Anda di halaman 1dari 46

MATA KULIAH

POKOK BAHASAN
PERTEMUAN KE
WAKTU

: DEMOGRAFI
DEMOGRAFI
: RUANG LINGKUP DEMOGRAFI
: I DAN II
: 100

I.

KOMPETENSI DASAR
Mendeskripsikan ruang lingkup demografi, geografi penduduk dan analisis demografi

II.

INDIKATOR
1. Mendeskripsikan pengertian demografi dan geografi penduduk
2. Mendeskripsikan ruang lingkup demografi
3. Membedakan konsep demografi dengan geografi penduduk,
kependudukan
4. Mengidentifikasi variabel demografi dan variabel non demografi

III.

pendidikan

MATERI
RUANG LINGKUP DEMOGRAFI

GEOGRAFI
PENDUDUK

PENDIDIKAN
KEPENDUDUKAN

DEMOGRAFI

A. Pengertian Demografi
Istilah Demografi pertama kali diperkenalkan oleh Archile Guillard, dalam kertas kerjanya
(1855) Element do Statistique Humaine ou Demographie Compare, tetapi Bapak
Demografi adalah John Graunt.
1

Demografi berasal dari bahasa Yunani, demos, artinya penduduk, dan grafein yang berarti
menulis atau menggambar.
Demografi berarti tulisan atau gambaran tentang penduduk suatu wilayah tertentu.
1. Kamus Umum Demografi
Demografi adalah ilmu yang mempelajari tentang penduduk suatu wilayah menyangkut
jumlah, struktur (komposisi penduduk) dan perkembangannya (perubahannya).
2. James D. Bogue
Demografi adalah Studi matematik dan statistik terhadap jumlah, komposisi dan distribusi
spatial penduduk manusia dan perubahan-perubahan dari aspek-aspek tersebut yang
terjadi karena bekerjanya 5 proses (fertilitas, mortalitas, perkawinan, migrasi dan
mobilitas).
3. Philip M. Hauser dan Dudley Duncan (1958)
Demografi mempelajari tentang jumlah, persebaran teritorial dan komposisi penduduk
serta perubahan-perubahannya dan sebab-sebab perubahan itu, yang terjadi karena
natalitas (fertilitas), mortalitas, gerak teritorial (migrasi) dan mobilitas sosial (perubahan
status).
4. G.W Barclay
Mempelajari tingkah laku keseluruhan dan bukan perseorangan
5. D.V. Glass
Mempelejari pengaruh proses demografi terhadap penduduk dunia

DEMOGRAFI

STRUKTUR

PROSES

(Statis)

(Dinamis)

Jumlah
Persebaran
Komposisi

RUANG
RUANG
LINGKUP
LINGKUP

Kelahiran
Kematian
Migrasi
Mobilitas Sosial

Ciri Demografi
Kajian demografi adalah sekelompok orang (agregates/collection) yang bertempat tinggal di
suatu wilayah
2

Demografi bersifat matematis, yang berarti analisis didasari pada analisis kuantitatif,
sehingga demografi disebut juga dengan Statistik Penduduk/demografi Formal /
demografi Murni.
Demografi murni (pure demography) atau demografi formal (formal demography) hanya
menganalisis variabel-variabel demografi (hubungan antara aspek statis dengan aspek
dinamis).
B. Geografi Penduduk
1. Murray Chapman (1972)
Population Geography is the study of human population within area (geographic space) over
time. The size of the population under study ranges from a single individual to large
aggregates (eq continental population) such a population can be studied in terms of its
intrinsic/extrinsic characteristics and for in terms of its interrelation ships with the area of
which it is part.
2. Zelinsky (1962)
Population Geography is the science that deals with the extent and ways in which the total
unique geographical character of places is formed by and in turn reats upon a set of
population phenomena which vary within it throug both space and time as they ffolow their
own behavioral laws and interact with various non-demographic phenomena.
3. Clarke (1972)
Population Geography is concerned with demonstrating how spatial variations in the
distribution composition, migration and growth of populations are related to spatial varations
in the nature of palces.
Geografi penduduk mempelajari penduduk menyangkut distribusinya, komposisinya dan
pertumbuhannya pada ruang yang bervariasi serta keterkaitannya dengan wilayah tersebut
pada suatu waktu tertentu.
Atau Studi yang menekankan pada hubungan manusia dengan wilayah ,
terutama menyangkut ruang/space, pemanfaatann ruang, man land ratio, masalah-masalah
kependudukan, kebijaksanaan untuk mengatasi masalah penduduk.
C. Pendidikan Kependudukan
Studi yang menitik beratkan pada perubahan sikap dan prilaku menyangkut
reproduksi dan persebaran penduduk secara nasional dan bertanggung jawab, dalam rangka
peningkatan kualitas hidup penduduk dalam arti luas.
Atau program untuk membina anak didik agar memiliki pengertian, kesadaran, sikap dan
tingkah laku yang rasional dan bertanggung jawab tentang pengaruh pertumbuhan penduduk
terhadap aspek-aspek kehidupan yang menyangkut segi-segi sosial, politik, budaya, dalam
lingkungan keluarga, masyarakat dan bangsa.

PERBANDINGAN ANALISIS DEMOGRAFI FORMAL,


STUDI KEPENDUDUKAN, PENDIDIKAN KEPENDUDUKAN
DAN GEOGRAFI PENDUDUK
TIPE STUDI
DEMOGRAFI FORMAL
STUDI KEPENDUDUKAN

GEOGRAFI PENDUDUK

VARIABEL PENGARUH
DEMOGRAFI
Spt Komposisi Umur
PUS
NON DEMOGRAFI
Faktor budaya
Faktor ekonomi
Faktor social
Non demografi:
NATURAL, EKONOMI
Iklim
Potensi sda
BUDAYA
Nilai anak
Adat istiadat
SOSIAL, EKONOMI
Lapangan pekerjaan
Jenis pekerjaan
Tingkat pendapatan
Tingkat pendidikan

VARIABEL TERPENGARUH
DEMOGRAFI
Contoh,Kelahiran
DEMOGRAFI
Contoh; Migrasi keluar
DEMOGRAFI

Contoh; Tingkat kelahiran

Kegunaannya, terutama sebagai data dasar dalam perencanaan pembangunan (buat laporan
tentang data penduduk, kegunaan dan manfaat dari pendataan/ data tersebut).
IV.

PERTANYAAN/TUGAS
1. Bagaimana menentukan perbedaan analisis demografi, geografi penduduk, atau
pendidikan kependudukan.

V.

SUMBER
1. Abdurahim, Iih. 1986. Pengantar Penduduk. Bandung: Alumni
2. Mantra, Ida Bagus. 2005. Pengantar Studi Demografi. Yogyakarta: Nurcahaya
3. Rusli Said. 1983. Pengantar Ilmu Kependudukan. Jakarta: LP3ES.
4. Lembaga Demografi UI. 1981. Dasar-dasar Demografi. Jakarta: FEUI

MATA KULIAH
POKOK BAHASAN
PERTEMUAN KE
WAKTU

: DEMOGRAFI
: SUMBER DATA DEMOGRAFI
: III DAN IV
: 100

I.

KOMPETENSI DASAR
Membedakan sumber data demografi dan ruang lingkupnya

II.

INDIKATOR
1. Mendeskripsikan arti dan ruang lingkup sensus
2. Mendeskripsikan pelaksanaan sensus di Indonesia
3. Mengidentifikasikan topik minimal yang terdapat dalam sensus
4. Membedakan cakupan sensus, registrasi dan survai penduduk

III.

MATERI

A. Sensus Penduduk
1. Pelaksanaan Sensus
Pelaksanaan Sensus dalam artian Tradisional, untuk Tujuan militer
Babilonia (4000 BC), Cina (3000 BC), Mesir (2500 BC)
Abad ke-16 dan 17 sensus di Italia, Sisislia, Spanyol

Sensus Penduduk dalam artian modern


Quebec (1666), Swedia (1749), AS 1790, Inggris (1801).
Pelaksanaan sensus di Inggris ini membawa pengaruh terhadap daerah jajahan. Misalnya
di Indonesia, Raffles dalam masa pemerintahannya yang singkat melakukan perhitungan
jumlah penduduk di Jawa, 1815, kemudian di India 1881.

Pelaksanaan Sensus di Indonesia


a. Sebelum Kemerdekaan
Sejak tahun 1815 hingga tahun 1930, telah dilaksanakan sensus sebanyak 10 kali,
tetapi kecuali yang dilaksanakan tahun 1905, 1920, 1930, cacah jiwa yang lainnya
belum dinamakan Sensus Penduduk. Dari ketiga sensus tersebut yang terbaik
adalah yang dilaksanakan tahun 1930.
b.

Sesudah Kemerdekaan
Setelah kemerdekaan hingga tahun 1959, pemerintah tidak melaksanakan sensus.
Sensus pertama, sedianya akan dilakasanakan tahun 1960, tertunda menjadi tahun
1961. Sensus ini dilaksanakan berdasarkan UU No. 6/1960 dan PP RI No.49/1960.
Sensus kedua, tahun 1971, yang dilaksanakan atas dua tahap yaitu, pertama
merupakan pencacahan lengkap bagi seluruh penduduk pada tanggal 6-24 September
1971. Kedua, berupa pencahahan sampel untuk memperoleh keterangan lebih
lengkap tentang aspek kependudukan, misalnya tenaga kerja, migrasi (tanggal 20
sept- 4 Oktober 1971). Kemudian tahun 1980, 1990, dan tahun 2000.

2. Ruang Lingkup dan Ciri Sensus


Sensus Penduduk merupakan suatu proses keseluruhan dari pengumpulan, pengolahan,
penilaian, penganalisaan, dan penyajian data kependudukan yang menyangkut antara lain, ciri
demografi, sosial ekonomi dan lingkungan hidup.
Ciri Sensus
a. Teritorial terdefinisi
b. Universalitas
c. Simultanitas, priodik
d. Unit individual
e. Komplikasi dan publikasi
Topik Minimal Yang Harus Ditanyakan Dalam Sensus Penduduk,
yang Ditetapkan PBB (Yaukey, 1990)
No
1

Topik
Geografi dan
Migrasi

Rumah Tangga

Karakteristik Sosial
Dan Demografi

Fertilitas dan
Mortalitas

Karaktersitik Pendidikan

Karaktersitik Ekonomi

Jabarannya
a.
b.
c.
d.
a.
b.
c.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
a.
b.
c.
d.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.

