https://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_gempa_bumi_di_Indonesia
Gempa adalah fenomena getaran yang diakibatkan oleh benturan atau
pergesekan lempeng tektonik (plate tectonic) bumi yang terjadi di
daerah patahan (fault zone). Gempa yang terjadi di daerah patahan ini
pada umumnya merupakan gempa dangkal karena patahan umumnya
terjadi pada lapisan bumi dengan kedalaman antara 15 sampai 50 km.
Gempa terjadi jika tekanan pada lapis batuan yang disebabkan oleh
pergerakan lempeng tektonik bumi, melebihi kekuatan dari batuan
tersebut. Lapisan batuan akan pecah di sepanjang bidang-bidang
patahan. Jika rekahan ini sampai ke permukaan bumi, maka akan
terlihat sebagai garis atau zona patahan. Jika terjadi pergerakan vertikal
pada zona patahan di dasar lautan, maka hal ini dapat menimbulkan
gelombang pasang yang hebat yang sering disebut sebagai tsunami.
Tujuan dari bab ini adalah untuk memberikan pengertian dasar tentang
gempa bumi, distribusinya pada permukaan bumi, apa yang menyebabkan gempa
bumi terjadi, mekanisme kerusakan yang ditimbulkan, pengukuran skala gempa dan
usaha – usaha yang telah dilakukan untuk memprediksi pergerakan tanah dasar
akibat gempa yang kuat.
Distribusi
Gempa Bumi
Pengukuran Mekanisme
Skala Gempa Kerusakan
Prediksi Penyebab
Gempa Bumi Gempa Bumi
Distribusi gempa yang terjadi di dunia dapat dilihat pada gambar dibawah
ini, distribusi tersebut diambil dari beberapa pembacaan seismograf yang
ditempatkan diseluruh dunia sehingga letak gempa bumi dapat di kalkulasi.
Saat terjadi gempa bumi, gelombang gempa akan menjalar dari suatu
pusat dibawah permukaan bumi dan menyebar melalui medium batuan untuk
mengurangi energi tekanan pada batuan. Titik ini disebut sebagai fokus gempa,
sedangkan titik pada permukaan tanah yang tegak lurus diatas fokus gempa disebut
epicentrum gempa.
Epicentrum
Permukaan Tanah
Fokus Gempa
(foci)/Hipocentrum
Hiposenter adalah pusat gempa, yaitu tempat dari mana getaran –
getaran gempa berasal. Letak fokus ditentukan dari pengamatan gerakan tanah oleh
gempa pada titik – titk observasi, dari hasil pengamatan didapatkan Jarak dari
stasiun ke pusat gempa, dan besar (magnitudo) gempa.
Pada umumnya frekuensi terjadinya gempa pada kedalaman lebih dari 200
km diabaikan, tetapi beberapa foci terjadi hingga kedalaman 680 km. gempa bumi
dengan dalam foci 70 – 300 km dikategorikan sebagai fokus intermediate, lebih dari
300 km dikategorikan sebagai fokus dalam dan kurang dari 70 km dikategorikan
sebagai fokus dangkal.
70 km (Shallow-Focus)
70-300 km (Intermediate-Focus)
>300 km (Depth-Focus)
Kebanyakan gempa dengan skala menengah hingga besar dengan fokus
gempa dangkal biasanya diikuti oleh beberapa gempa susulan yang cukup banyak
tetapi besarnya tidak terlalu besar hanya saja intensitasnya lebih banyak. Gempa
ini disebut aftershocks (gempa susulan setelah terjadi gempa utama).
Main
Fore Shock After Shock
Earthquake
PENYEBAB TERJADINYA GEMPA
DAN TIPE - TIPE GEMPA
- Gempa Tektonik
- Gempa Vulkanik
- Gempa Ledakan
- Gempa Akibat Keruntuhan
- Gempa Akibat Induksi Bendungan Yang Besar
Gempa Tektonik
Gempa tektonik terjadi dikarenakan oleh
pergeseran lempeng pada muka bumi dimana lempeng
tersebut sebagai pelat yang saling bertabrakan hingga
salah satunya masuk kebawah (subduction) pelat yang
lainnya (dipping zone).
