Anda di halaman 1dari 111

MODUL PEMBELAJARAN

GEOGRAFI PARIWISATA

Dosen Pengampu : Dr. Sugiharto, M.Si

Disusun Oleh :

Mahasiswa Pendidikan Geografi Kelas A 2019

PENDIDIKAN GEOGRAFI

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2021

ii
GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019)
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI........................................................................................................................... iii


KATA PENGANTAR.............................................................................................................iv
BAB 1 KONSEP DAN RUANG LINGKUP GEOGRAFI PARIWISATA .............................1
BAB 2 KOMPONEN DAN JENIS-JENIS PARIWISATA ......................................................9
BAB 3 SEJARAH KEPARIWISATAAN ...............................................................................21
BAB 4 SUMBER DAYA GEOGRAFIS PARIWISATA .......................................................25
BAB 5 MENGANALISIS MASALAH KEPARIWISATAAN MENGGUNAKAN PRINSIP-
PRINSIP PARIWISATA BERKELANJUTAN (SUISTANABLE TOURISM) ....................35
BAB 6 KEPARIWISATAAN MENGGUNAKAN PRINSIP-PRINSIP EKOWISATA
(ECOTOURISM).....................................................................................................................49
BAB 7 MENGANALISIS MASALAH KEPARIWISATAAN MENGGUNAKAN PRINSIP-
PRINSIP PENGEMBANGAN PARIWISATA BERBASIS MASYARAKAT CBT ............60
BAB 8 KEPARIWISATAAN SUMATERA UTARA............................................................72
BAB 9MENSINTESIS KEPARIWISATAAN DUNIA..........................................................86
BAB 10 KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PARIWISATA DI INDONESIA.....................99
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................106

iii
GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019)
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan hidayah nya kepada kami dalam menyelesaikan tugas Projek ini, sehingga tugas ini
dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Terimakasih kami ucapkan kepada Dr. Sugiharto,M.Si
selaku dosen mata kuliah geografi pariwisata yang telah membimbing

Dalam modul projek ini kami akan membahas, menjelaskan dan menjabarkan hasil
dari matri materi selama satu semester ini. . kami menyadari bahwa modul ini masih terdapat
kekurangan dan kekeliruan yang tidak disengaja atau jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu
kami berharap bapak dapat memberikan kritik dan saran yang membangun kepada kami demi
kelancaran pembuatan modul di kemudian hari.

Demikian kami ucapkan terimakasih, semoga Modul ini nantinya dapat bermanfaat
dalam peningkatan wawasan dan pengetahuan bagi kita semua.

24 November 2021

Geografi A 2019

iv
GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019)
BAB 1 KONSEP DAN RUANG LINGKUP GEOGRAFI
PARIWISATA

Konsep Geografi Pariwisata

Istilah “Geografi” pertama kali diperkenalkan oleh Erasthotenes (276-196M)


dalam bukunya yang berjudul Geographia. Dalam bukunya tersebut geografi
didefinisikan sebagai deskripsi tentang bumi (Writing about the Earth or description of
the Earth). Karl Ritter: Mengemukakan bahwa Geografi adalah studi tentang daerah
yang berbeda-beda diatas permukaan bumi. Alexander:Geografi adalah Ilmu yang
mempelajari variasi ruang permukaan bumi. Sedangkan hasil seminar Ikatan Geograf
Indonesia (IGI) di Semarang tahun 1988, sepakat memberi arti Geografi sebagai “Ilmu
pengetahuan yang mempelajari persamaan dan perbedaan geosfer dengan
mempergunakan pendekatan kelingkungan dan kewilayahan dalam konteks keruangan”.
Pariwisata merupakan suatu kegiatan yang Berhubungan dengan perjalanan untuk
rekreasi, pelancongan, turisme. Pariwisata Berasal dari Bahasa Sanksekerta, yaitu Pari
yang artinya banyak, penuh atau berputar-putar, Wisata artinya perjalanan. Atau dalam
bahasa Inggris disebut travel. Jadi “Pariwisata adalah perjalanan dari satu tempat
ketempat lain” (Drs. H. Idris Abdurachmat, M. Pd., Geografi Ekonomi, Hal 71, 1998).
Kepariwisataan ialah Perihal yang berhubungan dengan pariwisata, dan orang yang
melakukan wisata disebut Wisatawan atau Tourist.
Secara etimologis, pariwisata terdiri dari dua suku kata yaitu pari dan wisata. Pari
merupakan banyak, berkali-kali berputar putar, lengkap (ingat kata paripurna). sedangkan
kata wisata,ialah perjalanan bepergian yang dalam hal ini sinonim dengan kata travel
dalam bahasa Inggris. Oleh karena itu maka kata pariwisata seharusnya diartikan sebagai
perjalanan yang dilakukan berkali-kali atau berputar-putar, dari suatu tempat ke tempat
lain, dalam bahasa Inggris tersebut dengan kata Tour. Pengertian jamak, kepariwisataan
dapat digunakan kata Tourisme atau Tourism Dede Nurdin, 2005 (dalam Ahman Sya,
2005 : 32)

1
GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019)
Herman V. Schulalard, seorang ahli ekonomi Australia, pada tahun 1910 Ahman
Sya, (2005 : 32) mengemukakan batasan pariwisata sebagai berikut : Tourism is the sum
of operations mainly of an economic nature, which, directly related to the entry, stay and
movement of foreigner inside certain country, city or region (kepariwisataan adalah
sejumlah kegiatan perekonomian yang secara langsung berhunungan dengan masuknya,
adanya pendiaman dan bergeraknya orang-orang asing keluar masuk kota, daerah atau
Negara).
Ahman Sya, (2005:33) pariwisata dalam artisan modern adalah fenomena dari
jaman sekarang yang di dasarkan atas kebutuhan akan kesehatan dan penggantian hawa,
penilaian yang sadar dan menumbuhkan (cinta) terhadap keindahan alam dan pada
khususnya disebabkan oleh bertambahnya pergaulan berbagai bangsa dan kelas
masyarakat manusia sebagai hasil daripada perkembangan, perniagaan, industri
perdagangan serta penyempurnaan daripada alat-alat pengangkutan.
Peristiwa adalah perjalanan dari satu tempat ketempat lain bersifat sementara,
dilakukan perorangan ataupun kelompok sebagai usaha mencari keseimbangan,
keserasian dalam dimensi sosial budya dan ilmu (James J Spillane).
Geografi Pariwisata adalah adalah hubungan timbal balik antara berbagai
fenomena dalam ruang yang ditimbulkan oleh adanya orang yang mengadakan perjalanan
baik menginap maupun tidak dengan tujuan untuk bersenang-senang/rekreasi (Pearce
(1981).
Geografi Pariwisata adalah geografi terapan yang berhubungan dengan survai,
penelitian dan memberikan arah secara praktis untuk perencanaan fisik, regional,
perkembangan kota dan sebagainya (Robinson (1976).
Geografi pariwisata adalah cabang ilmu geografi regional yang mengkaji suatu
wilayah suatu wilayah atau region di permukaan bumi secara komprehensif, baik aspek
fisis geografisnya maupun aspek manusianya (Ahman sya, 2005: 1).
Menurut Supardi (2011: 62), “kata geografi berasal dari Bahasa Yunani yaitu geo
(Bumi) dan graphien (“menulis atau menjelaskan”). Pada asalnya geografi berarti “uraian
atau gambaran” (graphe) mengenai “bumi (geo)”, “geografi bahwa menekankan pada
pendekatan keruangan, ekologi dan hubungan kehidupan dengan lingkungan alamnya,
dan sebagian lagi menekankan perhatian pada pendekatan kewilayahan”. Geografi

2
GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019)
sebagai bidang ilmu yang mengkaji kondisi alam, kondisi manusia, serta interaksi antara
keduanya sangat berperan dalam upaya menyumbang usaha kepariwisataan, dengan
memahami, mengenali karakteristik unsur-unsur geografi, memahami unsur-unsur
pariwisata suatu daerah geografi pariwisata merupakan bidang ilmu terapan yang
berusaha mengkaji unsur-unsur geografis suatu daerah untuk kepentingan
kepariwisataan. Unsur-unsur geografis suatu daerah memiliki potensi dan karakteristik
berbeda-beda. Bentang alam pegunungan yang beriklim sejuk, pantai landai yang berpasir
putih, hutan dengan beraneka ragam tumbuhan yang langka, danau dengan air yang
bersih, merupakan potensi suatu daerah yang dapat dikembangkan untuk usaha industri
pariwisata. Unsur geografi yang lain seperti lokasi/letak, kondisi morfologi, penduduk
berpengaruh terhadap kemungkinan pengembangan potensi objek wisata.
Menurut Suwantoro (2004:28) yang dimaksud dengan “geografi pariwisata
adalah geografi yang berhubungan erat dengan pariwisata”. Kegiatan pariwisata banyak
sekali seginya dimana semua kegiatan itu biasa disebut dengan Industri Pariwisata,
termasuk di dalamnya perhotelan, restoran, toko cendramata, transportasi, biro jasa
perjalanan, tempat-tempat hiburan, objek wisata, atraksi budaya dan lainnya.
Peranan mempelajari Geografi Pariwisata adalah mengetahui dan memahami
karakteristik sumber daya pariwisata yang ada di setiap wilayah (daerah) dan mengetahui
dan memahami karakteristik aktivitas para wisatawan berdasarkan atas asal wisatawan
dan tujuan tempat wisata nya.

Ruang Lingkup Geografi Pariwisata


Berdasarkan pengertian Geografi Pariwisata diatas, Geografi Pariwisata adalah
Ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan potensi pariwisata di permukaan bumi,
dengan selalu melihat keterkaitan antar alam, antar aspek manusia dan manusia dengan
alam. Persamaan dan perbedaan ini dalam menimbulkan adanya interaksi antar wilayah,
dan gerakan orang dari satu tempat ke tempat lain.
Geografi pariwisata selalu melihat dampaknya terhadap lingkungan alam, sosial
ekonomi dan budaya penduduk. Konsep - konsep Geografi seperti Lokasi, jarak,
keterjangkauan, interaksi, gerakan, keterkaitan dan nilai guna selalu menjadi dasar dalam
menjelaskan fenomena Pariwisata. Dari Uraian di atas, sebenarnya memberi gambaran

3
GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019)
apa saja yang menjadi ruang lingkup geografi. Ruang Lingkup geografi menurut Pearce
adalah :
 Pola Keruangan dari permintaan
 Pola Keruangan dari penawaran
 Sumberdaya Geografi untuk Pariwisata
 Gerakan dan Aliran wisatawan
 Dampak Keparwisataan
 Model Keruangan dari Pariwisata

Sedangkan apabila dilihat dari aspek lokasi, ruang lingkup geografi pariwisata
menurut BRIAN , meliputi :
 Daerah asal wisatawan,
Membahas daerah asal, tentunya akan melibatkan banyak faktor lingkungan
fisik, sosial, budaya, ekonomi, politik dan teknologi yang tentunya akan
mendorong seseorang mengadakan perjalanan untuk melakukan rekreasi.
 Daerah tujuan wisatawan
Daerah tujuan wisatawan ini berkaitan dengan faktor atau objek penarik apa
yang akan membuat para wisatawan datang ke daerah yang ditawarkan. Disini
industri pariwisata pastinya angat berperan penting ,seperti misalnya akomodasi,
hiburan, objek objek wisata yang akan dikunjungi, atraksi wisata, restoran, bank,
pusat perdagangan, dan berbagai pelayanan jasa lainnya yang harus membuat
puas, nyaman, dan aman.
 Rute perjalanan
Akan sangat berkaitan dengan sarana dan prasarana, contohnya transportasi.
Jalur transportasi yang akan digunakan ,bentuk, ukuran dan arah aliran
wisatawan , kenyamanan apalagi keamanan para wisatawan akan selalu menjadi
prioritas pilihan. Itulah sebabnya mengapa bus pariwisata terlihat begitu eksklusif
jika dibandingkan dengan bus penumpang biasa lainnya..

Geografi juga memiliki pandangan sendiri terhadap geografi pariwisata, yang


memfokuskan kepada:

4
GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019)
 Pergerakan manusia
 Interaksi wilayah
 Potensi sumber daya alam
 Aksesibilitas
 Dampak lingkungan (fisik dan sosial)
 Adanya persamaan dan perbedaan potensi kepariwisataan antara satu daerah
dengan daerah lainnya.

Dilihat dari aspek geografi, pariwisata merupakan suatu usaha pemanfaatan sumber
daya (baik itu manusia, alam, teknologi, dll.), dimana pengemanfaatan sumber daya itu
sendiri adalah sebagai sesuatu yang memiliki nilai apabila sesuatu itu dikelola dengan
baik. Namun begitu pemanfaatan sumber daya ini harus juga melihat pada berbagai
karakteristik karakteristik lain.seperti karakteristik wisatawan (pendapatan, leisure time,
dll), karakteristik sumber daya geografi ( unsur alam dan manusia, sifat sumber daya yang
ditunjang dengan fasilitasnya, dll), juga karakteristik objek wisatanya itu sendiri (alam,
budaya, minat khusus seperti flyin fox, dll.).
Pada Umumnya manusia melakukan kegiatan wisata untuk menghilangkan kepenatan
setelah bekerja seharian penuh dengan mencari tempat –tempat yang dianggap memiliki
keindahan dan kenyamanan yang di inginkan seperti Gunung, Puncak, Danau, Sungai,
Taman Bunga, Air Terjun, Gletsyer dll. Namun, seperti dijelaskan pada awal kini wisata
tidak hanya ke tempat - tempat yang indah saja tetapi kini juga ada muatan –muatan atau
tujuan –tujuan tertentu seperti pendidikan.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melihat karakteristik daerah tujuan
wisata diantaranya adalah sebagai berikut :
 Sumber daya alam, kebudayaan dan manusianya, apakah memiliki karakteristik
yang khas untuk dijadikan daerah tujuan wisata yang potensial atau tidak.
 Aksesibilitas, ketersediaan sarana dan prasarana transportasi serta kemudahan
untuk menjangkau daerah wisata merupakan hal yang mutlak diperlukan dalam
industri kepariwisataan.
 Kestabilan politik dan keamanan serta kebijakan pemerintah yang mendukung
kelancaran berjalanya industri pariwisata.

5
GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019)
 Promosi kepariwisataan, pengenalan objek wisata kepada public merupakan salah
satu cara untuk mendatangkan wisatawan baik domestic maupun mancanegara.
 Akomodasi, sudah barang tentu keberadaan dan kenyamanan akomodasi ini
(tempat penginapan) menjadi faktor utama yang dilihat di tempat tujuan wisata
sebelum kita melakukan wisata.
 Transportasi, ketersediaan dan kelancaran transportasi pun menjadi tolak ukur
yang penting dalam kita mengadakan perjalanan wisata.
 Pusat kesehatan (jaminan kesehatan), meskipun hanya sebagai fasilitas penunjang
saja, akan tetapi fasilitas kesehatan ini sepertinya memang harus ikut
diperhitungkan. Hal ini akan memberikan kenyamanan tersendiri.

Ada 6 alasan yang melatar belakangi menganai geografi mengkaji Pariwisata :


 Kegiatan pariwisata menggunakan aspek ruang didalamnya dan Geografi
sangat memperhatikan ruang, khususnya persamaan dan perbedaan ruang di
permukaan bumi.
 Dalam Aktivitas pariwisata ada penggunaan lahan dan Geografi
melihatbagaimana suatu lahan dapat didayagunakan dan disesuaikan dengan
bentuk penggunaan lahan
 Dalam Kegiatan pariwisata ada aktivitas manusia dan Geografi
selalu memperhatikan aktivitas manusia yang bersifat komersial dalam
memanfaatkan ruang yang dapat dilihat secara lokal, regional, nasional bahkan
internasional.
 Dalam Kegiatan pariwisata mencerminkan interaksi dua tempat yang berbeda,
yaitu daerah asal wisatawan dengan daerah tujuan wisata.
 Geografi selalu melihat gerakan, aliran barang dan orang sebagai wujud dari
adanya dan perbedaan potensi wilayah, baik secara alami maupun hasil dari
aktivits manusia. Aktivitas pariwisata selalu berkaitan dengan wisatawan,
barang dan jasa yang dibutuhkan oleh wisatawan selama mengadakan perjalanan
 Aktivitas pariwisata dapat berdampak positif maupun negatif yang
ditimbulkan dari interaksi antara kehidupan manusia sebagai wisatawan

6
GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019)
dengan lingkungan alam sekitar dan Geografi selalu tertarik dengan dampak
suatu gejala terhadap gejala lain baik di dalam maupun di tempat yang berbeda.

Sistem Kepariwisataan
Geografi pariwisata merupakan sebuah sistem karena memiliki berbagai unsur
yang menunjang kepariwisataan yang mempunyai fungsi masing-masing dan menunjang
antar unsur. System kepariwisataan terdiri atas beberapa unsur, diantaranya adalah
sebagai berikut :
1) Interaksi antara daerah tujuan wisata dengan dengan wisatawan daerah tujuan
wisata melakukan penawaran kepada wisatawan berupa objek-objek yang akan
mereka jual seperti : objek-objek wisata alam, objek-objek wisata budaya, objek
wisata minat khusus, objek wisata konvensi dsb.sedangka wisatawan melakukan
permintaan berupa motivasi untuk melakukan perjalanan wisata dengan tujuan
bersenang-senang, kesehatan, kerohanian, pendidikan dan sebagainya.
2) Adanya sarana penunjang kepariwisataan
 Sarana, sarana penunjang kepariwisataan dibagi kedalam
- Sarana pokok, berupa akomodasi, transportasi dan resto.
- Sarana pelengkap, berupa hiburan dan rekreasi.
- Sarana penunjang, berupa rumah sakit, keamananan dan Bank.
 Prasarana, diantaranya berupa jalan, Jembatan, Angkutan atau trasportasi,
Terminal, stasiun, pelabuhan dan bandara

Dari sistem kepariwisataan diatas akan menimbulkan berbagai dampak terhadap


lingkungan, seperti lingkungan fisik, perekonomian dan dampak terhadap masyarakat di
daerah sekitar tujuan wisata. Serta berdampak pada pendapatan, lapangan pekerjaan,
pendidikan, bentuk wilayah, dan kelestarian lingkungan. Daerah tujuan wisata merupakan
magnet bagi orang-orang yang mencari pekerjaan terutama yang bersifat informal.
Karakteristik sumber daya geografi yang dimanfaatkan dalam kepariwisataan:
 Menyangkut unsur alam dan manusia yang bisa dimanfaatkan untuk kegiatan
pariwisata

7
GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019)
 Sifat sumber daya tersebut tidak berdiri sendiri, artinya harus ditunjang
dengan fasilitas lain
Fungsi Pengelolaan Pariwisata
Fungsi pengelolaan pariwisata berupa menginventarisir, mengembangkan,
memonitor, mengevaluasi dan menanggulangi masalah kepariwisataan, juga
mengevaluasi daerah-daerah potensial untuk di kembangkan, hal-hal seperti keuangan,
administrasi, koordinasi dan managerial.

Tugas pengelola pariwisata adalah :


 Memotivasi
 pengadaan fasilitas-fasilitas terkait
 Pemasaran, promosi, kemudahan berpariwisata
 Perencanaan tata ruang
 Penelitian
 Ketenangan
 Perundang-undangan

8
GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019)
BAB 2 KOMPONEN DAN JENIS-JENIS PARIWISATA
Komponen Pariwisata
Komponen pariwisata aadalah komponen kepariwisataan yang harus ada didalam
destinasi wisata tersebut. Menurut Buhalis (2000) bahwa komponen pariwisata terdiri
dari 6A yaitu Attraction, Amenities, Ancillary, Activity, accessibility dan Available
Package.

1. Attraction (Atraksi).
Atraksi adalah segala hal yang mampu menarik wisatawan untuk berkunjung ke
kawasan wisata. Atraksi terdiri dari apa yang pertama kali membuat wisatawan tertarik
untuk berkunjung ke sebuah kawasan.Atraksi dapat didasarkan pada sumber daya alam
yang memiliki bentuk ciri-ciri fisik alam, dan keindahan kawasan itu sendiri. Selain itu,
budaya juga dapat menjadi atraksi untuk menarik minat wisatawan datang, seperti hal-hal
yang besejarah, agama, cara hidup masyarakat, tata cara pemerintahan,dan tradisi-tradisi
masyarakat baik dimasa lampau maupun dimasa sekarang (Mill, 2000). Hampir setiap
destinasi memiliki atraksi khusus yang tidak dapat dimiliki oleh destinasi lainnya.

2. Accessibilities (Akses).
Akses mencakup fasilitas sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh wisatawan
untuk menuju destinasi wisata, sehingga harus tersedia jasa seperti penyewaan kendaraan
dan transportasi lokal, rute atau pola perjalanan (Cooper dkk, 2000). Menurut Sugiama
(2011) aksesibilitas adalah tingkat intensitas suatu daerah tujuan wisata atau destinasi
dapat dijangkau oleh wisatawan. Fasilitas dalam aksesibilats seperti jalan raya, rel kereta
api, jalan tol, terminal, stasiun kereta api, dan kendaraan roda empat. Menurut Brown dan
Stange, Akses adalah bagaimana seseorang untuk mencapai tujuan dari tempat asalnya.
Apakah aksesnya mudah atau sulit.

3. Amenities (Fasilitas Pendukung).


Amenities adalah berbagai fasilitas pendukung yang dibutuhkan oleh wisatawan di
destinasi wisata. Amenities meliputi beragam fasilitas untuk memenuhi kebutuhan
akomodasi, penyediaan makanan dan minuman (food and Beverage), tempat hiburan,

9
GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019)
tempat perbelanjaan (retailing), dan layanan lainnya seperti bank, rumah sakit, keamanan
dan asuransi (Cooper dkk, 2000).

Menurut Inskeep (1991) fasilitas (facilities) dan pelayanan lainnya (otherservices)


didestinasi bisa terdiri dari biro perjalanan wisata, restaurant, retail outlet kerajinan
tangan, souvenir, keunikan, keamanan yang baik, bank, penukaran uang (money
changer), (tourist infomation office), rumah sakit, bar, tempat kecantikan. Setiap destinasi
memiliki fasilitas yang berbeda, namun untuk melayani kebutuhan dasar wisatawan yang
berkunjung, destinasi melengkapinya sesuai dengan karakteristik destinasi tersebut.

4. Accommodation (Penginapan).
Akomodasi dapat diartikan sebagai penginapan yang tentunya di satu destinasi
dengan destinasi lainnya akan berbeda. Akomodasi yang umum dikenal adalah hotel
dengan beragam fasilitas didalamnya. Akomodasi di desa wisata berbeda dengan
akomodasi di destinasi lain. Akomodasi di desa wisata biasaya terdiri dari sebagian
tempat tinggal para penduduk setempat atau unit-unit yang berkembang atas konsep
tempat tinggal penduduk atau biasa dikenal dengan homestay. Akomodasi untuk
mendukung terselenggaranya kegiatan wisata di destinasi dapat terletak di lokasi desa
wisata tersebut atau berada di dekat desa wisata.

5. Activities (Aktivitas).
Aktifitas berhubungan dengan kegiatan di destinasi yang akan memberikan
pengalaman (experience) bagi wisatawan. Setiap destinasi memiliki aktivitas yang
berbeda sesuai dengan karakteristik destinasi wisata tersebut (Brown and Stange, TT).
Aktivitas wisata di destinasimerupakan kegiatan yang salah satunya menjadi daya tarik
wisatawan untuk datang ke destinasi. Begitu juga dengan desa wisata, jenis aktivitas yang
dilakukan berhubungan dengan karakteristik desa tersebut. Aktivitas yang umumnya
dilakukan di desa wisata adalah mengikuti kegiatan kehidupan sehari- hari desa wisata.

6. Ancillary Services (Layanan Tambahan).


Ancillary adalah dukungan yang disediakan oleh organisasi, pemerintah daerah,
kelompok atau pengelola destinasi wisata untuk menyelenggarakan kegiatan wisata
(Cooper dkk, 2000). Hal yang sama juga disampaikan oleh Wargenau dan Deborah dalam

10
GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019)
Sugiama (2011) bahwa ancillary adalah organisasi pengelola destinasi wisata. Organisasi
pemerintah, asosiasi kepariwisataan, tour operator dan lain-lain. Dalam hal ini organisasi
dapat berupa kebijakan dan dukungan yang diberikan pemerintah atau organisasi untuk
terselenggaranya kegiatan wisata. Sama hal nya dengan desa wisata, tentunya
penyelenggaraan desa wisata didukung oleh kebijakan pemerintah baik daearh maupun
pusat untuk terselenggaranya kegiatan wisata.

2.2 Jenis Pariwisata


Kepariwisataan tidak menggejala sebagai bentuk tunggal. Istilah ini umum
sifatnya yang menggambarkan beberapa jenis perjalanan dan penginapan sesuai dengan
motivasi yang mendasari kepergian tersebut. Orang melakukan perjalanan untuk
memperoleh berbagai tujuan dan memuaskan bermacam-macam keinginan. Di samping
itu, untuk keperluan perencanaan dan pengembangan kepariwisataan itu sendiri, perlu
pula dibedakan antara pariwisata dengan jenis pariwisata lainnya, sehingga jenis dan
macam pariwisata yang dikembangkan akan dapat berwujud seperti diharapkan dari
kepariwisataan itu sendiri.

Menurut Pendit (1994), pariwisata dapat dibedakan menurut motif wisatawan


untuk mengunjungi suatu tempat. Jenis-jenis pariwisata tersebut adalah sebagai berikut.

1. Wisata Budaya
Wisata Budaya yaitu perjalanan yang dilakukan atas dasar keinginan untuk
memperluas pandangan hidup seseorang dengan jalan mengadakan kunjungan atau
peninjauan ketempat lain atau ke luar negeri, mempelajari keadaan rakyat, kebiasaan
adat istiadat mereka, cara hidup mereka, budaya dan seni mereka. Seiring perjalanan
serupa ini disatukan dengan kesempatan–kesempatan mengambil bagian dalam
kegiatan–kegiatan budaya, seperti eksposisi seni (seni tari, seni drama, seni musik, dan
seni suara), atau kegiatan yang bermotif kesejarahan.

11
GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019)
(Upacara adat Ngaben di Bali)
2. Wisata Maritim atau Bahari
Jenis wisata ini banyak dikaitkan dengan kegiatan olah raga di air, lebih–lebih di
danau, pantai, teluk, atau laut seperti memancing, berlayar, menyelam sambil melakukan
pemotretan, kompetisi berselancar, balapan mendayung, melihat–lihat taman laut dengan
pemandangan indah di bawah permukaan air serta berbagai rekreasi perairan yang banyak
dilakukan didaerah–daerah atau negara–negara maritim, di Laut Karibia, Hawaii, Tahiti,
Fiji dan sebagainya. Di Indonesia banyak tempat dan daerah yang memiliki potensi wisata
maritim ini, seperti misalnya Pulau–pulau Seribu di Teluk Jakarta, Danau Toba, pantai
Pulau Bali dan pulau–pulau kecil disekitarnya, taman laut di Kepulauan Maluku dan
sebagainya. Jenis ini disebut pula wisata tirta.

(Pantai kuta di Bali, dan Danau Toba di Sumatera Utara)

12
GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019)
3. Wisata Cagar Alam (Taman Konservasi)
Untuk jenis wisata ini biasanya banyak diselenggarakan oleh agen atau biro
perjalanan yang mengkhususkan usaha–usaha dengan jalan mengatur wisata ke tempat
atau daerah cagar alam, taman lindung, hutan daerah pegunungan dan sebagainya yang
kelestariannya dilindungi oleh undang–undang. Wisata cagar alam ini banyak dilakukan
oleh para penggemar dan pecinta alam dalam kaitannya dengan kegemaran memotret
binatang atau marga satwa serta pepohonan kembang beraneka warna yang memang
mendapat perlindungan dari pemerintah dan masyarakat.

