PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
PENEGAKAN HUKUM
DISUSUN OLEH :
1
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi Robbil ‘Alamin, Segala puji bagi Allah SWT Tuhan Semesta Alam. Atas
segala karunia dan nikmatNya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan
sebaik-baiknya. Makalah yang berjudul “Penegakan Hukum” disusun dalam rangka
memenuhi salah satu tugas mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.
Makalah ini berisi tentang pengertian hingga implementasi mengenai penegakan hokum
di Indonesia. Dalam penyusunannya melibatkan anggota-anggota kelompok.
Meski telah disusun secara maksimal, namun kami sebagai manusia biasa menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna.
Karenanya kami yang menulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca sekalian.
Besar harapan saya makalah ini dapat menjadi sarana membantu masyarakat dalam
memahami mengenai penegakan hukum.
Demikian apa yang bisa kami sampaikan, semoga pembaca dapat mengambil manfaat
dari makalah ini.
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................ 1
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................2
BAB I.........................................................................................................................................................3
PENDAHULUAN.....................................................................................................................................3
1.3 Tujuan................................................................................................................................................4
BAB II........................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN.......................................................................................................................................5
BAB III.....................................................................................................................................................13
PENUTUP...............................................................................................................................................15
3.1 Kesimpulan....................................................................................................................................15
3.2 Saran................................................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................................16
3
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejarah bangsa Indonesia hingga kini mencatat berbagai penderitaan, kesengsaraan
dan kesenjangan sosial, yang disebabkan oleh perilaku tidak adil dan diskriminatif atas dasar
etnik, ras, warna kulit, budaya, bahasa, agama, golongan, jenis kelamin dan status sosial
lainnya. Perilaku tidak adil dan diskriminatif tersebut merupakan pelanggaran hak asasi
manusia, baik yang bersifat vertikal (dilakukan oleh aparat negara terhadap warga negara atau
sebaliknya) maupun horisontal (antarwarga negara sendiri) dan tidak sedikit yang masuk dalam
kategori pelanggaran hak asasi manusia yang berat (gross violation of human rights).
Pada kenyataannya selama lebih lima tujuh tahun usia Republik Indonesia, pelaksanaan
penghormatan, perlindungan atau penegakan hak asasi manusia masih jauh dari memuaskan.
Hal tersebut tercermin dari kejadian berupa penangkapan yang tidak sah, penculikan,
penganiayaan, perkosaan, penghilangan paksa, pembunuhan, pemusnahan kelompok etnis
tertentu, pembakaran sarana pendidikan dan tempat ibadah, dan teror bom yang semakin
berkembang. Selain itu, terjadi pula penyalahgunaan kekuasaan oleh pejabat publik dan aparat
penegak hukum, pemelihara keamanan, dan pelindung rakyat, tetapi justru mengintimidasi,
menganiaya, menghilangkan paksa dan/atau menghilangkan nyawa. Bahkan pada beberapa
kesempatan yang lalu, Pengadilan HAM Ad Hoc Kasus pelanggaran HAM berat Timtim telah
membebaskan sebagian terbesar para Jendaral Angkatan Darat dari segala tuntutan hukum.
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian Penegakan Hukum
2. Pengertian Aparatur Penegak Hukum
3. Faktor yang mempengaruhi Penegakan Hukum
4. Permasalahan Penegakan Hukum di Indonesia
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian pengakan hukum
2. Untuk mengetahui pengertian aparatur penegak hukum
3. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi penegakan hukum
4. Untuk mengetahui permasalahan penegakan hukum di Indonesia
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
B. Pengertian Aparatur Penegak Hukum
Aparat Penegak hukum adalah aparat yang melaksanakan proses upaya untuk
tegaknya atau berfungsinya norma-norma hukum secara nyata sebagai pedoman
perilaku dalam lalulintas atau hubungan–hubungan hukum dalam kehidupan
bermasyarakat dan bernegara, untuk menjamin dan memastikan tegaknya hukum itu,
apabila diperlukan, aparatur penegak hukum itu diperkenankan untuk menggunakan
daya paksa.
6
computer, dalam tindak pidana khusus yang selama ini masih diberikan wewenang
kepada jaksa, hal tersebut karena secara teknis yuridis polisi dianggap belum mampu
dan belum siap. Walaupun disadari pula bahwa tugas yang harus diemban oleh polisi
begitu luas dan banyak.
4. Faktor Masyarakat Penegak hukum berasal dari masyarakat dan bertujuan untuk
mencapai kedamaian di dalam masyarakat. Setiap warga masyarakat atau kelompok
sedikit banyaknya mempunyai kesadaran hukum, persoalan yang timbul adalah taraf
kepatuhan hukum, yaitu kepatuhan hukum yang tinggi, sedang, atau kurang. Adanya
derajat kepatuhan hukum masyarakat terhadap hukum, merupakan salah satu indikator
berfungsinya hukum yang bersangkutan.
