Anda di halaman 1dari 8

Analisisi Penerapan Banguna Tahan Gempa Sebagai Alternatif untuk

Mengurangi Dampak Negatif Akibat Gempa Bumi Di Cianjur Jawa Barat

Ernawati Marbun1.Ferlianus Waruwu2,Futri Angraini Daulay 3,Tanya Bianca4, Verry Sisca


Mendrova5,Yosia Kevin Simbolon6

Pendidikan geografi fakultas ilmu sosial universitas negeri medan Jalan Willem
Iskandar Pasar V Medan Estate

ABSTRAK

Gempa adalah sebaran kegempaan di Indonesia pada batas pertemuan lempeng.


Ketika dua lempeng bumi bertumbukan, lempeng dengan kerapatan massa lebih besar akan
menyusup ke bawah. Gerakan lempeng tersebut akan melambat akibat gesekan dengan
selubung Bumi lainnya. Jurnal ini mengulas tentang Analisis Penerapan Banguna Tahan
Gempa Sebagai Alternatif untuk Mengurangi Dampak Negatif Akibat Gempa Bumi Di
Cianjur Jawa Barat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menerapkan pengurangan
dampak negatif akibat gempa bumi yang terjadi di Cianjur Jawa Barat. Metode yang
digunakan dalam jurnal ini yaitu menggunakan metode kualitatif deskriptif yaitu dengan
pendekatan studi kasus.

Kata kunci : Gempa Bumi, Dampak Negatif, Cianjur

PENDAHULUAN

1. Gempa Cianjur

Gempa bumi telah terjadi Pada tanggal 21 November 2022 tepatnya di Kabupaten
Cianjur, Provinsi Jawa Barat Dengan episenter pada koordinat 6,86° LS ; 107,01° BT .
Gempa pada kedalaman 10 km berpusat di darat pada koordinat 107,05 BT dan 6,84 LS,
berjarak sekitar 9,65 km barat daya Kota Cianjur atau 16,8 km timur laut Kota Sukabumi.
magnitudo sekitar 5,6. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) telah
menyampaikan bahwa gempa ini merupakan siklus 20 tahunan yang akan melanda Cianjur.

lokasi pusat gempa bumi terletak di darat di wilayah Kabupaten Cianjur, Provinsi
Jawa Barat. Morfologi wilayah tersebut pada umumnya berupa dataran hingga dataran
bergelombang, perbukitan bergelombang hingga terjal yang terletak pada bagian tenggara
gunung api Gede. Wilayah ini secara umum tersusun oleh endapan Kuarter berupa batuan
rombakan gunung api muda (breksi gunung api, lava, tuff) dan aluvial sungai.

Diketahui gempa terjadi karena Sebagian batuan rombakan gunung api muda tersebut
telah mengalami pelapukan. Endapan Kuarter tersebut pada umumnya bersifat lunak, lepas,
belum kompak (unconsolidated) dan memperkuat efek guncangan, sehingga rawan gempa
bumi. Selain itu pada morfologi perbukitan bergelombang hingga terjal yang tersusun oleh
batuan yang telah mengalami pelapukan, berpotensi terjadi gerakan tanah yang dapat dipicu
oleh guncangan gempa bumi kuat dan curah hujan tinggi

berdasarkan posisi lokasi pusat gempa bumi, kedalaman dan data mekanisme sumber
dari BMKG dan GFZ Jerman, maka kejadian gempa bumi ini diakibatkan oleh aktivitas sesar
aktif. Keberadaan sesar aktif tersebut hingga kini belum diketahui dengan baik
karakteristiknya dan lokasinya berada pada bagian timur laut zona sesar Cimandiri

2. akibat gempa Cianjur.