Wisata ini banyak dikaitkan dengan kegemaran akan keindahan alam, kesegaran
hawa udara di pegunungan, keajaiban hidup binatang dan marga satwa yang langka serta
tumbuh–tumbuhan yang jarang terdapat di tempat–tempat lain. Di Bali wisata Cagar
Alam yang telah berkembang seperti Taman Nasional Bali Barat dan Kebun Raya Eka
Karya.

(Pulau Komodo, Nusa Tenggara Timur)

4. Wisata Konvensi
Yang dekat dengan wisata jenis politik adalah apa yang dinamakan wisata konvensi.
Berbagai negara pada dewasa ini membangun wisata konvensi ini dengan menyediakan
fasilitas bangunan dengan ruangan–ruangan tempat bersidang bagi para peserta suatu
konfrensi, musyawarah, konvensi atau pertemuan lainnya baik yang bersifat nasional
maupun internasional. Jerman Barat misalnya memiliki Pusat Kongres Internasiona
(International Convention Center) di Berlin, Philipina mempunyai PICC (Philippine
International Convention Center) di Manila dan Indonesia mempunyai Balai Sidang

13
GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019)
Senayan di Jakarta untuk tempat penyelenggaraan sidang–sidang pertemuan besar dengan
perlengkapan modern. Biro konvensi, baik yang ada di Berlin, Manila, atau Jakarta
berusaha dengan keras untuk menarik organisasi atau badan–badan nasional maupun
internasional untuk mengadakan persidangan mereka di pusat konvensi ini dengan
menyediakan fasilitas akomodasi dan sarana pengangkutan dengan harga reduksi yang
menarik serta menyajikan program–program atraksi yang menggiurkan.

(Balai Sidang Senayan Jakarta Convention Center)

5. Wisata Pertanian (Agrowisata)


Wisata pertanian ini adalah pengorganisasian perjalanan yang dilakukan ke proyek–
proyek pertanian, perkebunan, ladang pembibitan dan sebagainya dimana wisatawan
rombongan dapat mengadakan kunjungan dan peninjauan untuk tujuan studi maupun
melihat–lihat keliling sambil menikmati segarnya tanaman beraneka warna dan suburnya
pembibitan berbagai jenis sayur–mayur dan palawija di sekitar perkebunan yang
dikunjungi.

14
GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019)
(Agrowisata Paloh Naga, Deli Serdang, Sumatera Utara)
6. Wisata Buru
Wisata buru ini diatur dalam bentuk safari buru ke daerah atau hutan yang telah
ditetapkan oleh pemerintah negara yang bersangkutan, seperti berbagai negeri di Afrika
untuk berburu gajah, singa, dan sebagainya. Di India, ada daerah yang memang
disediakan untuk berburu macan, badak dan sebagainya, sedangkan di Indonesia,
pemerintah membuka wisata buru untuk daerah Baluran di Jawa Timur dimana
wisatawan boleh menembak banteng atau babi hutan.

(Taman Nasional Baluran, Jawa Timur)

7. Wisata Ziarah
Jenis wisata ini sedikit banyak dikaitkan dengan agama, sejarah, adat istiadat dan
kepercayaan umat atau kelompok dalam masyarakat. Wisata ziarah banyak dilakukan
oleh perorangan atau rombongan ke tempat–tempat suci, ke makam–makam orang besar
atau pemimpin yang diagungkan, ke bukit atau gunung yang dianggap keramat, tempat
pemakaman tokoh atau pemimpin sebagai manusia ajaib penuh legenda. Wisata ziarah
ini banyak dihubungkan dengan niat atau hasrat sang wisatawan untuk memperoleh restu,
kekuatan batin, keteguhan iman dan tidak jarang pula untuk tujuan memperoleh berkah
dan kekayaan melimpah. Dalam hubungan ini, orang–orang Khatolik misalnya
melakukan wisata ziarah ini ke Istana Vatikan di Roma, orang–orang Islam ke tanah suci,
orang–orang Budha ke tempat–tempat suci agama Budha di India, Nepal, Tibet dan
sebagainya.

15
GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019)
Di Indonesia banyak tempat–tempat suci atau keramat yang dikunjungi oleh umat-
umat beragama tertentu, misalnya seperti Candi Borobudur, Prambanan, Pura Basakih di
Bali, Sendangsono di Jawa Tengah, makam Wali Songo, Gunung Kawi, makam Bung
Karno di Blitar dan sebagainya. Banyak agen atau biro perjalanan menawarkan wisata
ziarah ini pada waktu–waktu tertentu dengan fasilitas akomodasi dan sarana angkuatan
yang diberi reduksi menarik ke tempat–tempat tersebut di atas.

(Candi Borobudur)

Sebenarnya pariwisata sebagai suatu gejala, terwujud dalam beberapa bentuk


yang antara lain, misalnya :

a) Menurut letak geografis, dimana kegiatan pariwisata berkembang dibedakan menjadi


:
1. Pariwisata lokal (local tourism) yaitu jenis kepariwisataan yang ruang lingkupnya
lebih sempit dan terbatas dalam tempat-tempat tertentu saja. Misalnya
kepariwisataan kota Denpasar, kepariwisataan kota Bandung.
2. Pariwisata regional (regional tourism) yaitu kegiatan kepariwisataan yang
dikembangkan dalam suatu wilayah tertentu, dapat regional dalam lingkungan
nasional dan dapat pula regional dalam ruang lingkup internasional. Misalnya
kepariwisataan Bali, Yogyakarta, dan lain-lain.

16
GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019)
3. Pariwisata nasional (national tourism) yaitu jenis pariwisata yang dikembangkan
dalam wilayah suatu negara, dimana para pesertanya tidak saja terdiri dari
warganegaranya sendiri tetapi juga orang asing yang terdiam di negara tersebut.
Misalnya kepariwisataan yang ada di daerah-daerah dalam satu wilayah
Indonesia.
4. Pariwisata regional-internasional yaitu kegiatan kepariwisataan yang
berkembang di suatu wilayah internasional yang terbatas, tetapi melewati batas-
batas lebih dari dua atau tiga negara dalam wilayah tersebut. Misalnya
kepariwisataan ASEAN.
5. Pariwisata internasional (International tourism) yaitu kegiatan kepariwisataan
yang terdapat atau dikembangkan di banyak negara di dunia.
b) Menurut pengaruhnya terhadap neraca pembayaran meliputi:
1. Pariwisata aktif (in bound tourism) yaitu kegiatan kepariwisataan yang ditandai
dengan gejala masuknya wisatawan asing ke suatu negara tertentu. Hal ini tentu
akan mendapatkan masukan devisa bagi negara yang dikunjungi dengan
sendirinya akan memperkuat posisi neraca pembayaran negara yang dikunjungi
wisatawan.
2. Pariwisata pasif (out-going tourism) yaitu kegiatan kepariwisataan yang ditandai
dengan gejala keluarnya warga negara sendiri bepergian ke luar negeri sebagai
wisatawan. Karena ditinjau dari segi pemasukan devisa negara, kegiatan ini
merugikan negara asal wisatawan, karena uang yang dibelanjakan itu terjadi di
luar negeri.
c) Menurut alasan/tujuan perjalanan meliputi:
1. Business tourism yaitu jenis pariwisata dimana pengunjungnya datang untuk
tujuan dinas, usaha dagang atau yang berhubungan dengan pekerjaannya,
kongres, seminar dan lain-lain
2. Vacational tourism yaitu jenis pariwisata dimana orang-orang yang melakukan
perjalanan wisata terdiri dari orang-orang yang sedang berlibur, cuti, dan lain-
lain

17
GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019)
3. Educational tourism yaitu jenis pariwisata dimana pengunjung atau orang
melakukan perjalanan untuk tujuan belajar atau mempelajari suatu bidang ilmu
pengetahuan. Contohnya : darmawisata (study tour).
4. Familiarization tourism yaitu suatu perjalanan anjangsana yang dimaksudkan
guna mengenal lebih lanjut bidang atau daerah yang mempunyai kaitan dengan
pekerjaannya.
5. Scientific tourism yaitu perjalanan wisata yang tujuan pokoknya adalah untuk
memperoleh pengetahuan atau penyelidikan terhadap sesuatu bidang ilmu
pengetahuan.
6. Special Mission tourism yaitu suatu perjalanan wisata yang dilakukan dengan
suatu maksud khusus, misalnya misi kesenian, misi olah raga, maupun misi
lainnya.
7. Hunting tourism yaitu suatu kunjungan wisata yang dimaksudkan untuk
menyelenggarakan perburuan binatang yang diijinkan oleh penguasa setempat
sebagai hiburan semata-mata.
d) Menurut saat atau waktu berkunjung meliputi:
1. Seasonal tourism yaitu jenis pariwisata yang kegiatannya berlangsung pada
musimmusim tertentu. Contoh : Summer tourism, winter tourism, dan lain-lain.
2. Occasional tourism yaitu jenis pariwisata dimana perjalanan wisatawan
dihubungkan dengan kejadian (occasion) maupun suatu even. Misalnya Sekaten
di Yogyakarta, Nyepi di Bali, dan lain-lain.
e) Menurut Objeknya pariwisata dibedakan menjadi:
1. Cultural tourism yaitu jenis pariwisata dimana motivasi wisatawan untuk
melakukan perjalanan disebabkan karena adanya daya tarik dari seni dan budaya
suatu tempat atau daerah.
2. Recuperational tourism yaitu jenis pariwisata dimana motivasi wisatawan untuk
melakukan perjalanan adalah untuk menyembuhkan penyakit, seperti mandi di
sumber air panas, mandi lumpur, dan lain-lain.
3. Commercial tourism yaitu jenis pariwisata dimana motivasi wisatawan untuk
melakukan perjalanan dikaitkan dengan kegiatan perdagangan nasional dan
internasional.

18
GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019)
4. Sport tourism yaitu jenis pariwisata dimana motivasi wisatawan untuk
melakukan perjalanan adalah untuk melihat atau menyaksikan suatu pesta olah
raga di suatu tempat atau negara tertentu.
5. Political tourism yaitu jenis pariwisata dimana motivasi wisatawan untuk
melakukan perjalanan tujuannya melihat atau menyaksikan suatu peristiwa atau
kejadian yang berhubungan dengan kegiatan suatu negara. Misalnya
menyaksikan peringatan hari kemerdekaan suatu negara
6. Social tourism yaitu jenis pariwisata dimana dari segi penyelenggaraannya tidak
menekankan untuk mencari keuntungan, misalnya study tour, picnik, dan lain-
lain.
7. Religion tourism yaitu jenis pariwisata dimana motivasi wisatawan untuk
melakukan perjalanan tujuannya melihat atau menyaksikan upacara-upacara
keagamaan, seperti upacara Bali Krama di Besakih, haji umroh bagi agama Islam,
dan lain-lain.
8. Marine tourism merupakan kegiatan wisata yang ditunjang oleh sarana dan
prasarana untuk berenang, memancing, menyelam, dan olah raga lainnya,
termasuk sarana dan prasarana akomodasi, makan dan minum.
f) Menurut jumlah orang yang melakukan perjalanan dibedakan menjadi:
1. Individual tourism yaitu seorang wisatawan atau satu keluarga yang melakukan
perjalanan secara bersama.
2. Family group tourism yaitu suatu perjalanan wisata yang dilakukan oleh
serombongan keluarga yang masih mempunyai hubungan kekerabatan satu sama
lain.
3. Group tourism yaitu jenis pariwisata dimana yang melakukan perjalanan wisata
itu terdiri dari banyak orang yang bergabung dalam satu rombongan yang biasa
diorganisasi oleh sekolah, organisasi, atau tour oprator/travel agent.
g) Menurut alat pengangkutan yang digunakan meliputi;
1. Land tourism yaitu jenis pariwisata yang dalam kegiatannya menggunakan
transportasi darat, seperti bus, taxi, dan kereta api.
2. Sea tourism yaitu kegiatan kepariwisataan yang menggunakan angkutan laut
untuk mengunjungi suatu daerah tujuan wisata.

19
GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019)
3. Air tourism yaitu jenis pariwisata yang menggunakan angkutan udara dari dan ke
daerah tujuan wisata.
h) Menurut umur yang melakukan perjalanan dibedakan menjadi;
1. Youth tourism yaitu jenis pariwisata yang dikembangkan bagi para remaja yang
suka melakukan perjalanan wisata dengan harga relatif murah.
2. Abdult tourism yaitu kegiatan pariwisata yang diikuti oleh orang-orang yang
berusia lanjut. Biasanya orang yang melakukan perjalanan adalah para
pensiunan.
i) Menurut jenis kelamin dibedakan menjadi;
1. Masculine tourism yaitu jenis pariwisata yang kegiatannya hanya diikuti oleh
kaum pria saja, seperti safari, hunting, dan adventure.
2. Feminime tourism yaitu jenis pariwisata yang kegiatannya hanya diikuti oleh
kaum wanita saja, seperti rombongan untuk menyaksikan demontrasi memasak.
j) Menurut harga dan tingkat sosial meliputi:
1. Delux tourism yaitu perjalanan wisata yang menggunakan fasilitas standar
mewah, baik alat angkutan, hotel, maupun atraksinya.
2. Middle class tourism yaitu jenis perjalanan wisata yang diperuntukkan bagi
mereka yang menginginkan fasilitas dengan harga tidak terlalu mahal, tetapi
tidak terlalu jelek pelayanannya.
3. Social tourism yaitu perjalanan wisata yang penyelenggaraannya dilakukan
secara bersama dengan biaya yang diperhitungkan semurah mungkin dengan
fasilitas cukup memadai selama dalam perjalanan.

20
GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019)
BAB 3 SEJARAH KEPARIWISATAAN

Sejarah Perkembangan Pariwisata Dunia

Sebelum Jaman Modern (Sebelum Tahun 1920)

Adanya perjalanan pertama kali dilakukan oleh bangsa–bangsa primitif dari satu
tempat ke tempat lain dengan tujuan untuk kelangsungan hidup.Tahun 400 sebelum
masehi mulai dianggap modern karena sudah mulai ada muhibah oleh bangsa Sumeria
dimana saat itu juga mulai ditemukan huruf, roda, dan fungsi uang dalam perdangangan.
Muhibah wisata pertama kali dilakukan oleh bangsa Phoenesia dan Polynesia untuk
tujuan perdagangan.

Kemudian Muhibah wisata untuk bersenang–senang pertama kali dilakukan oleh


Bangsa Romawi pada abad I sampai abad V yang umumnya tujuan mereka bukan untuk
kegiatan rekreasi seperti pengertian wisata dewasa ini, tetapi kegiatan mereka lebih
ditujukan untuk menambah pengetahuan cara hidup, sistem politik, dan ekonomi. Tahun
1760–1850 terjadinya revolusi industri sehingga mengakibatkan perubahan dalam
kehidupan masyarakat, antara lain :

1. Dalam struktur masyarakat dan ekonomi Eropa terjadi pertambahan penduduk,


urbanisasi, timbulnya usaha–usaha yang berkaitan dengan pariwisata di kota–kota
industri, lapangan kerja meluas ke bidang industri, pergeseran penanaman modal dari
sektor pertanian ke usaha perantara seperti bank, termasuk perdangan internasional. Hal–
hal inilah yang menciptakan pasar wisata.

2. Meningkatnya tehnologi transportasi/sarana angkutan.

3. Munculnya agen perjalanan. Biro perjalanan pertama kali di dunia adalah Thomas
Cook & Son Ltd. Tahun 1840 (Inggris) & American Express Company Tahun 1841
(Amerika Serikat).

4. Bangkitnya industri perhotelan. Perkembangan sistem transportasi juga


mendorong munculnya akomodasi (hotel) baik di stasiun–stasiun kereta api maupun di

21
GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019)
daerah tujuan wisata. Disamping akomodasi, banyak pula restoran dan bar serta
sejenisnya, seperti kedai kopi dan teh yang timbul akibat urbanisasi.

5. Munculnya literatur–literatur mengenai usaha kepariwisataan, antara lain : “Guide


du Hotels to France” oleh Michelui ( 1900) dan “Guide to Hotels“ oleh Automobile
Association (1901).

6. Berkembangnya daerah–daerah wisata di negara Mesir, Italia, Yunani, dan


Amerika. Perjalanan tersebut diatur dan dikoordinasikan oleh Thomas Cook & Son Ltd.
pada sekitar permulaan abad ke 19, yaitu tahun 1861.

. Pariwisata Di Dunia Modern

Yang dimaksud dengan dunia modern adalah sesudah tahun 1919. Dimana hal ini
ditandai dengan pemakaian angkutan mobil untuk kepentingan perjalanan pribadi
sesudah perang dunia I (1914– 1918).Perang dunia I ini memberi pengalaman kepada
orang untuk mengenal negara lain sehingga membangkitkan minat berwisata ke negara
lain.

Sehingga dengan adanya kesempatan berwisata ke negara lain maka berkembang


pula arti pariwisata internasional sebagai salah satu alat untuk mencapai perdamaian
dunia, dan berkembangnya penggunaan sarana angkutan dari penggunaan mobil pribadi
ke penggunaan pesawat terbang berkecepatan suara.

Pada tahun 1914, perusahaan kereta api di Inggris mengalami keruntuhan dalam
keuangan sehingga diambillah kebijaksanaan sebagai berikut ini : “Kereta api yang
bermesin uap diganti menjadi mesin diesel dan mesin bertenaga listrik serta Pengurangan
jalur kererta api yang kurang menguntungkan”. Pada masa ini pula timbul sarana
angkutan bertehnologi tinggi, seperti mobil dan pesawat sebagai sarana transportasi
wisata yang lebih nyaman serta lebih cepat.

. Perkembangan Sarana Angkutan Di Abad XX

22
GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019)
Pada abad ini, sejarah perkembangan pariwisata banyak dipengaruhi oleh perkembangan
sarana angkutan, yakni :

1. Motorisasi, Merupakan sarana angkutan yang berkekuatan motor tenaga listrik


sebagai pengganti mesin bertenaga uap. Akibat dari motorisasi ini adalah galaknya wisata
domestik, tumbuhnya penginapan–penginapan di sepanjang jalan raya, munculnya
pengusaha–pengusaha bus wisata (coach) tahun 1920, dan munculnya undang–undang
lalu lintas di Inggris tahun 1924– 1930.

2. Pesawat udara, Sebelum perang dunia II pesawat udara dipakai hanya untuk
kepentingan komersial, seperti pengangkutan surat–surat pos, paket-paket, dan lain–lain.
Tetapi sejak tahun 1963 mulai diperkenalkan paket perjalanan wisata dengan
menggunkan pesawat terbang, seperti pesawat supersonik dan concorde dimana
perjalanan dapat ditempuh dengan nyaman dan waktu yang relatif singkat.

3. Timbulnya agen perjalanan, agen perjalanan umum, dan industri akomodasi. Hal
ini banyak disebabkan karena meningkatnya pendapatan per kapita penduduk terutama di
negara–negara maju, seperti Eropa, Amerika, Jepang, dan negara lainnya; dan naiknya
tingkat pendidikan masyarakat yang mempengaruhi rasa ingin tahu terhadap negara–
negara luar.

Sejarah Pariwisata di Indonesia

Bidang jasa pelayanan yang berkaitan dengan pariwisata mungkin sudah


berkembang sejak zaman Indonesia purba, khususnya Jawa kuno abad ke-8; beberapa
panel relief di Borobudur menggambarkan adegan penjual minuman, semacam warung,
kedai, atau rumah makan, serta ada bangunan yang di dalamnya ada orang tengah minum-
minum dan bersenang-senang, mungkin menggambarkan rumah minum atau penginapan.
Indonesia memiliki catatan sejarah kebudayaan pariwisata sejak abad ke-14. Kakawin
Nagarakretagama mencatat bahwa Raja Hayam Wuruk telah mengelilingi Kerajaan
Majapahit yang kini menjadi daerah Jawa Timur menggunakan pedati dengan iring-
iringan pejabat negara. Catatan Perjalanan Bujangga Manik, seorang resi pengelana
Hindu dari Pakuan Pajajaran yang ditulis pada abad ke-15 menceritakan perjalanannya

23
GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019)
keliling pulau Jawa dan Bali. Meskipun perjalanannya bersifat ziarah, namun kadang-
kadan.

Setelah masuknya Bangsa Belanda ke Indonesia pada awal abad ke-19, daerah
Hindia Belanda mulai berkembang menjadi daya tarik bagi para pendatang yang berasal
dari Belanda, yang pada awalnya di daerah seperti Jawa masih tertutup bagi para
wisatawan. Di era-era ini, pemerintah kolonial tidaklah menyukai wisatawan karena
alasan stabilitas keamanan pasca pemberontakan-pemberontakan di Jawa dan Perang
Aceh, juga agar masyarakat asing tak menyaksikan kemewahan pejabat kolonial yang
didapat dari hasil eksploitasi kekay ia menghabiskan waktu seperti seorang pelancong
zaman modern: duduk, mengipasi badannya dan menikmati pemandangan di daerah
Puncak, khususnya Gunung Gede yang dia sebut sebagai titik tertinggi dari kawasan
Pakuan.

Wisatawan di awal abad ke-20 suka melewati dataran-dataran tinggi di daerah


Jawa Barat untuk melawat ke 'jantung hati' kebudayaan Jawa, yakni di Jogjakarta dan
Surakarta. Hotel-hotel mulai bermunculan seperti Hotel des Indes di Batavia, Hotel
Oranje di Surabaya dan Hotel De Boer di Medan. Tahun 1913, Vereeneging Touristen
Verkeer membuat buku panduan mengenai objek wisata di Indonesia. Sejak saat itu, Bali
mulai dikenal oleh wisatawan mancanegara dan jumlah kedatangan wisman meningkat
hingga lebih dari 100% pada tahun 1927.

Pada masa Orde Baru, jumlah kunjungan wisman ke Indonesia bertumbuh secara
perlahan. Pemerintah pernah mengadakan program untuk meningkatkan jumlah
kedatangan wisatawan asing ke Indonesia yang disebut dengan Tahun Kunjungan
Indonesia. Program ini meningkatkan kunjungan turis internasional hingga 400.000
orang. Selain itu pada tahun 1992, pemerintah mencanangkan Dekade Kunjungan
Indonesia, yaitu tema tahunan pariwisata sampai dengan tahun 2000.

24
GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019)
BAB 4 SUMBER DAYA GEOGRAFIS PARIWISATA
Pengertian Sumber Daya Pariwisata

Menurut Para Ahli Sumber daya alam merupakan istilah yang berhubungan
dengan materi-materi dan potensi alam yang terdapat di planet bumi yang memberikan
manfaat bagi kehidupan manusia. Materi alam tersebut dapat berupa benda hidup (unsur-
unsur hayati), yaitu hewan dan tumbuhan. Terdapat pula benda mati (nonhayati), seperti
tanah, udara, air, bahan galian atau barang tambang. Selain itu terdapat pula kekuatan-
kekuatan alam menghasilkan tenaga atau energi. Misalnya, panas bumi (geothermal),
energi matahari, kekuatan air, dan tenaga angin. Segala sesuatu yang berada di alam (di
luar manusia) yang dinilai memiliki daya guna untuk memenuhi kebutuhan sehingga
tercipta kesejahteraan hidup manusia tersebut dinamakan sumber daya alam (natural
resources). Dalam pengertian lain sumber daya alam adalah semua kekayaan alam yang
terdapat di lingkungan sekitar manusia yang dapat dimanfaatkan bagi pemenuhan
kebutuhan manusi

a.Ada beberapa pengertian sumber daya dari beberapa para ahli, diantaranya
adalah : Sumber Daya Alam Menurut Suryanegara (1977) mengatakan bahwa secara
definisi sumber daya alam adalah unsur – unsur lingkungan alam, baik fisik maupun
hayati yang diperlukan manusia dalam memenuhi kebutuhannya guna meningkatkan
kesejahteraan hidup. Menurut Katili (1983) mengemukakan bahwa sumber daya alam
adalah semua unsur tatalingkungan biofisik yang nyata atau potensial dapat memenuhi
kebutuhan manusia.

Objek Wisata Alam Di Jambi

1 Air Terjun Tegan Kiri Air terjun tegan kiri adalah salah satu objek wisata alam
yang terdapat di Kabupaten Bungo Provinsi Jambi. Air terjun ini memiliki panorama alam
yang sangat indah dan masih asri dengan ketinggian 10 meter. Sumber air terjun tegan
kiri dari perbukitan dengan ketinggian 26 meter. Untuk menuju ke lokasi kita harus
menempuh jarak kurang lebih 30 km dari Ibukota Kabupaten Bungo dengan perjalanan
darat.

2 Geopark Merangin

25
GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019)
Bagi Anda yang memiliki kegemaran arum jeram jangan lewatkan salah satu
objek wisata yang terdapat di Kabupaten Merangin ini. Geopark merangin tidak hanya
menawarkan arum jeram saja tetapi keunikan fosil flora berusia hampir 350 tahun juga
menjadi daya tarik tersendiri. Kawasan ini masih diselimuti hutan lebat dengan beragam
jenis tanamannya. Untuk mencapai lokasi ini dibutuhkan waktu sekitar 6 jam dengan
menggunakan mobil dari Jambi, Ibukota provisi Jambi. Objek Wisata Alam Di Daerah
Sumatera Selatan 1. Hutan Wisata Punti Kayu Hutan Wisata Punti Kayu terletak lebih
kurang 7 km dari pusat kota dan ditetapkan sebagai hutan lindung sejak tahun 1998, dan
dikelola oleh Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan. Hutan Wisata dengan luas 50
ini juga terdapat sebuah area rekreasi keluarga serta menjadi tempat hunian monyet lokal.
Tempat ini sangat cocok untuk Anda yang ingin menyegarkan pikiran pada akhir pekan.
Di sini anak-anak juga bisa bermain menaiki gajah, melihat kebun binatang mini, mandi
di kolam renang, atau sekedar duduk bersantai di antara pepohonan pinus. Yang lebih
mengasyikkan, acapkali diadakan hiburan yang dimeriahkan oleh artis lokal maupun luar
kota.