Daerah sensus
Tempat lahir
Lama tinggal di daerah sekarang
Tempat tinggal beberapa tahun yang lalu
Jumlah anggota RT
Hubungan masing-masing anggota dengan KK
Komposisi anggota RT dan Jenkel
Jenis kelamin
Umur
Status Perkawinan
Kewarganegaraan
Agama
Bahasa
Suku
Anak lahir hidu
Anak masih hidup
Umur waktu kawin
Lama kawin
Jumlah anak lahir hidup 12 bulan sebelum hari sensus
Jumlah bayi meninggal 12 bulan sebelum sensus
Yatim karena kematian ibu
Tingkat pendidikan
Melek huruf
School attedance
Educational Qualifications
Aktivitas ekonomi
Kedudukan dalam aktivitas
Industri
Status pekerjaan
Jam kerja
Pendapatan
Aktivitas menurut sektor

3. Macam Sensus Penduduk:


De-jure, sensus yang dikenakan terhadap penduduk yang menetap di daerah pencacahan.

De-facto, sensus yang dilakukan terhadap penduduk yang karena pekerjaannya atau
sebab-sebab lain tidak mempunyai tempat tinggal tetap.
Atau de-facto ---- sensus terhadap penduduk yang tidak mempunyai tempat tinggal tetap.

4. Kesalahan Sensus
1. Kesalahan cakupan (errors of coverage
2. Kesalahan isi pelaporan (errors of content)
3. Kesalahan ketepatan pelaporan (estimating errors)
B. Registrasi Penduduk
Pencacatatan setiap kali terjadi persitiwa demografi yang bersifat vital.
Pada umumnya pelayanan registrasi dilaksanakan oleh Kantor Pemerintahan Dalam Negeri
Pelaporan data sistem registrasi bersifat Pasif, yg dapat menimbulkan beberapa
permasalahan, karena tidak lengkapnya data yang dilaporkan Seperti:
Bayi lahir hidup (beberapa menit)--dilaporkan saja sebagai lahir mati
Banyak persitiwa yang tidak dilaporkan
C. Survai Penduduk
Survai penduduk biasanya dilakukan dengan sistem sampel, baik wilayah maupun data yang
dikumpulkan.
Misalnya Survai Fertilitas dan KB di wilayah A. Data yang disajikan lebih mendalam
dibanding data sensus, dan registrasi.
IV.

TUGAS
1. Jelaskanlah ruang lingkup, cakupan dan ciri sensus
2. Jelaskan kesalahan apa saja yang ditemukan dalam sensus
3. Jelaskanlah perbedaan cakupan sensus, survai dan registrasi penduduk
4. Jelaskanlah data apa saja yang bersumberkan dari registrasi dan dimana didapatkan
5. Jelaskanlah kenapa catatan kematian lebih lengkap diibanding catatan Kelahiran

V.

SUMBER KEPUSTAKAAN
1. Abdurahim, Iih. 1986. Pengantar Penduduk. Bandung: Alumni
2. Mantra, Ida Bagus. 2005. Pengantar Studi Demografi. Yogyakarta: Nurcahaya
3. Rusli Said. 1983. Pengantar Ilmu Kependudukan. Jakarta: LP3ES.
4. Lembaga Demografi UI. 1981. Dasar-dasar Demografi. Jakarta: FEUI

JURUSAN GEOGRAFI FIS UNP PADANG


MATA KULIAH
POKOK BAHASAN
PERTEMUAN KE
WAKTU

: DEMOGRAFI
: KOMPOSISI DAN PIRAMIDA PENDUDUK
: 5 DAN 6
: 200

I.

STANDAR KOMPETENSI
Menganalisa kompoisi pendudukan pada suatu daerah tertentu berdasarkan teori dan
teknis analisa demografi serta pengaruhnya terhadap kehidupan

II.

KOMPETENSI DASAR
Menganalisis susunan dan persebaran penduduk

III.

INDIKATOR
1. Menyusun data penduduk ke dalam komposisi penduduk
2. Memperhalus data komposisi penduduk
3. Menghitung beban ketergantungan dan umur median berdasarkan penduduk
komposisi umur
4. Menghitung rasio seks, rasio anak dan perempuan berdasarkan penduduk komposisi
umur
5. Menyajikan data penduduk dalam bentuk piramida penduduk

IV.

MATERI

A. Komposisi Penduduk
Komposisi penduduk merupakan susunan penduduk berdasarkan karakateristik tertentu:
Biologis: umur dan jenis kelamin
Sosial: Tingkat pendidikan, status perkawinan dan sebagainya
Ekonomi: lapangan pekerjaa, jenis pekerjaaan, tingkat pendapatan dansebagainya
Geografis: berdasarkan tempat tinggal, kabupaten kota, propinsi dan sebagainya
1. Komposisi Penduduk Menurut Umur
Komposisi penduduk berdasarkan umur dalam analisis demografis merupakan
karakteristik vital, selain karakteristik berdasarkan jenis kelamin.
Komposisi umur dibagi menjadi beberapa kelompok umur dengan interval yang sama.
Guna berbagai kepentingan dan analisis, komposisi umur penduduk disusun dalam
struktur lima tahunan, ataupun satu tahun.
Komposisi Penduduk Menurut Umur
Kelompok Umur
Jumlah
(tahun)
04
59
Dan seterusnya
8

Persen

Sunberg, demograf Swedia, meletakkan dasar pembagian umur dalam relasinya dengan
kehidupan produktif secara ekonomi sebagai berikut: (a) 0 14 tahun (kelompok belum
produktif, (b) 15 49 tahun (kelompok umur produktif penuh, (c) 50 tahun ke atas
(kelompok umur tidak produktif lagi. Berikut pengelopokan yang lebih teliti: (a) 0 14
tahun (belum produktif), (b) 15 19 tahun (belum produktif penuh), (c) 20 54 tahun
(produktif penuh), (d) 55 64 tahun (tidak produktif penuh), dan (e) 65 tahun ke atas tak
produktif lagi (Daldjoeni, 1986).
Pengelompokan yang banyak digunakan demograf sekarang adalah: 0 14 tahun
(kelompok belum produktif), 15 64 tahun (kelompok umur produktif), dan 65 tahun ke
atas (kelompok tidak produktif lagi).
Kelompok Umur dan Penggolongan Penduduk:
Umur
Penduduk Tua
0 14 Tahun
30 %
15 64 Tahun
60 %
65 +
10 %
a.

Penduduk Muda
40 %
55 %
5%

Angka Ketergantungan

Rumus:
Penduduk Umur 0-14 Tahun + 65 Tahun ke atas
Rasio Beban Tanggungan = ------------------------------------------------------------- x 100 %
Penduduk Umur 15 64 Tahun

b.

Umur Median
Umur median adalah umur yang membagi penduduk atas umur tua, intermediate, dan
umur muda. Dengan demikian umur median berguna untuk menentukan pemusatan
penduduk pada kelompok umur tertentu.
Rumus:
Md = 1Md +
1Md
N
fx
fMd
i

N/2 - fx
------------ x i
fMd

: adalah batas bawah kelompok umur yang mengandung jumlah N/2


: adalah jumlah penduduk
: adalah jumlah penduduk kumulatif sampai dengan kelompok umur yang
mengadung N/2
: adalah jumlah penduduk pada kelompok umur dimana terdapat nilai N/2
: adalah kelas interval umur

Kategori Umur Median


Umur Median
20 tahun

Kategori
Penduduk tua
9

10 30 tahun
30 tahun

Penduduk intermediate
Penduduk muda

2. Komposisi Penduduk Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin


Komposisi penduduk dapat juga ditampilkan dalam bentuk tabel silang antara kelompok
umur dan jenis kelamin.
Komposisi Penduduk berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin
Kelompok Umur
Penduduk laki- Laki
Penduduk
Jumlah
Perempuan
04
59
Dst 65 +

Rasio
Seks

Jumlah Penduduk Laki-laki


Rasio Jenis Kelamin =------------------------------------ 100 %
Jumlah Penduduk Perempuan
3. Komposisi Penduduk Berdasarkan Ciri Sosial
Penduduk Berumur 10 Tahun Ke Atas Menurut Status Perkawinan
Penduduk menurut Agama
Penduduk Berumur 5 Tahun Ke atas Menurt Golongan Umur dan Pendidikan
tertinggi Yang Ditamatkan
4. Komposisi Penduduk Berdasarkan Ciri Ekonomi
Penduduk Berumur 15 Tahun Ke atas dan Jenis Kegiatan Selama Seminggu yang
Lalu
Penduduk Beryumur 15 Tahun Ke atas dan Status Pekerjaan
B. Piramida Penduduk
Piramida Penduduk gambaran penduduk berdasarkan kelompok umur dan jenis kelamin pada
sebuah grafik.
Piramida Penduduk terbagi atas:
1. Ekspansip: Sebagian besar penduduk berada dalam kelompok umur muda (0- 14 tahun).
Tipe ini terdapat pada negara yang mempunyai kelahiran dan kematian tinggi, tetapi
angka kelahiran tetap lebih tinggi dari pada angka kematian. Contoh Indonesia.
2. Konstruktip: Penduduk dalam kelompok umur muda jumlahnya kecil. Tipe ini ditandai
dengan tingkat kelahiran turn dengan cepat, dan tingkat kematian rendah. Contoh
Amerika serikat.
3. Stasioner: Jumlah penduduk dalam setiap kelompok umur hampir sama, kecuali pada
kelompok umur tertentu, dan mengecil pada usia tua. Contoh Swedia
V.

TUGAS
1. Jelaskan kenapa struktur penduduk berdasarkan umur dan jenis kelamin sangat
penting dalam analisis demografi

10

2.
3.
4.
5.
VI.

