Anda di halaman 1dari 113

MODUL PEMBELAJARAN

GEOGRAFI PARIWISATA

Dosen Pengampu : Dr. Sugiharto, M.Si

Disusun Oleh :

Mahasiswa Pendidikan Geografi Kelas A 2019

PENDIDIKAN GEOGRAFI

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2021

GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019) ii


DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...........................................................................................................................iii
KATA PENGANTAR.............................................................................................................iv
BAB 1 KONSEP DAN RUANG LINGKUP GEOGRAFI PARIWISATA..............................1
BAB 2 KOMPONEN DAN JENIS-JENIS PARIWISATA......................................................9
BAB 3 SEJARAH KEPARIWISATAAN...............................................................................21
BAB 4 SUMBER DAYA GEOGRAFIS PARIWISATA.......................................................25
BAB 5 MENGANALISIS MASALAH KEPARIWISATAAN MENGGUNAKAN PRINSIP-
PRINSIP PARIWISATA BERKELANJUTAN (SUISTANABLE TOURISM)....................35
BAB 6 KEPARIWISATAAN MENGGUNAKAN PRINSIP-PRINSIP EKOWISATA
(ECOTOURISM).....................................................................................................................49
BAB 7 MENGANALISIS MASALAH KEPARIWISATAAN MENGGUNAKAN PRINSIP-
PRINSIP PENGEMBANGAN PARIWISATA BERBASIS MASYARAKAT CBT.............60
BAB 8 KEPARIWISATAAN SUMATERA UTARA............................................................72
BAB 9MENSINTESIS KEPARIWISATAAN DUNIA..........................................................86
BAB 10 KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PARIWISATA DI INDONESIA.....................99
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................106

KATA PENGANTAR

GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019) iii


Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan hidayah nya kepada kami dalam menyelesaikan tugas Projek ini, sehingga tugas
ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Terimakasih kami ucapkan kepada Dr.
Sugiharto,M.Si selaku dosen mata kuliah geografi pariwisata yang telah membimbing

Dalam modul projek ini kami akan membahas, menjelaskan dan menjabarkan hasil
dari matri materi selama satu semester ini. . kami menyadari bahwa modul ini masih terdapat
kekurangan dan kekeliruan yang tidak disengaja atau jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu kami berharap bapak dapat memberikan kritik dan saran yang membangun kepada kami
demi kelancaran pembuatan modul di kemudian hari.

Demikian kami ucapkan terimakasih, semoga Modul ini nantinya dapat


bermanfaat dalam peningkatan wawasan dan pengetahuan bagi kita semua.

24 November 2021

Geografi A 2019

GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019) iv


BAB 1 KONSEP DAN RUANG LINGKUP GEOGRAFI
PARIWISATA

Konsep Geografi Pariwisata

Istilah “Geografi” pertama kali diperkenalkan oleh Erasthotenes (276-196M)


dalam bukunya yang berjudul Geographia. Dalam bukunya tersebut geografi
didefinisikan sebagai deskripsi tentang bumi (Writing about the Earth or description of
the Earth). Karl Ritter: Mengemukakan bahwa Geografi adalah studi tentang daerah
yang berbeda-beda diatas permukaan bumi. Alexander:Geografi adalah Ilmu yang
mempelajari variasi ruang permukaan bumi. Sedangkan hasil seminar Ikatan Geograf
Indonesia (IGI) di Semarang tahun 1988, sepakat memberi arti Geografi sebagai “Ilmu
pengetahuan yang mempelajari persamaan dan perbedaan geosfer dengan
mempergunakan pendekatan kelingkungan dan kewilayahan dalam konteks keruangan”.
Pariwisata merupakan suatu kegiatan yang Berhubungan dengan perjalanan
untuk rekreasi, pelancongan, turisme. Pariwisata Berasal dari Bahasa Sanksekerta, yaitu
Pari yang artinya banyak, penuh atau berputar-putar, Wisata artinya perjalanan. Atau
dalam bahasa Inggris disebut travel. Jadi “Pariwisata adalah perjalanan dari satu tempat
ketempat lain” (Drs. H. Idris Abdurachmat, M. Pd., Geografi Ekonomi, Hal 71, 1998).
Kepariwisataan ialah Perihal yang berhubungan dengan pariwisata, dan orang yang
melakukan wisata disebut Wisatawan atau Tourist.
Secara etimologis, pariwisata terdiri dari dua suku kata yaitu pari dan wisata.
Pari merupakan banyak, berkali-kali berputar putar, lengkap (ingat kata paripurna).
sedangkan kata wisata,ialah perjalanan bepergian yang dalam hal ini sinonim dengan
kata travel dalam bahasa Inggris. Oleh karena itu maka kata pariwisata seharusnya
diartikan sebagai perjalanan yang dilakukan berkali-kali atau berputar-putar, dari suatu
tempat ke tempat lain, dalam bahasa Inggris tersebut dengan kata Tour. Pengertian
jamak, kepariwisataan dapat digunakan kata Tourisme atau Tourism Dede Nurdin, 2005
(dalam Ahman Sya, 2005 : 32)

GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019) 1


Herman V. Schulalard, seorang ahli ekonomi Australia, pada tahun 1910 Ahman
Sya, (2005 : 32) mengemukakan batasan pariwisata sebagai berikut : Tourism is the
sum of operations mainly of an economic nature, which, directly related to the entry,
stay and movement of foreigner inside certain country, city or region (kepariwisataan
adalah sejumlah kegiatan perekonomian yang secara langsung berhunungan dengan
masuknya, adanya pendiaman dan bergeraknya orang-orang asing keluar masuk kota,
daerah atau Negara).
Ahman Sya, (2005:33) pariwisata dalam artisan modern adalah fenomena dari
jaman sekarang yang di dasarkan atas kebutuhan akan kesehatan dan penggantian hawa,
penilaian yang sadar dan menumbuhkan (cinta) terhadap keindahan alam dan pada
khususnya disebabkan oleh bertambahnya pergaulan berbagai bangsa dan kelas
masyarakat manusia sebagai hasil daripada perkembangan, perniagaan, industri
perdagangan serta penyempurnaan daripada alat-alat pengangkutan.
Peristiwa adalah perjalanan dari satu tempat ketempat lain bersifat sementara,
dilakukan perorangan ataupun kelompok sebagai usaha mencari keseimbangan,
keserasian dalam dimensi sosial budya dan ilmu (James J Spillane).
Geografi Pariwisata adalah adalah hubungan timbal balik antara berbagai
fenomena dalam ruang yang ditimbulkan oleh adanya orang yang mengadakan
perjalanan baik menginap maupun tidak dengan tujuan untuk bersenang-senang/rekreasi
(Pearce (1981).
Geografi Pariwisata adalah geografi terapan yang berhubungan dengan survai,
penelitian dan memberikan arah secara praktis untuk perencanaan fisik, regional,
perkembangan kota dan sebagainya (Robinson (1976).
Geografi pariwisata adalah cabang ilmu geografi regional yang mengkaji suatu
wilayah suatu wilayah atau region di permukaan bumi secara komprehensif, baik aspek
fisis geografisnya maupun aspek manusianya (Ahman sya, 2005: 1).
Menurut Supardi (2011: 62), “kata geografi berasal dari Bahasa Yunani yaitu
geo (Bumi) dan graphien (“menulis atau menjelaskan”). Pada asalnya geografi berarti
“uraian atau gambaran” (graphe) mengenai “bumi (geo)”, “geografi bahwa menekankan
pada pendekatan keruangan, ekologi dan hubungan kehidupan dengan lingkungan
alamnya, dan sebagian lagi menekankan perhatian pada pendekatan kewilayahan”.

GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019) 2


Geografi sebagai bidang ilmu yang mengkaji kondisi alam, kondisi manusia, serta
interaksi antara keduanya sangat berperan dalam upaya menyumbang usaha
kepariwisataan, dengan memahami, mengenali karakteristik unsur-unsur geografi,
memahami unsur-unsur pariwisata suatu daerah geografi pariwisata merupakan bidang
ilmu terapan yang berusaha mengkaji unsur-unsur geografis suatu daerah untuk
kepentingan kepariwisataan. Unsur-unsur geografis suatu daerah memiliki potensi dan
karakteristik berbeda-beda. Bentang alam pegunungan yang beriklim sejuk, pantai
landai yang berpasir putih, hutan dengan beraneka ragam tumbuhan yang langka, danau
dengan air yang bersih, merupakan potensi suatu daerah yang dapat dikembangkan
untuk usaha industri pariwisata. Unsur geografi yang lain seperti lokasi/letak, kondisi
morfologi, penduduk berpengaruh terhadap kemungkinan pengembangan potensi objek
wisata.
Menurut Suwantoro (2004:28) yang dimaksud dengan “geografi pariwisata
adalah geografi yang berhubungan erat dengan pariwisata”. Kegiatan pariwisata banyak
sekali seginya dimana semua kegiatan itu biasa disebut dengan Industri Pariwisata,
termasuk di dalamnya perhotelan, restoran, toko cendramata, transportasi, biro jasa
perjalanan, tempat-tempat hiburan, objek wisata, atraksi budaya dan lainnya.
Peranan mempelajari Geografi Pariwisata adalah mengetahui dan memahami
karakteristik sumber daya pariwisata yang ada di setiap wilayah (daerah) dan
mengetahui dan memahami karakteristik aktivitas para wisatawan berdasarkan atas asal
wisatawan dan tujuan tempat wisata nya.

Ruang Lingkup Geografi Pariwisata


Berdasarkan pengertian Geografi Pariwisata diatas, Geografi Pariwisata adalah
Ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan potensi pariwisata di permukaan
bumi, dengan selalu melihat keterkaitan antar alam, antar aspek manusia dan manusia
dengan alam. Persamaan dan perbedaan ini dalam menimbulkan adanya interaksi antar
wilayah, dan gerakan orang dari satu tempat ke tempat lain.
Geografi pariwisata selalu melihat dampaknya terhadap lingkungan alam, sosial
ekonomi dan budaya penduduk. Konsep - konsep Geografi seperti Lokasi, jarak,
keterjangkauan, interaksi, gerakan, keterkaitan dan nilai guna selalu menjadi dasar

GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019) 3


dalam menjelaskan fenomena Pariwisata. Dari Uraian di atas, sebenarnya memberi
gambaran apa saja yang menjadi ruang lingkup geografi. Ruang Lingkup geografi
menurut Pearce adalah :
 Pola Keruangan dari permintaan
 Pola Keruangan dari penawaran
 Sumberdaya Geografi untuk Pariwisata
 Gerakan dan Aliran wisatawan
 Dampak Keparwisataan
 Model Keruangan dari Pariwisata

Sedangkan apabila dilihat dari aspek lokasi, ruang lingkup geografi pariwisata
menurut BRIAN , meliputi :
 Daerah asal wisatawan,
Membahas daerah asal, tentunya akan melibatkan banyak faktor lingkungan
fisik, sosial, budaya, ekonomi, politik dan teknologi yang tentunya akan
mendorong seseorang mengadakan perjalanan untuk melakukan rekreasi.
 Daerah tujuan wisatawan
Daerah tujuan wisatawan ini berkaitan dengan faktor atau objek penarik apa
yang akan membuat para wisatawan datang ke daerah yang ditawarkan. Disini
industri pariwisata pastinya angat berperan penting ,seperti misalnya akomodasi,
hiburan, objek objek wisata yang akan dikunjungi, atraksi wisata, restoran, bank,
pusat perdagangan, dan berbagai pelayanan jasa lainnya yang harus membuat
puas, nyaman, dan aman.
 Rute perjalanan
Akan sangat berkaitan dengan sarana dan prasarana, contohnya transportasi.
Jalur transportasi yang akan digunakan ,bentuk, ukuran dan arah aliran
wisatawan , kenyamanan apalagi keamanan para wisatawan akan selalu menjadi
prioritas pilihan. Itulah sebabnya mengapa bus pariwisata terlihat begitu
eksklusif jika dibandingkan dengan bus penumpang biasa lainnya..

GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019) 4


Geografi juga memiliki pandangan sendiri terhadap geografi pariwisata, yang
memfokuskan kepada:
 Pergerakan manusia
 Interaksi wilayah
 Potensi sumber daya alam
 Aksesibilitas
 Dampak lingkungan (fisik dan sosial)
 Adanya persamaan dan perbedaan potensi kepariwisataan antara satu daerah
dengan daerah lainnya.

Dilihat dari aspek geografi, pariwisata merupakan suatu usaha pemanfaatan sumber
daya (baik itu manusia, alam, teknologi, dll.), dimana pengemanfaatan sumber daya itu
sendiri adalah sebagai sesuatu yang memiliki nilai apabila sesuatu itu dikelola dengan
baik. Namun begitu pemanfaatan sumber daya ini harus juga melihat pada berbagai
karakteristik karakteristik lain.seperti karakteristik wisatawan (pendapatan, leisure time,
dll), karakteristik sumber daya geografi ( unsur alam dan manusia, sifat sumber daya
yang ditunjang dengan fasilitasnya, dll), juga karakteristik objek wisatanya itu sendiri
(alam, budaya, minat khusus seperti flyin fox, dll.).
Pada Umumnya manusia melakukan kegiatan wisata untuk menghilangkan
kepenatan setelah bekerja seharian penuh dengan mencari tempat –tempat yang
dianggap  memiliki keindahan dan kenyamanan yang di inginkan seperti Gunung,
Puncak, Danau, Sungai, Taman Bunga, Air Terjun, Gletsyer dll. Namun, seperti
dijelaskan pada awal kini wisata tidak hanya ke tempat - tempat yang indah saja tetapi
kini juga ada muatan –muatan atau tujuan –tujuan tertentu seperti pendidikan.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melihat karakteristik daerah tujuan
wisata diantaranya adalah sebagai berikut :
 Sumber daya alam, kebudayaan dan manusianya, apakah memiliki karakteristik
yang khas untuk dijadikan daerah tujuan wisata yang potensial atau tidak.

GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019) 5


 Aksesibilitas, ketersediaan sarana dan prasarana transportasi serta kemudahan
untuk menjangkau daerah wisata merupakan hal yang mutlak diperlukan dalam
industri kepariwisataan.
 Kestabilan politik dan keamanan serta kebijakan pemerintah yang mendukung
kelancaran berjalanya industri pariwisata.
 Promosi kepariwisataan, pengenalan objek wisata kepada public merupakan
salah satu cara untuk mendatangkan wisatawan baik domestic maupun
mancanegara.
 Akomodasi, sudah barang tentu keberadaan dan kenyamanan akomodasi ini
(tempat penginapan) menjadi faktor utama yang dilihat di tempat tujuan wisata
sebelum kita melakukan wisata.
 Transportasi, ketersediaan dan kelancaran transportasi pun menjadi tolak ukur
yang penting dalam kita mengadakan perjalanan wisata.
 Pusat kesehatan (jaminan kesehatan), meskipun hanya sebagai fasilitas
penunjang saja, akan tetapi fasilitas kesehatan ini sepertinya memang harus ikut
diperhitungkan. Hal ini akan memberikan kenyamanan tersendiri.

Ada 6 alasan yang melatar belakangi menganai geografi mengkaji Pariwisata :


 Kegiatan pariwisata menggunakan aspek ruang didalamnya dan Geografi
sangat memperhatikan ruang, khususnya persamaan dan perbedaan ruang di
permukaan bumi.
 Dalam Aktivitas pariwisata ada penggunaan lahan dan Geografi
melihatbagaimana suatu lahan dapat didayagunakan dan disesuaikan dengan
bentuk penggunaan lahan
 Dalam Kegiatan pariwisata ada aktivitas manusia dan Geografi
selalu memperhatikan aktivitas manusia yang bersifat komersial dalam
memanfaatkan ruang yang dapat dilihat secara lokal, regional, nasional bahkan
internasional.
 Dalam Kegiatan pariwisata mencerminkan interaksi dua tempat yang
berbeda, yaitu daerah asal wisatawan dengan daerah tujuan wisata.

GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019) 6


 Geografi selalu melihat gerakan, aliran barang dan orang sebagai wujud
dari adanya dan perbedaan potensi wilayah, baik secara alami maupun hasil
dari aktivits manusia. Aktivitas pariwisata selalu berkaitan dengan
wisatawan, barang dan jasa yang dibutuhkan oleh wisatawan selama
mengadakan perjalanan
 Aktivitas pariwisata dapat berdampak positif maupun negatif yang
ditimbulkan dari interaksi antara kehidupan manusia sebagai wisatawan
dengan lingkungan alam sekitar dan Geografi selalu tertarik dengan
dampak suatu gejala terhadap gejala lain baik di dalam maupun di tempat yang
berbeda.

Sistem Kepariwisataan
Geografi pariwisata merupakan sebuah sistem karena memiliki berbagai unsur
yang menunjang kepariwisataan yang mempunyai fungsi masing-masing dan
menunjang antar unsur. System kepariwisataan terdiri atas beberapa unsur, diantaranya
adalah sebagai berikut :
1) Interaksi antara daerah tujuan wisata dengan dengan wisatawan daerah tujuan
wisata melakukan penawaran kepada wisatawan berupa objek-objek yang akan
mereka jual seperti : objek-objek wisata alam, objek-objek wisata budaya, objek
wisata minat khusus, objek wisata konvensi dsb.sedangka wisatawan melakukan
permintaan berupa motivasi untuk melakukan perjalanan wisata dengan tujuan
bersenang-senang, kesehatan, kerohanian, pendidikan dan sebagainya.
2) Adanya sarana penunjang kepariwisataan
 Sarana, sarana penunjang kepariwisataan dibagi kedalam
- Sarana pokok, berupa akomodasi, transportasi dan resto.
- Sarana pelengkap, berupa hiburan dan rekreasi.
- Sarana penunjang, berupa rumah sakit, keamananan dan Bank.
 Prasarana, diantaranya berupa jalan, Jembatan, Angkutan atau trasportasi,
Terminal, stasiun, pelabuhan dan bandara

GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019) 7


Dari sistem kepariwisataan diatas akan menimbulkan berbagai dampak terhadap
lingkungan, seperti lingkungan fisik, perekonomian dan dampak terhadap masyarakat di
daerah sekitar tujuan wisata. Serta berdampak pada pendapatan, lapangan pekerjaan,
pendidikan, bentuk wilayah, dan kelestarian lingkungan. Daerah tujuan wisata
merupakan magnet bagi orang-orang yang mencari pekerjaan terutama yang bersifat
informal.
Karakteristik sumber daya geografi yang dimanfaatkan dalam kepariwisataan:
 Menyangkut unsur alam dan manusia yang bisa dimanfaatkan untuk kegiatan
pariwisata
 Sifat sumber daya tersebut tidak berdiri sendiri, artinya harus ditunjang
dengan fasilitas lain
Fungsi Pengelolaan Pariwisata
Fungsi pengelolaan pariwisata berupa menginventarisir, mengembangkan,
memonitor, mengevaluasi dan menanggulangi masalah kepariwisataan, juga
mengevaluasi daerah-daerah potensial untuk di kembangkan, hal-hal seperti keuangan,
administrasi, koordinasi dan managerial.

Tugas pengelola pariwisata adalah :


 Memotivasi
 pengadaan fasilitas-fasilitas terkait
 Pemasaran, promosi, kemudahan berpariwisata
 Perencanaan tata ruang
 Penelitian
 Ketenangan
 Perundang-undangan

GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019) 8


BAB 2 KOMPONEN DAN JENIS-JENIS PARIWISATA
Komponen Pariwisata
Komponen pariwisata aadalah komponen kepariwisataan yang harus ada
didalam destinasi wisata tersebut. Menurut Buhalis (2000) bahwa komponen pariwisata
terdiri dari 6A yaitu Attraction, Amenities, Ancillary, Activity, accessibility dan
Available Package.

1. Attraction (Atraksi).
Atraksi adalah segala hal yang mampu menarik wisatawan untuk berkunjung ke
kawasan wisata. Atraksi terdiri dari apa yang pertama kali membuat wisatawan tertarik
untuk berkunjung ke sebuah kawasan.Atraksi dapat didasarkan pada sumber daya alam
yang memiliki bentuk ciri-ciri fisik alam, dan keindahan kawasan itu sendiri. Selain itu,
budaya juga dapat menjadi atraksi untuk menarik minat wisatawan datang, seperti hal-
hal yang besejarah, agama, cara hidup masyarakat, tata cara pemerintahan,dan tradisi-
tradisi masyarakat baik dimasa lampau maupun dimasa sekarang (Mill, 2000). Hampir
setiap destinasi memiliki atraksi khusus yang tidak dapat dimiliki oleh destinasi lainnya.

2. Accessibilities (Akses).
Akses mencakup fasilitas sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh wisatawan
untuk menuju destinasi wisata, sehingga harus tersedia jasa seperti penyewaan
kendaraan dan transportasi lokal, rute atau pola perjalanan (Cooper dkk, 2000). Menurut
Sugiama (2011) aksesibilitas adalah tingkat intensitas suatu daerah tujuan wisata atau
destinasi dapat dijangkau oleh wisatawan. Fasilitas dalam aksesibilats seperti jalan raya,

GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019) 9


rel kereta api, jalan tol, terminal, stasiun kereta api, dan kendaraan roda empat. Menurut
Brown dan Stange, Akses adalah bagaimana seseorang untuk mencapai tujuan dari
tempat asalnya. Apakah aksesnya mudah atau sulit.

3. Amenities (Fasilitas Pendukung).


Amenities adalah berbagai fasilitas pendukung yang dibutuhkan oleh wisatawan di
destinasi wisata. Amenities meliputi beragam fasilitas untuk memenuhi kebutuhan
akomodasi, penyediaan makanan dan minuman (food and Beverage), tempat hiburan,
tempat perbelanjaan (retailing), dan layanan lainnya seperti bank, rumah sakit,
keamanan dan asuransi (Cooper dkk, 2000).

Menurut Inskeep (1991) fasilitas (facilities) dan pelayanan lainnya (otherservices)


didestinasi bisa terdiri dari biro perjalanan wisata, restaurant, retail outlet kerajinan
tangan, souvenir, keunikan, keamanan yang baik, bank, penukaran uang (money
changer), (tourist infomation office), rumah sakit, bar, tempat kecantikan. Setiap
destinasi memiliki fasilitas yang berbeda, namun untuk melayani kebutuhan dasar
wisatawan yang berkunjung, destinasi melengkapinya sesuai dengan karakteristik
destinasi tersebut.

4. Accommodation (Penginapan).
Akomodasi dapat diartikan sebagai penginapan yang tentunya di satu destinasi
dengan destinasi lainnya akan berbeda. Akomodasi yang umum dikenal adalah hotel
dengan beragam fasilitas didalamnya. Akomodasi di desa wisata berbeda dengan
akomodasi di destinasi lain. Akomodasi di desa wisata biasaya terdiri dari sebagian
tempat tinggal para penduduk setempat atau unit-unit yang berkembang atas konsep
tempat tinggal penduduk atau biasa dikenal dengan homestay. Akomodasi untuk
mendukung terselenggaranya kegiatan wisata di destinasi dapat terletak di lokasi desa
wisata tersebut atau berada di dekat desa wisata.

5. Activities (Aktivitas).
Aktifitas berhubungan dengan kegiatan di destinasi yang akan memberikan
pengalaman (experience) bagi wisatawan. Setiap destinasi memiliki aktivitas yang
berbeda sesuai dengan karakteristik destinasi wisata tersebut (Brown and Stange, TT).

GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019) 10


Aktivitas wisata di destinasimerupakan kegiatan yang salah satunya menjadi daya tarik
wisatawan untuk datang ke destinasi. Begitu juga dengan desa wisata, jenis aktivitas
yang dilakukan berhubungan dengan karakteristik desa tersebut. Aktivitas yang
umumnya dilakukan di desa wisata adalah mengikuti kegiatan kehidupan sehari- hari
desa wisata.

6. Ancillary Services (Layanan Tambahan).


Ancillary adalah dukungan yang disediakan oleh organisasi, pemerintah daerah,
kelompok atau pengelola destinasi wisata untuk menyelenggarakan kegiatan wisata
(Cooper dkk, 2000). Hal yang sama juga disampaikan oleh Wargenau dan Deborah
dalam Sugiama (2011) bahwa ancillary adalah organisasi pengelola destinasi wisata.
Organisasi pemerintah, asosiasi kepariwisataan, tour operator dan lain-lain. Dalam hal
ini organisasi dapat berupa kebijakan dan dukungan yang diberikan pemerintah atau
organisasi untuk terselenggaranya kegiatan wisata. Sama hal nya dengan desa wisata,
tentunya penyelenggaraan desa wisata didukung oleh kebijakan pemerintah baik daearh
maupun pusat untuk terselenggaranya kegiatan wisata.

2.2 Jenis Pariwisata


Kepariwisataan tidak menggejala sebagai bentuk tunggal. Istilah ini umum
sifatnya yang menggambarkan beberapa jenis perjalanan dan penginapan sesuai dengan
motivasi yang mendasari kepergian tersebut. Orang melakukan perjalanan untuk
memperoleh berbagai tujuan dan memuaskan bermacam-macam keinginan. Di samping
itu, untuk keperluan perencanaan dan pengembangan kepariwisataan itu sendiri, perlu
pula dibedakan antara pariwisata dengan jenis pariwisata lainnya, sehingga jenis dan
macam pariwisata yang dikembangkan akan dapat berwujud seperti diharapkan dari
kepariwisataan itu sendiri.

Menurut Pendit (1994), pariwisata dapat dibedakan menurut motif wisatawan


untuk mengunjungi suatu tempat. Jenis-jenis pariwisata tersebut adalah sebagai berikut.

1. Wisata Budaya
Wisata Budaya yaitu perjalanan yang dilakukan atas dasar keinginan untuk
memperluas pandangan hidup seseorang dengan jalan mengadakan kunjungan atau

GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019) 11


peninjauan ketempat lain atau ke luar negeri, mempelajari keadaan rakyat, kebiasaan
adat istiadat mereka, cara hidup mereka, budaya dan seni mereka. Seiring perjalanan
serupa ini disatukan dengan kesempatan–kesempatan mengambil bagian dalam
kegiatan–kegiatan budaya, seperti eksposisi seni (seni tari, seni drama, seni musik, dan
seni suara), atau kegiatan yang bermotif kesejarahan.

(Upacara adat Ngaben di Bali)


2. Wisata Maritim atau Bahari
Jenis wisata ini banyak dikaitkan dengan kegiatan olah raga di air, lebih–lebih di
danau, pantai, teluk, atau laut seperti memancing, berlayar, menyelam sambil
melakukan pemotretan, kompetisi berselancar, balapan mendayung, melihat–lihat taman
laut dengan pemandangan indah di bawah permukaan air serta berbagai rekreasi
perairan yang banyak dilakukan didaerah–daerah atau negara–negara maritim, di Laut
Karibia, Hawaii, Tahiti, Fiji dan sebagainya. Di Indonesia banyak tempat dan daerah
yang memiliki potensi wisata maritim ini, seperti misalnya Pulau–pulau Seribu di Teluk
Jakarta, Danau Toba, pantai Pulau Bali dan pulau–pulau kecil disekitarnya, taman laut
di Kepulauan Maluku dan sebagainya. Jenis ini disebut pula wisata tirta.

GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019) 12


(Pantai kuta di Bali, dan Danau Toba di Sumatera Utara)
3. Wisata Cagar Alam (Taman Konservasi)
Untuk jenis wisata ini biasanya banyak diselenggarakan oleh agen atau biro
perjalanan yang mengkhususkan usaha–usaha dengan jalan mengatur wisata ke tempat
atau daerah cagar alam, taman lindung, hutan daerah pegunungan dan sebagainya yang
kelestariannya dilindungi oleh undang–undang. Wisata cagar alam ini banyak dilakukan
oleh para penggemar dan pecinta alam dalam kaitannya dengan kegemaran memotret
binatang atau marga satwa serta pepohonan kembang beraneka warna yang memang
mendapat perlindungan dari pemerintah dan masyarakat.

