PREEKLAMPSIA
Oleh :
M. Sultan Tantra D
1518012175
1518012180
ABSTRAK
Perdarahan, preeklampsia-eklampsia dan infeksi merupakan 3 penyebab utama kematian
ibu. Preeklampsia juga menyebabkan meningkatnya kematian perinatal. Preeklampsia
merupakan penyakit yang timbul karena kehamilan, umumnya timbul setelah minggu ke20 kehamilan. Hipertensi dan proteinuria yang merupakan sindroma preeklampsia ringan
seringkali tidak diperhatikan atau diketahui oleh wanita yang bersangkutan sehingga
tanpa disadari dapat berlanjut menjadi preeklampsia berat bahkan eklampsia yang fatal
bagi ibu dan bayi yang dikandungnya. Karena etiologinya yang tidak diketahui,
pencegahan dan penanganannya masih jauh dari memuaskan, namun dengan pemberian
penerangan secukupnya, pelaksanaan pengawasan yang baik pada wanita hamil serta
pemeriksaan antenatal yang teratur, dapat mengurangi insidensi. Tujuan dibuatnya karya
tulis ilmiah ini menerangkan preeklampsia secara umum yaitu apa dan bagaimana terj
adinya preeklampsia, penggolongan, pencegahan serta pengobatannya.
Kata Kunci : Preeklampsia, Preeklampsia berat, Diagnosis, Pencegahan, Tatalaksana.
PENDAHULUAN
Preeklampsia adalah sindrom spesifik pada kehamilan yang menyebabkan disfungsi
organ serta ditandai dengan terjadinya peningkatan tekanan darah dan ditemukannya
proteinuria. Preeklampsia biasanya terjadi pada kehamilan diatas 20 minggu. Menurut
klasifikasi National High Blood Pressure Education Working Group, preeklampsia
merupakan salah satu kategori hipertensi dalam kehamilan yang memiliki kriteria
peningkatan tekanan darah > 140/90 dengan proteinuria >300 mg pada urin 24 jam.
Sebanyak 70% penderita hipertensi dalam kehamilan didiagnosis sebagai preeclampsia.
Menurut WHO preeklampsia memengaruhi tujuh sampai sepuluh persen dari seluruh
kehamilan di Amerika Serikat. Di Inggris kurang dari 10 wanita meninggal akibat
preeklampsia setiap tahunnya, dan mempengaruhi maternal yang mengakibatkan
kematian, di negara yang kurang berkembang terdapat 50.000 kematian maternal yang
disebabkan oleh preeklampsia dan eklampsia.
Angka kematian ibu di Singapura berbanding 14/100.000 kelahiran hidup, Malaysia
62/100.000 kelahiran hidup, Thailand 110/100.000 kelahiran hidup, Vietnam 150/100.000
kelahiran hidup, Filipina 230/100.000 kelahiran hidup dan Myanmar 380/100.000
kelahiran hidup. Angka kematian ibu di Indonesia lebih tinggi dibandingkan negaranegara ASEAN lainnya. Kematian ibu akibat komplikasi dari kehamilan dan persalinan
tersebut terjadi pada wanita usia 15-49 tahun diseluruh dunia. Indonesia merupakan
negara yang mempunyai AKI tertinggi di ASEAN. Pada tahun 2010, AKI menjadi 228
per-100.000. Berdasarkan distribusi penyebab kematian ibu melahirkan, preeklampsia
menyumbang 24%, 11% Infeksi, 5% abortus, 5% persalinan lama, 3% emboli obat, 8%
komplikasi masa puerperium, 11 % lainlain.
Preeklampsia
berat
merupakan
risiko
yang
membahayakan
ibu
di
samping
membahayakan janin. Ibu hamil yang mengalami preeklampsia berisiko tinggi mengalami
gagal ginjal akut, pendarahan otak, pembekuan darah intravaskular, pembengkakan parparu, kolaps pada sistem pembuluh darah dan eklampsia. Risiko preeklampsia pada janin
antara lain plasenta tidak mendapat asupan darah yang cukup, sehingga janin bisa
kekurangan oksigen dan makanan Hal ini dapat menimbulkan rendahnya bobot tubuh
bayi ketika lahir dan juga menimbulkan masalah lain pada bayi seperti kelahiran prematur
sampai dengan kematian pada saat kelahiran.
Berdasarkan tingginya angka kematian ibu akibat preeklampsia penulis ingin mempelajari
tentang preeklampsia. Selain itu komplikasi yang dihasilkan berdampak multiorgan, dan
juga berdampak kebayi. Sebagai dokter umum makan diperlukan pemenuhan kompetensi
mengenai preeklampsia.
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
Preeklampsia adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu kehamilan sampai
6 minggu postpartum disertai dengan proteinuria.
Hipertensi adalah tekanan darah sekurang-kurangnya 140 mmHg sistolik atau 90
mmHg diastolik pada dua kali pemeriksaan berjarak 15 menit menggunakan
lengan yang sama.