Pergeseran lempeng yang satu dengan yang
lainnya mencapai 13 cm per tahunnya, pada gambar
disamping dapat dilihat pelat lempeng india bergeser
mulai dari 71 juta tahun yang lalu hingga saat ini.
Gempa bumi yang terjadi pada daerah tektonik aktif
(pertemuan lempeng) biasanya disebut gempa
tektonik atau plate-edge Earthquake.
Kebanyakan gempa bumi terjadi akibat
terjadinya slip sepanjang patahan yang
menghubungkan perpotongan antara pelat lempeng
yang satu dengan yang lainnya. Daerah ini dimana
pelat lempeng yang satu dengan yang lainnya terjadi
slip disebut sebagai transform fault.
Pegunungan himalaya merupakan pertemuan antara lempeng yang
muncul kedaratan (Continent To Continent Collisions). Teori pertemuan lempeng
tersebut masih merupakan teori yang simple yang menjelaskan terjadinya gempa
bumi dan gunung berapi, tetapi teori tersebut masih belum bisa menjelaskan
terjadinya gempa bumi yang jauh dari daerah pertemuan lempeng dengan skala
besar. Gempa ini disebut sebagai intra plate Earthquake.
Proses Tektonik Lempeng
Gempa Ledakan
Getaran pada tanah bisa disebabkan oleh terjadinya detonasi kimia atau peralatan
nuklir. Pada saat peralatan nuklir diaktifkan pada sebuah lubang bor dibawah tanah,
energi yang sangat besar dari nuklir dilepaskan.
Gempa Vulkanik
Gunung meletus dan gempa yang terjadi biasanya terjadi secara
bersamaan terutama pada margin pertemuan lempeng di bumi. Seperti gempa
bumi pada umumnya gunung berapi juga memiliki daerah intra plate seperti
Hawai.
Dari semua hubungannya dengan tektonik tidak ada bukti bahwa gempa
menengah hingga besar semuanya berasal dari gempa tektonik, gempa tersebut
yang berhubungan dengan gunung merapi dapat dibagi kedalam tiga kategori yaitu
:
1.Letusan gunung merapi
2.Gempa dangkal yang terjadi akibat pergerakan magma.
3.Sympatetic Tectonic Earthquake
Dari ketiga kategori tersebut yang paling jarang terjadi adalah kateogri
ketiga dimana setelah terjadi gempa akibat pergeseran lempeng diikuti oleh
terjadinya letusan gunung merapi. Kategori ketiga ini terjadi pada saat gempa besar
pada tahun 1960 di Chilean sebuah gunung merapi (Puyehue di Andes) meletus 48
jam kemudian.
Gempa Runtuhan
Gempa runtuhan atau juga disebut gempa terban adalah gempa Bumi
yang terjadi karena adanya runtuhan misalnya di dalam gua atau daerah tambang
dan tanah longsor. Getaran yang ditimbulkan akibat gempa runtuhan tidak terlalu
hebat, tetapi hanya meliputi daerah sekitar runtuhan.
Gempa jenis ini terjadi pada saat keruntuhan pada gua – gua ataupun pada
penggalian tambang, hal ini biasa terjadi pada saat tegangan pada batuan yang
menunjang gua ataupun tambang sudah tidak kuat lagi menahan beban yang ada
akan menyebabkan batuan tersebut meledak dan jatuh sambil mengeluarkan
gelombang getaran.
