Anda di halaman 1dari 14

Nama : Novica Ayu Saputri Pasaribu

Nim : 190204042

Prodi : S1-Keperawatan

Pantofisiologi Kronik Limfositik Leukemia

Definisi

Leukemia limfositik kronis (CLL) adalah kanker darah akibat gangguan pada sumsum tulang. Kata
‘kronis’ pada leukemia limfositik ini menandakan bahwa penyakit berkembang atau memburuk secara
perlahan. Dengan kata lain, pasien tidak merasakan gejala diawal kondisi muncul. Gejala dapat
dirasakan ketika kanker mulai menyebar ke hati, limpa, atau kelenjar getah bening.

Gejala leukemia limfositik kronis beragam, mulai dari sesak napas hingga rentan mengalami infeksi.
Kondisi ini akan lebih baik jika mendapatkan penanganan dengan segera. Apabila leukemia limfositik
kronis tidak mendapatkan penanganan tepat, hal itu berpotensi menimbulkan komplikasi berupa
gangguan sistem imun hingga munculnya kanker tipe lain.

B. Etiologi

Penyebab LL, sampai sekarang belum jelas" namun kemungkinan besar karena virus
(virusonkogenik&.-aktor lain yang berperan antara lain:.

1. faktor eksogen seperti sinar X sinar radioaktif, dan bahan kimia (benzol,arsen, preparat
sulfat&"infeksi (virus dan bakteri&.1.
2. faktor endogen seperti ras.
3. faktor konstitusi seperti kelainan kromosom, herediter (kadang-kadang dijumpai
kasusleukemia pada kakak+adik atau kembar satu telur&.

faktor predisposisi :

1. aktor genetik: virus tertentu menyebabkan terjadinya perubahan struktur gen (T cell leukimia-
lymphoma Virus/HTLV
2. Radiasi ionisasi: lingkungan kerja, prenatal, pengobatan kanker sebelumnya.
3. terpapar zat+zat kimiawi seperti benzen,arsen,kloramfenikol,fenilbutazon" dan agen
antineoplastik.
4. obat+obat imunosupresif,obat karsinogenik seperti diethylstilbestrol
5. faktor herediter misalnya pada kembar satu telur
6. kelainan kromosom

jika penyebab leukimia disebabkan oleh virus, virus tersebut akan mudah masuk kedalam tubuh
manusia jika struktur antigen virus tersebut sesuai dengan struktur antigen manusia.;truktur
antigen manusia terbentuk oleh struktur antigen dari berbagai alat tubuh terutama kulitdan selaput
lendir yang terletak di permukaan tubuh(antigen jaringan&.oleh WHO, antigen jaringan
ditetapkan dengan istilah HL-A(human leucocyte locus A)Sistem HL-A individu iniditurunkan
menurut hukum genetika sehingga peranan faktor ras dan keluarga sebagai penyebableukemia
tidak dapat diabaikan

Gejala Leukemia Limfositik Kronis

Leukemia limfositik kronis umumnya tidak menimbulkan gejala di awal kemunculnya. Pasien baru
merasakan gejala setelah lama menderita kondisi ini, atau ketika kanker mulai menyebar ke hati,
limpa, atau kelenjar getah bening.

Berikut ini adalah beberapa gejala leukemia limfositik kronis:

 Tubuh terasa sangat lelah.


 Berat badan menurun untuk alasan yang tidak jelas.
 Terdapat benjolan atau pembengkakan yang tidak terasa nyeri pada kelenjar getah bening di
ketiak, leher, perut, selangkangan, atau area tubuh lain.
 Demam.
 Rentan mengalami infeksi.
 Perut terasa nyeri atau seperti penuh.
 Sesak napas.
 Berkeringat ketika malam.

Faktor  Risiko Leukemia Limfositik Kronis

Faktor risiko LLK antara lain:

 Paparan radiasi yang berlebihan.


 Paparan bahan kimia beracun.
 Usia lanjut.
 Riwayat keluarga.