Hitunglah dependency ratio, sek ratio dan umur median penduduk Sumatera Barat,
Kota Padang, kota serta kabupaten lainnya di Sumatera Barat berdasarkan data
sensus ataupun data survai terbaru.
Tuliskanlah pengelompokkan umur penduduk di Indonesia dalam kaitannya dengan
kegiatan kerja, selain yang dijelaskan di atas, serta kemukakan alasannya kenapa
demikian.
Buatlah piramida penduduk sesuai dengan data seperti soal nomor dua, jelaskan
kenapa bentuk piramidanya seperti itu.
Buatlah analisa terhadap piramida-piramida tersebut

SUMBER KEPUSTAKAAN
1. Abdurahim, Iih. 1986. Pengantar Penduduk. Bandung: Alumni
2. Mantra, Ida Bagus. 2005. Pengantar Studi Demografi. Yogyakarta: Nurcahaya
3. Rusli Said. 1983. Pengantar Ilmu Kependudukan. Jakarta: LP3ES.
4. Lembaga Demografi UI. 1981. Dasar-dasar Demografi. Jakarta: FEUI
5. BPS; BAPPENAS; UNFPA. 2005. Proyeksi Penduduk Indonesia (Indonesia
Population Projection) 2000-2025. Jakarta
6. BPS Suamtera Barat. Karakteristik Penduduk Padang Hasil Sensus Penduduk 2000.
Padang:BPS

11

JURUSAN GEOGRAFI FIS UNP PADANG


MATA KULIAH
POKOK BAHASAN
PERTEMUAN KE
WAKTU

: DEMOGRAFI
: TEORI PERTAMBAHAN PENDUDUK
: LIMA/ENAM
: 200

I.

KOMPETENSI DASAR
Memahami teori-teori pertambahan penduduk dan aplikasinya dalam analisis penduduk
suatu daerah

II.

INDIKATOR
1. Mendeskripsikan pandangan Malthus tentang penduduk dan pembangunan
2. Mendeskripsikan pandangan Neo Malthusian tentang kelahiran, lingkungan dan
pembangunan.
3. Membedakan teori sosial dengan teori penduduk natural
4. Mendeskripsikan beberapa pandangan optimis tentang pertumbuhan penduduk
dengan pembangunan

III.

MATERI

A. Teori Penduduk Sosial


1. Teori Malthus
Essay Malthus yang pertama:
Makanan merupakan unsur penting bagi kehidupan manusia
Nafsu manusia tidak dapat dibendung dan ditahan, akibatnya pertambahan penduduk
jauh lebih pesat dari pada pertambahan bahan makanan. Penduduk bertambah
mengikuti deret ukur, sementara produksi pangan meningkat mengiktu deret hitung.
Pemikiran Malthus berikutnya adalah: Malthus mengakui bahwa pertambahan penduduk
tidak begitu cepat, karena:
Adanya rintangan yang diderita manusia, berupa kejahatan dan kesengsaraan
Adanya tendensi melipatgandakan bahan makanan
Malthus juga mengemukakan adanya faktor pencegah yang mungkin mengurangi
ketimpangan antara jumlah penduduk dan persediaan bahan makanan berupa :
positive cheks dan Preventive cheks
Pokok pikiran Malthus berikutnya adalah:
Kontrasepsi tidak akan dapat menjadi preventive cheks yang efektif. T.R. Malthus
menganggap hal itu hanyalah bermaksud menghindari extra material, supaya umum
tidak mengetahuinya
T.R. Malthus juga beranggapan bahwa tiap-tiap usaha untuk menurunkan tingkat
kelahiran yang paling tepat adalah positive cheks, kecuali penundaan usia
perkawinan.
Pandangan Malthus menyatakan bahwa, bahan makanan bertambah menurut DH dan
penduduk bertambah menurut DU. Pandangan ini banyak mendapat kritikan
12

2. Teori J.B. Canning


Menurut J.B Canning, tanah merupakan ajang yang efektif dibanding pertambahan
penduduk. Hasil pengeksploitasian tanah tergantung pada empat variabel:
Kemajuan teknologi pertanian
Penemuan sintetris bahan makanan
Jumlah penduduk
Luas tanah
J.B Canning lebih fokus pada point 1 dan 2.
3. Teori Arsene Dumont
Teori Arsene Dumont dikenal dengan teori kapilaritas sosial.
Dumont mengibaratkan individu bagaikan minyak dalam sumbu, ingin mencapai tingkat
yang tertinggi. Angka kelahiran akan turun pada saat orang berlomba-lomba untuk
mencapai kemakmuran.
Arsene Dumont sependapat dengan T.R. Malthus, bahwa over population akan terjadi;
akan tetapi terhambat kebebasan individu yang semakin besar.
4. Teori Nassau William Senior
Nassau William Senior berpendapat bahwa, cita-cita untuk memperbaiki keluarga sama
kautnya dengan keinginan untuk menurunkan keturunan. Akibatnya dalam suasana
kehidupan yang normal, pertambahan penduduk tidak mungkin lebih tinggi dari bahan
kehidupan yang ada.
5. Teori H. Leibenstein
H. Lebeinstein dalam bukunya Economic Back Wardness and Economic Growth
menyatakan bahwa, kelahiran akan dipertimbangkan atas dasar perbandingan antara
benefits and cost. Dari segi benefits anak merupakan: consumtion goods, production
goods, dan nource of security. Sementara biaya yang harus dikeluarkan dengan adanya
anak adalah berupa biaya langsung, dan biaya tidak langsung.
6. Teori Edwin Cannan dan Franz Oppenheimer
Kedua tokoh ini membantah teori T.R. Malthus. Mereka berpendapat:
a. Pengaruh kemunduran akan kenaikan dapat dilenyapkan seiring kemajuan teknik
pertanian dan prindustrian
b. Pertamabahan jumlah penduduk menyebabkan perbaikan teknik pertanian dan
perindustrian yang akan mempertinggi produktivitas.
Edwin mengakui bahwa, suatu waktu manusia akan mengalami berlakunya point of
maximum return. Hanya saja waktu itu dapat diperpanjang.
Franz Oppenheimer mendukung pernyataan Edwin bahwa:
a. Pengaruh hukum kemunduran akan kenaikan hasil dapat dikurangi oleh perbaikan
teknik dalam pertanian
b. Pertambahan penduduk dapat memperbaiki teknik pertanian
c. Pada masa yang lama, perimbangan akan pertambahan penduduk dan perbekalan
hidup akan tertanggung.

13

7. Teori Alexander, Morriscarr dan Sauders


Menurut mereka, pertambahan penduduk dibatasi oeh economically desirable number
berarti pertambahan penduduk dibatasi sedemikian rupa sehingga ekonomi dapat
dipertanggungjawabkan. Dasarnya adalah:
Orang selalu berusaha mencapai jumlah optimum
Sejumlah itulah yang diperhitungkan terhadap lingkungan alam.
8. John Stuart Mill
Mill menerima pendapat T.R.Malthus mengenai laju pertumbuhan penduduk melampaui
laju pertumbuhan bahan makanan. Tetapi ia berpendapat, bahwa:
Pada sistuasi tertentu manusia dapat mempengaruhi prilaku demografisnya
Apabila produktivitas seseorang tinggi ia cenderung ingin mempunyai keluarga yang
kecil.
9. Durkheim
Menurut Durkheim, pada suatu wilayah dimana angka kepadatan penduduknya tinggi
akibat dari tingginya laju pertumbuhan penduduk, akan timbul perasingan sempurna.
Dalam memenangkan persaingan setiap orang berusaha untuk meningkatkan pendidikan
dan keterampilan serta mengambil spesialisasi tertentu.
B. Teori Penduduk Natural
1. Raymond S Pearl
Teorinya didasarkan atas faktor biologis dan geografis. Setiap penduduk dalam jumlah
yang kecil memulai siklusnya dalam jumlah yang kecil pula. Semakin lama semakin
besar, dan akhirnya menurun.
Raymond setujua dengan T.R. Malthus, bahwa over population akan terjadi, tetapi dapat
diperlambat dengan sendirinya.
2. Corrado Ginni
Teorinya berdasarkan faktor biologis dan statistik. Pertumbuhan penduduk diibaratkan
kurva parabola. Diawali dengan pertumbuhan yang pesat, pada tahap dewasa mencapai
titik optimum, akhirnya menurun menjelang tua karena faktor kelelahan dan reproduksi.
Over population dapat terjadi jika pertumbuhan penduduk dalam tingkat dewasa, dan itu
dapat dihambat oleh karena kelelahan dan reproduksi penduduk.
3. Thomas Doudleday
Thomas Doudleday menghubungkan pertumbuhan penduduk dengan pola makanan.
Pertumbuhan penduduk akan tinggi, jika masyarakat kurang makan. Pada masyarakat
yang makanan penduduknya berlimpah, terjadi penurunan pertumbuhan penduduk.
(Bandingkan antara negara-negera belahan bumi utara dan negara-negara di khatulistiwa).
Makanan yang berlebihan akan dapat menahan terjadinya over poulation.
4. Herbert sepencer
Dasar teori Herbert Spencer pada perbandingan energi yang digunakan untuk kegiatan
produksi dengan energi yang digunakan untuk bereproduksi.
Ia berpendapat over population pasti terjadi, tetapi dapat ditahan oleh peningkatan
penggunaan energi otak.
14

5. P.A. Sorokin, O. Spencer, dan O.E. Baker


Mereka berpendapat bahwa, pengaruh kebudaya terhadap unsur biologis akan
menyebabkan terjadinya penurunan pertumbuhan penduduk.
IV.

TUGAS
1. Jelaskanlah bagaimana pandangan Malthus, dan Malthusian terhadap pertumbuhan
penduduk dan pemabnguanan
2. Malthus merupakan salah seorang yang pesimis melihat pertumbuhan penduduk
dunia, jelaskan kenapa demikian
3. Jelaskanlah apa yang dicemaskan para ahli terhadap pertumbuhan penduduk
memang terjadi, baik di negara-negara berkembang maupun di negara maju.

V.

SUMBER KEPUSTAKAAN
1. Dwiyanto, Agus. Dkk. 1996. Penduduk Dan Pembangunan. Yogyakarta: Aditya
Media.
2. Mantra, Ida Bagus. 2005. Pengantar Studi Demografi. Yogyakarta: Nurcahaya
3. Rusli Said. 1983. Pengantar Ilmu Kependudukan. Jakarta: LP3ES.
4. Salladien. 1980. Konsep Dasar Demografi. Surabaya: PT Bina Ilmu

15

JURUSAN GEOGRAFI FIS UNP PADANG


MATA KULIAH
POKOK BAHASAN
PERTEMUAN KE
WAKTU

: DEMOGRAFI
: KERANGKA ANALISIS FERTILITAS
: 7 DAN 8
: 200

I.

STANDAR KOMPETENSI
Menganalisis dinamika kependudukan pada suatu daerah tertentu berdasarkan teori dan
teknis analisa demografi serta pengaruhnya terhadap kehidupan

II.

KOMPETENSI DASAR
Menghitung jumlah fertilitas penduduk
determinan fertilitas dan dampak fertilitas

pada region tertentu dan menaganalisis

III.

