Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

WAWASAN NUSANTARA

DISUSUN OLEH:

Agus Ari Bowo (1809035019)

Agip Dwi Gusandi (1809035058)

Mayestika Ayuni Fariza (1809035022)

Ninda Nur Sabila (1809035013)

Rifky Pambudi (1809035029)

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MULAWARMAN

2018/2019
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Robbil ‘Alamin, Segala puji bagi Allah SWT Tuhan Semesta
Alam. Atas segala karunia dan nikmatNya sehingga kami dapat menyusun
makalah ini dengan sebaik-baiknya. Makalah yang berjudul “Wawasan
Nusantara” disusun dalam rangka memenuhi salah satu tugas mata pelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan.

Makalah ini berisi tentang pengertian hingga implementasi mengenai Wawasan


Nusantara. Dalam penyusunannya melibatkan anggota-anggota kelompok.

Meski telah disusun secara maksimal, namun kami sebagai manusia biasa
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Karenanya kami yang
menulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca
sekalian.

Besar harapan saya makalah ini dapat menjadi sarana membantu masyarakat
dalam memahami mengenai Wawasan Nusantara.

Demikian apa yang bisa kami sampaikan, semoga pembaca dapat mengambil
manfaat dari makalah ini.

Samarinda, 7 Desember 2018

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................ 1

DAFTAR ISI.............................................................................................................................................2

BAB I.........................................................................................................................................................3

PENDAHULUAN.....................................................................................................................................3

1.1 Latar Belakang................................................................................................................................3

1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................................................3

1.3 Tujuan................................................................................................................................................4

BAB II........................................................................................................................................................5

PEMBAHASAN.......................................................................................................................................5

2.1 Pengertian Wawasan Nusantara...............................................................................................5

2.2 Unsur-Unsur Dasar Wawasan Nusantara................................................................................6

2.3 Kedudukan, Fungsi, Tujuan Wawasan Nusantara.................................................................9

2.4 Wawasan Nasional Indonesia...................................................................................................10

1. Paham Kekuasaan Bangsa Indonesia ............................................................................10

2. Geopolitik Indonesia.............................................................................................................10

3. Latar Belakang Filosofis .....................................................................................................11

BAB III.....................................................................................................................................................15

PENUTUP...............................................................................................................................................15

3.1 Kesimpulan....................................................................................................................................15

3.2 Saran................................................................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................................17
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Salah satu persyaratan mutlak harus dimiliki oleh sebuah negara adalah
wilayah kedaulatan. Setiap negara menduduki tempat tertentu di muka bumi
serta mempunyai perbatasan tertentu; misalnya apakah perbatasan merupakan
perbatasan alamiah (laut, sungai, gunung), apakah negara itu tidak memiliki
perbatasan laut sama sekali (land-locked) atau apakah negara itu merupakan
benua atau kepulauan. Kekuasaan sebuah negara mencakup seluruh wilayah,
tidak hanya tanah, melainkan juga laut di sekelilingnya dan angkasa di atasnya.
Selain masalah wilayah kedaulatan, rakyat dan pemerintahan sah yang
diakui juga merupakkan syarat mutlak suatu negara. Penduduk dalam suatu
negara biasanya menunjukkan beberapa ciri khas tertentu dalam masalah
kebudayaan, nilai-nilai politiknya, atau identitas nasionalnya. Kesamaan dalam
sejarah perkembangannya, kesamaan bahasa, kesamaan kebudayaan,
kesamaan suku bangsa, kesamaan agama merupakkan faktor-faktor yang
mendorong ke arah terbentuknya persatuan nasioanal dan identitas nasional
yang kuat.
Sebagai negara kepulauan yang luas, Indonesia menghadapi berbagai
macam tantangan dan permasalahan, diantaranya faktor geografis, seperti iklim
dan sumber daya alam, serta mengenai batas-batas wilayah. Selain itu,
kemajemukan suku bangsa, ras dan agama juga merupakan variabel yang perlu
di perhatikan
Melalui Deklarasi Djuanda 13 Desember 1957, Indonesia meletakkan
konsep dasar Wawasan Nusantara , salah satu pedoman bangsa Indonesia
mengenai wawasan nasional yang berpijak pada wujud wilayah nusantara dan
keberagaman masyarakat yang hidup dan saling berinteraksi di dalamnya.
1.2 Rumusan Masalah
a. Pengertian dari wawasan nusantara
b. Unsur-unsur dasar wawasan nusantara
c. Kedudukan, fungsi dan tujuan wawasan nusantara
d. Wawasan Nasional Indonesia
e. Arah pandang wawasan nusantara

