GEOGRAFI PARIWISATA
Disusun Oleh :
PENDIDIKAN GEOGRAFI
2021
DAFTAR ISI...........................................................................................................................iii
KATA PENGANTAR.............................................................................................................iv
BAB 1 KONSEP DAN RUANG LINGKUP GEOGRAFI PARIWISATA..............................1
BAB 2 KOMPONEN DAN JENIS-JENIS PARIWISATA......................................................9
BAB 3 SEJARAH KEPARIWISATAAN...............................................................................21
BAB 4 SUMBER DAYA GEOGRAFIS PARIWISATA.......................................................25
BAB 5 MENGANALISIS MASALAH KEPARIWISATAAN MENGGUNAKAN PRINSIP-
PRINSIP PARIWISATA BERKELANJUTAN (SUISTANABLE TOURISM)....................35
BAB 6 KEPARIWISATAAN MENGGUNAKAN PRINSIP-PRINSIP EKOWISATA
(ECOTOURISM).....................................................................................................................49
BAB 7 MENGANALISIS MASALAH KEPARIWISATAAN MENGGUNAKAN PRINSIP-
PRINSIP PENGEMBANGAN PARIWISATA BERBASIS MASYARAKAT CBT.............60
BAB 8 KEPARIWISATAAN SUMATERA UTARA............................................................72
BAB 9MENSINTESIS KEPARIWISATAAN DUNIA..........................................................86
BAB 10 KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PARIWISATA DI INDONESIA.....................99
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................106
KATA PENGANTAR
Dalam modul projek ini kami akan membahas, menjelaskan dan menjabarkan hasil
dari matri materi selama satu semester ini. . kami menyadari bahwa modul ini masih terdapat
kekurangan dan kekeliruan yang tidak disengaja atau jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu kami berharap bapak dapat memberikan kritik dan saran yang membangun kepada kami
demi kelancaran pembuatan modul di kemudian hari.
24 November 2021
Geografi A 2019
Sedangkan apabila dilihat dari aspek lokasi, ruang lingkup geografi pariwisata
menurut BRIAN , meliputi :
Daerah asal wisatawan,
Membahas daerah asal, tentunya akan melibatkan banyak faktor lingkungan
fisik, sosial, budaya, ekonomi, politik dan teknologi yang tentunya akan
mendorong seseorang mengadakan perjalanan untuk melakukan rekreasi.
Daerah tujuan wisatawan
Daerah tujuan wisatawan ini berkaitan dengan faktor atau objek penarik apa
yang akan membuat para wisatawan datang ke daerah yang ditawarkan. Disini
industri pariwisata pastinya angat berperan penting ,seperti misalnya akomodasi,
hiburan, objek objek wisata yang akan dikunjungi, atraksi wisata, restoran, bank,
pusat perdagangan, dan berbagai pelayanan jasa lainnya yang harus membuat
puas, nyaman, dan aman.
Rute perjalanan
Akan sangat berkaitan dengan sarana dan prasarana, contohnya transportasi.
Jalur transportasi yang akan digunakan ,bentuk, ukuran dan arah aliran
wisatawan , kenyamanan apalagi keamanan para wisatawan akan selalu menjadi
prioritas pilihan. Itulah sebabnya mengapa bus pariwisata terlihat begitu
eksklusif jika dibandingkan dengan bus penumpang biasa lainnya..
Dilihat dari aspek geografi, pariwisata merupakan suatu usaha pemanfaatan sumber
daya (baik itu manusia, alam, teknologi, dll.), dimana pengemanfaatan sumber daya itu
sendiri adalah sebagai sesuatu yang memiliki nilai apabila sesuatu itu dikelola dengan
baik. Namun begitu pemanfaatan sumber daya ini harus juga melihat pada berbagai
karakteristik karakteristik lain.seperti karakteristik wisatawan (pendapatan, leisure time,
dll), karakteristik sumber daya geografi ( unsur alam dan manusia, sifat sumber daya
yang ditunjang dengan fasilitasnya, dll), juga karakteristik objek wisatanya itu sendiri
(alam, budaya, minat khusus seperti flyin fox, dll.).
Pada Umumnya manusia melakukan kegiatan wisata untuk menghilangkan
kepenatan setelah bekerja seharian penuh dengan mencari tempat –tempat yang
dianggap memiliki keindahan dan kenyamanan yang di inginkan seperti Gunung,
Puncak, Danau, Sungai, Taman Bunga, Air Terjun, Gletsyer dll. Namun, seperti
dijelaskan pada awal kini wisata tidak hanya ke tempat - tempat yang indah saja tetapi
kini juga ada muatan –muatan atau tujuan –tujuan tertentu seperti pendidikan.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melihat karakteristik daerah tujuan
wisata diantaranya adalah sebagai berikut :
Sumber daya alam, kebudayaan dan manusianya, apakah memiliki karakteristik
yang khas untuk dijadikan daerah tujuan wisata yang potensial atau tidak.
Sistem Kepariwisataan
Geografi pariwisata merupakan sebuah sistem karena memiliki berbagai unsur
yang menunjang kepariwisataan yang mempunyai fungsi masing-masing dan
menunjang antar unsur. System kepariwisataan terdiri atas beberapa unsur, diantaranya
adalah sebagai berikut :
1) Interaksi antara daerah tujuan wisata dengan dengan wisatawan daerah tujuan
wisata melakukan penawaran kepada wisatawan berupa objek-objek yang akan
mereka jual seperti : objek-objek wisata alam, objek-objek wisata budaya, objek
wisata minat khusus, objek wisata konvensi dsb.sedangka wisatawan melakukan
permintaan berupa motivasi untuk melakukan perjalanan wisata dengan tujuan
bersenang-senang, kesehatan, kerohanian, pendidikan dan sebagainya.
2) Adanya sarana penunjang kepariwisataan
Sarana, sarana penunjang kepariwisataan dibagi kedalam
- Sarana pokok, berupa akomodasi, transportasi dan resto.
- Sarana pelengkap, berupa hiburan dan rekreasi.
- Sarana penunjang, berupa rumah sakit, keamananan dan Bank.
Prasarana, diantaranya berupa jalan, Jembatan, Angkutan atau trasportasi,
Terminal, stasiun, pelabuhan dan bandara
1. Attraction (Atraksi).
Atraksi adalah segala hal yang mampu menarik wisatawan untuk berkunjung ke
kawasan wisata. Atraksi terdiri dari apa yang pertama kali membuat wisatawan tertarik
untuk berkunjung ke sebuah kawasan.Atraksi dapat didasarkan pada sumber daya alam
yang memiliki bentuk ciri-ciri fisik alam, dan keindahan kawasan itu sendiri. Selain itu,
budaya juga dapat menjadi atraksi untuk menarik minat wisatawan datang, seperti hal-
hal yang besejarah, agama, cara hidup masyarakat, tata cara pemerintahan,dan tradisi-
tradisi masyarakat baik dimasa lampau maupun dimasa sekarang (Mill, 2000). Hampir
setiap destinasi memiliki atraksi khusus yang tidak dapat dimiliki oleh destinasi lainnya.