INDIKATOR
1. Mendekripsikan istilah-istilah yang berkaitan dengan fertilitas
2. Menghitung tingkat fertilitas berdasarkan parameter tertentu
3. Menjelaskanketerkaitan determinan fertilitas terhadap pertumbuhan penduduk pada
suatu wilayah
4. Menghitung proyeksi penduduk berdasarkan data yang ada

IV.

MATERI

A. ISTILAH SEKAITAN DGN FERTILITAS


1. Fertilitas
Fertilitas adalah kemampuan berproduksi yg sebenarnya dari penduduk (actual reproduction
performace). Atau jumlah kelahiran hidup yang dimiliki oleh seorang atau sekelompok
perempuan
2. Fekunditas (fecundity)
Fekunditas menyangkut kemampuan biologis perempuan untuk menghasilkan anak lahir
hidup atau lawan kata sterilisasi
3. Lahir Hidup (Live birth)
Suatu kelahiran bayi menunjukkan tanda tanda kehidupan. Seperti bernafas, denyut nadi,
menangis, tanpa memperhitungkan lamanya dlm kandungan.
4. Lahir mati (still birth)
Kelahiran seorang bayi dengan umur kandungan paling sedikit 28 minggu (7 bulan), tanpa
tanda-tanda kehidupan.
5. Abortus
Kematian janin dengan umur kandungan kurang dari 28 minggu
Cari istilah: Prematur, immatur

16

B. PARAMETER FERTILITAS
a. Angka Fertilitas Kasar/ Crude Birth Rate (CBR)
Jumlah kelahiran hidup selama satu tahun
CBR = -------------------------------------------------- x 1000
Jumlah penduduk pertengahan tahun
b. Angka Fertilitas Umum/ General Fertility Rate (GFR)
Jumlah kelahiranm dalam satu tahun
GFR = --------------------------------------------------------------- x 1000
Jumlah perempuan usia 15-44 tahun pada th tersebut
c. Angka Fertilitas Menurut Umur/ Age Specific Fertility Rate (ASFR)
Jumlah kelahiran pada perempuan golongan umur tertentu
ASFR = ----------------------------------------------------------------------- x 1000
Jumlah perempuan golongan umur tertentu
d. Tingkat Kelahiran Menurut Urutan Kelahiran/ Birth Order-Specific Fertility Rate
(BOSFR)
Jumlah kelahiran urutan ke i
BOSFR = -------------------------------------------------------------------------- x 1000
Jumlah perempuan umur 15-49 tahun pada pertengehan tahun
e. Rasio Anak terhadap Perempuan Usia Subur/ Child Women Ratio (CWR)
Jumlah anak yang berumur di bawah 5 tahun
CWR = ------------------------------------------------------- x 100
Jumlah perempuan umur 15 49 tahun
f.

Angka Fertilitas Total/ Total Fertility Rate (TFR)


TFR = ASFR per perempuan x 5

g. Angka Reproduksi Bruto/ General Fertility Rate (GRR)


GRR = ASFR 15-49 x 5
Parameter yang paling banyak digunakan adalah parameter ASFR dan TFR.
ASFR dan TFR digunakan untuk mengetahui distribusi jumlah anak yang dimiliki
perempuan menurut umur tertentu dan jumlah anak seluruhnya setelah habis masa
reproduksinya (setelah perempuan berumur 45 tahun atau 49 tahun ke atas).
C. DETERMINAN FERTILITAS
Determinan fertilitas, dalam hal ini adalah variabel yang diperkirakan berhubungan dengan
fertilitas (dari pendekatan paritas atau jumlah anak lahir hidup dan jumlah anak yang masih
hidup).

17

1. Model Davis dan Blake (1956)


Dalam tulisannya yang berjudul The Social Structure of Fertility: An Analytical
Framework menyatakan bahwa faktor-faktor sosial mempengaruhi fertilitas melalui
variabel antara.

FAKTOR
SOSIAL

FERTILITAS

VARIABEL
ANTARA

Ada 11 variabel antara dan faktor-faktor fertiltas oleh Davis dan Blake, sebagai berikut;
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemungkinan Hubungan Kelamin (Intercouse
Variabel)
1. Age of entry into sexual union
2. Permanent Celibacy
3. Age of merried status
4. Abstentie Sukarela
5. Abstentie Terpaksa
6. Frekuensi Hubungan seks
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kehamilan (Conceptional V.)
7. Fecundity (kesuburan), infecundity (kemandulan) tidak disengaja/bawaan
8. Pemakian kontrasepsi
9. Kesuburan dan kemandulan yang disengaja (sterilisasi/tubektomy, vacektomy)
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kehamilan dan Kelahiran dengan Selamat
10. Mortalitas janin yang tidak disengaja
11. Mortalitas janin yang disengaja
Kategori Angka Kelahiran:
Tinggi, apabila lebih dari 30 per seribu kelahiran hidup
Sedang, antara 20 30 per seribu kelahiran hidup
Rendah, apabila kurang dari 20 per seribu kelahiran hidup
2. Model Freedman
Freedman mengembangkan model yang diusulkan oleh Davis dan Blake, dengan melihat
saling mempengaruhi antara variabel lingkungan, sosek, mortalitas, norma besarnya
keluarga, pengetahuan, dengan variabel antara serta fertilitas (lihat bagan).

18

Angka
Kematian

Lingkungan

Norma
Jumlah Keluarga

Variabel
Antara

Fertilitas

Norma
Variabel Antara

Struktur Sosial
Ekonomi

KB
Sumber:
3. Kerangka Dasar Analisis Fertility Model World Fertility Survey (1977)

Struktur Sosial
Ekonomi (1)

Sikap Terhadap
Jumlah, struktur
Pembentukan
Keluarga (5)

Karakteristik
Sosial Ekonomi (4)

Variabel Antara
(7)

Lingkungan
(2)

Karakteristik
Biososial
(3)

Fertilitas

Pengetahuan, Sikap
terhadap
Kontrasepsi (6)

D. Penerapan Model Frekuensi Tabel Tunggal dan Tabel Silang Perbedaan Fertilitas:
Model 1. Distribusi Anak Lahir Hidup dan
Anak Masih hidup Mneurut Umur
19

Umur

Rata-Rata Jumlah Anak


Lahir Hidup
Masih Hidup

15 19
20 24
25 29
30 34
35 39
40 44
45 49
Total
Model 2. Distribusi Anak Lahir Hidup Menurut Pendidikan
Anak Lahir
Hidup
TS
0
1
2
3
4
5
6+
Total

SD tt

100% 100%

SD

Pendidikan Perempuan
SLTP tt
SLP+SMU tt

SMU +

100

100%

100%

100%

Total
100%
100%
100%
100%
100%
100%
100%

Model 3. Distribusi Anak Lahir Hidup Menurut Umur dan Pendidikan


Umur
TS

SD tt

Pendidikan tertinggi yang Ditamatkan


SD
SLTP tt
SlP/SMU
SMU +

Total

15 19
20 24
25 29
30 34
35 39
40 44
45 49
Total
Untuk menganalisis fertilitas, dapat dilihat dari beberapa variabel saja tergantung pada kondisi
masyarakat dan lingkungan setempat.
V.

TAGIHAN
1. Tuliskanlah perbedaan istilah berikut: fertilitas, fecunditas, live birth, still birth,
abortus

20

2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
VI.

Dalam analisis fertilitas, ukuran yang sering digunakan adalah TFR dan ASFR.
Je;askan kenapa demikian
Gambarkanlah kerangka analisis fertilitas model Davis dan Blake
Gambarkanlah kerangka analisis fertilitas model Freedman dan model The World
Fertility Survey
Menurut ketiga teori di atas, variabel sosial ekonomi tidak berpengaruh secara
langsung terhadap fertilitas. Jelaskanlah kenapa demikian.
Jelaskanlah apa yang dimaksud dengan nilai plus dan nilai minus variabel antara.
Masing-masing kelompok membuat rancangan analisis fertilitas dari beberapa
variabel (minimal 5 variabel)
Mengumpulkan data fertilitas di lapangan (minimal 30 RT/pasangan)
Menganalisis hasil data fertilitas sesuai dengan rancangan yang dibuat.

SUMBER
1. Roland Freedman. 1987. Fertility Determinant in John Cleland and Chis Scott
(eds). The World Fertility Survey. New York: Oxford University Press. Hal 274-295
2. Ida Bagus Mantra. 1985. Pengantar Studi Demografi. Yogyakarta: Nircahaya
3.
Masri Singarimbun. 1987. Kependudukan Liku-Liku Penurunan Kelahiran.
Yogyakarta: LP3ES Kerjasama dengan LK UGM
4. Mariyati Sukarni. 1999. Kesehatan Keluarga & Lingkungan. Jakarta: Kanisius.
5. United Nation. 1987. Educational and Fertility In United Nation. The World
Fertility Survey. New York. Hal 214-247.
6. Tukiran. 1997. Analisis Fertilitas di Indonesia dari Data Sekunder: Prosiding:
Pelatihan peningkatan kemampuan Penelitian dan Analisis Data Bagi Staf Biro Pusat
Statsitik Yogyakarta, 20 Oktober 1 November 1997. Yogyakarta: Pusat Pendidikan
Kependudukan

JURUSAN GEOGRAFI FIS UNP PADANG


MATA KULIAH

: DEMOGRAFI
21

POKOK BAHASAN
PERTEMUAN KE
WAKTU

: KERANGKA ANALISIS MORTALITAS


: 9 dan 10
: 200

I.

STANDAR KOMPETENSI
Menganalisis dinamika kependudukan tentang kerangka mortalitas pada suatu daerah
tertentu berdasarkan teori dan teknis analisa demografi serta pengaruhnya terhadap
kehidupan

II.

KOMPETENSI DASAR
Menghitung tingkat mortalitas penduduk pada region tertentu dan menaganalisis faktorfaktor yang mempengaruhinya

III.

INDIKATOR
1. Mendekripsikan istilah-istilah yang berkaitan dengan mortalitas
2. Menghitung tingkat mortalitas berdasarkan parameter tertentu
3. Menjelaskanketerkaitan determinan mortalitas terhadap pertumbuhan penduduk pada
suatu wilayah

IV.

