MAKALAH
“ TRAUMA MUSKOLOSKELETAL”
A3 KEPERAWATAN/ SEMESTER VI
OLEH:
OCVIANUS KEVIN KAKALANG 171420100
JESIKA SISILIAMAKARAU 1714201121
VEREN CEACILIA LOMBOGIA 1714201133
FRICILLIA GREIDDITA MINTALANGI 1714201037
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN INDONESIA
MANADO
2020
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya milik Tuhan Yesus, karena berkat rahmat dan inayah-Nya sehingga kami
bisa menyelesaikan tugas gawat darurat dengan materi “Trauma Muskuloskeletal”.
Syalom serta salam selalu kami panjatkan kepada Tuhan yang maha esa. Yang mana berkat
perjuangan kita dapat menyelesaikan makalah “ TRAUMA MUSKOLOSKELETAL”
Makalah ini masih banyak kekurangan karena pengalaman yang karena kami memiliki
banyak kekurangan. Oleh karena itu kami harapkan kepada pembaca untuk memberikan
saran yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Trauma muskuloskeletal adalah suatu keadaan ketika seseorang mengalami cedera pada
tulang, sendi dan otot karena salah satu sebab. Kecelakaan lalu lintas, olahraga dan kecelakaan
industri merupakan penyebab utama dari trauma muskuloskeletal. Seorang perawat dituntut
untuk mengetahui bagaimana perawatan klien dengan trauma muskuluskoletal yang mungkin
dijumpai di jalanan maupun selama melakukan asuhan keperawatan di rumah sakit. Pengangan
untuk klien dengan trauma muskuloskeletal memerlukan peralatan serta ketrampilan khusus yang
tidak semuanya dapat dilakukan oleh perawat. Trauma muskuloskeletal biasanya menyebabkan
difungsi struktur disekitarnya dan struktur pada bagian yang dilindungi atau disanggahnya.
B. Tujuan
Untuk menambah pengetahuan penulis dan pembaca tentang trauma
muskuloskeletaL
Untuk menambah pengetahuan penulis dan pembaca tentang asuhan keperawatan
trauma musculoskeletal
Sebagai bahan referensi bagi mahasiwa
BAB II
PEMBAHASAN
1.1.KONSEP MEDIS
A. Definisi
Sistem muskuloskeletal meliputi tulang, persendian, otot dan tendon. Secara fisiologis,
sistem muskuloskeletal memungkinkan perubahan pada pergerakan dan posisi. Otot terbagi atas
tiga bagian yaitu ; otot rangka, otot jantung dan otot polos. Trauma muskuloskeletal adalah suatu
keadaan ketika seseorang mengalami cedera pada tulang, sendi dan otot karena salah satu sebab.
Kecelakaan lalu lintas, olahraga dan kecelakaan industri merupakan penyebab utama dari trauma
muskuloskeletal. Sedangkan tulang dapat diklasifikasikan berdasarkan bentuknya, yaitu :
Tulang panjang
Merupakan tulang yang lebih panjang dari lebarnya dan ditemukan di ekstermitas atas
dan bawah. Seperti humerus, radius, ulna, femur, tibia, fibula, metatarsal, metakarpal
dan falangs merupakan tulang panjang.
Tulang pendek
Misalnya karpal dan tarsal yang tidak memiliki axis yang panjang serta berbentuk
kubus.
Tulang pipih
Misalnya rusuk, kranium, skapula dan beberapa bagian dari pelvis girdle dimana
tulang ini melindungi bagian tubuh yang lunak dan memberikan permukaan yang luas
untuk melekatnya otot.
Tulang irregular
Memiliki berbagai macam bentuk, seperti tulang belakang, osikel telinga, tulang wajah
dan pelvis. Tulang ireguler mirip dengan tulang lain dalam struktur dan komposisi.
Ada beberapa jenis dari trauma muskuloskeletal dimana tergantung letak dari trauma. Trauma
muskuloskeletal yang umum terjadi yaitu fraktur, strain, sprain, dislokasi dan amputasi:
1. Fraktur
Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik. Kekuatan
dan sudut dari tenaga tersebut serta keadaan tulang dan jaringan lunak disekitar tulang
akan menentukan apakah fraktur yang terjadi itu lengkap atau tidak lengkap. Fraktur
adalah gangguan dari kontinuitas yang normal dari suatu tulang. Jika terjadi fraktur, maka
jaringan lunak disekitarnya juga akan terganggu.