2. Accessibilities (Akses).
Akses mencakup fasilitas sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh wisatawan
untuk menuju destinasi wisata, sehingga harus tersedia jasa seperti penyewaan
kendaraan dan transportasi lokal, rute atau pola perjalanan (Cooper dkk, 2000). Menurut
Sugiama (2011) aksesibilitas adalah tingkat intensitas suatu daerah tujuan wisata atau
destinasi dapat dijangkau oleh wisatawan. Fasilitas dalam aksesibilats seperti jalan raya,
4. Accommodation (Penginapan).
Akomodasi dapat diartikan sebagai penginapan yang tentunya di satu destinasi
dengan destinasi lainnya akan berbeda. Akomodasi yang umum dikenal adalah hotel
dengan beragam fasilitas didalamnya. Akomodasi di desa wisata berbeda dengan
akomodasi di destinasi lain. Akomodasi di desa wisata biasaya terdiri dari sebagian
tempat tinggal para penduduk setempat atau unit-unit yang berkembang atas konsep
tempat tinggal penduduk atau biasa dikenal dengan homestay. Akomodasi untuk
mendukung terselenggaranya kegiatan wisata di destinasi dapat terletak di lokasi desa
wisata tersebut atau berada di dekat desa wisata.
5. Activities (Aktivitas).
Aktifitas berhubungan dengan kegiatan di destinasi yang akan memberikan
pengalaman (experience) bagi wisatawan. Setiap destinasi memiliki aktivitas yang
berbeda sesuai dengan karakteristik destinasi wisata tersebut (Brown and Stange, TT).
1. Wisata Budaya
Wisata Budaya yaitu perjalanan yang dilakukan atas dasar keinginan untuk
memperluas pandangan hidup seseorang dengan jalan mengadakan kunjungan atau
Wisata ini banyak dikaitkan dengan kegemaran akan keindahan alam, kesegaran
hawa udara di pegunungan, keajaiban hidup binatang dan marga satwa yang langka
serta tumbuh–tumbuhan yang jarang terdapat di tempat–tempat lain. Di Bali wisata
Cagar Alam yang telah berkembang seperti Taman Nasional Bali Barat dan Kebun Raya
Eka Karya.
4. Wisata Konvensi
Yang dekat dengan wisata jenis politik adalah apa yang dinamakan wisata
konvensi. Berbagai negara pada dewasa ini membangun wisata konvensi ini dengan
menyediakan fasilitas bangunan dengan ruangan–ruangan tempat bersidang bagi para
peserta suatu konfrensi, musyawarah, konvensi atau pertemuan lainnya baik yang
bersifat nasional maupun internasional. Jerman Barat misalnya memiliki Pusat Kongres
Internasiona (International Convention Center) di Berlin, Philipina mempunyai PICC
(Philippine International Convention Center) di Manila dan Indonesia mempunyai Balai
Sidang Senayan di Jakarta untuk tempat penyelenggaraan sidang–sidang pertemuan
besar dengan perlengkapan modern. Biro konvensi, baik yang ada di Berlin, Manila,
atau Jakarta berusaha dengan keras untuk menarik organisasi atau badan–badan nasional
maupun internasional untuk mengadakan persidangan mereka di pusat konvensi ini
dengan menyediakan fasilitas akomodasi dan sarana pengangkutan dengan harga
reduksi yang menarik serta menyajikan program–program atraksi yang menggiurkan.
7. Wisata Ziarah
Jenis wisata ini sedikit banyak dikaitkan dengan agama, sejarah, adat istiadat dan
kepercayaan umat atau kelompok dalam masyarakat. Wisata ziarah banyak dilakukan
oleh perorangan atau rombongan ke tempat–tempat suci, ke makam–makam orang besar
atau pemimpin yang diagungkan, ke bukit atau gunung yang dianggap keramat, tempat
pemakaman tokoh atau pemimpin sebagai manusia ajaib penuh legenda. Wisata ziarah
ini banyak dihubungkan dengan niat atau hasrat sang wisatawan untuk memperoleh
restu, kekuatan batin, keteguhan iman dan tidak jarang pula untuk tujuan memperoleh
berkah dan kekayaan melimpah. Dalam hubungan ini, orang–orang Khatolik misalnya
melakukan wisata ziarah ini ke Istana Vatikan di Roma, orang–orang Islam ke tanah
suci, orang–orang Budha ke tempat–tempat suci agama Budha di India, Nepal, Tibet
dan sebagainya.
Di Indonesia banyak tempat–tempat suci atau keramat yang dikunjungi oleh umat-
umat beragama tertentu, misalnya seperti Candi Borobudur, Prambanan, Pura Basakih
di Bali, Sendangsono di Jawa Tengah, makam Wali Songo, Gunung Kawi, makam
Bung Karno di Blitar dan sebagainya. Banyak agen atau biro perjalanan menawarkan
wisata ziarah ini pada waktu–waktu tertentu dengan fasilitas akomodasi dan sarana
angkuatan yang diberi reduksi menarik ke tempat–tempat tersebut di atas.
Yang dimaksud dengan dunia modern adalah sesudah tahun 1919. Dimana hal
ini ditandai dengan pemakaian angkutan mobil untuk kepentingan perjalanan pribadi
sesudah perang dunia I (1914– 1918).Perang dunia I ini memberi pengalaman kepada
orang untuk mengenal negara lain sehingga membangkitkan minat berwisata ke negara
lain.
Pada tahun 1914, perusahaan kereta api di Inggris mengalami keruntuhan dalam
keuangan sehingga diambillah kebijaksanaan sebagai berikut ini : “Kereta api yang
bermesin uap diganti menjadi mesin diesel dan mesin bertenaga listrik serta
Pengurangan jalur kererta api yang kurang menguntungkan”. Pada masa ini pula timbul
sarana angkutan bertehnologi tinggi, seperti mobil dan pesawat sebagai sarana
transportasi wisata yang lebih nyaman serta lebih cepat.