Wisata ini banyak dikaitkan dengan kegemaran akan keindahan alam, kesegaran
hawa udara di pegunungan, keajaiban hidup binatang dan marga satwa yang langka
serta tumbuh–tumbuhan yang jarang terdapat di tempat–tempat lain. Di Bali wisata
Cagar Alam yang telah berkembang seperti Taman Nasional Bali Barat dan Kebun Raya
Eka Karya.

GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019) 13


(Pulau Komodo, Nusa Tenggara Timur)

4. Wisata Konvensi
Yang dekat dengan wisata jenis politik adalah apa yang dinamakan wisata
konvensi. Berbagai negara pada dewasa ini membangun wisata konvensi ini dengan
menyediakan fasilitas bangunan dengan ruangan–ruangan tempat bersidang bagi para
peserta suatu konfrensi, musyawarah, konvensi atau pertemuan lainnya baik yang
bersifat nasional maupun internasional. Jerman Barat misalnya memiliki Pusat Kongres
Internasiona (International Convention Center) di Berlin, Philipina mempunyai PICC
(Philippine International Convention Center) di Manila dan Indonesia mempunyai Balai
Sidang Senayan di Jakarta untuk tempat penyelenggaraan sidang–sidang pertemuan
besar dengan perlengkapan modern. Biro konvensi, baik yang ada di Berlin, Manila,
atau Jakarta berusaha dengan keras untuk menarik organisasi atau badan–badan nasional
maupun internasional untuk mengadakan persidangan mereka di pusat konvensi ini
dengan menyediakan fasilitas akomodasi dan sarana pengangkutan dengan harga
reduksi yang menarik serta menyajikan program–program atraksi yang menggiurkan.

GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019) 14


(Balai Sidang Senayan Jakarta Convention Center)

5. Wisata Pertanian (Agrowisata)


Wisata pertanian ini adalah pengorganisasian perjalanan yang dilakukan ke proyek–
proyek pertanian, perkebunan, ladang pembibitan dan sebagainya dimana wisatawan
rombongan dapat mengadakan kunjungan dan peninjauan untuk tujuan studi maupun
melihat–lihat keliling sambil menikmati segarnya tanaman beraneka warna dan
suburnya pembibitan berbagai jenis sayur–mayur dan palawija di sekitar perkebunan
yang dikunjungi.

(Agrowisata Paloh Naga, Deli Serdang, Sumatera Utara)


6. Wisata Buru
Wisata buru ini diatur dalam bentuk safari buru ke daerah atau hutan yang telah
ditetapkan oleh pemerintah negara yang bersangkutan, seperti berbagai negeri di Afrika
untuk berburu gajah, singa, dan sebagainya. Di India, ada daerah yang memang
disediakan untuk berburu macan, badak dan sebagainya, sedangkan di Indonesia,
pemerintah membuka wisata buru untuk daerah Baluran di Jawa Timur dimana
wisatawan boleh menembak banteng atau babi hutan.

GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019) 15


(Taman Nasional Baluran, Jawa Timur)

7. Wisata Ziarah
Jenis wisata ini sedikit banyak dikaitkan dengan agama, sejarah, adat istiadat dan
kepercayaan umat atau kelompok dalam masyarakat. Wisata ziarah banyak dilakukan
oleh perorangan atau rombongan ke tempat–tempat suci, ke makam–makam orang besar
atau pemimpin yang diagungkan, ke bukit atau gunung yang dianggap keramat, tempat
pemakaman tokoh atau pemimpin sebagai manusia ajaib penuh legenda. Wisata ziarah
ini banyak dihubungkan dengan niat atau hasrat sang wisatawan untuk memperoleh
restu, kekuatan batin, keteguhan iman dan tidak jarang pula untuk tujuan memperoleh
berkah dan kekayaan melimpah. Dalam hubungan ini, orang–orang Khatolik misalnya
melakukan wisata ziarah ini ke Istana Vatikan di Roma, orang–orang Islam ke tanah
suci, orang–orang Budha ke tempat–tempat suci agama Budha di India, Nepal, Tibet
dan sebagainya.

Di Indonesia banyak tempat–tempat suci atau keramat yang dikunjungi oleh umat-
umat beragama tertentu, misalnya seperti Candi Borobudur, Prambanan, Pura Basakih
di Bali, Sendangsono di Jawa Tengah, makam Wali Songo, Gunung Kawi, makam
Bung Karno di Blitar dan sebagainya. Banyak agen atau biro perjalanan menawarkan
wisata ziarah ini pada waktu–waktu tertentu dengan fasilitas akomodasi dan sarana
angkuatan yang diberi reduksi menarik ke tempat–tempat tersebut di atas.

GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019) 16


(Candi Borobudur)

Sebenarnya pariwisata sebagai suatu gejala, terwujud dalam beberapa bentuk


yang antara lain, misalnya :

a) Menurut letak geografis, dimana kegiatan pariwisata berkembang dibedakan


menjadi :
1. Pariwisata lokal (local tourism) yaitu jenis kepariwisataan yang ruang
lingkupnya lebih sempit dan terbatas dalam tempat-tempat tertentu saja.
Misalnya kepariwisataan kota Denpasar, kepariwisataan kota Bandung.
2. Pariwisata regional (regional tourism) yaitu kegiatan kepariwisataan yang
dikembangkan dalam suatu wilayah tertentu, dapat regional dalam lingkungan
nasional dan dapat pula regional dalam ruang lingkup internasional. Misalnya
kepariwisataan Bali, Yogyakarta, dan lain-lain.
3. Pariwisata nasional (national tourism) yaitu jenis pariwisata yang
dikembangkan dalam wilayah suatu negara, dimana para pesertanya tidak saja
terdiri dari warganegaranya sendiri tetapi juga orang asing yang terdiam di
negara tersebut. Misalnya kepariwisataan yang ada di daerah-daerah dalam satu
wilayah Indonesia.

GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019) 17


4. Pariwisata regional-internasional yaitu kegiatan kepariwisataan yang
berkembang di suatu wilayah internasional yang terbatas, tetapi melewati batas-
batas lebih dari dua atau tiga negara dalam wilayah tersebut. Misalnya
kepariwisataan ASEAN.
5. Pariwisata internasional (International tourism) yaitu kegiatan kepariwisataan
yang terdapat atau dikembangkan di banyak negara di dunia.
b) Menurut pengaruhnya terhadap neraca pembayaran meliputi:
1. Pariwisata aktif (in bound tourism) yaitu kegiatan kepariwisataan yang ditandai
dengan gejala masuknya wisatawan asing ke suatu negara tertentu. Hal ini tentu
akan mendapatkan masukan devisa bagi negara yang dikunjungi dengan
sendirinya akan memperkuat posisi neraca pembayaran negara yang dikunjungi
wisatawan.
2. Pariwisata pasif (out-going tourism) yaitu kegiatan kepariwisataan yang
ditandai dengan gejala keluarnya warga negara sendiri bepergian ke luar negeri
sebagai wisatawan. Karena ditinjau dari segi pemasukan devisa negara,
kegiatan ini merugikan negara asal wisatawan, karena uang yang dibelanjakan
itu terjadi di luar negeri.
c) Menurut alasan/tujuan perjalanan meliputi:
1. Business tourism yaitu jenis pariwisata dimana pengunjungnya datang untuk
tujuan dinas, usaha dagang atau yang berhubungan dengan pekerjaannya,
kongres, seminar dan lain-lain
2. Vacational tourism yaitu jenis pariwisata dimana orang-orang yang melakukan
perjalanan wisata terdiri dari orang-orang yang sedang berlibur, cuti, dan lain-
lain
3. Educational tourism yaitu jenis pariwisata dimana pengunjung atau orang
melakukan perjalanan untuk tujuan belajar atau mempelajari suatu bidang ilmu
pengetahuan. Contohnya : darmawisata (study tour).
4. Familiarization tourism yaitu suatu perjalanan anjangsana yang dimaksudkan
guna mengenal lebih lanjut bidang atau daerah yang mempunyai kaitan dengan
pekerjaannya.

GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019) 18


5. Scientific tourism yaitu perjalanan wisata yang tujuan pokoknya adalah untuk
memperoleh pengetahuan atau penyelidikan terhadap sesuatu bidang ilmu
pengetahuan.
6. Special Mission tourism yaitu suatu perjalanan wisata yang dilakukan dengan
suatu maksud khusus, misalnya misi kesenian, misi olah raga, maupun misi
lainnya.
7. Hunting tourism yaitu suatu kunjungan wisata yang dimaksudkan untuk
menyelenggarakan perburuan binatang yang diijinkan oleh penguasa setempat
sebagai hiburan semata-mata.
d) Menurut saat atau waktu berkunjung meliputi:
1. Seasonal tourism yaitu jenis pariwisata yang kegiatannya berlangsung pada
musimmusim tertentu. Contoh : Summer tourism, winter tourism, dan lain-lain.
2. Occasional tourism yaitu jenis pariwisata dimana perjalanan wisatawan
dihubungkan dengan kejadian (occasion) maupun suatu even. Misalnya Sekaten
di Yogyakarta, Nyepi di Bali, dan lain-lain.
e) Menurut Objeknya pariwisata dibedakan menjadi:
1. Cultural tourism yaitu jenis pariwisata dimana motivasi wisatawan untuk
melakukan perjalanan disebabkan karena adanya daya tarik dari seni dan
budaya suatu tempat atau daerah.
2. Recuperational tourism yaitu jenis pariwisata dimana motivasi wisatawan untuk
melakukan perjalanan adalah untuk menyembuhkan penyakit, seperti mandi di
sumber air panas, mandi lumpur, dan lain-lain.
3. Commercial tourism yaitu jenis pariwisata dimana motivasi wisatawan untuk
melakukan perjalanan dikaitkan dengan kegiatan perdagangan nasional dan
internasional.
4. Sport tourism yaitu jenis pariwisata dimana motivasi wisatawan untuk
melakukan perjalanan adalah untuk melihat atau menyaksikan suatu pesta olah
raga di suatu tempat atau negara tertentu.
5. Political tourism yaitu jenis pariwisata dimana motivasi wisatawan untuk
melakukan perjalanan tujuannya melihat atau menyaksikan suatu peristiwa atau

GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019) 19


kejadian yang berhubungan dengan kegiatan suatu negara. Misalnya
menyaksikan peringatan hari kemerdekaan suatu negara
6. Social tourism yaitu jenis pariwisata dimana dari segi penyelenggaraannya tidak
menekankan untuk mencari keuntungan, misalnya study tour, picnik, dan lain-
lain.
7. Religion tourism yaitu jenis pariwisata dimana motivasi wisatawan untuk
melakukan perjalanan tujuannya melihat atau menyaksikan upacara-upacara
keagamaan, seperti upacara Bali Krama di Besakih, haji umroh bagi agama
Islam, dan lain-lain.
8. Marine tourism merupakan kegiatan wisata yang ditunjang oleh sarana dan
prasarana untuk berenang, memancing, menyelam, dan olah raga lainnya,
termasuk sarana dan prasarana akomodasi, makan dan minum.
f) Menurut jumlah orang yang melakukan perjalanan dibedakan menjadi:
1. Individual tourism yaitu seorang wisatawan atau satu keluarga yang melakukan
perjalanan secara bersama.
2. Family group tourism yaitu suatu perjalanan wisata yang dilakukan oleh
serombongan keluarga yang masih mempunyai hubungan kekerabatan satu
sama lain.
3. Group tourism yaitu jenis pariwisata dimana yang melakukan perjalanan wisata
itu terdiri dari banyak orang yang bergabung dalam satu rombongan yang biasa
diorganisasi oleh sekolah, organisasi, atau tour oprator/travel agent.
g) Menurut alat pengangkutan yang digunakan meliputi;
1. Land tourism yaitu jenis pariwisata yang dalam kegiatannya menggunakan
transportasi darat, seperti bus, taxi, dan kereta api.
2. Sea tourism yaitu kegiatan kepariwisataan yang menggunakan angkutan laut
untuk mengunjungi suatu daerah tujuan wisata.
3. Air tourism yaitu jenis pariwisata yang menggunakan angkutan udara dari dan
ke daerah tujuan wisata.
h) Menurut umur yang melakukan perjalanan dibedakan menjadi;
1. Youth tourism yaitu jenis pariwisata yang dikembangkan bagi para remaja yang
suka melakukan perjalanan wisata dengan harga relatif murah.

GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019) 20


2. Abdult tourism yaitu kegiatan pariwisata yang diikuti oleh orang-orang yang
berusia lanjut. Biasanya orang yang melakukan perjalanan adalah para
pensiunan.
i) Menurut jenis kelamin dibedakan menjadi;
1. Masculine tourism yaitu jenis pariwisata yang kegiatannya hanya diikuti oleh
kaum pria saja, seperti safari, hunting, dan adventure.
2. Feminime tourism yaitu jenis pariwisata yang kegiatannya hanya diikuti oleh
kaum wanita saja, seperti rombongan untuk menyaksikan demontrasi memasak.
j) Menurut harga dan tingkat sosial meliputi:
1. Delux tourism yaitu perjalanan wisata yang menggunakan fasilitas standar
mewah, baik alat angkutan, hotel, maupun atraksinya.
2. Middle class tourism yaitu jenis perjalanan wisata yang diperuntukkan bagi
mereka yang menginginkan fasilitas dengan harga tidak terlalu mahal, tetapi
tidak terlalu jelek pelayanannya.
3. Social tourism yaitu perjalanan wisata yang penyelenggaraannya dilakukan
secara bersama dengan biaya yang diperhitungkan semurah mungkin dengan
fasilitas cukup memadai selama dalam perjalanan.

BAB 3 SEJARAH KEPARIWISATAAN

Sejarah Perkembangan Pariwisata Dunia

Sebelum Jaman Modern (Sebelum Tahun 1920)

GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019) 21


Adanya perjalanan pertama kali dilakukan oleh bangsa–bangsa primitif dari satu
tempat ke tempat lain dengan tujuan untuk kelangsungan hidup.Tahun 400 sebelum
masehi mulai dianggap modern karena sudah mulai ada muhibah oleh bangsa Sumeria
dimana saat itu juga mulai ditemukan huruf, roda, dan fungsi uang dalam perdangangan.
Muhibah wisata pertama kali dilakukan oleh bangsa Phoenesia dan Polynesia untuk
tujuan perdagangan.

Kemudian Muhibah wisata untuk bersenang–senang pertama kali dilakukan oleh


Bangsa Romawi pada abad I sampai abad V yang umumnya tujuan mereka bukan untuk
kegiatan rekreasi seperti pengertian wisata dewasa ini, tetapi kegiatan mereka lebih
ditujukan untuk menambah pengetahuan cara hidup, sistem politik, dan ekonomi. Tahun
1760–1850 terjadinya revolusi industri sehingga mengakibatkan perubahan dalam
kehidupan masyarakat, antara lain :

1. Dalam struktur masyarakat dan ekonomi Eropa terjadi pertambahan penduduk,


urbanisasi, timbulnya usaha–usaha yang berkaitan dengan pariwisata di kota–kota
industri, lapangan kerja meluas ke bidang industri, pergeseran penanaman modal dari
sektor pertanian ke usaha perantara seperti bank, termasuk perdangan internasional.
Hal–hal inilah yang menciptakan pasar wisata.

2. Meningkatnya tehnologi transportasi/sarana angkutan.

3. Munculnya agen perjalanan. Biro perjalanan pertama kali di dunia adalah


Thomas Cook & Son Ltd. Tahun 1840 (Inggris) & American Express Company Tahun
1841 (Amerika Serikat).

4. Bangkitnya industri perhotelan. Perkembangan sistem transportasi juga


mendorong munculnya akomodasi (hotel) baik di stasiun–stasiun kereta api maupun di
daerah tujuan wisata. Disamping akomodasi, banyak pula restoran dan bar serta
sejenisnya, seperti kedai kopi dan teh yang timbul akibat urbanisasi.

5. Munculnya literatur–literatur mengenai usaha kepariwisataan, antara lain :


“Guide du Hotels to France” oleh Michelui ( 1900) dan “Guide to Hotels“ oleh
Automobile Association (1901).

GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019) 22


6. Berkembangnya daerah–daerah wisata di negara Mesir, Italia, Yunani, dan
Amerika. Perjalanan tersebut diatur dan dikoordinasikan oleh Thomas Cook & Son Ltd.
pada sekitar permulaan abad ke 19, yaitu tahun 1861.

. Pariwisata Di Dunia Modern

Yang dimaksud dengan dunia modern adalah sesudah tahun 1919. Dimana hal
ini ditandai dengan pemakaian angkutan mobil untuk kepentingan perjalanan pribadi
sesudah perang dunia I (1914– 1918).Perang dunia I ini memberi pengalaman kepada
orang untuk mengenal negara lain sehingga membangkitkan minat berwisata ke negara
lain.

Sehingga dengan adanya kesempatan berwisata ke negara lain maka


berkembang pula arti pariwisata internasional sebagai salah satu alat untuk mencapai
perdamaian dunia, dan berkembangnya penggunaan sarana angkutan dari penggunaan
mobil pribadi ke penggunaan pesawat terbang berkecepatan suara.

Pada tahun 1914, perusahaan kereta api di Inggris mengalami keruntuhan dalam
keuangan sehingga diambillah kebijaksanaan sebagai berikut ini : “Kereta api yang
bermesin uap diganti menjadi mesin diesel dan mesin bertenaga listrik serta
Pengurangan jalur kererta api yang kurang menguntungkan”. Pada masa ini pula timbul
sarana angkutan bertehnologi tinggi, seperti mobil dan pesawat sebagai sarana
transportasi wisata yang lebih nyaman serta lebih cepat.

. Perkembangan Sarana Angkutan Di Abad XX

Pada abad ini, sejarah perkembangan pariwisata banyak dipengaruhi oleh


perkembangan sarana angkutan, yakni :

1. Motorisasi, Merupakan sarana angkutan yang berkekuatan motor tenaga listrik


sebagai pengganti mesin bertenaga uap. Akibat dari motorisasi ini adalah galaknya
wisata domestik, tumbuhnya penginapan–penginapan di sepanjang jalan raya,
munculnya pengusaha–pengusaha bus wisata (coach) tahun 1920, dan munculnya
undang–undang lalu lintas di Inggris tahun 1924– 1930.

GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019) 23


2. Pesawat udara, Sebelum perang dunia II pesawat udara dipakai hanya untuk
kepentingan komersial, seperti pengangkutan surat–surat pos, paket-paket, dan lain–
lain. Tetapi sejak tahun 1963 mulai diperkenalkan paket perjalanan wisata dengan
menggunkan pesawat terbang, seperti pesawat supersonik dan concorde dimana
perjalanan dapat ditempuh dengan nyaman dan waktu yang relatif singkat.

3. Timbulnya agen perjalanan, agen perjalanan umum, dan industri akomodasi.


Hal ini banyak disebabkan karena meningkatnya pendapatan per kapita penduduk
terutama di negara–negara maju, seperti Eropa, Amerika, Jepang, dan negara lainnya;
dan naiknya tingkat pendidikan masyarakat yang mempengaruhi rasa ingin tahu
terhadap negara–negara luar.

Sejarah Pariwisata di Indonesia

Bidang jasa pelayanan yang berkaitan dengan pariwisata mungkin sudah


berkembang sejak zaman Indonesia purba, khususnya Jawa kuno abad ke-8; beberapa
panel relief di Borobudur menggambarkan adegan penjual minuman, semacam warung,
kedai, atau rumah makan, serta ada bangunan yang di dalamnya ada orang tengah
minum-minum dan bersenang-senang, mungkin menggambarkan rumah minum atau
penginapan. Indonesia memiliki catatan sejarah kebudayaan pariwisata sejak abad ke-
14. Kakawin Nagarakretagama mencatat bahwa Raja Hayam Wuruk telah mengelilingi
Kerajaan Majapahit yang kini menjadi daerah Jawa Timur menggunakan pedati dengan
iring-iringan pejabat negara. Catatan Perjalanan Bujangga Manik, seorang resi
pengelana Hindu dari Pakuan Pajajaran yang ditulis pada abad ke-15 menceritakan
perjalanannya keliling pulau Jawa dan Bali. Meskipun perjalanannya bersifat ziarah,
namun kadang-kadan.

Setelah masuknya Bangsa Belanda ke Indonesia pada awal abad ke-19, daerah
Hindia Belanda mulai berkembang menjadi daya tarik bagi para pendatang yang berasal
dari Belanda, yang pada awalnya di daerah seperti Jawa masih tertutup bagi para
wisatawan. Di era-era ini, pemerintah kolonial tidaklah menyukai wisatawan karena
alasan stabilitas keamanan pasca pemberontakan-pemberontakan di Jawa dan Perang

GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019) 24


Aceh, juga agar masyarakat asing tak menyaksikan kemewahan pejabat kolonial yang
didapat dari hasil eksploitasi kekay ia menghabiskan waktu seperti seorang pelancong
zaman modern: duduk, mengipasi badannya dan menikmati pemandangan di daerah
Puncak, khususnya Gunung Gede yang dia sebut sebagai titik tertinggi dari kawasan
Pakuan.

Wisatawan di awal abad ke-20 suka melewati dataran-dataran tinggi di daerah


Jawa Barat untuk melawat ke 'jantung hati' kebudayaan Jawa, yakni di Jogjakarta dan
Surakarta. Hotel-hotel mulai bermunculan seperti Hotel des Indes di Batavia, Hotel
Oranje di Surabaya dan Hotel De Boer di Medan. Tahun 1913, Vereeneging Touristen
Verkeer membuat buku panduan mengenai objek wisata di Indonesia. Sejak saat itu,
Bali mulai dikenal oleh wisatawan mancanegara dan jumlah kedatangan wisman
meningkat hingga lebih dari 100% pada tahun 1927.

Pada masa Orde Baru, jumlah kunjungan wisman ke Indonesia bertumbuh


secara perlahan. Pemerintah pernah mengadakan program untuk meningkatkan jumlah
kedatangan wisatawan asing ke Indonesia yang disebut dengan Tahun Kunjungan
Indonesia. Program ini meningkatkan kunjungan turis internasional hingga 400.000
orang. Selain itu pada tahun 1992, pemerintah mencanangkan Dekade Kunjungan
Indonesia, yaitu tema tahunan pariwisata sampai dengan tahun 2000.

BAB 4 SUMBER DAYA GEOGRAFIS PARIWISATA


Pengertian Sumber Daya Pariwisata

Menurut Para Ahli Sumber daya alam merupakan istilah yang berhubungan
dengan materi-materi dan potensi alam yang terdapat di planet bumi yang memberikan
manfaat bagi kehidupan manusia. Materi alam tersebut dapat berupa benda hidup
(unsur-unsur hayati), yaitu hewan dan tumbuhan. Terdapat pula benda mati (nonhayati),
seperti tanah, udara, air, bahan galian atau barang tambang. Selain itu terdapat pula

GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019) 25


kekuatan-kekuatan alam menghasilkan tenaga atau energi. Misalnya, panas bumi
(geothermal), energi matahari, kekuatan air, dan tenaga angin. Segala sesuatu yang
berada di alam (di luar manusia) yang dinilai memiliki daya guna untuk memenuhi
kebutuhan sehingga tercipta kesejahteraan hidup manusia tersebut dinamakan sumber
daya alam (natural resources). Dalam pengertian lain sumber daya alam adalah semua
kekayaan alam yang terdapat di lingkungan sekitar manusia yang dapat dimanfaatkan
bagi pemenuhan kebutuhan manusi

a.Ada beberapa pengertian sumber daya dari beberapa para ahli, diantaranya
adalah : Sumber Daya Alam Menurut Suryanegara (1977) mengatakan bahwa secara
definisi sumber daya alam adalah unsur – unsur lingkungan alam, baik fisik maupun
hayati yang diperlukan manusia dalam memenuhi kebutuhannya guna meningkatkan
kesejahteraan hidup. Menurut Katili (1983) mengemukakan bahwa sumber daya alam
adalah semua unsur tatalingkungan biofisik yang nyata atau potensial dapat memenuhi
kebutuhan manusia.

Objek Wisata Alam Di Jambi

1 Air Terjun Tegan Kiri Air terjun tegan kiri adalah salah satu objek wisata
alam yang terdapat di Kabupaten Bungo Provinsi Jambi. Air terjun ini memiliki
panorama alam yang sangat indah dan masih asri dengan ketinggian 10 meter. Sumber
air terjun tegan kiri dari perbukitan dengan ketinggian 26 meter. Untuk menuju ke
lokasi kita harus menempuh jarak kurang lebih 30 km dari Ibukota Kabupaten Bungo
dengan perjalanan darat.

2 Geopark Merangin

Bagi Anda yang memiliki kegemaran arum jeram jangan lewatkan salah satu
objek wisata yang terdapat di Kabupaten Merangin ini. Geopark merangin tidak hanya
menawarkan arum jeram saja tetapi keunikan fosil flora berusia hampir 350 tahun juga
menjadi daya tarik tersendiri. Kawasan ini masih diselimuti hutan lebat dengan beragam
jenis tanamannya. Untuk mencapai lokasi ini dibutuhkan waktu sekitar 6 jam dengan
menggunakan mobil dari Jambi, Ibukota provisi Jambi. Objek Wisata Alam Di Daerah
Sumatera Selatan 1. Hutan Wisata Punti Kayu Hutan Wisata Punti Kayu terletak lebih

GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019) 26


kurang 7 km dari pusat kota dan ditetapkan sebagai hutan lindung sejak tahun 1998, dan
dikelola oleh Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan. Hutan Wisata dengan luas 50
ini juga terdapat sebuah area rekreasi keluarga serta menjadi tempat hunian monyet
lokal. Tempat ini sangat cocok untuk Anda yang ingin menyegarkan pikiran pada akhir
pekan. Di sini anak-anak juga bisa bermain menaiki gajah, melihat kebun binatang mini,
mandi di kolam renang, atau sekedar duduk bersantai di antara pepohonan pinus. Yang
lebih mengasyikkan, acapkali diadakan hiburan yang dimeriahkan oleh artis lokal
maupun luar kota.