5. Faktor Kebudayaan Berdasarkan konsep kebudayaan sehari-hari, orang begitu
sering membicarakan soal kebudayaan. Kebudayaan menurut Soerjono Soekanto,
mempunyai fungsi yang sangat besar bagi manusia dan masyarakat, yaitu mengatur
agar manusia dapat mengerti bagaimana seharusnya bertindak, berbuat, dan
menentukan sikapnya kalau mereka berhubungan dengan orang lain. Dengan
demikian, kebudayaan adalah suatu garis pokok tentang perikelakuan yang
menetapkan peraturan mengenai apa yang harus dilakukan, dan apa yang dilarang.
7
Semakin banyaknya kasus korupsi memperlihatkan bagaimana perkembangan
hukum pada saat ini. Kalau dilihat dengan seksama, pada masa pemerintahan
terdahulu, korupsi itu minimalis sekali, adapun yang korupsi berkisar jutaan saja, namun
berapa angka nominal para koruptor saat ini, milyaran, triliyunan, alangkah besar-
berlipat ganda, dan bukan satu dua koruptor, tetapi lebih dari itu.
Baru pada masa pemerintahan kali ini, banyak dari kalangan masyarakat secara
umum menilai bahwa penegakan hukum di Indonesia sangatlah buruk. Begitu juga
publik menilai bahwa kinerja pemerintah dalam memberantas korupsi juga begitu buruk.
Padahal sebelum pemerintahan masa kini, ada penilaian positif terhadap
pemberantasan korupsi.
Tingkat kejahatan terus meninggi, korupsi pun tinggi, kepastian hukum yang
lemah dan rendah, penyelesaian yang tidak berkualitas serta tidak efisiennya
penyelenggaraan negara, jika hal ini terus berlanjut, kepercayaan masyarakat publik
terhadap pemberantasan korupsi dan penegak hukum, khususnya, akan merosot.
Apa yang salah dari sini? Banyak kesalahan yang terjadi, salah satu faktornya
adalah ketidak tegasan hukum di Indonesia. Adanya suap menyuap bagi pihak A
terhadap B, bahkan kasus-kasus penyuapan juga banyak terjadi pada kehidupan
sehari-hari yang juga banyak dilakukan oleh pihak instansi pemerintahan.
Para pengamen-pengamen di jalanan membuat syair berikut “Maling-maling kecil
dipersulit, maling-maling besar dilindungi”. Bisa dilihat kembali dari beberapa kasus
maling sendal, maling buah “maling-maling kecil” yang ditangkap dan begitu dipersulit.
Sedangkan koruptor bisa ‘bernafas lega’ sepuasnya. Diskriminasi mulai terjadi dalam
hukum Indonesia saat ini.
Penegakan hukum yang terjadi saat ini, yang benar bisa menjadi salah yang salah
bisa menjadi benar. Praktik mafia hukum di Indonesia saat ini justru semakin
merajalela. Namun penegakan hukum saat ini sangat lamban, banyaknya kasus
kejahatan-kejahatan yang disikapi secara lamban akan menggerus hukum semakin
rendah.
Kondisi yang demikian atau katakanlah kualitas dari penegakan hukum yang
buruk seperti itu akan sangat berpengaruh besar terhadap kesehatan dan kekuatan
demokrasi Indonesia. Mental rusak para penegak hukum yang memperjualbelikan
hukum sama artinya dengan mencederai keadilan. Mencederai keadilan atau bertindak
tidak adil tentu saja merupakan tindakan gegabah melawan kehendak rakyat.
8
Hukum sangatlah penting didalam kehidupan di masyarakat Indonesia. Hal itu
dikarenakan menurut dari tuntuan masyarakat , hukum dapat membuat suatu
perubahan ke arah yang positif. Mengenai penegakkan hukum ini , hampir setiap hari ,
media massa baik elektronik maupun cetak menayangkan beberapa masalah hukum
baik terkait dengan masalah penegakkan hukum yang belum memenuhi rasa keadilan
masyarakat maupun masalah pelanggaran HAM dan KKN.