Setelah masuknya Bangsa Belanda ke Indonesia pada awal abad ke-19, daerah
Hindia Belanda mulai berkembang menjadi daya tarik bagi para pendatang yang berasal
dari Belanda, yang pada awalnya di daerah seperti Jawa masih tertutup bagi para
wisatawan. Di era-era ini, pemerintah kolonial tidaklah menyukai wisatawan karena
alasan stabilitas keamanan pasca pemberontakan-pemberontakan di Jawa dan Perang
Menurut Para Ahli Sumber daya alam merupakan istilah yang berhubungan
dengan materi-materi dan potensi alam yang terdapat di planet bumi yang memberikan
manfaat bagi kehidupan manusia. Materi alam tersebut dapat berupa benda hidup
(unsur-unsur hayati), yaitu hewan dan tumbuhan. Terdapat pula benda mati (nonhayati),
seperti tanah, udara, air, bahan galian atau barang tambang. Selain itu terdapat pula
a.Ada beberapa pengertian sumber daya dari beberapa para ahli, diantaranya
adalah : Sumber Daya Alam Menurut Suryanegara (1977) mengatakan bahwa secara
definisi sumber daya alam adalah unsur – unsur lingkungan alam, baik fisik maupun
hayati yang diperlukan manusia dalam memenuhi kebutuhannya guna meningkatkan
kesejahteraan hidup. Menurut Katili (1983) mengemukakan bahwa sumber daya alam
adalah semua unsur tatalingkungan biofisik yang nyata atau potensial dapat memenuhi
kebutuhan manusia.
1 Air Terjun Tegan Kiri Air terjun tegan kiri adalah salah satu objek wisata
alam yang terdapat di Kabupaten Bungo Provinsi Jambi. Air terjun ini memiliki
panorama alam yang sangat indah dan masih asri dengan ketinggian 10 meter. Sumber
air terjun tegan kiri dari perbukitan dengan ketinggian 26 meter. Untuk menuju ke
lokasi kita harus menempuh jarak kurang lebih 30 km dari Ibukota Kabupaten Bungo
dengan perjalanan darat.
2 Geopark Merangin
Bagi Anda yang memiliki kegemaran arum jeram jangan lewatkan salah satu
objek wisata yang terdapat di Kabupaten Merangin ini. Geopark merangin tidak hanya
menawarkan arum jeram saja tetapi keunikan fosil flora berusia hampir 350 tahun juga
menjadi daya tarik tersendiri. Kawasan ini masih diselimuti hutan lebat dengan beragam
jenis tanamannya. Untuk mencapai lokasi ini dibutuhkan waktu sekitar 6 jam dengan
menggunakan mobil dari Jambi, Ibukota provisi Jambi. Objek Wisata Alam Di Daerah
Sumatera Selatan 1. Hutan Wisata Punti Kayu Hutan Wisata Punti Kayu terletak lebih
3. Gunung Dompo
Gunung Dempo adalah sebuah gunung yang mempunyai ketinggian hingga 3,195
meter, dan memiliki kawasan hutan Dipterokarp Bukit hutan Montane serta Hutan
Ericaceous atau yang disebut hutan gunung. Gunung ini terletak pada perbatasan
provinsi Sumatera Selatan dan Bengkulu. Untuk bisa mencapai desa terdekat, Anda
harus terlebih dahulu mencapai kota Pagar Alam, lebih kurang 7 jam perjalanan
darat dari Palembang. Dari Palembang tersedia banyak bus yang menuju arah Pagar
Alam, salah satunya bus Dharma Karya. Objek Wisata Alam Di Daerah Jawa
Tengah 1. Dataran Tinggi Dieng Dataran Tinggi Dieng Berlokasi sekitar 30 KM
dari Wonosobo, Dataran Tinggi Dieng adalah kawasan gunung api raksasa yang
mempunyai beberapa kawah dan candi-candi Hindu kuno. Karena berada pada
ketinggian 2,000 meter, Dataran Tinggi Dieng mempunyai suhu yang sangat
dingin. Pada siang hari, suhu udara dapat mencapai 15 derajat Celsius dan 10
derajat Celsius pada malam hari. Dataran Tinggi Dieng dikelola sebagai tempat
wisata di Jawa Tengah secara bersama oleh Kabupaten Wonosobo dan
Banjarnegara
Taman Wisata Air Panas Guci berlokasi di Tegal, Jawa Tengah. Untuk dapat
mencapai lokasi Taman Wisata Air Panas Guci, Anda harus berkendara ke arah selatan
dalam jarak tempuh sektiar 40 KM dari kota Tegal, atau sekitar 30 KM dari Slawi.
Seperti halnya tempat wisata air panas alami yang lain, air panas di Taman Wisata Air
Tempat wisata di Kalimantan Selatan ada air terjun panayar, lokasinya berada di Desa
Artain Kecamatan Aranio, jaraknya kurang lebih 30 km dari kota Martapura,
Kalimantan Selatan. Untuk menuju air terjun ini anda menggunakan kendaraan
bermotor kemudian dilanjutkan menggunakan kelotok.
2. Waduk Riam
Kanan dan Pulau Pinus II Danau atau Waduk Riam Kanan berlokasi di Desa Aranio,
Kecamatan Aranio, Kabupaten Banjar. Biasanya wisatawan yang berkunjung ke Waduk
Riam Kanan juga mengunjungi Pulau Pinus 2 yang berada di tengah waduk riam kanan.
Disebut pulau pinus karena banyak pohon yang tumbuh di pulau tersebut.
3. Pulau Kaget
Pulau Kaget merupakan salah satu objek wisata di Kalimantan Selatan yang
berada di wilayah Kecamatan Tabunganen, Barito Kuala, Kalimantan Selatan. Pulau
Kaget merupakan sebuah delta yang terletak di tengah sungai Barito, pulau ini juga
merupakan habitat bagi Bekantan.
` dari warnabiru menjadi warna hitam) dan badan air beracun sehingga makanan
laut (seafood) menjadi berbahaya.Wisatawan menjadi tidak dapat mandi dan berenang
karena air di laut, danau dan sungai tercemar.Masyarakat dan wisatawan saling menjaga
kebersihan perairan.Guna mengurangi polusi air, alat transportasi air yang digunakan,
yakni angkutan yang ramah lingkungan, seperti : perahu dayung, kayak, dan kano.