3. Gunung Dompo

Gunung Dempo adalah sebuah gunung yang mempunyai ketinggian hingga 3,195
meter, dan memiliki kawasan hutan Dipterokarp Bukit hutan Montane serta Hutan
Ericaceous atau yang disebut hutan gunung. Gunung ini terletak pada perbatasan
provinsi Sumatera Selatan dan Bengkulu. Untuk bisa mencapai desa terdekat, Anda
harus terlebih dahulu mencapai kota Pagar Alam, lebih kurang 7 jam perjalanan darat
dari Palembang. Dari Palembang tersedia banyak bus yang menuju arah Pagar Alam,
salah satunya bus Dharma Karya. Objek Wisata Alam Di Daerah Jawa Tengah 1.
Dataran Tinggi Dieng Dataran Tinggi Dieng Berlokasi sekitar 30 KM dari
Wonosobo, Dataran Tinggi Dieng adalah kawasan gunung api raksasa yang
mempunyai beberapa kawah dan candi-candi Hindu kuno. Karena berada pada
ketinggian 2,000 meter, Dataran Tinggi Dieng mempunyai suhu yang sangat dingin.
Pada siang hari, suhu udara dapat mencapai 15 derajat Celsius dan 10 derajat Celsius
pada malam hari. Dataran Tinggi Dieng dikelola sebagai tempat wisata di Jawa
Tengah secara bersama oleh Kabupaten Wonosobo dan Banjarnegara

26
GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019)
2. Taman Wisata Air Panas Guci

Taman Wisata Air Panas Guci berlokasi di Tegal, Jawa Tengah. Untuk dapat
mencapai lokasi Taman Wisata Air Panas Guci, Anda harus berkendara ke arah selatan
dalam jarak tempuh sektiar 40 KM dari kota Tegal, atau sekitar 30 KM dari Slawi. Seperti
halnya tempat wisata air panas alami yang lain, air panas di Taman Wisata Air Panas
Guci yang berlokasi di kaki Gunung Slamet ini juga dipercaya dapat menyembuhkan
berbagai macam penyakit. Fasilitas wisata yang terdapat di kawasan wisata seluas 210
hektar ini yaitu kolam renang air panas, wisata hutan, penginapan, perkemahan, sampai
dengan lapangan tenis dan lapangan sepak bola. 3. Kepulauan Karimunjawa Kepulauan
Karimunjawa berlokasi di utara kota Jepara dan Semarang. Kepulauan ini terdiri dari 27
pulau, yang mana hanya 5 pulau saja yang berpenghuni. Kepulauan Karimunjawa adalah
salah satu tempat wisata di Jawa Tengah yang paling terkenal karena keindahan laut dan
pantai yang ditawarkannya. Selain wisata pantai, Anda juga dapat bermain dengan penyu
dan hiu di Kepulauan Karimunjawa. Untuk dapat berkunjung ke kawasan wisata ini,
Objek Wisata di Daerah Kalimantan Selatan

1. Air Terjun Panayar

Tempat wisata di Kalimantan Selatan ada air terjun panayar, lokasinya berada di Desa
Artain Kecamatan Aranio, jaraknya kurang lebih 30 km dari kota Martapura, Kalimantan
Selatan. Untuk menuju air terjun ini anda menggunakan kendaraan bermotor kemudian
dilanjutkan menggunakan kelotok.

2. Waduk Riam

Kanan dan Pulau Pinus II Danau atau Waduk Riam Kanan berlokasi di Desa Aranio,
Kecamatan Aranio, Kabupaten Banjar. Biasanya wisatawan yang berkunjung ke Waduk
Riam Kanan juga mengunjungi Pulau Pinus 2 yang berada di tengah waduk riam kanan.
Disebut pulau pinus karena banyak pohon yang tumbuh di pulau tersebut.

3. Pulau Kaget

Pulau Kaget merupakan salah satu objek wisata di Kalimantan Selatan yang
berada di wilayah Kecamatan Tabunganen, Barito Kuala, Kalimantan Selatan. Pulau

27
GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019)
Kaget merupakan sebuah delta yang terletak di tengah sungai Barito, pulau ini juga
merupakan habitat bagi Bekantan.

Faktor Pendukung Sumber Daya Alam

Pariwisata Di Indonesia Faktor-faktor pendorong pengembangan pariwisata di


Indonesia menurut Spilane (1987:57), adalah : 1. Berkurangnya peranan minyak bumi
sebagai sumber devisa negara jika dibanding dengan waktu lalu 2. Merosotnya nilai
eksport pada sektro nonmigas 3. Adanya kecenderungan peningkatan pariwisata secara
konsisten 4. Besarnya potensi yang dimiliki oleh bangsa Indonesia bagi pengembangan
pariwisata. Faktor Pendukung Pariwisata Perkembangan objek pariwisata di Indonesia
sangat pesat karena faktor-faktor pendukung berikut. 1) Objek wisata menarik dan ciri
khas objek wisata disesuaikan dengan motivasi dan tujuan wisata. 2) Adanya kemudahan
mencapai objek dan sarana telekomunikasi, seperti telepon dan jasa pos tersedia di lokasi
wisata sehingga wisatawan mudah mendapatkan jasa komunikasi serta jasa perbankan
(ATM). 3) Tersedia sarana objek wisata, misalnya penginapan, rumah makan, angkutan,
tempat pertemuan, dan tempat membeli cinderamata. 4) Informasi tentang objek wisata
sangat jelas dan mudah didapat. 5) Adanya pemandu wisata dan penyelenggara wisata
yang siap membantu para wisatawan.

Dampak Positif Sumber Daya Alam Pariwisata Di Indonesia Terhadap ekonomi


1. Membuka lapangan kerja bagi penduduk lokal di bidang pariwisata seperti : tour guide,
waiter, bell boy, dan lain-lain. 2. Dibangunnya fasilitas dan infrastruktur yang lebih baik
demi kenyamanan para wisatawan yang juga secara langsung dan tidak langsung bisa
dipergunakan oleh penduduk lokal pula. Seperti : tempat rekreasi, mall, dan lain-lain. 3.
Mendapatkan devisa (national balance payment) melalui pertukaran mata uang asing
(foreign exchange). 4. Mendorong seseorang untuk berwiraswasta / wirausaha, contoh :
pedagang kerajinan, penyewaan papan selancar, pemasok bahan makanan dan bunga ke
hotel,dan lain-lain. 5. Meningkatkan pendapatan masyarakat dan juga pendapatan
pemerintah.

28
GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019)
Memberikan keuntungan ekonomi kepada hotel dan restaurant. Contohnya, wisatawan
yang pergi berwisata bersama keluarganya memerlukan kamar yang besar dan makanan
yang lebih banyak. Dampak ekonomi tidak langsung dapat dirasakan oleh pedagang-
pedagang di pasar karena permintaan terhadap barang/bahan makanan akan bertambah.
Terhadap sosial budaya 1. Berkembangnya kebudayaan nasional Indonesia 2. Sebagai
media pengembangan wawasan 3. Adanya akulturasi budaya

Terhadap politik 1.

Terjalinnya hubungan baik dengan negara-negara lain. 2. Saling berkunjung dan


saling mengenal antar penduduk sehingga dapat memper erat kesatuan dan persatuan 3.
Lebih banyak mengenal keindahan dan kekayaan tanah air , melalui kunjungan wisata
sehingga memunculkan keinginan untuk memelihara, menjaga dan rasa cinta terhadap
tanah air 4. Terjaganya hubungan baik internasional dalam hal pengembangan pariwisata
mancanegara, sehingga terjadi saling kunjung antar bangsa sebagai wisatawan .
sebagaimana halnya dalam pariwisata pada poin pertama 5. Terjadi kontak kontak
langsung yang akan menumbuhkan rasa saling pengertian terhadap perbedaan 6. Akan
menimbulkan inspirasi untuk selalu mengadakan pendekatan dan rasa saling
menghormati. 7. Pemerintah mendapat defisa tambahan non migas 8. Adanya
pemberlakuan kebijakanbebas visa terhadap Negara tertentu, untuk menarik wisatawan
untuk berkunjung Terhadap lingkungan 1. Terlestarinya lingkungan agar para
wisatawan semakin berminat mengunjungi tempat tersebut 2. Terjaganya sumber daya
alam yang dijadikan sebagai objek wisata 3. Berkembangnya lingkungan di daerah tempat
pariwisata

Dampak Negative Sumber Daya Alam Pariwisata Di Indonesia Terhadap ekonomi

1. Bahaya ketergantungan yang sangat mendalam terhadap pariwisata. 2. Meningkatkan


inflasi dan harga jual tanah menjadi mahal. 3. Meningkatkan impor barang dari luar negri,
terutama alat-alat teknologi modern yang digunakan untuk memberikan pelayanan
bermutu pada wisatawan dan juga biayabiaya pemeliharaan fasilitas-fasilitas yang ada. 4.

29
GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019)
Produksi yang bersifat musiman menyebabkan rendahnya tingkat pengembalian modal
awal. 5. Terjadi ketimpangan daerah dan memburuknya kesenjangan pendapatan antara
beberapa kelompok masyarakat. 6. Hilangnya kontrol masyarakat lokal terhadap sumber
daya ekonomi. Terhadap sosial budaya 1. Ilangnya identitas dan nilai-nilai budaya 2.
Komersialisasi budaya 3. Pergesekan budaya 4. Konflik penggunaan Sumber daya alam
5. Meningkatnya angka kriminalitas Terhadap politik Kebijakan dari pemerintah
sangat mempengaruhi kondisi pariwisata , seperti kenaikan pajak usaha pariwisata . dan
lain lain - Banyak terjadi kasus kkn pada pemerintahan di tempat daerah wisata itu . -
Adanya ketimpangan pembangunan fasilitas umum antara desa dan kota(daerah wisata)
- Adanya perebutan kekuasaan Contoh: bali merupakan destinasi yang aman dan terkenal
di dunia , karena budaya , alam ,dan keramah tamahan penduduknya sehingga bali sering
menjadi tuan rumah dari kegiatan politik nasional dan internasional seperti: konfrensi
apec , ktt asean, munas partai golkar dan lain-lain Terhadap lingkungan 1. Air
mendapatkan polusi dari pembuangan limbah cair (detergen pencucian linen hotel) dan
limbah padat(sisa makanan tamu). Limbah-limbah itu mencemari laut, danau dan sungai.
Air juga mendapatkan polusidari buangan bahan bakar minyak alat transportasi air seperti
dari kapal pesiar.Akibat dari pembuangan limbah, maka lingkungan terkontaminasi,
kesehatan masyarakat terganggu, perubahan dan kerusakan vegetasi air, nilai estetika
perairan berkurang (seperti warna laut berubah

` dari warnabiru menjadi warna hitam) dan badan air beracun sehingga makanan
laut (seafood) menjadi berbahaya.Wisatawan menjadi tidak dapat mandi dan berenang
karena air di laut, danau dan sungai tercemar.Masyarakat dan wisatawan saling menjaga
kebersihan perairan.Guna mengurangi polusi air, alat transportasi air yang digunakan,
yakni angkutan yang ramah lingkungan, seperti : perahu dayung, kayak, dan kano.

2. Atmosfir, Perjalanan menggunakan alat transportasi udadra sangat nyaman dan cepat.
Namun, angkutan udara berpotensi merusak atmosfir bumi. Hasil buangan emisinya
dilepas di udara yang menyebabkan atmosfir tercemar dan gemuruh mesin pesawat
menyebabkan polusi suara. Selain itu, udara tercemar kibat emisi kendaraan darat (mobil,
bus) dan bunyi deru mesin kendaraan menyebabkan kebisingan. Akibat polusi udara dan
polisi suara, maka nilai wisata berkurang, pengalaman menjadi tidak menyenangkan dan

30
GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019)
memberikandampak negatif bagi vegetasi dan hewan.Inovasi kendaraan ramah
lingkungan dan angkutan udara berpenumpang massal (seperti pesawat Airbus380
dengan kapasitas 500 penumpang) dilakukan guna menekan polusi udara dan suara.
Anjuran untukmengurangi kendaraan bermotor juga dilakukan dan kampanye berwisata
sepeda ditingkatkan.

`3. Pantai dan pulau menjadi pilihan destinasi wisata bagi wisatawan. Namun, pantai dan
pulau sering menjaditempat yang mendapatkan dampak negatif dari pariwisata.
Pembangunan fasilitas wisata di pantai dan pulau, pendirian prasarana (jalan, listrik, air),
pembangunan infrastruktur (bandara, pelabuhan) mempengaruhi kapasitas pantai dan
pulau.Lingkungan tepian pantai rusak (contoh pembabatan hutan bakau untuk pendirian
akomodasi tepi pantai),kerusakan karang laut, hilangnya peruntukan lahan pantai
tradisional dan erosi pantai menjadi beberapaakibat pembangunan pariwisata.Preservasi
dan konservasi pantai dan laut menjadi pilihan untuk memperpanjang usia pantai dan laut.
Pencanangan taman laut dan kawasan konservasi menjadi pilihan. Wisatawan juga
ditawarkan kegiatan ekowisata yang bersifat ramah lingkungan. Beberapa pengelola
pulau (contoh pengelola Taman NasionalKepulauan Seribu) menawarkan paket
perjalanan yang ramah lingkungan yang menawarkan aktivitas menanam lamun dan
menanam bakau di laut.

4. Pegunungan dan area liar, Wisatawan asal daerah bermusim panas memilih berwisata
ke pegunungan untuk berganti suasana. Aktivitas di pegunungan berpotensi merusak
gunung dan area liarnya. Pembukaan jalur pendakian, pendirian hotel di kaki bukit,
pembangunan gondola (cable car), dan pembangunan fasilitas lainnya
merupakanbeberapa contoh pembangunan yang berpotensi merusak gunung dan area liar.
Akibatnya terjadi tanahlongsor, erosi tanah, menipisnya vegetasi pegunungan (yang bisa
menjadi paru-paru masyarakat) ,potensi polusi visual dan banjir yang berlebihan karena
gunung tidak mampu menyerap air hujan. Reboisasi (penanaman kembali pepohonan di
pegunungan) dan peremajaan pegunungan dilakukan sebagai upaya pencegahan
kerusakan pegunungan dan area liar.

5. Vegetasi, Pembalakan liar, pembabatan pepohonan, bahaya kebakaran hutan (akibat


api unggun di perkemahan),koleksi bunga, tumbuhan dan jamur untuk kebutuhan

31
GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019)
wisatawan merupakan beberapa kegiatan yang merusak vegetasi. Akibatnya, terjadi
degradasi hutan (berpotensi erosi lahan), perubahan struktur tanaman(misalnya pohon
yang seharusnya berbuah setiap tiga bulan berubah menjadi setiap enam bulan,
bahkanmenjadi tidak berbuah), hilangnya spesies tanaman langka dan kerusakan habitat
tumbuhan. Ekosistemvegetasi menjadi terganggu dan tidak seimbang.

6. Kehidupan satwa liar menjadi daya tarik wisata yang luar biasa. Wisatawan terpesona
dengan pola hiduphewan. namun, kegiatan wisata mengganggu kehidupan satwasatwa
tersebut. Komposisi fauna berubahakibat:pemburuan hewan sebagai cinderamata,
pelecehan satwa liar untuk fotografi, eksploitasi hewan untuk pertunjukan, gangguan
reproduksi hewan (berkembang biak), perubahan insting hewan (contohhewan komodo
yang dahulunya hewan ganas menjadi hewan jinak yang dilindungi), migrasi hewan
(ketempat yang lebih baik). Jumlah hewan liar berkurang, akibatnya ketika wisatawan
mengunjungi daerah wisata, ia tidak lagi mudah menemukan satwa-satwa tersebut

7. Situs sejarah, budaya, dan keagamaan, Penggunaan yang berlebihan untuk kunjungan
wisata menyebabkan situs sejarah, budaya dan keagamaanmudah rusak. Kepadatan di
daerah wisata, alterasi fungsi awal situs, komersialisasi daerah wisasta menjadi beberapa
contoh dampak negatif kegiatan wisata terhadap lingkungan fisik. Situs keagamaan
didatangi oleh banyak wisatawan sehingga mengganggu fungsi utama sebagai tempat
ibadah yang suci. Situs budaya digunakan secara komersial sehingga dieksploitasi secara
berlebihan (contoh Candi menampung jumlah wisatawan yang melebihi kapasitas).
Kapasitas daya tampung situs sejarah, budaya dan keagamaan dpat diperkirakan dan
dikendalikan melalui manajemen pengunjung sebagai upaya mengurangi kerusakan pada
situs sejarah, budaya dan keagamaan. Upaya konservasi dan preservasi serta renovasi
dapat dilakukan untuk memperpanjang usia situs-situs tersebut. 8. Wilayah perkotaan dan
pedesaan, Pendirian hotel, restoran, fasilitas wisata, toko cinderamata dan bangunan lain
dibutuhkan di daerah tujuanwisata. Seiring dengan pembangunan itu, jumlah kunjungan
wisatawan, jumlah kendaraan dan kepadatan lalu lintas jadi meningkat. Hal ini bukan
hanya menyebabkan tekanan terhadap lahan, melainkan juga perubahan fungsi lahan
tempat tinggal menjadi lahan komersil, kemacetan lalu lintas, polusi udara dan polusi
estetika (terutama ketika bangunan didirikan tanpa aturan penataan yang benar). Dampak

32
GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019)
buruk itu dapatdiatasi dengan melakukan manajemen pengunjung dan penataan wilayah
kota atau desa serta membedayakan masyarakat untuk mengambil andil yang besar dalam
pembangunan.

Pencemaran Air Sungai

Secara alamiah, sungai dapat tercemar pada daerah permukaan air saja. Pada
sungai yang besar dengan arus air yang deras, sejumlah kecil bahan pencemar akan
mengalami pengenceran sehingga tingkat pencemaran menjadi sangat rendah. Demikian
hal tersebut yang menyebabkan konsumsi oksigen terlarut yang diperlukan oleh
kehidupan Air dan biodegradasi akan cepat diperbarui. tetapi terkadang sebuah sungai
juga mengalami pencemaran yang berat sehingga air mengandung bahan pencemar yang
sangat besar. akibatnya, proses pengenceran dan biodegradasi akan sangat menurun jika
arus air mengalir perlahan karena kekeringan atau penggunaan sejumlah air untuk irigasi.
Suhu yang tinggi dalam air menyebabkan laju proses biodegradasi yang dilakukan oleh
bakteri pengurai aerobik menjadi naik dan dapat menguapkan bahan kimia ke udara.
Untuk mencegah terjadinya pencemaran air sungai, diperlukan suatu hukum atau aturan
dalam mengontrol kualitas air sungai, Seperti halnya pada di Amerika mulai tahun 1970-
an aturan tersebut diberlakukan dan menghasilkan meningkatkan jumlah dan kualitas
sarana penanganan air limbah. peraturan juga diberlakukan terhadap industri sehingga
dapat mengurangi pembuangan air kotor pada permukaan air sunga

i. Sejak 1972, usaha tersebut membuahkan hasil dengan menentukan garis batas
untuk mencegah kenaikan kadar polusi pada hampir semua sungai dan aliran air Terhadap
agen penyebab penyakit dan kebutuhan oksigen. Dan juga dari survei yang dilakukan
pada tahun 1985, Ketentuan tersebut dipatuhi sepenuhnya oleh sekitar 73% dari aliran air
sungai yang diperiksa, terutama untuk keperluan memancing dan berpariwisata.
Peraturan mengenai pencegahan pencemaran air juga dapat meningkatkan kadar oksigen
terlarut di dalam air sungai maupun aliran air di kebanyakan negara yang sudah maju.
Hasil perencanaan Program Kali Bersih di Inggris sangat memuaskan titik pada sungai
Thames Di tahun 1950-an penuh dengan limbah aerobik dan setelah 30 tahun program
diperlakukan, kini menjadi sungai yang bersih dan menghabiskan biaya sekitar 250 juta
dolar. kadar oksigen terlarut dalam sungai tersebut sangat meningkat dengan cepat

33
GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019)
sehingga dapat meningkatkan populasi 90 Spesies ikan yang hidup didalamnya, termasuk
juga ikan yang sangat peka terhadap pengaruh polusi seperti ikan salmon. Terdapat juga
pada sungai Cisadane di provinsi Jawa Barat yang mengalir melalui daerah Bogor,
Serpong Tangerang, merupakan sumber air yang kita untuk penduduk sekitarnya. Selain
itu, Sungai tersebut juga merupakan tempat pembuangan limbah industri dan rumah
tangga di kawasan industri dan hunian pada penduduk sekitarnya. Palupi 1994

melaporkan hasil penelitiannya mengenai kualitas air sungai dari 2 lokasi sampling yaitu
di daerah Serpong dan Tangerang yang merupakan daerah Urban. dari hasil perhitungan
indeks polusi, air sungai yang mengalir di Tangerang Lebih banyak terpolusi daripada air
sungai yang melalui Serpong. Usaha dan atau kegiatan manusia memerlukan air yang
berdaya guna, tetapi di lain pihak berpotensi menimbulkan dampak negatif, antara lain
berupa pencemaran yang dapat mengancam ketersediaan air, daya guna, daya dukung,
daya tampung, dan produktivitasnya. Agar air dapat bermanfaat secara lestari dan
pembangunan dapat berkelanjutan, maka dalam pelaksanaan pembangunan perlu
dilakukan pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air. Mutu air adalah
kondisi kualitas air yang diukur dan atau diuji berdasarkan parameter-parameter tertentu
dan metoda tertentu berdasarkan peraturan perundangundangan yang berlaku, Klasifikasi
mutu air ditetapkan menjadi 4 (empat) kelas :

1. Kelas satu, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air minum, dan
atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan
tersebut.

2. Kelas dua, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasarana/sarana rekreasi
air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau
peruntukan lain yang mempersyaratkan Mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.

3. Kelas tiga, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan air
tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang
mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.

34
GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019)
4. Kelas empat, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi pertanaman
atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan
tersebut.

BAB 5 MENGANALISIS MASALAH KEPARIWISATAAN


MENGGUNAKAN PRINSIP-PRINSIP PARIWISATA
BERKELANJUTAN (SUISTANABLE TOURISM)

Konsep Pariwisata Berkelanjutan (Sustainable tourism development)

A. PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

Pembangunan berkelanjutan sebenarnya sudah lama menjadi perhatian para ahli.


Namun istilah keberlajutan (sustainability) sendiri baru muncul beberapa dekade yang
lalu, walaupun perhatian terhadap keberlanjutan sudah dimulai sejak Malthus pada tahun
1798 yang mengkhawatirkan ketersedian lahan di Inggris akibat ledakan penduduk yang
pesat. Satu setengah abad kemudian, perhatian terhadap keberlanjutan ini semakin
mengental setelah Meadow dan kawan-kawan pada tahun 1972 menerbitkan publikasi
yang berjudul The Limit to Growth (Meadowet al.,1972) dalam kesimpulannya, bahwa
pertumbuhan ekonomi akan sangat dibatasi oleh ketersediaan sumber daya alam. Dengan
ketersediaan sumber daya alam yang terbatas, arus barang dan jasa yang dihasilkan dari
sumber daya alam tidak akan selalu bisa dilakukan secara terus menerus (on sustainable
basis).

Pembangunan berkelanjutan adalah sebagai upaya manusia untuk memperbaiki


mutu kehidupan dengan tetap berusaha tidak melampaui ekosistem yang mendukung
kehidupannya. Dewasa ini masalah pembangunan berkelanjutan telah dijadikan sebagai
isu penting yang perlu terus di sosialisasikan ditengah masyarakat agar masyarakat
maupun Negara kita dapat bersaing dan berkembang mengikuti perkembangan jaman
secara globalisas. Pembangunan berkelanjutan (sustainable development) adalah sebuah
upaya pembangunan suatu negara yang meliputi aspek ekonomi, sosial, lingkungan
bahkan budaya untuk kebutuhan masa kini tetapi tidak mengorbankan atau mengurangi

35
GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019)
kebutuhan generasi yang akan datang serta sehingga dapat menciptakan masyarakat yang
dapat berinteraksi satu sama lain dan dengan lingkungan hidup.

B. ASPEK YANG MEMPENGARUHI PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

1) Aspek Ekonomi

Meliputi aspek ekonomi, pembangunan berkelanjutan berkaitan erat dengan pertumbuhan


ekonomi dan bagaimana mencari jalan untuk memajukan ekonomi dalam jangka panjang
dan dapat meningkatkan kesejahteraan generasi sekarang tanpa mengurangi kemampuan
alam, masyarakat dan ekonomi untuk menaikan kesejahteraan generasi masa depan.

Aspek yang terdiri dari ekonomi sebagai berikut :

 memaksimalkan kesejahteraan manusia

 memastikan adanya efisiensi dalam penggunaan sumberdaya alam

 menciptakan iklim usaha

2) Aspek Sosial

Aspek sosial, maksudnya dipengaruhi oleh manusia sebagai pendukung


komunitas dalam hal interaksi, interrelasi dan interdependesi. Hal-hal yang merupakan
perhatian utama dalam aspek social adalah stabilitas penduduk, pemenuhan kebutuhan
dasar manusia, pertahanan keanekaragaman budaya dan partisipasi masyarakat lokal
dalam pengambilan keputusan.

36
GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019)
Aspek yang terdiri dari sosial sebagai berikut :

 memastikan adanya distribusi yang baik dari biaya dan keuntungan dari
 pembangunan disemua aspek kehidupan menghargai dan meningkatkan
perhatian terhadap hak asasi manusia,termasukkebebasan masyarakat dan
politik,budaya ekonomi dan keamanan
- Aspek yang terdiri dari pemerintahan sebagai berikut :
 mendukung wakil rakyat dengan meningkatkan partisipasi masyarakat
dalam
 pengambilan keputusan mendorong kebesaan usaha dengan memberikan
insentif,kebijakan dan sistem
 yang mendukung meningkatkan transparansi dalam pengambilan
keputusan dan akurasi informasi
 meningkatkan akuntabilitas

3) Aspek Lingkungan

Faktor lingkungan (ekologi) yang diperlukan untuk mendukung pembangunan yang


berkelanjutan, aspek ekologi merupakan aspek yang banyak disorot ketika membahas
tentang sustainable design. Hal ini disebabkan karena aspek ini terkait langsung dengan
faktor-faktor alami yang ada di bumi yang kita pijak ini. Sehingga hal-hal yang
menunjukkan degradasi lingkungan jelas terlihat dan terasa.

Aspek yang terdiri dari lingkungan sebagai berikut :

 meminimalkan sampah dan kerusakan lingkungan

 meningkatkan tanggung jawab dan kepedulian terhadap sumberdaya alam

 dan lingkungan melindungi modal alam yang kritis/penting

C. PARIWISATA BERKELANJUTAN

37
GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019)
Sustainable Tourism adalah pariwista yang berkembang sangat pesat, termasuk
pertambahan arus kapasitas akomodasi, populasi lokal dan lingkungan, dimana
perkembangan pariwisata dan investasi-investasi baru dalam sektor pariwisata
seharusnya tidak membawa dampak buruk dan dapat menyatu dengan lingkungan, jika
kita memaksimalkan dampak yang positif dan meminimalkan dampak negative. Maka
beberapa inisiatif diambil oleh sektor public untuk mengatur pertumbuhan pariwisata agar
menjadi lebih baik dan menempatkan masalah akan sustainable tourism sebagai prioritas
karena usaha atau bisnis yang baik dapat melindungi sumber-sumber atau asset yang
penting bagi pariwisata tidak hanya untuk sekarang tetapi dimasa depan.

2.2 Prinsip Pariwisata Berkelanjutan (Sustainable tourism development)

Pembangunan pariwisata yang berkelanjutan dapat dikenali melalui prinsipprinsipnya


yang dielaborasi berikut ini. Prinsip-prinsip tersebut antara lain partisipasi, keikutsertaan
para pelaku (stakeholder), kepemilikan lokal, penggunaan sumber daya secara
berkelanjutan, mewadahi tujuan-tujuan masyarakat, perhatian terhadap daya dukung,
monitor dan evaluasi, akuntabilitas, pelatihan serta promosi.

1. Partisipasi

Masyarakat setempat harus mengawasi atau mengontrol pembangunan pariwisata


dengan ikut terlibat dalam menentukan visi pariwisata, mengidentifikasi sumbersumber
daya yang akan dipelihara dan ditingkatkan, serta mengembangkan tujuantujuan dan
strategi-strategi untuk pengembangan dan pengelolaan daya tarik wisata. Masyarakat juga
harus berpartisipasi dalam mengimplementasikan strategi-strategi yang telah disusun
sebelumnya

2. Keikutsertaan Para Pelaku/Stakeholder Involvement

Para pelaku yang ikut serta dalam pembangunan pariwisata meliputi kelompok
dan institusi LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat), kelompok sukarelawan, pemerintah
daerah, asosiasi wisata, asosiasi bisnis dan pihak-pihak lain yang berpengaruh dan
berkepentingan serta yang akan menerima dampak dari kegiatan pariwisata.