1.3 Tujuan
a. Untuk memberikan pemahaman tentang pengertian dari wawasan
nusantara
b. Untuk dapat mengetahui  unsur-unsur dasar dari wawasan nusantara
c. Untuk dapat mengetahui kedudukan, fungsi dan tujuan wawasan
nusantara
d. Untuk dapat mememahami makna wawasan nasional Indonesia
BAB II

PEMBAHASAN

Pengertian Wawasan Nusantara


Wawasan Nasional, yang di Indonesia disebut sebagai Wawasan
Nusantara, pada dasarnya merupakan cara pandang terhadap bangsa sendiri.
Kata “wawasan” berasal dari kata “wawas” yang bearti melihat atau
memandang. Sedangkan kata “Nusantara” terdiri dari kata “nusa dan antara”.
Kata nusa artinya pulau atau kesatuan kepulauan. Antara menunjukkan letak
antara dua unsur. Nusantara artinya kesatuan kepulauan yang terletak antara
dua benua yakni Asia dan Australia dan dua samudera yakni; samudera Hindia
dan samudera Pasifik.
Di bawah ini dipaparkan beberapa pengertian dari Wawasan Nusantara,
sebagai berikut :
1. Menurut Prof.Dr. Wan Usman
Menurut Prof.Dr. Wan Usman, Wawasan Nusantara adalah cara pandang
bangsa Indonesia mengenai diri dan tanah air nya sebagai Negara kepulauan
dengan semua aspek kehidupan yang beragam.
2. Menurut Kel. Kerja LEMHANAS 1999
Wawasan Nusantara adalah cara pandang dan sikap bangsa Indonesia
mengenai diri dan lingkungannya yang beragam dan bernilai strategis dengan
mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa dan kesatuan wilayah dalam
menyelenggarakan kehidupan bermsyarakat, berbangsa dan bernegara untuk
mencapai tujuan nasional.
3. Menurut Ketetapan  MPR Tahun 1993 dan 1998 Tentang GBHN
Wawasan Nusantara adalah cara pandang dan sikap bangsa Indonesia
mengenai diri dan lingkungannya dengan mengutamakan persatuan
dankesatuan bangsa serta kesatuan wilayah dalam menyelenggarakan
kehidupan bermsyarakat, berbangsa, dan bernegara untuk mencapai tujuan
nasional.
Dengan demikian wawasan Nusantara dapat didefinisikan sebagai cara
pandang dan sikap bangsa Indonesia mengenai diri dan lingkungannya yang
serba beragam dan bernilai strategis dengan mengutamakan persatuan dan
kesatuan wilayah dengan tetap menghargai dan menghormati kebhinekaan
dalam setiap aspek kehidupan nasional untuk mencapai tujuan nasional
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