Dalam menegakkan hukum , kita tidak bisa menegakkan hukum sendirian. Tetapi ada
lembaga khusus yang bertugas untuk menjalankan hukum sebagaimana mestinya ,
maka dibentuk beberapa lembaga aparat hukum seperti kepolisian , kejaksaan ,
kehakiman dan lain-lain.
a. Kepolisian Kepolisian negara ialah alat negara penegak hukum yang terutama
bertugas memelihara keamanan dan ketertiban di dalam negeri. Dalam kaitannya
dengan hukum, khususnya Hukum Acara Pidana, Kepolisian negara bertindak sebagai
penyelidik dan penyidik. Menurut Pasal 4 UU nomor 8 tahun 1981 tentang Undang-
Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP), Penyelidik adalah setiap pejabat polisi negara
RI. Penyelidik mempunyai wewenang: 1) menerima laporan atau pengaduan dari
seseorang tentang adanya tindak Pidana; 2) mencari keterangan dan barang bukti; 3)
menyuruh berhenti seorang yang dicurigai dan menanyakan serta memeriksa tanda
pengenal diri; 4) mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung jawab.
9
1) Kejaksaan Agung, berkedudukan di ibukota negara Republik Indonesia dan daerah
hukumnya meliputi wilayah kekuasaan negara Republik Indonesia.
2) Kejaksaan Tinggi, berkedudukan di ibukota provinsi dan daerah hukumnya meliputi
wilayah provinsi.
3) Kejaksaan negeri, berkedudukan di ibukota kabupaten/kota yang daerah hukumnya
meliputi daerah kabupaten/kota.
Undang-Undang No. 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan RI telah mengatur tugas dan
wewenang Kejaksaan sebagaimana ditentukan dalam Pasal 30, yaitu :
Melakukan penuntutan
Melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap
Melakukan pengawasan pada pelaksanaan putusan pidana bersyarat, putusan
pidana pengawasan, dan keputusan bersyarat
Melaksanakan penyidikan pada tindak pidana tertentu berdasarkan undang-
undang
Melengkapi berkas perkara tertentu dan melakukan pemeriksaan tambahan
sebelum dilimpahkan ke pengadilan yang dalam pelaksanaannya
dikoordinasikan dengan penyidik.
2. Di bidang perdata dan tata usaha negara, kejaksaan dengan kuasa khusus dapat
bertindak baik di dalam maupun di luar pengadilan untuk dan atas nama negara atau
pemerintah.
10
c. Kehakiman
Kehakiman merupakan suatu lembaga yang diberi kekuasaan untuk mengadili. Adapun
Hakim adalah pejabat peradilan negara yang diberi wewenang oleh undang-undang
untuk mengadili. Menurut Pasal 1 UU Nomor 8 tahun1981 tentang Undang-Undang
Hukum Acara Pidana (KUHAP) mengadili adalah serangkaian tindakan hakim untuk
menerima, memeriksa, dan memutus perkara pidana berdasarkan asas bebas, jujur,
dan tidak memihak di sidang pengadilan dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam
undang-undang tersebut. Dalam upaya menegakkan hukum dan keadilan serta
kebenaran, hakim diberi kekuasaan yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan.
Artinya, hakim tidak boleh dipengaruhi oleh kekuasaan-kekuasaan lain dalam
memutuskan perkara. Apabila hakim mendapat pengaruh dari pihak lain dalam
memutuskan perkara, maka cenderung keputusan hakim itu tidak adil, yang pada
akhirnya akan meresahkan masyarakat dan wibawa hukum dan hakim akan pudar.
Lembaga penegakkan seperti kehakiman biasa adalah lembaga-lembaga yang
bergerak dibidang yudikatif seperti Mahkamah Agung , Mahkamah Konstitusi dan
Komisi Yudisial.
Selain lembaga penegakkan hukum, tidak cukup seperti kepolisian, kejaksaan dan
kehakiman. Dimana dalam menegakkan hukum , kita memerlukan sebuah lembaga
peradilan yang mengurus tentang hukum. Untuk menyelesaikan perbuatan-perbuatan
yang melawan hukum dapat dilakukan dengan melalui badan peradilan yang sesuai
dengan masalah yang dialami dan pelaku dari penegakkan hukum tersebut.
11
Dalam bagian pertimbangan Undang-Undang No. 48 tahun 2009 tentang
Kekuasaan Kehakiman ditegaskan bahwa kekuasaan kehakiman menurut Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 merupakan kekuasaan yang
merdeka yang dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan peradilan yang
berada di bawahnya dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama,
lingkungan peradilan militer,
lingkungan peradilan tata usaha negara, dan oleh sebuah Mahkamah Konstitusi, untuk
menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan.
a. Peradilan Umum
Peradilan umum merupakan salah satu pelaksaan kekuasaan kehakiman bagi rakyat
pencari keadilan pada umumnya. ama seperti namanya, jenis pengadilan ini digunakan
untuk mengadili masyarakat secara umum. Mengenai peradilan umum bisa dilihat
secara lebih lanjut pada UU Nomor 49 Tahun 2009 yang merupakan Perubahan Kedua
Atas UU Nomor 2 Tahun 1986. Pengadilan negri dan pengadilan tinggi adalah dua jenis
lembaga peradilan yang berada di di dalam lingkup pengadilan umum. Pengadilan negri
biasanya berada di ibu kota kabupaten/kota.