4. Pegunungan dan area liar, Wisatawan asal daerah bermusim panas memilih
berwisata ke pegunungan untuk berganti suasana. Aktivitas di pegunungan berpotensi
merusak gunung dan area liarnya. Pembukaan jalur pendakian, pendirian hotel di kaki
bukit, pembangunan gondola (cable car), dan pembangunan fasilitas lainnya
merupakanbeberapa contoh pembangunan yang berpotensi merusak gunung dan area
liar. Akibatnya terjadi tanahlongsor, erosi tanah, menipisnya vegetasi pegunungan (yang
bisa menjadi paru-paru masyarakat) ,potensi polusi visual dan banjir yang berlebihan
karena gunung tidak mampu menyerap air hujan. Reboisasi (penanaman kembali
pepohonan di pegunungan) dan peremajaan pegunungan dilakukan sebagai upaya
pencegahan kerusakan pegunungan dan area liar.
i. Sejak 1972, usaha tersebut membuahkan hasil dengan menentukan garis batas
untuk mencegah kenaikan kadar polusi pada hampir semua sungai dan aliran air
Terhadap agen penyebab penyakit dan kebutuhan oksigen. Dan juga dari survei yang
dilakukan pada tahun 1985, Ketentuan tersebut dipatuhi sepenuhnya oleh sekitar 73%
dari aliran air sungai yang diperiksa, terutama untuk keperluan memancing dan
berpariwisata. Peraturan mengenai pencegahan pencemaran air juga dapat
meningkatkan kadar oksigen terlarut di dalam air sungai maupun aliran air di
kebanyakan negara yang sudah maju. Hasil perencanaan Program Kali Bersih di Inggris
sangat memuaskan titik pada sungai Thames Di tahun 1950-an penuh dengan limbah
aerobik dan setelah 30 tahun program diperlakukan, kini menjadi sungai yang bersih
dan menghabiskan biaya sekitar 250 juta dolar. kadar oksigen terlarut dalam sungai
tersebut sangat meningkat dengan cepat sehingga dapat meningkatkan populasi 90
Spesies ikan yang hidup didalamnya, termasuk juga ikan yang sangat peka terhadap
pengaruh polusi seperti ikan salmon. Terdapat juga pada sungai Cisadane di provinsi
Jawa Barat yang mengalir melalui daerah Bogor, Serpong Tangerang, merupakan
melaporkan hasil penelitiannya mengenai kualitas air sungai dari 2 lokasi sampling
yaitu di daerah Serpong dan Tangerang yang merupakan daerah Urban. dari hasil
perhitungan indeks polusi, air sungai yang mengalir di Tangerang Lebih banyak
terpolusi daripada air sungai yang melalui Serpong. Usaha dan atau kegiatan manusia
memerlukan air yang berdaya guna, tetapi di lain pihak berpotensi menimbulkan
dampak negatif, antara lain berupa pencemaran yang dapat mengancam ketersediaan air,
daya guna, daya dukung, daya tampung, dan produktivitasnya. Agar air dapat
bermanfaat secara lestari dan pembangunan dapat berkelanjutan, maka dalam
pelaksanaan pembangunan perlu dilakukan pengelolaan kualitas air dan pengendalian
pencemaran air. Mutu air adalah kondisi kualitas air yang diukur dan atau diuji
berdasarkan parameter-parameter tertentu dan metoda tertentu berdasarkan peraturan
perundangundangan yang berlaku, Klasifikasi mutu air ditetapkan menjadi 4 (empat)
kelas :
1. Kelas satu, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air minum, dan
atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan
tersebut.
2. Kelas dua, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasarana/sarana rekreasi
air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau
peruntukan lain yang mempersyaratkan Mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.
3. Kelas tiga, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan air
tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang
mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.
4. Kelas empat, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi pertanaman
atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan
tersebut.
A. PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
2) Aspek Sosial
memastikan adanya distribusi yang baik dari biaya dan keuntungan dari
3) Aspek Lingkungan
C. PARIWISATA BERKELANJUTAN
1. Partisipasi
Para pelaku yang ikut serta dalam pembangunan pariwisata meliputi kelompok
dan institusi LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat), kelompok sukarelawan, pemerintah
daerah, asosiasi wisata, asosiasi bisnis dan pihak-pihak lain yang berpengaruh dan
berkepentingan serta yang akan menerima dampak dari kegiatan pariwisata.
3. Kepemilikan Lokal
6. Daya Dukung
Daya dukung atau kapasitas lahan yang harus dipertimbangkan meliputi daya
dukung fisik, alami, sosial dan budaya. Pembangunan dan pengembangan harus sesuai
dan serasi dengan batas-batas lokal dan lingkungan. Rencana dan pengoperasiannya
seharusnya dievaluasi secara reguler sehingga dapat ditentukan penyesuaian/perbaikan
yang dibutuhkan. Skala dan tipe fasilitas wisata harus mencerminkan batas penggunaan
yang dapat ditoleransi (limits of acceptable use).
8. Akuntabilitas
9. Pelatihan
10. Promosi
Kedua, Keterkaitan Vertikal (vertical lingkage). Tujuan dari hubungan pendekatan ini
adalah untuk mencari keseimbangan penggabungan komponen-komponen penting dari
aktivitas kepariwisataan dan pembangunan serta „melindungi berbagai terobosan
cemerlang dalam pengambilan keputusan. Karakteristik hubungan vertikal adalah
sebagai berikut : Pertama, pada pendekatan ini, kepariwisataan merupakan bagian dari
pembangunan yang berfungsi sebagai bagian dari strategis dalam penyusunan
kebijakan, sehingga berada di atas dan berpengaruh terhadap sektor lain; Kedua, elemen
strategis dari perencanaan kebijakan harusmencakup penyediaan sarana dan prasaranaa
kepariwisataan; Ketiga, pengembangan kepariwisataan khusus, mencakup akomodasi,
dalam berbagai tipe, hotel, motel, dsb; Kelima, prakiraan dampak (mencakup kajian
carrying capacity) pembangunan kepariwisataan ditinjau dari sisi ekonomi, lingkungan,
sosial ekonomi masyarakat lokal, budaya dan warisan; Keenam, pembiayaan,
pemasaran, promosi, dan system informasi; Ketujuh, kampanye Sadar Wisata bagi
masyarakat.
dan lain-lain
2.5 Contoh permasalahan wisata dan upaya penyelesaian nya sesuai prinsip
Pariwisata Berkelanjutan (Sustainable tourism development)
STUDI KASUS
Tidak dapat dipungkiri lagi, dengan berdirinya hotel-hotel dan restaurant di bali
memberikan dampak negatif bagi alam dan lingkungan Pulau Bali. Potensi kerusakan
alam dan lingkungan Pulau Bali antara lain (diadaptasi dari Wiyasha,2008) : water
resources (sumber air) , local resources like energy, food, and other raw materials
(sumber daya local seperti energi, makanan dan bahan-bahan mentah lainnya), Land
degradation (penurunan kualitas tanah), Air emissions (emisi udara) , Noise (suara),
Solid waste and littering (Sampah keras dan lunak) , Releases of sewage (limbah), Oil
and chemicals (minyak dan bahan-bahan kimia),Even architectural/visual pollution
(polusi arsitek). Pendirian sebuah hotel yang hanya mengindahkan sisi ekonomi dan
arsitek (Manuaba,2008) tanpa memperhatikan aspek lainnya secara terintegrasi, seperti
aspek sosial budaya dan lingkungan, akan menimbulkan permasalahan dikemudian hari.