Unsur-Unsur Dasar Wawasan Nusantara

1. Wadah (Contour)

A. Wujud Wilayah
Batas ruang lingkup wilayah nusantara ditentukan oleh lautan yang di dalamnya
terdapat gugusan ribuan pulau yang saling dihubungkan oleh perairan. Oleh
karena itu, Nusantara dibatasi oleh lautan dan daratan serta dihubungkan oleh
perairan didalamnya. Setelah bernegara dalam Negara Kesatuan Republik
Indonesia, bangsa indonesia memiliki organisasi kenegaraan yang merupakan
wadah berbagai kegiatan kenegaraan dalam wujud suprastruktur politik.
Sementara itu, wadah dalam kehidupan bermasyarakat adalah lembaga dalam
wujud infrastruktur politik. Letak geografis negara berada di posisi dunia antara
dua samudra, yaitu Samudra Pasifik dan Samudra Hindia, dan antara dua
benua, yaitu banua Asia dan benua Australia. Perwujudan wilayah Nusantara ini
menyatu dalam kesatuan politik, ekonomi, sosial-budaya, dan pertahanan
keamanan.

B. Tata Inti Organisasi


Bagi Indonesia, tata inti organisasi negara didasarkan pada UUD 1945 yang
menyangkut bentuk dan kedaulatan negara kekuasaaan pemerintah, sistem
pemerintahan, dan sistem perwakilan. Negara Indonesia adalah negara
kesatuan yang berbentuk republik. Kedaulatan di tangan rakyat yang
dilaksanakan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR). Sistem
pemerintahan, menganut sistem presidensial. Presiden memegang kekuasaan
bersadarkan UUD 1945. Indonesia adalah Negara hukum ( Rechtsstaat ) bukan
Negara kekuasaan ( Machtsstaat ).

C. Tata Kelengkapan Organisasi


Wujud tata kelengkapan organisasi adalah kesadaran politik dan kesadaran
bernegara yang harus dimiliki oleh seluruh rakyat yang mencakup partai politik,
golongan dan organisasi masyarakat, kalangan pers seluruh aparatur Negara,
yang dapat diwujudkan dalam bentuk demokrasi konstitusional berdasarkan
UUD 1945 dan secara ideal berdasarkan dasar falsafah Pancasila.

2. Isi (Content)

Isi adalah aspirasi bangsa yang berkembang di masyarakat dan cita-cita serta
tujuan nasional yang terdapat pada pembukaan UUD 1945. Isi menyangkut dua
hal yang essensial, yaitu :
A. Realisasi aspirasi bangsa sebagai kesepakatan bersama serta
pencapaian cita-cita dan tujuan nasional. Cita-cita bangsa Indonesia tertuang di
dalam Pembukaan UUD 1945 yang menyebutkan :
a. Negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.
b. Rakyat Indonesia yang berkehidupan kebangsaan yang bebas.
c. Pemerintahan Negara Indonesia melindungi segenap bangsa Indonesia
dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan
umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban
dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.
B. Asas keterpaduan semua aspek kehidupan nasional berciri manunggal,
utuh menyeluruh meliputi :
a. Satu kesatuan politik, dalam arti satu UUD dan politik pelaksanaannya
serta satu ideologi dan identitas nasional.
b. Satu kesatuan sosial-budaya, dalam arti satu perwujudan masyarakat
Indonesia atas dasar “Bhinneka Tunggal Ika”, satu tertib sosial dan satu tertib
hukum.
c. Satu kesatuan ekonomi dengan berdasarkan atas asas usaha bersama
dan asas kekeluargaan dalam satu sistem ekonomi kerakyatan.
d. Satu kesatuan pertahanan dan keamanan dalam satu system terpadu,
yaitu sistem pertahanan keamanan rakyat semesta (Sishankamrata).
e. Satu kesatuan kebijakan nasional dalam arti pemerataan pembangunan
dan hasil-hasilnya yang mencakup aspek kehidupan nasional.
f. Satu kesatuan wilayah nusantara yang mencakup daratan perairan dan
dirgantara secara terpadu.

Untuk mencapai aspirasi yang berkembang di masyarakat maupun cita-cita dan


tujuan nasional seperti tersebut di atas, bangsa Indonesia harus mampu
menciptakan persatuan dan kesatuan dalam kebhinekaan dalam kehidupan
nasional.