MATERI

A. PENDAHULUAN
Mortalitas adalah salah satu variabel demografi yang
Mempengaruhi Pertumbuhan penduduk
Merupakan barometer tingkat kesehatan masyarakat di daerah tersebut.
Mati, peristiwa menghilangnya semua tanda-tanda kehidupan secara permanen, setelah
adanya kehidupan: Lahir hidup---hidup--- mati
1. Peristiwa Kematian yang terjadi dalam rahim (intra uterin/kematian janin/Fetal Death)
Early Fetal Death: kematian janin kehamilan kurang dari 28 minggu, disebut juga
Abortus/Keguguran
Late Fetal Death, kematian janin kehamilan di atas 28 minggu sampai waktu lahir
(Peristiwa ini dalam analisis mortalitas sudah dikatakan sebagai kematian bayi)
2. Kematian bayi di Luar rahim (extra uterin)
Kematian baru lahir (neo natal death), kematian bayi sebelum berumur satu bulan (28
hari).
Kematian lepas baru lahir (post neo-natal death), kematian bayi setelah berumur satu
bulan tetapi kurang satu tahun.
PMR (Perinatal Mortality Rate)
Kematian janin umur diatas 7 bln/28 minggu sampai bayi berumur satu minggu/7 hari
B. SUMBER DATA MORTALITAS
1. Sistem Registrasi Vital
22

Di dalam sistem ini kejadian kematian dilaporkan dan dicatat segera setelah kematian
tersebut.
Masalahnya : hasil registrasi penduduk di Indonesia belum memuaskan?
Akhirnya data registrasi hanya sebagai pelengkap saja.
Cakupan Laporan kematian (oleh WHO dianjurkan)
Umur
Jenis kelamin
T4 tinggal
Sebab kematian
Tanggal dan tempat kematian
Status perkawinan
Satatus pekerjaan
Jenis Kegiatan
Pendidikan
Jumlah anak yang dilahirkan (jika perempuan)
Umur Suami/istri yang masih hidup (menikah).
2. Sensus atau Survai Penduduk
3. Sumber lain, rumah sakit, dinas pemakaman, kantor polisi dsb
C. PENGUKURAN DATA KEMATIAN
1. CDR

2.

Jumlah Kematian dalam satu tahun


= ----------------------------------------------- x 1000
Jumlah Penduduk Pertengahan tahun

Jumlah Kematian Umur i Tahun


ASDR = ------------------------------------------ x 1000
Jumlah Penduduk Umur i Tahun

3. IMR

Jumlah Kematian Umur 0 Tahun


= ------------------------------------------ x 1000
Jumlah Kelahiran Hidup

a.

NMR (Neonatal Mortality Rate), kematian bayi umur satu bln atau 0-28 hari
Jumlah Kematian bayi 0-28 hari dalam 1 Tahun
NMR = ------------------------------------------------------------ x 1000
Jumlah Kelahiran Hidup pada tahun yang sama

b.

PNMR(Postneonatal Mortality Rate), kematian bayi umur 28 hari sampai umur satu
tahun
Kematian bayi antara umur 28 hari sampai satu tahun
PNMR = ----------------------------------------------------------------- x 1000
Jumlah Kelahiran hidup pada tahun yang sama

23

c.

PMR (Prenatal Mortality Rate), kematian janin kehamilan di atas 28 minggu sampai
bayi umur 7 hari.
Kematian Janin kehamilan di atas 28 minggu sampai bayiumur 7 hari
PMR= --- -------------------------------------------------------------------------------- x 1000
Kelahiran Hidup

4. Childhood Mortality Rate (CMR), kematian anak umur satu sampai empat tahun.
Jumlah Kematian anak umur 1- 4 tahun
CMR = --------------------------------------------------------------- x 1000
Jumlah anak umur 1- 4 tahun pd pertengahan tahun
5. CMR (Case Mortality Rate), kematian karena sebab penyakit tertentu, seperti
kecelakaan, penyakit menular, bunuh diri, dsb.
Jumlah kematian disebabkan penyakit tertentu
CSMR = ------------------------------------------------------------------ x 1000
Jumlah kasus penyakit yang sama pada tahun tersebut
6. Maternal Mortality Rate (MMR), jumlah perempuan yang mati waktu hamil,melahirkan,
dan masa nifas (kurang 40 hari)
Jumlah kematian perempuan hamil, melahirkan dan pada masa nifas
MMR = ----------------------------------------------------------------------------------- x 1000
Jumlah kelahiran selama tahun yang sama
MMR penting untuk:
Melihat resiko kematian pd ibu-ibu hamil, melahirkan dan masa nifas
Dipakai sebagai ukuran tingkat kesehatan negara
Penyebab kematian ibu
Predeposisi (Anemia, Acute hepatitic failure/hati
Pendarahan (Ruptua uteri/rahim sobek, abortus, kehamilan ektonik)
Sepsis (Higiene yg buruk, pertolongan persalinan tradisional)
Toksemia (Peningkatan darah, albumin urine/adanya protein dlm kencing,
oedema/pembengkakan)
Komlikasi (jantung, ginjal, kanker-tumor)
Ukuran mortalitas yang sering dipakai sebagai indikator pembangunan adalah Infant Mortality
Rate (IMR)
Ada hipotesis yang menyatakan:
Terdapat hubungan yang negatif antara IMR dengan Pembangunan ekonomi.
Jika IMR rendah --- pembangunan ekonomi maju
IMR tinggi --- pembangunan ekonomi rendah

24

D. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MORTALITAS (Sukamdi, 1995)


1. Sosial-Ekonomi (Pendapatan, Pendidikan)
Preston (1975)--- pendapatan mempengaruhi kematian secara tidak langsung
Tiga alasan kaitan antara pendidikan ibu dan penurunan mortalitas (Caldwell,1979)
Berkurangnya fatalisme dalam menghadapi kesehatan buruk yg menimpa anak
Kesanggupan yg lebih besar utk menguasai dunia (memastikan dimana ada fasilitas
kesehatan dan memperoleh perhatian dokter/perawat)
Perubahan perimbangan tradisional dlm hub keluarga yg mengalihkan titik berat
kekuasaan dr sesepuh (patriachi) serta ibu mertua, dan menjamin bahwa bagian yg lebih
besar dr sumber2 yg ada disediakan utk anak.
Khrisnan (1975)---Ibu yang berpendidikan
Preventif, pemberian makanan yang higienis dan sehat utk anak
Pengontrolan, kesadaran untuk menggunakan fasilitas kesehatan
Psikologis, kepercayaan diri utk mengambil keputusan secara mandiri yang terbaik untuk
anaknya (Ware, 1984).
Indikator lain, partisipasi angkatan kerja
Kerja pertaniankematian lebih tinggidari ibu yang bekerja di non-farm.
2. Budaya
Variabel budaya tidak berpengaruh secara langsung , tetapi melalui variabel sosial ekonomi.
Agama, etnis, pemilihan jenis kelamin anak (sex preference berhubungan dengan value of
children)
3. Kesehatan
Kesehatan merupakan variabel yang secara langsung berpengaruh terhadap kematian,
sehingga kematian merupakan salah satu indikator yang juga digunakan untuk melihat
keberhasilan program kesehatan.
Penelitian Taucher (Solimano and Vine, 1981) menemukan bahwa salah satu faktor yang
mempunyai kontribusi terhadap perubahan tingkat kematian bayi adalah perbaikan kesehatan
ibu atau anak dan program makanan tambahan. Tetapi studi tersebut juga mendapatkan tidak
ada hubungan yang signifikan antara malnutrisi dengan tingkat kematian bayi.
4. Demografi ---Fertilitas kematian alasannya
perkawinan usia muda kesempatan yang lebih besar untuk mempunyai bayi meninggal
Jarak kelahiran yang terlalu pendek, kemungkinan untuk mengalami kematian bayi tinggi
(Newland, 1981).
E. KERANGKA ANALISIS KELANGSUNGAN HIDUP ANAK (Mosley dan Chen, 1988)
Kerangka ini didasarkan : anggapan bahwa semua faktor sosial dan ekonomi mempengaruhi
mortalitas anak melalui serangkaian mekanisme biologi, atau determinan terdekat
(proximinate determinants/variabel antara).
25

1. Variabel antara
Faktor ibu
Pencemaran Lingkungan
Kekurangan gizi
Luka
Pengendalian penyakit perorangan
Cara Kerja Lima Kelompok Variabel Antara pada
Dinamika Kesehatan Penduduk
DETERMINAN SOSIAL EKONOMI

IBU

PENCEMARAN
LINGKUNGAN

KURANG
GIZI

Kesehata
n
Pencegahan
Pengobatan

PENGENDALIAN
PENYAKIT
PERORANGAN

LUKA
L

Sakit

Gangguan
Pertumbuhan

Mortalitas

2. Determinan Sosial Ekonomi (variabel Pengaruh)


Variabel tingkat individu: produktivitas individu, (ayah/ibu, diukur dengan tingkat
pendidikan) dan tradisis/norma/sikap.
Variabel tingkat rumah tangga: pendapatan/kekayaan
Variabel tingkat masyarakat: lingkungan /ekologi, ekonomi politik, dan sistem kesehatan.

26

3. Variabel terpengaruh
Kematian merupakan peristiwa definitif yang dapat diukur dan dihitung. Namun, perhatian
yang khusus terhadap kematian kecil, karena:
kematian peristiwa yang jarang terjadi
pengukurannya mengharuskan peneltian penduduk dalam jumlah besar
atau terhadap kumpulan pengalaman mortalitas penduduk dalam jumlah kecil tetapi
priode yang panjang
F. TEORI BLUM (1974)
1. Faktor yg berhubungan dgn prilaku hidup sehat dan prilaku hidup sakit, termasuk dlm hal
ini pemilihan provider kesehatan. Ukurannya adalh persentase penduduk yg
memanfaatkan fasilitas layanan kesehatan
2. Faktor yg berhubungan dgn lingkungan hidup, meliputi:
a. Lingkungan Keluarga
b. Lingkungan Masyarakat
c. Lingkungan Regional, berhubungan pencemaran.
3. Faktor yg berhub dgn kesehatan biologik
4. Faktor yg berhubungan dgn kemampuan organisasi pelayanan kesehatan
Tahapa Kematian Bayi
Soft rock
Intermediate rock,
Hard rock .
V.

EVALUASI
1. Jelaskanlah dengan contoh perbedaan antara intra uterin dan extra uterin
2. Sebutkanlah varibel antara dan indikatornya yang berpengaruh terhadap mortalitas
3. Variabel sosial ekonomi tdk berpengaruh secara langsung terhadap mortalitas.
Jelaskan kenapa demikian
4. Jelaskanlah bagaimana variabel antara dapat berepangaruh terhadap mortalitas
5. Jelaskanlah faktor yang memepengaruhi kematian menurut Blum

VI.