gempa yang terjadi akibat runtuhnya massa batuan mengisi ruang yang kosong
dalam litosfer. Gempa ini sering terjadi akibat ambruknya gua-gua kapur atau
terowongan pertambangan bawah tanah. Penggolongan gempa juga didasarkan
atas karakteristik hiposentrum dan episentrumnya. Hiposentrum (pusat gempa)
adalah titik atau garis dalam litosfer yang menjadi tempat terjadinya gempa
Gempa Induksi Akibat Bendungan Yang Besar
Air yang dibendung oleh bendungan akan memberikan tekanan tambahan
kepada batuan dibawahnya, hal ini dapat menyebabkan gempa yang dikarenakan
hancurnya batuan yang berada dibawahnya. Walaupun secara teoritis tekanan yang
diberikan oleh air tersebut relatif kecil untuk menghancurkan batuan dibawahnya,
sehingga salah satu teori yang menyebabkan terjadinya gempa ini adalah
sebelumnya batuan dibawah air yang dibendung tersebut sudah tertekan terlebih
dahulu oleh lempeng yang ada sehingga penambahan sedikit tekanan tersebut akan
menyebabkan kehancuran pada batuan tersebut. Hal tersebut ditambah lagi dengan
terisinya pori – pori batuan yang menyebabkan naiknya tekanan air pori dan
menurunkan kekuatan dari patahan. Perilaku ini dapat dilihat pada bendungan
Koyna dimana di catat gempa yang terjadi dan dihubungkan dengan ketinggian
muka air pada bendungan.
Gempa Induksi Akibat Bendungan Yang Besar
Hubungan antara ketinggian muka air dengan gempa lokal yang terjadi.
Seismic Waves
(Gelombang Gempa)
- Gelombang Primer (P-wave)
- Gelombang Sekunder (S-wave)
- Rayleigh-wave (R-wave)
- Love-wave (L-wave)
Gelombang Primer (P-wave)
Gelombang primer (P-wave) adalah gelombang bodi atau gelombang
yang menjalar dalam bodi-bumi yang mempunyai kecepatan tinggi.
Gelombang primer (P-wave) mempunyai 3 sifat pokok :
1. Gerakan partikel searah dengan rambatan gelombang, sehingga elemen batuan
kadang mampat (compression) dan merenggang (dilalation),
2. Gelombang primer dapat merampat pada media solid, cair (air, magma) dan
gas/udara,
3. Gelombang primer mempunyai kecepatan tertinggi dibanding dengan
gelombang-gelombang lainya.
Gelombang Primer (P-wave)
Gelombang primer (P-wave) merambat dari fokus ke segala arah sampai
di permukaan tanah dan bahkan dapat merambat ke udara dalam bentuk suara
yang dapat di dengar oleh binatang . Gelombang primer mempunyai kecepatan
yang bervariasi akan bergantung di antaranya, mass density p, pisosson”s ration v,
elastic modulus E, shear modulus G dan bulk moduluss K.
Kecepatan gelombang itu di peroleh dengan anggapan bahwa massa batuannya
bersifat homogenbdan isotropik ( properti elastik batuan sama untuk segala arah)
Kecepatan Gelombang primer (P-wave) dapat dihitung :
G.(2 2.v)
Vp
(1 2)
Kerterangan :
Vp = Kecepatan Gelombang primer
G = shear modulus
p = mass density
v = pisosson”s ration
Gelombang Sekunder (S-wave)
t .V p
L
Vp
Vs 1
• Keterangan:
L = Jarak episentral dari stasiun pengamat (kilometer)
= ( Waktu terjadinya gelombang Sekunder-Waktu terjadinya
gelombang Primer)
Vp = Kecepatan Gelombang primer
Vs = Kecepatan Gelombang Sekunder
(2) Metode Homoseista
Homoseista adalah garis pada peta yang menghubungkan tempat-tempat di
permukaan Bumi yang mencatat getaran gempa yang pertama pada waktu
yang sama. Misalnya, seismograf yang terdapat di stasiun D, E, dan F mencatat
getaran gempa pada pukul 20:35.15 WIB. Pada peta ketiga stasiun tersebut
terletak pada satu garis homoseista. Untuk menentukan lokasi episentrum,
buatlah garis DE, dan EF kemudian tariklah sumbu dari kedua garis tersebut.
Pertemuan kedua sumbu garis merupakan lokasi episentrum
Didapat rekaman sismograf selisih kedatangan gelombang P dan S yang
direkam di yogyakarta, pontianak dan menado berturut-turut adalah 4,7226
menit, 3,5665 menit dan 7,5020 menit, akan di tentukan letak sumber gempa.