Hal ini terbukti dengan keadaan yang dirasakan saat ini, terutama dilihat dari sudut
pandang lingkungan. Tempratur Bali yang semakin tinggi, abrasi pantai, meningkatnya
kasus demam berdarah, nenurunnya kualitas air dan udara Pulau Bali, merupakan akibat
dari lalainya investor, pemerintah dan masyarakat dalam menjaga keseimbangan
pembangunan pariwisata di Pulau Bali. Meskipun berbagai macam aturan telah di
tetapkan seperti (i) UU No 24 Tahun 1992, tentang tata ruang dengan konsep
pembangunan berkelanjutan, (ii) UU No 3 Tahun 2004,tentang pengendalian
pengelolaan lingkungan, namun masih saja ada investor yang ’nakal’.
’Kenakalan’investor tidak lepas dari motiv ekonomi. Mereka membangun hotel dengan
Konsep yang dapat diterapkan manajemen hotel, antara lain menggunakan analisis
POT (potensi dan tantangan). Dengan analisis POT , permasalahan lingkungan dapat
dipecahkan melalui potensi:
A. Defenisi Ecotourism
Berbagai konsep dan definisi yang berkembang secara generik, ekowisata merupakan
konsep tentang perjalanan wisata yang berbasiskan pada alam yang mengandung
dimensi learning dan mengandung pesan pembangunan berkelanjutan (Weaver ,2001).
Suatu konsep yang sangat ideal, dalam perspektif ranah manajemen wisata pada
umumnya termasuk ekowisata akan meliputi tiga komponen yaitu place sebagai lanskap
wilayah dengan eco-lodge-nya dan produk (destinasi) ekowisata, pengunjung dan
masyarakat lokal (host community) (Mason, 2003).
Definisi ekowisata yang pertama diperkenalkan oleh organisasi The Ecotourism Society
(1990) sebagai berikut: Ekowisata adalah suatu bentuk perjalanan wisata ke area alami
yang dilakukan dengan tujuan mengkonservasi lingkungan dan melestarikan kehidupan
dan kesejahteraan penduduk setempat. Semula ekowisata dilakukan oleh wisatawan
pecinta alam yang menginginkan di daerah tujuan wisata tetap utuh dan lestari, di
samping budaya dan kesejahteraan masyarakatnya tetap terjaga.
Hal ini seperti yang didefinisikan oleh Australian Department of Tourism (Black, 1999)
yang mendefinisikan ekowisata adalah wisata berbasis pada alam dengan mengikutkan
aspek pendidikan dan interpretasi terhadap lingkungan alami dan budaya masyarakat
dengan pengelolaan kelestarian ekologis. Definisi ini memberi penegasan bahwa aspek
yang terkait tidak hanya bisnis seperti halnya bentuk pariwisata lainnya, tetapi lebih
dekat dengan pariwisata minat khusus, alternative tourism atau special interest tourism
dengan obyek dan daya tarik wisata alam.
Salah satu definisi ekowisata secara luas adalah salah satu yang dikembangkan oleh
Ceballos-Lascuráin pada tahun 1983, yang berfokus pada pentingnya daerah alam,
domain kognitif dan afektif, dan perilaku. Perjalanan ke daerah alam yang secara relatif
tidak terganggu atau tidak terkontaminasi dengan tujuan spesifik dari penelitian,
pengaguman, dan penikmatan pemandangan dan tumbuhan dan hewan liar, serta
manifestasi budaya apapun yang ada (baik masa lalu maupun sekarang) yang ditemukan
di daerah ini (Ceballos-Lascuráin 1987, van der Merwe di 1996).
Meskipun ada beberapa definisi ekowisata, sebagian besarmerangkul tema umum dari
perjalanan untuk pengalaman lingkungan, misalnya, mendefinisikan ekowisata sebagai
"perjalanan bertanggung jawab yang melestarikan lingkungan alam dan memelihara
kesejahteraan masyarakat setempat".
a. Meminimalkan dampak.
b. Meningkatkan kesadaran.
Diatas merupakan beberapa definisi dari ekowisata, dan salah satu contoh ekowisata
yang di jadikan sebagai objek penelitian disini adalah Taman Wisata Alam Mangrove ,
Angke Kapuk, Jakarta Utara.
Taman Wisata Alam ( TWA ) Mangroove Angke Kapuk, Jakarta Utara merupakan
kawasan pelestarian alam yang dimanfaatkan untuk kegiatan wisata alam dan berpusat
pada pengembangan ecotourism. Di tempat ini terdapat beberapa fasilitas dan aktifitas
yang dapat dilakukan oleh wisatawan , antara lain:
Di Taman Wisata Alam (TWA) Angke Kapuk, wisatawan dapat merasakan sendiri
pengalaman menanam bibit mangrove / bakau. Dengan menanam mangrove dapat
membantu dalam pencegahan abrasi (pengikisan bibir pantai oleh air laut) serta
mencegah terjadinya intrusi air laut (merembesnya air laut ke daratan hingga ke sungai).
Dalam ekosistem hutan bakau, mangrove merupakan satu dari beberapa jenis pohon
yang merupakan penyusun utama dalam ekosistem tersebut..Terdapat tiga jenis utama
2. Wisata hutan
3. Wisata air.
Taman Wisata Alam (TWA) Angke Kapuk menyediakan fasilitas wisata air, wisatawan
dapat menikmati pemandangan alam dengan menggunakan perahu kayu dan perahu
karet, keduanya dapat disesuaikan dengan keinginan pengunjung. Untuk fasilitas perahu
karet wisatawan akan dibantu oleh pemandu untuk diajak menjelajahi taman wisata
alam jalur air, wisatawan dapat melihat hewan khas daerah danau dari dekat dan bagi
pecinta fotografi lokasi wisata air sangat bagus untuk sebagai objek pemotretan yang
suasananya sangat jarang ditemukan di kota Jakarta. Dan sebagai alternatif lain,
wisatawan juga dapat menjelajahi wisata air dengan mengayuh sendiri menggunakan
jasa perahu kano.