SUMBER KEPUSTAKAAN
1. Kasto. 1997. Kerangka Studi Mortalitas: Prosiding Pelatihan Peningkatan
Kemampuan dan Analisis Data Bagi Staf Biro Pusat Statistik. Yogyakarta 20
Oktober 1 November 1997. Yogyakarta: PPK UGM.
2. Kasto. 1992/1993. Analisa Perkembangan Kependudukan Menurut Sensus
Penduduk 1990: Dinamika Mortalitas. Yogyakarta: Kantor Menteri Negara
Kependudukan dan Lingkungan Hidup-PPK UGM
3. Lembaga Demografi UI. 1981. Dasar-Dasar Demografi. Jakarta:FEUI.
4. Mariyati Sukarni. 1994. Kesehatan Keluarga & Lingkungan. Yogyakarta: Kanisius
By:YS

27

MATA KULIAH
POKOK BAHASAN
PERTEMUAN KE
WAKTU

: DEMOGRAFI
: MOBILITAS PENDUDUK
: 11 DAN 12
: 200

I.

KOMPETENSI DASAR
Mendeskripsikan ruang lingkup, pola dan trend mobilitas penduduk

II.

INDIKATOR
1. Menjelaskan ruang lingkup mobilitas penduduk
2. Menjelaskan determinan mobilitas penduduk
3. Menjelaskan kerangka pengambilan keputusan mobilitas penduduk
4. Menganalisis Indeks migrasi masuk dan keluar menurut Propinsi: 1975-1980; 19851990; 1990-1995, 1995-2000, 2005

III.

MATERI

A. RUANG LINGKUP MOBILITAS PENDUDUK


MOBILITAS PENDUDUK

M..HORIZONTAL/
GEOGRAFIS

M.VERTIKAL
M. PERMANEN/
MIGRASI
INTERNASIONAL
SUKARELA
PAKSAAN/
REPATRIASI

M. PSIKIS
M. NON PERMANEN/
SIRKULASI

DLM NEGERI
DISPONSORI
TRANSMIGRASI
SPONTAN/
URBANISASI

ULANG-ALIK/
COMMUTING

28

NGINAP/
MONDOK

1. MOBILITAS VERTIKAL
Disebut juga perubahan status baik sosial maupun ekonomi, contohnya adalah status
pekerjaan, dari bidang pertanian ke bidang non pertanian.
2. MOBILITAS PSIKIS
Terjadinya perubahan pada aspek psikis sesorang karena suatu sebab.
3. MOBILITAS HORIZONTAL (GEOGRAFIS)
Merupakan gerak (movement) penduduk melintasi batas teritorial tertentu dalam periode
waktu tertentu.
Hingga kini belum ada kesepakatan wilayah/teritorial dan waktu tersebut, termasuk di
dalamnya lamanya waktu niatan untuk menetap di daerah tujuan.
Batasan Ruang dan Waktu dalam Mobilitas Penduduk
Bentuk Mobilitas
1. Ulang-alik (commuting)
2. Nginap/mondok

3. Permanen (Migrasi)

Batas Wilayah
Jorong, Nagari, bs
RT/RW
Jorong, Nagari

Batas Waktu
Enam jam/atau lebih
& kembali pada hari yg sama
Lebih dari satu hari, tetapi kurang
enam bulan, jangka panjang tetapi
tidak bernita menetap.
Enam bulan/ atau lebih, dan menetap

Jorong, Nagari

a. Mobilitas Penduduk Permanen (Migrasi)


Adalah gerak penduduk melintasi batas wilayah (terirtorial) tertentu, dengan niatan untuk
menetap di daerah tujuan.
b. Mobilitas Penduduk Sirkuler/Non Permanen
Adalah gerak penduduk yang dilakukan dari suatu wilayah ke wilayah lain dalam masa
kurang dari enam bulan ATAU,
Gerak penduduk untuk tidak menetap di t4 tujuan selama enam bulan atau lebih. .
Secara umum terbagi atas:
ulang-alik, mobilitas penduduk meliwati batas teritorial tertentu dalam waktu satu hari
paling lama, tidak menginap.
Nginap, meliwati batas teritorial dalam masa kurang dari enam bulan Atau lebih dari enam
bulan tetapi tidak untuk menetap. (Ingat Pola merantau orang Minang Satinggi-tinggi
tabang Bangau akhirnya kek kubangan jua, Mahasiswa mondok, dsb).
B. DETERMINAN MOBILITAS PENDUDUK
Secara umum determinan makro yang mempengaruhi migrasi penduduk terdiri dari
komponen lingkungan, heterogenitas sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat itu sendiri.

29

FAKTOR WILAYAH (Everett S.Lee, 1966 disempurnakan Robert F. Norris, 1972)


INTERVENING
OPPORTUNITIES
ORIGIN

DESTINATION
FORCED
MIGRATION
RETURN
MIGRATION

1. Daerah asal (Origin)


Seseorang akan pindah apabila:
Di daerah asal, kebutuhan mereka benar-benar tidak terpenuhi
Karena: bencana alam, masalah sara, dan politik
2. Daerah tujuan (destination)
Biasanya pengetahuan migran potensial tentang daerah tujuan bersumber dari
informasi (oleh return migration)
Atau adakalanya migran potensial berkunjung dulu ke daerah tujuan sebelum
memutuskan untuk pindah, apakah daerah tujuan dapat memenuhi kebutuhan (needs)
mereka
Atau memperhatikan push factor dan pull factor.
3. Migrasi kembali (return migration)
Para migran dimanapun mereka berada, mereka masih terikat dengan daerah asal. Itulah
sebabnya para migran dikatakan penduduk bi lokal (bi local population)
Daerah asal adalah home pertama
Daerah tempat mereka bermukim sekarang home kedua
Mereka selalu kontak dengan daerah asal seperti: informasi (positif dan negatif) atau
yang disebut juga dengan remitan.
Migran kembali dapat pula terjadi karena daerah tujuan mereka tidak dapat memnuhi
kebutuhannya, atau karena daerah asal sudah dibangun.
4. Rintangan Antara
Selain pertimbangan nilai kefaedahan, migran potensial juga mempunyai pertimbangan
rintangan antara meliputi:
Rintangan politik
Rintangan ekonomi
Rintangan psykologi
Rintangan geografi
30

Misalnya orang Korea Selatan mungkin memilih tidak pindah ke Korea Utara karena
rintangan politik.
5. Kesempatan Antara
Contoh adalah Kota Sidoardjo untuk menghalagi penduduk ke kota Surabaya
6. Migrasi Paksaan (Forced Migration)
Karena peperangan dsb. Contoh orang Yahudi diusir keluar Jerman pada waktu PD II.
Model dorong-tarik (Push-pull factor)
Mitchell (1961), seorang ahli sosiologi Inggris menyatakan, bahwa:
Kekuatan Sentripetal (Centripetal foces)
Kekuatan sentripugal (Centrifugall forces).
Sesorang akan tetap tinggal di daerah asal atau menetap di daerah lain tergantung
pada imbangan kedua daerah tersebut.
Lee (1966), Todaro (1979) dan Titus (1982) berpendapata bahwa:
Motivasi ekonomi, karena adanya ketimpangan ekonomi antardaerah.
Mobilitas ke perkotaan mempunyai dua harapan yaitu:
Harapan untuk memperoleh pendapatan yang lebih tinggi
Harapan untuk memperoleh pekerjaan
Meskipun demikian, arah gerak penduduk juga ditentukan oleh faktor lain: seperti jarak,
biaya, dan informasi yang diperoleh.

Faktor jarak dan biaya merupakan satu kesatuan karena kemajuan di bidang transportasi
maka jarak sudah merupakan fungsi dari biaya/uang. Faktor ini setidaktidaknya
menentukan bentuk mobilitas.
Kota yang jauh dengan daerah asal cenderung menghasilkan bentuk mobilitas
permanan
Kota yang berjarak sedang menghasilkan bentuk mobilitas non-permanan.

Informasi. Mabogunje (1970) melihat bahwa kontribusi dari migran terdahulu di kota
sangat besar dan membantu migran baru yang berasal dari desa/daerah yang sama,
terutama pada tahap awal.

Mantra (1979) melihat adanya hubungan terbalik antara jarak dengan intesitas hubungan.--Semakin dekat jarak, frekuensi kunjungan ke daerah asal makin besar.
Menurut mabogunje (1970) hub. Migran dengan daerah asal dapat dilihat dari aliran materi
dan informasi.
Informasi positif akan berakibat:
Stimulus untuk pindah semakin kuat di kalangan migran potensial di desa
Pranata sosial yang mengontrol mengalirnya warga desa ke luar makin longgar
Arah gerak penduduk tertuju ke kota-kota atau daerah tertentu
31

Perubahan pola investasi dan atau pemilikan tanah di desa karena tanah mulai dilihat
sebagai suatu komoditi pasar.
PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN MOBILITAS
(Mantra, 1985)
Masyarakat A
Individu

Kebutuhan/ Aspirasi

Tak Terpenuhi

Terpenuhi

Tekanan Ekonomi

Tekanan Sosial/Psyc

Proses Kontak
Lang./Tak Lang.

Penghalang Antara

Keputusan

Tinggal

Nglaju

Mondok

Perdesaan

Menyesyauikan Diri
32

Migrasi

Kota

IV.

TUGAS
1. Jelaskan ruang lingkup mobilitas penduduk
1. Jelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya mobilitas penduduk menurut
beberapa ahli
2. Jelaskanlah faktor apa saja yang mempengaruhi orang bermigrasi menurut Everett S
Lee
3. Jelaskan kerangka analisis keputusan bermigrasi menurut Todaro
4. Jelaskanlah kerangka anlisis migrasi desa kota menurut Mabogunje
5. Deskripsikanlah pola dan trend mobilitas penduduk Indonesia dari tahun 1975
sampai dengan tahun 2005.
6. Jelaskan daerah-daerah manasaja yang menjadi tujuan utama mobilitas penduduk
Indonesia, dan kenapa demikian

V.

