“Curah hujan, metode aritmatik, metode polygon thiessen, dan metode isohiet”
Tanya Bianca
Riza Fazira
Sehati Br Ginting
Magfira Rahmadhani
KELAS A
2020
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah . Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk
menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan
kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya
di akhirat nanti.
kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu
berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah ini
kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak
terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, kami mengharapkan kritik serta
saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah
yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis
mohon maaf yang sebesar-besarnya. Semoga makalah ini dapat membantu atau memberikan
informasi kepada para oembaca sekalian.
kelompok 1
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................3
A. Latar Belakang..................................................................................................................3
B. Rumusan Masalah.............................................................................................................3
C. Tujuan................................................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................4
A. Pengertian Curah Hujan....................................................................................................4
B. Pengukuran Curah Hujan.................................................................................................4
C. Alat-Alat Ukur Hujan.......................................................................................................4
D. Pos hujan…… ………………………………………………………….. ……………8
E. Metode Pengukuran Curah Hujan.....................................................................................9
BAB III PENUTUP................................................................................................................13
A. Kesimpulan......................................................................................................................13
B. Saran................................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................14
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Air selalu ada di atmosfer, bahkan pada hari-hari yang tak berawan. Untuk terjadinya
hujan diperlukan beberapa mekanisme guna mendinginkan udara shingga cukup
menjadikannya jenuh atau mendekati jenuh. Pendinginan yang diperlukan oleh hujan dalam
jumlah besar diperoleh dari pengangkatan udara. Pengangkatan ini terjadi oleh suatu sistem
konvektif yang dihasilkan dari ketidaksamaan pemanasan atau kedinginan permukaan bumi
dan atmosfer atau oleh konvergensi rintangan-rintangan orografik. Tetapi, kejenuhan
(saturation) belum tentu menghasilkan hujan.
kondensasi dan inti pembekuan. dengan mengamsumsikan bahwa udara mendekati jenuh,
pembekuan kabut atau tetes awan atau Kristal es atau membutuhkan adanya kondensasi atau
inti pembekuan yang mana tetes air atau Kristal-kristal tersebut terbentuk. inti pembekuan
biasanya terdiri dari mineral-mineral lempung, dimana yang pelinga umum adalah kaolin.
perkembangan tetes air dan kristal es. pada pengintilan tetes air atau Kristal terhadapnya,
namun perkembangannya sudah itu lambat. difusi oleh dirinya sendiri hanya mampu
membentuk kabut atau unsur awan. karena kondensasi cenderung memperbesar tetes air atau
Kristal es dengan kecepatan yang kira-kira sama.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
PEMBAHASAN
Bermacam alat dan teknik telah dikembangkan bagi keperluan pengumpulan informasi
tentang hujan. yang terpenting adalah alat untuk mengukur jumlah dan intensitas hujan.
peralatan-peralatan lain meliputi alat-alat untuk mengukur distribusi ukuran tetes ujan dan
untuk menentukan waktu mulai dan berakhirnya hujan. semua bentuk hujan diukur
berdasarkan kedalaman vertica dari air yang yang mengumpul pada suatu permukaan
datar.bila hujan tetap berada pada tempat jatuhnya.
4
National weather service mempunyai suatu penerima berdiameter 8 inci. air hujan masuk
melalaui pengumpul dan masuk kedalam tabung ukur silindris di dalam kaleng pelimpah
atau overflow can. Tabung ukur sohib tersebut mempunyai luas penampang sebesar 1/10 luas
penampang pengumpul, sehingga curah hujan setinggi 0,1 inci hujan akan mengisi tabung
setinggi 1 inci dengan menggunakan suatu tongkat ukur yang bertanda 10 inci.
Tiga jenis alat ukur hujan yang sering digunakan adalah alat ukur tipe ember terbalik atau
tipping bucket gage, alat ukur tipe timbangan (weighing gage) , dan tipe apung. (Float gage).
Pada alat ukur hujan tipe ember terbalik air yang tertangkap pada pengumpul disalurkan ke
dalam suatu ember yang mempunyai dua ruang air sejumlah 0,01 inci, 1,1 mm atau sejumlah
yang direncanakan lainnya akan mengisi salah satu ruangan dan melampaui keseimbangan
ember sehingga ember tersebut terbalik, mengalir masuk kedalam wadah dan menggerakkan
ruangan kedua ke dalam tempat di bawah corongnya. Pada waktu terbalik, Embber tersebut
menggerakkan suatu aliran listrik. alat ukur tipe ini tidak cocok untuk mengukur salju tanpa
pemanasan pengumpulannya. namun pemanasan setiap alat-alat ukur akan mengakibatkan
berkurangnya jumlah air tertampung, yaitu dengan timbulnya aliran konvektir dan
bertambahnya penguapan.
5
alat ukur tipe ember terbalik (tipping rain gage).