3. Tata Laku (conduct)


Tata laku merupakan dasar interaksi antara wadah dengan isi, yang terdiri dari
tata laku tata laku batiniah dan lahiriah.
Tata laku batiniah mencerminkan jiwa, semangat, dan mentalitas yang baik dari
bangsa indonesia, sedang tata laku lahiriah tercermin dalam tindakan ,
perbuatan, dan perilaku dari bangsa Indonesia.
Tata laku lahiriah merupakan kekuatan yang utuh, dalam arti kemanunggalan.
Meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan pengendalian.
Kedua hal tersebut akan mencerminkan identitas jati diri atau kepribadian
bangsa indonesia berdasarkan kekeluargaan dan kebersamaan yang memiliki
rasa bangga dan cinta kepada bangga dan tanah air sehingga menimbulkan
nasionalisme yang tinggi dalm segala aspek kehidupan nasional.
Kedudukan, Fungsi dan Tujuan Wawasan Nusantara

1. Kedudukan Wawasan Nusantara

a. Sebagai Wawasan Nasional


Wawasan Nusantara sebagai wawasan nasional bangsa Indonesia merupakan
ajaran yang di yakini kebenarannya oleh seluruh rakyat agar tidak terjadi
penyesatan dan penyimpangan dalam upaya mencapai dan mewujudkan cita-
cita dan tujuan nasional.
b. Sebagai Pedoman Persatuan
Wawasan Nusantara dalam paradigma nasional secara structural dan
fungsional mewujudkan keterkaitan hierarkis piramida dan secara instrumental
mendasari kehidupan nasional yang berdimensi kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara.
Wawasan Nusantara berkedudukan sebagai visi bangsa. Visi adalah keadaan
atau rumusan umum mengenai keadaan yang ingin dicapai. Wawasan nasional
merupakan visi bangsa yang bersangkutan dalam menuju masa depan. Visi
bangsa Indonesia sesuai dengan konsep wawasan Nusantara adalah; menjadi
bangsa yang satu dengan wilayah yang satu secara utuh.

2. Fungsi Wawasan Nusantara


Menurut Cristine S.T. Kansil, S.H., MH dkk dalam bukunya pendidikan
kewarganegaraan di perguruan tinggi  menjelaskan bahwa fungsi wawasan
nusantara:
a. Membentuk dan membina persatuan dan kesatuan bangsa dan Negara
Indonesia
b. Merupakan ajaran dasar nasional yang melandasi kebijakkan dan strategi
pembangunan nasional
Wawasan nusantara berfungsi sebagai pedoman, motivasi, dorongan serta
rambu-rambu dalam menentukan segala kebijaksanaan, keputusan, tindakan,
dan perbuatan bagi penyelenggara Negara di tingkat pusat dan daerah maupun
bagi seluruh rakyat Indonesia dalam kehidupan bernsyarakat, berbangsa, dan
bernegara.

3. Tujuan Wawasan Nusantara


Di dalam buku pendidikan kewarganegaraan diperguruan tinggi, Menurut
Cristine S.T. Kansil, S.H., MH dkk menjelaskan bahwa tujuan wawasan
nusantara adalah :
a. Tujuan ke dalam mewujudkan kesatuan dalam segenap aspek kehidupan
nasional yaitu aspek alamiah dan aspek sosial
b. Tujuan keluar pada lingkungan bangsa dan Negara yang mengelilingi
Indonesia ialah ikut serta mewujudkan ketertiban dan perdamaian dunia
berdasarkan kemerdekaan keadilan sosial dan perdamaian abadi

Wawasan Nusantara bertujuan mewujudkan nasioanalisme yang tinggi di


segala aspek kehidupan rakyat Indonesia yang lebih mengutamakan
kepentingan nasioanal dari pada kepentingan individu, kelompok, golongan,
suku bangsa atau daerah (kepentingan individu, kelompok, golongan, suku
bangsa atau daerah tetap dihargai selama tidak bertentangan dengan
kepentingan nasional atau kepentingan masyarakat banyak.