3. Kepemilikan Lokal

38
GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019)
Pembangunan pariwisata harus menawarkan lapangan pekerjaan yang berkualitas
untuk masyarakat setempat. Fasilitas penunjang kepariwisataan seperti hotel, restoran,
dsb. seharusnya dapat dikembangkan dan dipelihara oleh masyarakat setempat. Beberapa
pengalaman menunjukkan bahwa pendidikan dan pelatihan bagi penduduk setempat serta
kemudahan akses untuk para pelaku bisnis/wirausahawan setempat benar-benar
dibutuhkan dalam mewujudkan kepemilikan lokal. Lebih lanjut, keterkaitan (linkages)
antara pelaku-pelaku bisnis dengan masyarakat lokal harus diupayakan dalam menunjang
kepemilikan lokal tersebut..

4. Penggunaan Sumber Daya yang Berkelanjutan

Pembangunan pariwisata harus dapat menggunakan sumber daya dengan berkelanjutan


yang artinya kegiatan-kegiatannya harus menghindari penggunaan sumber daya yang
tidak dapat diperbaharui (irreversible) secara berlebihan. Hal ini juga didukung dengan
keterkaitan lokal dalam tahap perencanaan, pembangunan dan pelaksanaan sehingga
pembagian keuntungan yang adil dapat diwujudkan. Dalam pelaksanaannya, kegiatan
pariwisata harus menjamin bahwa sumber daya alam dan buatan dapat dipelihara dan
diperbaiki dengan menggunakan kriteriakriteria dan standar-standar internasional.

5. Mewadahi Tujuan-tujuan Masyarakat

Tujuan-tujuan masyarakat hendaknya dapat diwadahi dalam kegiatan pariwisata


agar kondisi yang harmonis antara pengunjung/wisatawan, tempat dan masyarakat
setempat dapat terwujud. Misalnya, kerja sama dalam wisata budaya atau cultural tourism
partnership dapat dilakukan mulai dari tahap perencanaan, manajemen, sampai pada
pemasaran.

6. Daya Dukung

Daya dukung atau kapasitas lahan yang harus dipertimbangkan meliputi daya
dukung fisik, alami, sosial dan budaya. Pembangunan dan pengembangan harus sesuai
dan serasi dengan batas-batas lokal dan lingkungan. Rencana dan pengoperasiannya
seharusnya dievaluasi secara reguler sehingga dapat ditentukan penyesuaian/perbaikan
yang dibutuhkan. Skala dan tipe fasilitas wisata harus mencerminkan batas penggunaan
yang dapat ditoleransi (limits of acceptable use).

39
GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019)
7. Monitor dan Evaluasi

Kegiatan monitor dan evaluasi pembangunan pariwisata berkelanjutan mencakup


penyusunan pedoman, evaluasi dampak kegiatan wisata serta pengembangan indikator-
indikator dan batasan-batasan untuk mengukur dampak pariwisata. Pedoman atau alat-
alat bantu yang dikembangkan tersebut harus meliputi skala nasional, regional dan lokal.

8. Akuntabilitas

Perencanaan pariwisata harus memberi perhatian yang besar pada kesempatan


mendapatkan pekerjaan, pendapatan dan perbaikan kesehatan masyarakat lokal yang
tercermin dalam kebijakan-kebijakan pembangunan. Pengelolaan dan pemanfaatan
sumber daya alam seperti tanah, air, dan udara harus menjamin akuntabilitas serta
memastikan bahwa sumber-sumber yang ada tidak dieksploitasi secara berlebihan.

9. Pelatihan

Pembangunan pariwisata berkelanjutan membutuhkan pelaksanaan programprogram


pendidikan dan pelatihan untuk membekali pengetahuan masyarakat dan meningkatkan
keterampilan bisnis, vocational dan profesional. Pelatihan sebaiknya meliputi topik
tentang pariwisata berkelanjutan, manajemen perhotelan, serta topiktopik lain yang
relevan.

10. Promosi

Pembangunan pariwisata berkelanjutan juga meliputi promosi penggunaan lahan dan


kegiatan yang memperkuat karakter lansekap, sense of place, dan identitas masyarakat
setempat. Kegiatan-kegiatan dan penggunaan lahan tersebut

Adapun prinsip-prinsip yang menjadi acuan dalam pengembangan pariwisata


berkelanjutan (sustainable tourism development) terdiri dari:

1) Pembangunan pariwisata harus dibangun dengan melibatkan masyarakat lokal ,


dengan ide yang melibatkan masyarakat lokal juga dan untuk kesejahteraan
masyarakat lokal.
2) Menciptakan keseimbangan antara kebutuhan wisatawan dan masyarakat.

40
GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019)
3) Pembangunan pariwisata harus melibatkan para pemangku kepentingan, dan
dengan melibatkan lebih banyak pihak akan mendapatkan input yang lebih baik.
4) Memberikan kemudahan kepada para pengusaha lokal dalam sekala kecil, dan
menengah.
5) Pariwisata harus dikondisikan untuk tujuan membangkitkan bisnis lainnya dalam
masyarakat.
6) Adanya kerjasama antara masyarakat lokal sebagai creator atraksi wisata dengan
para operator penjual paket wisata.
7) Pembangunan pariwisata harus dapat memperhatikan perjanjian, peraturan,
perundang-undangan baik tingkat nasional maupun intenasional sehingga
pembangunan pariwisata dapat berjalan dengan lancar tanpa kendala.
8) Pembangunan pariwisata harus mampu menjamin keberlanjutan, memberikan
keuntungan bagi masyarakat saat ini dan tidak merugikan generasi yang akan
datang.
9) Pariwisata harus bertumbuh dalam prinsip optimalisasi bukan pada exploitasi.
10) Harus ada monitoring dan evaluasi secara periodik
11) Harus ada keterbukaan terhadap penggunaan sumber daya seperti penggunaan air
bawah tanah, penggunaan lahan, dan penggunaan sumber daya lainnya harus
dapat dipastikan tidak disalah gunakan.
1) 12)Melakukan program peningkatan sumber daya manusia dalam bentuk
pendidikan, pelatihan, dan sertifikasi untuk bidang keahlian pariwisata agar para
pekerja ahli dalam bidangnya masing-masing.
2) 13)Terwujudnya tiga kualitas, yakni pariwisata harus mampu mewujudkan
kualitas hidup ”quality of life” masyarakat lokal, pada sisi yang lainnya pariwisata
harus mampu memberikan kualitas berusaha ”quality of opportunity” kepada para
penyedia jasa dalam industri pariwisata dan sisi berikutnya dan menjadi yang
terpenting adalah terciptanya kualitas pengalaman wisatawan ”quality of
experience”

Pengembangan pariwisata berkelanjutan

41
GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019)
Dalam perjalanan waktu, konsep pembangunan berkelanjutan (Sustainable development)
diadopsi kedalam konsep pembangunan pariwisata berkelanjutan (sustainable tourism
development). Pembangunan pariwisata berkelanjutan diartikan sebagai proses
pembangunan pariwisata yang berorientasi kepada kelestarian sumber daya yang
dibutuhkan untuk pembangunan pada masa mendatang, pengertian pembangunan
pariwisata berkelanjutan ini pula diartikan “Form of tourism that are consistent with
natural, social, and community values and which allow both host and guest to enjoy
positive and worthwhile interaction and shared experience” (Eadington and Smith
1992:3)6. Selain itu, Wall (1993 dalam Suwena 2010)7, menekankan pembangunan
pariwisata berkelanjutan tidak hanya pada ekologi dan ekonomi, tetapi juga berkelanjutan
kebudayaan karena kebudayaan juga merupakan sumber daya penting dalam
pembangunan pariwisata. Oleh karena itu, Suwena (2010), mengkategorikan suatu
kegiatan wisata dianggap berkelanjutan apabila memenuhi syarat-syarat sebagai berikut
:

“Pertama, Secara ekologi berkelanjutan, yaitu pembangunan pariwisata tidak


menimbulkan efek negatif terhadap ekosistem setempat. Selain itu, konservasi
merupakan kebutuhan yang harus diupayakan untuk melindungi sumber daya alam dan
lingkungan dari efek negatif kegiatan wisata ; Kedua, secara sosial dapat diterima, yaitu
mengacu pada kemampuan penduduk lokal untuk menyerap usaha pariwisata (industri
dan wisatawan) tanpa menimbulkan konflik sosial; Ketiga, secara kebudayaan dapat
diterima, yaitu masyarakat lokal mampu beradaptasi dengan budaya wisatawan yang
cukup berbeda (kultur wisatawan); Keempat, secara ekonomi menguntungkan, yaitu
keuntungan yang didapati dari kegiatan pariwisata dapat meningkatkan kesejahteraan
masyarakat”.

Selanjutnya, untuk mencapai tujuan sustainable tourism development, maka dibutuhkan


dua pendekatan dalam keterkaitannya dalam pariwisata. Fagence (2001), menunjukkan
dua model keterkaitan itu, antara lain : Pertama, keterkaitan Horisontal (horizontal
lingkage), pendekatan ini mengandung pengertian bahwa kepariwisataan merupakan
fasilitator terhadap berbagai program dan kebijakan yang akan dilaksanakan. Agar proses
yang terjadi menjadi efisien, diperlukan berbagai komponen kebijakan yang saling

42
GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019)
mendukung untuk dapat memahami persoalan secara jernih, mendefinisikan visi dan misi
pembangunan, pemahaman terhadap hirarki tujuan dan sasaran program, serta
pengorganisasian proses secara baik. Pada pendekatan ini kepariwisataan merupakan
komponen dari proses yang berjalan sejajar dengan bidang lain sehingga diperlukan
kolektivitas.

Kedua, Keterkaitan Vertikal (vertical lingkage). Tujuan dari hubungan pendekatan ini
adalah untuk mencari keseimbangan penggabungan komponen-komponen penting dari
aktivitas kepariwisataan dan pembangunan serta „melindungi berbagai terobosan
cemerlang dalam pengambilan keputusan. Karakteristik hubungan vertikal adalah sebagai
berikut : Pertama, pada pendekatan ini, kepariwisataan merupakan bagian dari
pembangunan yang berfungsi sebagai bagian dari strategis dalam penyusunan kebijakan,
sehingga berada di atas dan berpengaruh terhadap sektor lain; Kedua, elemen strategis
dari perencanaan kebijakan harusmencakup penyediaan sarana dan prasaranaa
kepariwisataan; Ketiga, pengembangan kepariwisataan khusus, mencakup akomodasi,
dalam berbagai tipe, hotel, motel, dsb; Kelima, prakiraan dampak (mencakup kajian
carrying capacity) pembangunan kepariwisataan ditinjau dari sisi ekonomi, lingkungan,
sosial ekonomi masyarakat lokal, budaya dan warisan; Keenam, pembiayaan, pemasaran,
promosi, dan system informasi; Ketujuh, kampanye Sadar Wisata bagi masyarakat.

Dari penjelasan di atas Veresci (2001), menyimpulkan bahwa, untuk mencapai


pembangunan kepariwisataan berkelanjutan diperlukan strategi untuk menghindari /
melawan empat faktor yang saling terkait sebagai berikut : Pertama, perencanaan kondisi
lingkungan yang sensitif terhadap perubahan serta beberapa komponen budaya dari
masyarakat lokal. Kedua, perencanaan dalam mengatasi semua perbedaan antar sektor
yang berkepentingan. Ketiga, perencanaan untuk mengatasi dan melawan pengaruh
negatif dari program kepariwisataan secara massal. Keempat, perencanaan dalam
menghadapi perubahan kondisi lingkungan yang tidak dapat berbalik (irreversible
changes)

43
GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019)
Dengan demikian dari berbagai pandangan dan kajian konseptual tentang pengembangan
pariwisata berkelanjutan, konsep yang ditawarkan oleh Burns dan Holder menjadi pilihan
acuan dalam pengembangan pariwisata berkelanjutan (sustainable tourism development)
yang berbasis komunitas masyarakat (community based tourism). Atau dengan kata lain,
pariwisata berkelanjutan merupakan suatu konsep pariwisata yang dicita-citakan oleh
masyarakat yang memahami pentingnya arti keberlanjutan itu sendiri, yang menekankan
pada keberlanjutan pengembangan suatu kawasan pariwisata pada tiga aspek yaitu,
ekologi, sosial budaya, dan ekonomi. Oleh sebab itu, dibutuhkan strategis perencanaan
yang baik dan terpadu oleh semua stakeholder dalam pelaksanaannya.

Bentuk-bentuk Pariwisata Berkelanjutan (Sustainable tourism development)

Bentuk-bentuk pariwisata berkelanjutan

Dalam berbagai referensi, terdapat banyak bentuk kegiatan pariwisata yang menggunakan
prinsip pembangunan pariwisata berkelanjutan dengan memperhatikan keseimbangan
antara ekonomi, lingkungan alam dan sosial-budaya. Bentuk-bentuk kegiatan pariwisata
tersebut seperti:

 Responsible Tourism (pariwisata bertanggung jawab) adalah kegiatan pariwisata


yang intinya untuk membuat tempat yang lebih baik bagi orang untuk tinggal dan
tempat yang lebih baik untuk dikunjungi orang. Pariwisata yang bertanggung
jawab mensyaratkan bahwa operator, pelaku bisnis perhotelan, pemerintah,
masyarakat lokal dan wisatawan dapat mengambil tanggung jawab serta
mengambil tindakan untuk membuat kegiatan pariwisata lebih berkelanjutan
(Harold Goodwin, 2014).

 Nature Tourism: adalah bentuk kegiatan pariwisata yang bertanggung jawab


yang khusus dilakukan di alam, yang bertujuan untuk melestarikan lingkungan
dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal (Texas Park & Wildlife, 2021)

 Equitable Tourism (pariwisata berkeadilan): adalah salah satu bentuk kegiatan


pariwisata berkelanjutan yang bertujuan untuk menerapkan prinsip-prinsip

44
GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019)
perdagangan yang berkeadilan di bidang pariwisata dengan memperhatikan
serangkaian kriteria yang menitikberatkan pada penghormatan terhadap penduduk
setempat dan gaya hidup mereka, serta keberlanjutan kemajuan pariwisata bagi
masyarakat setempat. Secara umum istilah “pembangunan pariwisata
berkeadilan” berkaitan dengan distribusi kegiatan ekonomi dan akses ke destinasi
lintas wilayah, bangsa atau wilayah regional-nasional (Patsy Healey, 2002 dalam
Saravanan & Rao, 2012).

 Accessible Tourism: adalah adalah upaya berkelanjutan untuk memastikan tujuan


wisata, produk, dan layanan dapat diakses oleh semua orang, terlepas dari batasan
fisik atau intelektual, disabilitas atau usia mereka (Departemen Ekonomi dan
Sosial PBB, 2021).

 Appropriate Tourism: adalah salah satu bentuk pariwisata yang tidak


membahayakan masyarakat atau budaya, sepanjang tingkat pembangunan
pariwisata ‘sesuai’ dengan kebutuhan suatu negara atau daerah (Singh, Theuns &
Go, 1989).

 Ecological Tourism: adalah pemanfaatan sumber daya alam sebagai produk


pariwisata dengan menggunakan prinsip pembangunan pariwisata berkelanjutan.

 Ecotourism: adalah bentuk ecological tourism dengan tujuan utama untuk


melestarikan alam atau berinteraksi dengan spesies langka. Kegiatan ekowisata
melibatkan unsur edukasi dan interpretasi, serta dukungan untuk meningkatkan
kesadaran akan perlunya pelestarian sumberdaya alam dan budaya. Ekowisata
harus memiliki konsekuensi minimal terhadap lingkungan dan juga harus
berkontribusi kepada kesejahteraan penduduk setempat (Juganaru, Juganaru &
Anghel, 2021)

 Eco-Ethnotourism: adalah bentuk ecotourism yang lebih fokus terhadap hasil


karya manusia daripada alam, dan berupaya memberikan pemahaman atau
edukasi kepada wisatawan tentang gaya hidup masyarakat lokal.

 Green Tourism atau Environmentally-friendly Tourism: adalah bentuk kegiatan


pariwisata yang dilakukan dengan cara yang ramah terhadap lingkungan.

45
GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019)
 Soft Tourism: selain bertujuan untuk pelestarian lingkungan alam dan
perlindungan kesehatan manusia, bentuk pariwisata ini memiliki tujuan lain yaitu
untuk tujuan sosial (penghormatan terhadap adat istiadat, tradisi, sosial dan
struktur keluarga penduduk setempat), dan untuk tujuan ekonomi (distribusi
pendapatan yang adil dan diversifikasi penawaran pariwisata) (Juganaru,
Juganaru & Anghel, 2021).

 Rural Tourism: adalah bentuk pariwisata yang dilakukan di daerah perdesaan


(desa wisata) yang bertujuan untuk mengharmoniskan kebutuhan pariwisata dan
pelestarian lingkungan (alam dan sosial-budaya) dengan prinsip pembangunan
berkelanjutan.

 Community Tourism: adalah bentuk pembangunan pariwisata yang difokuskan


pada pelibatan penduduk lokal dan ditujukan untuk kesejahteraan mereka.
Penduduk lokal memiliki kendali penuh atas pendapatan yang dihasilkan dari
pariwisata, sebagian besar pendapatan ditujukan untuk memperbaiki
kesejahteraan masyarakat, memberikan perhatian khusus terhadap lingkungan
alam dan tradisi penduduk setempat. Bentuk pengembangan pariwisata ini
seringkali dipadukan dengan pengembangan kegiatan produksi, seperti
transformasi hasil pertanian atau workshop kerajinan, yang produknya terutama
dijual kepada wisatawan (Juganaru, Juganaru & Anghel, 2021).

 Pro-poor Tourism: adalah bentuk pariwisata yang menghasilkan keuntungan


bersih untuk masyarakat miskin. Keuntungan tersebut dapat bersifat ekonomi,
sosial, lingkungan atau budaya. Pariwisata yang berpihak pada kaum miskin tidak
secara spesifik mengacu pada pariwisata budaya atau etnis (Bolnick, 2003).

 Agritourism: adalah bentuk pariwisata yang memungkinkan interaksi antara


wisatawan dengan pemilik atau pengelola pertanian di suatu daerah perdesaan
dengan prinsip keberlanjutan. Interaksi tersebut menghasilkan suatu aktivitas
wisata yang berbasis pertanian seperti perawatan hewan ternak, perawatan
tanaman, kerajinan tangan, atau hiburan dan permainan.

dan lain-lain

46
GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019)
2.5 Contoh permasalahan wisata dan upaya penyelesaian nya sesuai prinsip
Pariwisata Berkelanjutan (Sustainable tourism development)

STUDI KASUS

Potensi Hotel (Accomodation And Hospitality Service) Di Bali

Tidak dapat dipungkiri lagi, dengan berdirinya hotel-hotel dan restaurant di bali
memberikan dampak negatif bagi alam dan lingkungan Pulau Bali. Potensi kerusakan
alam dan lingkungan Pulau Bali antara lain (diadaptasi dari Wiyasha,2008) : water
resources (sumber air) , local resources like energy, food, and other raw materials (sumber
daya local seperti energi, makanan dan bahan-bahan mentah lainnya), Land degradation
(penurunan kualitas tanah), Air emissions (emisi udara) , Noise (suara), Solid waste and
littering (Sampah keras dan lunak) , Releases of sewage (limbah), Oil and chemicals
(minyak dan bahan-bahan kimia),Even architectural/visual pollution (polusi arsitek).
Pendirian sebuah hotel yang hanya mengindahkan sisi ekonomi dan arsitek
(Manuaba,2008) tanpa memperhatikan aspek lainnya secara terintegrasi, seperti aspek
sosial budaya dan lingkungan, akan menimbulkan permasalahan dikemudian hari. Hal ini
terbukti dengan keadaan yang dirasakan saat ini, terutama dilihat dari sudut pandang
lingkungan. Tempratur Bali yang semakin tinggi, abrasi pantai, meningkatnya kasus
demam berdarah, nenurunnya kualitas air dan udara Pulau Bali, merupakan akibat dari
lalainya investor, pemerintah dan masyarakat dalam menjaga keseimbangan
pembangunan pariwisata di Pulau Bali. Meskipun berbagai macam aturan telah di
tetapkan seperti (i) UU No 24 Tahun 1992, tentang tata ruang dengan konsep
pembangunan berkelanjutan, (ii) UU No 3 Tahun 2004,tentang pengendalian pengelolaan
lingkungan, namun masih saja ada investor yang ’nakal’. ’Kenakalan’investor tidak lepas
dari motiv ekonomi. Mereka membangun hotel dengan memangkas tebing, jurang, pantai,
demi sebuah pemandangan yang indah bagi hotelnya untuk dapat dinikmati
tamu/wisatawan.Mereka menggunakan air tanah untuk mengisi kolam renang, menyirami
lapangan golf. Kondisi ini semakin parah karena nampaknya carrying capacity Pulau Bali
sudah sampai pada titik nadir, yang tidak mampu mentoleransi hal-hal seperti itu.

47
GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019)
Konsep yang dapat diterapkan manajemen hotel, antara lain menggunakan analisis
POT (potensi dan tantangan). Dengan analisis POT , permasalahan lingkungan dapat
dipecahkan melalui potensi:

1) Tataran filosofi (way of life), yakni menetapkan visi dari manajemen


untuk membangun hotel dengan konsep sustainable tourism development dan
community based tourism
2) tataran mentalitas atau sikap mental dan , yakni dengan jalan membuat
programprogram yang mendukung sustainable tourism development dan
community based tourism , seperti: (i) memberikan program pendidikan pada
manajemen mengenai sustainable tourism development dan community based
tourism dan (ii) cinta lingkungan dengan wujud nyata penggunaan bahan-bahan
pembersih yang tidak merusak lingkungan (contoh ecolab product)
3) tataran perilaku dan kebiasaan dalam kehidupan individual atau kolektif,
adalah dengan mendukung berbagai upaya pelestarian lingkungan, seperti :
mendukung gerakan kebersihan pantai, tidak menggunakan air tanah untuk
keperluan hotel, tidak membangun hotel melewati sepadan pantai, dan tidak
membangun hotel di kawasan yang dapat menjaga keseimbangan alam,seperti
:hutan, tebing, jurang serta lahan produktif.

Strategi revitalisasi yang mencakup perencanaan, implementasi, koordinasi dan valuasi


nyata pada level mikro (manajemen hotel), meso (seluruh karyawan hotel) dan makro
(tamu-tamu dan seluruh karyawan hotel).

48
GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019)
BAB 6 KEPARIWISATAAN MENGGUNAKAN PRINSIP-
PRINSIP EKOWISATA (ECOTOURISM)

A. Defenisi Ecotourism

Berbagai konsep dan definisi yang berkembang secara generik, ekowisata merupakan
konsep tentang perjalanan wisata yang berbasiskan pada alam yang mengandung dimensi
learning dan mengandung pesan pembangunan berkelanjutan (Weaver ,2001). Suatu
konsep yang sangat ideal, dalam perspektif ranah manajemen wisata pada umumnya
termasuk ekowisata akan meliputi tiga komponen yaitu place sebagai lanskap wilayah
dengan eco-lodge-nya dan produk (destinasi) ekowisata, pengunjung dan masyarakat
lokal (host community) (Mason, 2003).

Definisi ekowisata yang pertama diperkenalkan oleh organisasi The Ecotourism Society
(1990) sebagai berikut: Ekowisata adalah suatu bentuk perjalanan wisata ke area alami
yang dilakukan dengan tujuan mengkonservasi lingkungan dan melestarikan kehidupan
dan kesejahteraan penduduk setempat. Semula ekowisata dilakukan oleh wisatawan
pecinta alam yang menginginkan di daerah tujuan wisata tetap utuh dan lestari, di
samping budaya dan kesejahteraan masyarakatnya tetap terjaga.

Namun dalam perkembangannya ternyata bentuk ekowisata ini berkembang karena


banyak digemari oleh wisatawan. Wisatawan ingin berkunjung ke area alami, yang dapat
menciptakan kegiatan bisnis. Ekowisata kemudian didefinisikan sebagai berikut:
Ekowisata adalah bentuk baru dari perjalanan bertanggungjawab ke area alami dan
berpetualang yang dapat menciptakan industri pariwisata (Eplerwood, 1999). Dari kedua
definisi ini dapat dimengerti bahwa ekowisata dunia telah berkembang sangat pesat.
Ternyata beberapa destinasi dari taman nasional berhasil dalam mengembangkan
ekowisata ini.

Bahkan di beberapa wilayah berkembang suatu pemikiran baru yang berkait dengan
pengertian ekowisata. Fenomena pendidikan diperlukan dalam bentuk wisata ini.

Hal ini seperti yang didefinisikan oleh Australian Department of Tourism (Black, 1999)
yang mendefinisikan ekowisata adalah wisata berbasis pada alam dengan mengikutkan

49
GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019)
aspek pendidikan dan interpretasi terhadap lingkungan alami dan budaya masyarakat
dengan pengelolaan kelestarian ekologis. Definisi ini memberi penegasan bahwa aspek
yang terkait tidak hanya bisnis seperti halnya bentuk pariwisata lainnya, tetapi lebih dekat
dengan pariwisata minat khusus, alternative tourism atau special interest tourism dengan
obyek dan daya tarik wisata alam.

Salah satu definisi ekowisata secara luas adalah salah satu yang dikembangkan oleh
Ceballos-Lascuráin pada tahun 1983, yang berfokus pada pentingnya daerah alam,
domain kognitif dan afektif, dan perilaku. Perjalanan ke daerah alam yang secara relatif
tidak terganggu atau tidak terkontaminasi dengan tujuan spesifik dari penelitian,
pengaguman, dan penikmatan pemandangan dan tumbuhan dan hewan liar, serta
manifestasi budaya apapun yang ada (baik masa lalu maupun sekarang) yang ditemukan
di daerah ini (Ceballos-Lascuráin 1987, van der Merwe di 1996).

Meskipun ada beberapa definisi ekowisata, sebagian besarmerangkul tema umum dari
perjalanan untuk pengalaman lingkungan, misalnya, mendefinisikan ekowisata sebagai
"perjalanan bertanggung jawab yang melestarikan lingkungan alam dan memelihara
kesejahteraan masyarakat setempat".

Freedman (1995) secara serupa mendefinisikan ekowisata sebagai sebuah segmen


industri perjalanan yang menarik untuk sadar lingkungan dan memiliki dampak yang
rendah pada daerah sekitartapi memberi kontribusi terhadap ekonomi lokal. Menurut
Cater dan Lowman , 1994 ekowisata seharusnya dapat :

a. Menarik wisatawanke lingkungan alam yang unik dan dapat diakses.

b. Digunakan untuk meningkatkan konservasi alam melalui pendidikan.

c. Menyebabkan perubahan sikap di masyarakat dan pemerintah lokal.

d. Menyediakan lapangan kerja dan peluang kewirausahaan bagi masyarakat lokal.

Dalam penelitian lain, Pedersen membayangkan ekowisata sebagai lima kriteria utama
yang memuaskan: perlindungan daerah alam; produksi pendapatan; pendidikan; dan
partisipasi dan keterlibatan lokal,selain dari pada itu, Wallace dan Pierce (1996)

50
GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019)
memberikan gambaran yang lebih panjang dari struktur dasar ekowisata. Mereka
menunjukkan bahwa ekowisata dapat:

a. Meminimalkan dampak.

b. Meningkatkan kesadaran.

c. Memberikan kontribusi untuk pelestarian.

d. Memungkinkan masyarakat lokal untuk membuat keputusan sendiri.

e. Mengarahkan manfaat ekonomi bagi masyarakat lokal.

f. Memberikan kesempatan bagi masyarakat lokal untuk menikmati daerah alam


(david.a.Fennel, 2010).

