Anda di halaman 1dari 22

PENINGKATAN SAMPAH DI KOTA SAMARINDA DAN

PENCEMARAN TERHADAP SUNGAI KARANG MUMUS


BESERTA STRATEGI PENANGANANYA

Disusun Oleh :

Angga Chandra Putra (1809035012)

FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK INDSUTR

i
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT Tuhan Semesta Alam. Atas segala karunia dan nikmatNya
sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan sebaik-baiknya. Makalah yang
berjudul “Peningkatan Sampah di Kota-Kota Kalimantan Timur Beserta Strategi
Penangananya” disusun dalam rangka memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Pengetahuan Lingkungan.

Meski telah disusun secara maksimal, namun kami sebagai manusia biasa menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Karenanya kami yang menulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca sekalian.

Besar harapan saya makalah ini dapat menjadi sarana membantu teman-teman maupun
masyrakat dalam memahami mengenai permasalahan sampah dan solusinya di
Kalimantan Timur

Demikian apa yang bisa kami sampaikan, semoga pembaca dapat mengambil manfaat
dari makalah ini.

Samarinda, 15 Mei 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul........................................................................................i
Kata Pengantar.......................................................................................ii
Daftar Isi..................................................................................................iii
Daftar Gambar........................................................................................iv
Daftar Grafik...........................................................................................v

BAB I Pendahuluan................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................3
1.3 Tujuan Pembahasan.....................................................................................3

BAB II Tinjauan Pustaka......................................................................4


2.1 Pengertian Sampah............................................................................4
2.2 Penggolongan Sampah.......................................................................6

BAB III Pembahasan..............................................................................9


3.1 Peningkatan Sampah di Samarinda....................................................9
3.2 Pencemaran Sungai Karang Mumus di Samarinda............................11
3.3 Strategi menangani permasalahan sampah di kota Samarinda...........14

BAB IV PENUTUP............................................................................................16
4.1 Kesimpulan....................................................................................................16
4.2 Saran...............................................................................................................16

Daftar Pustaka........................................................................................17

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Sistem pengelohan sampah................................................................2

Gambar 2.1 Sampah industri.................................................................................6

Gambar 2.2 Sampah berdasarkan bentuk..............................................................7

Gambar 2.3 Sampah berdasarkan sifat..................................................................7

Gambar 3.1 Sungai karang mumus.......................................................................11

iv
DAFTAR GRAFIK

Grafik 3.1 Produksi sampah di Samarinda............................................................9

Grafik 3.2 Perkembangan populasi di Samarinda.................................................10

v
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Sampah merupakan salah satu permasalahan kompleks yang dihadapi oleh negara-
negara berkembang maupun negara-negara maju di dunia, termasuk Indonesia.
Permasalahan sampah bukan lagi sekedar masalah kebersihan dan lingkungan saja, akan
tetapi sudah menjadi masalah sosial yang berpotensi menimbulkan konflik (Damanhuri,
2010).

Sistem pengolahan sampah di Indonesia umumnya masih terbilang tradisional ini


seringkali akhirnya berubah menjadi praktek pembuangan sampah secara sembarangan
tanpa mengikuti ketentuan teknis di lokasi yang sudah ditentukan. Pengelolaan sampah
saat ini berdasarkan UU No 18 Tahun 2008 dan PP No 81 Tahun 2012 di lakukan
dengan dua fokus utama yakni pengurangan dan penanganan sampah. Pengurangan
sampah seperti yang di jelaskan di dalam UU maupun PP yang telah disebutkan
dilakukan mulai dari sumber sampah sampai pada pengelolaan akhir. Pada dasarnya
pengolahan sampah difokuskan pada TPS (Tempat pengolahan sementara) dan TPA
(Tempat Pengelolaan Akhir) yang sudah ditentukan oleh pemerintah setempat, hal ini
sebenarnya belum terlalu efektif dalam hal penanganan sampah.

Persampahan merupakan isu penting khususnya di daerah perkotaan, dimana jumlah


penduduk di daerah perkotaan yang cukup banyak dan relatif padat. Kehidupan manusia
dengan semua aktivitasnya tidak terlepas dengan namanya sampah. Karena sampah
merupakan hasil efek samping dari adanya aktivitas manusia baik berupa aktivitas
rumahan maupun aktivitas industri. Seiring dengan perkembangan waktu, jumlah
penduduk di suatu tempat tentunya akan semakin bertambah dan perkembangan
teknologi pun semakin canggih serta pertumbuhan industri juga cukup pesat sehingga
banyak menghasilkan sampah dalam berbagai macam. Menurut data dari BPS (Badan
Pusat Statistik) pada tahun 2014 indonesia menghasilkan sampah sekitar 187.2 juta ton
per tahun yang menduduki peringkat kedua negara penghasil sampah terbesar di dunia.