Alat ukur tuli pertimbangan menimbang air hujan atau salju yang jatuh ke dalam ember
yang dipasang pada wadah suatu pegas atau tuas imbang. Penambahan berat ember dan isinya
dicatat pada suatu grafik. dengan demikian, catatan itu memperlihatkan akumulasi hujan.
(alat ukur hujan tiptimbangan dengan transverse rangkap12 inchi.(Belfort instrument co)
Pada alat ukur hujan tipe ampung, naiknya pelampung yang disebabkan oleh
penambahannya curah hujan yang tertampung dicatat. .beberapa alat ukur ini harus
dikosongkan secara manual, sementara lainnya dapat dikosongkan secara otomatis oleh suatu
selang pipa yang bekerja sendiri. pada kebanyakan alat ukur, pelampung ditempatkan pada
penerima, tetapi pada beberapa alat lain, penerima ditempatkan pada bak minyak atau air
raksa dan pelampung mengukur kenaikan minyak atau air raksa yang dipindahkan oleh
kenaikan berat penerima ketika air hujan yang terpampang ber akumulasi. Pelampung rusak
bila air hujan yang terpampang membeku.
6
(alat ukur hujan tipe simpangan yang dipasang pada menara, dengan alat pelindung alter.
(U.S.National weather service).
Alat ukur hujanj tipe simpanan digunakan pada daerah-daerah terpencil. Di mana
pelayanan yang sering tidak lagi praktis. Alat ukur simpan tipe timbangan dapat bekerja
selama 1 sampai 2 bulan tanpa pelayanan, dan desain untuk bekerja sepanjang musim tanpa
perlu diperiksa. Alat ukur tipem simpanan yang dipasang di daerah ber hujan salju dan lebat
harus mempunyai pengumpul yang bentuk ujungnya kerucut terpancung rata untuk
mencegah menempelnya salju basah pada dinding sebelah dalam dan tersumbanyat lubang
corot. Lubang coret harus berada di atas kedalaman salju maksimum yang mungkin terjadi
alat ukur hujan tipe simpanan biasanya dilapisi kalsium klorida atau cairan anti beku lainnya
yang mencairkan salju serta mencegah rusaknya alat. pengukuran sementara atas air hujan
yang terpampang dilakukan dengan menggunakan tongkat atau pipa sementara muatan awal
dan pengukuran akhir atas hasil tangkapan musiman biasanyja dilakukan melalui
penimbangan. kehilangan akibat penguapan isi alat ukur secara praktis di eliminasi oleh suatu
lapisan minyak yang tipis.
7
dan dapat di kompensasi kan. kesalahan alat mungkin cukup besar dan bersifat kumulatif. air
yang berpindah oleh tingkat pengukur memperbesar pembacaan sampai 1% .Melekuknya
bibir lingkaran pengumpul dapat mengubah luas tangklapan. Untuk membasahi tabung
saluran dan permukaan bagian dalam dari alat ukur yang mulanya kering di
permukaan,diperlukan 0,01 inci pada beberapa daerah, kehilangan ini setiap tahunnya bisa
dihitung dengan mudah, yakni sebesar 1 inci /tahun kehilangan lainnya timbul akibatpercikan
dari pengumpulan.
D. POS HUJAN
lokasi dan karakter wilayah yang akan diteliti,sebaiknya berdasarkan atas batasan
hidrologis, yaitu berdasarkan atas batasan DPS.
Kondisi fisik DPS termasuk sistem, pola derainase, topografi, kondisi geologi dan
jenis tanaman penutup lahan di dalam DPS.
kondisi umum iklim atau cuaca DPS, perbedaan musimandari suhu dan hujan di
DPS, serta kondisi meteorogi wilayah yang menyebabkan hujan di DPS.
Tahap kedua adalah dengan mengetahui pos pengukuran yang sudah ada, mengunjunginginy
adilapangan dandata dikumpulkan. pos hidrologi kemudian di plot pada peta topografi.
sebaran pos pada seluruh dps harus dipelajari dengan mempertimbangkan kondisi fisik DPS
dan kebutuhan data. pos baru yang akan dibangun harus megisi celah antara pos yang sudah
8
ada atau untuk memenuhi kebutuhan data tertentu. jumlah pos baru yang akan di pasang
tergantung dari jumlah minimal pos yang diperlukan dalam wilayah tersebut. pos baru
diplotdalam peta topografi dan di chek dilapangan. kunjungan kelapangansangat penting dan
lokasi yangdipilih mungkin perlu diindahkan dan disesuaikan dengan kondisi nyata
dilapangan.
Metode ini adalah metode yang paling sederhan untuk menentukan tebal hujan yaitu
dengan rumus:
Nilai Hr = tebal hujan rata-rata, sedangkan H₁; H₂; H₃…Hn adalah tebal hujan pada pos
1,2,3… sampai n buah pos hujan. Metode ini hanya disarnkan untuktopografi DPS dengan
topografi pendataran dengan jumlah pos yang hujan yang cukup banyak dan lokasinya terebar
merata pada lokasi yang diwakili. Apabila syarat tadi tidak terpenuhi maka akan memberi
hasil perhitungan yang tidak teliti.