Wawasan Nasional Indonesia

1. Wawasan Naasional

Setiap Negara perlu memiliki wawasan nasional dalam usaha


menyelenggarakan kehidupannya. Wawasan itu pada umumnya berkaitan
dengan cara pandang tentang hakikat sebuah Negara yang memiliki kedaulatan
atas wilayahnya. Fokus pembicaraan pada unsur kekuasaan dan kewilayahan
disebut “geopolitik”.
A. Paham Kekuasaan Bangsa Indonesia
Bangsa Indonesia yang berfalsafah dan berideologi Pancasila menganut paham
tentang perang dan damai:”Bangsa Indonesia cinta damai, akan tetapi lebih
cinta kemerdekaan.” Wawasan nasional bangsa Indonesia tidak
mengembangkan ajaran tentang kekuasaan dan adu kekuatan, karena hal
tersebut mengandung benih-benih persengketaan dan ekspansionisme. Ajaran
wawasan nasional bangsa Indonesia menyatakan bahwa: ideologi digunakan
sebagai landasan idiil dalam menentukan politik nasional, dihadapkan pada
kondisi dan konstelasi geografi Indonesia dengan segala aspek kehidupan
nasionalnya. Tujuannya adalah agar bangsa Indonesia dapat menjamin
kepentingan bangsa dan negaranya di tengah-tengah perkembangan dunia.
B. Geopolitik Indonesia
Pemahaman tentang kekuatan dan kekuasaan yang dikembangkan di Indonesia
didasarkan pada pemahaman tentang paham perang dan damai serta
disesuaikan dengan kondisi dan konstelasi geografi Indonesia. Sedangkan
pemahaman tentang Negara Indonesia menganut paham Negara kepulauan,
yaitu paham yang dikembangkan dari asas archipelago yang memang berbeda
dengan pemahaman archipelago di negara-negara Barat pada umumnya.
Perbedaan yang esensial dari pemahaman ini adalah bahwa menurut paham
Barat, laut berperan sebagai “pemisah” pulau, sedangkan menurut paham
Indonesia laut adalah “penghubung” sehingga wilayah Negara menjadi satu
kesatuan yang utuh sebagai “Tanah Air” dan disebut Negara Kepulauan.

C. Latar Belakang Filosofis


Wawasan Nasional merupakan sebuah cara pandang geopolitik Indonesia yang
bertolak dari latar belakang pemikiran sebagai berikut ((S. Sumarsono, 2005)
a. Latar belakang pemikiran filsafat Pancasila
b. Latar belakang pemikiran aspek kewilayahan Indonesia
c. Latar belakang pemikiran aspek sosial budaya Indonesia
d. Latar belakang pemikiran aspek kesejarahan Indonesia
Latar belakang pemikiran filsafat Pancasila menjadikan Pancasila sebagai dasar
pengembangan Wawasan Nusantara tersebut. Setiap sila dari Pancasila
menjadi dasar dari pengembangan wawasan itu.
1. Sila 1 (Ketuhanan yang Mahaesa) menjadikan Wawasan Nusantara
merupakan wawasan yang menghormati kebebasan beragama
2. Sila 2 (Kemanusiaan yang Adil dan Beradab) menjadikan Wawasan
Nusantara merupakan wawasan yang menghormati dan menerapkan HAM (Hak
Asasi Manusia)
3. Sila 3 (Persatuan Indonesia) menjadikan Wawasan Nusantara
merupakan wawasan yang mengutamakan kepentingan bangsa dan negara.
4. Sila 4 (Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan) menjadikan Wawasan Nusantara merupakan
wawasan yang dikembangkan dalam suasana musyawarah dan mufakat.
5. Sila 5 (Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia) menjadikan
Wawasan Nusantara merupakan wawasan yang mengusahakan kesejahteraan
seluruh rakyat Indonesia.