1
Diperkirakan hanya sekitar 60 % sampah di kota-kota besar di Indonesia yang dapat
terangkut ke TPA (Tempat Pengelolaan Akhir), yang operasi utamanya adalah
pengurugan (landfilling). Banyaknya sampah yang tidak terangkut kemungkinan besar
tidak terdata secara sistematis, karena biasanya dihitung berdasarkan muatan truk
menuju TPA. Sampai saat ini paradigma pengelolaan sampah yang digunakan adalah:
Kumpul – Angkut dan Buang seperti pada gambar 1.1, dan andalan utama sebuah kota
dalam menyelesaikan masalah sampahnya adalah pemusnahan dengan landfilling pada
sebuah TPA. Berikut ini merupakan alur pengolahan sampah yang ada di masyarakat,

Gambar 1.1 Sistem pengelohan sampah

Dalam kerangka pengelolaan sampah, pemilihan lokasi dan pengoptimalan Tempat


Pengelolaan Akhir (TPA) yang memadai perlu dilakukan secara tepat, di wilayah
Kabupaten Wonogiri. Hal tersebut penting untuk dilaksanakan dan mendesak untuk
diwujudkan, mengingat semakin bertambahnya volume sampah di wilayah tersebut dan
kesadaran masyarakat mengenai lingkungan yang semakin meningkat. Buruknya
pengelolaan sampah berpotensi menimbulkan bencana sosial, yakni dampak bencana
terhadap masyarakat. Lokasi-lokasi tempat pengelolaan sampah tersebut, baik tempat
pengelolaan sementara (TPS) maupun tempat pengelolaan akhir (TPA) perlu
ditentukan secara optimal.

2
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa Permasalahan sampah di Kalimantan Timur ?
2. Bagaimana cara (solusi) mengatasin permasalahan sampah di Kalimantan Timur ?

1.3 Tujuan Masalah


1. Untuk mengetahui ermasalahan sampah di Kalimantan Timur
2. Untuk mengetahui solusi mengatasin permasalahan sampah di Kalimantan Timur

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Sampah


Secara terbatas yang dimaksud dengan sampah adalah tumpukan bahan bekas dan sisa
tanaman (daun, sisa sayuran, sisa buangan lain), atau sisa kotoran hewan atau benda-
benda lain yang dibuang. Dalam pengertian yang luas, sampah diartikan sebagai benda
yang dibuang, baik yang berasal dari alam ataupun dari hasil proses teknologi
(Reksosoebroto, 1990).

Menurut Wasito (1970) sampah ialah segala zat padat atau semi padat yang terbuang
atau yang sudah tidak berguna, baik yang dapat membusuk atau yang tidak dapat
membusuk kecuali zat-zat buangan atau kotoran yang keluar dari tubuh manusia
(kotoran atau najis manusia).

Soedarso (1985) menyatakan, bahwa yang dimaksud dengan sampah ialah bahan
buangan sebagai akibat aktifitas manusia dan binatang, yang merupakan bahan yang
sudah tidak penting lagi sehingga dibuang sebagai barang yang sudah tidak berguna
lagi. Sedangkan menurut Murtadho (1988), sampah organik meliputi sampah semi
basah berupa bahan-bahan organik yang umumnya berasal dari sektor pertanian dan
makanan misalnya sisa dapur, sisa makanan, sampah sayuran dan kulit buah yang
kesemuanya mudah membusuk.

Menurut Reksosoebroto (1990), bahwa penanganan sampah yang baik akan


memberikan manfaat yang besar bagi kehidupan manusia dan lingkungan. Manfaat lain
penanganan sampah yang baik adalah menurunkan 90% angka kehidupan lalat
menurunkan 90% angka kehidupan tikus menurunkan 30% angka kehidupan nyamuk,
menurunkan 70% angka kerusakan jembatan dan menurunkan 90% angka kerusakan
pipa bangunan.