Proteinuria ditetapkan bila ekskresi protein di urin melebihi 300 mg dalam 24
jam atau tes urin dipstik >+ 1. Konsensus Australian Society for the Study of
Hypertension in Pregnancy (ASSHP) dan panduan yang dikeluarkan oleh Royal
College of Obstetrics and Gynecology (RCOG) menetapkan bahwa pemeriksaan
proteinuria dipstick hanya dapat digunakan sebagai tes skrining dengan angka
positif palsu yang sangat tinggi, dan harus dikonfirmasi dengan pemeriksaan
protein urin tamping 24 jam atau rasio protein banding kreatinin.
2. Faktor Risiko
Adapun faktor risiko ternyadinya preeclampsia adalah sebagai berikut:
a. Usia : Usia 40 tahun atau lebih meningkatkan risiko preeklampsia hampir
dua kali lipat baik pada primipara maupun multipara.
b. Nulipara : nulipara memiliki risiko hampir 3 kali lipat.
c. Kehamilan pertama oleh pasangan baru
d. Jarak antar kehamilan : wanita multipara dengan jarak kehamilan
sebelumnya 10 tahun atau lebih memiliki risiko preeklampsia hampir sama
dengan nulipara.
e. Riwayat preeklampsia sebelumnya : merupakan faktor risiko utama yaitu
meningkatkan risiko 7 kali lipat
f. Riwayat keluarga preeklampsia : meningkatkan risiko hampir 3 kali lipat
antifosfolipid
adanya
antibodi
antifosfolipid
(antibodi
3. Klasifikasi
Kriteria Diagnosis Preeklampsia :
a. Kriteria minimal preeklampsia
Ekskresi protein dalam urin 300 mg/24 jam atau +1 dipstik, rasio
protein : kreatinin 30 mg/mmol
pertumbuhan
janin
menjadi
tanda
gangguan
sirkulasi
3. Etiologi
Apa yang menjadi penyebab terjadinya preeklampsia hingga saat ini belum
diketahui. Terdapat banyak teori yang ingin menjelaskan tentang penyebab dari
penyakit ini.. Adapun teori-teori tersebut adalah
Peran Prostasiklin dan Tromboksan
Peran Faktor Imunologis
Peran Faktor Genetik
Iskemik dari uterus
Defisiensi kalsium
Disfungsi dan aktivasi dari endothelial
4. Patofisiologi
5. Diagnosis
A. Anamnesis
Umur > 40 tahun
Nulipara
Multipara dengan riwayat preeclampsia sebelumnya
Multipara dengan kehamilan oleh pasangan baru
B. Pemeriksaan Fisik
peningkatan tekanan sistolik 30mmHg dan diastolik 15 mmHg atau
tekanan darah meningkat lebih dari140/90mmHg. Tekanan darah pada
preeklampsia berat meningkat lebih dari 160/110 mmHg dan disertai
C. Pemeriksaan Penunjang
CBC dan apusan darah tepi
Tes fungsi liver: kadar enzim transaminase yang meningkat
Kadar serum kreatinin: kadarnya meningkat yang disebabkan
dari fetus.
Kardiotokografi: Ini merupakan tes standar untuk mengetahui stress
fetal dalam rahim dan dapat memonitor fetus secara menetap.
6. Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan preeklampsia adalah
Mencegah terjadinya preeklampsia berat, eklampsia atau komplikasi
lainnya.
Optimalisasi ibu dan janin
tanpa
membahayakan ibu.
Manajemen
ekspektatif
tidak
memberikan
magnesium
sulfat.
MgSO4
dihentikan
bila
sudah
mencapai
tanda
untuk
keselamatan
ibu
dalam
mencegah
penyakit
Beta Blocker
Atenolol merupakan beta-blocker kardioselektif (bekerja pada
reseptor P1 dibandingkan P2). Atenolol dapat menyebabkan
pertumbuhan janin terhambat, terutama pada digunakan untuk jangka
waktu yang lama selama kehamilan atau diberikan pada trimester
pertama, sehingga penggunaannya dibatasi pada keadaan pemberian
anti hipertensi lainnya tidak efektif.
Metildopa
Metildopa, agonis reseptor alfa yang bekerja di sistem saraf pusat,
adalah obat antihipertensi yang paling sering digunakan untuk wanita
hamil dengan hipertensi kronis. Walaupun metildopa bekerja terutama
pada sistem saraf pusat, namun juga memiliki sedikit efek perifer yang
akan menurunkan tonus simpatis dan tekanan darah arteri. Frekuensi
nadi, cardiac output, dan aliran darah ginjal relatif tidak terpengaruh.
Efek samping pada ibu antara lain letargi, mulut kering, mengantuk,
depresi, hipertensi postural, anemia
hemolitik
dan drug-induced
hepatitis."