Latar belakang pemikiran aspek kewilayahan Indonesia menjadikan wilayah


Indonesia sebagai dasar pengembangan wawasan itu. Dalam hal ini kondisi
obyektif geografis Indonesia menjadi modal pembentukan suatu negara dan
menjadi dasar bagi pengambilan-pengambilan keputusan politik. Adapun kondisi
obyektif geografi Indonesia telah mengalami perkembangan sebagai berikut.
Saat RI merdeka (17 Agustus 1945), kita masih mengikuti aturan dalam
Territoriale Zee En Maritime Kringen Ordonantie tahun 1939 di mana lebar laut
wilayah Indonesia adalah 3 mil diukur dari garis air rendah dari masing-masing
pantai pulau Indonesia.
Dengan aturan itu maka wilayah Indonesia bukan merupakan kesatuan, laut
menjadi pemisah-pemecah wilayah karena Indonesia merupakan negara
kepulauan
Indonesia kemudian mengeluarkan Deklarasi Djuanda (13 Desember 1957)
berbunyi:”…berdasarkan pertimbangan-pertimbangan maka pemerintah
menyatakan bahwa segala perairan di sekitar, di antara, dan yang
menghubungkan pulau-pulau yang termasuk negara Indonesia dengan tidak
memandang luas atau lebarnya adalah bagian-bagian yang wajar daripada
wilayah daratan negara Indonesia, dan dengan demikian bagian daripada
perairan pedalaman atau nasional berada di bawah kedaulatan mutlak negara
Indonesia. Lalu lintas yang damai di perairan pedalaman in bagi kapal-kapal
asing dijamin selama dan sekedar tidak bertentangan dengan/mengganggu
kedaulatan dan keselamatan negara Indonesia. Penentuan batas lautan
teritorial (yang lebarnya 12 mil) diukur dari garis yang menghubungkan titik-titik
ujung yang terluar pada pulau-pulau negara Indonesia….”
Jadi, pulau-pulau dan laut di wilayah Indonesia merupakan satu wilayah yang
utuh, kesatuan yang bulat dan utuh.
Indonesia kemudian mengeluarkan UU No 4/Prp Tahun 1960 tentang Perairan
Indonesia yang berisi konsep kewilayahan Indonesia menurut Deklarasi
Djuanda itu. Maka Indonesia mempunyai konsep tentang Negara Kepulauan
(Negara Maritim).
Dampaknya: jika dulu menurut Territoriale Zee En Maritime Kringen Ordonantie
tahun 1939 luas Indonesia adalah kurang lebih 2 juta km2 maka menurut
Deklarasi Djuanda dan UU No 4/prp Tahun 1960 luasnya menjadi 5 juta km2
(dimana 65% wilayahnya terdiri dari laut/perairan)
Pada 1982, Konferensi PBB tentang Hukum Laut Internasional III mengakui
pokok-pokok asas Negara Kepulauan (seperti yang digagas menurut Deklarasi
Djuanda)
Asas Negara Kepulauan itu diakui dan dicantumkan dalam UNCLOS 1982
(United Nation Convention on the Law af the Sea). Dampak dari UNCLOS 1982
adalah pengakuan tentang bertambah luasnya ZEE (Zona Ekonomi Eksklusif)
dan Landas Kontinen Indonesia. Indonesia kemudian meratifikasi UNCLOS
1982 melalui UU No 17 Tahun 1985 (tanggal 31 Desember 1985)
Sejak 16 November 1993 UNCLOS 1982 telah diratifikasi oleh 60 negara dan
menjadi hukum positif sejak 16 November 1994. Perjuangan selanjutnya adalah
perjuangan untuk wilayah antariksa nasional, termasuk GSO (Geo  Stationery
Orbit)
Jadi wilayah Indonesia adalah:

a. Wilayah territorial 12 mil dari Garis Pangkal Laut


b. Wilayah ZEE (Zona Ekonomi Eksklusif) 200 mil dari Pangkal Laut
c. Wilayah ke dalam perut bumi sedalam 40.000 km
d. Wilayah udara nasional Indonesia setinggi 110 km