banyak kerugian yang ditimbulkan dari gempa bumi ini, bukan hanya kerugian
material, kerugian moril yang timbul adalah kondisi mental yang menurun atau terganggu
karena orang kehilangan harta benda dan keluarga akibat bencana. jumlah korban jiwa akibat
bencana gempa di Cianjur seluruhnya sebanyak 321 jiwa, kemudian korban luka berat
tercatat 593 orang dan yang dirawat di rumah sakit wilayah Cianjur 59 orang. untuk rumah
yang terdampak ada sekitar 53.408 rumah rusak. kerusakan infrastruktur pendidikan akibat
gempa di Kabupaten Cianjur sebanyak 245 sekolah yang tersebar di 7 kecamatan. Rinciannya
kondisi rusak berat 131 sekolah, rusak sedang 34 sekolah, rusak ringan 80 sekolah.

KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Gempa Bumi

Sebaran kegempaan di Indonesia pada batas pertemuan lempeng. Ketika dua lempeng
bumi bertumbukan, lempeng dengan kerapatan massa lebih besar akan menyusup ke bawah.
Gerakan lempeng tersebut akan melambat akibat gesekan dengan selubung Bumi lainnya.
Perlambatan gerak tersebut akan menyebabkan penumpukan energi di zona tumbukan (zona
subduksi) dan zona patahan di dekatnya. Akibatnya, di zona-zona tersebut akan terjadi
patahan batuan yang diikuti lepasnya 14 energy secara tiba-tiba. Besar kecilnya energi yang
dilepas tergantung seberapa besar batas elastisitas lempeng terlampaui. Proses pelepasan
energi ini menimbulkan getaran partikel ke segala arah. Getaran-getaran inilah yang disebut
gempa tektonik (Winardi, 2006)

. Kejadian gempa bumi lainnya berkaitan dengan aktivitas sesar aktif pada kerak
bumi. Jenis sesar atau patahan aktif sebagai akibat gempa bumi dapat dibedakan menjadi tiga,
yaitu sesar naik (thrust/reverse fault), sesar turun (normal fault) dan sesar mendatar (strike
slip fault) (Supartoyo dan Surono, 2008). Menurut Noor (2005), gempa bumi adalah getaran
bumi yang terjadi sebagai akibat dari terlepasnya energy yang terkumpul secara tiba-tiba
dalam batuan yang mengalami deformasi. Besarnya gelombang yang beragam mulai dari
yang sangat kecil sehingga sulit dirasakan hingga goncangan yang dahsyat, sehingga mampu
meruntuhkan bangunan yang kokoh.

Gempa bumi adalah peristiwa bergetarnya bumi akibat pelepasan energi dari dalam
perut bumi secara tiba-tiba, sehingga menciptakan gelombang seismik, yang ditandai dengan
patahnya lapisan batuan pada kerak bumi (Anies, 2018).

Moment magnitudo adalah skala yang paling umum di mana gempa bumi terjadi
untuk seluruh dunia. Skala Rickter adalah skala yang di laporkan oleh observatorium
seismologi nasional yang di ukur pada skala besarnya lokal 5 magnitudo. Kedua skala yang
sama selama rentang angka mereka valid. Gempa 3 magnitudo atau lebih sebagian besar
hampir tidak terlihat dan besarnya 7 kali lebih berpotensi menyebabkan kerusakan serius di
daerah yang luas, tergantung pada kedalaman gempa.

Gempa Bumi terbesar bersejarah besarnya telah lebih dari 9 skala rickter, meskipun
tidak ada batasan besarnya. Gempa Bumi besar terakhir besarnya 9,0 atau lebih besar adalah
9,0 magnitudo yaitu gempa di Jepang pada tahun 2011 , dan itu adalah gempa Jepang terbesar
sejak pencatatan dimulai. Intensitas getaran diukur pada modifikasi Skala Mercalli.