Fraktur terbuka
Fraktur terbuka dicirikan oleh robeknya kulit diatas cedera tulang. Fraktur terbuka
adalah fraktur yang mempunyai hubungan dengan dunia luar melalui luka pada kulit
dan jaringan lunak sehingga terjadi kontaminasi bakteri
Fraktur tertutup
Fraktur tertutup adalah fraktur dimana kulit tidak ditembus oleh fragmen tulang. Jadi
pada fraktur tertutup kulit masih utuh diatas lokasi cedera.
2. Strain
Strain merupakan suatu puntiran atau tarikan, robekan otot dan tendon. Strain adalah
tarikan otot akibat penggunaan berlebihan, peregangan berlebihan atau stres yang
berlebihan.
3. Sprain
Sprain adalah cedera struktur ligamen di sekitar sendi, akibat gerakan mengepit atau
memutar. Fungsi ligamen adalah menjaga stabilitas namun masih menmungkinkan
mobilitas. Ligamen yang robek akan kehilangan kemampuan stabilitasnya. Sprain
merupakan peregangan atau robekan ligamen, fibrosa dari jaringan ikat yang
menggabungkan ujung satu tulang dengan tulang lainnya.
B. Etiologi
Penyebab umum dari truma muskuloskeletal adalah kecelekaan lalu lintas, olahraga, jatuh dan
kecelakaan industri.
1. Fraktur
Etiologi atau penyebab dari fraktur adalah kelebihan beban mekanis pada suatu tulang,
saat tekanan yang diberikan pada tulang terlalu banyak dibandingkan yang mampu
ditanggunya.
Trauma langsung
Tekanan langsung pada tulang dan terjadi fraktur pada daerah tekanan misalnya
benturan pada lengan bawah yang menyebabkan patah tulang radius dan ulna.
Trauma tidak langsung
Trauma dihantarkan ke daerah yang lebih jauh dari daerah fraktur dimana pada
keadaan ini biasanya jaringan lunak tetap utuh. Misalnya, jatuh bertumpu pada tangan
yang menyebabkan tulang klavikula atau radius distal patah.
2. Strain
Penyebab dari strain bisa dari trauma langsung maupun tidak langsung misalnya (jatuh
dan tumbukan pada badan) yang mendorong sendi keluar dari posisinya kemudian
meregang.
3. Sprain
Penyebab sprain sama dengan strain yaitu trauma langsung dan trauma tidak
langsung.
C. Manifestasi klinis
1. Fraktur
Deformitas
Pembengkakkan dari perdarahan lokal dapat menyebabkan deformitas pada lokasi
fraktur. Deformitas adalah perubahan bentuk, pergerakan tulang jadi memendek
karena kuatnya tarikan otot-otot ekstermitas.
Nyeri
Nyeri biasanya terus menerus menigkat jika fraktur tidak diimobilisasi.
Pembengkakkan atau edema
Edema terjadi akibat akumulasi cairan serosa pada lokasi fraktur serta ekstravasasi
cairan serosa pada lokasi fraktur ekstravasi darah ke jaringan sekitar.
Hematom atau memar
Memar terjadi karena perdarahan subkutan pada lokasi fraktur.
Kehilangan fungsi dan kelainan gerak.
2. Strain
Nyeri
Kelemahan otot
Pada sprain parah, otot atau tendon mengalami ruptur secara parsial atau komplet
bahkan dapat menyebabkan kelumpuhan pasien akibat hilangya fungsi otot.
3.Sprain
Adanya robekan pada ligamen
Nyeri
Hematoma atau memar. (Joyce M Black, 2014)
D. Patofisiologi
1. Fraktur
Keparahan dari fraktur bergantung pada gaya yang menyebabkan fraktur, jika
ambang fraktur suatu tulang hanya sedikit terlewati, maka tulang mungkin hanya retak saja
dan bukan patah. Jika gayanya sangat ekstrem, seperti tabrakan mobil, maka tulang dapat
pecah berkeping-keping. Saat terjadi fraktur, otot yang melekat pada ujung tulang akan
terganggu. Otot dapat mengalami spasme dan menarik fragmen fraktur keluar posisi.
Kelompok otot yang besar dapat menciptakan spasme yang kuat dan bahkan mampu
menggeser tulang besar, seperti femur. Perdarahan terjadi karena cedera jaringan lunak
atau cedera pada tulang itu sendiri. Pada saluran sumsum (medula), hemotoma terjadi
diantara fragmen-fragmen tulang dan dibawah periosteum. Jaringan tulang disekitar lokasi
fraktur akan mati dan menciptakan respon peradangan yang hebat. Akan terjadi
vasodilatasi, edema, nyeri, kehilangan fungsi, esudasi plasma dan leukosit
.