Keuntungan pembuangan sampah yang dapat diperoleh dari pengelolaan sampah yang
baik dapat dilihat dari beberapa segi yaitu: (1) Dari segi sanitasi, menjamin tempat kerja

4
yang bersih, mencegah tempat berkembang biaknya vektor hama penyakit dan
mencegah pencemaran lingkungan termasuk timbulnya pengotoran sumber air; (2)
Dari segi ekonomi mengurangi biaya perawatan dan pengobatan sebagai akibat yang
ditimbulkan sampah. Tempat kerja yang bersih akan meningkatkan gairah kerja dan
akan menambah produktivitas serta efisiensi pekerja, menarik banyak tamu atau
pengunjung, mengurangi kerusakan sehingga mengurangi biaya perbaikan (3) Dari
segi estetika, menghilangkan pemandangan tidak sedap dipandang mata menghilangkan
timbulnya bau–bauan yang tidak enak, mencegah keadaan lingkungan yang kotor dan
tercemar. Penanganan sampah yang baik akan memberikan manfaat yang besar bagi
kehidupan manusia dan lingkungan.

Wasito (1970) mengemukakan bahwa pelaksanaan pengelolaan sampah meliputi


beberapa phase penyelenggaraan, dan pada phase pembuangan akhir terdiri dari
beberapa macam metode, yaitu: (1) Phase penyediaan atau phase penampungan (2)
Phase pengumpulan dan pengangkutan; (3) Phase pembuangan. Macam-macam metode
pembuangan akhir adalah: (1) Pembuangan sampah 15 terbuka; (2) Pembuangan
sampah dalam badan air; (3) Pembuangan sampah dirumah-rumah bersama air kotor
masuk ke instalasi pembuangan air kotor dengan didahului pemotongan sampah; (4)
Pembuangan sampah dengan cara diolah menjadi kompos; dan (5) Pembuangan sampah
melalui instalasi pembakaran.

Menurut Azwar (1995), semakin maju tingkat budaya masyarakat maka semakin
komplek sumber sampah dan dalam kehidupan sehari-hari dikenal beberapa sumber
sampah yaitu dari rumah tangga, daerah pemukiman, daerah perdagangan daerah
industri, daerah peternakan, daerah pertanian, daerah pertambangan dan dari jalan.

Selanjutnya Hadiwiyoto (1983) menyatakan bahwa sampah adalah sisa-sisa bahan yang
telah mengalami perlakuan baik karena telah diambil bagian utamanya atau karena
pengolahan dan sudah tidak bermanfaat sedangkan jika ditinjau dari sosial ekonomi
sudah tidak ada harganya dan dari segi lingkungan dapat menyebabkan pencemaran
atau gangguan kelestarian.

5
2.2 Penggolongan Sampah
Sumber sampah adalah asal timbulan sampah. Penghasil sampah adalah setiap orang
dan/atau akibat proses alam yang menghasilkan timbulan sampah (Undang-undang
Republik Indonesia Nomor: 18 Tahun 2008 Tentang Pengolahan Sampah pasal 1

Menurut Hadiwiyoto (1983) sumber sampah adalah: (1) Rumah tangga termasuk
asrama,rumah sakit, hotel dan kantor; (2) Pertanian meliputi perkebunan
perikanan,peternakan, yang sering juga disebut limbah hasil pertanian; (3) Hasil
kegiatan perdagangan,seperti pasar dan pertokoan; (4) Hasil 16 kegiatan industry dan
pabrik; (5) Hasil kegiatan pembangunan; dan (6) Sampah jalan raya.

Berdasarkan komposisinya, sampah dibedakan menjadi dua macam yaitu: (1) Sampah
yang seragam, bersumber dari industri dan perkantoran (2) Sampah yang tidak seragam/
campuran bersumber dari pasar/tempat-tempat umum, rumah tangga pertanian dan
lainnya.

Gambar 2.1 Sampah industri

Berdasarkan bentuknya sampah ada tiga macam, yaitu: (1) Sampah padat (solid)
misalnya daun, kertas, karton, sisa bangunan, plastik, ban bekas; (2) Sampah berbentuk
cair; (3) Sampah berbentuk gas (Reksosoebroto, 1990).

6
Gambar 2.2 Sampah berdasarkan bentuk

Terdapat 2 macam sampah berdasarkan sifat-sifatnya, yaitu: (1) Sampah organik adalah
sampah yang tersusun dari unsur karbon, hydrogen dan oksigen.(2) Sampah Anorganik,
merupakan bahan yang tersusun dari senyawa organik yang sulit terdegradasi oleh
mikroba (Soemirat, 2000).