Patofisiologi
Leukemia merupakan proliferasi dari sel pembuat darah yang bersifat sistemik dan biasanya berakhir
fatal. Leukemia dikatakan penyakit darah yang disebabkan karena terjadinyakerusakan pada pabrik
pembuat sel darah yaitu sumsum tulang. Penyakit ini sering disebutkanker darah. 'eadaan yang
sebenarnya sumsum tulang bekerja aktif membuat sel-sel darahtetapi yang dihasilkan adalah sel darah
yang tidak normal dan sel ini mendesak pertumbuhan seldarah normal.terdapat dua mis+konsepsi
yang harus diluruskan mengenai leukemia" yaitu:.
1. Leukemia merupakan overproduksi dari sel darah putih" tetapi sering ditemukan pada
leukemiaakut bah!a jumlah leukosit rendah. hal ini diakibatkan karena produksi yang
dihasilkan adalahsel yang immatur.
2. sel immatur tersebut tidak menyerang dan menghancurkan sel darah normal atau
jaringanvaskuler. =estruksi seluler diakibatkan proses infiltrasi dan sebagai bagian dari
konsekuensikompetisi untuk mendapatkan elemen makanan metabolik.'etika leukemia
mempengaruhi limfosit atau sel limfoid" maka disebut leukemialimfositik . Pada a!alnya
penambahan jumlah limfosit matang yang ganas terjadi di kelenjar getah bening. 'emudian
menyebar ke hati dan limpa" dan keduanya mulai membesar.Masuknyalimfosit ini ke dalam
sumsum tulang akan menggeser sel-sel yang normal" sehingga terjadianemia dan penurunan
jumlah sel darah putih dan trombosit di dalam darah. 'adar dan aktivitasantibodi (protein
untuk mela!an infeksi& juga berkurang. ;istem kekebalan yang biasanyamelindungi tubuh
terhadap serangan dari luar" seringkali menjadi salah arah dan menghan3urkan jaringan tubuh
yang normal

Anatomi dan Fisiologi

a.       Kakakteristik Darah

Darah memiliki karakteristik khusus:

1. Jumlah

Seseorang memiliki empat sampai enam liter darah dalam tubuhnya, yang bergantung pada
ukuran tubuhnya. Sekitar 38% sampai 48%, total volume darah dalam tubuh manusia tersusun
berbagai sel darah, yang juga disebut “elemen penyusun.” Sisanya, yaitu sekitar 52% sampai 62%
merupakan plasma, bagian cair darah.

2. Warna

Anda mungkin berkata pada diri Anda, “tentu, warnanya merah!” Warna merah disinggung di sini
meskipun sebenarnya warna merahnya bervariasi. Darah arteri tampak merah terang karena
mengandung kadar oksigen tinggi. vena telah memindahkan kandungan oksigennya ke jaringan
sehingga memiliki warna yang lebih gelap. Hal ini bisa sangat penting dalam pengkajian sumber
perdarahan. Jika warna darah merah terang, kemungkinan darah berasal dari arteri yang terobek,
dan jika warna darah merah gelap, kemungkinan darah tersebut merupakan darah vena.

3. Ph

Kisaran pH normal darah adalah 7,35 sampai 7,45, yang cenderung agak basa Darah vena
biasanya memiliki pH yang lebih rendah daripada darah arteri karena mengandung karbon
dioksida dalam jumlah lebih besar.

4. Viskositas

Berarti  pengentalan atau tahanan terhadap aliran darah. Darah lebih kental sekitar 3-5 kali
dibanding air. Viskositas darah meningkat dengan adanya sel-sel darah dan protein  plasma, dan
kekentalan ini berpengaruh pada  tekanan darah normal.

B. Plasma

Plasma adalah  bagian cair darah, dan sekitar 91% merupakan air. Kemampuan melarutkan air
memungkinkan plasma rnengangkut berbagai substansi. Nutrien yang diserap dari saluran pencernaan
disirkulasi ke berbagai jaringan tubuh. Dan produk sisa dari jaringan diangkut ke ginjal dan
diekskresikan melalui urine. Hormon yang diproduksi oleh kelenjar endokrin diangkut oleh plasma
menuju organ sasarannya, dan antibodi juga diangkut oleh plasma. Sebagian besar karbon dioksida
yang dihasilkan sel  diangkut oleh plasma dalam bentuk ion bikarbonat (HCO 3). Ketika darah
memasuki paru CO2 dibentuk kembali, berdifusi ke dalam alveoli. dan akan diembus keluar.

C. Sel Darah

Ada tiga macam sel darah: sel darah merah, sel darah putih, dan trombosit. Sel-sel darah diproduksi
oleh jaringan hemopoietik, yang ada dua, yaitu: sumsum tulang merah yang terdapat pada tulang pipih
dan tulang tak beraturan, dan jaringan limfatik, seperti limpa, kelenjar getah bening, dan kelenjar
timus.