3. Gunung Dompo

Gunung Dempo adalah sebuah gunung yang mempunyai ketinggian hingga 3,195
meter, dan memiliki kawasan hutan Dipterokarp Bukit hutan Montane serta Hutan
Ericaceous atau yang disebut hutan gunung. Gunung ini terletak pada perbatasan
provinsi Sumatera Selatan dan Bengkulu. Untuk bisa mencapai desa terdekat, Anda
harus terlebih dahulu mencapai kota Pagar Alam, lebih kurang 7 jam perjalanan
darat dari Palembang. Dari Palembang tersedia banyak bus yang menuju arah Pagar
Alam, salah satunya bus Dharma Karya. Objek Wisata Alam Di Daerah Jawa
Tengah 1. Dataran Tinggi Dieng Dataran Tinggi Dieng Berlokasi sekitar 30 KM
dari Wonosobo, Dataran Tinggi Dieng adalah kawasan gunung api raksasa yang
mempunyai beberapa kawah dan candi-candi Hindu kuno. Karena berada pada
ketinggian 2,000 meter, Dataran Tinggi Dieng mempunyai suhu yang sangat
dingin. Pada siang hari, suhu udara dapat mencapai 15 derajat Celsius dan 10
derajat Celsius pada malam hari. Dataran Tinggi Dieng dikelola sebagai tempat
wisata di Jawa Tengah secara bersama oleh Kabupaten Wonosobo dan
Banjarnegara

2. Taman Wisata Air Panas Guci

Taman Wisata Air Panas Guci berlokasi di Tegal, Jawa Tengah. Untuk dapat
mencapai lokasi Taman Wisata Air Panas Guci, Anda harus berkendara ke arah selatan
dalam jarak tempuh sektiar 40 KM dari kota Tegal, atau sekitar 30 KM dari Slawi.
Seperti halnya tempat wisata air panas alami yang lain, air panas di Taman Wisata Air

GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019) 27


Panas Guci yang berlokasi di kaki Gunung Slamet ini juga dipercaya dapat
menyembuhkan berbagai macam penyakit. Fasilitas wisata yang terdapat di kawasan
wisata seluas 210 hektar ini yaitu kolam renang air panas, wisata hutan, penginapan,
perkemahan, sampai dengan lapangan tenis dan lapangan sepak bola. 3. Kepulauan
Karimunjawa Kepulauan Karimunjawa berlokasi di utara kota Jepara dan Semarang.
Kepulauan ini terdiri dari 27 pulau, yang mana hanya 5 pulau saja yang berpenghuni.
Kepulauan Karimunjawa adalah salah satu tempat wisata di Jawa Tengah yang paling
terkenal karena keindahan laut dan pantai yang ditawarkannya. Selain wisata pantai,
Anda juga dapat bermain dengan penyu dan hiu di Kepulauan Karimunjawa. Untuk
dapat berkunjung ke kawasan wisata ini, Objek Wisata di Daerah Kalimantan Selatan

1. Air Terjun Panayar

Tempat wisata di Kalimantan Selatan ada air terjun panayar, lokasinya berada di Desa
Artain Kecamatan Aranio, jaraknya kurang lebih 30 km dari kota Martapura,
Kalimantan Selatan. Untuk menuju air terjun ini anda menggunakan kendaraan
bermotor kemudian dilanjutkan menggunakan kelotok.

2. Waduk Riam

Kanan dan Pulau Pinus II Danau atau Waduk Riam Kanan berlokasi di Desa Aranio,
Kecamatan Aranio, Kabupaten Banjar. Biasanya wisatawan yang berkunjung ke Waduk
Riam Kanan juga mengunjungi Pulau Pinus 2 yang berada di tengah waduk riam kanan.
Disebut pulau pinus karena banyak pohon yang tumbuh di pulau tersebut.

3. Pulau Kaget

Pulau Kaget merupakan salah satu objek wisata di Kalimantan Selatan yang
berada di wilayah Kecamatan Tabunganen, Barito Kuala, Kalimantan Selatan. Pulau
Kaget merupakan sebuah delta yang terletak di tengah sungai Barito, pulau ini juga
merupakan habitat bagi Bekantan.

Faktor Pendukung Sumber Daya Alam

GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019) 28


Pariwisata Di Indonesia Faktor-faktor pendorong pengembangan pariwisata di
Indonesia menurut Spilane (1987:57), adalah : 1. Berkurangnya peranan minyak bumi
sebagai sumber devisa negara jika dibanding dengan waktu lalu 2. Merosotnya nilai
eksport pada sektro nonmigas 3. Adanya kecenderungan peningkatan pariwisata secara
konsisten 4. Besarnya potensi yang dimiliki oleh bangsa Indonesia bagi pengembangan
pariwisata. Faktor Pendukung Pariwisata Perkembangan objek pariwisata di Indonesia
sangat pesat karena faktor-faktor pendukung berikut. 1) Objek wisata menarik dan ciri
khas objek wisata disesuaikan dengan motivasi dan tujuan wisata. 2) Adanya
kemudahan mencapai objek dan sarana telekomunikasi, seperti telepon dan jasa pos
tersedia di lokasi wisata sehingga wisatawan mudah mendapatkan jasa komunikasi serta
jasa perbankan (ATM). 3) Tersedia sarana objek wisata, misalnya penginapan, rumah
makan, angkutan, tempat pertemuan, dan tempat membeli cinderamata. 4) Informasi
tentang objek wisata sangat jelas dan mudah didapat. 5) Adanya pemandu wisata dan
penyelenggara wisata yang siap membantu para wisatawan.

Dampak Positif Sumber Daya Alam Pariwisata Di Indonesia  Terhadap


ekonomi 1. Membuka lapangan kerja bagi penduduk lokal di bidang pariwisata seperti :
tour guide, waiter, bell boy, dan lain-lain. 2. Dibangunnya fasilitas dan infrastruktur
yang lebih baik demi kenyamanan para wisatawan yang juga secara langsung dan tidak
langsung bisa dipergunakan oleh penduduk lokal pula. Seperti : tempat rekreasi, mall,
dan lain-lain. 3. Mendapatkan devisa (national balance payment) melalui pertukaran
mata uang asing (foreign exchange). 4. Mendorong seseorang untuk berwiraswasta /
wirausaha, contoh : pedagang kerajinan, penyewaan papan selancar, pemasok bahan
makanan dan bunga ke hotel,dan lain-lain. 5. Meningkatkan pendapatan masyarakat dan
juga pendapatan pemerintah.

Memberikan keuntungan ekonomi kepada hotel dan restaurant. Contohnya, wisatawan


yang pergi berwisata bersama keluarganya memerlukan kamar yang besar dan makanan
yang lebih banyak. Dampak ekonomi tidak langsung dapat dirasakan oleh pedagang-
pedagang di pasar karena permintaan terhadap barang/bahan makanan akan bertambah.
 Terhadap sosial budaya 1. Berkembangnya kebudayaan nasional Indonesia 2. Sebagai
media pengembangan wawasan 3. Adanya akulturasi budaya 

GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019) 29


Terhadap politik 1.

Terjalinnya hubungan baik dengan negara-negara lain. 2. Saling berkunjung


dan saling mengenal antar penduduk sehingga dapat memper erat kesatuan dan
persatuan 3. Lebih banyak mengenal keindahan dan kekayaan tanah air , melalui
kunjungan wisata sehingga memunculkan keinginan untuk memelihara, menjaga dan
rasa cinta terhadap tanah air 4. Terjaganya hubungan baik internasional dalam hal
pengembangan pariwisata mancanegara, sehingga terjadi saling kunjung antar bangsa
sebagai wisatawan . sebagaimana halnya dalam pariwisata pada poin pertama 5. Terjadi
kontak kontak langsung yang akan menumbuhkan rasa saling pengertian terhadap
perbedaan 6. Akan menimbulkan inspirasi untuk selalu mengadakan pendekatan dan
rasa saling menghormati. 7. Pemerintah mendapat defisa tambahan non migas 8.
Adanya pemberlakuan kebijakanbebas visa terhadap Negara tertentu, untuk menarik
wisatawan untuk berkunjung  Terhadap lingkungan 1. Terlestarinya lingkungan agar
para wisatawan semakin berminat mengunjungi tempat tersebut 2. Terjaganya sumber
daya alam yang dijadikan sebagai objek wisata 3. Berkembangnya lingkungan di daerah
tempat pariwisata

Dampak Negative Sumber Daya Alam Pariwisata Di Indonesia  Terhadap ekonomi

1. Bahaya ketergantungan yang sangat mendalam terhadap pariwisata. 2. Meningkatkan


inflasi dan harga jual tanah menjadi mahal. 3. Meningkatkan impor barang dari luar
negri, terutama alat-alat teknologi modern yang digunakan untuk memberikan
pelayanan bermutu pada wisatawan dan juga biayabiaya pemeliharaan fasilitas-fasilitas
yang ada. 4. Produksi yang bersifat musiman menyebabkan rendahnya tingkat
pengembalian modal awal. 5. Terjadi ketimpangan daerah dan memburuknya
kesenjangan pendapatan antara beberapa kelompok masyarakat. 6. Hilangnya kontrol
masyarakat lokal terhadap sumber daya ekonomi.  Terhadap sosial budaya 1. Ilangnya
identitas dan nilai-nilai budaya 2. Komersialisasi budaya 3. Pergesekan budaya 4.
Konflik penggunaan Sumber daya alam 5. Meningkatnya angka kriminalitas 

GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019) 30


Terhadap politik Kebijakan dari pemerintah sangat mempengaruhi kondisi pariwisata ,
seperti kenaikan pajak usaha pariwisata . dan lain lain - Banyak terjadi kasus kkn pada
pemerintahan di tempat daerah wisata itu . - Adanya ketimpangan pembangunan
fasilitas umum antara desa dan kota(daerah wisata) - Adanya perebutan kekuasaan
Contoh: bali merupakan destinasi yang aman dan terkenal di dunia , karena budaya ,
alam ,dan keramah tamahan penduduknya sehingga bali sering menjadi tuan rumah dari
kegiatan politik nasional dan internasional seperti: konfrensi apec , ktt asean, munas
partai golkar dan lain-lain  Terhadap lingkungan 1. Air mendapatkan polusi dari
pembuangan limbah cair (detergen pencucian linen hotel) dan limbah padat(sisa
makanan tamu). Limbah-limbah itu mencemari laut, danau dan sungai. Air juga
mendapatkan polusidari buangan bahan bakar minyak alat transportasi air seperti dari
kapal pesiar.Akibat dari pembuangan limbah, maka lingkungan terkontaminasi,
kesehatan masyarakat terganggu, perubahan dan kerusakan vegetasi air, nilai estetika
perairan berkurang (seperti warna laut berubah

` dari warnabiru menjadi warna hitam) dan badan air beracun sehingga makanan
laut (seafood) menjadi berbahaya.Wisatawan menjadi tidak dapat mandi dan berenang
karena air di laut, danau dan sungai tercemar.Masyarakat dan wisatawan saling menjaga
kebersihan perairan.Guna mengurangi polusi air, alat transportasi air yang digunakan,
yakni angkutan yang ramah lingkungan, seperti : perahu dayung, kayak, dan kano.

2. Atmosfir, Perjalanan menggunakan alat transportasi udadra sangat nyaman dan


cepat. Namun, angkutan udara berpotensi merusak atmosfir bumi. Hasil buangan
emisinya dilepas di udara yang menyebabkan atmosfir tercemar dan gemuruh mesin
pesawat menyebabkan polusi suara. Selain itu, udara tercemar kibat emisi kendaraan
darat (mobil, bus) dan bunyi deru mesin kendaraan menyebabkan kebisingan. Akibat
polusi udara dan polisi suara, maka nilai wisata berkurang, pengalaman menjadi tidak
menyenangkan dan memberikandampak negatif bagi vegetasi dan hewan.Inovasi
kendaraan ramah lingkungan dan angkutan udara berpenumpang massal (seperti
pesawat Airbus380 dengan kapasitas 500 penumpang) dilakukan guna menekan polusi
udara dan suara. Anjuran untukmengurangi kendaraan bermotor juga dilakukan dan
kampanye berwisata sepeda ditingkatkan.

GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019) 31


`3. Pantai dan pulau menjadi pilihan destinasi wisata bagi wisatawan. Namun, pantai
dan pulau sering menjaditempat yang mendapatkan dampak negatif dari pariwisata.
Pembangunan fasilitas wisata di pantai dan pulau, pendirian prasarana (jalan, listrik,
air), pembangunan infrastruktur (bandara, pelabuhan) mempengaruhi kapasitas pantai
dan pulau.Lingkungan tepian pantai rusak (contoh pembabatan hutan bakau untuk
pendirian akomodasi tepi pantai),kerusakan karang laut, hilangnya peruntukan lahan
pantai tradisional dan erosi pantai menjadi beberapaakibat pembangunan
pariwisata.Preservasi dan konservasi pantai dan laut menjadi pilihan untuk
memperpanjang usia pantai dan laut. Pencanangan taman laut dan kawasan konservasi
menjadi pilihan. Wisatawan juga ditawarkan kegiatan ekowisata yang bersifat ramah
lingkungan. Beberapa pengelola pulau (contoh pengelola Taman NasionalKepulauan
Seribu) menawarkan paket perjalanan yang ramah lingkungan yang menawarkan
aktivitas menanam lamun dan menanam bakau di laut.

4. Pegunungan dan area liar, Wisatawan asal daerah bermusim panas memilih
berwisata ke pegunungan untuk berganti suasana. Aktivitas di pegunungan berpotensi
merusak gunung dan area liarnya. Pembukaan jalur pendakian, pendirian hotel di kaki
bukit, pembangunan gondola (cable car), dan pembangunan fasilitas lainnya
merupakanbeberapa contoh pembangunan yang berpotensi merusak gunung dan area
liar. Akibatnya terjadi tanahlongsor, erosi tanah, menipisnya vegetasi pegunungan (yang
bisa menjadi paru-paru masyarakat) ,potensi polusi visual dan banjir yang berlebihan
karena gunung tidak mampu menyerap air hujan. Reboisasi (penanaman kembali
pepohonan di pegunungan) dan peremajaan pegunungan dilakukan sebagai upaya
pencegahan kerusakan pegunungan dan area liar.

5. Vegetasi, Pembalakan liar, pembabatan pepohonan, bahaya kebakaran hutan (akibat


api unggun di perkemahan),koleksi bunga, tumbuhan dan jamur untuk kebutuhan
wisatawan merupakan beberapa kegiatan yang merusak vegetasi. Akibatnya, terjadi
degradasi hutan (berpotensi erosi lahan), perubahan struktur tanaman(misalnya pohon
yang seharusnya berbuah setiap tiga bulan berubah menjadi setiap enam bulan,
bahkanmenjadi tidak berbuah), hilangnya spesies tanaman langka dan kerusakan habitat
tumbuhan. Ekosistemvegetasi menjadi terganggu dan tidak seimbang.

GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019) 32


6. Kehidupan satwa liar menjadi daya tarik wisata yang luar biasa. Wisatawan
terpesona dengan pola hiduphewan. namun, kegiatan wisata mengganggu kehidupan
satwasatwa tersebut. Komposisi fauna berubahakibat:pemburuan hewan sebagai
cinderamata, pelecehan satwa liar untuk fotografi, eksploitasi hewan untuk pertunjukan,
gangguan reproduksi hewan (berkembang biak), perubahan insting hewan
(contohhewan komodo yang dahulunya hewan ganas menjadi hewan jinak yang
dilindungi), migrasi hewan (ketempat yang lebih baik). Jumlah hewan liar berkurang,
akibatnya ketika wisatawan mengunjungi daerah wisata, ia tidak lagi mudah
menemukan satwa-satwa tersebut

7. Situs sejarah, budaya, dan keagamaan, Penggunaan yang berlebihan untuk


kunjungan wisata menyebabkan situs sejarah, budaya dan keagamaanmudah rusak.
Kepadatan di daerah wisata, alterasi fungsi awal situs, komersialisasi daerah wisasta
menjadi beberapa contoh dampak negatif kegiatan wisata terhadap lingkungan fisik.
Situs keagamaan didatangi oleh banyak wisatawan sehingga mengganggu fungsi utama
sebagai tempat ibadah yang suci. Situs budaya digunakan secara komersial sehingga
dieksploitasi secara berlebihan (contoh Candi menampung jumlah wisatawan yang
melebihi kapasitas). Kapasitas daya tampung situs sejarah, budaya dan keagamaan dpat
diperkirakan dan dikendalikan melalui manajemen pengunjung sebagai upaya
mengurangi kerusakan pada situs sejarah, budaya dan keagamaan. Upaya konservasi
dan preservasi serta renovasi dapat dilakukan untuk memperpanjang usia situs-situs
tersebut. 8. Wilayah perkotaan dan pedesaan, Pendirian hotel, restoran, fasilitas wisata,
toko cinderamata dan bangunan lain dibutuhkan di daerah tujuanwisata. Seiring dengan
pembangunan itu, jumlah kunjungan wisatawan, jumlah kendaraan dan kepadatan lalu
lintas jadi meningkat. Hal ini bukan hanya menyebabkan tekanan terhadap lahan,
melainkan juga perubahan fungsi lahan tempat tinggal menjadi lahan komersil,
kemacetan lalu lintas, polusi udara dan polusi estetika (terutama ketika bangunan
didirikan tanpa aturan penataan yang benar). Dampak buruk itu dapatdiatasi dengan
melakukan manajemen pengunjung dan penataan wilayah kota atau desa serta
membedayakan masyarakat untuk mengambil andil yang besar dalam pembangunan.

Pencemaran Air Sungai

GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019) 33


Secara alamiah, sungai dapat tercemar pada daerah permukaan air saja. Pada
sungai yang besar dengan arus air yang deras, sejumlah kecil bahan pencemar akan
mengalami pengenceran sehingga tingkat pencemaran menjadi sangat rendah. Demikian
hal tersebut yang menyebabkan konsumsi oksigen terlarut yang diperlukan oleh
kehidupan Air dan biodegradasi akan cepat diperbarui. tetapi terkadang sebuah sungai
juga mengalami pencemaran yang berat sehingga air mengandung bahan pencemar yang
sangat besar. akibatnya, proses pengenceran dan biodegradasi akan sangat menurun jika
arus air mengalir perlahan karena kekeringan atau penggunaan sejumlah air untuk
irigasi. Suhu yang tinggi dalam air menyebabkan laju proses biodegradasi yang
dilakukan oleh bakteri pengurai aerobik menjadi naik dan dapat menguapkan bahan
kimia ke udara. Untuk mencegah terjadinya pencemaran air sungai, diperlukan suatu
hukum atau aturan dalam mengontrol kualitas air sungai, Seperti halnya pada di
Amerika mulai tahun 1970-an aturan tersebut diberlakukan dan menghasilkan
meningkatkan jumlah dan kualitas sarana penanganan air limbah. peraturan juga
diberlakukan terhadap industri sehingga dapat mengurangi pembuangan air kotor pada
permukaan air sunga

i. Sejak 1972, usaha tersebut membuahkan hasil dengan menentukan garis batas
untuk mencegah kenaikan kadar polusi pada hampir semua sungai dan aliran air
Terhadap agen penyebab penyakit dan kebutuhan oksigen. Dan juga dari survei yang
dilakukan pada tahun 1985, Ketentuan tersebut dipatuhi sepenuhnya oleh sekitar 73%
dari aliran air sungai yang diperiksa, terutama untuk keperluan memancing dan
berpariwisata. Peraturan mengenai pencegahan pencemaran air juga dapat
meningkatkan kadar oksigen terlarut di dalam air sungai maupun aliran air di
kebanyakan negara yang sudah maju. Hasil perencanaan Program Kali Bersih di Inggris
sangat memuaskan titik pada sungai Thames Di tahun 1950-an penuh dengan limbah
aerobik dan setelah 30 tahun program diperlakukan, kini menjadi sungai yang bersih
dan menghabiskan biaya sekitar 250 juta dolar. kadar oksigen terlarut dalam sungai
tersebut sangat meningkat dengan cepat sehingga dapat meningkatkan populasi 90
Spesies ikan yang hidup didalamnya, termasuk juga ikan yang sangat peka terhadap
pengaruh polusi seperti ikan salmon. Terdapat juga pada sungai Cisadane di provinsi
Jawa Barat yang mengalir melalui daerah Bogor, Serpong Tangerang, merupakan

GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019) 34


sumber air yang kita untuk penduduk sekitarnya. Selain itu, Sungai tersebut juga
merupakan tempat pembuangan limbah industri dan rumah tangga di kawasan industri
dan hunian pada penduduk sekitarnya. Palupi 1994

melaporkan hasil penelitiannya mengenai kualitas air sungai dari 2 lokasi sampling
yaitu di daerah Serpong dan Tangerang yang merupakan daerah Urban. dari hasil
perhitungan indeks polusi, air sungai yang mengalir di Tangerang Lebih banyak
terpolusi daripada air sungai yang melalui Serpong. Usaha dan atau kegiatan manusia
memerlukan air yang berdaya guna, tetapi di lain pihak berpotensi menimbulkan
dampak negatif, antara lain berupa pencemaran yang dapat mengancam ketersediaan air,
daya guna, daya dukung, daya tampung, dan produktivitasnya. Agar air dapat
bermanfaat secara lestari dan pembangunan dapat berkelanjutan, maka dalam
pelaksanaan pembangunan perlu dilakukan pengelolaan kualitas air dan pengendalian
pencemaran air. Mutu air adalah kondisi kualitas air yang diukur dan atau diuji
berdasarkan parameter-parameter tertentu dan metoda tertentu berdasarkan peraturan
perundangundangan yang berlaku, Klasifikasi mutu air ditetapkan menjadi 4 (empat)
kelas :

1. Kelas satu, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air minum, dan
atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan
tersebut.

2. Kelas dua, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasarana/sarana rekreasi
air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau
peruntukan lain yang mempersyaratkan Mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.

3. Kelas tiga, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan air
tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang
mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.

4. Kelas empat, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi pertanaman
atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan
tersebut.

GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019) 35


BAB 5 MENGANALISIS MASALAH KEPARIWISATAAN
MENGGUNAKAN PRINSIP-PRINSIP PARIWISATA
BERKELANJUTAN (SUISTANABLE TOURISM)

Konsep Pariwisata Berkelanjutan (Sustainable tourism development)

A. PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

Pembangunan berkelanjutan sebenarnya sudah lama menjadi perhatian para ahli.


Namun istilah keberlajutan (sustainability) sendiri baru muncul beberapa dekade yang
lalu, walaupun perhatian terhadap keberlanjutan sudah dimulai sejak Malthus pada
tahun 1798 yang mengkhawatirkan ketersedian lahan di Inggris akibat ledakan
penduduk yang pesat. Satu setengah abad kemudian, perhatian terhadap keberlanjutan
ini semakin mengental setelah Meadow dan kawan-kawan pada tahun 1972 menerbitkan
publikasi yang berjudul The Limit to Growth (Meadowet al.,1972) dalam
kesimpulannya, bahwa pertumbuhan ekonomi akan sangat dibatasi oleh ketersediaan
sumber daya alam. Dengan ketersediaan sumber daya alam yang terbatas, arus barang
dan jasa yang dihasilkan dari sumber daya alam tidak akan selalu bisa dilakukan secara
terus menerus (on sustainable basis).

Pembangunan berkelanjutan adalah sebagai upaya manusia untuk memperbaiki


mutu kehidupan dengan tetap berusaha tidak melampaui ekosistem yang mendukung
kehidupannya. Dewasa ini masalah pembangunan berkelanjutan telah dijadikan sebagai
isu penting yang perlu terus di sosialisasikan ditengah masyarakat agar masyarakat
maupun Negara kita dapat bersaing dan berkembang mengikuti perkembangan jaman
secara globalisas. Pembangunan berkelanjutan (sustainable development) adalah sebuah
upaya pembangunan suatu negara yang meliputi aspek ekonomi, sosial, lingkungan
bahkan budaya untuk kebutuhan masa kini tetapi tidak mengorbankan atau mengurangi
kebutuhan generasi yang akan datang serta sehingga dapat menciptakan masyarakat
yang dapat berinteraksi satu sama lain dan dengan lingkungan hidup.

B. ASPEK YANG MEMPENGARUHI PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019) 36


1) Aspek Ekonomi

Meliputi aspek ekonomi, pembangunan berkelanjutan berkaitan erat dengan


pertumbuhan ekonomi dan bagaimana mencari jalan untuk memajukan ekonomi dalam
jangka panjang dan dapat meningkatkan kesejahteraan generasi sekarang tanpa
mengurangi kemampuan alam, masyarakat dan ekonomi untuk menaikan kesejahteraan
generasi masa depan.

Aspek yang terdiri dari ekonomi sebagai berikut :

 memaksimalkan kesejahteraan manusia

 memastikan adanya efisiensi dalam penggunaan sumberdaya alam

 menciptakan iklim usaha

2) Aspek Sosial

Aspek sosial, maksudnya dipengaruhi oleh manusia sebagai pendukung


komunitas dalam hal interaksi, interrelasi dan interdependesi. Hal-hal yang merupakan
perhatian utama dalam aspek social adalah stabilitas penduduk, pemenuhan kebutuhan
dasar manusia, pertahanan keanekaragaman budaya dan partisipasi masyarakat lokal
dalam pengambilan keputusan.

Aspek yang terdiri dari sosial sebagai berikut :

 memastikan adanya distribusi yang baik dari biaya dan keuntungan dari

GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019) 37


 pembangunan disemua aspek kehidupan menghargai dan meningkatkan
perhatian terhadap hak asasi manusia,termasukkebebasan masyarakat dan
politik,budaya ekonomi dan keamanan
- Aspek yang terdiri dari pemerintahan sebagai berikut :
 mendukung wakil rakyat dengan meningkatkan partisipasi masyarakat
dalam
 pengambilan keputusan mendorong kebesaan usaha dengan memberikan
insentif,kebijakan dan sistem
 yang mendukung meningkatkan transparansi dalam pengambilan
keputusan dan akurasi informasi
 meningkatkan akuntabilitas

3) Aspek Lingkungan

Faktor lingkungan (ekologi) yang diperlukan untuk mendukung pembangunan yang


berkelanjutan, aspek ekologi merupakan aspek yang banyak disorot ketika membahas
tentang sustainable design. Hal ini disebabkan karena aspek ini terkait langsung dengan
faktor-faktor alami yang ada di bumi yang kita pijak ini. Sehingga hal-hal yang
menunjukkan degradasi lingkungan jelas terlihat dan terasa.

Aspek yang terdiri dari lingkungan sebagai berikut :

 meminimalkan sampah dan kerusakan lingkungan

 meningkatkan tanggung jawab dan kepedulian terhadap sumberdaya alam

 dan lingkungan melindungi modal alam yang kritis/penting

C. PARIWISATA BERKELANJUTAN

Sustainable Tourism adalah pariwista yang berkembang sangat pesat, termasuk


pertambahan arus kapasitas akomodasi, populasi lokal dan lingkungan, dimana
perkembangan pariwisata dan investasi-investasi baru dalam sektor pariwisata

GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019) 38


seharusnya tidak membawa dampak buruk dan dapat menyatu dengan lingkungan, jika
kita memaksimalkan dampak yang positif dan meminimalkan dampak negative. Maka
beberapa inisiatif diambil oleh sektor public untuk mengatur pertumbuhan pariwisata
agar menjadi lebih baik dan menempatkan masalah akan sustainable tourism sebagai
prioritas karena usaha atau bisnis yang baik dapat melindungi sumber-sumber atau asset
yang penting bagi pariwisata tidak hanya untuk sekarang tetapi dimasa depan.

2.2 Prinsip Pariwisata Berkelanjutan (Sustainable tourism development)

Pembangunan pariwisata yang berkelanjutan dapat dikenali melalui prinsipprinsipnya


yang dielaborasi berikut ini. Prinsip-prinsip tersebut antara lain partisipasi,
keikutsertaan para pelaku (stakeholder), kepemilikan lokal, penggunaan sumber daya
secara berkelanjutan, mewadahi tujuan-tujuan masyarakat, perhatian terhadap daya
dukung, monitor dan evaluasi, akuntabilitas, pelatihan serta promosi.

1. Partisipasi

Masyarakat setempat harus mengawasi atau mengontrol pembangunan


pariwisata dengan ikut terlibat dalam menentukan visi pariwisata, mengidentifikasi
sumbersumber daya yang akan dipelihara dan ditingkatkan, serta mengembangkan
tujuantujuan dan strategi-strategi untuk pengembangan dan pengelolaan daya tarik
wisata. Masyarakat juga harus berpartisipasi dalam mengimplementasikan strategi-
strategi yang telah disusun sebelumnya

2. Keikutsertaan Para Pelaku/Stakeholder Involvement

Para pelaku yang ikut serta dalam pembangunan pariwisata meliputi kelompok
dan institusi LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat), kelompok sukarelawan, pemerintah
daerah, asosiasi wisata, asosiasi bisnis dan pihak-pihak lain yang berpengaruh dan
berkepentingan serta yang akan menerima dampak dari kegiatan pariwisata.