Gambar 2.3 Sampah berdasarkan sifat

7
Sampah dapat dibedakan atas dasar sifat biologis dan kimianya yaitu: (1) Sampah yang
dapat membusuk (garbage, sampah organik) seperti sisa makanan daun, sampah kebun,
pertanian, dan lainnya. Pembusukan sampah ini menghasilkan gas metan gas H2S
(bersifat racun bagi tubuh dan sangat bau sehingga mengganggu estetika); (2) Sampah
yang tidak dapat membusuk/sulit membusuk (sampah Anorganik), yang dapat didaur
ulang dan atau di bakar (3) Sampah yang berupa debu/abu hasil pembakaran.
Ukurannya relatip kecil < 10 mikron, dapat memasuki saluran pernapasan sehingga
dapat menimbulkan penyakit Pneumoconiosis; (4) Sampah yang berbahaya terhadap
kesehatan, seperti sampah industri (bahan beracun berbahaya/B3).

8
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Peningkatan Sampah di Samarinda


Persoalan pengelolaan sampah telah menjadi permasalahan serius di Kota Samarinda,
ibukota Provinsi Kalimantan Timur. Walaupun Pemerintah Kota (Pemkot) Samarinda
telah menerbitkan Peraturan Daerah (Perda) No. 2/2011 tentang Pengelolaan Sampah,
namun hal ini belum mampu menyelesaikan persoalan sampah di kota ini.Sebelum
Perda No. 2/2011 tersebut diterbitkan, upaya penanganan persoalan sampah sebenarnya
juga telah dilakukan berdasarkan beberapa Perda untuk memberikan dasar legalitas
yang kuat.

Pada 1987, Pemkot Samarinda menerbitkan Perda No. 5/ 1987. Kemudian pada tahun
2002 diterbitkan Perda No. 19/2002 untuk mengganti Perda sebelumnya. Kebijakan-
kebijakan itu mengatur persoalan yang sama dengan tujuan untuk menciptakan
lingkungan kota yang bersih dan sehat. Tetapi pada kenyataannya pengelolaan sampah
di kota ini masih menyisakan permasalahan. Produksi sampah cenderung meningkat
dari tahun ke tahun sementara peningkatan kemampuan pengangkutan sampah masih
terbatas dan bahkan tertinggal dibandingkan pertumbuhan produksi sampah (lihat
Grafik 1).

Grafik 3.1 Produksi sampah di Samarinda

9
Sektor rumah tangga menghasilkan ribuan ton sampah setiap hari dan peningkatan
jumlah penduduk juga memberikan kontribusi terhadap peningkatan produksi sampah
rumah tangga. Di sisi lain, kemampuan pemerintah kota untuk mengangkut sampah
tidak mencukupi dengan volume sampah yang dihasilkan warga. Fakta tersebut tidak
hanya berimplikasi terhadap persoalan kesehatan warga, tetapi juga secara lebih luas
menimbulkan permasalahan keindahan kota (estetika), kesehatan lingkungan dan
mengancam terwujudnya visi kota Samarinda. Hal ini seharusnya mendorong
pemerintah kota untuk mengevaluasi kebijakan pengelolaan sampah yang sudah ada.

Grafik 3.2 Perkembangan populasi di Samarinda

Kebijakan pengelolaan sampah ini memberikan mandat kepada pemerintah kota untuk
menyusun peraturan-peraturan turunan yang memungkinkan kebijakan pegelolaan
sampah bisa diimplementasikan dengan baik. Seperti Pasal 18, Pasal 19, Pasal 24 dan
Pasal 25 yang masing masing mengamanatkan disusun Peraturan Walikota dalam hal
pengurangan sampah, pengelolaan sampah, petunjuk sistem darurat, dan penyediaan
tempat pembuangan sampah sementara.

Selanjutnya, Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) menjadi instansi yang memiliki
peran penting dalam implementasi kebijakan ini. Untuk melaksanakan tugas tersebut,
DKP mengoperasikan truk angkutan sampah dan merekrut para pekerja kebersihan.
Walaupun kebijakan ini telah diterapkan sejak beberapa tahun yang lalu, tetapi pada
kenyataannya permasalahan sampah masih belum bisa diselesaikan dengan baik. Pada
2010, instansi ini tercatat mengoperasikan 31 unit truk (dump truck) untuk angkutan
sampah.