5. Penginapan Taman
Wisata Alam Angke Kapuk juga menyediakan fasilitas penginapan untuk wisatawan
yang ingin bermalam, pengunjung dapat menikmati keindahan alam yang asri dan
tenang di tengah hiruk pikuk perkotaan Jakarta, selain itu, pengunjung juga dapat
menikmati terbitnya matahari (sunrise) hingga tenggelam (sunset) yang dapat diselingi
B. Prinsip-Prinsip Ecotourism
a. Meminimalisasi dampak
Ekowisata muncul sebagai bentuk respon terhadap pariwisata massal (mass tourism).
Tak bisa dimungkiri lagi bahwa pariwisata massal memberikan banyak dampak
negative, tak hanya bagi lingkungan, tapi juga sosial. Sumber PBB menyebutkan, rata-
rata turis yang menghabiskan air dalam waktu 24 jam, sama dengan jumlah air yang
bisa digunakan oleh petani di negara dunia ketiga untuk memproduksi padi selama 100
hari. Contoh lain, satu hotel mewah di negara dunia ketiga menghabiskan 66 ribu gallon
air sehari. Coba Anda bayangkan betapa borosnya!
Ekowisata bisa disebut sebagai filter (penyaring) dari dampak pariwisata massal. Ini tak
lain karena ekowisata lebih merupakan small tourism. Jumlah wisatawan yang kecil,
akan kecil kemungkinan pula memberi dampak negatif. Wisatawan bisa berinteraksi
lebih intens dengan warga lokal. Ini membuat mereka punya waktu lebih banyak untuk
menyelami budaya warga lokal sekaligus menghormati lingkungan tempat mereka
berada.
Dengan jumlah wisatawan yang sedikit, ekowisata bisa memberi pengalaman positif
yang lebih intensif dengan masyarakat lokal. Interaksi ini jauh lebih berkualitas.
Misalkan, wisatawan menginap di homestay lokal. Mereka tidak sekadar menginap, tapi
juga dihidangkan makanan khas sana. Bahkan, bisa melihat prosesnya langsung jikalau
pemilik homestay menyediakan paketnya. Antara wisatawan dan pemilik homestay bisa
saling bertukar ilmu dan pengalaman. Bukankah ini hal yang menarik?
Kendati small tourism, namun ekowisata bisa memberikan keuntungan finansial yang
tidak sedikit. Ekowisatawan biasanya sudah menyadari bahwa ekowisata itu mahal.
Mereka akan mafhum mengenai hal ini karena efek positif yang diberikannya untuk
beragam lapisan. Misalnya, mereka mengambil paket ekowisata untuk melihat
penangkaran penyu. Mereka akan rela merogoh kocek mendalam, namun imbal
baliknya ke mereka berupa pengalaman yang menakjubkan. Bisa melihat penyu sedang
menetaskan anaknya, melepas tukik-tukiknya ke laut, itu tentu tidaklah murah.
Ekowisata yang dijalankan dengan optimal akan berdampak pada banyak hal. Jika
ekowisata diberi perhatian besar, maka mau tak mau akan berimbas pada kebijakan.
Sebab, bagaimanapun juga, ekowisata perlu diregulasi. Ini untuk menjaga agar tidak
kebablasan kea rah pariwisata massal. Efek lingkungan dan sosial pun sudah pasti
menjadi keniscayaan. Semua pihak pun akan ramai-ramai peduli. Sinergi ini akan
menciptakan angina segar bagi tumbuhnya ekowisata. Pembangunan pun menjadi lebih
terarah dan berkelanjutan. Tidak sekadar bertumpu pada tujuan-tujuan jangka pendek
semata.
Lima pedoman yang harus dikenali dan dipatuhi oleh para pelaku ekowisata adalah
pendidikan (education), pembelaan (advocacy), pengawasan (monitoring), keterlibatan
komunitas setempat (community involvement) dan perlindungan (conservation).
Kegiatan ekowisata menjadi suatu jenis wisata yang lebih mahal harganya dibandingkan
dengan jenis wisata lain, mengingat pengelolaan kawasan ekowisata harus
mengendalikan kuantitas dan kualitas pengunjung. Pengelola ekowisata disamping
menjalankan prinsip ekonomi untuk mencari keuntungan sebanyak mungkin, tetapi juga
harus dapat menjalankan misi konservasi.
Untuk keberhasilan usaha ekowisata di wilayah tersebut ditentukan pula atas faktor-
faktor berikut :
Kendala utama dari pengembangan ecotourism ini adalah pada kondisi masyarakat yang
masih sederhana dan miskin serta berpendidikan rendah (rata-rata SD) sehingga
mementingkan mendapatkan uang sesaat, kurang faham terhadap pelestarian lingkungan
maupun pariwisata. Kendala ke dua adalah keamanan, karena selama ini wilayah
tersebut susah dijangkau, maka ada beberapa tempat yang diduga rawan keamanan.
4. Masyarakat setempat dihimbau agar tetap memelihara adat dan kebiasaan sehari-
hari tanpa terpengaruh terhadap kedatangan wisatawan yang berkunjung.
Sumatera Utara
Sumatera Utara adalah sebuah provinsi di Indonesia yang terletak di bagian Utara
Pulau Sumatra. Provinsi ini berada di Kota Medan, dengan luas wilayah 72.981,23 km2.
Sumatra Utara merupakan provinsi dengan jumlah penduduk terbesar keempat di
Indonesia, setelah provinsi Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah. Pada
tahun 2020 penduduk Sumatra Utara berjumlah 15.136.522 jiwa, dengan kepadatan
penduduk 207,40 jiwa/km².
Provinsi Sumatra Utara terletak pada 1° - 4° Lintang Utara dan 98° - 100° Bujur
Timur, Luas daratan Provinsi Sumatra Utara 72.981,23 km².
Sumatra Utara pada dasarnya dapat dibagi atas:
Pesisir Timur
Pegunungan Bukit Barisan
Pesisir Barat
Kepulauan Nias
Potensi Alam
Kondisi geografis Pulau Sumatera yang dikelilingi perairan tentunya menjadi
nilai tambah tersendiri bagi pulau ini.Terdapat banyak pantai indah yang berderet di
sepanjang garis pantai Pulau Sumatera.Pulau Sumatera juga memiliki banyak sekali
gugusan pulau-pulau kecil. Masih banyak dari pulau-pulau kecil ini yang belum
tersentuh oleh industri pariwisata sehingga jika Anda memiliki jiwa petualang yang
tinggi, menjelajahi pulau-pulau yang menjadi pembatas dengan negara-negara tetangga
ini akan sangat menguji adrenalin, Salah satunya adalah Pulau Samosir di Provinsi
Sumatera Utara. Sangat unik karena Pulau Samosir ini berada di tengah Danau.