Metildopa biasanya dimulai pada dosis 250-500 mg peroral 2 atau
3 kali sehari, dengan dosis maksimum 3 g per hari. Efek obat
maksimal dicapai 4-6 jam setelah obat masuk dan menetap selama 1012 jam sebelum diekskresikan lewat ginjal. Alternatif lain penggunaan
metildopa adalah intra vena 250-500 mg tiap 6 jam sampai maksimum
1 g tiap 6 jam untuk krisis hipertensi. Metildopa dapat melalui
plasenta pada jumlah tertentu dan disekresikan di ASI.
c. Pemberian Kortikosteroid
Deksametason
lebih
cepat
meningkatkan
kadar
trombosit
dibandingkan betametason
Pemberian
kortikosteroid
antenatal
berhubungan
dengan
Pemberian
deksametason
maupun
betametason
menurunkan
7. Pencegahan Preeklampsia
a. Pencegahan Primer
Pencegahan primer artinya menghindari terjadinya penyakit. Pencegahan
primer merupakan yang terbaik namun hanya dapat dilakukan bila
penyebabnya telah diketahui dengan jelas sehingga memungkinkan untuk
menghindari atau mengkontrol penyebab-penyebab tersebut atau dengan cara
menghindari faktor risiko preeklampsia.
b. Pencegahan Sekunder
1. Istirahat : istirahat di rumah 4 jam/hari bermakna menurunkan risiko
preeklampsia dibandingkan tanpa pembatasan aktivitas
2. Restriksi garam : restriksi garam (20 50 mmol/hari) dibandingkan
diet normal tidak ada perbedaan dalam mencegah preeklampsia,
kematian perinatal, perawatan unit intensif dan skor apgar < 7 pada menit
kelima.
3. Aspirin dosis rendah : penggunaan aspirin dosis rendah (60-80 mg)
dalam mencegah terjadinya preeclampsia, penurunan risiko relatif
persalinan preterm sebesar 8%, kematian janin atau neonatus sebesar 14%,
dan bayi kecil masa kehamilan sebesar 10%. Aspirin dosis yang lebih
tinggi terbukti lebih efektif, namun risiko yang ditimbulkan lebih tinggi,
sehingga memerlukan evaluasi yang ketat.
4. Suplementasi Kalsium : Suplementasi kalsium berhubungan dengan
penurunan kejadian hipertensi dan preeklampsia, terutama pada populasi
dengan risiko tinggi untuk mengalami preeklampsia dan yang memiliki
diet asupan rendah kalsium. rerata risiko peningkatan tekanan darah
menurun dengan suplementasi kalsium (1,5 2 g kalsium
elemental/hari)
5. Suplementasi antioksidan : Dianjurkan mengonsumsi vitamin C 1000
mg/hari atau vitamin E 400 IU/hari namnun pemberian vitamin C dan
E dosis tinggi tidak menurunkan risiko hipertensi dalam kehamilan,
preeklampsia dan eklampsia, serta berat lahir bayi rendah, bayi kecil
masa kehamilan atau kematian perinatal.
6. Suplementasi minyak ikan : Minyak ikan yang kaya dengan asam
lemak tidak jenuh, misalnya omega-3 PFA
7. Suplementasi eta-carotene, CoQ10, N-Acetylcysteine, asam lipoik.
c. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier berarti pencegahan dari komplikasi yang disebabkan oleh
proses penyakit, sehingga pencegahan ini juga merupakan tatalaksana.
1. Diuretik : tidak terbukti mencegah terjadinya preeklamsi bahkan
memperberat hipovolemia
2. Anti hipertensi tidak terbukti mencegah terjadinya preeklamsi
3. Kalsium : 1500 2000 mg/ hari, dapat dipakai sebagai suplemen pada
risiko tinggi terjadinya preeklamsi, meskipun belum terbukti
bermanfaat untuk mencegah preeklamsi.
4. Zinc : 200 mg/hari
5. Magnesium : 365 mg/hari
6. Obat anti thrombotik :
- Aspirin dosis rendah
- Dipyridamole
7. Obat-obat lain : vitamin C, vitamin E, eta-carotene, CoQ10, NAcetylcysteine, Asam lipoik.
**pencegahan medical diatas merupakan evidence medicine practice(yang sering
dikerjakan) akan tetapi belum terbukti memberikan manfaat secara EBM.
8. Komplikasi Preeklampsi
A. Ibu:
Sistem saraf pusat seperti perdarahan intrakranial, trombosis vena
sentral, hipertensi ensefalopati, edema serebri, makular atau retina
hepar
Ginjal: gagal ginjal akut, nekrosis tubular akut
Hematologik: DIC, trombositopenia, dan hematoma luka operasi
Kardiopulmonar: edema paru kardiogenik/nonkardiogenik, depresi
B. Janin
IUGR (intrauterine growth restriction)
oligohidroamnion
solusio plasenta
prematurita
sindroma distres pernafasan
sepsis
kematian janin intrauterin
perdarahan intreventrikular
necrotizing enterocolitis
cerebral palsy
DAFTAR PUSTAKA