10
Kemudian pada 2011 mengalami penurunan yaitu hanya mengoperasikan 25 unit truk
dan mengakibatkan menurunnya kemampuan pengumpulan sampah sehingga sampah
yang tidak terkumpul menjadi meningkat sebanyak 334.147 ton. Selanjutnya, pada 2012
dan 2013 jumlah truk pengangkut sampah meningkat menjadi masing-masing 36 unit
dan 52 unit (BPS, 2014 : 108). Walaupun secara umum ada peningkatan jumlah armada
pengangkut sampah dari 2010 hingga 2013, tetapi masih terjadi kesenjangan antara
volume sampah yang diproduksi dengan jumlah sampah yang berhasil diangkut. Bahkan
setelah 2011 ketika kebijakan tersebut dikeluarkan, masih banyak jumlah sampah yang
tidak terangkut.

3.2 Pencemaran Sungai Karang Mumus di Samarinda


Sungai Karang Mumus (SKM) salah satu anak Sungai Mahakam yang
membelah sebagian wilayah utara kota Samarinda. Sungai Mahakam sendiri merupakan
sungai terpanjang di Indonesia, setelah sungai Barito. Sungai Karang Mumus
merupakan sarana transportasi penting dalam menggerakkan sektor ekonomi, sosial dan
budaya serta akses menuju kota-kota lainnya di Kalimantan Timur.

Gambar 3.1 Sungai karang mumus

Bagi sebagian penduduk kota tepian yang tinggal di bantaran sungai Karang Mumus
mungkin masih mengingat banyak hal menarik di sepanjang sungai ini, terutama pada
era tahun 1970-1980. Kala itu rumah-rumah yang terbuat dari papan berjajar di
sepanjang sungai ini, dilengkapi batang dari rakit kayu gelondongan dan diatasnya
dibuat jamban. Batang berfungsi sebagai tempat MCK (Mandi-Cuci-Kakus).

11
Sungai Karang Mumus kini kondisinya tercemar. Airnya keruh kecoklat-coklatan,
bahkan sekali waktu hitam dan berbau busuk sangat menyengat. Tumpukan sampah
mendangkalkan sungai, terutama di kawasan jalan perniagaan pasar segiri, mengendap
membentuk sedimen. Warga yang tak bertanggung jawab terus membuang limbah
pribadi ke sungai pun limbah berbagai jenis usaha, sortiran sayur yang tidak terjual,
bahkan limbah ternak ayam.

Dari aktivitas masyarakat permukiman kumuh tersebut menimbulkan pencemaran dari


limbah rumah tangga seperti aktivitas MCK yang pembuangan nya langsung pada aliran
sungai tersebut. Aktivitas seperti mencuci di pinggiran sungai dapat menimbulkan
pencemaran dengan zat kimia yang bersumber dari sabun detergent yang digunakan
untuk mencuci tersebut. Permukiman kumuh yang berdiri di bantaran sungai ini sangat
padat sehingga air sungai sangat cepat untuk tercemar dikarenakan warga yang berada
di permukiman kumuh ini melakukan pembuangan limbah baik dari aktivitas MCK
maupun pembuangan sampah padat secara langsung ke aliran sungai ini.

Akibat dari pencemaran pada aliran sungai tersebut masyarakat yang berada di kawasan
permukiman kumuh yang berdiri di bantaran sungai sangat rentan terkena penyakit yang
menyerang sistem pencernaan seperti diare dan muntaber, serta penyakit kulit yang
dapat meyebabkan iritasi pada kulit dikarenakan sebagian besar warga permukiman
kumuh menggunakan sungai tersebut sebagai sumber air.

Sungai karang mumus ini merupakan sungai yang cukup padat dari aktivitas masyarakat
yang bermukim di kawasan aliran sungai ini. Sungai ini juga merupakan sebagai jalur
transportasi air yang terhubung dengan sungai mahakam, kawasan ini juga terdapat
industri kecil seperti industri pengolahan kayu. Tidak hanya permukiman kumuh
sebagai salah satu penyebab pencemaran air sungai, akan tetapi pembangunan industri
di wilayah kota pada pertengahan dekade tahun 1980 an juga turut sebagai penyumbang
pada pencemaran air sungai.