Di Sumatera Utara saat ini terdapat dua taman nasional, yakni Taman Nasional
Gunung Leuser dan Taman Nasional Batang Gadis. Menurut Keputusan Menteri
Kehutanan, Nomor 44 Tahun 2005, luas hutan di Sumatra Utara saat ini 3.742.120
hektare (ha). Yang terdiri dari Kawasan Suaka Alam/Kawasan Pelestarian Alam seluas
477.070 ha, Hutan Lindung 1.297.330 ha, Hutan Produksi Terbatas 879.270 ha, Hutan
Produksi Tetap 1.035.690 ha dan Hutan Produksi yang dapat dikonversi seluas 52.760
ha.
Potensi Kebudayaan
Provinsi Sumatera Utara merupakan salah satu bagian wilayah Indonesia yang
memiliki kawasan cukup luas dengan berbagai kebudayaan khasnya, salah satunya ada
rumah adat, monument, ataupun kesenian yang berada di sumut.
Rumah adat provinsi Sumatera Utara menjadi ciri khas kecantikan budaya
bangsa kita, terdiri dari berbagai budaya bangsa yang semakin mewarnai
keindahan Nusantara, termasuk kebudayaan di Sumatera Utara. Seperti pada
rumah adat bolon yang terletak di daerah batak toba yang dijadikan lokasi
pertemuan suatu keluarga besar dimana bentuk dari rumah adat ini berbentuk
seperti panggung dengan ruang bagian atas sebagai tempat tinggal bersama dan
tempat tidur yang didesain lebih tinggi dari posisi dapur.
Tarian tradisional pada daerah sumatera utara memiliki berbagai macam tarian
salah satunya tari serampang dua belas tarian khas yang berasal dari suku
melayu-deli. Tarian dengan gerakan tercepat dan ragam gerak tarinya sebanyak
12 dan tari serampang dua belas merupakan tarian yang berkisah mengenai 2
anak manusia yang saling jatuh cinta sejak pandangan pertama.
Senjata tradisional sumatera utara yang dikenal dengan nama Piso Surut. Jika
dilihat dari bentuk dan rupanya mirip dengan sebuah pisau belati yang biasa
Istana maimun
Istana Maimun merupakan salah satu tujuan wisata sejarah di Kota Medan yang
masih ada.Tempat untuk mengenal Istana yang dibangun di jaman Kesultanan
Deli ketika mencapai puncak kejayaan saat berada di bawa kepemimpinan Sultan
Makmun Al Rasyid Perkasa Alamsyah.Pada masa itu pula, tepatnya di tahun 1888
Istana Maimun dibangun.Istana Maimun saat ini telah menjadi destinasi wisata,
baik bagi wisatawan lokal maupun luar negeri.
Candi Bahal
Candi Bahal berlokasi di Desa Bahal, Kecamatan Padang Bolak, Kabupaten
Tapanuli Selatan, Sumatera Utara.Candi ini merupakan kompleks candi yang
terluas di provinsi Sumatra Utara, karena arealnya melingkupi kompleks Candi
Bahal I, Bahal II dan Bahal III.Seluruh bangunan di ketiga kompleks candi dibuat
dari bata merah, kecuali arca-arcanya yang terbuat dari batu keras.Masing-masing
kompleks candi dikelilingi oleh pagar setinggi dan setebal sekitar 1 m yang juga
terbuat dari susunan bata merah. Di sisi timur terdapat gerbang yang menjorok
keluar dan di kanan-kirinya diapit oleh dinding setinggi sekitar 60 cm. Di setiap
kompleks candi terdapat bangunan utama yang terletak di tengah halaman dengan
pintu masuk tepat menghadap ke gerbang
A. Pengertian Pariwisata
Adanya perjalanan pertama kali dilakukan oleh bangsa-bangsa primitif dari satu tempat
ke tempat lain dengan tujuan untuk kelangsungan hidup seperti bercocok tanam dan
berburu. Tahun 400 sebelum masehi mulai dianggap modern karena sudah mulai ada
perjalanan oleh bangsa Sumeria dimana saat itu juga mulai ditemukan huruf, roda, dan
fungsi uang dalam perdangangan. Perjalanan wisata pertama kali dilakukan oleh bangsa
Phoenesia dan Polynesia untuk tujuan perdagangan. Kemudian Perjalanan wisata untuk
bersenang-senang pertama kali dilakukan oleh Bangsa Romawi pada abad I sampai
abad V yang umumnya tujuan mereka bukan untuk kegiatan rekreasi seperti pengertian
wisata dewasa ini, tetapi kegiatan mereka lebih ditujukan untuk menambah pengetahuan
cara hidup, sistem politik, dan ekonomi. Kemudian pada tahun 1760-1850 terjadinya
revolusi industri sehingga mengakibatkan perubahan dalam kehidupan masyarakat,
antara lain :
industri, lapangan kerja meluas ke bidang industri, pergeseran penanaman modal dari
munculnya akomodasi (hotel) baik di stasiun-stasiun kereta api maupun di daerah tujuan
wisata. Disamping akomodasi, banyak pula restoran dan bar serta sejenisnya, seperti
kedai kopi dan teh yang timbul akibat urbanisasi.
Hotels to France” oleh Michelui (1900) dan “Guide to Hotels“ oleh Automobile
Association (1901).
Perjalanan tersebut diatur dan dikoordinasikan oleh Thomas Cook & Son Ltd. pada
Pada abad modern ini, kehidupan manusia tidak dapat dilepaskan dari pariwisata. Ia
menjadi kebutuhan sehari hari masyarakat. Banyak pemahaman mengenai era modern
ini.
Ada yang mengatakan bahwa era modern adalah era setelah abad pencerahan sekitas
abad ke 15. Namun adapula yang mengkaitkan era modern sebagai era setelah Perang
Dunia. Dalam kaitan dengan dunia pariwisata, yang dimaksud dengan dunia modern
adalah sesudah tahun 1919. Dimana hal ini ditandai dengan pemakaian angkutan mobil
untuk kepentingan perjalanan pribadi sesudah perang dunia I (1914- 1918).
Pada tahun 1914, perusahaan kereta api di Inggris mengalami keruntuhan dalam
keuangan sehingga diambillah kebijaksanaan sebagai berikut ini : “Kereta api yang
bermesin uap diganti menjadi mesin diesel dan mesin bertenaga listrik serta
Pengurangan jalur kererta api yang kurang menguntungkan”. Pada masa ini pula timbul
sarana angkutan berteknologi tinggi, seperti mobil dan pesawat sebagai sarana
transportasi wisata yang lebih nyaman serta lebih cepat.