SUMBER KEPUSTAKAAN
1. Ediastuti, Endang., 1996. Pola dan Trend Demografi Indonesia. Agus Dwiyanto
ed: Penduduk dan Pembangunan. Yogyakarta: PPK UGM
2. Karyan, Yayat. 1996. Migrasi Internal 1975-1980, 1980-1985-1990, dan 19901995., Aris Anantra ed: Mobilitas Penduduk di Indonesia. Jakarta: Lembaga
Demografi FEUI dan BKKBN
3. Lee, Everett S. 1995. Teori Migrasi. Edisi terjemahan: Hans Daeng. Yogyakarta:
PPK UGM
4. Mantra, Ida Bagoes. 1995. Mobilitas Penduduk Sirkuler Dari Desa ke Kota di
Indonesia. Yogyakarta: PPK UGM
5. Mantra, Ida Bagus. 1996. Migrasi Internasional., Aris Anantra ed: Mobilitas
Penduduk di Indonesia. Jakarta: Lembaga Demografi FEUI dan BKKBN Todaro,
Michael P. Kajian Ekonomi Migrasi Internal di Negara Berkembang. Yogyakarta:
PPK UGM

By:YS

33

MATA KULIAH
POKOK BAHASAN
PERTEMUAN KE
WAKTU

: DEMOGRAFI
: PERTUMBUHAN DAN PROYEKSI
PENDUDUK
: 13 DAN 14
: 100

I.

KOMPETENSI DASAR
Menghitung proyeksi penduduk pada region tertentu

II.

INDIKATOR
1. Menghitung keadaan penduduk suatu daerah
2. Menghitung natural increase penduduk suatu daerah
3. Menghitung proyeksi penduduk suatu daerah

III.

MATERI

A. PERT PENDUDUK BERDASARKAN KOMPONEN DEMOGRAFI


Pertumbuhan Penduduk Berimbang/Balancing Equation
Perhitungan Penduduk Berdasarkan komponennya
Pt = Po + B- D + I O

Pertumbuhan alam (natural increase)


Birth Death
------------------- x 100 %
Po

Migrasi Netto
Imigrasi Outmigrasi
------------------------------- x 100 %
Po
Jika pend Sumbar pert th 1990 adalah 4 juta, kelahiran 70.000 orang, kematian 60.000
orang,penduduk yang masuk 25.000 orang, dan keluar 30.000 orang
70.000 60.000
---------------------- x 100 % =
4.000.000
25.000 30.000
34

---------------------- x 100 =
4.000.000
0,25 + ( - 0,125) = 0,125 %
B. PERKIRAAN PENDUDUK
1.

Intercensal disebut juga Interpolasi


Adalah suatu perkiraan mengenai keadaan penduduk diantara 2 sensus (dianatara dua data
penduduk) yang diketahui.
Rumus: Pm = Po + m (Pn - Po)
n
Pm = Pn (P m) (Pn Po)
n
Pn
= Jumlah penduduk pada periode akhir dua proise sensus (sensus ke II)
Po
= Jumlah penduduk pada tahun awal (sensu I)
Pm
= Jumlah penduduk pada tahun yang diestimasikan (tahun n )
m
= Selisih tahun yang dicari dengan tahun awal
n
= Selisih tahun dari dua sensus yang dicari

2.

Postcensal Estimated
Adalah perkiraan mengenai penduduk sesudah sensus. Prisinpnya juga sama yaitu
pertambahan penduduk linear.
Rumus: Pm = Po + ( n + m ) (Pn Po)
n
Pm = Pn + m (Pn Po)
n

3.

Proyeksi
Perkiraan penduduk dalam hal ini tidak hanya beberapa tahun sesudah sensus tetapi bisa
sampai puluhan tahun sesudah sensus, yaitu dengan metode matematika.
Matematical method digunakan, jika data tentang komponen penduduk tidak diketahui,
disini dianggap yang digunakan hanyalah penduduk keseluruhan.

Arithmatic of growth
Pertumbuhan penduduk secara arithmatic adalah pertumbuhan penduduk dengan jumlah
(absolut number) adalah sama setiap tahun.
Rumus:

Pt

= Po (1 + rn )

Pt
Po
r
n

= Jumlah penduduk pada awal tahun n


= Jlh penduduk pd tahun dasar
= Angka pertumbuhan penduduk
= Periode waktu dalam tahun (selisih

= Pt Po
35

----------n

Geometric rate of growth


Pertumbuhan penduduk secara geometrikc adalah pertumbuhan penduduk menggunakan
dasar bunga berbungan (bunga majemuk).
Pn = Po (1 + r)n
Pn
= Jumlah penduduk pada tahun n
Po
= Jumlah penduduk pada tahun awal
r
= Angka pertumbuhan penduduk
n
= Jangka waktu dalam tahun

Rumus:

Exponential rate of growth


Rumus Pn

= Po.e
e = angka exponsiil = 2,71828

Waktu lipat ganda penduduk:


70
n = ---r

Kegunaan Proyeksi
Bidang Pangan,: menentukan kebutuhan akan bahan pangan sesuai dengan gizi,serta susunan
penduduk menurut umur.
Bidang kesehatan: menentukan jumlah medis, dokter, obat-obatan, jumlah tempat tidur di
rumah sakit yang diperlukan.
Bidang pendidikan: sebagai dasar untuk memperkirakan jumlah penduduk usia sekolah,
jumlah murid, jumlah guru, gedung sekolah, pendidikan pada masa yang akan datang.
Bidang Tenaga Kerja: menentukan jumlah angkatan kerja, penyediaan lapangan kerja yang
erat hubungannya dengan proyeksi tentang kemungkinan perencanaan untuk
memperhitungkan perubahan tingkat pendidikan, skilled dan pengalaman dari tenaga kerja.
Bidang Produksi barang dan jasa: dasar estimasi produksi barang-barang dan jasa dimasa
mendatang.
Secara Umum:

36

a. Perencanaan yang tujuannya untuk menyediakan jasa sebagai response terhadap


penduduk yang sudah diproyeksikan tersebut.
b. Perencanaan yang tujuannya untuk merubah trend penduduk menuju ke
perkembangan demografi sosial dan ekonomi.
IV.

TUGAS
1. Hitunglah keadaan penduduk suatu daerah (daerah saudara masing-masing)
berdasarkan data fertilitas, mortalitas, jumlah penduduk yang masuk dan jumlah
yang keluar.
2. Hitunglah waktu lipat ganda penduduk pada suatu daerah tertentu, baik dari
pertumbuhan penduduk berimbang maupun berdasarkan hasil proyeksi penduduk.

V.

SUMBER
1. Abdurahim, Iih. 1986. Pengantar Penduduk. Bandung: Alumni
2. Mantra, Ida Bagus. 2005. Pengantar Studi Demografi. Yogyakarta: Nurcahaya
3. Rusli Said. 1983. Pengantar Ilmu Kependudukan. Jakarta: LP3ES.
4. Lembaga Demografi UI. 1981. Dasar-dasar Demografi. Jakarta: FEUI

37

MATA KULIAH
POKOK BAHASAN
PERTEMUAN KE
WAKTU
III.
IV.

IV.

: DEMOGRAFI
: ANGKATAN KERJA
: LIMA BELAS
: 100

KOMPETENSI DASAR
Mendeskripsikan angkatan kerja Indonesia
INDIKATOR
1. Membedakan istilah ecconomically active popualation dengan ecconomically
inactive popualation
2. Membedakan dan menjelaskan ruang lingkup tenaga kerja, angkatan kerja dan bukan
angkatan kerja
MATERI
PENDUDUK
Tenaga Kerja
Penduduk diluar
(Manpower)
usia kerja

Dibawah usia
kerja
Angkatan kerja
(Labor
Force)
(Labor
Force)

Bukan Angakatan Kerja


(Not in The Labor Force)
Sekolah

Bekerja
(Employed)

Diatas usia kerja

IRT

Unemployed

Bekerja Penuh
(Fully Employed)

menganggur
(Underemployed)

Pengangguran Kentara
Visible Underemployed

penganggur Tdk Kentara


Invisible Underemployed

38

Lain-lain

menganggur menurut
pendapatan/income

menganggur menurut
produktivitas

menganggur
menurut pendidikan
Underemployed

PENDUDUK:
A. Penduduk Usia Kerja (Working Age Population)
Penduduk dlm usia kerja (15-64 tahun), tetapi di Indonesia dipakai 10 tahun ke atas

1. Angkatan Kerja (Labor Force)


Bagian dr tenaga kerja yg terlibat atau berusaha terlibat dlm kegiatan produktif
a. Bekerja
Penduduk 10 th keatas yg selama seminggu yg lalu melakukan pekerjaan (paling
sedikit 1 jam dlm seminggu)
Bekerja Penuh

Setengah Menganggur

b.

Mencari Pekerjaan

2. Bukan Angkatan Kerja


Bagian tenaga kerja yg tidak bekerja ataupun mencari kerja
B. Penduduk Diluar usia Kerja
V.
VI.

EVALUASI
SUMBER

39

40

HAND OUT

DEMOGRAFI

Oleh
41

Dr. Paus Iskarni, M.Pd


Individu
Individu merupakan faktor yang sangat menentukan dalam pengambilan keputusan untuk
mobilitas
Tiap individu mempunyai aspirasi
Bila di suatu wilayah kebutuhan tak dapat dipenuhi maka terjadi Tekanan/Stress ataupun
terdapat tekanan (karena sisuatu hal).
Intensitas tekanan dari sesorang tergantung pada besar kecilnya kebutuhan yang dapat
dipenuhi
Karena tekanan ini kemudian individu akan berusaha untuk mencari jalan keluar melalui
proses kontak langsung terhadap daerah lain atau tidak langsung.
Penghalang antara akan mempengaruhi terhadap keputusan dan bentuk mobilitas yang akan
dijalani (tetap tinggal dengan konsekwensi harus menyesuaikan diri). Nglaju, mondok atau
migrasi.
PRILAKU MIGRASI PENDUDUK DARI DAERAH ASAL KE DAERAH TUJUAN
A. Proses Migrasi Penduduk
1. Dalam memilih daerah tujuan para migran cenderung memilih daerah yang terdekat
2. Kurangnya kesempatan kerja di daerah asal dan adanya kesempatan kerja di daerah tujuan
merupakan salah satu alasan sesorang utnuk melaksanakan mobilitas penduduk
3. Informasi yang positif dari migran terdahulu, merupakan sumber informasi penting untuk
keputusan bermigrasi
4. Informasi yang negatif tentang daerah tujuan menyebabkan orang enggan bermigrasi
5. Makin besar pengaruh daerah perkotaan terhadap seseorang, makin tinggi frekuensi mobilitas
orang tersebut.
6. Makin tinggi pendapatan sesorang, makin tinggi frekuensi mobilitasnya.
7. Seseorang akan memilih daerah tujuan yang terdapat sanak saudara atau kenalannya.
8. Migrasi akan terjadi apabila di suatu daerah terjadi bencana alam (banjir, gempa bumi, dan
sebagainya)
9. Orang yang berumur muda dan belum berumahtangga lebih banyak mengadakan mobilitas
daripada orang yang sudah berumur lanjut dan berstatus kawin
10. Makin tinggi pendidikan seseorang, makin banyak melaksanakan
mobilitas.
B. Migran di daerah tujuan
1. Pada permulaan datang di daerah tujuan, migran memilih ber4 ting. di suatu t4 sanak sdr atau
teman
2. Kepuasan migran tertentu terhadap daerah asalnya tergantung pada hubungan baik migran
dgn masyarakat
3. Kepuasan migran hidup di kota tergantung pada kemungkinan migran mendapatkan
pekerjaan dan pendidikan bagi anak-anaknya.
4. Setelah beberapa lama bert4 tinggal di daerah tujuan, seseorang migran cenderung memilih t4
tinggal dekat dengan daerah dimana ia bekerja
5. Keinginan untuk kembali ke daerah asal tergantung kepada besar kecilnya kepuasan yang
didapat di kota
42