Sedangkan atas antariksa Indonesia :

a. Tinggi = 33.761 km
b. Tebal GSO (Geo  Stationery Orbit) = 350 km
c. Lebar GSO (Geo  Stationery Orbit) = 150 km

Latar belakang pemikiran aspek sosial budaya Indonesia menjadikan


keanekaragaman budaya Indonesia menjadi bahan untuk memandang
(membangun wawasan) nusantara Indonesia. Menurut Hildred Geertz
sebagaimana dikutip Nasikun (1988), Indonesia mempunyai lebih dari 300 suku
bangsa dari Sabang sampai Merauke. Adapun menurut Skinner yang juga
dikutip Nasikun (1988) Indonesia mempunyai 35 suku bangsa besar yang
masing-masing mempunyai sub-sub suku/etnis yang banyak.
Latar belakang pemikiran aspek kesejarahan Indonesia menunjuk pada sejarah
perkembangan Indonesia sebagai bangsa dan negara di mana tonggak-
tonggak sejarahnya adalah:
a. 20 Mei 1908, Kebangkitan Nasional Indonesia
b. 28 Okotber 1928, Kebangkitan Wawasan Kebangsaan melalui Sumpah
Pemuda
c. 17 Agustus 1945, Kemerdekaa Republik Indonesia
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan di atas kita dapat menyimpulkan secara umum Wawasan
Nusantara adalah keutuhan nusantara/nasional, dalam pengertiannya yaitu cara
pandang yang secara utuh menyeluruh dalam lingkup nusantara dan demi
kepentingan nasional.
Wawasan Nusantara berkedudukan sebagai visi bangsa. Visi adalah
keadaan atau rumusan umum mengenai keadaan yang ingin dicapai. Wawasan
nasional merupakan visi bangsa yang bersangkutan dalam menuju masa
depan. Visi bangsa Indonesia sesuai dengan konsep wawasan Nusantara
adalah; menjadi bangsa yang satu dengan wilayah yang satu secara utuh.
Wawasan nusantara berfungsi sebagai pedoman, motivasi, dorongan serta
rambu-rambu dalam menentukan segala kebijaksanaan, keputusan, tindakan,
dan perbuatan bagi penyelenggara Negara di tingkat pusat dan daerah maupun
bagi seluruh rakyat Indonesia dalam kehidupan bernsyarakat, berbangsa, dan
bernegara.
Tujuan dari wawasan nusantara tersebut yaitu mewujudkan nasioanalisme
yang tinggi disegala aspek kehidupan rakyat Indonesia yang lebih
mengutamakan kepentingan nasioanal dari pada kepentingan individu,
kelompok, golongan, suku bangsa atau daerah tetap dihargai selama tidak
bertentangan dengan kepentingan nasional atau kepentingan masyarakat
banyak.
3.2 Saran

Dalam Hal ini mengenai Wawasan Nusantara, masyarakat indonesia


diharapkan dapat menjaga keutuhan wilayah yang dimiliki oleh bangsa
indonesia, kemudian masyarakat diharapkan tidak egois untuk memikirkan diri
sendiri dan masyarakat diminta untuk mementingkan kepentingan nasional
sehingga keutuhan dalam masyarakat indonesia dapat selalu utuh terjaga tanpa
adanya pecah belah.
DAFTAR PUSTAKA

Budiarjo, Miriam. 2014. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia Pustaka


Utama.

Sumarsono, S. 2015. Penidikan Kewaarganegaraan. Jakarta: PT Gramedia


Pustaka Utama.

Sumarsono, S. 2005. Cara Pandang Geopolitik. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka


Utama.

Anda mungkin juga menyukai