3. Kepemilikan Lokal

Pembangunan pariwisata harus menawarkan lapangan pekerjaan yang


berkualitas untuk masyarakat setempat. Fasilitas penunjang kepariwisataan seperti hotel,
restoran, dsb. seharusnya dapat dikembangkan dan dipelihara oleh masyarakat setempat.

GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019) 39


Beberapa pengalaman menunjukkan bahwa pendidikan dan pelatihan bagi penduduk
setempat serta kemudahan akses untuk para pelaku bisnis/wirausahawan setempat
benar-benar dibutuhkan dalam mewujudkan kepemilikan lokal. Lebih lanjut, keterkaitan
(linkages) antara pelaku-pelaku bisnis dengan masyarakat lokal harus diupayakan dalam
menunjang kepemilikan lokal tersebut..

4. Penggunaan Sumber Daya yang Berkelanjutan

Pembangunan pariwisata harus dapat menggunakan sumber daya dengan berkelanjutan


yang artinya kegiatan-kegiatannya harus menghindari penggunaan sumber daya yang
tidak dapat diperbaharui (irreversible) secara berlebihan. Hal ini juga didukung dengan
keterkaitan lokal dalam tahap perencanaan, pembangunan dan pelaksanaan sehingga
pembagian keuntungan yang adil dapat diwujudkan. Dalam pelaksanaannya, kegiatan
pariwisata harus menjamin bahwa sumber daya alam dan buatan dapat dipelihara dan
diperbaiki dengan menggunakan kriteriakriteria dan standar-standar internasional.

5. Mewadahi Tujuan-tujuan Masyarakat

Tujuan-tujuan masyarakat hendaknya dapat diwadahi dalam kegiatan pariwisata


agar kondisi yang harmonis antara pengunjung/wisatawan, tempat dan masyarakat
setempat dapat terwujud. Misalnya, kerja sama dalam wisata budaya atau cultural
tourism partnership dapat dilakukan mulai dari tahap perencanaan, manajemen, sampai
pada pemasaran.

6. Daya Dukung

Daya dukung atau kapasitas lahan yang harus dipertimbangkan meliputi daya
dukung fisik, alami, sosial dan budaya. Pembangunan dan pengembangan harus sesuai
dan serasi dengan batas-batas lokal dan lingkungan. Rencana dan pengoperasiannya
seharusnya dievaluasi secara reguler sehingga dapat ditentukan penyesuaian/perbaikan
yang dibutuhkan. Skala dan tipe fasilitas wisata harus mencerminkan batas penggunaan
yang dapat ditoleransi (limits of acceptable use).

7. Monitor dan Evaluasi

GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019) 40


Kegiatan monitor dan evaluasi pembangunan pariwisata berkelanjutan mencakup
penyusunan pedoman, evaluasi dampak kegiatan wisata serta pengembangan indikator-
indikator dan batasan-batasan untuk mengukur dampak pariwisata. Pedoman atau alat-
alat bantu yang dikembangkan tersebut harus meliputi skala nasional, regional dan
lokal.

8. Akuntabilitas

Perencanaan pariwisata harus memberi perhatian yang besar pada kesempatan


mendapatkan pekerjaan, pendapatan dan perbaikan kesehatan masyarakat lokal yang
tercermin dalam kebijakan-kebijakan pembangunan. Pengelolaan dan pemanfaatan
sumber daya alam seperti tanah, air, dan udara harus menjamin akuntabilitas serta
memastikan bahwa sumber-sumber yang ada tidak dieksploitasi secara berlebihan.

9. Pelatihan

Pembangunan pariwisata berkelanjutan membutuhkan pelaksanaan programprogram


pendidikan dan pelatihan untuk membekali pengetahuan masyarakat dan meningkatkan
keterampilan bisnis, vocational dan profesional. Pelatihan sebaiknya meliputi topik
tentang pariwisata berkelanjutan, manajemen perhotelan, serta topiktopik lain yang
relevan.

10. Promosi

Pembangunan pariwisata berkelanjutan juga meliputi promosi penggunaan lahan dan


kegiatan yang memperkuat karakter lansekap, sense of place, dan identitas masyarakat
setempat. Kegiatan-kegiatan dan penggunaan lahan tersebut

Adapun prinsip-prinsip yang menjadi acuan dalam pengembangan pariwisata


berkelanjutan (sustainable tourism development) terdiri dari:

1) Pembangunan pariwisata harus dibangun dengan melibatkan masyarakat lokal ,


dengan ide yang melibatkan masyarakat lokal juga dan untuk kesejahteraan
masyarakat lokal.
2) Menciptakan keseimbangan antara kebutuhan wisatawan dan masyarakat.

GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019) 41


3) Pembangunan pariwisata harus melibatkan para pemangku kepentingan, dan
dengan melibatkan lebih banyak pihak akan mendapatkan input yang lebih baik.
4) Memberikan kemudahan kepada para pengusaha lokal dalam sekala kecil, dan
menengah.
5) Pariwisata harus dikondisikan untuk tujuan membangkitkan bisnis lainnya
dalam masyarakat.
6) Adanya kerjasama antara masyarakat lokal sebagai creator atraksi wisata dengan
para operator penjual paket wisata.
7) Pembangunan pariwisata harus dapat memperhatikan perjanjian, peraturan,
perundang-undangan baik tingkat nasional maupun intenasional sehingga
pembangunan pariwisata dapat berjalan dengan lancar tanpa kendala.
8) Pembangunan pariwisata harus mampu menjamin keberlanjutan, memberikan
keuntungan bagi masyarakat saat ini dan tidak merugikan generasi yang akan
datang.
9) Pariwisata harus bertumbuh dalam prinsip optimalisasi bukan pada exploitasi.
10) Harus ada monitoring dan evaluasi secara periodik
11) Harus ada keterbukaan terhadap penggunaan sumber daya seperti penggunaan
air bawah tanah, penggunaan lahan, dan penggunaan sumber daya lainnya harus
dapat dipastikan tidak disalah gunakan.
1) 12)Melakukan program peningkatan sumber daya manusia dalam bentuk
pendidikan, pelatihan, dan sertifikasi untuk bidang keahlian pariwisata agar para
pekerja ahli dalam bidangnya masing-masing.
2) 13)Terwujudnya tiga kualitas, yakni pariwisata harus mampu mewujudkan
kualitas hidup ”quality of life” masyarakat lokal, pada sisi yang lainnya
pariwisata harus mampu memberikan kualitas berusaha ”quality of opportunity”
kepada para penyedia jasa dalam industri pariwisata dan sisi berikutnya dan
menjadi yang terpenting adalah terciptanya kualitas pengalaman wisatawan
”quality of experience”

Pengembangan pariwisata berkelanjutan

GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019) 42


Dalam perjalanan waktu, konsep pembangunan berkelanjutan (Sustainable
development) diadopsi kedalam konsep pembangunan pariwisata berkelanjutan
(sustainable tourism development). Pembangunan pariwisata berkelanjutan diartikan
sebagai proses pembangunan pariwisata yang berorientasi kepada kelestarian sumber
daya yang dibutuhkan untuk pembangunan pada masa mendatang, pengertian
pembangunan pariwisata berkelanjutan ini pula diartikan “Form of tourism that are
consistent with natural, social, and community values and which allow both host and
guest to enjoy positive and worthwhile interaction and shared experience” (Eadington
and Smith 1992:3)6. Selain itu, Wall (1993 dalam Suwena 2010) 7, menekankan
pembangunan pariwisata berkelanjutan tidak hanya pada ekologi dan ekonomi, tetapi
juga berkelanjutan kebudayaan karena kebudayaan juga merupakan sumber daya
penting dalam pembangunan pariwisata. Oleh karena itu, Suwena (2010),
mengkategorikan suatu kegiatan wisata dianggap berkelanjutan apabila memenuhi
syarat-syarat sebagai berikut :

“Pertama, Secara ekologi berkelanjutan, yaitu pembangunan pariwisata tidak


menimbulkan efek negatif terhadap ekosistem setempat. Selain itu, konservasi
merupakan kebutuhan yang harus diupayakan untuk melindungi sumber daya alam dan
lingkungan dari efek negatif kegiatan wisata ; Kedua, secara sosial dapat diterima, yaitu
mengacu pada kemampuan penduduk lokal untuk menyerap usaha pariwisata (industri
dan wisatawan) tanpa menimbulkan konflik sosial; Ketiga, secara kebudayaan dapat
diterima, yaitu masyarakat lokal mampu beradaptasi dengan budaya wisatawan yang
cukup berbeda (kultur wisatawan); Keempat, secara ekonomi menguntungkan, yaitu
keuntungan yang didapati dari kegiatan pariwisata dapat meningkatkan kesejahteraan
masyarakat”.

Selanjutnya, untuk mencapai tujuan sustainable tourism development, maka dibutuhkan


dua pendekatan dalam keterkaitannya dalam pariwisata. Fagence (2001), menunjukkan
dua model keterkaitan itu, antara lain : Pertama, keterkaitan Horisontal (horizontal
lingkage), pendekatan ini mengandung pengertian bahwa kepariwisataan merupakan
fasilitator terhadap berbagai program dan kebijakan yang akan dilaksanakan. Agar
proses yang terjadi menjadi efisien, diperlukan berbagai komponen kebijakan yang

GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019) 43


saling mendukung untuk dapat memahami persoalan secara jernih, mendefinisikan visi
dan misi pembangunan, pemahaman terhadap hirarki tujuan dan sasaran program, serta
pengorganisasian proses secara baik. Pada pendekatan ini kepariwisataan merupakan
komponen dari proses yang berjalan sejajar dengan bidang lain sehingga diperlukan
kolektivitas.

Kedua, Keterkaitan Vertikal (vertical lingkage). Tujuan dari hubungan pendekatan ini
adalah untuk mencari keseimbangan penggabungan komponen-komponen penting dari
aktivitas kepariwisataan dan pembangunan serta „melindungi berbagai terobosan
cemerlang dalam pengambilan keputusan. Karakteristik hubungan vertikal adalah
sebagai berikut : Pertama, pada pendekatan ini, kepariwisataan merupakan bagian dari
pembangunan yang berfungsi sebagai bagian dari strategis dalam penyusunan
kebijakan, sehingga berada di atas dan berpengaruh terhadap sektor lain; Kedua, elemen
strategis dari perencanaan kebijakan harusmencakup penyediaan sarana dan prasaranaa
kepariwisataan; Ketiga, pengembangan kepariwisataan khusus, mencakup akomodasi,
dalam berbagai tipe, hotel, motel, dsb; Kelima, prakiraan dampak (mencakup kajian
carrying capacity) pembangunan kepariwisataan ditinjau dari sisi ekonomi, lingkungan,
sosial ekonomi masyarakat lokal, budaya dan warisan; Keenam, pembiayaan,
pemasaran, promosi, dan system informasi; Ketujuh, kampanye Sadar Wisata bagi
masyarakat.

Dari penjelasan di atas Veresci (2001), menyimpulkan bahwa, untuk mencapai


pembangunan kepariwisataan berkelanjutan diperlukan strategi untuk menghindari /
melawan empat faktor yang saling terkait sebagai berikut : Pertama, perencanaan
kondisi lingkungan yang sensitif terhadap perubahan serta beberapa komponen budaya
dari masyarakat lokal. Kedua, perencanaan dalam mengatasi semua perbedaan antar
sektor yang berkepentingan. Ketiga, perencanaan untuk mengatasi dan melawan
pengaruh negatif dari program kepariwisataan secara massal. Keempat, perencanaan
dalam menghadapi perubahan kondisi lingkungan yang tidak dapat berbalik
(irreversible changes)

GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019) 44


Dengan demikian dari berbagai pandangan dan kajian konseptual tentang
pengembangan pariwisata berkelanjutan, konsep yang ditawarkan oleh Burns dan
Holder menjadi pilihan acuan dalam pengembangan pariwisata berkelanjutan
(sustainable tourism development) yang berbasis komunitas masyarakat (community
based tourism). Atau dengan kata lain, pariwisata berkelanjutan merupakan suatu
konsep pariwisata yang dicita-citakan oleh masyarakat yang memahami pentingnya arti
keberlanjutan itu sendiri, yang menekankan pada keberlanjutan pengembangan suatu
kawasan pariwisata pada tiga aspek yaitu, ekologi, sosial budaya, dan ekonomi. Oleh
sebab itu, dibutuhkan strategis perencanaan yang baik dan terpadu oleh semua
stakeholder dalam pelaksanaannya.

Bentuk-bentuk Pariwisata Berkelanjutan (Sustainable tourism development)

Bentuk-bentuk pariwisata berkelanjutan

Dalam berbagai referensi, terdapat banyak bentuk kegiatan pariwisata yang


menggunakan prinsip pembangunan pariwisata berkelanjutan dengan memperhatikan
keseimbangan antara ekonomi, lingkungan alam dan sosial-budaya. Bentuk-bentuk
kegiatan pariwisata tersebut seperti:

 Responsible Tourism (pariwisata bertanggung jawab) adalah kegiatan


pariwisata yang intinya untuk membuat tempat yang lebih baik bagi orang untuk
tinggal dan tempat yang lebih baik untuk dikunjungi orang. Pariwisata yang
bertanggung jawab mensyaratkan bahwa operator, pelaku bisnis perhotelan,
pemerintah, masyarakat lokal dan wisatawan dapat mengambil tanggung jawab
serta mengambil tindakan untuk membuat kegiatan pariwisata lebih
berkelanjutan (Harold Goodwin, 2014).

 Nature Tourism: adalah bentuk kegiatan pariwisata yang bertanggung jawab


yang khusus dilakukan di alam, yang bertujuan untuk melestarikan lingkungan
dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal (Texas Park & Wildlife,
2021)

GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019) 45


 Equitable Tourism (pariwisata berkeadilan): adalah salah satu bentuk kegiatan
pariwisata berkelanjutan yang bertujuan untuk menerapkan prinsip-prinsip
perdagangan yang berkeadilan di bidang pariwisata dengan memperhatikan
serangkaian kriteria yang menitikberatkan pada penghormatan terhadap
penduduk setempat dan gaya hidup mereka, serta keberlanjutan kemajuan
pariwisata bagi masyarakat setempat. Secara umum istilah “pembangunan
pariwisata berkeadilan” berkaitan dengan distribusi kegiatan ekonomi dan akses
ke destinasi lintas wilayah, bangsa atau wilayah regional-nasional (Patsy Healey,
2002 dalam Saravanan & Rao, 2012).

 Accessible Tourism: adalah adalah upaya berkelanjutan untuk memastikan


tujuan wisata, produk, dan layanan dapat diakses oleh semua orang, terlepas dari
batasan fisik atau intelektual, disabilitas atau usia mereka (Departemen Ekonomi
dan Sosial PBB, 2021).

 Appropriate Tourism: adalah salah satu bentuk pariwisata yang tidak


membahayakan masyarakat atau budaya, sepanjang tingkat pembangunan
pariwisata ‘sesuai’ dengan kebutuhan suatu negara atau daerah (Singh, Theuns
& Go, 1989).

 Ecological Tourism: adalah pemanfaatan sumber daya alam sebagai produk


pariwisata dengan menggunakan prinsip pembangunan pariwisata berkelanjutan.

 Ecotourism: adalah bentuk ecological tourism dengan tujuan utama untuk


melestarikan alam atau berinteraksi dengan spesies langka. Kegiatan ekowisata
melibatkan unsur edukasi dan interpretasi, serta dukungan untuk meningkatkan
kesadaran akan perlunya pelestarian sumberdaya alam dan budaya. Ekowisata
harus memiliki konsekuensi minimal terhadap lingkungan dan juga harus
berkontribusi kepada kesejahteraan penduduk setempat (Juganaru, Juganaru &
Anghel, 2021)

 Eco-Ethnotourism: adalah bentuk ecotourism yang lebih fokus terhadap hasil


karya manusia daripada alam, dan berupaya memberikan pemahaman atau
edukasi kepada wisatawan tentang gaya hidup masyarakat lokal.

GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019) 46


 Green Tourism atau Environmentally-friendly Tourism: adalah bentuk
kegiatan pariwisata yang dilakukan dengan cara yang ramah terhadap
lingkungan.

 Soft Tourism: selain bertujuan untuk pelestarian lingkungan alam dan


perlindungan kesehatan manusia, bentuk pariwisata ini memiliki tujuan lain
yaitu untuk tujuan sosial (penghormatan terhadap adat istiadat, tradisi, sosial dan
struktur keluarga penduduk setempat), dan untuk tujuan ekonomi (distribusi
pendapatan yang adil dan diversifikasi penawaran pariwisata) (Juganaru,
Juganaru & Anghel, 2021).

 Rural Tourism: adalah bentuk pariwisata yang dilakukan di daerah perdesaan


(desa wisata) yang bertujuan untuk mengharmoniskan kebutuhan pariwisata dan
pelestarian lingkungan (alam dan sosial-budaya) dengan prinsip pembangunan
berkelanjutan.

 Community Tourism: adalah bentuk pembangunan pariwisata yang difokuskan


pada pelibatan penduduk lokal dan ditujukan untuk kesejahteraan mereka.
Penduduk lokal memiliki kendali penuh atas pendapatan yang dihasilkan dari
pariwisata, sebagian besar pendapatan ditujukan untuk memperbaiki
kesejahteraan masyarakat, memberikan perhatian khusus terhadap lingkungan
alam dan tradisi penduduk setempat. Bentuk pengembangan pariwisata ini
seringkali dipadukan dengan pengembangan kegiatan produksi, seperti
transformasi hasil pertanian atau workshop kerajinan, yang produknya terutama
dijual kepada wisatawan (Juganaru, Juganaru & Anghel, 2021).

 Pro-poor Tourism: adalah bentuk pariwisata yang menghasilkan keuntungan


bersih untuk masyarakat miskin. Keuntungan tersebut dapat bersifat ekonomi,
sosial, lingkungan atau budaya. Pariwisata yang berpihak pada kaum miskin
tidak secara spesifik mengacu pada pariwisata budaya atau etnis (Bolnick,
2003).

  Agritourism: adalah bentuk pariwisata yang memungkinkan interaksi antara


wisatawan dengan pemilik atau pengelola pertanian di suatu daerah perdesaan

GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019) 47


dengan prinsip keberlanjutan. Interaksi tersebut menghasilkan suatu aktivitas
wisata yang berbasis pertanian seperti perawatan hewan ternak, perawatan
tanaman, kerajinan tangan, atau hiburan dan permainan.

dan lain-lain

2.5 Contoh permasalahan wisata dan upaya penyelesaian nya sesuai prinsip
Pariwisata Berkelanjutan (Sustainable tourism development)

STUDI KASUS

Potensi Hotel (Accomodation And Hospitality Service) Di Bali

Tidak dapat dipungkiri lagi, dengan berdirinya hotel-hotel dan restaurant di bali
memberikan dampak negatif bagi alam dan lingkungan Pulau Bali. Potensi kerusakan
alam dan lingkungan Pulau Bali antara lain (diadaptasi dari Wiyasha,2008) : water
resources (sumber air) , local resources like energy, food, and other raw materials
(sumber daya local seperti energi, makanan dan bahan-bahan mentah lainnya), Land
degradation (penurunan kualitas tanah), Air emissions (emisi udara) , Noise (suara),
Solid waste and littering (Sampah keras dan lunak) , Releases of sewage (limbah), Oil
and chemicals (minyak dan bahan-bahan kimia),Even architectural/visual pollution
(polusi arsitek). Pendirian sebuah hotel yang hanya mengindahkan sisi ekonomi dan
arsitek (Manuaba,2008) tanpa memperhatikan aspek lainnya secara terintegrasi, seperti
aspek sosial budaya dan lingkungan, akan menimbulkan permasalahan dikemudian hari.
Hal ini terbukti dengan keadaan yang dirasakan saat ini, terutama dilihat dari sudut
pandang lingkungan. Tempratur Bali yang semakin tinggi, abrasi pantai, meningkatnya
kasus demam berdarah, nenurunnya kualitas air dan udara Pulau Bali, merupakan akibat
dari lalainya investor, pemerintah dan masyarakat dalam menjaga keseimbangan
pembangunan pariwisata di Pulau Bali. Meskipun berbagai macam aturan telah di
tetapkan seperti (i) UU No 24 Tahun 1992, tentang tata ruang dengan konsep
pembangunan berkelanjutan, (ii) UU No 3 Tahun 2004,tentang pengendalian
pengelolaan lingkungan, namun masih saja ada investor yang ’nakal’.
’Kenakalan’investor tidak lepas dari motiv ekonomi. Mereka membangun hotel dengan

GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019) 48


memangkas tebing, jurang, pantai, demi sebuah pemandangan yang indah bagi hotelnya
untuk dapat dinikmati tamu/wisatawan.Mereka menggunakan air tanah untuk mengisi
kolam renang, menyirami lapangan golf. Kondisi ini semakin parah karena nampaknya
carrying capacity Pulau Bali sudah sampai pada titik nadir, yang tidak mampu
mentoleransi hal-hal seperti itu.

Konsep yang dapat diterapkan manajemen hotel, antara lain menggunakan analisis
POT (potensi dan tantangan). Dengan analisis POT , permasalahan lingkungan dapat
dipecahkan melalui potensi:

1) Tataran filosofi (way of life), yakni menetapkan visi dari manajemen


untuk membangun hotel dengan konsep sustainable tourism development dan
community based tourism
2) tataran mentalitas atau sikap mental dan , yakni dengan jalan membuat
programprogram yang mendukung sustainable tourism development dan
community based tourism , seperti: (i) memberikan program pendidikan pada
manajemen mengenai sustainable tourism development dan community based
tourism dan (ii) cinta lingkungan dengan wujud nyata penggunaan bahan-bahan
pembersih yang tidak merusak lingkungan (contoh ecolab product)
3) tataran perilaku dan kebiasaan dalam kehidupan individual atau kolektif,
adalah dengan mendukung berbagai upaya pelestarian lingkungan, seperti :
mendukung gerakan kebersihan pantai, tidak menggunakan air tanah untuk
keperluan hotel, tidak membangun hotel melewati sepadan pantai, dan tidak
membangun hotel di kawasan yang dapat menjaga keseimbangan
alam,seperti :hutan, tebing, jurang serta lahan produktif.

Strategi revitalisasi yang mencakup perencanaan, implementasi, koordinasi dan valuasi


nyata pada level mikro (manajemen hotel), meso (seluruh karyawan hotel) dan makro
(tamu-tamu dan seluruh karyawan hotel).

GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019) 49


BAB 6 KEPARIWISATAAN MENGGUNAKAN PRINSIP-
PRINSIP EKOWISATA (ECOTOURISM)

A. Defenisi Ecotourism

Berbagai konsep dan definisi yang berkembang secara generik, ekowisata merupakan
konsep tentang perjalanan wisata yang berbasiskan pada alam yang mengandung
dimensi learning dan mengandung pesan pembangunan berkelanjutan (Weaver ,2001).
Suatu konsep yang sangat ideal, dalam perspektif ranah manajemen wisata pada
umumnya termasuk ekowisata akan meliputi tiga komponen yaitu place sebagai lanskap
wilayah dengan eco-lodge-nya dan produk (destinasi) ekowisata, pengunjung dan
masyarakat lokal (host community) (Mason, 2003).

Definisi ekowisata yang pertama diperkenalkan oleh organisasi The Ecotourism Society
(1990) sebagai berikut: Ekowisata adalah suatu bentuk perjalanan wisata ke area alami
yang dilakukan dengan tujuan mengkonservasi lingkungan dan melestarikan kehidupan
dan kesejahteraan penduduk setempat. Semula ekowisata dilakukan oleh wisatawan
pecinta alam yang menginginkan di daerah tujuan wisata tetap utuh dan lestari, di
samping budaya dan kesejahteraan masyarakatnya tetap terjaga.

Namun dalam perkembangannya ternyata bentuk ekowisata ini berkembang karena


banyak digemari oleh wisatawan. Wisatawan ingin berkunjung ke area alami, yang
dapat menciptakan kegiatan bisnis. Ekowisata kemudian didefinisikan sebagai berikut:
Ekowisata adalah bentuk baru dari perjalanan bertanggungjawab ke area alami dan
berpetualang yang dapat menciptakan industri pariwisata (Eplerwood, 1999). Dari
kedua definisi ini dapat dimengerti bahwa ekowisata dunia telah berkembang sangat
pesat. Ternyata beberapa destinasi dari taman nasional berhasil dalam mengembangkan
ekowisata ini.

GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019) 50


Bahkan di beberapa wilayah berkembang suatu pemikiran baru yang berkait dengan
pengertian ekowisata. Fenomena pendidikan diperlukan dalam bentuk wisata ini.

Hal ini seperti yang didefinisikan oleh Australian Department of Tourism (Black, 1999)
yang mendefinisikan ekowisata adalah wisata berbasis pada alam dengan mengikutkan
aspek pendidikan dan interpretasi terhadap lingkungan alami dan budaya masyarakat
dengan pengelolaan kelestarian ekologis. Definisi ini memberi penegasan bahwa aspek
yang terkait tidak hanya bisnis seperti halnya bentuk pariwisata lainnya, tetapi lebih
dekat dengan pariwisata minat khusus, alternative tourism atau special interest tourism
dengan obyek dan daya tarik wisata alam.

Salah satu definisi ekowisata secara luas adalah salah satu yang dikembangkan oleh
Ceballos-Lascuráin pada tahun 1983, yang berfokus pada pentingnya daerah alam,
domain kognitif dan afektif, dan perilaku. Perjalanan ke daerah alam yang secara relatif
tidak terganggu atau tidak terkontaminasi dengan tujuan spesifik dari penelitian,
pengaguman, dan penikmatan pemandangan dan tumbuhan dan hewan liar, serta
manifestasi budaya apapun yang ada (baik masa lalu maupun sekarang) yang ditemukan
di daerah ini (Ceballos-Lascuráin 1987, van der Merwe di 1996).

Meskipun ada beberapa definisi ekowisata, sebagian besarmerangkul tema umum dari
perjalanan untuk pengalaman lingkungan, misalnya, mendefinisikan ekowisata sebagai
"perjalanan bertanggung jawab yang melestarikan lingkungan alam dan memelihara
kesejahteraan masyarakat setempat".

Freedman (1995) secara serupa mendefinisikan ekowisata sebagai sebuah segmen


industri perjalanan yang menarik untuk sadar lingkungan dan memiliki dampak yang
rendah pada daerah sekitartapi memberi kontribusi terhadap ekonomi lokal. Menurut
Cater dan Lowman , 1994 ekowisata seharusnya dapat :

a. Menarik wisatawanke lingkungan alam yang unik dan dapat diakses.

b. Digunakan untuk meningkatkan konservasi alam melalui pendidikan.

c. Menyebabkan perubahan sikap di masyarakat dan pemerintah lokal.

d. Menyediakan lapangan kerja dan peluang kewirausahaan bagi masyarakat lokal.

GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019) 51


Dalam penelitian lain, Pedersen membayangkan ekowisata sebagai lima kriteria utama
yang memuaskan: perlindungan daerah alam; produksi pendapatan; pendidikan; dan
partisipasi dan keterlibatan lokal,selain dari pada itu, Wallace dan Pierce (1996)
memberikan gambaran yang lebih panjang dari struktur dasar ekowisata. Mereka
menunjukkan bahwa ekowisata dapat:

a. Meminimalkan dampak.

b. Meningkatkan kesadaran.

c. Memberikan kontribusi untuk pelestarian.

d. Memungkinkan masyarakat lokal untuk membuat keputusan sendiri.

e. Mengarahkan manfaat ekonomi bagi masyarakat lokal.

f. Memberikan kesempatan bagi masyarakat lokal untuk menikmati daerah alam


(david.a.Fennel, 2010).