6. Migran di kota merupakan penolong utama bagi migran yang baru dalam mencari pekerjaan,
dan pemondokan di kota.
PENERAPAN KERANGKA ANALISIS MOBILITAS
A. Mobilitas Permanen
Sebelum tahun 1970-an
Penelitian mengenai mobilitas penduduk di Indonesia lebih ditekankan pada mobilitas
permanan (migrasi).
Karena sejalan dengan usaha pemerintah untuk mengatasai tekanan penduduk di Jawa, yaitu
memindahkan sebagian penduduk Jawa yang padat ke daerah yang jarang penduduknya. Pada
zaman Hindi Belanda program ini disebut dengan Kolonisasi, dan jaman pemerintahan RI
disebut Transmigrasi
Diantara peneliti tersebut adalah: Karl J Pelzer (1945). A. Sjamsu (1952), Jitandra Nath
Bhatta (1961), H. Soedigdo (1965) dan H.J Heeren (1967)--- Umumnya para peneliti ini ingin
mencari metoda yang paling efisien dalam pelaksanaan pemindahan penduduk dari daerah
yang padat ke daerah yang kurang penduduknya.
Masa transmigrasi antara Tahun 1905 1931
Masa Transmigrasi antara Tahun 1931 1941
Usaha Transmigrasi dalam Zaman Kemerdekaan
B. Mobilitas Beberapa Suku di Indonesia .
1. Mobilitas Suku Minangkabau
Merantau merupakan bentuk mobilitas penduduk suku Minangkabau. Dari segi sosiokultural,
merantau berarti,
Pergi meninggalkan kampung halaman dan berinteraksi dengan etnik lain
Dengan sukarela dan atas kemauan sendiri
Dalam waktu yang singkat ataupun dalam waktu yang lama
Dalam rangka mencari rezeki, menuntut ilmu, atau menambah pengalaman
Dengan keinginan untuk selalu kembali (non permanen) dan
Didorong oleh sistem sosial yang ada dan melembaga (Mochtar Naim, 197).
Faktor yang mendorong orang Minangkabau untuk migrasi adalah faktor:
Fisik, karena masih muda (tenaga masih kuat). Tempat utama yang dituju adalah kotakota besar di Jawa karena di kota ini terdapat kesempatan ekonomis yang luas.
Faktor sosiokultural, pertama anjuran tradisional yang menganjurkan laki-laki Minang
untuk merantau (belum berguna kalau belum punya ilmu, dan rezeki di daerah lain).
Kedua, karena pengaruh sistem kekerabatan matrilineal.
Meskipun sifat mobilitas suku Minangkabau adalah non-permanen, tetapi menurut Hugo
(dalam Murad, 1979), hanya 35,2 persen perantau Miang yang kembali ke kampung mereka,
(mungkin karena belum mendapat rezeki, malu, atau karena masih senang untuk merantau
pulang bila usia sirembang petang).
43

2. Mobilitas Suku Bugis (permanen)


Suku Bugis telah lama terkenal dengan sifat Petualangan dan pengembaraannya. Petualangan
mereka sudah dimulai sejak jatuhnya kerajaan Makasar ke tangan Belanda pada tahun 1669.
Pada waktu kota Makasar dijadikan pusat perdagangan rempah-rempah. Mereka sudah
tersebar sampai di malaysia.
Daerah-daerah lainnya: Samarinda dan Pasir (Kaltim), Pontianak (Kalbar), Jambi, Riau.
Lineton (1975) dan Hrvey (1974) mengemukakan bahwa;
Akibat dari gangguan keamanan di Sulsel tahun 1951-1965 terjadi perpindahan besar-besaran
orang Bugis, Makasar, dan Toraja ke daerah lain di Indonesia.
C. Mobilitas Penduduk Non-permanen
Dari beberapa penelitian mobilitas penduduk yang dilakukan di Jawa dan beberapa tempat di
indonesia (Hugo, 1975; Suharso, 1976, Mantra, 1978, Koenjaraningrat, 1957), didapatkan
bahwa:

Mobilitas penduduk non permanen jauh lebih banyak dari mobilitas penduduk permanen
Frekuensi mobilitas penduduk non permanen yang meninggalkan desa paling pendek
banyak terjadi. Contoh pengamatan yang dilakukan selama 8,5 bulan di dukuh Piring
Kelurahan Murtigading, Bantul, Yogya ditemukan:
Sebanyak 244 penduduk usia kerja melkasanakan mobilitas penduduk sebanyak 9.098
kali
8.575 mobilitas harian (nglaju)
523 mobilitas lebih dari satu hari.
Untuk mobilitas harian sadudara bisa mengamatinya dengan berdiri di pinggir
jalan, terutama pada pagi hari, yang menghubungkan desa-kota. (ada arus pekerja,
pedagang, pegawai, pelajar).
Makin lama waktu meninggalkan daerah asal, makin kecil frekuensi mobilitasnya.

Selanjutnya penelitian Hugo, tentang mobilitas sirkuler, menemukan pekerja-pekerja di Jakarta:


Berasal dari Yogyakarta, Indramayu, Cirebon, Priangan, Kuningan, dan Semarang
mondok di jakarta (sebulan sekali pulang)
Dari Banten, Bogor, ngelaju.
Terjadinya Mobilitas Sirkuler
1. Faktor Sentripetal (kekuatan yang mendorong) dan Sentripetal (Kekuatan yang mengikat
tinggal di desa)
Sentripetal (Kekuatan yang mengikat)
Jalinan persaudaraan/kekeluargaan diantara warga desa sangat erat
Sistem goro pada masyarakat (Gemeinschaft) yang sangat kuat. Misalny bagi masyarakat
Jawa mereka tidak merasa khawatir akan mati kelaparan selama berada di tengah
masyarakat desanya.
Penduduk sangat terikat pada tanah pertaniannya.
Masyarakat teriukat kepada daerah tanah kelahirannya.
44

2. Perbaikan prasarana transport


Hal ini membawa perubahan dari mobilitas permanen ke non permanen, atau dari mondok ke
ngalaju.
3. Kesempatan Kerja di sektor Formal dan informal
Menurut Suharso (1978) proses urbanisasi di Indonesia tidak diikuti oleh perluasan lapangan
kerja di kota, seperti halnya yang terjadi di negara-negara AS dan eropa Barat. Sebagai
akibatnya para pendatang bekerja di sektor informal dengan upah yang rendah dan tidak
menentu. Penelitian Milan dan Titus di Jabar, menemukan bahwa 60 65 persen dari
pedagang di kota terserap di sektor informal.
Tingginya biaya hidup di kota para migran lebih memilih tetap tinggal di desanya, dan ngelaju
setiap harinya. Disamping itu mereka tetap bertani.
Bagi para migran yang mondok di kota, umumnya mereka mondok sendirian, dan
kelauragnya tetap bert4 tinggal di desa. Jadi dengan mondok sendirian akan mengirit ongkos.
Hugo menyatakan 1/3 dari pendapatannya dapat dihemat.
Dampak Mobilitas Sirkuler terhadap Pembangunan Desa
Menurut Saefullah (1995), padamualanya mobilitas penduduk desa-kota dipandang
mengganggu proses pembangunan. Namun kemudian dikatakan sebagai jembatan
modernisasi pedesaan

Migran sirkuler di Indonesia pada umumnya masih tercatat sebagai penduduk daerah asal,
sementara keluarganya tetap tinggal dikampung. Hal ini menyebabkan hubungan mereka
dengan kampung lebih intensif dibanding migran permanen.

Migran permanen berprilaku seperti semut. Amati, Apa yang terjadi , bila semut
menemukan makanan.
-Tukang Becak di Yogyakarta yang berasal dari Klaten, pada waktu malam tidur di
becaknya untuk menghindari pengeluaran uang pondokan
- Buruh-buruh bangunan dari Jatim yang bekerja di proyek Pariwisata Bali, tinggal di
bedeng-bedeng kumuh.

Dapat disimpulkan bahwa migran sirkuler dan anggota RT mereka di desa merupakan satu
kesatuan ekobnomi, Oleh karena itu, Remitan juga merupakan bagian dari kehidupan RT
migran di desa.
Besarnya Remitan tergantung pada: pendapatan migran (Stahl, 1989). Semakin miskin suatu
daerah makin banyak penduduk yang meninggalkan daerahnya dan makin banyak pula
remitan yang dikirim ke daerah tersebut. Lamanya menetap di daerah tujuan juga
mempangaruhi besarnya remitan.

45

Contoh besarnya Remitan (penelitian Sunarto Hs, 1995) untuk kabupaten Gunung Kidul tiap
idul Fitri diperkirakan 100.000 orang mudik, Jika masing-masingnya membawa Rp 200.000,Dan tiap bulan rata-rata mereka kirim Rp. 40.500,Padang, 27/04/03 -YSBogue (1959) mengidentifikasikan tiga kelompok variabel yang mempengaruhi migrasi yaitu;
sosial ekonomi, keadaan yang meransang migrasi, dan prasaran/saran untuk mencapai daerah
tujuan (misalnya ongkos, teman, dsb).
Teori yang konprehensifhubungan faktos sosial, lingkungan dengan mobilitas
dikemukakan oleh Mabogunje (1970) yang terkenal dengan General System Theory
Sistem migrasi dipengaruhi oleh:

Lingkungan ekonomi
Sosial
Politik
Lingkungan teknologi
Dalam teori ini dibedakan antara Sistem dan Lingkungan
Sistem adalah suatu kompleks interaksi dari berbagai unsur

46

Anda mungkin juga menyukai