2. Strain
Kerusakan pada jaringan otot karena trauma langsung maupun trauma tidak
langsung, cedera ini terjadi akibat otot tertarik pada arah yang salah, kontraksi otot yang
berlebihan, otot yang belum siap terjadi pada bagian groin muscles (otot pada kunci paha)
dan otot guadriceps. Fleksibilitas otot yang baik bisa menghindarkan daerah sekitar cedera
memar dan membengkak.
3. Sprain
Adanya tekanan eksternal yang berlebihan menyebabkan suatu masalah yang
disebut sprain yang terutama terjadi pada ligamen. Ligamen akan mengalami robek dan
kemudian akan kehilangan kemampuan stabilitasnya. Hal tersebut akan membuat
pembuluh darah pecah dan akan menyebabkan hemotama serta nyeri.
E. Pemeriksaan Penunjang
X-ray menentukan lokasi atau luasnya fraktur
Scan tulang : mempelihatkan fraktur lebih jelas, mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak
Arteriogram : dilakukan untuk memastikan ada tidaknya kerusakan vaskuler pada
perdarahan; penigkatan lekosit sebagai respon terhadap peradangan
Kretinin : trauma otot menigkatkan beban kretinin untuk kliens ginjal
Profil koagulas : perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah, transfusi darah atau
cedera. (Amin Huda Nurarif, 2015)
F. Penatalaksanaan
1. Fraktur
a. Imobilisasi
Imobilisasi dapat dilakukan dengan metode eksternal dan internal mempertahankan dan
mengembalikan fungsi status neurovaskuler selalu dipantau meliputi peredaran darah,
nyeri, perabaan dan gerakan. Perkiraan waktu untuk imobilisasi yang dibutuhkan untuk
penyatuan tulang yang mengalami fraktur adalah sekitar 3 bulan.
Alat imobilisasi yang sering digunakan, antara lain :
Bidai
Bidai adalah alat yang dipakai untuk mempertahankan kedudukan atau fiksasi tulang
yang patah. Tujuan pemasangan bidai untuk mencegah pergerakan tulang yang patah.
Syarat pemasangan bidai dimana dapat mempertahankan kedudukan 2 sendi tulang
didekat tulang yang patah dan pemasangan bidai tidak boleh terlalu kencang atau ketat,
karena akan merusak jaringan tubuh. (Yanti Ruly Hutabarat, 2016
Gips
Gips merupakan alat fiksasi untuk penyembuhan tulang. Gips memiliki sifat menyerap
air dan bila itu terjadi akan timbul reaksi eksoterm dan gips akan menjadi keras.
b. Reduksi
Langkah pertama pada penanganan fraktur yang bergeser adalah reduksi. Reduksi
fraktur berarti mengembalikan fragmen tulang pada kesejajarannya dan rotasi. Reduksi
merupakan manipulasi tulang untuk mengembalikan kelerusan, posisi dan panjang
dengan mengembalikan fragmen tulang sedekat mungkin serta tidak semua fraktur
harus direduksi.. Reduksi terbagi atas dua bagian, yaitu :
Reduksi tertutup
Pada banyakan kasus fraktur, reduksi tertutup dilakukan dengan mengembalikan
fragmen tulang ke posisinya (ujung-ujungnya saling berhubungan) dengan manipulasi
dan traksi manual. Reduksi tertutup harus segera dilakukan setelah cedera untuk
menimilkan efek deformitas dari cedera tersebut.
Reduksi terbuka
Reduksi terbuka merupakan prosedur bedah dimana fragmen fraktur disejajarkan.
Reduksi terbuka sering kali dikombinasikan dengan fiksasi internal untuk fraktur femur
dan sendi. Alat fiksasi internal dalam bentuk pin, kawat, sekrup, plat, paku atau
batangan logam dapat digunakan untuk mempertahankan fragmen tulang dalam
posisinya sampai penyembuhan tulang.
C . Traksi
Traksi adalah pemberian gaya tarik terhadap bagian tubuh yang cedera, sementara
kontratraksi akan menarik ke arah yang berlawanan. Traksi dapat digunakan untuk
mendapatkan efek reduksi dan imobilisasi. Beratnya trasi disesuaikan dengan spasme
otot yang terjadi.
2. Strain
Istirahan, kompres dengan air dingin dan elevasi (RICE) untuk 24-48 jam
pertama
Perbaikan bedah mungkin diperlukan jika robekan terjadi pada hubungan
tendon-tulang
Pemasangan balut tekan
Selama penyembuhan (4-6 minggu) gerakan dari cedera harus diminimalkan
3. Sprain
Istirahat akan mencegah cedera tambahan dan mempercepat penyembuhan
Meniggikan bagian yang sakit akan mengontrol pembengkakkan
Kompres air dingin, diberikan secara intermiten 20-30 menit selama 24-48 jam
pertama setelah cedera. Kompres air dingin menyebabkan vasokontriksi akan
mengurangi perdarahan dan edema (Jangan berlebihan nanti akan mengakibatkan
kerusakan kulit).