12
Aktivitas industri tersebut telah berjalan sejak lama sehingga salah satu pencemaran
pada sungai karang mumus ini adalah adanya aktivitas industri, aktivitas industri
tersebut juga memanfaatkan aliran sungai sebagai sumber air dalam menjalankan
industri yang berada di kawasan sungai tersebut. Akan tetapi pengolahan limbah dari
industri tersebut sangat tidak beraturan sehingga limbah yang tidak diolah terlebih
dahulu, dengan secara langsung melakukan pembuangan ke aliran sungai tersebut.

Pada aliran sungai karang mumus tersebut terdapat aktivitas bengkel yang juga turut
menggunakan aliran sungai ini sebagai sumber air dalam menjalankan kegiatan pada
bengkel kendaraan tersebut. Akan tetapi limbah dari aktivitas bengkel tersebut juga
turut menyumbangkan pencemaran air pada aliran sungai tersebut. Pencemaran air yang
terus bertambah setiap harinya membuat air tersebut kian memiliki warna keruh, bahkan
dibeberapa titk sungai ditemukan aliran sungai yang berwarna hitam yang diakibatkan
dari pencemaran tersebut. Air keruh yang berwarna hitam tersebut umumnya ditemukan
di kawasan permukiman kumuh yang berdiri di sepanjang bantaran sungai. pada
umumnya warna pada aliran sungai karang mumus berwarna coklat keruh. Hal ini
menunjukan sungai karang mumus merupakan sungai yang sudah tercemar cukup
parah, apalagi ditemukan adanya warna air sungai yang berwarna hitam.

Pencemaran pada sungai karang mumus ini tidak hanya disebabkan oleh limbah cair
saja, akan tetapi limbah padat seperti pembuangan sampah juga turut menyumbang
pencemaran terhadap sungai ini. masih banyaknya masyarakat yang belum sadar akan
dampak negatif dari pembuangan sampah ke aliran sungai sehingga sampai saat ini
masih banyak masyarakat kawasan sungai yang membuang sampah pada aliran sungai
tersebut.

Alasan yang cukup miris dari masyarakat kawasan sungai karang mumus ini adalah
terletak pada jarak, dikarenakan masyarakat berpendapat tidak perlu untuk berjalan jauh
dalam melakukan pembuangan sampah. Akan tetapi dengan melakukan pembuangan
pada aliran sungai. hal ini sangat memprihatinkan dikarenakan ketersediaan jumlah
tempat pembuangan sampah (TPS) tersebut sangat minim sehingga tidak ada pilihan
lain oleh warga dalam melakukan pembuangan sampah ke aliran sungai.

13
3.3. Strategi menangani permasalahan sampah di kota Samarinda
Pemerintah sebagai lembaga tertinggi dalam suatu Negara berwenang untuk mengatur
ataupun mengendalikan apa saja yang berkaitan dengan pengelolaan lingkungan hidup
di Indonesia, dan dalam Undang-undang Dasar 1945 Amandemen IIV dalam pasal 33
yang mengatur tentang sumber-sumber Negara yang menguasai hajat hidup orang
banyak dikuasai oleh Negara dan digunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran
rakyat.

Pemerintah Kota Samarinda dalam rangka menangani permasalahan sampah dilakukan


dengan beberapa hal, antara lain ;

1. Mencanangkan program 3R yakni Reduce, Reuse dan Recycle 3R merupakan


program yang dimana perwujudannya sangat bergantung pada partisipasi masyarakat.
Salah satu metode yang diunakan untuk mengatasi masalah sampah yakni
mensosialisasikan pengelompokan sampah, namun entah mengapa cara ini tidak pernah
berhasil. Kurangnya kesadaran dan partisipasi masyarakat dirasakan menjadi persoalan
utama. Masyarakat masih menyepelekan masalah sampah ini terbukti dengan masih
banyaknya orang yang membuang sampah sembarangan. Akibatnya lingkungan
menjadi tercemar. Masyarakat dan pemerintah harus dapat bekerja sama dalam
mengatasi masalah ini, ada banyak hal yang dapat dilakukan seperti membuat aturan
yang jelas Untuk mendisiplinkan masyarakat pemerintah bila perlu harus membuat
peraturan yang tegas untuk setiap orang yang membuang sampah sembarangan,
pemberlakuan denda mungkin akan menjadi upaya yang efektif.