Kedua, penemuan pesawat udara untuk kebutuhan sipil. Sebelum perang dunia II
pesawat udara dipakai hanya untuk kepentingan komersial, seperti pengangkutan surat-
surat pos, paket-paket, dan lain-lain. Tetapi sejak tahun 1963 mulai diperkenalkan paket
Perkembangan pariwisata tidak bisa kita lepaskan dari proses globalisasi. Globalisasi
secara sederhana dapat dimaknai sebagai perubahan yang terjadi disuatu tempat
akan segera diketahui oleh pihak ditempat lain di seluruh dunia. Tentu saja hal ini
memerlukan media atau perantara yaitu sarana teknologi komunikasi. Menurut
Prihastuti, globalisasi adalah keterkaitan ketergantungan antar bangsa dan antar manusia
di seluruh dunia melalui perdagangan, investasi, perjalanan, budaya populer, dan
bentuk-bentuk interaksi yang lain sehingga suatu batas-batas suatu negara menjadi bias.
lain. Hal ini adalah sebuah kebutuhan pokok dan mendasar bagi sebuah bangsa untuk
menjalin hubungan dengan negara yang lain mengingat tidak ada satupunnegara di
dunia yang mampu mencukupi kebutuhan sendiri.
untuk menemukan kehidupan yang lebih baik, memaksanya untuk meninggalkan tempat
tinggalnya atau negaranya untuk waktu yang sebentar maupun jangka waktu yang lama.
Pada masa dahulu perpindahan penduduk adalah akibat dari bencana perang. Namun
kini
perpindahan penduduk lebih bersifat ekonomi dan sosial yang menyangkut masalah
pekerjaan, bisnis, belajar atau rekreatif.
Keempat, adalah kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Ini adalah gejala yang
Munculnya globalisasi, tak dapat dielakkan, akan berdampak pada dunia pariwisata.
Akibat dari gejala di atas, pariwisata bukan lagi menjadi gaya hidup, tetapi juga
kebutuhan hidup yang menuntut pemenuhan. Akibat langsungnya adalah dunia
pariwisata mengalami lonjakan baik dalam kuantitas kunjungan masyarakat maupun
penyediaan destinasi wisata itu sendiri.
Di Amerika Serikat, wisatawan bisa dengan bebas memilih berbagai macam tujuan
wisata sesuai dengan keinginan mereka. Karena di negara ini tersebar berbagai jenis
daya tarik di setiap kota di negara bagiannya. Di Arizona terdapat Grand Canyon,
sebuah lembah raksasa yang menganga yang terbentuk oleh sungai Colorado. Dan
tempat ini menjadi salah satu destinasi alam terpopuler di Amerika Serikat. Kemudian
ada kota New York yang terkenal dengan kawasan persimpangan paling sibuk di dunia,
Time Square, dan pertunjukan teater Broadway. Di kota ini juga wisatawan bisa melihat
patung Liberty yang menjadi ikon kota New York dan Amerika Serikat.
1. Masyarakat
d. membentuk usaha patungan (joint venture) dengan pihak swasta, yang mana
masyarakat lokal menyediakan lokasi dan pelayanan jasanya sedangkan pihak swasta
menangani masalah pemasaran produk dan manajemen perusahaan;
2. Pemerintah
3.Organisasi pariwisata
Istilah UNWTO untuk menyebut Organisasi Pariwisata Dunia PBB baru digunakan
pada tahun 2003, untuk membedakannya dari Organisasi Perdagangan Dunia. Sejarah
kelahiran UNWTO sendiri telah dimulai sejak tahun 1925. Pada tahun 1925,
dibentuklah Kongres Internasional Asosiasi Lalu Lintas Wisata Resmi (ICOTT) di Den
Haag, Belanda. Pada tahun 1934, ICOTT mengubah nama menjadi Serikat Internasional
Organisasi Publisitas Pariwisata Resmi (IUOTPO).
Setelah berakhirnya Perang Dunia ke-2, IUOTPO berubah menjadi Serikat Internasional
Organisasi Perjalanan Resmi (IUOTO). Sebagai organisasi internasional non-
pemerintah, IUOTO mendukung untuk memajukan pariwisata, serta memanfaatkan
komponen perdagangan internasional dan sebagai strategi pembangunan ekonomi bagi
negara-negara berkembang. Guna memegang peranan di tataran internasional, muncul
kebutuhan agar IUOTO menjadi organisasi antar-pemerintah. Pada Sidang Umum
IUOTO tahun 1967, tercetuslah peran untuk membentuk lembaga antar-pemerintah
yang bekerja sama dengan badan-badan internasional lainnya, khususnya PBB.
Akhirnya, atas kesepakatan PBB, lahirlah UNWTO pada tahun 1970.
Tujuan utama UNWTO adalah untuk meningkatkan dan membangun pariwisata sebagai
kontributor untuk pembangunan ekonomi, saling pengertian internasional, perdamaian,
kemakmuran universal, HAM dan kebebasan dasar untuk semua tanpa memandang
perbedaan ras, jenis kelamin, bahasa dan agama. UNWTO telah membantu para
anggotanya dalam industri pariwisata dunia, yang berperan sebagai faktor penting
dalam perkembangan ekonomi dan menciptakan lapangan kerja, menyediakan insentif
bagi pembangunan lingkungan dan warisan sejarah, serta mendukung perdamaian dan
saling pengertian antar negara. Untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut, UNWTO
melaksanakan berbagai program yang bertujuan untuk mengurangi kemiskinan,
memperjuangkan kesetaraan gender, dan mendukung pembangunan yang berkelanjutan.
Salah satu contoh kerja sama antara Indonesia dengan UNWTO dalam bidang
pariwisata yang mendukung pembangunan berkelanjutan adalah proyek “Sustainable
Tourism through Energy Efficiency with Adaptation and Mitigation Measures in
Pangandaran" yang dimaksudkan untuk menjadi model langkah-langkah adaptasi dan
mitigasi perubahan iklim di daerah-daerah tujuan wisata di Indonesia khususnya, dan
Asia Tenggara pada umumnya.
Saat ini banyak tempat-tempat wisata alam yang bisa menjadi pilihan kunjungan untuk
menikmati waktu berliburan Anda. Namun, alangkah menyenangkan jika berwisata bisa
dilakukan sambil menjaga lingkungan sekitar apalagi alam hijau yang menjadi “paru-
paru bumi”. Bagaimana caranya? Simak tips berikut ini.
1. Menjaga Kebersihan
DAFTAR PUSTAKA
Rosyidah, M. (2018). Analisis Pencemaran Air Sungai Musi Akibat Aktivitas
Industri (Studi Kasus Kecamatan Kertapati Palembang). Jurnal Redoks, 3(1), 21-32.