B. Rumah Tahan Gempa

Salah satu mitigasi jangka panjang adalah mempersiapkan diri dengan membangun
rumah yang mengikuti kaidah-kaidah tahan gempa. Dengan prediksi yang sulit akan
datangnya gempa bumi, maka rumah tahan gempa merupakan alternatif untuk mengurangi
dampak negatif akibat gempa bumi, dimana untuk gempa yang kecil dan sedang rumah tahan
gempa masih memberikan keamanan, sedangkan untuk gempa besar masih memberikan
kesempatan bagi penghuni untuk melakukan penyelamatan diri dengan keluar dari rumah,
dan rumah masih bisa bertahan dengan kerusakan yang tidak parah.

Menurut Sarwidi dalam pembangunan rumah tinggal sederhana harus memenuhi


prinsip-prinsip tahan gempa sebagai berikut :

. a. Bila terjadi gempa ringan, bangunan tidak mengalami kerusakan

b. Bila terjadi gempa sedang, bangunan pada elemen non struktur, tetapi tidak boleh
rusak pada elemen-elemen strukturnya sedangkan bangunan kerusakan temboknya

c.Bila terjadi gempa besar, bangunan teknis boleh mengalami kerusakan pada elemen
non teknis dan strukturnya. Bangunan tetap tidak boleh runtuh, sedangkan bangunan
sederhana boleh mengalami kerusakan tembok dan perkuatan praktisnya. Kerusakan yang
terjadi masih bisa diperbaiki

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kerugian dan korban akibat gempa bumi tidak langsung disebabkan oleh gempa
bumi, namun disebabkan oleh kerentanan bangunan sehingga terjadi kerusakan dan runtuhan
bangunan serta kejatuhan peralatan dalam bangunan. Faktor kerentanan bangunan sangat erat
hubungannya untuk perhitungan akibat bencana gempa bumi di masa yang akan datang.

pada kejadian gempa di Cianjur, pusat gempa berada pada jalur sesar Cimandiri
dengan kedalaman kurang dari sepuluh kilometer yang masuk dalam kategori gempa dangkal.
Selain dekat dengan pusat gempa, karakteristik tanah di daerah Cianjur relatif cukup labil.
Hal ini terlihat dari topografi tanah di Cianjur yang berupa lereng-lereng bukit dan
pegunungan. Kondisi tersebut menyebabkan tanah menjadi rawan longsor jika terjadi gempa.

Salah satu mitigasi gempa adalah membangun rumah tahan gempa, dimana daerah
cianjur sebagai daerah dengan intensitas gempa yang cukup besar, mengharuskan agar setiap
bangunan yang berdiri, secara struktural harus mampu menahan gaya yang bekerja pada
strukur ketika gempa bumi dengan skala tertentu.Tentunya besarnya kekuatan gempa yang
terjadi tidak melebihi dari desain struktur suatu rumah tanah gempa dengan batasan tertentu.

. Prinsip-Prinsip Utama Konstruksi Tahan Gempa


1. Denah yang sederhana dan simetris Penyelidikan kerusakan akibat gempa
menunjukkan pentingnya denah bangunan yang sederhana dan elemen-elemen struktur
penahan gaya horisontal yang simetris. Struktur seperti ini dapat menahan gaya gempa Iebih
baik karena kurangnya efek torsi dan kekekuatannya yang lebih merata.

2. Bahan bangunan harus seringan mungkin Seringkali, oleh karena ketersedianya


bahan bangunan tertentu. Arsitek dan Sarjana SipiI harus menggunakan bahan bangunan
yang berat, tapi jika mungkin sebaiknya dipakai bahan bangunan yang ringan. Hal ini
dikarenakan besarnya beban inersia gempa adalah sebanding dengan berat bahan bangunan.
Sebagai contoh penutup atap genteng diatas kuda-kuda kayu menghasilkan beban gempa
horisontal sebesar 3 x beban gempa yang dihasilkan oleh penutup atap seng diatas kuda-kuda
kayu. Sama halnya dengan pasangan dinding bata menghasiIkan beban gempa sebesar 15 x
beban gempa yang dihasilkan oleh dinding kayu.