Diatas merupakan beberapa definisi dari ekowisata, dan salah satu contoh ekowisata yang
di jadikan sebagai objek penelitian disini adalah Taman Wisata Alam Mangrove , Angke
Kapuk, Jakarta Utara.

Taman Wisata Alam ( TWA ) Mangroove Angke Kapuk, Jakarta Utara merupakan
kawasan pelestarian alam yang dimanfaatkan untuk kegiatan wisata alam dan berpusat
pada pengembangan ecotourism. Di tempat ini terdapat beberapa fasilitas dan aktifitas
yang dapat dilakukan oleh wisatawan , antara lain:

1. Konservasi dan penanaman hutan bakau

Di Taman Wisata Alam (TWA) Angke Kapuk, wisatawan dapat merasakan sendiri
pengalaman menanam bibit mangrove / bakau. Dengan menanam mangrove dapat
membantu dalam pencegahan abrasi (pengikisan bibir pantai oleh air laut) serta mencegah
terjadinya intrusi air laut (merembesnya air laut ke daratan hingga ke sungai). Dalam
ekosistem hutan bakau, mangrove merupakan satu dari beberapa jenis pohon yang
merupakan penyusun utama dalam ekosistem tersebut..Terdapat tiga jenis utama pohon
mangrove, yaitu : api-api (Avicennia), bakau (Rhizophora sp.), dan pidada (Sonneratia
acida).

51
GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019)
2. Wisata hutan

Wisatawan dapat melakukan kegiatan fotografi di lingkungan hutan tersebut , karena


hutan ini memiliki tempat-tempat yang sangat bagus dan cocok untuk di jadikan lokasi
pemotretan, namun tempat ini memiliki peraturan , wisatawan tidak diperbolehkan
menggunakan kamera selain kamera handphone, karena jika pengunjung ingin
melakukan kegiatan fotografi menggunakan model dan kamera profesional, seperti
kamera SLR atau kamera pocket, Taman Wisata Alam Mangrove Angke Kapuk
menetapkan kebijakan memasang tarif harga sebesar satu juta rupiah kepada setiap
pengunjung.

3. Wisata air.

Taman Wisata Alam (TWA) Angke Kapuk menyediakan fasilitas wisata air, wisatawan
dapat menikmati pemandangan alam dengan menggunakan perahu kayu dan perahu karet,
keduanya dapat disesuaikan dengan keinginan pengunjung. Untuk fasilitas perahu karet
wisatawan akan dibantu oleh pemandu untuk diajak menjelajahi taman wisata alam jalur
air, wisatawan dapat melihat hewan khas daerah danau dari dekat dan bagi pecinta
fotografi lokasi wisata air sangat bagus untuk sebagai objek pemotretan yang suasananya
sangat jarang ditemukan di kota Jakarta. Dan sebagai alternatif lain, wisatawan juga dapat
menjelajahi wisata air dengan mengayuh sendiri menggunakan jasa perahu kano.

5. Penginapan Taman

Wisata Alam Angke Kapuk juga menyediakan fasilitas penginapan untuk wisatawan yang
ingin bermalam, pengunjung dapat menikmati keindahan alam yang asri dan tenang di
tengah hiruk pikuk perkotaan Jakarta, selain itu, pengunjung juga dapat menikmati
terbitnya matahari (sunrise) hingga tenggelam (sunset) yang dapat diselingi dengan
berbagai kegiatan seperti penanaman mangrove, fotografi, permainan air, dan kegiatan
lainnya. Penginapan di Taman Wisata Alam Angke Kapuk terbagi menjadi beberapa
pilihan , diantaranya : rumah tenda ( camping ground ), rumah permanen dan di atas air,
villa pondok alam dan villa honeymoon cottage.

52
GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019)
B. Prinsip-Prinsip Ecotourism

Pengembangan ekowisata di dalam kawasan hutan dapat menjamin keutuhan dan


kelestarian ekosistem hutan. Ecotraveler menghendaki persyaratan kualitas dan keutuhan
ekosistem. Oleh karenanya terdapat beberapa butir prinsip pengembangan ekowisata
yang harus dipenuhi. Apabila seluruh prinsip ini dilaksanakan maka ekowisata menjamin
pembangunan yang ecological friendly dari pembangunan berbasis kerakyatan
(commnnity based).

The Ecotourism Society (Eplerwood/1999) menyebutkan ada delapan prinsip, yaitu:

i. Mencegah dan menanggulangi dampak dari aktivitas wisatawan


terhadap alam dan budaya, pencegahan dan penanggulangan
disesuaikan dengan sifat dan karakter alam dan budaya setempat.
ii. Pendidikan konservasi lingkungan. Mendidik wisatawan dan
masyarakat setempat akan pentingnya arti konservasi. Proses
pendidikan ini dapat dilakukan langsung di alam. Pendapatan
langsung untuk kawasan. Mengatur agar kawasan yang digunakan
untuk ekowisata dan manajemen pengelola kawasan pelestarian
dapat menerima langsung penghasilan atau pendapatan. Retribusi
dan conservation tax dapat dipergunakan secara langsung untuk
membina, melestarikan dan meningkatkan kualitas kawasan
pelestarian alam.
iii. Partisipasi masyarakat dalam perencanaan. Masyarakat diajak
dalam merencanakan pengembangan ekowisata. Demikian pula di
dalam pengawasan, peran masyarakat diharapkan ikut secara aktif.
iv. Penghasilan masyarakat. Keuntungan secara nyata terhadap
ekonomi masyarakat dari kegiatan ekowisata mendorong
masyarakat menjaga kelestarian kawasan alam.
v. Menjaga keharmonisan dengan alam. Semua upaya
pengembangan termasuk pengembangan fasilitas dan utilitas harus

53
GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019)
tetap menjaga keharmonisan dengan alam. Apabila ada upaya
disharmonize dengan alam akan merusak produk wisata ekologis
ini.
vi. Hindarkan sejauh mungkin penggunaan minyak, mengkonservasi
flora dan fauna serta menjaga keaslian budaya masyarakat.
vii. Daya dukung lingkungan. Pada umumnya lingkungan alam
mempunyai daya dukung yang lebih rendah dengan daya dukung
kawasan buatan. Meskipun mungkin permintaan sangat banyak,
tetapi daya dukunglah yang membatasi.
viii. Peluang penghasilan pada porsi yang besar terhadap negara.
Apabila suatu kawasan pelestarian dikembangkan untuk
ekowisata, maka devisa dan belanja wisatawan didorong sebesar-
besarnya dinikmati oleh negara atau negara bagian atau pemerintah
daerah setempat.
ix. Masyarakat Ekowisata Internasional atau The International
Ecotourism Society (TIES) menyebutkan setidaknya da 6 prinsip
dalam ekowisata, antara lain:

a. Meminimalisasi dampak

Ekowisata muncul sebagai bentuk respon terhadap pariwisata massal (mass tourism). Tak
bisa dimungkiri lagi bahwa pariwisata massal memberikan banyak dampak negative, tak
hanya bagi lingkungan, tapi juga sosial. Sumber PBB menyebutkan, rata-rata turis yang
menghabiskan air dalam waktu 24 jam, sama dengan jumlah air yang bisa digunakan oleh
petani di negara dunia ketiga untuk memproduksi padi selama 100 hari. Contoh lain, satu
hotel mewah di negara dunia ketiga menghabiskan 66 ribu gallon air sehari. Coba Anda
bayangkan betapa borosnya!

Di ranah sosial, pariwisata massal berdampak pada masyarakat, khususnya anak-anak.


Data dari PBB menyebutkan, setidaknya 13-19 juta anak-anak di seluruh dunia bekerja
di sektor pariwisata. Lebih dari 1 juta di antara mereka dieksploitasi secara seksual oleh
turis tiap tahunnya. Sungguh bikin miris!

54
GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019)
b. Membangun kesadaran dan kepedulian terhadap budaya dan lingkungan

Ekowisata bisa disebut sebagai filter (penyaring) dari dampak pariwisata massal. Ini tak
lain karena ekowisata lebih merupakan small tourism. Jumlah wisatawan yang kecil, akan
kecil kemungkinan pula memberi dampak negatif. Wisatawan bisa berinteraksi lebih
intens dengan warga lokal. Ini membuat mereka punya waktu lebih banyak untuk
menyelami budaya warga lokal sekaligus menghormati lingkungan tempat mereka
berada.

c. Memberikan pengalaman positif, baik bagi wisatawan maupun warga lokal


sebagai tuan rumah

Dengan jumlah wisatawan yang sedikit, ekowisata bisa memberi pengalaman positif yang
lebih intensif dengan masyarakat lokal. Interaksi ini jauh lebih berkualitas. Misalkan,
wisatawan menginap di homestay lokal. Mereka tidak sekadar menginap, tapi juga
dihidangkan makanan khas sana. Bahkan, bisa melihat prosesnya langsung jikalau
pemilik homestay menyediakan paketnya. Antara wisatawan dan pemilik homestay bisa
saling bertukar ilmu dan pengalaman. Bukankah ini hal yang menarik?

d. Memberikan keuntungan finansial langsung bagi konservasi

Kendati small tourism, namun ekowisata bisa memberikan keuntungan finansial yang
tidak sedikit. Ekowisatawan biasanya sudah menyadari bahwa ekowisata itu mahal.
Mereka akan mafhum mengenai hal ini karena efek positif yang diberikannya untuk
beragam lapisan. Misalnya, mereka mengambil paket ekowisata untuk melihat
penangkaran penyu. Mereka akan rela merogoh kocek mendalam, namun imbal baliknya
ke mereka berupa pengalaman yang menakjubkan. Bisa melihat penyu sedang
menetaskan anaknya, melepas tukik-tukiknya ke laut, itu tentu tidaklah murah.

e. Memberikan keuntungan finansial dan pemberdayaan bagi warga lokal

Ekowisata mengondisikan masyarakat di destinasi dan sekitarnya untuk menghidupkan


potensi-potensi lokal yang dimiliki. Hal ini sedikit berbeda dengan pariwisata massal
yang cenderung membuat warga di sana beralih profesi karena tergiur oleh duit
melimpah. Sebaliknya, ekowisata akan membuat kehidupan di destinasi menjadi lebih

55
GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019)
sustainable (berkelanjutan). Warga hanya perlu fokus pada profesinya, memberi nilai
tambah pada produk atau jasa yang ditawarkan, serta memberikan pelayanan prima.
Warga kian berdaya, keuntungan finansial pun bukanlah harapan semu belaka.

f. Meningkatkan sensitivitas bagi iklim politik, lingkungan, maupun sosial pada


negara tuan rumah

Ekowisata yang dijalankan dengan optimal akan berdampak pada banyak hal. Jika
ekowisata diberi perhatian besar, maka mau tak mau akan berimbas pada kebijakan.
Sebab, bagaimanapun juga, ekowisata perlu diregulasi. Ini untuk menjaga agar tidak
kebablasan kea rah pariwisata massal. Efek lingkungan dan sosial pun sudah pasti
menjadi keniscayaan. Semua pihak pun akan ramai-ramai peduli. Sinergi ini akan
menciptakan angina segar bagi tumbuhnya ekowisata. Pembangunan pun menjadi lebih
terarah dan berkelanjutan. Tidak sekadar bertumpu pada tujuan-tujuan jangka pendek
semata.

C. Masalah Pariwisata Dengan Prinsip Ecotourism

Lima pedoman yang harus dikenali dan dipatuhi oleh para pelaku ekowisata adalah
pendidikan (education), pembelaan (advocacy), pengawasan (monitoring), keterlibatan
komunitas setempat (community involvement) dan perlindungan (conservation).

Aspek pendidikan menjadi bagian utama dalam pengelolaan ekowisata karena membawa
misi sosial untuk menyadarkan keberadaan manusia, lingkungan dan akibat yang akan
timbul bila terjadi kesalahan dalam manajemen pemberdayaan lingkungan global. Dalam
penjabaran misi tersebut seringkali berbenturan dengan perhitungan ekonomis atau
terjebak dalam metode pendidikan yang kaku. Pembangunan infrastruktur pariwisata
secara berlebihan justru pada akhirnya menyebabkan perlindungan terhadap keunikan
kawasan wisata menjadi tersisih dikalahkan oleh industri pariwisata massal. Padahal
salah satu tujuan ekowisata harus mampu manjabarkan nilai kearifan lingkungan dan
sekaligus mengajak orang untuk menghargai apapun yang walaupun tampaknya teramat
sederhana. Pada hakikatnya dengan kesederhanaan itulah yang menjadi pedoman
masyarakat sekitar kawasan wisata mempertahankan kelestarian alamnya. Dengan
demikian keterlibatan masyarakat sekitar sebagai pengawas menjadi teramat penting. Hal

56
GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019)
lain yang harus diperhatikan adalah perkembangan budaya dalam masyarakat asli di
sekitar kawasan ekowisata yang berbeda dengan budaya para wisatawan. Disadari atau
tidak lambat laun akan terjadi pergeseran budaya yang mungkin dapat melenyapkan
budaya asli. Idealnya dalam suatu kawasan ekowisata timbul suatu keterikatan dan rasa
saling menghormati antar komunitas penduduk asli dengan wisatawan. Untuk
meminimalkan dampak yang timbul di kemudian hari diperlukan integritas, kualitas,
loyalitas dan kemampuan pengelola dalam melaksanakan pengawasan.

Kegiatan ekowisata menjadi suatu jenis wisata yang lebih mahal harganya dibandingkan
dengan jenis wisata lain, mengingat pengelolaan kawasan ekowisata harus
mengendalikan kuantitas dan kualitas pengunjung. Pengelola ekowisata disamping
menjalankan prinsip ekonomi untuk mencari keuntungan sebanyak mungkin, tetapi juga
harus dapat menjalankan misi konservasi.

Untuk keberhasilan usaha ekowisata di wilayah tersebut ditentukan pula atas faktor-faktor
berikut :

1. Pemilihan lokasi harus memiliki keunikan dan dapat dijangkau alat


transportasi yang ramah lingkungan,
2. Perencanaan ekowisata dan persiapan yang melibatkan masyarakat
lokal untuk menjalankan ekowisatasebagai usaha bersama,
3. Keterlibatan masyarakat lokal dalam pengembangan usaha dan
pengelolaan kegiatan ekowisata,
4. Interpretasi alam dan budaya lokal yang baik dengan membekali diri
dengan pengetahuan geografi, adat istiadat, kebiasaan dan budaya
yang berlaku.
5. Kemampuan untuk menciptakan rasa aman dan nyaman kepada
wisatawan, sekaligus juga memberikan pembelajaran kepada mereka
untuk membantu pelestarian sumberdaya alam , menghargai privacy
dan kehormatan masyarakat setempat.
6. Menjalin hubungan kerja yang berkelanjutan dengan pemerintah dan
organisasi lain yang terlibat baik secara langsung maupun tidak
langsung.

57
GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019)
Kendala utama dari pengembangan ecotourism ini adalah pada kondisi masyarakat yang
masih sederhana dan miskin serta berpendidikan rendah (rata-rata SD) sehingga
mementingkan mendapatkan uang sesaat, kurang faham terhadap pelestarian lingkungan
maupun pariwisata. Kendala ke dua adalah keamanan, karena selama ini wilayah tersebut
susah dijangkau, maka ada beberapa tempat yang diduga rawan keamanan.

D. Kebijaksanaan Pengembangan Ekowisata

Kebijaksanaan pengembangan ekowisata dapat dilihat dari ruang lingkup kepentingan


nasional, seperti dijelaskan Undang-undang dan peraturan pemerintah yang mengatur
kebijaksanaan pengembangan ekowisata sebagai berikut:

• UU no.4 Tahun 1982 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Lingkungan Hidup

• Kepmen Parpostel No.KM.98/PW.102/MPPT-1987 tentang Ketentuan Usaha


Obyek Wisata.

• Surat Keputusan Dirjen Pariwisata No.Kep.18/U/11/1988 tentang Pelaksanaan


Ketentuan Usaha Obyek Wisata dan Daya Tarik Wisata.

• Surat Keputusan Bersama Menteri Kehutanan dan Menteri Parpostel


No.24/KPTS-11/89 dan No.KM.1/UM.209/MPPT-1998 tentang Peningkatan Koordinasi
dua instansi tersebut untuk mengembangkan Obyek Wisata Alam sebagai Obyek Daya
Tarik Wisata.

• UU No.5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam


Hayati dan Ekosistem.
• UU. No.9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan.
• UU. No.24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruangan.
• UU No.5 Tahun 1994 tentang Ratifikasi Konservasi
Keanekaragaman Hayati.
• Peraturan Pemerintah No. 13 Tahun 1994 tentang Pengelolaan
Alam di zona pemanfaatan kawasan pelestarian alam.
• Peraturan Pemerintah No.67 Tahun 1996 tentang
Penyelenggaraan Kepariwisataan.

58
GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019)
Pada dasarnya, kebijakasanaan pengembangan ekowisata itu hendaknya dapat
berpedoman pada hal-hal yang disebutkan sebagai berikut:

1. Dalam pembangunan, prasarana dan sarana sangat dianjurkan dilakukan sesuai


kebutuhan saja, tidak berlebihan, dan menggunakan bahan-bahan yang terdapat di daerah
tersebut.

2. Diusahakan agar penggunaan teknologi dan fasilitas modern seminimal mungkin.

3. Pembangunan dan aktivitas dalam proyek dengan melibatkan penduduk lokal


semaksimal mungkin dengan tujuan meningkatkan ekonomi masyarakat setempat.

4. Masyarakat setempat dihimbau agar tetap memelihara adat dan kebiasaan sehari-
hari tanpa terpengaruh terhadap kedatangan wisatawan yang berkunjung.

59
GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019)
BAB 7 MENGANALISIS MASALAH KEPARIWISATAAN
MENGGUNAKAN PRINSIP-PRINSIP PENGEMBANGAN
PARIWISATA BERBASIS MASYARAKAT CBT

Definisi Pengembangan Pariwisata Berbasis Masyarakat (CBT)


Pengembangan pola pariwisata yang dikenal dengan nama “Community Base
Tourism” (Pariwisata berbasis Masyarakat) yaitu pengembangan pariwisata
dikembangkan dimana seluruh aktivitas wisatawan berlangsung dan berbaur dengan
masyarakat pedesaan. Nilai tambah yang diperoleh dari pengembangan Pariwisata yang
berbasis Masyarakat/pedesaan adalah (1) penduduk pedesaan dapat berperan sebagai
pelaku , mereka dapat menyediakan tempat tinggal bagi wisatawan, penyediaan makanan
dan minuman, jasa laundry,jasa usaha angkutan, dan jasa-jasa lainnya.(2) meningkatnya
konsumsi produk lokal (sayuran, buah-buahan, seni kerajinan, makanan khas,dan lainlain,
kerja sethingga akan mendorong kelangsungan usaha yang berbasis tradisi dan kelokalan.
(3) mendorong pemberdayaan tenaga kerja setempat, misalnya sebagai penyedia atraksi
seni budaya, kerajinan dan lain-lain). (4) meningkatkan kesadaran masyarakat akan nilai-
nilai tradisi dan budaya lokal serta keunikan lingkungan alam yang dimiliki.
Community Based Tourism adalah konsep yang menekankan kepada
pemberdayaan komunitas untuk menjadi lebih memahami nilai-nilai dan aset yang
mereka miliki, seperti kebudayaan, adat istiadat, masakan kuliner, gaya hidup. Dalam
konteks pembangunan wisata, komunitas tersebut haruslah secara mandiri melakukan
mobilisasi aset dan nilai tersebut menjadi daya tarik utama bagi pengalaman berwisata
wisatawan. Melalui konsep Community Based Tourism, setiap individu dalam komunitas
diarahkan untuk menjadi bagian dalam rantai ekonomi pariwisata, untuk itu para individu
diberi keterampilan untuk mengembangkan small business.
Community Based Tourism (CBT) berkembang dengan pesat karena adanya
pertimbangan bahwa kegiatan pariwisata banyak membawa dampak negatif bagi
masyarakat, antara lain:
1. Merusak sumber daya alam di sekitar masyarakat
2. Adanya pengaruh budaya luar terhadap eksistensi sosial budaya masyarakat
lokal

60
GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019)
3. Sangat sedikit manfaat ekonomi yang diterima oleh masyarakat lokal
Anstranddalam Janianton Damanik (2006:84) mendefinisikan Community Based
Tourism (CBT) sebagai pariwisata yang memperhitungkan dan menempatkan
keberlanjutan lingkungan, sosial dan budaya, diatur dan dimiliki oleh komunitas, untuk
komunitas. Anstrand mencoba melihatCommunity Based Tourism (CBT) bukan dari
aspek ekonomi terlebih dahulu melainkan aspek pengembangan kapasitas komunitas dan
lingkungan, sementara aspek ekonomi menjadi ‘induced impact’ dari aspek sosial,
budaya dan lingkungan. Suansri (2003:14) menguatkan definisiCommunity Based
Tourism(CBT) sebagai pariwisata yang memperhitungkan aspek keberlanjutan
lingkungan, sosial dan budaya dalam komunitas.Community Based
Tourism(CBT) merupakan alat bagi pembangunan komunitas dan konservasi
lingkungan.
Menurut Rocharungsat (2008) terdapat 6 indikator sebagai tolak ukur kesuksesan
dari Community Based Tourism (CBT) yaitu:
1. Melibatkan masyarakat local
2. Manfaat yang didapatkan dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat
3. Manajemen pariwisata yang baik
4. Kemitraan yang kuat baik di dalam maupun di luar
5. Atraksi wisata yang unik
6. Tidak mengabaikan konservasi lingkungan

Prinsip-Prinsip Pengembangan Pariwisata Berbasis Masyarakat (CBT)


Prinsip dasar Community Based Tourism(CBT) menurut UNEP dan WTO (2005)
sebagai berikut
1) Mengakui, mendukung dan mengembangkan kepemilikan komunitas dalam
industri pariwisata ;
2) Mengikutsertakan anggota komunitas dalam memulai setiap aspek;
3) Mengembangkan kebanggaan komunitas;
4) Mengembangkan kualitas hidup komunitas;
5) Menjamin keberlanjutan lingkungan;
6) Mempertahankan keunikan karakter dan budaya di area lokal ;

61
GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019)
7) Membantu berkembangnya pembelajaran tentang pertukaran budaya pada
komunitas;
8) Menghargai perbedaan budaya dan martabat manusia;
9) Mendistribusikan keuntungan secara adil kepada anggota komunitas ;
10) Merperan dalam menentukan prosentase pendapatan (pendistribusian
pendapatan) dalam proyek-proyek yang ada di komunitas.

Menurut Suansri (2003:14) ada beberapa prinsip dari community based


tourism yang harus dilakukan yaitu sebagai berikut :
1. Mengenali, mendukung, dan mempromosikan kepemilikan masyarakat dalam
pariwisata.
2. Melibatkan anggota masyarakat dari setiap tahap pengembangan pariwisata dalam
berbagai aspeknya.
3. Mempromosikan kebanggaan terhadap komunitas bersangkutan.
4. Meningkatkan kualitas kehidupan.
5. Menjamin keberlanjutan lingkungan.
6. Melindungi ciri khas (keunikan) dan budaya masyarakat lokal.
7. Mengembangkan pembelajaran lintas budaya.
8. Menghormati perbedaan budaya dan martabat manusia.
9. Mendistribusikan keuntungan dan manfaat yang diperoleh secara proporsional
kepada anggota masyarakat.
10. Memberikan kontribusi dengan presentase tertentu dari pendapatan yang
diperoleh untuk proyek pengembangan masyarakat.
11. Menonjolkan keaslian hubungan masyarakat dengan lingkungannya.

Sementara itu prinsip penyelenggaraan kepariwisataan berdasarkan Undang-


Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009, Bab III pasal 5adalah :
1. Menjunjung tinggi norma agama dan nilai budaya sebagai pengejawantahan dari
konsep hidup dalam keseimbangan hubungan antara manusia dan Tuhan Yang
Maha Esa, hubungan antara manusia dan sesama manusia, dan hubungan antara
manusia dan lingkungan.

62
GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019)
2. Menjunjung tinggi hak asasi manusia, keragaman budaya, dan kearifan lokal.
3. Memberi manfaat untuk kesejateraan rakyat, keadilan, kesetaraan, dan
proposionalitas.
4. Memelihara kelesatarian alam dan lingkungan hidup.
5. Memberdayakan masyarakat setempat.
6. Menjamin keterpaduan antarsektor, antar daerah, antara pusat dan daerah dan
daerah yang merupakan satu kesatuan sistemik dalam kerangka otonomi daerah,
serta keterpaduan antar pemangku kepentingan.
7. Mematuhi kode etik kepariwisataan dunia dan kesepakatan internasional dalam
bidang kepariwisataan ;
8. Memperkukuh keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Pariwisata berbasis masyarakat (community bassed tourism) dikembangkan


berdasar prinsipkeseimbangan dan keselarasan antar kepentingan steakeholder
pembangunan pariwisata termasuk pemerintah, swasta, dan masyarakat.Secara ideal
prinsip pembangunan pariwisata berbasis masyarakat menekan pada pembangunan
pariwisata “dari masyarakat, oleh masyarakat, untuk masyarakat”.
Secara garis besar prinsip CBT (community bassed tourism) dapat dibagi menjadi
3 aspek yaitu berkaitan dengan akses, control dan manfaat pengembangan pariwisata bagi
komunitas. Aspek akses berkaitan dengan kemampuan komunitas menjangkau /terlibat
/bersentuhan dengan pengembangan pariwisata. Akses dapat diperoleh komunitas
melalui kepemilikan lahan dan adanya usaha kecil yang dimiliki/dikembangkan
komunitas.
Aspek kontrol berkaitan erat dengan keterlibatan komunitas dalam proses
pengambilan keputusan, sebagai indikator adanya kekuasaan dan daya tawar secara
politis pada komunitas. Kontrol atas pengembangan pariwisata dapat dikembangkan
melalaui mekanisme pemeliharaan modal sosial, berperannya lembaga lokal, ketahanan
budaya dan kearifan lokal. Modal sosial adalah sumber daya internal, yang diperkuat
melalaui peran lembaga lokal sebagai simbol kekuasaan. Ketahanan budaya adalah modal
untuk beradaptasi dengan perubahan yang timbul dari kedatangan wisatawan. Kearifan

63
GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019)
lokal merupakan instrument komunitas untuk beradaptasi dengan perubahan namun tetap
mempertahankan karakteristik lokal.
Aspek manfaat adalah output yang diharapkan dari pengembangan agrowisata
dimana komunitas yang lebih banyak menerima hasil kedatangan wisatawan. Indikator
manfaat yang dirasakan komunitas adalah partisipasi komunitas dalam lapangan kerja
dan lapangan usaha baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Agar akses dan manfaat
yang diperoleh dari kegiatan agrowisatasustainablekomunitas perlu mengintegrasikan
teknologi dalam kegiatan operasional maupun manajerial usaha.