Pengobatan dan  Efek Samping Leukemia  Limfositik Kronis

Berikut empat pengobatan LLK dan efek sampingnya yang perlu diwaspadai:

1. Terapi radiasi untuk membunuh sel kanker atau mencegahnya tumbuh. Efek samping terapi
radiasi berbeda pada tiap orang, tergantung pada kondisi tubuhnya. Efek samping yang paling
sering muncul adalah rasa mual dan muntah, rambut rontok, kulit menghitam di bagian tubuh
yang terkena radiasi, serta adanya penurunan nafsu makan.
2. Kemoterapi dan konsumsi obat untuk menghentikan pertumbuhan sel kanker. Efek yang
dapat berupa kelelahan, mual dan muntah, rambut rontok, dan menurunnya imunitas tubuh
sehingga dapat meningkatkan risiko infeksi. Beberapa orang juga dapat mengalami lemahnya
memori dan konsentrasi jangka pendek.
3. Operasi splenektomi (mengangkat limpa). Efek samping splenektomi salah satunya adalah
rentan mengalami infeksi.
4. Terapi target seperti pemberian terapi antibodi monoklonal dan terapi inhibitor.

Pencegahan Leukemia Limfositik Kronis

Leukemia limfositik kronis memiliki faktor risiko yang sedikit sehingga sulit dicegah. Pengidap
LLK umumnya meninggal secara cepat dalam 2 - 3 tahun setelah diagnosis ditetapkan.

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN LEUKEMIA LIMFOSITIK KRONIS

A. PENGKAJIAN

1. Anamnesa

a. Identitas.

b. Keluhan utama.

c. Riwayat kesehatan sekarang.

d. Riwayat kesehatan yang lalu.

e. Riwayat kesehatan keluarga.

2. Pemeriksaan fisik

a. Aktivitas

Gejala : kelelahan, malaise, kelemahan

Tanda : kelemahan otot, somnolen.


b. Sirkulasi

Gejala : palpitasi.

Tanda : Takikardi, membrane mukosa pucat.

c. Eliminasi

Gejala : diare, nyeri, feses hitam, darah pada urin, penurunan haluaran urine.

d. Makanan / cairan

Gejala : anoreksia, muntah, penurunan BB, disfagia.

Tanda : distensi abdomen, penurunan bunyi usus, hipertropi gusi (infiltrasi gusi
mengindikasikan leukemia monositik akut).

e. Integritas ego

Gejala : perasaan tidak berdaya / tidak ada harapan.

Tanda : depresi, ansietas, marah.

f. Neurosensori

Gejala : penurunan koordinasi, kacau, disorientasi, kurang konsentrasi, pusing,kesemutan.

Tanda : aktivitas kejang, otot mudah terangsang.

g. Nyeri / kenyamanan

Gejala : nyeri abdomen, sakit kepala, nyeri tulang / sendi, kram otot.

Tanda : gelisah, distraksi.

h. Pernafasan

Gejala : nafas pendek dengan kerja atau gerak minimal.

Tanda : dispnea, takipnea, batuk.

i. Keamanan
Gejala : riwayat infeksi saat ini / dahulu, jatuh, gangguan pengihatan, perdarahan spontan, tak
terkontrol dengan trauma minimal.

Tanda : demam, infeksi, purpura, pembesaran nodus limfe, limpa atau hati.

B. DIAGNOSA

1. Hipertermi

berhubungan dengan menurunnya daya tahan tubuh ditandai dengan suhu tubuh meningkat

2. Nyeri akut

berhubungan dengan distensi abdomen ditandai dengan pasien meringis

3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan tidak mampu memasukan dan mencerna makanan ditandai dengan pasien tidak
mampu mengunyah dan menelan

4. Intoleransi aktivitas

berhubungan dengan ketidakseimbangan antara kebutuhan dan suplai oksigen ditandai dengan pasien
tidur dan semua ADL(activity daily live) dibantu.

5. Resiko infeksi

berhubungan dengan penurunan leukosit yang menyebabkan penurunan daya tahan tubuh

6. Kurangnya pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan pengobatan

berhubungan dengan kurangnya informasi, misinterpretasi, keterbatasan kognitif ditandai dengan


sering bertanya, menyatakan masalahnya, dan tidak akurat dalam mengikuti instruksi/pencegahan
komplikasi.

C. INTERVENSI DAN IMPLEMENTASI

1. Hipertermi berhubungan dengan menurunnya daya tahan tubuh ditandai dengan

suhu tubuh meningkat Tujuan dan criteria hasil: Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3x 24
jam diharapkan suhu tubuh pasien normal dengan criteria hasil:
- Suhu tubuh antara (36 – 37) ̊ c

Intervensi :

a. Kaji suhu tubuh pasien

Rasional : mengetahui peningkatan suhu tubuh, memudahkan intervensi

b. Beri kompres air hangat

Rasional : mengurangi panas dengan pemindahan panas secara konduksi. Air hangat
mengontrol pemindahan panas secara perlahan tanpa menyebabkan hipotermi atau menggigil.

c. Berikan/anjurkan pasien untuk banyak minum 1500-2000 cc/hari (sesuaitoleransi)

Rasional : Untuk mengganti cairan tubuh yang hilang akibat evaporasi.

d. Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang tipis dan mudah menyerap

keringat.