Diatas merupakan beberapa definisi dari ekowisata, dan salah satu contoh ekowisata
yang di jadikan sebagai objek penelitian disini adalah Taman Wisata Alam Mangrove ,
Angke Kapuk, Jakarta Utara.

Taman Wisata Alam ( TWA ) Mangroove Angke Kapuk, Jakarta Utara merupakan
kawasan pelestarian alam yang dimanfaatkan untuk kegiatan wisata alam dan berpusat
pada pengembangan ecotourism. Di tempat ini terdapat beberapa fasilitas dan aktifitas
yang dapat dilakukan oleh wisatawan , antara lain:

1. Konservasi dan penanaman hutan bakau

Di Taman Wisata Alam (TWA) Angke Kapuk, wisatawan dapat merasakan sendiri
pengalaman menanam bibit mangrove / bakau. Dengan menanam mangrove dapat
membantu dalam pencegahan abrasi (pengikisan bibir pantai oleh air laut) serta
mencegah terjadinya intrusi air laut (merembesnya air laut ke daratan hingga ke sungai).
Dalam ekosistem hutan bakau, mangrove merupakan satu dari beberapa jenis pohon
yang merupakan penyusun utama dalam ekosistem tersebut..Terdapat tiga jenis utama

GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019) 52


pohon mangrove, yaitu : api-api (Avicennia), bakau (Rhizophora sp.), dan pidada
(Sonneratia acida).

2. Wisata hutan

Wisatawan dapat melakukan kegiatan fotografi di lingkungan hutan tersebut , karena


hutan ini memiliki tempat-tempat yang sangat bagus dan cocok untuk di jadikan lokasi
pemotretan, namun tempat ini memiliki peraturan , wisatawan tidak diperbolehkan
menggunakan kamera selain kamera handphone, karena jika pengunjung ingin
melakukan kegiatan fotografi menggunakan model dan kamera profesional, seperti
kamera SLR atau kamera pocket, Taman Wisata Alam Mangrove Angke Kapuk
menetapkan kebijakan memasang tarif harga sebesar satu juta rupiah kepada setiap
pengunjung.

3. Wisata air.

Taman Wisata Alam (TWA) Angke Kapuk menyediakan fasilitas wisata air, wisatawan
dapat menikmati pemandangan alam dengan menggunakan perahu kayu dan perahu
karet, keduanya dapat disesuaikan dengan keinginan pengunjung. Untuk fasilitas perahu
karet wisatawan akan dibantu oleh pemandu untuk diajak menjelajahi taman wisata
alam jalur air, wisatawan dapat melihat hewan khas daerah danau dari dekat dan bagi
pecinta fotografi lokasi wisata air sangat bagus untuk sebagai objek pemotretan yang
suasananya sangat jarang ditemukan di kota Jakarta. Dan sebagai alternatif lain,
wisatawan juga dapat menjelajahi wisata air dengan mengayuh sendiri menggunakan
jasa perahu kano.

5. Penginapan Taman

Wisata Alam Angke Kapuk juga menyediakan fasilitas penginapan untuk wisatawan
yang ingin bermalam, pengunjung dapat menikmati keindahan alam yang asri dan
tenang di tengah hiruk pikuk perkotaan Jakarta, selain itu, pengunjung juga dapat
menikmati terbitnya matahari (sunrise) hingga tenggelam (sunset) yang dapat diselingi

GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019) 53


dengan berbagai kegiatan seperti penanaman mangrove, fotografi, permainan air, dan
kegiatan lainnya. Penginapan di Taman Wisata Alam Angke Kapuk terbagi menjadi
beberapa pilihan , diantaranya : rumah tenda ( camping ground ), rumah permanen dan
di atas air, villa pondok alam dan villa honeymoon cottage.

B. Prinsip-Prinsip Ecotourism

Pengembangan ekowisata di dalam kawasan hutan dapat menjamin keutuhan dan


kelestarian ekosistem hutan. Ecotraveler menghendaki persyaratan kualitas dan
keutuhan ekosistem. Oleh karenanya terdapat beberapa butir prinsip pengembangan
ekowisata yang harus dipenuhi. Apabila seluruh prinsip ini dilaksanakan maka
ekowisata menjamin pembangunan yang ecological friendly dari pembangunan berbasis
kerakyatan (commnnity based).

The Ecotourism Society (Eplerwood/1999) menyebutkan ada delapan prinsip, yaitu:

i. Mencegah dan menanggulangi dampak dari aktivitas wisatawan


terhadap alam dan budaya, pencegahan dan penanggulangan
disesuaikan dengan sifat dan karakter alam dan budaya setempat.
ii. Pendidikan konservasi lingkungan. Mendidik wisatawan dan
masyarakat setempat akan pentingnya arti konservasi. Proses
pendidikan ini dapat dilakukan langsung di alam. Pendapatan
langsung untuk kawasan. Mengatur agar kawasan yang
digunakan untuk ekowisata dan manajemen pengelola kawasan
pelestarian dapat menerima langsung penghasilan atau
pendapatan. Retribusi dan conservation tax dapat dipergunakan
secara langsung untuk membina, melestarikan dan meningkatkan
kualitas kawasan pelestarian alam.
iii. Partisipasi masyarakat dalam perencanaan. Masyarakat diajak
dalam merencanakan pengembangan ekowisata. Demikian pula
di dalam pengawasan, peran masyarakat diharapkan ikut secara
aktif.

GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019) 54


iv. Penghasilan masyarakat. Keuntungan secara nyata terhadap
ekonomi masyarakat dari kegiatan ekowisata mendorong
masyarakat menjaga kelestarian kawasan alam.
v. Menjaga keharmonisan dengan alam. Semua upaya
pengembangan termasuk pengembangan fasilitas dan utilitas
harus tetap menjaga keharmonisan dengan alam. Apabila ada
upaya disharmonize dengan alam akan merusak produk wisata
ekologis ini.
vi. Hindarkan sejauh mungkin penggunaan minyak, mengkonservasi
flora dan fauna serta menjaga keaslian budaya masyarakat.
vii. Daya dukung lingkungan. Pada umumnya lingkungan alam
mempunyai daya dukung yang lebih rendah dengan daya dukung
kawasan buatan. Meskipun mungkin permintaan sangat banyak,
tetapi daya dukunglah yang membatasi.
viii. Peluang penghasilan pada porsi yang besar terhadap negara.
Apabila suatu kawasan pelestarian dikembangkan untuk
ekowisata, maka devisa dan belanja wisatawan didorong sebesar-
besarnya dinikmati oleh negara atau negara bagian atau
pemerintah daerah setempat.
ix. Masyarakat Ekowisata Internasional atau The International
Ecotourism Society (TIES) menyebutkan setidaknya da 6 prinsip
dalam ekowisata, antara lain:

a. Meminimalisasi dampak

Ekowisata muncul sebagai bentuk respon terhadap pariwisata massal (mass tourism).
Tak bisa dimungkiri lagi bahwa pariwisata massal memberikan banyak dampak
negative, tak hanya bagi lingkungan, tapi juga sosial. Sumber PBB menyebutkan, rata-
rata turis yang menghabiskan air dalam waktu 24 jam, sama dengan jumlah air yang
bisa digunakan oleh petani di negara dunia ketiga untuk memproduksi padi selama 100
hari. Contoh lain, satu hotel mewah di negara dunia ketiga menghabiskan 66 ribu gallon
air sehari. Coba Anda bayangkan betapa borosnya!

GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019) 55


Di ranah sosial, pariwisata massal berdampak pada masyarakat, khususnya anak-anak.
Data dari PBB menyebutkan, setidaknya 13-19 juta anak-anak di seluruh dunia bekerja
di sektor pariwisata. Lebih dari 1 juta di antara mereka dieksploitasi secara seksual oleh
turis tiap tahunnya. Sungguh bikin miris!

b. Membangun kesadaran dan kepedulian terhadap budaya dan lingkungan

Ekowisata bisa disebut sebagai filter (penyaring) dari dampak pariwisata massal. Ini tak
lain karena ekowisata lebih merupakan small tourism. Jumlah wisatawan yang kecil,
akan kecil kemungkinan pula memberi dampak negatif. Wisatawan bisa berinteraksi
lebih intens dengan warga lokal. Ini membuat mereka punya waktu lebih banyak untuk
menyelami budaya warga lokal sekaligus menghormati lingkungan tempat mereka
berada.

c. Memberikan pengalaman positif, baik bagi wisatawan maupun warga lokal


sebagai tuan rumah

Dengan jumlah wisatawan yang sedikit, ekowisata bisa memberi pengalaman positif
yang lebih intensif dengan masyarakat lokal. Interaksi ini jauh lebih berkualitas.
Misalkan, wisatawan menginap di homestay lokal. Mereka tidak sekadar menginap, tapi
juga dihidangkan makanan khas sana. Bahkan, bisa melihat prosesnya langsung jikalau
pemilik homestay menyediakan paketnya. Antara wisatawan dan pemilik homestay bisa
saling bertukar ilmu dan pengalaman. Bukankah ini hal yang menarik?

d. Memberikan keuntungan finansial langsung bagi konservasi

Kendati small tourism, namun ekowisata bisa memberikan keuntungan finansial yang
tidak sedikit. Ekowisatawan biasanya sudah menyadari bahwa ekowisata itu mahal.
Mereka akan mafhum mengenai hal ini karena efek positif yang diberikannya untuk
beragam lapisan. Misalnya, mereka mengambil paket ekowisata untuk melihat
penangkaran penyu. Mereka akan rela merogoh kocek mendalam, namun imbal
baliknya ke mereka berupa pengalaman yang menakjubkan. Bisa melihat penyu sedang
menetaskan anaknya, melepas tukik-tukiknya ke laut, itu tentu tidaklah murah.

e. Memberikan keuntungan finansial dan pemberdayaan bagi warga lokal

GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019) 56


Ekowisata mengondisikan masyarakat di destinasi dan sekitarnya untuk menghidupkan
potensi-potensi lokal yang dimiliki. Hal ini sedikit berbeda dengan pariwisata massal
yang cenderung membuat warga di sana beralih profesi karena tergiur oleh duit
melimpah. Sebaliknya, ekowisata akan membuat kehidupan di destinasi menjadi lebih
sustainable (berkelanjutan). Warga hanya perlu fokus pada profesinya, memberi nilai
tambah pada produk atau jasa yang ditawarkan, serta memberikan pelayanan prima.
Warga kian berdaya, keuntungan finansial pun bukanlah harapan semu belaka.

f. Meningkatkan sensitivitas bagi iklim politik, lingkungan, maupun sosial pada


negara tuan rumah

Ekowisata yang dijalankan dengan optimal akan berdampak pada banyak hal. Jika
ekowisata diberi perhatian besar, maka mau tak mau akan berimbas pada kebijakan.
Sebab, bagaimanapun juga, ekowisata perlu diregulasi. Ini untuk menjaga agar tidak
kebablasan kea rah pariwisata massal. Efek lingkungan dan sosial pun sudah pasti
menjadi keniscayaan. Semua pihak pun akan ramai-ramai peduli. Sinergi ini akan
menciptakan angina segar bagi tumbuhnya ekowisata. Pembangunan pun menjadi lebih
terarah dan berkelanjutan. Tidak sekadar bertumpu pada tujuan-tujuan jangka pendek
semata.

C. Masalah Pariwisata Dengan Prinsip Ecotourism

Lima pedoman yang harus dikenali dan dipatuhi oleh para pelaku ekowisata adalah
pendidikan (education), pembelaan (advocacy), pengawasan (monitoring), keterlibatan
komunitas setempat (community involvement) dan perlindungan (conservation).

Aspek pendidikan menjadi bagian utama dalam pengelolaan ekowisata karena


membawa misi sosial untuk menyadarkan keberadaan manusia, lingkungan dan akibat
yang akan timbul bila terjadi kesalahan dalam manajemen pemberdayaan lingkungan
global. Dalam penjabaran misi tersebut seringkali berbenturan dengan perhitungan
ekonomis atau terjebak dalam metode pendidikan yang kaku. Pembangunan
infrastruktur pariwisata secara berlebihan justru pada akhirnya menyebabkan
perlindungan terhadap keunikan kawasan wisata menjadi tersisih dikalahkan oleh
industri pariwisata massal. Padahal salah satu tujuan ekowisata harus mampu

GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019) 57


manjabarkan nilai kearifan lingkungan dan sekaligus mengajak orang untuk menghargai
apapun yang walaupun tampaknya teramat sederhana. Pada hakikatnya dengan
kesederhanaan itulah yang menjadi pedoman masyarakat sekitar kawasan wisata
mempertahankan kelestarian alamnya. Dengan demikian keterlibatan masyarakat sekitar
sebagai pengawas menjadi teramat penting. Hal lain yang harus diperhatikan adalah
perkembangan budaya dalam masyarakat asli di sekitar kawasan ekowisata yang
berbeda dengan budaya para wisatawan. Disadari atau tidak lambat laun akan terjadi
pergeseran budaya yang mungkin dapat melenyapkan budaya asli. Idealnya dalam suatu
kawasan ekowisata timbul suatu keterikatan dan rasa saling menghormati antar
komunitas penduduk asli dengan wisatawan. Untuk meminimalkan dampak yang timbul
di kemudian hari diperlukan integritas, kualitas, loyalitas dan kemampuan pengelola
dalam melaksanakan pengawasan.

Kegiatan ekowisata menjadi suatu jenis wisata yang lebih mahal harganya dibandingkan
dengan jenis wisata lain, mengingat pengelolaan kawasan ekowisata harus
mengendalikan kuantitas dan kualitas pengunjung. Pengelola ekowisata disamping
menjalankan prinsip ekonomi untuk mencari keuntungan sebanyak mungkin, tetapi juga
harus dapat menjalankan misi konservasi.

Untuk keberhasilan usaha ekowisata di wilayah tersebut ditentukan pula atas faktor-
faktor berikut :

1. Pemilihan lokasi harus memiliki keunikan dan dapat dijangkau alat


transportasi yang ramah lingkungan,
2. Perencanaan ekowisata dan persiapan yang melibatkan masyarakat
lokal untuk menjalankan ekowisatasebagai usaha bersama,
3. Keterlibatan masyarakat lokal dalam pengembangan usaha dan
pengelolaan kegiatan ekowisata,
4. Interpretasi alam dan budaya lokal yang baik dengan membekali diri
dengan pengetahuan geografi, adat istiadat, kebiasaan dan budaya
yang berlaku.
5. Kemampuan untuk menciptakan rasa aman dan nyaman kepada
wisatawan, sekaligus juga memberikan pembelajaran kepada mereka

GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019) 58


untuk membantu pelestarian sumberdaya alam , menghargai privacy
dan kehormatan masyarakat setempat.
6. Menjalin hubungan kerja yang berkelanjutan dengan pemerintah dan
organisasi lain yang terlibat baik secara langsung maupun tidak
langsung.

Kendala utama dari pengembangan ecotourism ini adalah pada kondisi masyarakat yang
masih sederhana dan miskin serta berpendidikan rendah (rata-rata SD) sehingga
mementingkan mendapatkan uang sesaat, kurang faham terhadap pelestarian lingkungan
maupun pariwisata. Kendala ke dua adalah keamanan, karena selama ini wilayah
tersebut susah dijangkau, maka ada beberapa tempat yang diduga rawan keamanan.

D. Kebijaksanaan Pengembangan Ekowisata

Kebijaksanaan pengembangan ekowisata dapat dilihat dari ruang lingkup kepentingan


nasional, seperti dijelaskan Undang-undang dan peraturan pemerintah yang mengatur
kebijaksanaan pengembangan ekowisata sebagai berikut:

• UU no.4 Tahun 1982 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Lingkungan Hidup

• Kepmen Parpostel No.KM.98/PW.102/MPPT-1987 tentang Ketentuan Usaha


Obyek Wisata.

• Surat Keputusan Dirjen Pariwisata No.Kep.18/U/11/1988 tentang Pelaksanaan


Ketentuan Usaha Obyek Wisata dan Daya Tarik Wisata.

• Surat Keputusan Bersama Menteri Kehutanan dan Menteri Parpostel


No.24/KPTS-11/89 dan No.KM.1/UM.209/MPPT-1998 tentang Peningkatan
Koordinasi dua instansi tersebut untuk mengembangkan Obyek Wisata Alam sebagai
Obyek Daya Tarik Wisata.

• UU No.5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam


Hayati dan Ekosistem.
• UU. No.9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan.
• UU. No.24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruangan.

GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019) 59


• UU No.5 Tahun 1994 tentang Ratifikasi Konservasi
Keanekaragaman Hayati.
• Peraturan Pemerintah No. 13 Tahun 1994 tentang
Pengelolaan Alam di zona pemanfaatan kawasan pelestarian
alam.
• Peraturan Pemerintah No.67 Tahun 1996 tentang
Penyelenggaraan Kepariwisataan.

Pada dasarnya, kebijakasanaan pengembangan ekowisata itu hendaknya dapat


berpedoman pada hal-hal yang disebutkan sebagai berikut:

1. Dalam pembangunan, prasarana dan sarana sangat dianjurkan dilakukan sesuai


kebutuhan saja, tidak berlebihan, dan menggunakan bahan-bahan yang terdapat di
daerah tersebut.

2. Diusahakan agar penggunaan teknologi dan fasilitas modern seminimal


mungkin.

3. Pembangunan dan aktivitas dalam proyek dengan melibatkan penduduk lokal


semaksimal mungkin dengan tujuan meningkatkan ekonomi masyarakat setempat.

4. Masyarakat setempat dihimbau agar tetap memelihara adat dan kebiasaan sehari-
hari tanpa terpengaruh terhadap kedatangan wisatawan yang berkunjung.

GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019) 60


BAB 7 MENGANALISIS MASALAH KEPARIWISATAAN
MENGGUNAKAN PRINSIP-PRINSIP PENGEMBANGAN
PARIWISATA BERBASIS MASYARAKAT CBT

Definisi Pengembangan Pariwisata Berbasis Masyarakat (CBT)


Pengembangan pola pariwisata yang dikenal dengan nama “Community Base
Tourism” (Pariwisata berbasis Masyarakat) yaitu pengembangan pariwisata
dikembangkan dimana seluruh aktivitas wisatawan berlangsung dan berbaur dengan
masyarakat pedesaan. Nilai tambah yang diperoleh dari pengembangan Pariwisata yang
berbasis Masyarakat/pedesaan adalah (1) penduduk pedesaan dapat berperan sebagai
pelaku , mereka dapat menyediakan tempat tinggal bagi wisatawan, penyediaan
makanan dan minuman, jasa laundry,jasa usaha angkutan, dan jasa-jasa lainnya.(2)
meningkatnya konsumsi produk lokal (sayuran, buah-buahan, seni kerajinan, makanan
khas,dan lainlain, kerja sethingga akan mendorong kelangsungan usaha yang berbasis
tradisi dan kelokalan. (3) mendorong pemberdayaan tenaga kerja setempat, misalnya
sebagai penyedia atraksi seni budaya, kerajinan dan lain-lain). (4) meningkatkan
kesadaran masyarakat akan nilai-nilai tradisi dan budaya lokal serta keunikan
lingkungan alam yang dimiliki.
Community Based Tourism adalah konsep yang menekankan kepada
pemberdayaan komunitas untuk menjadi lebih memahami nilai-nilai dan aset yang
mereka miliki, seperti kebudayaan, adat istiadat, masakan kuliner, gaya hidup. Dalam
konteks pembangunan wisata, komunitas tersebut haruslah secara mandiri melakukan
mobilisasi aset dan nilai tersebut menjadi daya tarik utama bagi pengalaman berwisata
wisatawan. Melalui konsep Community Based Tourism, setiap individu dalam

GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019) 61


komunitas diarahkan untuk menjadi bagian dalam rantai ekonomi pariwisata, untuk itu
para individu diberi keterampilan untuk mengembangkan small business.
Community Based Tourism (CBT) berkembang dengan pesat karena adanya
pertimbangan bahwa kegiatan pariwisata banyak membawa dampak negatif bagi
masyarakat, antara lain:
1. Merusak sumber daya alam di sekitar masyarakat
2. Adanya pengaruh budaya luar terhadap eksistensi sosial budaya masyarakat
lokal
3. Sangat sedikit manfaat ekonomi yang diterima oleh masyarakat lokal
Anstranddalam Janianton Damanik (2006:84) mendefinisikan Community Based
Tourism (CBT) sebagai pariwisata yang memperhitungkan dan menempatkan
keberlanjutan lingkungan, sosial dan budaya, diatur dan dimiliki oleh komunitas, untuk
komunitas. Anstrand mencoba melihatCommunity Based Tourism (CBT) bukan dari
aspek ekonomi terlebih dahulu melainkan aspek pengembangan kapasitas komunitas
dan lingkungan, sementara aspek ekonomi menjadi ‘induced impact’ dari aspek sosial,
budaya dan lingkungan. Suansri (2003:14) menguatkan definisiCommunity Based
Tourism(CBT) sebagai pariwisata yang memperhitungkan aspek keberlanjutan
lingkungan, sosial dan budaya dalam komunitas.Community Based
Tourism(CBT) merupakan alat  bagi pembangunan komunitas dan konservasi
lingkungan.
Menurut Rocharungsat (2008) terdapat 6 indikator sebagai tolak ukur
kesuksesan dari Community Based Tourism (CBT) yaitu:
1. Melibatkan masyarakat local
2. Manfaat yang didapatkan dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat
3. Manajemen pariwisata yang baik
4. Kemitraan yang kuat baik di dalam maupun di luar
5. Atraksi wisata yang unik
6. Tidak mengabaikan konservasi lingkungan

GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019) 62


Prinsip-Prinsip Pengembangan Pariwisata Berbasis Masyarakat (CBT)
Prinsip dasar Community Based Tourism(CBT) menurut UNEP dan WTO
(2005) sebagai berikut
1) Mengakui, mendukung dan mengembangkan kepemilikan komunitas dalam
industri pariwisata ;
2) Mengikutsertakan anggota komunitas dalam memulai setiap aspek;
3) Mengembangkan kebanggaan komunitas;
4) Mengembangkan kualitas hidup komunitas;
5) Menjamin keberlanjutan lingkungan;
6) Mempertahankan keunikan karakter dan budaya di area lokal ;
7) Membantu berkembangnya pembelajaran tentang  pertukaran budaya  pada
komunitas;
8) Menghargai perbedaan budaya dan  martabat manusia;
9) Mendistribusikan keuntungan secara adil kepada   anggota  komunitas ;
10) Merperan dalam menentukan prosentase pendapatan (pendistribusian
pendapatan)    dalam proyek-proyek yang ada di komunitas.

Menurut Suansri (2003:14) ada beberapa prinsip dari  community based


tourism yang harus dilakukan yaitu sebagai berikut :
1. Mengenali, mendukung, dan mempromosikan kepemilikan masyarakat dalam
pariwisata.
2. Melibatkan anggota masyarakat dari setiap tahap pengembangan pariwisata
dalam berbagai aspeknya.
3. Mempromosikan kebanggaan terhadap komunitas bersangkutan.
4. Meningkatkan kualitas kehidupan.
5. Menjamin keberlanjutan lingkungan.
6. Melindungi ciri khas (keunikan) dan budaya masyarakat lokal.
7. Mengembangkan pembelajaran lintas budaya.
8. Menghormati perbedaan budaya dan martabat manusia.
9. Mendistribusikan keuntungan dan manfaat yang diperoleh secara proporsional
kepada anggota masyarakat.

GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019) 63


10. Memberikan kontribusi dengan presentase tertentu dari pendapatan yang
diperoleh untuk proyek pengembangan masyarakat.
11. Menonjolkan keaslian hubungan masyarakat dengan lingkungannya.

Sementara itu prinsip penyelenggaraan kepariwisataan berdasarkan Undang-


Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009, Bab III pasal 5adalah :
1. Menjunjung tinggi norma agama dan nilai budaya sebagai pengejawantahan dari
konsep hidup dalam keseimbangan hubungan antara manusia dan Tuhan Yang
Maha Esa, hubungan antara manusia dan sesama manusia, dan hubungan antara
manusia dan lingkungan.
2. Menjunjung tinggi hak asasi manusia, keragaman budaya, dan kearifan lokal.
3.  Memberi manfaat untuk kesejateraan rakyat, keadilan, kesetaraan, dan
proposionalitas.
4.  Memelihara kelesatarian alam dan lingkungan hidup.
5. Memberdayakan masyarakat setempat.
6.  Menjamin keterpaduan antarsektor, antar daerah, antara pusat dan daerah dan
daerah yang merupakan satu kesatuan sistemik dalam kerangka otonomi daerah,
serta keterpaduan antar pemangku kepentingan.
7. Mematuhi kode etik kepariwisataan dunia dan kesepakatan internasional dalam
bidang kepariwisataan ;
8. Memperkukuh keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Pariwisata berbasis masyarakat (community bassed tourism) dikembangkan


berdasar prinsipkeseimbangan dan keselarasan antar kepentingan steakeholder
pembangunan pariwisata termasuk pemerintah, swasta, dan masyarakat.Secara ideal
prinsip pembangunan pariwisata berbasis masyarakat menekan pada pembangunan
pariwisata “dari masyarakat, oleh masyarakat, untuk masyarakat”.
Secara garis besar prinsip CBT (community bassed tourism) dapat dibagi
menjadi 3 aspek yaitu berkaitan dengan akses, control dan manfaat pengembangan
pariwisata bagi komunitas. Aspek akses berkaitan dengan kemampuan komunitas
menjangkau /terlibat /bersentuhan dengan pengembangan pariwisata. Akses dapat

GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019) 64


diperoleh komunitas melalui kepemilikan lahan dan adanya usaha kecil yang
dimiliki/dikembangkan komunitas.
Aspek kontrol berkaitan erat dengan keterlibatan komunitas dalam proses
pengambilan keputusan, sebagai indikator adanya kekuasaan dan daya tawar secara
politis pada komunitas. Kontrol atas pengembangan pariwisata dapat dikembangkan
melalaui mekanisme pemeliharaan modal sosial, berperannya lembaga lokal, ketahanan
budaya dan kearifan lokal. Modal sosial adalah sumber daya internal, yang diperkuat
melalaui peran lembaga lokal sebagai simbol kekuasaan. Ketahanan budaya adalah
modal untuk beradaptasi dengan perubahan yang timbul dari kedatangan wisatawan.
Kearifan lokal merupakan instrument komunitas untuk beradaptasi dengan perubahan
namun tetap mempertahankan karakteristik lokal.
Aspek manfaat adalah output yang diharapkan dari pengembangan agrowisata
dimana komunitas yang lebih banyak menerima hasil kedatangan wisatawan. Indikator
manfaat yang dirasakan komunitas adalah partisipasi komunitas dalam lapangan kerja
dan lapangan usaha baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Agar akses dan manfaat
yang diperoleh dari kegiatan agrowisatasustainablekomunitas perlu mengintegrasikan
teknologi dalam kegiatan operasional maupun manajerial usaha.

