Puzzle
Puzzle merupkan salah satu alat bermain yang dapat membantu
perkembangan psikososial pada anak usia prasekolah. Puzzle merupakan alat
permainan asosiatif sederhana. Permainan mengenai terapi bermain
menggunakan puzzle untuk mengatasi kecemasan sendiri telah dilakukan,
dengan hasil terapi bermain puzzle dapat mengatasi kecemasan pada anak
yang dihospitalisasi (Mutiah, 2015).
Penelitian oleh Kaluas (2015) juga menyatakan bahwa bermain puzzle
dapat menurunkan kecemasan pada anak. Hal ini karena saat bermain puzzle
anak dituntut untuk sabar dan tekun dalam merangkainya. Lambat laun hal
ini akan berakibat pada mental anak sehingga anak terbiasa bersikap tenang,
tekun, dan sabar dalam menghadapi sesuatu. Bermain puzzle tidak hanya
memiliki manfaat untuk mengatasi kecemasan namun juga membantu untuk
perkembangan anak (Pratiwi & Deswita, 2013)
8

BAB III
METODOLOGI BERMAIN

A. JUDUL PERMAINAN
Terapi bermain Puzzle pada anak usia sekolah (6-12 tahun)
B. DESKRIPSI PERMAINAN
Puzzle merupkan salah satu alat bermain yang dapat membantu perkembangan
psikososial pada anak usia prasekolah. Puzzle merupakan alat permainan
9

asosiatif sederhana. Permainan mengenai terapi bermain menggunakan puzzle


untuk mengatasi kecemasan sendiri telah dilakukan, dengan hasil terapi bermain
puzzle dapat mengatasi kecemasan pada anak yang dihospitalisasi (Mutiah,
2015).
C. TUJUAN PERMAINAN
Mengoptimalkan Tingkat Perkembangan Anak dan mengurangi kecemasan pada
anak selama dirawat di Rumah sakit supaya anak dapat bersosialisasi dengan
orang lain dan dapat mengekpresikan imajinasi anak.
D. KETRAMPILAN YANG DIPERLUKAN
Membongkar dan memasang kepingan puzzle sesuai dengan gambarnya
E. JENIS PERMAINAN
Permainan menyusun puzzle
F. ALAT YANG DIPERLUKAN
Ruangan tempat bermain, Tikar untuk duduk, Media puzzle yang belum disusun
G. WAKTU PELAKSANAAN
Hari/ tanggal : Jum’at/ 22 Januari 2021,
Waktu dan durasi : dimulai pukul 14 s.d. selesai
Tempat : Ruang bermain Ruang Anggrek 1
H. PROSES BERMAIN
1. Fase orientasi.
Leader : mengucapkan salam dan memperkenalkan diri dan anggota
kelompok lain peserta memperkenalkan diri satu persatu. menjelaskan tujuan
dan aturan bemain.
2. Fase Kerja
a. Leader berdiri di depan 
b. Leader mengatur posisi klien
c. Fasilitator menyiapkan peralatan bermain
d. Fasilitator memberi motivasi kepada anak untuk menyusun Puzzle dengan
cara :
1) Menyediakan kertas puzzel bergambar
2) Membongkar kertas pazzel
3) Memberitahu anak untuk memasang kembali kertas pazzel sesuai
pasangannya masing
4) Menganjurkan lebih baik pada bagian ujung kertas terlebih dahulu
5) Setelah itu bagian samping dengan sesuai pasangannya
10

6) Anak dianjurkan mengerjakan sampai selesai sesuai dengan gambar


seperti semula sebelum kertas puzzel di bongkar
7) Jika ada peserta yang sudah selesai menyusun puzzle harus menunjuk
tangan dan memberitahukan fasilitator 
8) Jika ada peserta yang gagal menyusun puzzle, fasilitator menanyakan
alasan kalau mungkin motivasi kembali kegiatan
e. Observer mengamati jalannya kegiatan dan respon selama program
bermain
3. Fase terminasi.
a. Evaluasi respon subyektif : leader menanyakan perasaan klien setelah
mengikuti program bermain. 
b. Evaluasi respon obyektif : observer mengobservasi perilaku peserta selama
kegiatan terkait dengan tujuan
c. Tindak lanjut : menganjurkan kepada masing- masing anak untuk
menyebutkan Puzzle yang telah disusun.
I. HAL-HAL YANG PERLU DI WASPADAI
1. Usia anak tidak dalam fase yang sama
2. Pasien tidak kooperatif atau tidak antusias terhadap permainan
3. Adanya jadwal kegiatan pemeriksaan terhadap pasien pada waktu yang
bersamaan
4. keamanan dalam permainan dan
5. kenyamanan anak selama mengikuti terapi bermain.
J. ANTISIPASI MEMINIMALKAN HAMBATAN
Dalam meminimalkan hambatan, fasilitator mempersiapkan :
1. Semua yang dibutuhkan dalam terapi bermain terkait dengan peralatan yang
akan digunakan
2. Mencari pasien dengan kelompok usia yang sama
3. Mendampingi anak selama mengikuti terapi bermain
4. Libatkan orang tua dalam proses terapi bermain
5. Jika anak tidak kooperatif, ajak anak bermain secara perlahan-lahan
6. Perawat lebih aktif dalam memfokuskan pasien terhadap permainan
7. Kolaborasi jadwal kegiatan pemeriksaan pasien dengan tenaga kesehatan
lainnya.
11