Permasalahan Yang Ditimbulkan Dalam Penggunaan Prinsip-Prinsip


Pengembangan Pariwisata Berbasis Masyarakat (CBT)
Terkait dengan pengelolaan pariwisata, terkait dengan sejumlah prinsip-prinsip
pengelolaan yang pada dasarnya menekankan pada nilai-nilai kelestarian lingkungan
alam komunitas, dan nilai-nilai sosial yang memungkinkan wisatawan menikmati
kegiatan wisatanya secara bermanfaat bagi kesejahteraan komunitas lokal. Suatu kegiatan
kepariwisataan demikian sangat kompleks, karena bersentuhan dengan berbagai bidang
kehidupan masyarakat. Sebenarnya mengenai pengelolaan (manajemen) sistem
pariwisata memerlukan pembahasan yang komprehensif dan detail. Dengan adanya
sistem pengelolaan yang baik yang mengacu pada prinsip- prinsip pengelolaan
berdasarkan ketentuan yang ada di masing-masing Negara tujuan wisata, diharapkan
kegiatan kepariwisataan dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan
masyarakat.
Pengelolaan kepariwisataan melibatkan berbagai pihak, seperti pemerintah
daerah, pihak swasta (pelaku usaha pariwisata) dan masyarakat yang diharapkan ikut
berpartisipasi. Yang dimaksud mengelola menurut ketentuan Pasal 18 Undang-Undang
Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan adalah merencanakan,
mengorganisasikan, dan mengendalikan semua urusan kepariwisataan.
Prinsip-Prinsip Penyelenggaraan Kepariwisataan
Menurut Undang Undang Nomor 10 Tahun 2009 Tentang
KepariwisataanPembangunan Pariwisata Berkelanjutan Sesungguhnya pariwisata adalah
telah lama menjadi perhatian, baik dari segi ekonomi, politik, admisnistrasi kenegaraan,

64
GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019)
maupun sosiologi (Suwena & Widyatmaja, 2010). Pariwisata seringkali dipandang
sebagai sektor yang sangat terkemuka dalam ekonomi dunia (Spillane, 1994). Tidak
sedikit Negara-negara di dunia menggantungkan harapan kemjauan di bidang
ekonominya pada sektor pariwisata. Pada kenyataannya, dalam pembangunan ekonomi
suatu Negara, sektor pariwisata telah menjadi perhatian yang sangat serius. Pengelolaan
penyelenggaraan kepariwisataan diarahkan dan direncanakan secara matang, sehingga
betul-betul dapat membawa manfaat tidak saja untuk generasi sekarang, tetapi juga untuk
generasi mendatang.

Kebijakan Yang Telah Dilakukan Mengenai Pengembangan CBT


 Kebijakan Pengembangan Pariwisata
Kebijakan pariwisata merupakan sebuah produk dari proses yang sangat
kompleks dan terkait dengan berbagai aspek. Kompleksitas pariwisata disebabkan
oleh berbagai perubahan besar pada level lokal, nasional dan internasional. Dalam
konteks perubahan besar tersebut lingkungan kebijakan pada pariwisata menjadi
media yang strategis bagi pemerintah untuk memasarkan potensi wisatanya. Pada
kondisi inilah kebijakan pariwisata menjadi sangat strategis dan penting dalam
pengembangan pariwisata. Pariwisata adalah industri yang multidimensi dan
lintas sektoral. Keterlibatan semua pihak dibutuhkan karena pariwisata bukan
sektor yang berdiri sendiri. Pertimbangan keterkaitan antar sektor dan penanganan
pariwisata semakin rumit dalam pengembangan suatu destinasi yang terpadu.
Salah satu stakeholders yang memiliki peranan penting adalah
pemahaman baik dari pemerintah dalam merencanakan dan
mengimplementasikan semua perencanaan pariwisata secara konsisten dan
berkelanjutan. Pemerintah tentu akan menaruh perhatian dan memastikan bahwa
pembangunan pariwisata tersebut akan mampu memberikan keuntungan
sekaligus menekan biaya sosial, ekonomi, dan dampak lingkungan. Di sisi lain,
pelaku bisnis yang lebih berorientasi pada keuntungan tentu tidak bisa mengatur
apa yang harus dilakukannya, tetapi pemerintah bisa mengatur apa yang tidak
boleh mereka lakukan melalui kebijakan dan regulasi. Misalnya dengan
menetapkan peraturan tata ruang, perijinan, lisensi, akreditasi, dan perundang-
undangan.

65
GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019)
Intervensi pemerintah terhadap pengembangan pariwisata dapat dilakukan
dengan menerapkan beberapa instrumen kebijakan yang dapat digunakan untuk
mengontrol dan memberikan incentive dalam mengembangkan pariwisata yang
berkelanjutan, seperti; aturan pemanfaatan lahan, membatasi akses wisatawan
terhadap daerah-daerah yang rawan terhadap kerusakan, melindungi budaya lokal,
mengarahkan prilaku wisatawan yang berwawasan lingkungan, pembatasan
dalam penggunaan energi, menghemat sumber alam yang langka, mengurangi
polusi dan memeberikan incentive terhadap pembangunan infrastruktur yang juga
bermanafaat bagi host seperti sistem transportasi, perlindungan terhadap ruang
hijau kota dan national park.
 Pemerintah Dan Kebijakan Pariwisata
Kebijakan pariwisata umumnya dipwisatawanng sebagai bagian dari
kebijakan ekonomi. Kebijakan ekonomi berhubungan dengan struktur dan
pertumbuhan ekonomi yang biasanya diwujudkan dalam perencanaan pariwisata.
Beberapa faktor kunci yang menjadi perhatian kebijakan ekonomi misalnya
ketenagakerjaan, investasi dan keuangan, industri, dan perdagangan (Gee, 2000:
28).
Lebih lanjut Gee (2000:28) menjelaskan bahwa formulasi kebijakan
pariwisata merupakan tanggung jawab penting yang harus dilakukan oleh
pemerintah yang ingin mengembangkan atau mempertahankan pariwisata sebagai
bagian yang integral dalam perekonomian. Gee (1997: 286) lebih tegas dijelaskan
kebijakan umumnya mengacu pada rencana, keseluruhan tingkat tinggi yang
mencakup tujuan dan prosedur. Untuk itu kebijakan publik, memperhitungkan
hasil akhir yang diinginkan dari pemerintah dan metode untuk mencapai hasil
tersebut. Kebijakan mewujudkan tujuan dan strategi yang telah diadopsi
pemerintah sehubungan dengan pariwisata, pembangunan ekonomi, pekerjaan,
hubungan politik, atau, kombinasi dari ketiganya. Karenanya keterlibatan sektor
public sangat penting dalam penentuan kebijakan pariwisata.
Menurut Gun and Var (2002: 106 ) menyebutkan ruang lingkup kebijakan
pariwisata nasional telah menjadi alat promosi untuk menarik kunjungan
wisatawan. Kebijakan yang dibuat semua untuk usaha peningkatan citra destinasi

66
GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019)
wisata. Dalam dekade terakhir kerjasama dan kolaborasi antar lembaga
pemerintah dan swasta semakin kuat. Kebijakan pengembangan pariwisata perlu
dilaksanakan oleh sektor swasta serta sektor publik. Untuk itu sinergi antara
pemerintah, pengusaha dan masyarakat sangat diperlukan dalam perencanaan dan
pengembangan pariwisata.
Pemerintah, swasta, dan masyarakat harus memiliki pilihan untuk
melakukan sesuatu yang konstruktif tentang kebijakan pariwisata. Hal ini
merupakan peluang dan sekaligus kewajiban untuk membuat,
mengimplementasikan dan memelihara dengan baik sebuah kebijakan yang
dibuat. Hal yang paling penting adalah koordinasi dengan sektor swasta dan
pemerintah untuk menghindari kekhawatiran terhadap kesejahteraan publik (Gun
and Var (2002: 117 ). Menurut Richter & Richter (Michael Hall, 2000;25) hampir
secara universal pemerintah di dunia menerima pariwisata yang memiliki dampak
postif, sehingga kebijakan pariwisata di buat untuk memperluas industri
pariwisata.
Salah satu kebijakan yang dapat dilakukan pemerintah adalah memberikan
isentif keuangan untuk menarik investasi masuk. Isentif ini dapat berupa hibah
atau pinjaman yang diberikan untuk proyek-proyek dengan kreteria tertentu.
Menurut Theobald (2005), berbagai insentif yang tersedia di bidang pariwisata,
dan ini mungkin secara luas diklasifikasikan sebagai berikut insentif keuangan;
pengurangan biaya modal; pengurangan biaya operasi, dan investasi keamanan.
Menurut Mill and Morrison (dalam Michael Hall, 2000:27) ada lima
bidang utama keterlibatan sektor publik dalam pariwisata yaitu koordinasi,
perencanaan, perundang-undangan dan peraturan, kewirausahaan dan stimulasi.
Koordinasi; pariwisata yang terdiri dari berbagai macam sektor sering
menimbulkan konflik kepentingan, maka koordinasi dalam pemanfaatan sumber
daya sangat penting. Selain itu penyeimbangan berbagai peran dalam proses
pengembangan pariwisata menjadi tanggung jawab pemerintah. Perencanaan;
perencanaan pariwisata terjadi dalam bentuk pengembangan, infrastruktur,
promosi dan pemasaran, struktur (organisasi yang berbeda-beda) dan skala
(internasional, nasional, local dan sektoral). Perencanaan pariwisata harus

67
GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019)
berjalan seiring dengan kebijakan pariwisata. Tetapi dalam pembentukan
kebaijakan, perencanaan merupakan proses politik yang hasilnya bisa menjadi
dominasi bagi kepentingan dan nilai berbagai pihak. Peraturan dan perundang-
undangan; pemerintah mempunyai kekuasaan hukum dan perundang-undangan
yang secara langsung maupun tidak langsung berkaitan dengan industry
pariwisata. Keterlibatan pemerintah mulai dari kebijakan paspor dan visa,
pemanfaatan lahan, tenaga kerja, upah dan lainnya. Stimulasi; pemerintah dapat
melakukan stimulasi pariwisata melalui insentif secara financial seperti pinjaman
berbungan rendah (Theobald, 2005). Membiayai penelitian pariwisata,
menstimulasi pariwisata melalui pemasaran, promosi, dan pelayanan pada
pengunjung. Menurut Mildleton (Michael Hall, 2000: 34), pemasaran merupakan
fungsi dominan dalam kebijakan penyelenggaraan pariwisata.
Pariwisata berkelanjutan, pariwisata sex, keselamatan perjalanan, pariwisata
kesehatan merupakan beberapa faktor yang melibatkan peraturan, perencanaan,
kebijakan publik yang terkait dengan pariwisata. Masalah Pariwisata berkelanjutan
menjadi suatu kebijakan yang terus akan berkembang searah dengan peningkatan
dampak dari pariwisata dunia masa depan akibat pembangunan fasilitas dan tekanan
fisik lingkungan (Edgell, Allen, Smith and Swansonz, 2008; 69, 332). Dijelaskan
pula bahwa pariwisata berkelanjutan akan tetap menjadi isu perencanaan dan
kebijakan pada tingkat internasional, regional dan nasional.
 Pengembangan Pariwisata Sebagai Kebijakan Publik
Sebelum berbicara tentang kebijakan pariwisata, maka akan dibahas terlenih
dahulu kebijakan publik. Definisi yang menjelaskan mengenai kebijakan sampai
saat ini sangat beragam. Istilah kebijakan seringkali diartikan dengan keputusan
pemerintah karena hanya pemerintahlah yang memiliki kewenangan dan
kekuasaan untuk menagrahkan masyarakat dan bertanggung jawab melayani
kepentingan umum. Carl F 1969 (dalam Agustino, 2008) menjelaskan bahwa
kebijakan merupakan serangkaian kegiatan/tindakan yang diusulkan seseorang,
kelompok atau pemerintah agar dapat mencapai tujuan yang dimaksud.
Sedangkan Dye (1978, seperti dikutip oleh Abidin, 2002:20) menyebutkan
kebijakan adalah sebuah pilihan dari pemerintah untuk melakukan atau tidak

68
GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019)
melakukan sesuatu. Ahli lain Gerston (1992 dalam Bram Sarjana, 2006: 12:5)
menjelaskan kebijakan publik sebagai attempts to resolve public issue,
questions that most people believe should be decided by officials at the
appropriate level of government national, state or local. Dari pernyataan ini
menunjukkan bahwa kebijakan adalah upaya yang diputuskan oleh pejabat
pemerintah pada setiap tingkatan pemerintahan untuk memecahkan masalah
masyarakat.
Kebijakan mencakup keterkaitan antara kehendak, tindakan, dan hasil. Pada
kehendak, kebijakan terefleksikan pada sikap pemerintah. Pada tingkat tindakan,
kebijakan terefleksikan pada perilaku pemerintah, dan pada level hasil yaitu yang
benar-benar dilakukan pemerintah (Heywood, 1997:382). Pada defenisi lain
kebijakan juga dimaknai sebagai satu manifestasi dari penilaian yang penuh
pertimbangan, sehingga dapat dijadikan basis penyusunan basis rasional untuk
melakukan atau tidak melakukan suatu tindakan (Parson, 2001:15).
Kebijakan dapat dikatakan berhasil dengan baik ditentukan oleh
sumberdaya manusia, institusi, dan organisasi yang memiliki kemampuan untuk
melakukan rekayasa ulang. Menurut Person (1995), dalam model proses suatu
penetapan kebijakan dapat dikaji dari input dan output. Faktor-faktor input terdiri
dari persepsi, organisasi, tuntutan, dukungan dan keluhan. Unsur kebijakan antara
lain adalah regulasi, distribusi, redistribusi, kapitalisasi dan nilai-nilai etika.
Outputnya antara lain adalah aplikasi, penegakan hukum, interpretasi, evaluasi,
legitimasi, modifikasi, penyesuaian, dan penarikan diri atau pengingkaran.
Analisis kebijakan publik berdasarkan kajian kebijakannya dapat dibedakan
antara analisis kebijakan sebelum adanya kebijakan publik tertentu dan sesudah
adanya kebijakan publik tertentu. Analisis kebijakan sebelum adanya kebijakan
publik berpijak pada permasalahan publik semata sehingga hasilnya benar-benar
sebuah rekomendasi kebijakan publik yang baru. Keduanya baik analisis kebijakan
sebelum maupun sesudah adanya kebijakan mempunyai tujuan yang sama yakni
memberikan rekomendasi kebijakan kepada penentu kebijakan agar didapat
kebijakan yang lebih berkualitas (Dunn: 2003).

69
GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019)
Dalam melakukan analisis kebijakan, perlu kiranya dipahami lingkungan
kebijakan. Lingkungan kebijakan merupakan konteks spesifik di mana peristiwa-
peristiwa di sekitar isu-isu kebijakan terjadi (Dunn, 2003:133). Proses perumusan
kebijakan dapat dipwisatawanng sebagai sebuah hubungan antarorganisasi
(interorganizational relations) (Evan1980 (dalam Abidin 2002:158). Lebih lanjut
dijelaskan bahwa intansi pemerintah merupakan suatu organisasi yang berada dalam
lingkup wawasan yang lebih luas, dan merupakan salah satu elemen dari sistem
nasional dan internasional.

Beberapa Hal Yang Pelu Diperhatikan Dalam Pelaksanaan CBT


Agar pelaksanaan CBT dapat berhasil, maka terdapat elemen-elemen yang harus
diperhatikan, yaitu :
1. Sumber daya alam dan budaya
a) Sumber daya alam terjaga dengan baik
b) Ekonomi lokal dan moda produksi tergantung keberlanjutan penggunaan
sumber daya
c) Kebudayaan yang unik sebagai tujuan
2. Organisasi-organisasi masyarakat
a) Masyarakat berbagi kesadaran, norma dan ideologi
b) Masyarakat memiliki tokoh yang dituakan yang mengerti akan tradisi lokal
dan pengetahuan serta kebijakan setempat
c) Masyarakat memiliki rasa saling memiliki dan ikut berpartisipasi dalam
pembangunan yang dilakukan oleh mereka sendiri
3. Manajemen
a) Masyarakat memiliki memilikiaturan dan peraturan untuklingkungan,
budaya, dan manajemenpariwisata
b) Organisasi lokal atau mekanisme yang ada untuk mengelola pariwisata
dengan kemampuan untuk menghubungkan pariwisata dan pengembangan
masyarakat
c) Keuntungan didistribusikan secara adil bagi masyarakat
d) Keuntungan dari pariwisata memberikan kontribusi terhadapdana
masyarakat untukpembangunan ekonomi dansosial masyarakat

70
GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019)
4. Pembelajaran (learning)
a) Membina proses belajar bersamaantara tuan rumah dan tamu
b) Mendidik dan membangunpemahaman tentang budayadan cara hidupyang
beragam
c) Meningkatkan kesadaran konservasi alam dan budaya di kalangan wisatawan
dan masyarakat setempat

71
GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019)
BAB 8 KEPARIWISATAAN SUMATERA UTARA

Sumatera Utara
Sumatera Utara adalah sebuah provinsi di Indonesia yang terletak di bagian Utara
Pulau Sumatra. Provinsi ini berada di Kota Medan, dengan luas wilayah 72.981,23 km2.
Sumatra Utara merupakan provinsi dengan jumlah penduduk terbesar keempat di
Indonesia, setelah provinsi Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah. Pada
tahun 2020 penduduk Sumatra Utara berjumlah 15.136.522 jiwa, dengan kepadatan
penduduk 207,40 jiwa/km².
Provinsi Sumatra Utara terletak pada 1° - 4° Lintang Utara dan 98° - 100° Bujur
Timur, Luas daratan Provinsi Sumatra Utara 72.981,23 km².
Sumatra Utara pada dasarnya dapat dibagi atas:
 Pesisir Timur
 Pegunungan Bukit Barisan
 Pesisir Barat
 Kepulauan Nias

Batas wilayah provinsi Sumatera Utara adalah :

Utara Provinsi Aceh dan Selat Malaka


Timur Selat Malaka
Selatan Provinsi Riau, Provinsi Sumatra Barat, dan Samudera Indonesia
Barat Provinsi Aceh dan Samudera Indonesia

72
GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019)
Potensi Pariwisata
Potensi Pariwisata adalah kemampuan, kesanggupan, kekuatan, dan daya untuk
mengembangkan segala sesuatu yang berhubungan dengan perjalanan, pelancongan, atau
kegiatan pariwisata lainnya dalam hal ini pengembangan produk objek dan daya tarik
wisata.Kepariwisataan mengandung potensi untuk dikembangkan menjadi atraksi wisata.
Maka untuk menemukan potensi kepariwisataan di suatu daerah, orang harus berpedoman
kepada apa yang dicari oleh wisatawan. Menurut, Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 10 Tahun 2009 disebutkan bahwa kepariwisataan merupakan bagian integral dari
pembangunan nasional yang dilakukan secara sistematis, terencana, terpadu,
berkelanjutan, bertanggung jawab dengan tetap memberikan perlindungan terhadap nilai-
nilai agama, budaya yang hidup dalam masyarakat, kelestrarian dan mutu lingkungan
hidup, serta kepentingan nasional.

Potensi Wisata Yang Dimiliki Oleh Wilayah Sumatera Utara


Sumatera Utara merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang dikenal dengan
banyaknya objek wisata yang tersebar di banyak kota dan kabupatennya. Pariwisata dapat
membawa dampak besar terhadap peningkatan perekonomian suatu daerah, karena itu
banyak upaya yang harus dilakukan untuk meningkatkan daya tarik dari suatu tempat
wisata.Baik pembangunan infrastruktur, guna mendukung potensi pariwisata fasilitas

73
GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019)
hiburan dan berbagai fasilitas lainnya yang dapat menunjang kemajuan industri
pariwisata.

Potensi Alam
Kondisi geografis Pulau Sumatera yang dikelilingi perairan tentunya menjadi
nilai tambah tersendiri bagi pulau ini.Terdapat banyak pantai indah yang berderet di
sepanjang garis pantai Pulau Sumatera.Pulau Sumatera juga memiliki banyak sekali
gugusan pulau-pulau kecil. Masih banyak dari pulau-pulau kecil ini yang belum tersentuh
oleh industri pariwisata sehingga jika Anda memiliki jiwa petualang yang tinggi,
menjelajahi pulau-pulau yang menjadi pembatas dengan negara-negara tetangga ini akan
sangat menguji adrenalin, Salah satunya adalah Pulau Samosir di Provinsi Sumatera
Utara. Sangat unik karena Pulau Samosir ini berada di tengah Danau.

Danau Toba yang merupakan Danau terluas di Indonesia. Di tengahnya, Anda


akan terkagum-kagum dengan keberadaan Pulau Samosir. Pulau ini merupakan pulau
vulkanik dengan ketinggian 1.000 meter di atas permukaan laut. Dari Parapat, kita bisa
menaiki kapal ferri menyeberangi danau menuju ke Pulau Samosir. Atau dapat memilih
jalur darat melalui Pangururan.Suasana asri dan udara yang sangat sejuk masih
dapatditemui.Di wilayah tengah provinsinya berjajar Pegunungan Bukit Barisan.Di
pegunungan ini terdapat beberapa wilayah yang menjadi kantong-kantong
konsentrasi penduduk.Daerah di sekitar Danau Toba dan Pulau Samosir, merupakan
daerah padat penduduk yang menggantungkan hidupnya pada kawasan danau toba.

Di Sumatera Utara saat ini terdapat dua taman nasional, yakni Taman Nasional
Gunung Leuser dan Taman Nasional Batang Gadis. Menurut Keputusan Menteri

74
GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019)
Kehutanan, Nomor 44 Tahun 2005, luas hutan di Sumatra Utara saat ini 3.742.120 hektare
(ha). Yang terdiri dari Kawasan Suaka Alam/Kawasan Pelestarian Alam seluas 477.070
ha, Hutan Lindung 1.297.330 ha, Hutan Produksi Terbatas 879.270 ha, Hutan Produksi
Tetap 1.035.690 ha dan Hutan Produksi yang dapat dikonversi seluas 52.760 ha.

Potensi Kebudayaan
Provinsi Sumatera Utara merupakan salah satu bagian wilayah Indonesia yang
memiliki kawasan cukup luas dengan berbagai kebudayaan khasnya, salah satunya ada
rumah adat, monument, ataupun kesenian yang berada di sumut.

 Rumah adat provinsi Sumatera Utara menjadi ciri khas kecantikan budaya bangsa
kita, terdiri dari berbagai budaya bangsa yang semakin mewarnai keindahan
Nusantara, termasuk kebudayaan di Sumatera Utara. Seperti pada rumah adat
bolon yang terletak di daerah batak toba yang dijadikan lokasi pertemuan suatu
keluarga besar dimana bentuk dari rumah adat ini berbentuk seperti panggung
dengan ruang bagian atas sebagai tempat tinggal bersama dan tempat tidur yang
didesain lebih tinggi dari posisi dapur.

 Museum batak balige didirikan sebagai dedikasi untuk pelestarian nilai budaya
penduduk asli Sumatera Utara yaitu Suku Batak.Museum ini menyimpan sejarah
dan budaya Suku Batak dengan lengkap seperti artefak ataupun naskah kuno
batak. Tidak ada salahnya museum batak balige dijadikan sebagai tujuan wisata
karena dapat menambah ilmu serta pengalaman kita mengenai sejarah suku batak.

75
GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019)
 Tarian tradisional pada daerah sumatera utara memiliki berbagai macam tarian
salah satunya tari serampang dua belas tarian khas yang berasal dari suku melayu-
deli. Tarian dengan gerakan tercepat dan ragam gerak tarinya sebanyak 12 dan
tari serampang dua belas merupakan tarian yang berkisah mengenai 2 anak
manusia yang saling jatuh cinta sejak pandangan pertama.

 Senjata tradisional sumatera utara yang dikenal dengan nama Piso Surut. Jika
dilihat dari bentuk dan rupanya mirip dengan sebuah pisau belati yang biasa
ditemui. Piso Surut menjadi senjata khas daerah Tanah Karo Sumatera Utara.
Selain Piso Surut, ada juga Piso Gajah dompak yang berupa sebilah keris panjang
yang unik dan khas serta merupakan lambang penting dari pemerintahan Raja
Singamaraja yang hanya boleh digunakan oleh Sang Raja.

76
GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019)
2.3.3 Potensi Manusia
Sumber daya manusia sangat menentukan eksistensi pariwisata. Sebagai salah satu
industri jasa, sikap dan kemampuan staffakan berdampak krusial terhadap bagaimana
pelayanan pariwisata diberikan kepada wisatawan yang secara langsung akan berdampak
pada kenyamanan, kepuasan, dan kesan atas kegiatan wisata yang dilakukannya.
Pemerintah provinsi sumatera utara ingin meningkatkan kunjungan wisatawan pada suatu
daerah pariwisata dengan caramelakukan peningkatan Sumber Daya Manusia sebagai
pelaku pariwisata dengan cara memberikan pendidikan kepariwisataan kepada
masyarakat sekitar maupun pendidikan kepada para pelajar. Sehingga jiwa entrepreneur
atau jiwa mandiri dari anak-anak yang sekolah itu akan lebih banyak lagi.

Permasalahan Pariwisata Sumatera Utara


Wilayah sumatera utara merupakan provinsi yang mempunyai daya tarik yang
dapat menarik wisatawan lokal daan manca negara tapi sayangnya terdapat beberapa
masalah karena tidak terkelola dengan baik seperti :
1. Faktor sarana dan prasarana yang masih kurang.
2. Adanya pengutipan ilegal di dekat destinasi pariwisata.

77
GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019)
3. Adanya sikap yang kurang baik dari masyarakat sekitar yang membuat para
wisatawan merasa tidak nyaman.
4. Keinginan pihak pemerintah untuk membangun industri pariwisata masih rendah.
5. Kurang terawat lokasi destinasi di berbagai tempat di lokasi wisata.
6. Akses yang kurang menjadi satu dari sekian banyak hal yang menghambat
perkembangan wisata.
7. Degradasi alam dan lingkungan hidup yang terus terjadi diseputaran danau toba
mengakibatkan kerusakan hutan yang parah dan tercemarnya kualitas air danau
toba.
8. Tingkat promosi pariwisata di sumatera utara yang rendah.

Jika permasalahan-permasalahan ini terus terjadi maka dapat menimbulkan


penurunan bagi wisatawan yang akan datang ke sumatera utara, maka untuk mencegah
penurunan itu maka pemerintah harus bertindak cepat untuk mencari solusi seperti :
1. Meningkatkan infrastruktur serta juga sarana dan prasarana seperti akses jalan dan
internet agar wisatawan merasa nyaman.
2. Pemerintah harus benar-benar mempunyai niat dalam membangun industri
pariwisata agar semua terkontrol dengan benar.
3. Pada pihak yang bertanggung jawab atas tempat pariwisata harus dapat menjaga
dan merawat tempat pariwisata.
4. Mensosialisasikan pada masyarakat akan pentingnya berkomunikasi dengan baik
pada wisatawan.
5. Memberi sanksi bagi para orang yang melakukan PUNGLI atau pungutan liar
yang mana ini ilegal dan membuat para wisatawan tak nyaman.

Pariwisata yang terdapat di Sumtera Utara


A. Destinasi wisata sejarah

78
GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019)
Wisata sejarah (historic tourism) merupakan salah satu bentuk wisata budaya namun
yang membedakannya wisata sejarah untuk mengetahui tempat bersejarah seperti
monumen-monumen peninggalan para pejuang atau kerajaan atau lainnya. Contoh
destinasi wisata sejarah yang ada di sumatera utara yaitu sebagai berikut :

 Istana maimun
Istana Maimun merupakan salah satu tujuan wisata sejarah di Kota Medan yang
masih ada.Tempat untuk mengenal Istana yang dibangun di jaman Kesultanan
Deli ketika mencapai puncak kejayaan saat berada di bawa kepemimpinan Sultan
Makmun Al Rasyid Perkasa Alamsyah.Pada masa itu pula, tepatnya di tahun 1888
Istana Maimun dibangun.Istana Maimun saat ini telah menjadi destinasi wisata, baik
bagi wisatawan lokal maupun luar negeri.