Rasional : Memberikan rasa nyaman dan pakaian yang tipis mudah menyerap keringat dan tidak
merangsang peningkatan suhu tubuh.

e. Observasi intake dan output, tanda vital (suhu, nadi, tekanan darah) tiap 3 jam

sekali atau sesuai indikasi.

Rasional : Mendeteksi dini kekurangan cairan serta mengetahui keseimbangan cairan dan elektrolit
dalam tubuh. Tanda vital merupakan acuan untuk

mengetahui keadaan umum pasien.

2. DX 2 : Nyeri akut berhubungan dengan distensi abdomen ditandai dengan pasien

meringis

Tujuan dan criteria hasil :

setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan nyeri klien berkurang/hilang
dengan kriteria hasil:
- Klien melaporan nyeri bekurang atau hilang skala (3-1)

- Klien mampu mengontrol rasa nyeri melalui aktivitas

Intervensi :

a. Tentukan riwayat nyeri, lokasi, durasi dan intensitas

Rasional : Memberikan informasi yang diperlukan untuk merencanakan

asuhan.

b. Evaluasi therapi: pembedahan, radiasi, khemotherapi, biotherapi, ajarkan klien dan keluarga
tentang cara menghadapinya

Rasional : Untuk mengetahui terapi yang dilakukan sesuai atau tidak, atau malah menyebabkan
komplikasi

c. Ajarkan tenik ROM

Rasional : Untuk melancarkan peredaran darah sehingga nyeri berkurang

d. Berikan pengalihan seperti reposisi dan aktivitas menyenangkan seperti mendengarkan musik atau
nonton TV

Rasional : Untuk meningkatkan kenyamanan dengan mengalihkan perhatian klien dari rasa nyeri.

3. DX 3 : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak adanya
pengangkut nutrisi ke sel ditandai dengan pasien terlihat

lemas.

Tujuan dan criteria hasil : setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan
kebutuhan

nutrisi pasien terpenuhi dengan criteria hasil:

- Pasien tidak lemas

- Tidak ada tanda-tanda malnutrisi


- Menunjukkan berat badan yang seimbang.

Intervensi :

a. Kaji riwayat nutrisi, termasuk makanan yang disukai

Rasional : Mengidentifikasi defisiensi, menduga kemungkinan intervensi

b. Observasi dan catat masukan makanan pasien

Rasional : Mengawasi masukan kalori/kualitas kekurangan konsumsi makanan

c. Timbang BB tiap hari (bila memungkinkan)

Rasional : Mengawasi penurunan BB / mengawasi efektifitas intervensi.

d. Berikan makanan sedikit namun sering dan atau makan diantara waktu makan

Rasional : Makanan sedikit dapat menurunkan kelemahan dan meningkatkan

masukan juga mencegah distensi gaster.

e. Berikan dan Bantu oral hygiene.

Rasional : Meningkatkan nafsu makan dan masukan peroral.

4. DX 4 : Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara kebutuhan dan suplai


oksigen ditandai dengan pasien tidur dan semua ADL(activity daily live) dibantu. Tujuan dan criteria
hasil : setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan aktivitas

terlaksana dengan criteria hasil :

- ADL mandiri

Intervensi :

a. Kaji tingkat kebutuhan pemenuhan ADL klien.

Rasionalisasi : mengetahui tingkat kebutuhan ADL klien.

b. Bantu pasien dalam memenuhi aktivitasnya


Rasional : memudahkan pasien melakukan ADL

c. HE pentingnya istirahat total untuk kesembuhan

Rasional : memberi pengetahuan kepada keluarga dalam pemenuhan kebutuhan aktivitas ADL

d. Mobilisasi secara bertahap bila keadaan sudah memungkinkan/bebas panas 3hari

Rasional : melatih pemenuhan ADL secara mandiri

5. DX 5 : Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan leukosit yang

menyebabkan penurunan daya tahan tubuh

Tujuan dan criteria hasil : s

Setelah diberikan asuhan keperawatan selam 3x24 jam diharapkan pasien dapat
mencegah/menurunkan resiko infeksi dengan criteria hasil:

- Pasien menunjukan perubahan pola hidup untuk meningkatkan keamanan linkungan untuk
meningkatkan penyembuhan

Intervensi :

a. Tempatkan pada ruangan khusus. Batasi pengunjung sesuai indikasi.