Sedangkan, pengadilan tinggi berada di tingkat provinsi. Jenis pengadilan yang berada
di lingkup umum ini mengadili masyarakat yang melanggar hukum baik di bidang
perdata maupun pidana. Apabila proses peradilan dirasa tidak cukup pada tingkat
pengadilan negri, maka masyarakat bisa meminta naik banding di pengadilan tinggi.
Dalam menjalankan fungsi peradilan, terdapat beberapa susunan keanggotaan
pengadilan umum yang meliputi Pimpinan (Ketua PN dan Wakil Ketua PN), hakim
anggota, panitera , sekretaris, dan jurusita.
b. Peradilan Agama
Peradilan agama terbaru diatur dalam Undang-Undang nomor 50 tahun 2009 sebagai
perubahan kedua atas UU No. 7 tahun 1989. Berdasar undang-undang tersebut,
Peradilan Agama bertugas dan berwewenang memeriksa perkara-perkara di tingkat
12
pertama antara orang-orang yang beragama Islam di bidang: a) perkawinan; b)
kewarisan, wasiat, dan hibah yang dilakukan berdasarkan hukum Islam; c) wakaf dan
shadaqah.
Pada pengadilanagama ini tingkat pertama susunan anggotanya adalah terdiri dari
pimpinan, hakim anggota, panitera , sekretaris dan juru sita. Sedangkan pada tingkat
[engadilan agama tinggi , susunan anggotanya antara lain pimpinan , hakim anggota ,
panitera dan sekretaris.
c. Peradilan Militer
Dalam peradilan militer, terbagi menjadi empat jenis pengadilan yang dimana
berdasarkan pada pangkat militer yang dimiliki oleh tentara itu sendiri :
Untuk pengadilan militer tingkat pertama, tentara yang diadili adalah mereka yang
memiliki pangkat kapten ke bawah.
Untuk pengadilan militer tinggi digunakan untuk mengadili tentara yang memiliki
pangkat mayor ke atas.
Sedangkan, untuk pengadilan militer utama digunakan untuk memeriksa dan
memutus perkara tingkat banding pada pengadilan militer tingkat pertama yang
diajukan oleh pengadilan militer tinggi.
Dan yang terakhir, pengadilan militer pertempuran memiliki fungsi untuk mengadili
dan memutuskan perkara para tentara baik di tingkat pengadilan pertama maupun
tinggi yang berkaitan dengan perkara pidana yang mereka lakukan di pertempuran.
d. Peradilan Tata Usaha Negara Peradilan Tata Usaha Negara diatur Undang-Undang
Nomor 5 tahun 1986 yang telah diperbaharui menjadi UU No. 9 tahun 2004. Dalam
pasal 1 ayat 1 disebutkan bahwa Tata Usaha Negara adalah administrasi negara yang
melaksanakan fungsi untuk menyelenggarakan urusan pemerintahan baik di pusat
maupun di daerah. Peradilan Tata Usaha Negara bertugas untuk mengadili perkara
atas perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh pegawai tata usaha negara.
Dalam peradilan Tata Usaha Negara ini yang menjadi tergugat bukan orang atau
pribadi, tetapi badan atau pejabat Tata Usaha Negara yang mengeluarkan keputusan
13
berdasarkan wewenang yang ada padanya atau dilimpahkan kepadanya. Sedangkan
pihak penggugat dapat dilakukan oleh orang atau badan hukum perdata.
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penegakan Hukum adalah suatu upaya yang dilakukan untuk menjadikan hukum
sebagai pedoman perilaku dalam setiap perbuatan hukum, baik oleh para subyek
hukum maupun para aparat penegak hukum resmi yang diberi tugas dan wewenang
oleh UU untuk menjamin berfungsinya norma-norma hukum yang berlaku di
masyarakan dan negara.
Aparat penegak hukum adalah pihak-pihak yang terlibat secara langsung dalam
proses penegakan hukum, yaitu saksi, polisi, penasehat hukum, jaksa, hakim, dan
petugas sipir pemasyarakatan.
B. Saran
Kritik dan saran sangat kami harapkan dalam makalah ini, segala kekurangan yang
ada dalam makalah ini mungkin karena kelalaian atau ketidaktahuan kami dalam
penyusunannya. Segala hal yang tidak relevan, kekurangan dalam pengetikan atau bah
kan ketidakjelasan dalam makalah ini merupakan proses kami dalam mempelajari mata
kuliah ini dan diharapkan kami yang menulis ataupun bagi pembaca dapat mengambil
manfaat dari makalah ini.
15
DAFTAR PUSTAKA
16