ASUHAN KEPERAWATAN TRAUMA MUSKULOSKELETAL
A. Pengakjian
Anamnesa
Keluhan nyeri
Riwayat trauma adequat
Adanya fungsio laesa atau fungsi jaringan terganggu
Pemeriksaan fisik
Insepksi
Edema
Hematoma
Deformitas
Palpasi
Nyeri tekan
Kripitasi
B. Diagnosa keperawatan
1. Nyeri akut
Definisi
Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau
fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang
berlangsung kurang dari 3 bulang.
Penyebab
Agen pencedera fisik (mis. Amputasi, terbakar, terpotong, mengangkat berat, prosedur
operasi, trauma, latihan fisik berlebihan)
Gejala dan tanda mayor
Tampak meringis
Bersikap protektif
Gelisah
Frekuensi nadi menigkat. (PPNI, 2016)
Intervensi :
Monitoring vital sign sebelum atau sesudah latihan dan lihat respon pasie saat latihan
Konsultasikan dengan terapi fisik tentang rencana ambulasi sesuai dengan kebutuhan
Bantu pasien untuk menggunakan tongkat saat berjalan dan cegah terhadap cedera
Ajarkan pasien atau tenaga kesehatan lain tentang tehnik ambulasi
Kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi
latih pasien dalam pemenuhan kebutuhan Adls secara mandiri sesuai kemampuan
Dampingi dan bantu pasien saat mobilisasi dan bantu penuhi kebutuhan pasien
Berikan alat bantu jika klien memerlukan
Ajarkan pasien bagaimana merubah posisi dan berikan bantuan jika diperlukan. (Amin
Huda Nurarif, 2015)
3. Kerusakan integritas kulit b.d tekanan pada tulang, gangguan turgor kulit dan fraktur
terbuka
Tujuan : Tissue integrity (skin and mucous), membranes and hemodyalis akses
Kriteria hasil :
Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan (sensasi, elastisitas, temperatur,
hidrasi dan pigmentasi) tidak ada luka atau lesi pada kulit dan perfusi jaringan baik
Menunjukan pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan mencegah terjadinya
cedera berulang
Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembapan kulit dan perawatan
alami
Intervensi :
Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar
Hindari kerutan pada tempat tidur
Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering
Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap dua jam sekali
Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien
Monitor status nutrisi pasien
Memandikan pasien dengan sabun dan air hangat
Membersihkan, memantau dan menigkatkan proses penyembuhan pada kulit luka yang
ditutup dengan jahitan, klip atau straples
Monitor proses kesembuhan area insisi
Monitor tanda dan gejala infeksi pada area insisi
Bersihkan area sekitar jahitan atau staples, menggunakan lidi kapas steril dan gunakan
preparat antiseptic sesuai program
Ganti balutan pada interval waktu yang sesuai atau biarkan luka tetap terbuka (tidak
dibalut) sesuai program.
PENCEGAHAN PRIMER,SEKUNDER,DAN TERSIER PADA TRAUMA
MUSKOLOSKELETAL
1. Pencegahan Primer
Pencegahan primer dapat dilakukan dengan upaya menghindari terjadinya
traumabenturan, terjatuh atau kecelakaan lainnya. Dalam melakukan aktifitas yang berat
ataumobilisasi yang cepat dilakukan dengan cara hati-hati, memperhatikan
pedomankeselamatan dengan memakai alat pelindung diri.
2. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder dilakukan untuk mengurangi akiba-akibat yang lebih
seriusdari terjadinya fraktur dengan memberikan pertolongan pertama yang tepat dan
terampilpada penderita. Mengangkat penderita dengan posisi yang benar agar
tidakmemperparah bagian tubuh yang terkena fraktur untuk selanjutnya
dilakukanpengobatan. Pemeriksaan klinis dilakukan untuk melihat bentuk dan keparahan
tulangyang patah. Pemeriksaan dengan foto radiologis sangat membantu untuk
mengetahuibagian tulang yang patah yang tidak terlihat dari luar. Pengobatan yang
dilakukan dapatberupa traksi, pembidaian dengan gips atau dengan fiksasi internal maupun
eksternal.