 Rumah Tjong A Fie


Bangunan kediaman Tjong A Fie berada di Jalan Ahmad Yani, Kesawan, Medan,
yang didirikan pada tahun 1900, saat ini dijadikan sebagai Tjong A Fie Memorial
Institute dan dikenal juga dengan nama Rumah Tjong A Fie. Rumah ini dibuka untuk
umum pada 18 Juni 2009 untuk memperingati ulang tahun Tjong A Fie yang ke-150.
Rumah ini merupakan bangunan yang didesain dengan
gaya arsitektur Tionghoa, Eropa, Melayu dan art-deco dan menjadi objek wisata
bersejarah di Medan. Para pengunjung bisa mengetahui sejarah kehidupan Tjong A
Fie lewat foto-foto, lukisan serta perabotan rumah yang digunakan oleh keluarganya
serta mempelajari budaya Melayu-Tionghoa

79
GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019)
 Makam Raja Sidabutar
Kabupaten samosir dikenal dengan banyaknya bukti peninggala nsejarah, salah
satunya terdapat di desa ambarita kecamatan simanindo, kab.samosir, Provinsi
sumatera utara, yaitu kuburan batu raja sidabutar. Makam raja sidabutar berada di
Tomok,makam yang terbuat dari batu utuh tanpa persambungan yang dipahat untuk
tempat peristirahatan raja sidabutar pengusa kawasan Tomok pada masa itu.

B. Destinasi wisata budaya

80
GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019)
Wisata budaya (cultural tourism) merupakan kegiatan perjalanan yang dilakukan
oleh seseorang atau kelompok dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi,
pengembangan pribadi, atau mempelajari daya tarik budaya dengan memanfaatkan
potensi budaya dari tempat yang dikunjungi tersebut.Contoh destinasi wisata budaya
yang ada di sumatera utara yaitu sebagai berikut :

 Candi Bahal
Candi Bahal berlokasi di Desa Bahal, Kecamatan Padang Bolak, Kabupaten
Tapanuli Selatan, Sumatera Utara.Candi ini merupakan kompleks candi yang
terluas di provinsi Sumatra Utara, karena arealnya melingkupi kompleks Candi
Bahal I, Bahal II dan Bahal III.Seluruh bangunan di ketiga kompleks candi dibuat
dari bata merah, kecuali arca-arcanya yang terbuat dari batu keras.Masing-masing
kompleks candi dikelilingi oleh pagar setinggi dan setebal sekitar 1 m yang juga
terbuat dari susunan bata merah. Di sisi timur terdapat gerbang yang menjorok
keluar dan di kanan-kirinya diapit oleh dinding setinggi sekitar 60 cm. Di setiap
kompleks candi terdapat bangunan utama yang terletak di tengah halaman dengan
pintu masuk tepat menghadap ke gerbang

 Taman Alam Lumbini


Pagoda Taman Alam Lumbini merupakan replica dari Pagoda Shwedagon yang
berada di Burma, Myanmar.Bangunan ini dilapisi oleh cat berwarna emas dan
memiliki pintu dengan desain etnik asli Myanmar.Bila tidak ada kegiatan ibadah, para
wisatawan dapat berkunjung dan berkeliling di sekitar pagoda yang memiliki lahan

81
GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019)
seluas 3.000 hektar. Ketinggiannya mencapai 46,8 meter dengan panjang dan lebar
sekitar 68 meter menambah keindahan bagi wisatawan yang ingin berkunjung.

C. Destinasi wisata alam


Wisata alam merupakan egiatan perjalanan yang dilakukan secara sukarela serta
bersifat sementara untuk menikmati gejala keunikan dan keindahan alam di kawasan
suaka margasatwa, taman nasional, taman hutan raya, dan taman wisata alam.Contoh
destinasi wisata alam yang ada di sumatera utara yaitu sebagai berikut :

 Danau Aek Natonang


Danau Aek Natonang terletak di Desa Tanjungan, Kecamatan Simanindo, Pulau
Samosir, Sumatra Utara. Kalau Pulau Samosir dikatakan sebagai "pulau di atas
pulau", Danau Aek Natonang yang berada di Pulau Samosir ini bisa dikatakan
sebagai "danau di atas danau" (di atas Danau Toba).Aksesibilitas ke danau seluas 105
hektare ini sudah diperbaharui, jalanan beraspal bagus, hanya saja minimnya sarana
prasarana pendukung, membuat Danau Aek Natonang tidak mendapat kunjungan
wisatawan dan direncanakan sebagai areal Hutan Wisata.

82
GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019)
 Air Terjun Simangande
Air Terjun Simangande memiliki panjang 500 meter dan berasal dari mata air di
Barisan Bukit Dolok Simangande. Airnya akan sangat deras jika memasuki musim
hujan, tetapi akan berkurang pada musim kemarau. Dan uniknya Air terjun ini
berbentuk seperti hati atau masyrakat kaum muda menyebut nama air terjun ini
dengan nama air terjun cinta

D. Destinasi wisata buatan.


Wisata buatan adalah wisata yang dibuat secara sengaja atau destinasi wisata yang
dibuat oleh manusia.Contoh destinasi wisata buatan yang ada di sumatera utara yaitu
sebagai berikut :

 Rahmat international wildlife museum & gallery

83
GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019)
“Rahmat” International Wildlife Museum & Gallery adalah lembaga konservasi
& sarana hiburan yang sehat, layak, mendidik dan terjangkau. “Rahmat” Museum &
Gallery ini memiliki koleksi ±2600 spesies yang berasal dari :

1. Perburuan legal dengan konsep “Konservasi dengan Pemanfaatan” yang telah di


lakukan oleh hampir seluruh negara, untuk mencegah kepunahan dan menambah
populasi satwa liar dan lingkungannya.
2. Hewan yang mati di berbagai taman hewan dan kebun binatang.
3. Pemberian dari teman-teman & sumbangan dari berbagai kalangan
4. Serta pembelian secara legal dari berbagai negara.

 Hillpark Sibolangit
Hillpark Sibolangit adalah sebuah taman bermain dan rekreasi yang terletak di
Jalan Jamin Ginting, Km 45, Sibolangit dan diklaim sebagai Dufan-nya Sumatera
Utara. Namun, bedanya Hillpark tidak seluas Dunia Fantasi. Bangunan utama
Hillpark dirancang dengan desain kastil dan menjadi ciri khasnya taman hiburan
ini.Terdapat berbagai wahana yang tersedia di sini.Mulai dari wahana permainan
yang menguji keterampilan serta wahana memacu adrenalin, baik untuk anak-anak
dan maupun orang dewasa.

84
GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019)
85
GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019)
BAB 9MENSINTESIS KEPARIWISATAAN DUNIA

A. Pengertian Pariwisata

Pengertian pariwisata secara sederhana adalah sebuah kegiatan bepergian yang


dilakukan dengan tujuan rekreasi dan bersenang senang menikmati daerah-daerah yang
menjadi tujuannya. Meskipun demikian, banyak ahli yang mencoba untuk memberikan
definisi dan pengertian terhadap konsep pariwisata secara lebih beragam. Pendit (2003:
20), mendefinisikan Pariwisata sebagai suatu proses kepergian sementara dari seseorang
atau lebih menuju tempat lain di luar tempat tinggalnya. Dorongan kepergiannya adalah
karena berbagai kepentingan, baik karena kepentingan ekonomi, sosial, kebudayaan,
politik, agama, kesehatan maupun kepentingan lain seperti karena sekedar ingin tahu,
menambah pengalaman ataupun untuk belajar.

Pariwisata sering dianggap sebagai gejala baru dalam hubungan internasional


terutama

setelah berakhinya Perang Dunia II dan terlebih lagi Perang Dingin berakhir pada
dekade 90-an. Pada masa itu, pariwisata menjadi fenomena yang mengglobal, tidak hanya
menjadi kebutuhan bagi negara negara maju, tetapi juga masyarakat di negara
berkembang.

Menurut beberapa para ahli, pariwista dimulai sejak dimulainya peradaban


manusia itu sendiri dengan ditandai adanya pergerakan penduduk yang melakukan ziarah
dan perjalanan agama lainnya, serta perjalanan keingintahuaan, perasaan takut, gila
kehormatan dan kekuasaan sehingga membuat mereka melakukan suatu perjalanan.

B. Sejarah dan perkembangan Pariwisata

1. Sebelum Jaman Modern (Sebelum Tahun 1920)

Adanya perjalanan pertama kali dilakukan oleh bangsa-bangsa primitif dari satu tempat
ke tempat lain dengan tujuan untuk kelangsungan hidup seperti bercocok tanam dan
berburu. Tahun 400 sebelum masehi mulai dianggap modern karena sudah mulai ada
perjalanan oleh bangsa Sumeria dimana saat itu juga mulai ditemukan huruf, roda, dan

86
GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019)
fungsi uang dalam perdangangan. Perjalanan wisata pertama kali dilakukan oleh bangsa
Phoenesia dan Polynesia untuk tujuan perdagangan. Kemudian Perjalanan wisata untuk
bersenang-senang pertama kali dilakukan oleh Bangsa Romawi pada abad I sampai abad
V yang umumnya tujuan mereka bukan untuk kegiatan rekreasi seperti pengertian wisata
dewasa ini, tetapi kegiatan mereka lebih ditujukan untuk menambah pengetahuan cara
hidup, sistem politik, dan ekonomi. Kemudian pada tahun 1760-1850 terjadinya revolusi
industri sehingga mengakibatkan perubahan dalam kehidupan masyarakat, antara lain :

• Dalam struktur masyarakat dan ekonomi Eropa terjadi pertambahan penduduk,

urbanisasi, timbulnya usaha-usaha yang berkaitan dengan pariwisata di kota-kota

industri, lapangan kerja meluas ke bidang industri, pergeseran penanaman modal dari

sektor pertanian ke usaha perantara seperti bank, termasuk perdangan internasional. Hal-
hal inilah yang menciptakan pasar wisata.

• Meningkatnya teknologi transportasi/sarana angkutan.

• Munculnya agen perjalanan. Biro perjalanan pertama kali di dunia adalah Thomas
Cook & Son Ltd. Tahun 1840 (Inggris) & American Express Company Tahun 1841
(Amerika Serikat).

• Bangkitnya industri perhotelan. Perkembangan sistem transportasi juga


mendorong

munculnya akomodasi (hotel) baik di stasiun-stasiun kereta api maupun di daerah tujuan
wisata. Disamping akomodasi, banyak pula restoran dan bar serta sejenisnya, seperti
kedai kopi dan teh yang timbul akibat urbanisasi.

• Munculnya literatur-literatur mengenai usaha kepariwisataan, antara lain : “Guide


du

Hotels to France” oleh Michelui (1900) dan “Guide to Hotels“ oleh Automobile

Association (1901).

87
GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019)
• Berkembangnya daerah-daerah wisata di negara Mesir, Italia, Yunani, dan
Amerika.

Perjalanan tersebut diatur dan dikoordinasikan oleh Thomas Cook & Son Ltd. pada

sekitar permulaan abad ke 19, yaitu tahun 1861.

2. Pariwisata Di Dunia Modern

Pada abad modern ini, kehidupan manusia tidak dapat dilepaskan dari pariwisata. Ia

menjadi kebutuhan sehari hari masyarakat. Banyak pemahaman mengenai era modern ini.

Ada yang mengatakan bahwa era modern adalah era setelah abad pencerahan sekitas abad
ke 15. Namun adapula yang mengkaitkan era modern sebagai era setelah Perang Dunia.
Dalam kaitan dengan dunia pariwisata, yang dimaksud dengan dunia modern adalah
sesudah tahun 1919. Dimana hal ini ditandai dengan pemakaian angkutan mobil untuk
kepentingan perjalanan pribadi sesudah perang dunia I (1914- 1918).

Perang dunia I ini memberi pengalaman kepada orang untuk mengenal negara lain
sehingga membangkitkan minat berwisata ke negara lain. Sehingga dengan adanya
kesempatan berwisata ke negara lain maka berkembang pula arti pariwisata internasional
sebagai salah satu alat untuk mencapai perdamaian dunia, dan berkembangnya
penggunaan sarana angkutan dari penggunaan mobil pribadi ke penggunaan pesawat
terbang berkecepatan suara.

Pada tahun 1914, perusahaan kereta api di Inggris mengalami keruntuhan dalam
keuangan sehingga diambillah kebijaksanaan sebagai berikut ini : “Kereta api yang
bermesin uap diganti menjadi mesin diesel dan mesin bertenaga listrik serta Pengurangan
jalur kererta api yang kurang menguntungkan”. Pada masa ini pula timbul sarana
angkutan berteknologi tinggi, seperti mobil dan pesawat sebagai sarana transportasi
wisata yang lebih nyaman serta lebih cepat.

3. Perkembangan Sarana Angkutan Di Abad XX

Salah satu penyebab maraknya pariwisata adalah ketersediaan sarana demi


terlaksananya kegiatan pariwisata itu. Salah satu diantaranya adalah sarana transportasi.

88
GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019)
Pada abad ke 20 ini, sarana transportasi mengalami revolusi dengan digunakannya mesin
mesin penggerak sarana transportasi baik darat, laut maupun udara. Penemuan teknologi
transportasi tersebut memungkinan perpindahan manusia dari satu tempat ke tempat yang
lain menjadi sangat mudah dan sangat cepat. Teknologi, terutama teknologi permesinan
menjadi kunci perpindahan seseorang dari satu tempat ke tempat lain.

Pertama, adalah kecenderungan Motorisasi. Motor merupakan sarana angkutan


yang berkekuatan motor tenaga listrik sebagai pengganti mesin bertenaga uap. Akibat
dari motorisasi ini adalah galaknya wisata domestik, tumbuhnya penginapan-penginapan
di sepanjang jalan raya, munculnya pengusaha-pengusaha bus wisata (coach) tahun 1920,
dan munculnya undang undang lalu lintas di Inggris tahun 1924- 1930.

Kedua, penemuan pesawat udara untuk kebutuhan sipil. Sebelum perang dunia II
pesawat udara dipakai hanya untuk kepentingan komersial, seperti pengangkutan surat-
surat pos, paket-paket, dan lain-lain. Tetapi sejak tahun 1963 mulai diperkenalkan paket
perjalanan wisata dengan menggunkan pesawat terbang, seperti pesawat supersonik dan
concorde dimana perjalanan dapat ditempuh dengan nyaman dan waktu yang relatif
singkat.

Ketiga, Munculnya agen perjalanan, agen perjalanan umum, dan industri


akomodasi. Hal ini banyak disebabkan karena meningkatnya pendapatan per kapita
penduduk terutama di negara-negara maju, seperti Eropa, Amerika, Jepang, dan negara
lainnya; dan naiknya tingkat pendidikan masyarakat yang mempengaruhi rasa ingin tahu
terhadap negara-negara luar.

Berdasarkan data diatas, kepariwisataan di dunia sudah dimulai sejak jaman


primitif yaitu dilakukan oleh bangsa primitif dengan melakukan perjalanan dari satu
tempat ke tempat lain untuk kelangsungan hidup. Lalu pariwisata dilakukan oleh bangsa
Phoenesia dan Polynesia dengan tujuan untuk perdagangan. Setelah itu Bangsa Romawi
melakukan perjalanan dengan tujuan untuk pengetahuan cara hidup, sistem politik, dan
ekonomi. Dan mulai setelah perang dunia ke 1 pariwisata dilakukan untuk rekreasi. Pada
intinya kepariwisatan tidak hanya mempunyai tujuan untuk rekreasi ,tetapi ternyata
mempunyai maksud dan tujuan tertentu.

89
GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019)
Perkembangan pariwisata tidak bisa kita lepaskan dari proses globalisasi. Globalisasi

secara sederhana dapat dimaknai sebagai perubahan yang terjadi disuatu tempat
akan segera diketahui oleh pihak ditempat lain di seluruh dunia. Tentu saja hal ini
memerlukan media atau perantara yaitu sarana teknologi komunikasi. Menurut Prihastuti,
globalisasi adalah keterkaitan ketergantungan antar bangsa dan antar manusia di seluruh
dunia melalui perdagangan, investasi, perjalanan, budaya populer, dan bentuk-bentuk
interaksi yang lain sehingga suatu batas-batas suatu negara menjadi bias.

Adapun faktor-faktor yang mendorong terjadinya globalisasi adalah sebagai


berikut : Pertama, kebijakan negara untuk berhubungan dan menjalin kerja sama dengan
negara

lain. Hal ini adalah sebuah kebutuhan pokok dan mendasar bagi sebuah bangsa untuk
menjalin hubungan dengan negara yang lain mengingat tidak ada satupunnegara di dunia
yang mampu mencukupi kebutuhan sendiri.

Kedua, adalah system ekonomi internasional. Sistem ekonomi internasional yang


berkembang diseluruh dunia saat ini adalah system ekonomi liberal sebagaimana diatur
oleh lembaga lembaga ekonomi internasional seperti International Monetary Fund, World
Bank, World Trade Organization daln lain lain yang mendasarkan pada prinsip ekonomi
liberal. Liberalisme ekonomi ini pada akhirnya menuntut sebuah system tunggal yang
terintegrasi satu sama lain. Sistem inilah yang mengharuskan pemberlakuan aturan yang
sama di seluruh dunia (global)

Ketiga, adalah proses perpindahan penduduk atau migrasi. Kecenderungan manusia

untuk menemukan kehidupan yang lebih baik, memaksanya untuk meninggalkan tempat

tinggalnya atau negaranya untuk waktu yang sebentar maupun jangka waktu yang lama.
Pada masa dahulu perpindahan penduduk adalah akibat dari bencana perang. Namun kini

perpindahan penduduk lebih bersifat ekonomi dan sosial yang menyangkut masalah
pekerjaan, bisnis, belajar atau rekreatif.

Keempat, adalah kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Ini adalah gejala yang

90
GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019)
sangat fenomenal. Teknologi telah membawa percepatan arus informasi yang luar
biasa. Dua bidang teknologi yang berkembang disini adalah teknologi transportasi dan
teknologi

informasi. Teknologi transportasi berperan besar dalam membantu proses


perpindahan manusia (migrasi) dan barang (expedisi). Dengan dikembangkannya
pesawat udara dan kapal laut yang melayani biaya murah (low cost carrier)
memungkinakna semua lapisan masyarakat bepergian kemana ia suka. Penerbangan
murah ini menarik perhatian warga masyarakat untuk melakukan kegiatan yang bersifat
sosial, bisnis, maupun rekreatif.

Selanjutnya adalah perkembangan teknologi informasi. Semenjak ditemukannya


teknologi perangkat teknologi computer, segala pekerjaan manusia menjadi mudah.
Ketika

computer bersimbiose dengan perangkat lunak system jaringan, maka berkembanglah


dunia internet. Internet inilah yang nantinya menciptakan berbagai media sosial yang
memungkinakn interaksi manusia menjadi sangat cepat, sangat mudah dan sangat murah.

Munculnya globalisasi, tak dapat dielakkan, akan berdampak pada dunia pariwisata.

Pertama, globalisasi informasi akan memungkinkan masyarakat mengetahui apa


yang terjadi di negara yang lain. Kaitannya dengan pariwisata adalah, masyarakat
menjadi tahu akan obyek wisata di tempat yang lain atau di negara yang lain. Pengetahuan
inilah yang kemudian mendorong masyarakat untuk mengunjungi daerah tersebut. Media
sosial seperti email, instagram, facebook dan twitter telah memberikan wahana sebagai
salah satu tempat yang tak terbatas untuk berdiskusi dan bertukar informasi.

Akibat dari gejala di atas, pariwisata bukan lagi menjadi gaya hidup, tetapi juga
kebutuhan hidup yang menuntut pemenuhan. Akibat langsungnya adalah dunia pariwisata
mengalami lonjakan baik dalam kuantitas kunjungan masyarakat maupun penyediaan
destinasi wisata itu sendiri.

C. Trend Wisata Internasional

91
GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019)
Menurut data dari United Nations World Tourism Organization (UNWTO), pada
tahun2014 jumlah total wisatawan yang melakukan perjalanan wisata di seluruh dunia
sebanyak1,133 miliar. Jumlah ini mengalami peningkatan sebesar 4,3% dibandingkan
tahun sebelumnya yang berjumlah 1,087 miliar di tahun 2013. Sepuluh negara tujuan
wisata terpopuler selama tahun 2014 berdasarkan peringkat tertinggi adalah Perancis,
Amerika Serikat, Spanyol, China, Itali, Turki, Jerman, United Kingdom, Rusia, dan
Meksiko.Perancis terkenal akan ibukotanya, Paris. Kota ini merupakan impian bagi setiap

` wisatawan di seluruh dunia dengan segala keindahan dan keromantisannya. Paris


sangatterkenal dengan menara Eiffel dan Notre Dame yang menjadi daya tarik kota ini.
Gaya eropa klasik pada bangunan-bangunannya yang masih dipertahankan berbaur
dengan modernitas barat melalui fashion yang memiliki merk terkenal dan mendunia. Tak
ayal jika Paris juga menjadi surga belanja bagi para wisatawan kelas atas.

Di Amerika Serikat, wisatawan bisa dengan bebas memilih berbagai macam tujuan

wisata sesuai dengan keinginan mereka. Karena di negara ini tersebar berbagai jenis daya
tarik di setiap kota di negara bagiannya. Di Arizona terdapat Grand Canyon, sebuah
lembah raksasa yang menganga yang terbentuk oleh sungai Colorado. Dan tempat ini
menjadi salah satu destinasi alam terpopuler di Amerika Serikat. Kemudian ada kota New
York yang terkenal dengan kawasan persimpangan paling sibuk di dunia, Time Square,
dan pertunjukan teater Broadway. Di kota ini juga wisatawan bisa melihat patung Liberty
yang menjadi ikon kota New York dan Amerika Serikat.

D. Pihak yang ikut serta dalam pengembangan pariwisata

1. Masyarakat

Masyarakat merupakan sekelompok orang yang berada di suatu wilayah geografi


yang sama dan memanfaatkan sumber daya alam lokal yang ada di sekitarnya. Di negara-
negara maju dan berkembang pada umumnya pariwisata dikelola oleh kalangan swasta
yang memiliki modal usaha yang besar yang berasal dari luar daerah dan bahkan luar
negeri. Sehingga masyarakat lokal yang berada di suatu daerah destinasi pariwisata tidak
dapat terlibat langsung dalam kegiatan pariwisata. Ketidakterlibatan masyarakat lokal
dalam kegiatan pariwisata sering kali menimbulkan opini bahwa masyarakat lokal bukan

92
GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019)
termasuk stakeholders dari pariwisata dan merupakan kelompok yang termarjinalisasi
dari kesempatan bisnis dalam bidang pariwisata.

Pada dasarnya masyarakat lokal memiliki pengetahuan tentang fenomena alam


dan budaya yang ada di sekitarnya. Namun mereka tidak memiliki kemampuan secara
finansial dan keahlian yang berkualitas untuk mengelolanya atau terlibat langsung dalam
kegiatan pariwisata yang berbasiskan alam dan budaya. Sejak beberapa tahun terakhir ini,
potensi-potensi yang dimiliki oleh masyarakat lokal tersebut dimanfaatkan oleh para
pengelola wilayah yang dilindungi (protected area) dan pengusaha pariwisata untuk
diikutsertakan dalam menjaga kelestarian alam dan biodiversitas yang ada di daerahnya.

Masyarakat lokal harus terlibat secara aktif dalam pengembangan pariwisata.


Lebih jauh, pariwisata juga diharapkan memberikan peluang dan akses kepada
masyarakat lokal untuk mengembangkan usaha pendukung pariwisata seperti; toko
kerajinan, toko cindramata (souvenir), warung makan dan lain-lain agar masyarakat
lokalnya memperoleh manfaat ekonomi yang lebih banyak dan secara langsung dari
wisatawan yang digunakan untuk meningkatkan kesejastraan dan taraf hidupnya.

Tingkat keterlibatan masyarakat dalam pariwisata sangat berbeda dan ini


tergantung dari jenis potensi, pengalaman, pengetahuan dan keahlian yang dimiliki oleh
individu atau masyarakat lokal tersebut. Keterlibatan masyarakat lokal dalam
pengembangan pariwisata dapat dilakukan dengan cara:

a. menyewakan tanahnya kepada operator pariwisata untuk dikembangkan sebagai


obyek dan daya tarik pariwisata serta turut serta memantau dampak-dampak yang
ditimbulkan sehubungan dengan pengembangan pariwisata tersebut;

b. bekerja sebagai karyawan tetap atau paruh waktu di perusahaan operator


pariwisata tersebut;

c. menyediakan pelayanan jasa kepada operator pariwisata seperti; pelayanan


makanan, transportasi, akomodasi dan panduan berwisata (guiding);

93
GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019)
d. membentuk usaha patungan (joint venture) dengan pihak swasta, yang mana
masyarakat lokal menyediakan lokasi dan pelayanan jasanya sedangkan pihak swasta
menangani masalah pemasaran produk dan manajemen perusahaan;

e. mengembangakan pariwisata secara mandiri dengan mengutamakan


pengembangan pariwisata berbasiskan kemasyarakatan (community-based tourism).

2. Pemerintah

Peran pemerintah dalam mengembangkan pariwisata dalam garis besarnya adalah


menyediakan insfratruktur (tidak hanya bentuk fisik), memperluas berbagai fasilitas,
kegiatan koordinasi anatara aparutur pemerintah dengan wisata, pengaturan dan promosi
umum keluar negeri.

3.Organisasi pariwisata

Istilah UNWTO untuk menyebut Organisasi Pariwisata Dunia PBB baru digunakan pada
tahun 2003, untuk membedakannya dari Organisasi Perdagangan Dunia. Sejarah
kelahiran UNWTO sendiri telah dimulai sejak tahun 1925. Pada tahun 1925, dibentuklah
Kongres Internasional Asosiasi Lalu Lintas Wisata Resmi (ICOTT) di Den Haag,
Belanda. Pada tahun 1934, ICOTT mengubah nama menjadi Serikat Internasional
Organisasi Publisitas Pariwisata Resmi (IUOTPO).

Setelah berakhirnya Perang Dunia ke-2, IUOTPO berubah menjadi Serikat Internasional
Organisasi Perjalanan Resmi (IUOTO). Sebagai organisasi internasional non-pemerintah,
IUOTO mendukung untuk memajukan pariwisata, serta memanfaatkan komponen
perdagangan internasional dan sebagai strategi pembangunan ekonomi bagi negara-
negara berkembang. Guna memegang peranan di tataran internasional, muncul kebutuhan
agar IUOTO menjadi organisasi antar-pemerintah. Pada Sidang Umum IUOTO tahun
1967, tercetuslah peran untuk membentuk lembaga antar-pemerintah yang bekerja sama
dengan badan-badan internasional lainnya, khususnya PBB. Akhirnya, atas kesepakatan
PBB, lahirlah UNWTO pada tahun 1970.

Tujuan utama UNWTO adalah untuk meningkatkan dan membangun pariwisata sebagai
kontributor untuk pembangunan ekonomi, saling pengertian internasional, perdamaian,

94
GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019)
kemakmuran universal, HAM dan kebebasan dasar untuk semua tanpa memandang
perbedaan ras, jenis kelamin, bahasa dan agama. UNWTO telah membantu para
anggotanya dalam industri pariwisata dunia, yang berperan sebagai faktor penting dalam
perkembangan ekonomi dan menciptakan lapangan kerja, menyediakan insentif bagi
pembangunan lingkungan dan warisan sejarah, serta mendukung perdamaian dan saling
pengertian antar negara. Untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut, UNWTO melaksanakan
berbagai program yang bertujuan untuk mengurangi kemiskinan, memperjuangkan
kesetaraan gender, dan mendukung pembangunan yang berkelanjutan.