3. Perlunya sistim konstruksi penahan beban yang memadai Supaya suatu bangunan
dapat menahan gempa, gaya inersia gempa harus dapat disalurkan dari tiap-tiap elemen
struktur kepada struktur utama gaya honisontal yang kemudian memindahkan gaya-gaya ini
ke pondasi dan ke tanah. Adalah sangat penting bahwa struktur utama penahan gaya
horizontal itu bersifat kenyal. Karena, jika kekuatan elastis dilampaui, keruntuhan getas yang
tiba-tiba tidak akan terjadi, tetapi pada beberapa tempat tertentu terjadi Ieleh terlebih dulu.
Suatu contoh misalnya deformasi paku pada batang kayu terjadi sebelum keruntuhan akibat
momen lentur pada batangnya.Cara dimana gaya-gaya tersebut dialirkan biasanya disebut
jalur Iintasan gaya.Tiap-tiap bangunan harus mempunyai jalur lintasan gaya yang cukup
untuk dapat menahan gaya gempa horisosonta

Tidak semua bahan bangunan dan sistem struktur bangunan yang digunakan oleh
masyarakat, memiliki ketahanan yang baik terhadap beban lateral dinamik akibat gempa.

 Semen : Untuk pengecoran pekerjaan struktur digunakan semen portland type I, dan
semen tipe M untuk pekerjaan non struktur (pasangan). Semen disimpan sedemikian
rupa untuk mecegah terjadinya kerusakan pada bahan atau terjadinya pengotoran
oleh bahan-bahan lain.
 Agregat halus (pasir): Dalam segala pekerjaan, syaratsyarat umum pasir adalah:
Memiliki keseragaman ukuran (gradasi baik) Kandungan lumpur maksimal 5 % dari
total berat pasir Tidak mengandung garam, ayam atau zat kimia maupun organik
Diperoleh dari sungai atau pecahan batu alam (bukan pasir laut)
 . Agregat Kasar (split): Dalam segala pekerjaan, ukuran maksimum agregat kasar
tidak melebihi ketentuan berikut : Seperlima jarak terkecil antara bidang samping
dari cetakan beton. Sepertiga dari tebal pelat. - Jurnal Teknik Sipil Inersia Vol 1, No
1, Tahun I Oktober 2009 - 14 - 3 /4 Jarak bersih minimum antar batang tulang, atau
berkas batang tulangan. Minimal 3 sisi permukaan agregat membentuk tekstur kasar
 Air Harus bersih dan tidak mengandung lumpur, minyak dan benda terapung lainnya
yang dapat dilihat secara nyata. Tidak mengandung larutan yang dapat merusak
beton, seperti garam, asam dan zat kimia lainnya.
 Baja Kerangka Untuk Beton (Baja Tulangan): Tidak boleh mengandung
serpihserpih, lekukan, retak, bergelombang, berlubang atau berlapis. Hanya
diperkenankan berkarat ringan saja.

Dalam pembangunan rumah tahan gempa, selain mengikuti regulasi Kementrian


PUPR, tips lainnya yakni mengetahui perkembangan kondisi patahan atau sesar yang ada
disekitar tempat tinggal. Hal ini dimaksudkan agar masyarakat memahami tingkat kerawanan
gempa pada desain bangunan kita agar bisa lebih siap. Selanjutnya adalah pemberian edukasi
kepada masyarakat tentang mitigasi dan penyelamatan korban.

Perlu adanya edukasi kepada masyarakat tentang antisipasi dan mitigasi ketika terjadi
gempa bumi. Selain itu, Pemerintah Daerah dan Pusat bisa melakukan pemetaan dan relokasi
secara menyeluruh terhadap bangunan-bangunan yang telah berdiri. Utamanya terhadap
bangunan yang berada didaerah jalur sesar dan juga yang berpotensi untuk menjadi sesar
aktif dikemudian hari

KESIMPULAN

Sebaran kegempaan di Indonesia pada batas pertemuan lempeng. Ketika dua lempeng
bumi bertumbukan, lempeng dengan kerapatan massa lebih besar akan menyusup ke bawah.
Gerakan lempeng tersebut akan melambat akibat gesekan dengan selubung Bumi lainnya.
Perlambatan gerak tersebut akan menyebabkan penumpukan energi di zona tumbukan (zona
subduksi) dan zona patahan di dekatnya. Akibatnya, di zona-zona tersebut akan terjadi
patahan batuan yang diikuti lepasnya 14 energy secara tiba-tiba.