Permasalahan Yang Ditimbulkan Dalam Penggunaan Prinsip-Prinsip


Pengembangan Pariwisata Berbasis Masyarakat (CBT)
Terkait dengan pengelolaan pariwisata, terkait dengan sejumlah prinsip-prinsip
pengelolaan yang pada dasarnya menekankan pada nilai-nilai kelestarian lingkungan
alam komunitas, dan nilai-nilai sosial yang memungkinkan wisatawan menikmati
kegiatan wisatanya secara bermanfaat bagi kesejahteraan komunitas lokal. Suatu
kegiatan kepariwisataan demikian sangat kompleks, karena bersentuhan dengan
berbagai bidang kehidupan masyarakat. Sebenarnya mengenai pengelolaan
(manajemen) sistem pariwisata memerlukan pembahasan yang komprehensif dan detail.
Dengan adanya sistem pengelolaan yang baik yang mengacu pada prinsip- prinsip
pengelolaan berdasarkan ketentuan yang ada di masing-masing Negara tujuan wisata,
diharapkan kegiatan kepariwisataan dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan
kesejahteraan masyarakat.

GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019) 65


Pengelolaan kepariwisataan melibatkan berbagai pihak, seperti pemerintah
daerah, pihak swasta (pelaku usaha pariwisata) dan masyarakat yang diharapkan ikut
berpartisipasi. Yang dimaksud mengelola menurut ketentuan Pasal 18 Undang-Undang
Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan adalah merencanakan,
mengorganisasikan, dan mengendalikan semua urusan kepariwisataan.
Prinsip-Prinsip Penyelenggaraan Kepariwisataan
Menurut Undang Undang Nomor 10 Tahun 2009 Tentang
KepariwisataanPembangunan Pariwisata Berkelanjutan Sesungguhnya pariwisata
adalah telah lama menjadi perhatian, baik dari segi ekonomi, politik, admisnistrasi
kenegaraan, maupun sosiologi (Suwena & Widyatmaja, 2010). Pariwisata seringkali
dipandang sebagai sektor yang sangat terkemuka dalam ekonomi dunia (Spillane, 1994).
Tidak sedikit Negara-negara di dunia menggantungkan harapan kemjauan di bidang
ekonominya pada sektor pariwisata. Pada kenyataannya, dalam pembangunan ekonomi
suatu Negara, sektor pariwisata telah menjadi perhatian yang sangat serius. Pengelolaan
penyelenggaraan kepariwisataan diarahkan dan direncanakan secara matang, sehingga
betul-betul dapat membawa manfaat tidak saja untuk generasi sekarang, tetapi juga
untuk generasi mendatang.

Kebijakan Yang Telah Dilakukan Mengenai Pengembangan CBT


 Kebijakan Pengembangan Pariwisata
Kebijakan pariwisata merupakan sebuah produk dari proses yang sangat
kompleks dan terkait dengan berbagai aspek. Kompleksitas pariwisata
disebabkan oleh berbagai perubahan besar pada level lokal, nasional dan
internasional. Dalam konteks perubahan besar tersebut lingkungan kebijakan
pada pariwisata menjadi media yang strategis bagi pemerintah untuk
memasarkan potensi wisatanya. Pada kondisi inilah kebijakan pariwisata
menjadi sangat strategis dan penting dalam pengembangan pariwisata.
Pariwisata adalah industri yang multidimensi dan lintas sektoral. Keterlibatan
semua pihak dibutuhkan karena pariwisata bukan sektor yang berdiri sendiri.
Pertimbangan keterkaitan antar sektor dan penanganan pariwisata semakin rumit
dalam pengembangan suatu destinasi yang terpadu.

GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019) 66


Salah satu stakeholders yang memiliki peranan penting adalah
pemahaman baik dari pemerintah dalam merencanakan dan
mengimplementasikan semua perencanaan pariwisata secara konsisten dan
berkelanjutan. Pemerintah tentu akan menaruh perhatian dan memastikan bahwa
pembangunan pariwisata tersebut akan mampu memberikan keuntungan
sekaligus menekan biaya sosial, ekonomi, dan dampak lingkungan. Di sisi lain,
pelaku bisnis yang lebih berorientasi pada keuntungan tentu tidak bisa mengatur
apa yang harus dilakukannya, tetapi pemerintah bisa mengatur apa yang tidak
boleh mereka lakukan melalui kebijakan dan regulasi. Misalnya dengan
menetapkan peraturan tata ruang, perijinan, lisensi, akreditasi, dan perundang-
undangan.
Intervensi pemerintah terhadap pengembangan pariwisata dapat
dilakukan dengan menerapkan beberapa instrumen kebijakan yang dapat
digunakan untuk mengontrol dan memberikan incentive dalam mengembangkan
pariwisata yang berkelanjutan, seperti; aturan pemanfaatan lahan, membatasi
akses wisatawan terhadap daerah-daerah yang rawan terhadap kerusakan,
melindungi budaya lokal, mengarahkan prilaku wisatawan yang berwawasan
lingkungan, pembatasan dalam penggunaan energi, menghemat sumber alam
yang langka, mengurangi polusi dan memeberikan incentive terhadap
pembangunan infrastruktur yang juga bermanafaat bagi host seperti sistem
transportasi, perlindungan terhadap ruang hijau kota dan national park.
 Pemerintah Dan Kebijakan Pariwisata
Kebijakan pariwisata umumnya dipwisatawanng sebagai bagian dari
kebijakan ekonomi. Kebijakan ekonomi berhubungan dengan struktur dan
pertumbuhan ekonomi yang biasanya diwujudkan dalam perencanaan
pariwisata. Beberapa faktor kunci yang menjadi perhatian kebijakan ekonomi
misalnya ketenagakerjaan, investasi dan keuangan, industri, dan perdagangan
(Gee, 2000: 28).
Lebih lanjut Gee (2000:28) menjelaskan bahwa formulasi kebijakan
pariwisata merupakan tanggung jawab penting yang harus dilakukan oleh
pemerintah yang ingin mengembangkan atau mempertahankan pariwisata

GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019) 67


sebagai bagian yang integral dalam perekonomian. Gee (1997: 286) lebih tegas
dijelaskan kebijakan umumnya mengacu pada rencana, keseluruhan tingkat
tinggi yang mencakup tujuan dan prosedur. Untuk itu kebijakan publik,
memperhitungkan hasil akhir yang diinginkan dari pemerintah dan metode untuk
mencapai hasil tersebut. Kebijakan mewujudkan tujuan dan strategi yang telah
diadopsi pemerintah sehubungan dengan pariwisata, pembangunan ekonomi,
pekerjaan, hubungan politik, atau, kombinasi dari ketiganya. Karenanya
keterlibatan sektor public sangat penting dalam penentuan kebijakan pariwisata.
Menurut Gun and Var (2002: 106 ) menyebutkan ruang lingkup
kebijakan pariwisata nasional telah menjadi alat promosi untuk menarik
kunjungan wisatawan. Kebijakan yang dibuat semua untuk usaha peningkatan
citra destinasi wisata. Dalam dekade terakhir kerjasama dan kolaborasi antar
lembaga pemerintah dan swasta semakin kuat. Kebijakan pengembangan
pariwisata perlu dilaksanakan oleh sektor swasta serta sektor publik. Untuk itu
sinergi antara pemerintah, pengusaha dan masyarakat sangat diperlukan dalam
perencanaan dan pengembangan pariwisata.
Pemerintah, swasta, dan masyarakat harus memiliki pilihan untuk
melakukan sesuatu yang konstruktif tentang kebijakan pariwisata. Hal ini
merupakan peluang dan sekaligus kewajiban untuk membuat,
mengimplementasikan dan memelihara dengan baik sebuah kebijakan yang
dibuat. Hal yang paling penting adalah koordinasi dengan sektor swasta dan
pemerintah untuk menghindari kekhawatiran terhadap kesejahteraan publik
(Gun and Var (2002: 117 ). Menurut Richter & Richter (Michael Hall, 2000;25)
hampir secara universal pemerintah di dunia menerima pariwisata yang memiliki
dampak postif, sehingga kebijakan pariwisata di buat untuk memperluas industri
pariwisata.
Salah satu kebijakan yang dapat dilakukan pemerintah adalah
memberikan isentif keuangan untuk menarik investasi masuk. Isentif ini dapat
berupa hibah atau pinjaman yang diberikan untuk proyek-proyek dengan kreteria
tertentu. Menurut Theobald (2005), berbagai insentif yang tersedia di bidang
pariwisata, dan ini mungkin secara luas diklasifikasikan sebagai berikut insentif

GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019) 68


keuangan; pengurangan biaya modal; pengurangan biaya operasi, dan investasi
keamanan.
Menurut Mill and Morrison (dalam Michael Hall, 2000:27) ada lima
bidang utama keterlibatan sektor publik dalam pariwisata yaitu koordinasi,
perencanaan, perundang-undangan dan peraturan, kewirausahaan dan stimulasi.
Koordinasi; pariwisata yang terdiri dari berbagai macam sektor sering
menimbulkan konflik kepentingan, maka koordinasi dalam pemanfaatan sumber
daya sangat penting. Selain itu penyeimbangan berbagai peran dalam proses
pengembangan pariwisata menjadi tanggung jawab pemerintah. Perencanaan;
perencanaan pariwisata terjadi dalam bentuk pengembangan, infrastruktur,
promosi dan pemasaran, struktur (organisasi yang berbeda-beda) dan skala
(internasional, nasional, local dan sektoral). Perencanaan pariwisata harus
berjalan seiring dengan kebijakan pariwisata. Tetapi dalam pembentukan
kebaijakan, perencanaan merupakan proses politik yang hasilnya bisa menjadi
dominasi bagi kepentingan dan nilai berbagai pihak. Peraturan dan perundang-
undangan; pemerintah mempunyai kekuasaan hukum dan perundang-undangan
yang secara langsung maupun tidak langsung berkaitan dengan industry
pariwisata. Keterlibatan pemerintah mulai dari kebijakan paspor dan visa,
pemanfaatan lahan, tenaga kerja, upah dan lainnya. Stimulasi; pemerintah dapat
melakukan stimulasi pariwisata melalui insentif secara financial seperti
pinjaman berbungan rendah (Theobald, 2005). Membiayai penelitian pariwisata,
menstimulasi pariwisata melalui pemasaran, promosi, dan pelayanan pada
pengunjung. Menurut Mildleton (Michael Hall, 2000: 34), pemasaran
merupakan fungsi dominan dalam kebijakan penyelenggaraan pariwisata.
Pariwisata berkelanjutan, pariwisata sex, keselamatan perjalanan, pariwisata
kesehatan merupakan beberapa faktor yang melibatkan peraturan, perencanaan,
kebijakan publik yang terkait dengan pariwisata. Masalah Pariwisata berkelanjutan
menjadi suatu kebijakan yang terus akan berkembang searah dengan peningkatan
dampak dari pariwisata dunia masa depan akibat pembangunan fasilitas dan
tekanan fisik lingkungan (Edgell, Allen, Smith and Swansonz, 2008; 69, 332).

GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019) 69


Dijelaskan pula bahwa pariwisata berkelanjutan akan tetap menjadi isu perencanaan
dan kebijakan pada tingkat internasional, regional dan nasional.
 Pengembangan Pariwisata Sebagai Kebijakan Publik
Sebelum berbicara tentang kebijakan pariwisata, maka akan dibahas terlenih
dahulu kebijakan publik. Definisi yang menjelaskan mengenai kebijakan sampai
saat ini sangat beragam. Istilah kebijakan seringkali diartikan dengan keputusan
pemerintah karena hanya pemerintahlah yang memiliki kewenangan dan
kekuasaan untuk menagrahkan masyarakat dan bertanggung jawab melayani
kepentingan umum. Carl F 1969 (dalam Agustino, 2008) menjelaskan bahwa
kebijakan merupakan serangkaian kegiatan/tindakan yang diusulkan seseorang,
kelompok atau pemerintah agar dapat mencapai tujuan yang dimaksud.
Sedangkan Dye (1978, seperti dikutip oleh Abidin, 2002:20) menyebutkan
kebijakan adalah sebuah pilihan dari pemerintah untuk melakukan atau tidak
melakukan sesuatu. Ahli lain Gerston (1992 dalam Bram Sarjana, 2006: 12:5)
menjelaskan kebijakan publik sebagai “ attempts to resolve public issue,
questions that most people believe should be decided by officials at the
appropriate level of government national, state or local. Dari pernyataan ini
menunjukkan bahwa kebijakan adalah upaya yang diputuskan oleh pejabat
pemerintah pada setiap tingkatan pemerintahan untuk memecahkan masalah
masyarakat.
Kebijakan mencakup keterkaitan antara kehendak, tindakan, dan hasil. Pada
kehendak, kebijakan terefleksikan pada sikap pemerintah. Pada tingkat tindakan,
kebijakan terefleksikan pada perilaku pemerintah, dan pada level hasil yaitu
yang benar-benar dilakukan pemerintah (Heywood, 1997:382). Pada defenisi
lain kebijakan juga dimaknai sebagai satu manifestasi dari penilaian yang penuh
pertimbangan, sehingga dapat dijadikan basis penyusunan basis rasional untuk
melakukan atau tidak melakukan suatu tindakan (Parson, 2001:15).
Kebijakan dapat dikatakan berhasil dengan baik ditentukan oleh
sumberdaya manusia, institusi, dan organisasi yang memiliki kemampuan untuk
melakukan rekayasa ulang. Menurut Person (1995), dalam model proses suatu
penetapan kebijakan dapat dikaji dari input dan output. Faktor-faktor input terdiri

GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019) 70


dari persepsi, organisasi, tuntutan, dukungan dan keluhan. Unsur kebijakan antara
lain adalah regulasi, distribusi, redistribusi, kapitalisasi dan nilai-nilai etika.
Outputnya antara lain adalah aplikasi, penegakan hukum, interpretasi, evaluasi,
legitimasi, modifikasi, penyesuaian, dan penarikan diri atau pengingkaran.
Analisis kebijakan publik berdasarkan kajian kebijakannya dapat
dibedakan antara analisis kebijakan sebelum adanya kebijakan publik tertentu dan
sesudah adanya kebijakan publik tertentu. Analisis kebijakan sebelum adanya
kebijakan publik berpijak pada permasalahan publik semata sehingga hasilnya
benar-benar sebuah rekomendasi kebijakan publik yang baru. Keduanya baik
analisis kebijakan sebelum maupun sesudah adanya kebijakan mempunyai tujuan
yang sama yakni memberikan rekomendasi kebijakan kepada penentu kebijakan
agar didapat kebijakan yang lebih berkualitas (Dunn: 2003).
Dalam melakukan analisis kebijakan, perlu kiranya dipahami lingkungan
kebijakan. Lingkungan kebijakan merupakan konteks spesifik di mana peristiwa-
peristiwa di sekitar isu-isu kebijakan terjadi (Dunn, 2003:133). Proses perumusan
kebijakan dapat dipwisatawanng sebagai sebuah hubungan antarorganisasi
(interorganizational relations) (Evan1980 (dalam Abidin 2002:158). Lebih lanjut
dijelaskan bahwa intansi pemerintah merupakan suatu organisasi yang berada
dalam lingkup wawasan yang lebih luas, dan merupakan salah satu elemen dari
sistem nasional dan internasional.

Beberapa Hal Yang Pelu Diperhatikan Dalam Pelaksanaan CBT


Agar pelaksanaan CBT dapat berhasil, maka terdapat elemen-elemen yang harus
diperhatikan, yaitu :
1. Sumber daya alam dan budaya
a) Sumber daya alam terjaga dengan baik
b) Ekonomi lokal dan moda produksi tergantung keberlanjutan penggunaan
sumber daya
c) Kebudayaan yang unik sebagai tujuan
2. Organisasi-organisasi masyarakat
a) Masyarakat berbagi kesadaran, norma dan ideologi

GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019) 71


b) Masyarakat memiliki tokoh yang dituakan yang mengerti akan tradisi lokal
dan pengetahuan serta kebijakan setempat
c) Masyarakat memiliki rasa saling memiliki dan ikut berpartisipasi dalam
pembangunan yang dilakukan oleh mereka sendiri
3. Manajemen
a) Masyarakat memiliki memilikiaturan dan peraturan untuklingkungan,
budaya, dan manajemenpariwisata
b) Organisasi lokal atau mekanisme yang ada untuk mengelola pariwisata
dengan kemampuan untuk menghubungkan pariwisata dan pengembangan
masyarakat
c) Keuntungan didistribusikan secara adil bagi masyarakat
d) Keuntungan dari pariwisata memberikan kontribusi terhadapdana
masyarakat untukpembangunan ekonomi dansosial masyarakat
4. Pembelajaran (learning)
a) Membina proses belajar bersamaantara tuan rumah dan tamu
b) Mendidik dan membangunpemahaman tentang budayadan cara hidupyang
beragam
c) Meningkatkan kesadaran konservasi alam dan budaya di kalangan
wisatawan dan masyarakat setempat

GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019) 72


BAB 8 KEPARIWISATAAN SUMATERA UTARA

Sumatera Utara
Sumatera Utara adalah sebuah provinsi di Indonesia yang terletak di bagian Utara
Pulau Sumatra. Provinsi ini berada di Kota Medan, dengan luas wilayah 72.981,23 km2.
Sumatra Utara merupakan provinsi dengan jumlah penduduk terbesar keempat di
Indonesia, setelah provinsi Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah. Pada
tahun 2020 penduduk Sumatra Utara berjumlah 15.136.522 jiwa, dengan kepadatan
penduduk 207,40 jiwa/km².
Provinsi Sumatra Utara terletak pada 1° - 4° Lintang Utara dan 98° - 100° Bujur
Timur, Luas daratan Provinsi Sumatra Utara 72.981,23 km².
Sumatra Utara pada dasarnya dapat dibagi atas:
 Pesisir Timur
 Pegunungan Bukit Barisan
 Pesisir Barat
 Kepulauan Nias

Batas wilayah provinsi Sumatera Utara adalah :

Utara Provinsi Aceh dan Selat Malaka


Timur Selat Malaka
Selatan Provinsi Riau,
GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI ABarat,
Provinsi Sumatra 2019)
dan Samudera Indonesia 73
Barat Provinsi Aceh dan Samudera Indonesia
Potensi Pariwisata
Potensi Pariwisata adalah kemampuan, kesanggupan, kekuatan, dan daya untuk
mengembangkan segala sesuatu yang berhubungan dengan perjalanan, pelancongan,
atau kegiatan pariwisata lainnya dalam hal ini pengembangan produk objek dan daya
tarik wisata.Kepariwisataan mengandung potensi untuk dikembangkan menjadi atraksi
wisata. Maka untuk menemukan potensi kepariwisataan di suatu daerah, orang harus
berpedoman kepada apa yang dicari oleh wisatawan. Menurut, Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 disebutkan bahwa kepariwisataan
merupakan bagian integral dari pembangunan nasional yang dilakukan secara
sistematis, terencana, terpadu, berkelanjutan, bertanggung jawab dengan tetap
memberikan perlindungan terhadap nilai-nilai agama, budaya yang hidup dalam
masyarakat, kelestrarian dan mutu lingkungan hidup, serta kepentingan nasional.

GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019) 74


Potensi Wisata Yang Dimiliki Oleh Wilayah Sumatera Utara
Sumatera Utara merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang dikenal dengan
banyaknya objek wisata yang tersebar di banyak kota dan kabupatennya. Pariwisata
dapat membawa dampak besar terhadap peningkatan perekonomian suatu daerah,
karena itu banyak upaya yang harus dilakukan untuk meningkatkan daya tarik dari suatu
tempat wisata.Baik pembangunan infrastruktur, guna mendukung potensi pariwisata
fasilitas hiburan dan berbagai fasilitas lainnya yang dapat menunjang kemajuan industri
pariwisata.

Potensi Alam
Kondisi geografis Pulau Sumatera yang dikelilingi perairan tentunya menjadi
nilai tambah tersendiri bagi pulau ini.Terdapat banyak pantai indah yang berderet di
sepanjang garis pantai Pulau Sumatera.Pulau Sumatera juga memiliki banyak sekali
gugusan pulau-pulau kecil. Masih banyak dari pulau-pulau kecil ini yang belum
tersentuh oleh industri pariwisata sehingga jika Anda memiliki jiwa petualang yang
tinggi, menjelajahi pulau-pulau yang menjadi pembatas dengan negara-negara tetangga
ini akan sangat menguji adrenalin, Salah satunya adalah Pulau Samosir di Provinsi
Sumatera Utara. Sangat unik karena Pulau Samosir ini berada di tengah Danau.

Danau Toba yang merupakan Danau terluas di Indonesia. Di tengahnya, Anda


akan terkagum-kagum dengan keberadaan Pulau Samosir. Pulau ini merupakan pulau
vulkanik dengan ketinggian 1.000 meter di atas permukaan laut. Dari Parapat, kita bisa
menaiki kapal ferri menyeberangi danau menuju ke Pulau Samosir. Atau dapat memilih
jalur darat melalui Pangururan.Suasana asri dan udara yang sangat sejuk masih
dapatditemui.Di wilayah tengah provinsinya berjajar Pegunungan Bukit Barisan.Di

GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019) 75


pegunungan ini terdapat beberapa wilayah yang menjadi kantong-kantong
konsentrasi penduduk.Daerah di sekitar Danau Toba dan Pulau Samosir, merupakan
daerah padat penduduk yang menggantungkan hidupnya pada kawasan danau toba.

Di Sumatera Utara saat ini terdapat dua taman nasional, yakni Taman Nasional
Gunung Leuser dan Taman Nasional Batang Gadis. Menurut Keputusan Menteri
Kehutanan, Nomor 44 Tahun 2005, luas hutan di Sumatra Utara saat ini 3.742.120
hektare (ha). Yang terdiri dari Kawasan Suaka Alam/Kawasan Pelestarian Alam seluas
477.070 ha, Hutan Lindung 1.297.330 ha, Hutan Produksi Terbatas 879.270 ha, Hutan
Produksi Tetap 1.035.690 ha dan Hutan Produksi yang dapat dikonversi seluas 52.760
ha.

Potensi Kebudayaan
Provinsi Sumatera Utara merupakan salah satu bagian wilayah Indonesia yang
memiliki kawasan cukup luas dengan berbagai kebudayaan khasnya, salah satunya ada
rumah adat, monument, ataupun kesenian yang berada di sumut.

 Rumah adat provinsi Sumatera Utara menjadi ciri khas kecantikan budaya
bangsa kita, terdiri dari berbagai budaya bangsa yang semakin mewarnai
keindahan Nusantara, termasuk kebudayaan di Sumatera Utara. Seperti pada
rumah adat bolon yang terletak di daerah batak toba yang dijadikan lokasi
pertemuan suatu keluarga besar dimana bentuk dari rumah adat ini berbentuk
seperti panggung dengan ruang bagian atas sebagai tempat tinggal bersama dan
tempat tidur yang didesain lebih tinggi dari posisi dapur.

GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019) 76


 Museum batak balige didirikan sebagai dedikasi untuk pelestarian nilai budaya
penduduk asli Sumatera Utara yaitu Suku Batak.Museum ini menyimpan sejarah
dan budaya Suku Batak dengan lengkap seperti artefak ataupun naskah kuno
batak. Tidak ada salahnya museum batak balige dijadikan sebagai tujuan wisata
karena dapat menambah ilmu serta pengalaman kita mengenai sejarah suku
batak.

 Tarian tradisional pada daerah sumatera utara memiliki berbagai macam tarian
salah satunya tari serampang dua belas tarian khas yang berasal dari suku
melayu-deli. Tarian dengan gerakan tercepat dan ragam gerak tarinya sebanyak
12 dan tari serampang dua belas merupakan tarian yang berkisah mengenai 2
anak manusia yang saling jatuh cinta sejak pandangan pertama.

 Senjata tradisional sumatera utara yang dikenal dengan nama Piso Surut. Jika
dilihat dari bentuk dan rupanya mirip dengan sebuah pisau belati yang biasa

GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019) 77


ditemui. Piso Surut menjadi senjata khas daerah Tanah Karo Sumatera Utara.
Selain Piso Surut, ada juga Piso Gajah dompak yang berupa sebilah keris
panjang yang unik dan khas serta merupakan lambang penting dari pemerintahan
Raja Singamaraja yang hanya boleh digunakan oleh Sang Raja.

2.3.3 Potensi Manusia


Sumber daya manusia sangat menentukan eksistensi pariwisata. Sebagai salah satu
industri jasa, sikap dan kemampuan staffakan berdampak krusial terhadap bagaimana
pelayanan pariwisata diberikan kepada wisatawan yang secara langsung akan
berdampak pada kenyamanan, kepuasan, dan kesan atas kegiatan wisata yang
dilakukannya. Pemerintah provinsi sumatera utara ingin meningkatkan kunjungan
wisatawan pada suatu daerah pariwisata dengan caramelakukan peningkatan Sumber
Daya Manusia sebagai pelaku pariwisata dengan cara memberikan pendidikan
kepariwisataan kepada masyarakat sekitar maupun pendidikan kepada para pelajar.
Sehingga jiwa entrepreneur atau jiwa mandiri dari anak-anak yang sekolah itu akan
lebih banyak lagi.

GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019) 78


Permasalahan Pariwisata Sumatera Utara
Wilayah sumatera utara merupakan provinsi yang mempunyai daya tarik yang
dapat menarik wisatawan lokal daan manca negara tapi sayangnya terdapat beberapa
masalah karena tidak terkelola dengan baik seperti :
1. Faktor sarana dan prasarana yang masih kurang.
2. Adanya pengutipan ilegal di dekat destinasi pariwisata.
3. Adanya sikap yang kurang baik dari masyarakat sekitar yang membuat para
wisatawan merasa tidak nyaman.
4. Keinginan pihak pemerintah untuk membangun industri pariwisata masih
rendah.
5.  Kurang terawat lokasi destinasi di berbagai tempat di lokasi wisata.
6.  Akses yang kurang menjadi satu dari sekian banyak hal yang menghambat
perkembangan wisata.
7. Degradasi alam dan lingkungan hidup yang terus terjadi diseputaran danau toba
mengakibatkan kerusakan hutan yang parah dan tercemarnya kualitas air danau
toba.
8. Tingkat promosi pariwisata di sumatera utara yang rendah.

Jika permasalahan-permasalahan ini terus terjadi maka dapat menimbulkan


penurunan bagi wisatawan yang akan datang ke sumatera utara, maka untuk mencegah
penurunan itu maka pemerintah harus bertindak cepat untuk mencari solusi seperti :
1. Meningkatkan infrastruktur serta juga sarana dan prasarana seperti akses jalan
dan internet agar wisatawan merasa nyaman.
2. Pemerintah harus benar-benar mempunyai niat dalam membangun industri
pariwisata agar semua terkontrol dengan benar.
3. Pada pihak yang bertanggung jawab atas tempat pariwisata harus dapat menjaga
dan merawat tempat pariwisata.

GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019) 79


4. Mensosialisasikan pada masyarakat akan pentingnya berkomunikasi dengan baik
pada wisatawan.
5. Memberi sanksi bagi para orang yang melakukan PUNGLI atau pungutan liar
yang mana ini ilegal dan membuat para wisatawan tak nyaman.

Pariwisata yang terdapat di Sumtera Utara


A. Destinasi wisata sejarah
Wisata sejarah (historic tourism) merupakan salah satu bentuk wisata budaya
namun yang membedakannya wisata sejarah untuk mengetahui tempat bersejarah
seperti monumen-monumen peninggalan para pejuang atau kerajaan atau lainnya.
Contoh destinasi wisata sejarah yang ada di sumatera utara yaitu sebagai berikut :

 Istana maimun
Istana Maimun merupakan salah satu tujuan wisata sejarah di Kota Medan yang
masih ada.Tempat untuk mengenal Istana yang dibangun di jaman Kesultanan
Deli ketika mencapai puncak kejayaan saat berada di bawa kepemimpinan Sultan
Makmun Al Rasyid Perkasa Alamsyah.Pada masa itu pula, tepatnya di tahun 1888
Istana Maimun dibangun.Istana Maimun saat ini telah menjadi destinasi wisata,
baik bagi wisatawan lokal maupun luar negeri.