Dengan asumsi Modulus elastik batuan G = 212500 kg/cm2, matrial density
2,7 gr/cm3. pisosson”s ration sebesar 0,2
A. Menentukan kecepatan gelombang primer dan gelombang sekunder
G.(2 2.v) Vp
Vp Vs
/ g (1 2.v)
2(1 v)
212500.(2 2.0,2) (1 2v)
(0,0027 / 980(1 2.0,2)
4,5352
cm 2(1 0,2)
453518
dt (1 2.0,2)
km km
4,5352 2.7772
dt dt
B. Menentukan Jarak episenter dari tiap stasiun
1. Jarak dari episenter ke stasiun Yogyakarta
t .V p 4 , 7226 .( 60 ).( 4 ,5352 ) km
L dt 2030 ,176 km
Vp 4 ,5352 dt
1
Vs 2 , 7772 1
Dari kelima jenis magnitude di atas, yang paling popular digunakan adalah
magnitudo lokal ML, yaitu Magnitudo Skala Ricbter (SR).
Magnitudo lokal bersifat lokal karena magnitudo gempa diukur berdasarkan jarak
dekat yang umunya < 1000 km.
Seismogram adalah sebuah perangkat yang digunakan untuk merekam,
mengukur, dan mencatat tinggi rendahnya getaran gempa.
Magnitudo
Gambar atau rekaman yang dihasilkan disebut sebagai seismogram. Variasi lain
dari seismograf adalah accelerograf khusus untuk merekam percepatan gerakan
tanah, dan rekaman yang dihasilkan disebut sebagai accelerogram.
Magnitudo
Magnitudo
M log
A
A0
Ketrangan :
M = Magnitude
A = Amplitude maksimum
A0 = Reference amplitude
Contoh :
Berdasarkan rekaman seismogram di dapat simpangan maksimum yang terjadi
adalah 4,2 mm, dan rekaman dianggap terjadi jarak relatif dekat (local
magnitude), maka magnitude gempa tersebut adalah :
M log0,00000048
4, 2
M 6,94
Magnitudo
Alat pencatat gempa lokal haya dapat menditeksi secara baik pada gempa yang
jarak episenter R< 1000 km.
Apabila jarak alat episenter lebih besar dari 100 km, maka menurut Ritcher
(1985) magnitude gempa perlu di koreksi.
M log 3.Log (8.t) - 2,92
A
A0
Ketrangan :
M = Magnitude
A = Amplitude maksimum
A0 = Reference amplitude
Contoh :
Berdasarkan rekaman seismogram di dapat simpangan maksimum yang terjadi
adalah 4,2 mm, aalat perekam berjarak 800 km dari episenter dan gelombang
gempa telah menjalar selama 1,5 menit, maka magnitude gempa tersebut adalah
M log0,00000048
4, 2
3.Log(8.90) 2,92
M = 6,9
Intensitas
Karena sifatnya yang kualitatif, skala intensitas sangat subjektif dan sangaT
tergantung pada kondisi lokasi di mana gempa terjadi. Gempa dengan magnitudo
yang sama, namun terjadi di dua tempat yang berbeda mungkin akan
memberikan nilai intensitas yang berbeda.
Intensitas
Intensitas
• To slide 28
• To
http://puskim.pu.go.id/Aplikasi/desain_spektra_indonesia_20
11/
Didapat rekaman sismograf selisih kedatangan gelombang P dan S yang direkam di
Jawa barat Kordinat, (-6.540 ; 107.360), Denpasar Kordinat, (-8.450 ; 115.140) dan
Jakarta Kordinat, (-6.90 ; 106.490) berturut-turut adalah 3,6226 menit, 2,7685 menit
dan 4,5020 menit, akan di tentukan letak sumber gempa.
Dengan asumsi Modulus elastik batuan G = 212500 kg/cm2, matrial density = 2,7
gr/cm3. pisosson”s ration sebesar 0,2 dan percepatan garavitasi 9,8 m/ S2
Tentukan
A. kecepatan gelombang primer dan gelombang sekunder
B. Jarak dari episenter ke tiap titik Sismograf
C. Letak episentrum
D. Maginutode