3.Pencegahan tersier
Pencegahan tersier pada penderita fraktur yang bertujuan untuk
mengurangiterjadinya komplikasi yang lebih berat dan memberikan tindakan pemulihan
yang tepatuntuk menghindari atau mengurangi kecacatan. Pengobatan yang dilakukan
disesuaikan.
dengan jenis dan beratnya fraktur dengan tindakan operatif dan rehabilitasi.
Rehabilitasimedis diupayakan untuk mengembalikan. fungsi tubuh untuk dapat kembali
melakukanmobilisasi seperti biasanya.Penderita fraktur yang telah mendapat pengobatan
atau tindakan operatif,memerlukan latihan fungsional perlahan untuk mengembalikan
fungsi gerakan daritulang yang patah. Upaya rehabilitasi dengan mempertahankan dan
memperbaiki fungsidengan mempertahankan reduksi dan imobilisasi antara lain
meminimalkan bengkak,memantau status neurovaskuler, mengontrol ansietas dan nyeri,
latihan dan pengaturanotot, partisipasi dalam aktivitas hidup sehari-hari, dan melakukan
aktivitas ringan secarabertahap
Keluahan pada system muskuloskletal telah menjadi tren penyakit terbaru yang
berkaitan dengan pekerjaan di seluruh dunia baik di negara berkembang maupun di negra
industry. Keluhan muskuloskletal atau musculoskeletal dirsorder ( MSDs) bersifat kronis di
sebabkan karena adanya kerusakan pada tendon otot,ligament,sendi,saraf,kartilago, atau
spinalis biasanya menimbulkan rasa tidak nyaman,nyeri,gatal dan pelemahan fungsi.
Keluhan ini di picu oleh berbagai factor salah satunya adalah factor pekerjaan contohnya
peragangan otot berlebih,postur kerja yang tidak alamia,gerakan repentitif,dan lingkungan
sperti getaran,tekanan dan mikrolinat.
Pada tahun 2007 perawat di amerika serikat menduduki peringkat ke tujuh di antara ke
seluruh pekerjaan yang menderita MSDs, dan insiden cidera muskoloskletal 4.62/100
perawat per tahun. Data dari the thaiwan national health insurance research database
selama tahun 2004- 2010. Dari 3914 perawat menderita MSDs.namaun keterangan dari
kementrian kesehatan republic Indonesia belum terdapat data yang di signifkan sehubungan
budaya di rumah sakit khususnya keluhan muskuloskletal. Sedangkan literature dan pelitian
sebelemnya lebih banyak di lakukan di pekerjaan industry.
Reposisi tertutup dan fiksasi dengan gips, reposisi dapat dilakukan dengan anastesi
umumataupun local
.Traksi untuk reposisi secara perlahan
Reposisi tertutup dengan kontrol radiologis diikuti fiksasi internaPada fraktur terbuka
harus dilakukan tindakan sesegera mungkin . penundaan waktu bisamengakibatkan
infeksi. Waktu optimal intuk bertindak sebelum 6-7 jam. Lakukandebridement,
pemberian ATS, pemberian Antibiotik
PERAN DAN FUNGSI PERAWAT DALAM ADVOKASI
Peran advokasi perawat pada gangguan system musculoskeletal Menurut kamus Besar Bahasa
Indonesia, advokasi dapat diartikan sebagai pembelaan.
Istilah advokasi sering digunakan dalam konteks hukum yang berkaitan denganupaya melindungi
hak manusia bagi mereka yang tidak mampu membela diri.
a. Arti advokasi
menurut ANA adalah “melindungi klien atau masyarakat terhadap pelayanan
kesehatan dan keselamatan praktek tidak sah yang tidak kompeten dan melanggar
etika yang dilakukan oleh siapapun”.
B. Saran
Untuk mahasiswa, agar melakukan tindakan sesuai dengan proseur dan mempersiapkan diri
dengan baik sebelum melakukan tindakan agar tidak terjadi kesalahan yang fatal
Untuk dosen, agar lebih memperhatikan mahasiswa dan mampu memberi pemahaman yang
Untuk tenaga kesehatan (perawat), ketika memberikan pelayanan kesehatan pada pasien
selalu mengutamakan keamanan penolong kemudian aman yang ditolong dengan selalu
menggunakan APD.
DAFTAR PUSTAKA
Burner dan Sudarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medical-Bedah. Jakarta; EGC
Herdman Heather T dan Shigemi Kamitsuru. 2015. Nanda Internasional Defining The
Knowledge Of Nursing Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2015- 2017. Edisi 10.
Jakarta: EGC
M Black Joyce dan Jane Hokanson Hawks. 2014. Keperawatan Medical Bedah Manajemen
KEPERAWATAN