Pada metode ini terdapat anggapan yang bahwa setiap pos hujan dapat mewakili tebal hujan
dari suatu daerah dengan luas tertentu. Luas tertentu berarti luas daerah yang dibatasi garis
tegak lurus yang melalui dan terbagi menjadi dua bagian dari setiap garis lurus yang
9
menghubungkan setiap dua pos hujan yang berdekatan, sehingga jika di gambar akan terletk
dalam suatu polygon. Curah hujan rata-rata dari suatu DPS akan dihitung dari jumlah hasil
perkalian tebal hujan dengan luas poligonya yang dibagi dengan luas seluruh DPS yang mana
tebal hujan rata-rata dapat dihitung dengan dengan rumus :
Nilai A₁, A₂, A₃….An = bagian luas polygon untuk pos hujan 1,2,3,….n buah pos dengan
tebal hujan H₁, H₂, H₃….Hn dari seluruh luas DPS sebesar A. Pada penerapan metode ini
tidak mempertimbangkan bentuk topografi DPS yang bergunung-gunung ataupun berbukit-
bukit karena terdapatnya pengaruh orografisterjadinya hujan. Disamping itu jika terjadinya
penambahan ataupun pengurangan jumlah pos atau pemindahan jumah pos hujan maka akan
mengubah luas jaringan polygon. Jika pos huja yang datnya diragkan ataupu rusak maka akan
dapat berubah pula. Metode ini dianggap metode paling baik daripada metode aritmatik
karena metode ini telah mempertimbangkan luas daerah yang dianggap mewakili, sebagai
bobot dalam perhitungkan tebal huja rata-rata.
3. Metode Isohiet
Metode ini dianggap lebih baik dari pada metode aritmatik dan metode polygon thiessen.
untuk menerapkan metode isohyet ini diperlukan keterampilan dan pengalaman untuk
menggambar isohiet. Isohiet merupakan garis yang menggambarkan tebal hujan yang sama
besarnya. Dalam penggambaranya harus mempertimbangakan faktor topografi dan faktor
yang lain yang mempengaruhi persebaran hujantebal hujan rata-rata ini dihitung dengan
dengan menjumlahkan hasil kali lebar daerah yang dibatasi oleh dua garis yang membagi
jarak yang sama diantara dua isohyet yang berdekatan dalam satu DPS. Persamaan yang
menghitung tebal hujan rata-rata (Hr) adalah dengan menggunakan metode jarak tengah.
10
Hr = 1/A [A₁.H₁ + A₂.H₂ + A₃.H₃ +….An.Hn]
Nilai pada A₁,A₂,A₃…An luas daerah hujan yang telah diatasi oleh dua baris yang
membagi jarak yang sma diantara dua isohiet yang berdekatan didalam DPS sebesar A.
kelemaha dari pada metode ini sendiri adalah faktor subjektivitas ataupun kesalahan dalam
penggambaran peta isohiet dapat mempengaruhi ketelitian hasil perhitungan.
Contoh soal :
Dari suatu DPS dengan luas 64,26 km² mempunyai 8 pos dengan AUHO dengan sebaran
dengan perincian dibawah. Selama bulan mei terukur setiap hujan setiap pos :
11
Hitunglah tebal hujan rata-rata seluruh DPS pada bulan Mei itu menggunakan metode
aritmatik, polygon thiessen dn metode isohyet.
Hr =1/8 [63, 60, 50, 54, 52, 45, 40, 37] mm = 50,125 mm
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Jumlah curah hujan dicatat dalam inci atau mm. (1 inci = 25,4 mm). Jumlah curah hujan 1
mm menunjukkan tinggi air hujan yang menutup permukaan bumi 1 mm. Bermacam alat
dan teknik telah dikembangkan bagi keperluan pengumpulan informasi tentang hujan.
peralatan-peralatan lain meliputi alat-alat untuk mengukur distribusi ukuran tetes ujan dan
untuk menentukan waktu mulai dan berakhirnya hujan. semua bentuk hujan diukur
berdasarkan kedalaman vertica dari air yang yang mengumpul pada suatu permukaan
datar.bila hujan tetap berada pada tempat jatuhnya berdasarkan dengan metode – metode
yang terdapat dalam pengukuran curah hujan.
B. Saran
1. Dalam mempelajari ilmu HIDROLOGI kita mesti harus tahu bagaimana pembagian
sumber yang di dapatkan harus memiliki data yang akurat agar tidak terjadi kepalsuan
mata kuliah HIDROLOGI agar ada keseimbangan antara pendapat Mahasiswa dengan
13
DAFTAR PUSTAKA
14
15