Gempa bumi telah terjadi Pada tanggal 21 November 2022 tepatnya di Kabupaten
Cianjur, Provinsi Jawa Barat Dengan episenter pada koordinat 6,86° LS ; 107,01° BT .
Gempa pada kedalaman 10 km berpusat di darat pada koordinat 107,05 BT dan 6,84 LS,
berjarak sekitar 9,65 km barat daya Kota Cianjur atau 16,8 km timur laut Kota Sukabumi.
magnitudo sekitar 5,6.

pada kejadian gempa di Cianjur, pusat gempa berada pada jalur sesar Cimandiri
dengan kedalaman kurang dari sepuluh kilometer yang masuk dalam kategori gempa dangkal.
Selain dekat dengan pusat gempa, karakteristik tanah di daerah Cianjur relatif cukup labil.
Hal ini terlihat dari topografi tanah di Cianjur yang berupa lereng-lereng bukit dan
pegunungan. Kondisi tersebut menyebabkan tanah menjadi rawan longsor jika terjadi gempa.

Salah satu mitigasi gempa adalah membangun rumah tahan gempa, dimana daerah
cianjur sebagai daerah dengan intensitas gempa yang cukup besar, mengharuskan agar setiap
bangunan yang berdiri, secara struktural harus mampu menahan gaya yang bekerja pada
strukur ketika gempa bumi dengan skala tertentu.Tentunya besarnya kekuatan gempa yang
terjadi tidak melebihi dari desain struktur suatu rumah tanah gempa dengan batasan tertentu.

DAFTAR PUSTAKA

Supendi, Pepen, et al. "Analisis Gempabumi Cianjur (Jawa Barat) Mw 5.6 Tanggal 21
November 2022." (2022).

Prihatmaji, Yulianto Purwono. "Penyuluhan Bangunan Rumah Tahan Gempa


Sebagaioptimalisasi Mitigasi Gempa Bumi." Asian Journal of Innovation and
Entrepreneurship 2.03 (2013): 233-239.

Boen, Teddy. Dkk. (1978). Manual Bangunan Tahan Gempa Bumi, Diktat, Jakarta. 2.

Boen, Teddy. Dkk. (1994). Gempa Bumi Bengkulu Fenomena dan Perbaikan / Perkuatan
Bangunan, Diktat, Jakarta

Yuli, Tri. 2010. PKM M “Pelatihan Dan Penyuluhan Teknik Pembangunan Rumah Tahan
Gempa Bagi Tukang Bangunan Dan Masyarakat Gantiwarno Klaten Dalam Upaya
Mengantisipasi Dampak Bencana.” Solo: Universitas Sebelas Maret.

Zulfikri. 2009. Pedoman Praktis Pembangunan Rumah Tahan Gempa.


Handayani, T. 2009. Evaluasi Purna Huni Rumah Sementara Paska Gempa 2006 di
Gantiwarno dan Wedi, Klaten, Jawa Tengah. Laporan Penelitian, Jurnal Arsitektur.
Yogyakarta:

Dikti. Setiawan, B. 2007. Participatory Planning: Konsep dan Pengembangannya. Program


Pelatihan Participatory Planning. Yogyakarta: Magister Perencanaan Kota dan
Daerah, Universitas Gadjah Mada

https://zulfikri.wordpress.com/2007/07/08/pedoman-praktis-pembangunan-rumahtahan-
gempa

https://www.umm.ac.id/id/berita/gempa-di-cianjur-ini-kata-dosen-umm-tentang-rumah-
tahan-gempa.html

Anda mungkin juga menyukai