Program-program pengembangan kepariwisataan oleh UNWTO kontribusi


langsung bagi keberhasilan pembangunan milenium (MDGs) MDG 1 (MDG 1), MDG 3
(kesetaraan gender), MDG 7 (kelestarian lingkungan), dan MDG 8 (kemitraan global
untuk pembangunan). Saat ini, UNWTO sedang mempromosikan ekoturisme sebagai
salah satu obyek penarik wisatawan, sekaligus sebagai program untuk melestarikan alam.
Rangkaian kegiatan yang dilakukan termasuk seminar, lokakarya, dan publikasi.
Mengingat Indonesia memiliki banyak obyek wisata alam, ekoturisme dapat menjadi
salah satu bidang kerja sama dengan UNWTO. UNWTO juga memfokuskan diri pada
pemanfaatan situs-situs budaya untuk mendukung pariwisata. Untuk itu UNWTO
melakukan serangkaian kegiatan seperti penelitian di situs-situs budaya, seminar dan
publikasi untuk mempromosikan situs budaya, serta penelitian lapangan untuk membantu
pemerintah setempat memanfaatkan situs budayanya.

Mengingat pariwisata merupakan salah satu andalan Indonesia sebagai penghasil


devisa, kerja sama di forum internasional dan regional seperti UNWTO dan Pacific Asia
Travel Assiociation (PATA) sangatlah penting, terutama untuk menjalin kerja sama
pelatihan, penanaman modal, dan tukar-menukar pengalaman. UNWTO memiliki
Business Council yang beranggotakan badan-badan pariwisata non-pemerintah.

Kementerian Luar Negeri menyambut baik dukungan Executive Council


UNWTO agar Masyarakat Pariwisata menjadi anggota UNWTO Business Council,
mengingat pariwisata merupakan bisnis yang sangat kompleks dan memerlukan peran
serta swasta dan masyarakat untuk menjamin keberhasilannya.

95
GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019)
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif sebagai focal point UNWTO di
Indonesia, berperan aktif dalam berbagai program yang diselenggarakan UNWTO antara
lain dengan duduk sebagai anggota World Committee on Tourism Ethics (WCTE) pada
periode 2003-2007 dan 2007-2013. WCTE sendiri merupakan badan independen yang
terdiri dari tokoh-tokoh yang diakui kompetensinya dalam bidang pariwisata, yang
bertugas untuk memberikan masukan-masukan kepada anggota UNWTO terkait dengan
perlindungan pariwisata sesuai dengan kode etik kepariwisataan. Selaku anggota komite,
Indonesia telah berkontribusi dan mendukung pelaksanaan kode etik dimaksud. Di
samping itu, pada Sidang Umum UNWTO yang ke-19 di Gyeongju, Republik Korea,
tanggal 8-14 Oktober 2011, Indonesia terpilih sebagai anggota Executive Council
UNWTO untuk periode 2011-2013.

Indonesia perlu untuk mengkaji dan menindaklanjuti program ekoturisme dikembangkan


oleh UNWTO. Program ini sejalan dengan ide pembangunan berkelanjutan, di mana
kelestarian obyek wisata alam harus dijaga, terutama mengingat fungsinya sebagai
pemelihara keseimbangan alam.

Salah satu contoh kerja sama antara Indonesia dengan UNWTO dalam bidang pariwisata
yang mendukung pembangunan berkelanjutan adalah proyek “Sustainable Tourism
through Energy Efficiency with Adaptation and Mitigation Measures in Pangandaran"
yang dimaksudkan untuk menjadi model langkah-langkah adaptasi dan mitigasi
perubahan iklim di daerah-daerah tujuan wisata di Indonesia khususnya, dan Asia
Tenggara pada umumnya.

E. Menjaga kelestarian wisata

Berwisata merupakan hal yang perlu dilakukan. Setidaknya setelah menjalani


hari-hari penuh dengan kesibukan dan menyita waktu. Maka manfaatkanlah waktu-waktu
senggang Anda untuk mengunjungi tempat-tempat wisata yang mampu sejenak
menjauhkan Anda dari hiruk pikuk kesibukan perkotaan. Ya, kembali ke alam setelah
lama berkutat dengan kesibukan di tengah keramaian bisa bermanfaat bagi Anda. Namun
perlu diperhatikan bahwa mengunjungi obyek wisata alam bukan hanya untuk
memuaskan hasrat wisata kita. Alam juga membutuhkan imbalan setelah selama ini

96
GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019)
dieksploitasi untuk kepentingan kita, kita juga harus berbuat sesuatu yang dengannya kita
bisa memberikan manfaat kepada alam juga. Salah satu kegiatan yang bisa dilakukan
untuk berterima kasih terhadap alam yang kita nikmati keindahannya adalah dengan cara
ikut melesatarikannya.

Saat ini banyak tempat-tempat wisata alam yang bisa menjadi pilihan kunjungan untuk
menikmati waktu berliburan Anda. Namun, alangkah menyenangkan jika berwisata bisa
dilakukan sambil menjaga lingkungan sekitar apalagi alam hijau yang menjadi “paru-paru
bumi”. Bagaimana caranya? Simak tips berikut ini.

1. Menjaga Kebersihan

Alam yang indah yang menjadi obyek wisata yang bisa dinikmati oleh kita
sebenarnya juga muncul dari keasrian dan kebersihan lingkungannya. Maka, menjaga
kebersihan lingkungan selama berwisata merupakan hal yang perlu dilakukan agar
keindahan obyek wisata alam tetap terjaga. Menjaga kebersihan bisa dilakukan dengan
minimal tidak membuang sampah sembarangan. Lebih baik lagi jika Anda mau
membantu membersihkan sampah-sampah yang berserakan.

2. Berkontribusi Melalui Retribusi

Hampir seluruh obyek wisata alam mensyaratkan biaya retribusi. Meskipun lebih
baik jika bisa dinikmati secara gratis, namun membayar retribusi juga bisa menjadi
partisipasi kita untuk menjaga lingkungan. Karena sebenarnya retribusi merupakan biaya
yang salah satunya dianggarkan untuk merawat obyek wisata oleh pihak yang berwenang
mengelola suatu obyek wisata. Maka persiapkanlan biaya retribusi wisata Anda.

3. Melindungi Lingkungan dan Fasilitas Wisata

Melindungi lingkungan juga merupakan tanggung jawab kita bersama.


Melindungi lingkungan juga termasuk dalam upaya untuk melesatarikan alam. Maka,
meskipun kita berwisata bukan berarti kita memakai segala yang terdapat di lingkungan
obyek wisata tanpa merawat dan menjaga fungsinya. Apalagi merusaknya. Dengan
merawat dan menjaga fasilitas obyek wisata serta lingkungan wisata alam yang kita

97
GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019)
kunjungi maka hal itu merupakan kontribusi positif sebagai wisatawan untuk turut serta
melestarikan alam.

4. Patuhi Aturan Wilayah Setempat

Menginjak atau memasuki kawasan terlarang bukanlah tindakan keren dan pantas
untuk dilakukan. Bagi traveller sejati, ini justru merupakan tindakan memalukan untuk
dilakukan. Patuhi aturan yang berlaku di tempat kamu berpijak. Dengan begitu, kamu
sudah selangkah lebih maju untuk menjaga kelestarian lingkungan.

5. Berani Tegur Wisatawan Lain

Saat melihat turis lain buang sampah sembarangan, memasuki kawasan dilindungi, atau
melakukan hal yang tak sepantasnya di alam, jangan segan untuk melayangkan teguran.
Tak ada salahnya untuk mengingatkan dan mengedukasi sesama turis. Semua dilakukan
demi melindungi cagar alam dan kelestarian lingkungan. Sebagai penegur, kamu juga
wajib menjadi contoh baik bagi turis lainnya. Dengan membawa kantong plastik untuk
mengumpulkan sampah, misalnya.

98
GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019)
BAB 10 KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PARIWISATA
DI INDONESIA

Pengembangan Destinasi Pariwisata

Destinasi merupakan suatu tempat yang dikunjungi dengan waktu yang signifikan
selama perjalanan seseorang dibandingkan dengan tempat lainnya yang dilalui selama
perjalanannya (misalnya daerah transit). Suatu tempat akan memiliki batas-batas tertentu
baik secara aktual maupun hukum. Menurut Ricardson dan Fluker (2004: 48) destinasi
pariwisata didefinisikan sebagai: ”A significant place visited on a trip, with some form of
actual or perceived boundary. The basic geographic unit for the production of tourism
statitistics” (Ricardson dan Fluker, 2004: 48
Destinasi berjalan menurut siklus evolusi yang terdiri dari tahapan pengenalan
(introduction), pertumbuhan (growth), pendewasaan (maturity), penurunan (decline),
dan/atau peremajaan (rejuvenation)(Butler (1993). Tujuan utama dari penggunaan model
siklus hidup destinasi (destination lifecycle model) yaitu sebagai alat untuk memahami
evolusi dari produk dan destinasi pariwisata.
Pengembangan destinasi pariwisata memerlukan teknik perencanaan yang baik dan tepat.
Teknik pengembangan harus menggabungkan beberapa aspek penunjang kesuksesan
pariwisata. Aspek-aspek tersebut adalah aspek aksesibilitas (transportasi dan saluran
pemasaran), karakteristik infrastruktur pariwisata, tingkat interaksi sosial,
keterkaitan/kompatibilitas dengan sektor lain, daya tahan akan dampak pariwisata, tingkat
resistensi komunitas lokal, dan seterusnya. Prinsip perancangan kawasan alam
merupakan dasar-dasar penataan kawasan memasukan aspek yang perlu dipertimbangkan
dan komponen penataan kawasan tersebut. Gunn and Var, (2002) mengemukakan bahwa
suatu kawasan wisata yang baik dan berhasil secara optimal didasarkan pada empat aspek
yaitu :1) Mempertahankan kelestarian lingkungannya, 2) Meningkatkan kesejahteraan
masyarakat di kawasan tersebut, 3) Menjamin kepuasan pengunjung, 4) Meningkatkan
keterpaduan dan kesatuan pembangunan masyarakat di sekitar kawasan dan zona
pengembangan.

99
GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019)
1) Lebih lanjut Page (2009), menyebutkan ada lima pendekatan dalam
pengembangan pariwisata yaitu:
2) Boostern approach, yaitu pendekatan sederhana yang melihat pariwisata
sebagai suatu akibat positif untuk suatu tempat dan penghuninya. Namun
masyarakat setempat tidak dilibatkan dalam proses perencanaan dan daya
dukung wilayah tidak dipertimbangkan secara matang.
3) The economic industry approach, yaitu pendekatan pengembangan pariwisata
yang tujuan ekonominya lebih didahulukan dari tujuan social dan lingkungan
serta menjadikan pengalaman pengunjung dan tingkat kepuasan sebagai
sasaran utama.

4) The physical spatial approach, pendekatan ini didasarkan pada tradisi


penggunaan lahan geografis, strategi pengembangan berdasarkan perencanaan
yang berbeda-beda melalui prinsip keruangan, spasial. Misalnya

pengelompokan pengunjung di suatu kawasan dan pemecahan-pemecahan tersebut untuk


menghindarkan terjadinya konflik.

1. The community approach, yaitu pendekatan yang lebih menekankan pada


pentingnya keterlibatan maksimal dari masyarakat setempat dalam proses
pengembangan wisata.

2. Sustainable approach, yaitu pendekatan berkelanjutan dan berkepentingan


atas masa depan yang panjang serta atas sumber daya dan efek-efek pembangunan
ekonomi pada lingkungan yang mungkin menyebabkan gangguan budaya dan sosial
yang memantapkan pola-pola kehidupan dan gaya hidup individual.

Pengembangan pariwisata pada suatu destinasi dapat disebabkan oleh beberapa


faktor yaitu 1) adanya kebutuhan pemerintah untuk meningkatkan pendapatan melalui
devisa, 2) tekanan dari tingginya kebutuhan maskapai penerbangan, sehingga perlu

100
GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019)
perluasan kapasitas bandara, 3) peningkatan kapasitas infrastruktur transportasi sehingga
terjadi peningkatan lalu lintas, 4) peningkatan tenaga kerja/tuntutan pekerjaan, 5)
penurunan pada sektor lainnya seperti pertanian dan pertambangan. Pemerintah ketika
dihadapkan pada kondisi penurunan pada sektor utama pembangunan, maka pembuat
kebijakan sering beralih ke pariwisata. Pariwisata dipandang sebagai sektor industri yang
ramah lingkungan, memiliki kecepatan relatif ada perkembangan fasilitas, biaya rendah,
dan mampu menciptakan lapangan pekerjaan baru.

.Pengembangan Pariwisata sebagai Kebijakan Publik mencakup keterkaitan antara


kehendak, tindakan, dan hasil. Pada kehendak, kebijakan terefleksikan pada sikap
pemerintah. Pada tingkat tindakan, kebijakan terefleksikan pada perilaku pemerintah, dan
pada level hasil yaitu yang benar-benar dilakukan pemerintah (Heywood, 1997:382).
Pada defenisi lain kebijakan juga dimaknai sebagai satu manifestasi dari penilaian yang
penuh pertimbangan, sehingga dapat dijadikan basis penyusunan basis rasional untuk
melakukan atau tidak melakukan suatu tindakan (Parson, 2001:15).
Lebih khusus Anderson (1984 dalam Abidin, 2002: 41) menjelaskan bahwa kebijakan
publik merupakan strategi pemerintah untuk mencapai tujuannya. Selanjutnya Young dan
Quinn (1991 dikutip oleh Suharto, 2005:44)memberikan batasan konsep keijakan publik,
yaitu
1. Tindakan pemerintah yang berwenang. Kebijakan publik adalah tindakan yang
dibuat dan diimplementasikan oleh badan pemerintah yang memiliki kewenangan
hukum, politis, dan finansial untuk melakukannya.

2. Sebuah reaksi terhadap kebutuhan dan masalah dunia nyata. Kebijakan publik
berupaya mrespon masalah atau kebutuhan konkrit yang berkembang di masyarakat.

3. Seperangkat tindakan yang berorientasi pada tujuan. Kebijakan publik


biasanya bukanlah sebuah keputusan tunggal, melainkan terdiri dari beberapa pilihan
tindakan atau strategi yang dibuat untuk mencapai tujuan tertentu demi kepentingan
orang banyak.

4. Sebuah keputusan untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Kebiajakan


publik pada umumnya merupakan tindakan kolektif untuk memecahkan masalah

101
GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019)
sosial. Namun kebijakan publik juga bisa dirumuskan berdasarkan kenyakinan bahwa
masalah sosial akan dapat dipecahkan oleh kerangka kebijakan yang sudah ada dan
karenanya tidak memeerlukan tindakan tertentu.
5. Sebuah justifikasi yang dibuat oleh seorang atau beberapa orang aktor.
Kebijakan publik berisi pernyataan atau justifikasi terhadap langkah-langkah atau
rencana tindakan yang telah dirumuskan, bukan sebuah maksud atau janji yang belum
dirumuskan.

Jika mengacu dari berbagai definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa


pengembangan pariwisata merupakan suatu kebijakan publik, karena pariwisata
merupakan hasil pilihan pemerintah dan hak dari pemerintah untuk mengembangkan dan
mengontrol pengembangan tersebut. Pengembangan pariwisata juga merupakan
kebijakan pemerintah dalam memecahkan masalah yang dihadapi, Pariwisata dipandang
sebagai sebuah oilihan untuk mendapatkan sumber pendapatan baru bagi suatu negara.

. Pemerintah dan Kebijakan Pariwisata

Kebijakan pariwisata umumnya dipandang sebagai bagian dari kebijakan ekonomi.


Kebijakan ekonomi berhubungan dengan struktur dan pertumbuhan ekonomi yang
biasanya diwujudkan dalam perencanaan pariwisata. Beberapa faktor kunci yang menjadi
perhatian kebijakan ekonomi misalnya ketenagakerjaan, investasi dan keuangan, industri,
dan perdagangan (Gee, 2000: 28).
Lebih lanjut Gee (2000:28) menjelaskan bahwa formulasi kebijakan pariwisata
merupakan tanggung jawab penting yang harus dilakukan oleh pemerintah yang ingin
mengembangkan atau mempertahankan pariwisata sebagai bagian yang integral dalam
perekonomian. Gee (1997: 286) lebih tegas dijelaskan kebijakan umumnya mengacu pada
rencana, keseluruhan tingkat tinggi yang mencakup tujuan dan prosedur. Untuk itu
kebijakan publik, memperhitungkan hasil akhir yang diinginkan dari pemerintah dan
metode untuk mencapai hasil tersebut. Kebijakan mewujudkan tujuan dan strategi yang
telah diadopsi pemerintah sehubungan dengan pariwisata, pembangunan ekonomi,

102
GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019)
pekerjaan, hubungan politik, atau, kombinasi dari ketiganya. Karenanya keterlibatan
sektor public sangat penting dalam penentuan kebijakan pariwisata.
Pemerintah, swasta, dan masyarakat harus memiliki pilihan untuk melakukan
sesuatu yang konstruktif tentang kebijakan pariwisata. Hal ini merupakan peluang dan
sekaligus kewajiban untuk membuat, mengimplementasikan dan memelihara dengan baik
sebuah kebijakan yang dibuat. Hal yang paling penting adalah koordinasi dengan sektor
swasta dan pemerintah untuk menghindari kekhawatiran terhadap kesejahteraan publik
(Gun and Var (2002: 117 ).
Salah satu kebijakan yang dapat dilakukan pemerintah adalah memberikan isentif
keuangan untuk menarik investasi masuk. Isentif ini dapat berupa hibah atau pinjaman
yang diberikan untuk proyek-proyek dengan kreteria tertentu. Menurut Theobald (2005),
berbagai insentif yang tersedia di bidang pariwisata, dan ini mungkin secara luas
diklasifikasikan sebagai berikut insentif keuangan; pengurangan biaya modal;
pengurangan biaya operasi, dan investasi keamanan.
Menurut Mill and Morrison (dalam Michael Hall, 2000:27) ada lima bidang utama
keterlibatan sektor publik dalam pariwisata yaitu koordinasi, perencanaan,
perundangundangan dan peraturan, kewirausahaan dan stimulasi. Koordinasi; pariwisata
yang terdiri dari berbagai macam sektor sering menimbulkan konflik kepentingan, maka
koordinasi dalam pemanfaatan sumber daya sangat penting. Selain itu penyeimbangan
berbagai peran dalam proses pengembangan pariwisata menjadi tanggung jawab
pemerintah. Perencanaan; perencanaan pariwisata terjadi dalam bentuk pengembangan,
infrastruktur, promosi dan pemasaran, struktur (organisasi yang berbeda-beda) dan skala
(internasional, nasional, local dan sektoral). Perencanaan pariwisata harus berjalan seiring
dengan kebijakan pariwisata. Tetapi dalam pembentukan kebaijakan, perencanaan
merupakan proses politik yang hasilnya bisa menjadi dominasi bagi kepentingan dan nilai
berbagai pihak. Peraturan dan perundang-undangan; pemerintah mempunyai kekuasaan
hukum dan perundang-undangan yang secara langsung maupun tidak langsung berkaitan
dengan industry pariwisata. Keterlibatan pemerintah mulai dari kebijakan paspor dan
visa, pemanfaatan lahan, tenaga kerja, upah dan lainnya.

103
GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019)
Komitmen Pemerintah sebagai Dasar Kebijakan

Komitmen pemerintah mempunyai peranan kunci terhadap keberhasilan


pencapain pembangunan di bidang pariwisata. Kuat lemahnya derajat komitment
pemerintah suatu negara dalam pembangunan pariwisata mempengaruhi tingkat
keberhasilan pengembangan pariwisata (Hermawan, 2002: 19). Lebih lanjut dijelaskan
bahwa komitmen pemerintah yang kuat akan mampu memobilisasi sumber daya yang
dimiliki, sehingga pengembangan pariwisata dapat semakin dipercepat dan dioptimalkan.
Kegiatan bisnis pariwisata bersifat multisektoral, yang melibatkan berbagai sketor yaitu
perhubungan, telekomunikasi, pekerjaan umum, kesehatan, pertahanan dan kemanan,
industri, masyarakat, pemerintah daerah dan sebagaianya (Hermawan, 2002: 19). Hal ini
memerlukan peran pemerintah untuk melakukan mobilisasi yang mampu menggerakkan
seluruh kepentingan pariwisata dari tingkat nasional sampai tingkat masyarakat lokal.
Komitmen untuk mensinergikan berbagai kepentingan antar sektor sangat penting disini,
sehingga tidak terjadi tumpang tindih kebijakan.
Industri pariwisata akan berlangsung tatkala ada sejumlah rangsangan uyang menarik,
kemudahan perijinan, kepastian usaha, promosi dan sebagainya. Pemerintah juga
melakukan perlindungan dan proteksi yang ketat terhadap industri pariwisata, mengingat
pariwisata sangat rentan terhadap berbagai kerusakan lingkungan, tinggalan arkeologi,
kesehatan, wabah penyakit dan sebagainya. Majunya industri pariwisata dengan
kebijakan yang holistik akan dapat memperkuat ekonomi negara sekaligus dapat
meningkatkan kesejahteraan masyarakat (Gee, 1997: 292; Hermawan, 2002: 19).
Pengembangan pariwisata dengan memberikan peluang pengusaha lokal untuk
berinvestasi dalam berbagai industri pariwisata menjadi kebijakan yang harus dilakukan
pemerintah. Keterlibatan ini akan menunjukkan sensitivitas efek pengembangan
pariwisata terhadap ekonomi, lingkungan dan sosial. Pemerintah menetapkan standar
untuk pembangunan pada daerah pariwisata. Ketinggian bangunan tidak melebihi pohon
kelapa atau 15 meter, rasio lahan atau area bangunan dengan ruang terbuka hijau, struktur
dan desin bangunan sesuai dengan karakter lokal, pemanfaatan produk lokal, dan
persyaratan lainnya terkait dengan optimalisasi produk lokal (King and Whitelaw, 1992).

104
GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019)
2.5. Kebijakan pariwisata

Keunikan karakteristik bisnis pariwisata ini, mendorong pemerintah untuk


membuat beberapa aturan hukum guna mengakomodir kebutuhan dimasyarakat yang
timbul akibat adanya kebijakan usahan pariwisata ini. Salah satu bentuk kebijakan
tersebut adalah dengan membuat regulasi yang mengatur tentang kepariwisataan.
Undang-undang Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan menggantikan Undang-
undang Nomor 9 Tahun 1990 Tentang Kepariwisataan diharapkan mampu
mengakomodir perkembangan kegiatan bisnis pariwisata.
UndangUndang Nomor 10 Tahun 2009 terdiri dari 17 Bab dan 70 Pasal lebih
mengatur tentang asas dan tujuan kepariwisataan serta segala sesuatu tentang obyek dan
daya tarik wisata, prinsip penyelenggaraan kepariwisataan, usaha pariwisata, hak dan
kewajiban dan larangan, kewenangan pusat dan daerah, badan promosi pariwisata,
sumber daya manusia dibidang pariwisata, sanksi administrative dan ketentuan pidana.
Disamping Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan, terdapat
pula beberapa aturan hukum yang diciptakan diantaranya yaitu :
- Perpres Nomor 2 Tahun 2007 tentang Pengesahan ASEAN Tourism
Agreement (Persetujuan Pariwisata ASEAN).
- Instruksi Presiden Nomor 16 Tahun 2005
Tentang Kebijakan Pembangunan Kebudayaan dan Pariwisata.
- Peraturan Menbudpar Nomor KM-67/UM.001MKP/2004
tentang Pedoman Umum Pengembangan Pariwisata di Pulau-
pulau Kecil.

105
GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019)
DAFTAR PUSTAKA
Rosyidah, M. (2018). Analisis Pencemaran Air Sungai Musi Akibat Aktivitas
Industri (Studi Kasus Kecamatan Kertapati Palembang). Jurnal Redoks, 3(1), 21-32.

Darmono. 2001. “LINGKUNGAN HIDUP dan PENCEMARAN Hubungannya


dengan Toksikologi Senyawa Logam”. Jakarta; Penerbit Universitas Indonesia (UI-
Press)

Pitana, I Gde dan Putu G. Gayatri. 2005. Sosiologi Pariwisata. Yogyakarta:


Penerbit Andi.

Wahab, Salah. 1992. Manajemen Kepariwisataan. Penerjemah, Frans Gromang. Jakarta:


Pradnya Paramita.

Widyastuti, A.R. 2010. Pengembangan Pariwisata yang Berorientasi pada


Pelestarian Fungsi Lingkungan. Jurnal EKOSAINS Vol. II Nomor 3, Oktober 2010 :
69-81. Medan.

Yoeti, O. A. 1982. Pengantar Ilmu Pariwisata. Jakarta: Angkasa.

Yoeti, O. A. 2008. Ekonomi Pariwisata: Introduksi, Informasi Dan Aplikasi. Jakarta:


PT Kompas Media Nusantara.

`Lestari, Anak Agung Adi,dkk.Kebijakan Pemerintah Indonesia


DalamPengembangan Pariwisata. Universitas Mahasaraswati Denpasar

Wayan, Suardana.Analisis Kebijakan Pengembangan Pariwisata. Universitas


Udayana

Subadra, I Nengah. 2006. “Ekowisata Hutan Mangrove dalam Pembangunan


Pariwisata Berkelanjutan: Studi Kasus di Mangrove Information Center, Desa Pemogan,
Kecamatan Denpasar Selatan, Kota Denpasar”. (tesis) S2 Kajian Pariwisata: Universitas
Udayana.
Pantiyasa, I. W. (2011). Pengembangan Pariwisata Berbasis Masyarakat
(Community Based Tourism) Dalam Pemberdayaan Masyarakat (Studi Kasus Di Desa
Bedulu, Blah Batuh, Gianyar). Jurnal Ilmiah Hospitality Management, 1(2).
Suwantoro, Gamal.2004.Dasar – DasarPariwisata.Yogyakarta :Andi Offset
Pendit, Nyoman S.1986.Ilmu Pariwisata.Jakarta: PT. Pradnya Paramita
Pitana, I Gde, I Ketut Surya Diarta.2009.Pengantar IlmuPariwisata.Yogyakarta:
CV. Andi Offset

106
GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019)
Jurnal prinsip-prinsip kepariwisataan KERTHA WICAKSANA Volume 13,
Nomor 2 2019 © All Right Reserved
Jurnal kebijakan kepariwisataan
Ranto Sihotang, 2009, Promosi Kepariwisataan Dan Jumlah Kunjungan
Wisatawan, Usu Repository Tahun 2009.
http://www.redaksimedan.com/2019/03/provinsi-sumatera-utara-miliki-
potensi.htmlhttps://perpustakaan.id/budaya-sumatera-utara/
http://eprints.polsri.ac.id/5970/3/03%20BAB%20II.pdf
https://travel.detik.com/domestic-destination/d-5079795/tempat-wisata-
bersejarah-nan-unik-di-sumatera-utara
http://sinauapi.blogspot.com/2016/06/pariwisata-berbasis-masyarakat.html
https://jogjacars.com/wisata-jogja/tips-bermanfaat-wisata-sambil-turut-serta-
melestarikan-lingkungan
https://kumparan.com/kumparantravel/4-cara-sederhana-jaga-kelestarian-
lingkungan-saat-berlibur
https://kemlu.go.id/portal/id/read/135/halaman_list_lainnya/world-tourism-
organization-un-wto

107
GEOGRAFI PARIWISATA (GEOGRAFI A 2019)

Anda mungkin juga menyukai