K. PENGORGANISASIAN DAN DENAH BERMAIN


1. Pengorganisasian
Susunan sebagai berikut:
Pembimbing Akademik : Khodijah, M.Kep.
Pembimbing Klinik         : Nurjanah, S.Kep.,Ns.
Leader/ Ketua    : Bambang Sutoro
Fasilitator : Anggit Setio Nugroho
Aris Budiono
Bertha Bayu Bintarti
Dewi Puspita Sari

Observer : Nico Rizky Hardadi


Widiani
Yesi Dwi Ratnawati

Uraian Tugas
a. Leader 
1) Menjelaskan tujuan dan aturan bermain
2) Memulai dan memimpin permainan
3) Mengarahkan proses kegiatan pada anggota kelompok 
4) Menjelaskan aturan bermain pada anak
5) Mengevaluasi perasaan setelah pelaksanaan 
b. Fasilitator 
1) Menyiapkan alat-alat permainan
2) Mendampingi dan memberi motivasi kepada anak untuk menyusun
Puzzle
3) Membantu anak apabila mengalami kesulitan saat bermain
4) Mempertahankan kehadiran anak
5) Mencegah gangguan / hambatan terhadap anak baik luar maupun
dalam.
c. Observer 
1) Mencatat dan mengamati respon anak selama permainan berlangsung
baik secara verbal dan non verbal.
12

2) Mencatat seluruh proses yang dikaji dan semua perubahan perilaku.


3) Mencatat dan mengamati peserta aktif dari program bermain.
4) Melakukan evaluasi proses dan hasil permainan
b. Denah Bermain
Keterangan gambar :
= Leader
= Fasilitator
= Observer
= Anak

L. KRITERIA EVALUASI (STRUKTUR, PROSES, HASIL)


1. Evaluasi struktur yang diharapkan
a. Peralatan bermain seperti Puzzle sudah tersedia
b. Lingkungan yang cukup memadai untuk syarat bermain
c. Waktu pelaksanaan terapi bermain dimulai tepat waktu
2. Evaluasi proses yang diharapkan
a. Leader dapat memimpin jalannya permainan, dilakukan dengan tertib dan
teratur
b. Fasilitator dapat memfasilitasi dan memotivasi anak dalam permainan
c. 80 % anak dapat mengikuti permainan secara aktif dari awal sampai akhir
d. Tidak adanya hambatan saat melakukan terapi
e. Semua anggota kelompok dapat bekerja sama dan bekerja sesuai tugasnya
3. Evaluasi hasil yang diharapkan
a. Anak dapat mengembangkan motorik halus dengan menghasilkan satu
gambar yang tersusun
b. Anak dapat mengikuti kegiatan dengan baik
c. Anak merasa senang
d. Anak tidak takut lagi dengan perawat
e. Orang tua dapat mendampingi kegiatan anak sampai selesai
13

f. Orang tua mengungkapkan manfaat yang dirasakan dengan aktifitas


bermain

BAB IV
PELAKSANAAN BERMAIN

A. TAHAP PERSIAPAN
B. PELAKSANAAN KEGIATAN
C. EVALUASI (STRUKTUR, PROSES, HASIL)
D. FAKTOR PENDUKUNG
E. HAMBATAN
F. KEBERHASILAN

BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Bermain merupakan aspek penting dalam kehidupan anak yang
mencerminkan kemampuan fisik, intelektual, emosional, dan social anak
tersebut, Salah satunya adalah puzzel. Menurut Patmonodewo (Misbach,
Muzamil, 2010) kata puzzle berasal dari bahasa Inggris yang berarti teka-teki
atau bongkar pasang, media puzzle merupakan media sederhana yang dimainkan
dengan bongkar pasang.
Berdasarkan pengertian tentang media puzzle, maka dapat disimpulkan
bahwa media puzzle merupakan alat permainan edukatif yang dapat
merangsang kemampuan matematika anak, yang dimainkan dengan cara
membongkar pasang kepingan puzzle berdasarkan pasangannya.
14

B. SARAN
1. Orang tua
Sebaiknya orang tua lebih selektif dalam memilih permainan bagi anak agar
anak dapat tumbuh dengan optimal. Pemilihan permainan yang tepat dapat
menjadi poin penting dari stimulus yang akan didapat dari permainan
tersebut. Faktor keamanan dari permainan yang dipilih juga harus tetap
diperhatikan.
2. Rumah Sakit
Sebagai tempat pelayanan kesehatan, sebaiknya rumah sakit dapat
meminimalkan trauma yang akan anak dapatkan dari hospitalisasi dengan
menyediakan ruangan khusus untuk melakukan terapi bermain.
3. Mahasiswa
Mahasiswa diharapkan dapat tetap membantu anak untuk mengurangi
dampak hospitalisasi dengan terapi bermain yang sesuai dengan tahap
tumbuh kembang anak. Karena dengan terapi bermain yang tepat, maka anak
dapat terus melanjutkan tumbuh kembang anak walaupun dirumah sakit.

DAFTAR PUSTAKA

Dewi, K., et al.2010. Contoh Proposal Terapi Bermain Pada Anak Prasekolah.
www.nursingbegin.com
http://belajarbarengrizalyuk.blogspot.com/2013/10/terapi-bermain-mewarnai.html

Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC


Supartini, Yupi. (2004). Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta: EGC.
Wong, Donna L. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakarta : EGC
15
16

Lampiran 3 :Lembar 15/07/T (Denver Developmental Screening Test)

15/01/2021 10/01/2019

Hasil penghitungan 15-01-2021

10/01/2019 hasil 5 hari 24 bulan


17

DOKUMENTASI

(UJIAN PENKES) (PENGAJIAN PASIEN)

(UJIAN TERAPI BERMAIN)

Anda mungkin juga menyukai