Rasional : melindungi dari sumber potensial pathogen/infeksi

b. Berikan protokol untuk mencuci tangan yang baik untuk semua petugas dan pengunjung.

Rasional : mencegah kontaminasi silang/menurunkan resiko infeksi.

c. Awasi suhu. Perhatikan hubungan antara peningkatan suhu dan pengobatan

kemoterapi.

Rasional : hipertermia lanjut terjadi pada beberapa tipe infeksi, dan demam (tak berhubungan dengan
obat atau produk darah) terjadi pada kebanyakan pasien leukemia. C

d. Cegah menggigil: tingkatkan cairan.


Rasional : membantu menurunkan demam, yang menambah ketidakseimbangan cairan,
ketidaknyamanan, dan komplikasi SSP.

e. Dorong sering mengubah posisi, nafas dalam, batuk.

Rasional :mencegah stasis secret pernafasan, menurunkan resiko atelektasis/pneumonia.

f. Auskultasi bunyi napas, perhatikan gemericik, ronki : inspeksi sekresi

terhadap perubahan karakteristik, contoh peningkatan produksi sputum atau sputum kental, urine bau
busuk dengan berkemih tiba-tiba atau rasa terbakar.

Rasional : intervensi dini penting untuk mencegah sepsis/septisemia pada individu imunosupresi.

g. Inpeksi kulit untuk nyeri tekan, area eritematosus: luka terbuka. Bersihkan

kulit dengan larutan antibacterial.

Rasional : mengindikasikan infeksi local, catatan : luka terbuka dapat tidak menghasilkan pus karena
insufisiensi jumlah granulosit.

h. Inpeksi membrane mukosa mulut. Berikan bersihkan mulut baik. Gunakan

sikat gigi halus untuk perawatan mulut sering.

Rasional : rongga mulut adalah medium yang baik untuk pertumbuhan organisma.

6. DX 6 : Kurangnya pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan pengobatan

berhubungan dengan kurangnya informasi, misinterpretasi, keterbatasan kognitif ditandai dengan


sering bertanya, menyatakan masalahnya, dan tidak akurat dalam mengikuti instruksi/pencegahan
komplikasi.

Tujuan dan criteria hasil :

setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan pasien mengetahui informasi
tentang penyakitnya dengan criteria hasil:

- melakukan prosedur yang diperlukan dan menjelaskan alasan dari suatu

tindakan.
- memulai perubahan gaya hidup yang diperlukan dan ikut serta dalam regimen

perawatan.

Intervensi :

a. Kaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakitnya.

Rasional : mengetahui seberapa jauh pengalaman dan pengetahuan klien dan keluarga tentang
penyakitnya.

b. Berikan penjelasan pada klien dan keluarga tentang penyakitnya dan

kondisinya sekarang.

Rasional : dengan mengetahui penyakit dan kondisinya sekarang, klien dan keluarganya akan merasa
tenang dan mengurangi rasa cemas.

c. Anjurkan klien dan keluarga untuk memperhatikan diet makanannya

Rasional : diet dan pola makan yang tepat membantu proses kesembuhan

d. Anjurkan klien dan keluarga untuk memperhatikan perawatan diri dan lingkungan bagi anggota
keluarga yang sakit.

Rasional : perawatan diri (mandi, toileting, berpakaian/berdandan) dan

kebersihan lingkungan penting untuk menciptakan perasaan nyaman/rileks klien sakit.

e. Minta klien/keluarga mengulangi kembali tentang materi yang telah diberikan.

Rasional : mengetahui seberapa jauh pemahaman klien dan keluarga serta

menilai keberhasilan dari tindakan yang dilakukan.

D. EVALUASI

1. DX 1:

- Suhu tubuh antara (36 – 37)0C

2. DX 2:
- Klien melaporan nyeri bekurang atau hilang skala (3-1)

- Klien mampu mengontrol rasa nyeri melalui aktivitas

3. DX 3:

- Pasien tidak lemas

- Tidak ada tanda-tanda malnutrisi

- Menunjukkan berat badan yang seimbang.

4. DX 4:

- ADL mandiri

5. DX 5:

- Pasien menunjukan perubahan pola hidup untuk meningkatkan keamanan linkungan untuk
meningkatkan penyembuhan

6. DX 6:

- melakukan prosedur yang diperlukan dan menjelaskan alasan dari suatu tindakan.

- memulai perubahan gaya hidup yang diperlukan dan ikut serta dalam regimen perawatan

Anda mungkin juga menyukai