 Rumah Tjong A Fie


Bangunan kediaman Tjong A Fie berada di Jalan Ahmad Yani, Kesawan,
Medan, yang didirikan pada tahun 1900, saat ini dijadikan sebagai Tjong A Fie

GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019) 80


Memorial Institute dan dikenal juga dengan nama Rumah Tjong A Fie. Rumah ini
dibuka untuk umum pada 18 Juni 2009 untuk memperingati ulang tahun Tjong A
Fie yang ke-150. Rumah ini merupakan bangunan yang didesain dengan
gaya arsitektur Tionghoa, Eropa, Melayu dan art-deco dan menjadi objek wisata
bersejarah di Medan. Para pengunjung bisa mengetahui sejarah kehidupan Tjong A
Fie lewat foto-foto, lukisan serta perabotan rumah yang digunakan oleh
keluarganya serta mempelajari budaya Melayu-Tionghoa

 Makam Raja Sidabutar


Kabupaten samosir  dikenal dengan banyaknya bukti peninggala nsejarah,
salah satunya terdapat di desa ambarita kecamatan simanindo, kab.samosir,
Provinsi sumatera utara, yaitu kuburan batu raja sidabutar. Makam raja sidabutar
berada di Tomok,makam yang terbuat dari batu utuh tanpa persambungan yang
dipahat untuk tempat peristirahatan raja sidabutar pengusa kawasan Tomok pada
masa itu.

GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019) 81


B. Destinasi wisata budaya
Wisata budaya (cultural tourism) merupakan kegiatan perjalanan yang dilakukan
oleh seseorang atau kelompok dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan
rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari daya tarik budaya dengan
memanfaatkan potensi budaya dari tempat yang dikunjungi tersebut.Contoh destinasi
wisata budaya yang ada di sumatera utara yaitu sebagai berikut :

 Candi Bahal
Candi Bahal berlokasi di Desa Bahal, Kecamatan Padang Bolak, Kabupaten
Tapanuli Selatan, Sumatera Utara.Candi ini merupakan kompleks candi yang
terluas di provinsi Sumatra Utara, karena arealnya melingkupi kompleks Candi
Bahal I, Bahal II dan Bahal III.Seluruh bangunan di ketiga kompleks candi dibuat
dari bata merah, kecuali arca-arcanya yang terbuat dari batu keras.Masing-masing
kompleks candi dikelilingi oleh pagar setinggi dan setebal sekitar 1 m yang juga
terbuat dari susunan bata merah. Di sisi timur terdapat gerbang yang menjorok
keluar dan di kanan-kirinya diapit oleh dinding setinggi sekitar 60 cm. Di setiap
kompleks candi terdapat bangunan utama yang terletak di tengah halaman dengan
pintu masuk tepat menghadap ke gerbang

GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019) 82


 Taman Alam Lumbini
Pagoda Taman Alam Lumbini merupakan replica dari Pagoda Shwedagon yang
berada di Burma, Myanmar.Bangunan ini dilapisi oleh cat berwarna emas dan
memiliki pintu dengan desain etnik asli Myanmar.Bila tidak ada kegiatan ibadah,
para wisatawan dapat berkunjung dan berkeliling di sekitar pagoda yang memiliki
lahan seluas 3.000 hektar. Ketinggiannya mencapai 46,8 meter dengan panjang dan
lebar sekitar 68 meter menambah keindahan bagi wisatawan yang ingin berkunjung.

C. Destinasi wisata alam


Wisata alam merupakan egiatan perjalanan yang dilakukan secara sukarela serta
bersifat sementara untuk menikmati gejala keunikan dan keindahan alam di kawasan

GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019) 83


suaka margasatwa, taman nasional, taman hutan raya, dan taman wisata alam.Contoh
destinasi wisata alam yang ada di sumatera utara yaitu sebagai berikut :

 Danau Aek Natonang


Danau Aek Natonang terletak di Desa Tanjungan, Kecamatan Simanindo, Pulau
Samosir, Sumatra Utara. Kalau Pulau Samosir dikatakan sebagai "pulau di atas
pulau", Danau Aek Natonang yang berada di Pulau Samosir ini bisa dikatakan
sebagai "danau di atas danau" (di atas Danau Toba).Aksesibilitas ke danau seluas
105 hektare ini sudah diperbaharui, jalanan beraspal bagus, hanya saja minimnya
sarana prasarana pendukung, membuat Danau Aek Natonang tidak mendapat
kunjungan wisatawan dan direncanakan sebagai areal Hutan Wisata.

 Air Terjun Simangande


Air Terjun Simangande memiliki panjang 500 meter dan berasal dari mata air di
Barisan Bukit Dolok Simangande.  Airnya akan sangat deras jika memasuki musim
hujan, tetapi akan berkurang pada musim kemarau. Dan uniknya Air terjun ini
berbentuk seperti hati atau masyrakat kaum muda menyebut nama air terjun ini
dengan nama air terjun cinta

GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019) 84


D. Destinasi wisata buatan.
Wisata buatan adalah wisata yang dibuat secara sengaja atau destinasi wisata yang
dibuat oleh manusia.Contoh destinasi wisata buatan yang ada di sumatera utara yaitu
sebagai berikut :

 Rahmat international wildlife museum & gallery


“Rahmat” International Wildlife Museum & Gallery adalah lembaga konservasi
& sarana hiburan yang sehat, layak, mendidik dan terjangkau. “Rahmat” Museum
& Gallery ini memiliki koleksi ±2600 spesies yang berasal dari :

1. Perburuan legal dengan konsep “Konservasi dengan Pemanfaatan” yang telah di


lakukan oleh hampir seluruh negara, untuk mencegah kepunahan dan menambah
populasi satwa liar dan lingkungannya.
2. Hewan yang mati di berbagai taman hewan dan kebun binatang.
3. Pemberian dari teman-teman & sumbangan dari berbagai kalangan
4. Serta pembelian secara legal dari berbagai negara.

GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019) 85


 Hillpark Sibolangit
Hillpark Sibolangit adalah sebuah taman bermain dan rekreasi yang terletak di
Jalan Jamin Ginting, Km 45, Sibolangit dan diklaim sebagai Dufan-nya Sumatera
Utara. Namun, bedanya Hillpark tidak seluas Dunia Fantasi. Bangunan utama
Hillpark dirancang dengan desain kastil dan menjadi ciri khasnya taman hiburan
ini.Terdapat berbagai wahana yang tersedia di sini.Mulai dari wahana permainan
yang menguji keterampilan serta wahana memacu adrenalin, baik untuk anak-anak
dan maupun orang dewasa.

GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019) 86


BAB 9MENSINTESIS KEPARIWISATAAN DUNIA

A. Pengertian Pariwisata

Pengertian pariwisata secara sederhana adalah sebuah kegiatan bepergian yang


dilakukan dengan tujuan rekreasi dan bersenang senang menikmati daerah-daerah yang
menjadi tujuannya. Meskipun demikian, banyak ahli yang mencoba untuk memberikan
definisi dan pengertian terhadap konsep pariwisata secara lebih beragam. Pendit (2003:
20), mendefinisikan Pariwisata sebagai suatu proses kepergian sementara dari seseorang
atau lebih menuju tempat lain di luar tempat tinggalnya. Dorongan kepergiannya adalah
karena berbagai kepentingan, baik karena kepentingan ekonomi, sosial, kebudayaan,
politik, agama, kesehatan maupun kepentingan lain seperti karena sekedar ingin tahu,
menambah pengalaman ataupun untuk belajar.

Pariwisata sering dianggap sebagai gejala baru dalam hubungan internasional


terutama

GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019) 87


setelah berakhinya Perang Dunia II dan terlebih lagi Perang Dingin berakhir
pada dekade 90-an. Pada masa itu, pariwisata menjadi fenomena yang mengglobal,
tidak hanya menjadi kebutuhan bagi negara negara maju, tetapi juga masyarakat di
negara berkembang.

Menurut beberapa para ahli, pariwista dimulai sejak dimulainya peradaban


manusia itu sendiri dengan ditandai adanya pergerakan penduduk yang melakukan
ziarah dan perjalanan agama lainnya, serta perjalanan keingintahuaan, perasaan takut,
gila kehormatan dan kekuasaan sehingga membuat mereka melakukan suatu perjalanan.

B. Sejarah dan perkembangan Pariwisata

1. Sebelum Jaman Modern (Sebelum Tahun 1920)

Adanya perjalanan pertama kali dilakukan oleh bangsa-bangsa primitif dari satu tempat
ke tempat lain dengan tujuan untuk kelangsungan hidup seperti bercocok tanam dan
berburu. Tahun 400 sebelum masehi mulai dianggap modern karena sudah mulai ada
perjalanan oleh bangsa Sumeria dimana saat itu juga mulai ditemukan huruf, roda, dan
fungsi uang dalam perdangangan. Perjalanan wisata pertama kali dilakukan oleh bangsa
Phoenesia dan Polynesia untuk tujuan perdagangan. Kemudian Perjalanan wisata untuk
bersenang-senang pertama kali dilakukan oleh Bangsa Romawi pada abad I sampai
abad V yang umumnya tujuan mereka bukan untuk kegiatan rekreasi seperti pengertian
wisata dewasa ini, tetapi kegiatan mereka lebih ditujukan untuk menambah pengetahuan
cara hidup, sistem politik, dan ekonomi. Kemudian pada tahun 1760-1850 terjadinya
revolusi industri sehingga mengakibatkan perubahan dalam kehidupan masyarakat,
antara lain :

• Dalam struktur masyarakat dan ekonomi Eropa terjadi pertambahan penduduk,

urbanisasi, timbulnya usaha-usaha yang berkaitan dengan pariwisata di kota-kota

industri, lapangan kerja meluas ke bidang industri, pergeseran penanaman modal dari

sektor pertanian ke usaha perantara seperti bank, termasuk perdangan internasional.


Hal-hal inilah yang menciptakan pasar wisata.

GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019) 88


• Meningkatnya teknologi transportasi/sarana angkutan.

• Munculnya agen perjalanan. Biro perjalanan pertama kali di dunia adalah


Thomas Cook & Son Ltd. Tahun 1840 (Inggris) & American Express Company Tahun
1841 (Amerika Serikat).

• Bangkitnya industri perhotelan. Perkembangan sistem transportasi juga


mendorong

munculnya akomodasi (hotel) baik di stasiun-stasiun kereta api maupun di daerah tujuan
wisata. Disamping akomodasi, banyak pula restoran dan bar serta sejenisnya, seperti
kedai kopi dan teh yang timbul akibat urbanisasi.

• Munculnya literatur-literatur mengenai usaha kepariwisataan, antara lain :


“Guide du

Hotels to France” oleh Michelui (1900) dan “Guide to Hotels“ oleh Automobile

Association (1901).

• Berkembangnya daerah-daerah wisata di negara Mesir, Italia, Yunani, dan


Amerika.

Perjalanan tersebut diatur dan dikoordinasikan oleh Thomas Cook & Son Ltd. pada

sekitar permulaan abad ke 19, yaitu tahun 1861.

2. Pariwisata Di Dunia Modern

Pada abad modern ini, kehidupan manusia tidak dapat dilepaskan dari pariwisata. Ia

menjadi kebutuhan sehari hari masyarakat. Banyak pemahaman mengenai era modern
ini.

Ada yang mengatakan bahwa era modern adalah era setelah abad pencerahan sekitas
abad ke 15. Namun adapula yang mengkaitkan era modern sebagai era setelah Perang
Dunia. Dalam kaitan dengan dunia pariwisata, yang dimaksud dengan dunia modern
adalah sesudah tahun 1919. Dimana hal ini ditandai dengan pemakaian angkutan mobil
untuk kepentingan perjalanan pribadi sesudah perang dunia I (1914- 1918).

GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019) 89


Perang dunia I ini memberi pengalaman kepada orang untuk mengenal negara
lain sehingga membangkitkan minat berwisata ke negara lain. Sehingga dengan adanya
kesempatan berwisata ke negara lain maka berkembang pula arti pariwisata
internasional sebagai salah satu alat untuk mencapai perdamaian dunia, dan
berkembangnya penggunaan sarana angkutan dari penggunaan mobil pribadi ke
penggunaan pesawat terbang berkecepatan suara.

Pada tahun 1914, perusahaan kereta api di Inggris mengalami keruntuhan dalam
keuangan sehingga diambillah kebijaksanaan sebagai berikut ini : “Kereta api yang
bermesin uap diganti menjadi mesin diesel dan mesin bertenaga listrik serta
Pengurangan jalur kererta api yang kurang menguntungkan”. Pada masa ini pula timbul
sarana angkutan berteknologi tinggi, seperti mobil dan pesawat sebagai sarana
transportasi wisata yang lebih nyaman serta lebih cepat.

3. Perkembangan Sarana Angkutan Di Abad XX

Salah satu penyebab maraknya pariwisata adalah ketersediaan sarana demi


terlaksananya kegiatan pariwisata itu. Salah satu diantaranya adalah sarana transportasi.
Pada abad ke 20 ini, sarana transportasi mengalami revolusi dengan digunakannya
mesin mesin penggerak sarana transportasi baik darat, laut maupun udara. Penemuan
teknologi transportasi tersebut memungkinan perpindahan manusia dari satu tempat ke
tempat yang lain menjadi sangat mudah dan sangat cepat. Teknologi, terutama teknologi
permesinan menjadi kunci perpindahan seseorang dari satu tempat ke tempat lain.

Pertama, adalah kecenderungan Motorisasi. Motor merupakan sarana angkutan


yang berkekuatan motor tenaga listrik sebagai pengganti mesin bertenaga uap. Akibat
dari motorisasi ini adalah galaknya wisata domestik, tumbuhnya penginapan-
penginapan di sepanjang jalan raya, munculnya pengusaha-pengusaha bus wisata
(coach) tahun 1920, dan munculnya undang undang lalu lintas di Inggris tahun 1924-
1930.

Kedua, penemuan pesawat udara untuk kebutuhan sipil. Sebelum perang dunia II
pesawat udara dipakai hanya untuk kepentingan komersial, seperti pengangkutan surat-
surat pos, paket-paket, dan lain-lain. Tetapi sejak tahun 1963 mulai diperkenalkan paket

GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019) 90


perjalanan wisata dengan menggunkan pesawat terbang, seperti pesawat supersonik dan
concorde dimana perjalanan dapat ditempuh dengan nyaman dan waktu yang relatif
singkat.

Ketiga, Munculnya agen perjalanan, agen perjalanan umum, dan industri


akomodasi. Hal ini banyak disebabkan karena meningkatnya pendapatan per kapita
penduduk terutama di negara-negara maju, seperti Eropa, Amerika, Jepang, dan negara
lainnya; dan naiknya tingkat pendidikan masyarakat yang mempengaruhi rasa ingin tahu
terhadap negara-negara luar.

Berdasarkan data diatas, kepariwisataan di dunia sudah dimulai sejak jaman


primitif yaitu dilakukan oleh bangsa primitif dengan melakukan perjalanan dari satu
tempat ke tempat lain untuk kelangsungan hidup. Lalu pariwisata dilakukan oleh bangsa
Phoenesia dan Polynesia dengan tujuan untuk perdagangan. Setelah itu Bangsa Romawi
melakukan perjalanan dengan tujuan untuk pengetahuan cara hidup, sistem politik, dan
ekonomi. Dan mulai setelah perang dunia ke 1 pariwisata dilakukan untuk rekreasi.
Pada intinya kepariwisatan tidak hanya mempunyai tujuan untuk rekreasi ,tetapi
ternyata mempunyai maksud dan tujuan tertentu.

Perkembangan pariwisata tidak bisa kita lepaskan dari proses globalisasi. Globalisasi

secara sederhana dapat dimaknai sebagai perubahan yang terjadi disuatu tempat
akan segera diketahui oleh pihak ditempat lain di seluruh dunia. Tentu saja hal ini
memerlukan media atau perantara yaitu sarana teknologi komunikasi. Menurut
Prihastuti, globalisasi adalah keterkaitan ketergantungan antar bangsa dan antar manusia
di seluruh dunia melalui perdagangan, investasi, perjalanan, budaya populer, dan
bentuk-bentuk interaksi yang lain sehingga suatu batas-batas suatu negara menjadi bias.

Adapun faktor-faktor yang mendorong terjadinya globalisasi adalah sebagai


berikut : Pertama, kebijakan negara untuk berhubungan dan menjalin kerja sama dengan
negara

lain. Hal ini adalah sebuah kebutuhan pokok dan mendasar bagi sebuah bangsa untuk
menjalin hubungan dengan negara yang lain mengingat tidak ada satupunnegara di
dunia yang mampu mencukupi kebutuhan sendiri.

GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019) 91


Kedua, adalah system ekonomi internasional. Sistem ekonomi internasional
yang berkembang diseluruh dunia saat ini adalah system ekonomi liberal sebagaimana
diatur oleh lembaga lembaga ekonomi internasional seperti International Monetary
Fund, World Bank, World Trade Organization daln lain lain yang mendasarkan pada
prinsip ekonomi liberal. Liberalisme ekonomi ini pada akhirnya menuntut sebuah
system tunggal yang terintegrasi satu sama lain. Sistem inilah yang mengharuskan
pemberlakuan aturan yang sama di seluruh dunia (global)

Ketiga, adalah proses perpindahan penduduk atau migrasi. Kecenderungan manusia

untuk menemukan kehidupan yang lebih baik, memaksanya untuk meninggalkan tempat

tinggalnya atau negaranya untuk waktu yang sebentar maupun jangka waktu yang lama.
Pada masa dahulu perpindahan penduduk adalah akibat dari bencana perang. Namun
kini

perpindahan penduduk lebih bersifat ekonomi dan sosial yang menyangkut masalah
pekerjaan, bisnis, belajar atau rekreatif.

Keempat, adalah kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Ini adalah gejala yang

sangat fenomenal. Teknologi telah membawa percepatan arus informasi yang


luar biasa. Dua bidang teknologi yang berkembang disini adalah teknologi transportasi
dan teknologi

informasi. Teknologi transportasi berperan besar dalam membantu proses


perpindahan manusia (migrasi) dan barang (expedisi). Dengan dikembangkannya
pesawat udara dan kapal laut yang melayani biaya murah (low cost carrier)
memungkinakna semua lapisan masyarakat bepergian kemana ia suka. Penerbangan
murah ini menarik perhatian warga masyarakat untuk melakukan kegiatan yang bersifat
sosial, bisnis, maupun rekreatif.

Selanjutnya adalah perkembangan teknologi informasi. Semenjak ditemukannya


teknologi perangkat teknologi computer, segala pekerjaan manusia menjadi mudah.
Ketika

GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019) 92


computer bersimbiose dengan perangkat lunak system jaringan, maka berkembanglah
dunia internet. Internet inilah yang nantinya menciptakan berbagai media sosial yang
memungkinakn interaksi manusia menjadi sangat cepat, sangat mudah dan sangat
murah.

Munculnya globalisasi, tak dapat dielakkan, akan berdampak pada dunia pariwisata.

Pertama, globalisasi informasi akan memungkinkan masyarakat mengetahui apa


yang terjadi di negara yang lain. Kaitannya dengan pariwisata adalah, masyarakat
menjadi tahu akan obyek wisata di tempat yang lain atau di negara yang lain.
Pengetahuan inilah yang kemudian mendorong masyarakat untuk mengunjungi daerah
tersebut. Media sosial seperti email, instagram, facebook dan twitter telah memberikan
wahana sebagai salah satu tempat yang tak terbatas untuk berdiskusi dan bertukar
informasi.

Akibat dari gejala di atas, pariwisata bukan lagi menjadi gaya hidup, tetapi juga
kebutuhan hidup yang menuntut pemenuhan. Akibat langsungnya adalah dunia
pariwisata mengalami lonjakan baik dalam kuantitas kunjungan masyarakat maupun
penyediaan destinasi wisata itu sendiri.

C. Trend Wisata Internasional

Menurut data dari United Nations World Tourism Organization (UNWTO),


pada tahun2014 jumlah total wisatawan yang melakukan perjalanan wisata di seluruh
dunia sebanyak1,133 miliar. Jumlah ini mengalami peningkatan sebesar 4,3%
dibandingkan tahun sebelumnya yang berjumlah 1,087 miliar di tahun 2013. Sepuluh
negara tujuan wisata terpopuler selama tahun 2014 berdasarkan peringkat tertinggi
adalah Perancis, Amerika Serikat, Spanyol, China, Itali, Turki, Jerman, United
Kingdom, Rusia, dan Meksiko.Perancis terkenal akan ibukotanya, Paris. Kota ini
merupakan impian bagi setiap

` wisatawan di seluruh dunia dengan segala keindahan dan keromantisannya. Paris


sangatterkenal dengan menara Eiffel dan Notre Dame yang menjadi daya tarik kota ini.
Gaya eropa klasik pada bangunan-bangunannya yang masih dipertahankan berbaur

GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019) 93


dengan modernitas barat melalui fashion yang memiliki merk terkenal dan mendunia.
Tak ayal jika Paris juga menjadi surga belanja bagi para wisatawan kelas atas.

Di Amerika Serikat, wisatawan bisa dengan bebas memilih berbagai macam tujuan

wisata sesuai dengan keinginan mereka. Karena di negara ini tersebar berbagai jenis
daya tarik di setiap kota di negara bagiannya. Di Arizona terdapat Grand Canyon,
sebuah lembah raksasa yang menganga yang terbentuk oleh sungai Colorado. Dan
tempat ini menjadi salah satu destinasi alam terpopuler di Amerika Serikat. Kemudian
ada kota New York yang terkenal dengan kawasan persimpangan paling sibuk di dunia,
Time Square, dan pertunjukan teater Broadway. Di kota ini juga wisatawan bisa melihat
patung Liberty yang menjadi ikon kota New York dan Amerika Serikat.

D. Pihak yang ikut serta dalam pengembangan pariwisata

1. Masyarakat

Masyarakat merupakan sekelompok orang yang berada di suatu wilayah


geografi yang sama dan memanfaatkan sumber daya alam lokal yang ada di sekitarnya.
Di negara-negara maju dan berkembang pada umumnya pariwisata dikelola oleh
kalangan swasta yang memiliki modal usaha yang besar yang berasal dari luar daerah
dan bahkan luar negeri. Sehingga masyarakat lokal yang berada di suatu daerah
destinasi pariwisata tidak dapat terlibat langsung dalam kegiatan pariwisata.
Ketidakterlibatan masyarakat lokal dalam kegiatan pariwisata sering kali menimbulkan
opini bahwa masyarakat lokal bukan termasuk stakeholders dari pariwisata dan
merupakan kelompok yang termarjinalisasi dari kesempatan bisnis dalam bidang
pariwisata.

Pada dasarnya masyarakat lokal memiliki pengetahuan tentang fenomena alam


dan budaya yang ada di sekitarnya. Namun mereka tidak memiliki kemampuan secara
finansial dan keahlian yang berkualitas untuk mengelolanya atau terlibat langsung
dalam kegiatan pariwisata yang berbasiskan alam dan budaya. Sejak beberapa tahun
terakhir ini, potensi-potensi yang dimiliki oleh masyarakat lokal tersebut dimanfaatkan
oleh para pengelola wilayah yang dilindungi (protected area) dan pengusaha pariwisata

GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019) 94


untuk diikutsertakan dalam menjaga kelestarian alam dan biodiversitas yang ada di
daerahnya.

Masyarakat lokal harus terlibat secara aktif dalam pengembangan pariwisata.


Lebih jauh, pariwisata juga diharapkan memberikan peluang dan akses kepada
masyarakat lokal untuk mengembangkan usaha pendukung pariwisata seperti; toko
kerajinan, toko cindramata (souvenir), warung makan dan lain-lain agar masyarakat
lokalnya memperoleh manfaat ekonomi yang lebih banyak dan secara langsung dari
wisatawan yang digunakan untuk meningkatkan kesejastraan dan taraf hidupnya.

Tingkat keterlibatan masyarakat dalam pariwisata sangat berbeda dan ini


tergantung dari jenis potensi, pengalaman, pengetahuan dan keahlian yang dimiliki oleh
individu atau masyarakat lokal tersebut. Keterlibatan masyarakat lokal dalam
pengembangan pariwisata dapat dilakukan dengan cara:

a. menyewakan tanahnya kepada operator pariwisata untuk dikembangkan sebagai


obyek dan daya tarik pariwisata serta turut serta memantau dampak-dampak yang
ditimbulkan sehubungan dengan pengembangan pariwisata tersebut;

b. bekerja sebagai karyawan tetap atau paruh waktu di perusahaan operator


pariwisata tersebut;

c. menyediakan pelayanan jasa kepada operator pariwisata seperti; pelayanan


makanan, transportasi, akomodasi dan panduan berwisata (guiding);

d. membentuk usaha patungan (joint venture) dengan pihak swasta, yang mana
masyarakat lokal menyediakan lokasi dan pelayanan jasanya sedangkan pihak swasta
menangani masalah pemasaran produk dan manajemen perusahaan;

e. mengembangakan pariwisata secara mandiri dengan mengutamakan


pengembangan pariwisata berbasiskan kemasyarakatan (community-based tourism).

2. Pemerintah

Peran pemerintah dalam mengembangkan pariwisata dalam garis besarnya adalah


menyediakan insfratruktur (tidak hanya bentuk fisik), memperluas berbagai fasilitas,

GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019) 95


kegiatan koordinasi anatara aparutur pemerintah dengan wisata, pengaturan dan promosi
umum keluar negeri.

3.Organisasi pariwisata

Istilah UNWTO untuk menyebut Organisasi Pariwisata Dunia PBB baru digunakan
pada tahun 2003, untuk membedakannya dari Organisasi Perdagangan Dunia. Sejarah
kelahiran UNWTO sendiri telah dimulai sejak tahun 1925. Pada tahun 1925,
dibentuklah Kongres Internasional Asosiasi Lalu Lintas Wisata Resmi (ICOTT) di Den
Haag, Belanda. Pada tahun 1934, ICOTT mengubah nama menjadi Serikat Internasional
Organisasi Publisitas Pariwisata Resmi (IUOTPO).

Setelah berakhirnya Perang Dunia ke-2, IUOTPO berubah menjadi Serikat Internasional
Organisasi Perjalanan Resmi (IUOTO). Sebagai organisasi internasional non-
pemerintah, IUOTO mendukung untuk memajukan pariwisata, serta memanfaatkan
komponen perdagangan internasional dan sebagai strategi pembangunan ekonomi bagi
negara-negara berkembang. Guna memegang peranan di tataran internasional, muncul
kebutuhan agar IUOTO menjadi organisasi antar-pemerintah. Pada Sidang Umum
IUOTO tahun 1967, tercetuslah peran untuk membentuk lembaga antar-pemerintah
yang bekerja sama dengan badan-badan internasional lainnya, khususnya PBB.
Akhirnya, atas kesepakatan PBB, lahirlah UNWTO pada tahun 1970.

Tujuan utama UNWTO adalah untuk meningkatkan dan membangun pariwisata sebagai
kontributor untuk pembangunan ekonomi, saling pengertian internasional, perdamaian,
kemakmuran universal, HAM dan kebebasan dasar untuk semua tanpa memandang
perbedaan ras, jenis kelamin, bahasa dan agama. UNWTO telah membantu para
anggotanya dalam industri pariwisata dunia, yang berperan sebagai faktor penting
dalam perkembangan ekonomi dan menciptakan lapangan kerja, menyediakan insentif
bagi pembangunan lingkungan dan warisan sejarah, serta mendukung perdamaian dan
saling pengertian antar negara. Untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut, UNWTO
melaksanakan berbagai program yang bertujuan untuk mengurangi kemiskinan,
memperjuangkan kesetaraan gender, dan mendukung pembangunan yang berkelanjutan.

GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019) 96


Program-program pengembangan kepariwisataan oleh UNWTO kontribusi
langsung bagi keberhasilan pembangunan milenium (MDGs) MDG 1 (MDG 1), MDG 3
(kesetaraan gender), MDG 7 (kelestarian lingkungan), dan MDG 8 (kemitraan global
untuk pembangunan). Saat ini, UNWTO sedang mempromosikan ekoturisme sebagai
salah satu obyek penarik wisatawan, sekaligus sebagai program untuk melestarikan
alam. Rangkaian kegiatan yang dilakukan termasuk seminar, lokakarya, dan publikasi.
Mengingat Indonesia memiliki banyak obyek wisata alam, ekoturisme dapat menjadi
salah satu bidang kerja sama dengan UNWTO. UNWTO juga memfokuskan diri pada
pemanfaatan situs-situs budaya untuk mendukung pariwisata. Untuk itu UNWTO
melakukan serangkaian kegiatan seperti penelitian di situs-situs budaya, seminar dan
publikasi untuk mempromosikan situs budaya, serta penelitian lapangan untuk
membantu pemerintah setempat memanfaatkan situs budayanya.

Mengingat pariwisata merupakan salah satu andalan Indonesia sebagai penghasil


devisa, kerja sama di forum internasional dan regional seperti UNWTO dan Pacific Asia
Travel Assiociation (PATA) sangatlah penting, terutama untuk menjalin kerja sama
pelatihan, penanaman modal, dan tukar-menukar pengalaman. UNWTO memiliki
Business Council yang beranggotakan badan-badan pariwisata non-pemerintah.

Kementerian Luar Negeri menyambut baik dukungan Executive Council


UNWTO agar Masyarakat Pariwisata menjadi anggota UNWTO Business Council,
mengingat pariwisata merupakan bisnis yang sangat kompleks dan memerlukan peran
serta swasta dan masyarakat untuk menjamin keberhasilannya.

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif sebagai focal point UNWTO di


Indonesia, berperan aktif dalam berbagai program yang diselenggarakan UNWTO
antara lain dengan duduk sebagai anggota World Committee on Tourism Ethics
(WCTE) pada periode 2003-2007 dan 2007-2013. WCTE sendiri merupakan badan
independen yang terdiri dari tokoh-tokoh yang diakui kompetensinya dalam bidang
pariwisata, yang bertugas untuk memberikan masukan-masukan kepada anggota
UNWTO terkait dengan perlindungan pariwisata sesuai dengan kode etik
kepariwisataan. Selaku anggota komite, Indonesia telah berkontribusi dan mendukung
pelaksanaan kode etik dimaksud. Di samping itu, pada Sidang Umum UNWTO yang

GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019) 97


ke-19 di Gyeongju, Republik Korea, tanggal 8-14 Oktober 2011, Indonesia terpilih
sebagai anggota Executive Council UNWTO untuk periode 2011-2013.

Indonesia perlu untuk mengkaji dan menindaklanjuti program ekoturisme


dikembangkan oleh UNWTO. Program ini sejalan dengan ide pembangunan
berkelanjutan, di mana kelestarian obyek wisata alam harus dijaga, terutama mengingat
fungsinya sebagai pemelihara keseimbangan alam.

Salah satu contoh kerja sama antara Indonesia dengan UNWTO dalam bidang
pariwisata yang mendukung pembangunan berkelanjutan adalah proyek “Sustainable
Tourism through Energy Efficiency with Adaptation and Mitigation Measures in
Pangandaran" yang dimaksudkan untuk menjadi model langkah-langkah adaptasi dan
mitigasi perubahan iklim di daerah-daerah tujuan wisata di Indonesia khususnya, dan
Asia Tenggara pada umumnya.

E. Menjaga kelestarian wisata

Berwisata merupakan hal yang perlu dilakukan. Setidaknya setelah menjalani


hari-hari penuh dengan kesibukan dan menyita waktu. Maka manfaatkanlah waktu-
waktu senggang Anda untuk mengunjungi tempat-tempat wisata yang mampu sejenak
menjauhkan Anda dari hiruk pikuk kesibukan perkotaan. Ya, kembali ke alam setelah
lama berkutat dengan kesibukan di tengah keramaian bisa bermanfaat bagi Anda.
Namun perlu diperhatikan bahwa mengunjungi obyek wisata alam bukan hanya untuk
memuaskan hasrat wisata kita. Alam juga membutuhkan imbalan setelah selama ini
dieksploitasi untuk kepentingan kita, kita juga harus berbuat sesuatu yang dengannya
kita bisa memberikan manfaat kepada alam juga. Salah satu kegiatan yang bisa
dilakukan untuk berterima kasih terhadap alam yang kita nikmati keindahannya adalah
dengan cara ikut melesatarikannya.

Saat ini banyak tempat-tempat wisata alam yang bisa menjadi pilihan kunjungan untuk
menikmati waktu berliburan Anda. Namun, alangkah menyenangkan jika berwisata bisa
dilakukan sambil menjaga lingkungan sekitar apalagi alam hijau yang menjadi “paru-
paru bumi”. Bagaimana caranya? Simak tips berikut ini.

1. Menjaga Kebersihan

GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019) 98


Alam yang indah yang menjadi obyek wisata yang bisa dinikmati oleh kita
sebenarnya juga muncul dari keasrian dan kebersihan lingkungannya. Maka, menjaga
kebersihan lingkungan selama berwisata merupakan hal yang perlu dilakukan agar
keindahan obyek wisata alam tetap terjaga. Menjaga kebersihan bisa dilakukan dengan
minimal tidak membuang sampah sembarangan. Lebih baik lagi jika Anda mau
membantu membersihkan sampah-sampah yang berserakan.

2. Berkontribusi Melalui Retribusi

Hampir seluruh obyek wisata alam mensyaratkan biaya retribusi. Meskipun


lebih baik jika bisa dinikmati secara gratis, namun membayar retribusi juga bisa
menjadi partisipasi kita untuk menjaga lingkungan. Karena sebenarnya retribusi
merupakan biaya yang salah satunya dianggarkan untuk merawat obyek wisata oleh
pihak yang berwenang mengelola suatu obyek wisata. Maka persiapkanlan biaya
retribusi wisata Anda.

3. Melindungi Lingkungan dan Fasilitas Wisata

Melindungi lingkungan juga merupakan tanggung jawab kita bersama.


Melindungi lingkungan juga termasuk dalam upaya untuk melesatarikan alam. Maka,
meskipun kita berwisata bukan berarti kita memakai segala yang terdapat di lingkungan
obyek wisata tanpa merawat dan menjaga fungsinya. Apalagi merusaknya. Dengan
merawat dan menjaga fasilitas obyek wisata serta lingkungan wisata alam yang kita
kunjungi maka hal itu merupakan kontribusi positif sebagai wisatawan untuk turut serta
melestarikan alam.

4. Patuhi Aturan Wilayah Setempat

Menginjak atau memasuki kawasan terlarang bukanlah tindakan keren dan


pantas untuk dilakukan. Bagi traveller sejati, ini justru merupakan tindakan memalukan
untuk dilakukan. Patuhi aturan yang berlaku di tempat kamu berpijak. Dengan begitu,
kamu sudah selangkah lebih maju untuk menjaga kelestarian lingkungan.

5. Berani Tegur Wisatawan Lain

GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019) 99


Saat melihat turis lain buang sampah sembarangan, memasuki kawasan dilindungi, atau
melakukan hal yang tak sepantasnya di alam, jangan segan untuk melayangkan teguran.
Tak ada salahnya untuk mengingatkan dan mengedukasi sesama turis. Semua dilakukan
demi melindungi cagar alam dan kelestarian lingkungan. Sebagai penegur, kamu juga
wajib menjadi contoh baik bagi turis lainnya. Dengan membawa kantong plastik untuk
mengumpulkan sampah, misalnya.

BAB 10 KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PARIWISATA


DI INDONESIA

Pengembangan Destinasi Pariwisata

Destinasi merupakan suatu tempat yang dikunjungi dengan waktu yang


signifikan selama perjalanan seseorang dibandingkan dengan tempat lainnya yang
dilalui selama perjalanannya (misalnya daerah transit). Suatu tempat akan memiliki
batas-batas tertentu baik secara aktual maupun hukum. Menurut Ricardson dan Fluker
(2004: 48) destinasi pariwisata didefinisikan sebagai: ”A significant place visited on a

GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019) 100


trip, with some form of actual or perceived boundary. The basic geographic unit for the
production of tourism statitistics” (Ricardson dan Fluker, 2004: 48
Destinasi berjalan menurut siklus evolusi yang terdiri dari tahapan pengenalan
(introduction), pertumbuhan (growth), pendewasaan (maturity), penurunan (decline),
dan/atau peremajaan (rejuvenation)(Butler (1993). Tujuan utama dari penggunaan
model siklus hidup destinasi (destination lifecycle model) yaitu sebagai alat untuk
memahami evolusi dari produk dan destinasi pariwisata.
Pengembangan destinasi pariwisata memerlukan teknik perencanaan yang baik dan
tepat. Teknik pengembangan harus menggabungkan beberapa aspek penunjang
kesuksesan pariwisata. Aspek-aspek tersebut adalah aspek aksesibilitas (transportasi dan
saluran pemasaran), karakteristik infrastruktur pariwisata, tingkat interaksi sosial,
keterkaitan/kompatibilitas dengan sektor lain, daya tahan akan dampak pariwisata,
tingkat resistensi komunitas lokal, dan seterusnya. Prinsip perancangan kawasan alam
merupakan dasar-dasar penataan kawasan memasukan aspek yang perlu
dipertimbangkan dan komponen penataan kawasan tersebut. Gunn and Var, (2002)
mengemukakan bahwa suatu kawasan wisata yang baik dan berhasil secara optimal
didasarkan pada empat aspek yaitu :1) Mempertahankan kelestarian lingkungannya, 2)
Meningkatkan kesejahteraan masyarakat di kawasan tersebut, 3) Menjamin kepuasan
pengunjung, 4) Meningkatkan keterpaduan dan kesatuan pembangunan masyarakat di
sekitar kawasan dan zona pengembangan.

1) Lebih lanjut Page (2009), menyebutkan ada lima pendekatan dalam


pengembangan pariwisata yaitu:
2) Boostern approach, yaitu pendekatan sederhana yang melihat pariwisata
sebagai suatu akibat positif untuk suatu tempat dan penghuninya. Namun
masyarakat setempat tidak dilibatkan dalam proses perencanaan dan daya
dukung wilayah tidak dipertimbangkan secara matang.

GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019) 101


3) The economic industry approach, yaitu pendekatan pengembangan pariwisata
yang tujuan ekonominya lebih didahulukan dari tujuan social dan lingkungan
serta menjadikan pengalaman pengunjung dan tingkat kepuasan sebagai
sasaran utama.

4) The physical spatial approach, pendekatan ini didasarkan pada tradisi


penggunaan lahan geografis, strategi pengembangan berdasarkan
perencanaan yang berbeda-beda melalui prinsip keruangan, spasial. Misalnya

pengelompokan pengunjung di suatu kawasan dan pemecahan-pemecahan tersebut


untuk menghindarkan terjadinya konflik.

1. The community approach, yaitu pendekatan yang lebih menekankan pada


pentingnya keterlibatan maksimal dari masyarakat setempat dalam proses
pengembangan wisata.

2. Sustainable approach, yaitu pendekatan berkelanjutan dan berkepentingan


atas masa depan yang panjang serta atas sumber daya dan efek-efek pembangunan
ekonomi pada lingkungan yang mungkin menyebabkan gangguan budaya dan sosial
yang memantapkan pola-pola kehidupan dan gaya hidup individual.

Pengembangan pariwisata pada suatu destinasi dapat disebabkan oleh beberapa


faktor yaitu 1) adanya kebutuhan pemerintah untuk meningkatkan pendapatan melalui
devisa, 2) tekanan dari tingginya kebutuhan maskapai penerbangan, sehingga perlu
perluasan kapasitas bandara, 3) peningkatan kapasitas infrastruktur transportasi
sehingga terjadi peningkatan lalu lintas, 4) peningkatan tenaga kerja/tuntutan pekerjaan,
5) penurunan pada sektor lainnya seperti pertanian dan pertambangan. Pemerintah
ketika dihadapkan pada kondisi penurunan pada sektor utama pembangunan, maka
pembuat kebijakan sering beralih ke pariwisata. Pariwisata dipandang sebagai sektor
industri yang ramah lingkungan, memiliki kecepatan relatif ada perkembangan fasilitas,
biaya rendah, dan mampu menciptakan lapangan pekerjaan baru.

GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019) 102


.Pengembangan Pariwisata sebagai Kebijakan Publik mencakup keterkaitan antara
kehendak, tindakan, dan hasil. Pada kehendak, kebijakan terefleksikan pada sikap
pemerintah. Pada tingkat tindakan, kebijakan terefleksikan pada perilaku pemerintah,
dan pada level hasil yaitu yang benar-benar dilakukan pemerintah (Heywood,
1997:382). Pada defenisi lain kebijakan juga dimaknai sebagai satu manifestasi dari
penilaian yang penuh pertimbangan, sehingga dapat dijadikan basis penyusunan basis
rasional untuk melakukan atau tidak melakukan suatu tindakan (Parson, 2001:15).
Lebih khusus Anderson (1984 dalam Abidin, 2002: 41) menjelaskan bahwa kebijakan
publik merupakan strategi pemerintah untuk mencapai tujuannya. Selanjutnya Young
dan Quinn (1991 dikutip oleh Suharto, 2005:44)memberikan batasan konsep keijakan
publik, yaitu
1. Tindakan pemerintah yang berwenang. Kebijakan publik adalah tindakan
yang dibuat dan diimplementasikan oleh badan pemerintah yang memiliki
kewenangan hukum, politis, dan finansial untuk melakukannya.

2. Sebuah reaksi terhadap kebutuhan dan masalah dunia nyata. Kebijakan


publik berupaya mrespon masalah atau kebutuhan konkrit yang berkembang di
masyarakat.

3. Seperangkat tindakan yang berorientasi pada tujuan. Kebijakan publik


biasanya bukanlah sebuah keputusan tunggal, melainkan terdiri dari beberapa pilihan
tindakan atau strategi yang dibuat untuk mencapai tujuan tertentu demi kepentingan
orang banyak.

4. Sebuah keputusan untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu.


Kebiajakan publik pada umumnya merupakan tindakan kolektif untuk memecahkan
masalah sosial. Namun kebijakan publik juga bisa dirumuskan berdasarkan
kenyakinan bahwa masalah sosial akan dapat dipecahkan oleh kerangka kebijakan
yang sudah ada dan karenanya tidak memeerlukan tindakan tertentu.
5. Sebuah justifikasi yang dibuat oleh seorang atau beberapa orang aktor.
Kebijakan publik berisi pernyataan atau justifikasi terhadap langkah-langkah atau
rencana tindakan yang telah dirumuskan, bukan sebuah maksud atau janji yang
belum dirumuskan.

GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019) 103


Jika mengacu dari berbagai definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa
pengembangan pariwisata merupakan suatu kebijakan publik, karena pariwisata
merupakan hasil pilihan pemerintah dan hak dari pemerintah untuk mengembangkan
dan mengontrol pengembangan tersebut. Pengembangan pariwisata juga merupakan
kebijakan pemerintah dalam memecahkan masalah yang dihadapi, Pariwisata dipandang
sebagai sebuah oilihan untuk mendapatkan sumber pendapatan baru bagi suatu negara.

. Pemerintah dan Kebijakan Pariwisata

Kebijakan pariwisata umumnya dipandang sebagai bagian dari kebijakan


ekonomi. Kebijakan ekonomi berhubungan dengan struktur dan pertumbuhan ekonomi
yang biasanya diwujudkan dalam perencanaan pariwisata. Beberapa faktor kunci yang
menjadi perhatian kebijakan ekonomi misalnya ketenagakerjaan, investasi dan
keuangan, industri, dan perdagangan (Gee, 2000: 28).
Lebih lanjut Gee (2000:28) menjelaskan bahwa formulasi kebijakan pariwisata
merupakan tanggung jawab penting yang harus dilakukan oleh pemerintah yang ingin
mengembangkan atau mempertahankan pariwisata sebagai bagian yang integral dalam
perekonomian. Gee (1997: 286) lebih tegas dijelaskan kebijakan umumnya mengacu
pada rencana, keseluruhan tingkat tinggi yang mencakup tujuan dan prosedur. Untuk itu
kebijakan publik, memperhitungkan hasil akhir yang diinginkan dari pemerintah dan
metode untuk mencapai hasil tersebut. Kebijakan mewujudkan tujuan dan strategi yang
telah diadopsi pemerintah sehubungan dengan pariwisata, pembangunan ekonomi,
pekerjaan, hubungan politik, atau, kombinasi dari ketiganya. Karenanya keterlibatan
sektor public sangat penting dalam penentuan kebijakan pariwisata.
Pemerintah, swasta, dan masyarakat harus memiliki pilihan untuk melakukan
sesuatu yang konstruktif tentang kebijakan pariwisata. Hal ini merupakan peluang dan
sekaligus kewajiban untuk membuat, mengimplementasikan dan memelihara dengan
baik sebuah kebijakan yang dibuat. Hal yang paling penting adalah koordinasi dengan
sektor swasta dan pemerintah untuk menghindari kekhawatiran terhadap kesejahteraan
publik (Gun and Var (2002: 117 ).

GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019) 104


Salah satu kebijakan yang dapat dilakukan pemerintah adalah memberikan isentif
keuangan untuk menarik investasi masuk. Isentif ini dapat berupa hibah atau pinjaman
yang diberikan untuk proyek-proyek dengan kreteria tertentu. Menurut Theobald
(2005), berbagai insentif yang tersedia di bidang pariwisata, dan ini mungkin secara luas
diklasifikasikan sebagai berikut insentif keuangan; pengurangan biaya modal;
pengurangan biaya operasi, dan investasi keamanan.
Menurut Mill and Morrison (dalam Michael Hall, 2000:27) ada lima bidang
utama keterlibatan sektor publik dalam pariwisata yaitu koordinasi, perencanaan,
perundangundangan dan peraturan, kewirausahaan dan stimulasi. Koordinasi; pariwisata
yang terdiri dari berbagai macam sektor sering menimbulkan konflik kepentingan, maka
koordinasi dalam pemanfaatan sumber daya sangat penting. Selain itu penyeimbangan
berbagai peran dalam proses pengembangan pariwisata menjadi tanggung jawab
pemerintah. Perencanaan; perencanaan pariwisata terjadi dalam bentuk pengembangan,
infrastruktur, promosi dan pemasaran, struktur (organisasi yang berbeda-beda) dan skala
(internasional, nasional, local dan sektoral). Perencanaan pariwisata harus berjalan
seiring dengan kebijakan pariwisata. Tetapi dalam pembentukan kebaijakan,
perencanaan merupakan proses politik yang hasilnya bisa menjadi dominasi bagi
kepentingan dan nilai berbagai pihak. Peraturan dan perundang-undangan; pemerintah
mempunyai kekuasaan hukum dan perundang-undangan yang secara langsung maupun
tidak langsung berkaitan dengan industry pariwisata. Keterlibatan pemerintah mulai dari
kebijakan paspor dan visa, pemanfaatan lahan, tenaga kerja, upah dan lainnya.

Komitmen Pemerintah sebagai Dasar Kebijakan

Komitmen pemerintah mempunyai peranan kunci terhadap keberhasilan


pencapain pembangunan di bidang pariwisata. Kuat lemahnya derajat komitment
pemerintah suatu negara dalam pembangunan pariwisata mempengaruhi tingkat
keberhasilan pengembangan pariwisata (Hermawan, 2002: 19). Lebih lanjut dijelaskan
bahwa komitmen pemerintah yang kuat akan mampu memobilisasi sumber daya yang
dimiliki, sehingga pengembangan pariwisata dapat semakin dipercepat dan
dioptimalkan. Kegiatan bisnis pariwisata bersifat multisektoral, yang melibatkan

GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019) 105


berbagai sketor yaitu perhubungan, telekomunikasi, pekerjaan umum, kesehatan,
pertahanan dan kemanan, industri, masyarakat, pemerintah daerah dan sebagaianya
(Hermawan, 2002: 19). Hal ini memerlukan peran pemerintah untuk melakukan
mobilisasi yang mampu menggerakkan seluruh kepentingan pariwisata dari tingkat
nasional sampai tingkat masyarakat lokal. Komitmen untuk mensinergikan berbagai
kepentingan antar sektor sangat penting disini, sehingga tidak terjadi tumpang tindih
kebijakan.
Industri pariwisata akan berlangsung tatkala ada sejumlah rangsangan uyang menarik,
kemudahan perijinan, kepastian usaha, promosi dan sebagainya. Pemerintah juga
melakukan perlindungan dan proteksi yang ketat terhadap industri pariwisata,
mengingat pariwisata sangat rentan terhadap berbagai kerusakan lingkungan, tinggalan
arkeologi, kesehatan, wabah penyakit dan sebagainya. Majunya industri pariwisata
dengan kebijakan yang holistik akan dapat memperkuat ekonomi negara sekaligus dapat
meningkatkan kesejahteraan masyarakat (Gee, 1997: 292; Hermawan, 2002: 19).
Pengembangan pariwisata dengan memberikan peluang pengusaha lokal untuk
berinvestasi dalam berbagai industri pariwisata menjadi kebijakan yang harus dilakukan
pemerintah. Keterlibatan ini akan menunjukkan sensitivitas efek pengembangan
pariwisata terhadap ekonomi, lingkungan dan sosial. Pemerintah menetapkan standar
untuk pembangunan pada daerah pariwisata. Ketinggian bangunan tidak melebihi pohon
kelapa atau 15 meter, rasio lahan atau area bangunan dengan ruang terbuka hijau,
struktur dan desin bangunan sesuai dengan karakter lokal, pemanfaatan produk lokal,
dan persyaratan lainnya terkait dengan optimalisasi produk lokal (King and Whitelaw,
1992).

2.5. Kebijakan pariwisata

Keunikan karakteristik bisnis pariwisata ini, mendorong pemerintah untuk


membuat beberapa aturan hukum guna mengakomodir kebutuhan dimasyarakat yang
timbul akibat adanya kebijakan usahan pariwisata ini. Salah satu bentuk kebijakan
tersebut adalah dengan membuat regulasi yang mengatur tentang kepariwisataan.
Undang-undang Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan menggantikan Undang-

GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019) 106


undang Nomor 9 Tahun 1990 Tentang Kepariwisataan diharapkan mampu
mengakomodir perkembangan kegiatan bisnis pariwisata.
UndangUndang Nomor 10 Tahun 2009 terdiri dari 17 Bab dan 70 Pasal lebih
mengatur tentang asas dan tujuan kepariwisataan serta segala sesuatu tentang obyek dan
daya tarik wisata, prinsip penyelenggaraan kepariwisataan, usaha pariwisata, hak dan
kewajiban dan larangan, kewenangan pusat dan daerah, badan promosi pariwisata,
sumber daya manusia dibidang pariwisata, sanksi administrative dan ketentuan pidana.
Disamping Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan, terdapat
pula beberapa aturan hukum yang diciptakan diantaranya yaitu :
- Perpres Nomor 2 Tahun 2007 tentang Pengesahan ASEAN Tourism
Agreement (Persetujuan Pariwisata ASEAN).
- Instruksi Presiden Nomor 16 Tahun 2005
Tentang Kebijakan Pembangunan Kebudayaan dan Pariwisata.
- Peraturan Menbudpar Nomor KM-67/UM.001MKP/2004
tentang Pedoman Umum Pengembangan Pariwisata di Pulau-
pulau Kecil.

DAFTAR PUSTAKA
Rosyidah, M. (2018). Analisis Pencemaran Air Sungai Musi Akibat Aktivitas
Industri (Studi Kasus Kecamatan Kertapati Palembang). Jurnal Redoks, 3(1), 21-32.

Darmono. 2001. “LINGKUNGAN HIDUP dan PENCEMARAN Hubungannya


dengan Toksikologi Senyawa Logam”. Jakarta; Penerbit Universitas Indonesia (UI-
Press)

Pitana, I Gde dan Putu G. Gayatri. 2005. Sosiologi Pariwisata. Yogyakarta:


Penerbit Andi.

GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019) 107


Wahab, Salah. 1992. Manajemen Kepariwisataan. Penerjemah, Frans Gromang. Jakarta:
Pradnya Paramita.

Widyastuti, A.R. 2010. Pengembangan Pariwisata yang Berorientasi pada


Pelestarian Fungsi Lingkungan. Jurnal EKOSAINS Vol. II Nomor 3, Oktober 2010 :
69-81. Medan.

Yoeti, O. A. 1982. Pengantar Ilmu Pariwisata. Jakarta: Angkasa.

Yoeti, O. A. 2008. Ekonomi Pariwisata: Introduksi, Informasi Dan Aplikasi. Jakarta:


PT Kompas Media Nusantara.

`Lestari, Anak Agung Adi,dkk.Kebijakan Pemerintah Indonesia


DalamPengembangan Pariwisata. Universitas Mahasaraswati Denpasar

Wayan, Suardana.Analisis Kebijakan Pengembangan Pariwisata. Universitas


Udayana

Subadra, I Nengah. 2006. “Ekowisata Hutan Mangrove dalam Pembangunan


Pariwisata Berkelanjutan: Studi Kasus di Mangrove Information Center, Desa Pemogan,
Kecamatan Denpasar Selatan, Kota Denpasar”. (tesis) S2 Kajian Pariwisata: Universitas
Udayana.
Pantiyasa, I. W. (2011). Pengembangan Pariwisata Berbasis Masyarakat
(Community Based Tourism) Dalam Pemberdayaan Masyarakat (Studi Kasus Di Desa
Bedulu, Blah Batuh, Gianyar). Jurnal Ilmiah Hospitality Management, 1(2).
Suwantoro, Gamal.2004.Dasar – DasarPariwisata.Yogyakarta :Andi Offset
Pendit, Nyoman S.1986.Ilmu Pariwisata.Jakarta: PT. Pradnya Paramita
Pitana, I Gde, I Ketut Surya Diarta.2009.Pengantar IlmuPariwisata.Yogyakarta:
CV. Andi Offset
Jurnal prinsip-prinsip kepariwisataan KERTHA WICAKSANA Volume 13,
Nomor 2 2019 © All Right Reserved
Jurnal kebijakan kepariwisataan
Ranto Sihotang, 2009, Promosi Kepariwisataan Dan Jumlah Kunjungan
Wisatawan, Usu Repository Tahun 2009.
http://www.redaksimedan.com/2019/03/provinsi-sumatera-utara-miliki-
potensi.htmlhttps://perpustakaan.id/budaya-sumatera-utara/
http://eprints.polsri.ac.id/5970/3/03%20BAB%20II.pdf

GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019) 108


https://travel.detik.com/domestic-destination/d-5079795/tempat-wisata-
bersejarah-nan-unik-di-sumatera-utara
http://sinauapi.blogspot.com/2016/06/pariwisata-berbasis-masyarakat.html
https://jogjacars.com/wisata-jogja/tips-bermanfaat-wisata-sambil-turut-serta-
melestarikan-lingkungan
https://kumparan.com/kumparantravel/4-cara-sederhana-jaga-kelestarian-
lingkungan-saat-berlibur
https://kemlu.go.id/portal/id/read/135/halaman_list_lainnya/world-tourism-
organization-un-wto

GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019) 109

Anda mungkin juga menyukai