2. Membuat organisasi atau komunitas Pengelola sampah. Saat ini pemerintah masih
terbatas pada pengumpulan sampah tanpa upaya berkelanjutan, pemerintah harus
membuat komunitas pengolah sampah disetiap wilayah,sehingga sampahsampah yang
sudah terkumpul dalam bentuk sampah organik dan an-organik dapat ditindaklanjuti
untuk menjadi sesuatu yang baru,karena sekarang ini ketika orang-orang sudah mulai
mengelompokan sampah berdasarkan sifatnya ketika sampah itu di angkut oleh mobil
kebersihan akhirnya malah di campur kembali.Sampah organik dapat diubah menjadi

14
kompos, sedangkan untuk sampah anorganik kita dapat mengolahnya menjadi barang
kerajinan, atau kita bisa melibatkan para penjual produk dari barang-barang tersebut
untuk berpartisipasi dengan mendaur ulang bekas produk mereka untuk di daur ulang
kembali.

3. Membiasakan masyarakat dengan gerakan cintai bumi. Disini dituntut partisipasi dan
kesadaran masyarakat. Sebelum seseorang berniat untuk mengubah lingkungan maka
orang tersebut harus memulai dengan mengubah dirinya, pengelolaan sampah secara
mandiri merupakan salah satu solusi yang tepat, mulai menyediakan 2 jenis tong
sampah untuk organik dan an-organik di rumah. Hal itu dapat memudahkan proses
selanjutnya dari pengolahan sampah itu sendiri, disini keberhasilan program
pengelolaan sampah ditentukan.

4. Mendorong semaksimal mungkin kreatifitas masyarakat. Sebagai manusia yang


dibekali akal fikiran, kita dituntut untuk bisa berkreasi, tentu dalam masalah ini pun
bumi kita membutuhkan inovasiinovasi yang bisa membuat masalah sampah ini teratasi,
misal dengan menciptakan alat pengubah sampah baik organik maupun anorganik
menjadi suatu hal yang baru dan dapat digunakan.

5. Pengembangan produk dan kemasan ramah lingkungan. Dengan adanya


pengembangan ini akan mengurangin penggunaan plastik sehingga mengurangi sampah
plastik yang dihasilkan.

6. Pengembangan teknologi, standar dan prosedur penanganan sampah a. Penetapan


kriteria dan standar minimal penentuan lokasi penanganan akhir sampah b. Penetapan
lokasi pengolahan akhir sampah c. Luas minimal lahan untuk lokasi pengolahan akhir
sampah d. Penetapan lahan penyangga.

15
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
a. Permasalahan Sampah di Samarinda adalah produksi sampah cenderung meningkat
dari tahun ke tahun sementara peningkatan kemampuan pengangkutan sampah
masih terbatas di mana salah satu faktor penyebabnya adalah pertumbuhan populasi
di Samarinda dan juga sikap warga yang tidak bertanggung jawab yang membuang
limbah pribadi yang menyebabkan pencemaran lingkungan yaitu pada daerah
Sungai Karang Mumus.

b. Cara mengatasi permasalahan sampah di Samarinda adalah melalui warga dan


pemerintah sendiri agar menjalankan program 3R yaitu Recycle, Reuse dan
Reduce, membuat organisasi atau komunitas Pengelola sampah, Membiasakan
masyarakat dengan gerakan cintai bumi, pengembangan produk dan kemasan
ramah lingkungan, pengembangan teknologi, standar dan prosedur penanganan
sampah

4.2 Saran
Sebaiknya masyarakat menjadi pelopor lingkungan bersih dan sehat karena manfaat
untuk lingkungan yang bersih kita sendiri yang merasakan manfaatnya ,jangan
membuang sampah sembarangan, kurangi pemakaian barang atau benda yang
melahirkan sampah serta untuk Pemerintah agar menjadikan sampah menjadi prioritas
perhatian.

16
DAFTAR PUSTAKA

Azwar, A. 1995. Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan. Mutiara Sumber Widya.


Jakarta.

Hadiwiyoto, S. 1983. Penanganan dan Pemanfaatan Sampah. Yayasan Ida Ayu. Jakarta.

Reksosoebroto, S. 1990. Hygiene dan Sanitasi. APK-TS. Jakarta.

Soemirat, J. S. 2000. Kesehatan Lingkungan. Gajah Mada University Press Bulak


Sumur. Yogyakarta.

Soedarso. 1985. Pembuangan Sampah. Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan


Departemen Kesehatan. Jakarta.

Wasito, S. 1990. Sanitasi Pembuangan Sampah. Depkes. APK. Jakarta.

17

Anda mungkin juga menyukai