Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Karkasa

Vol. 6 No. 2 2020, e-ISSN: 2721-9534

EVALUASI PEMERIKSAAN BANGUNAN RUMAH SEDERHANA DENGAN


MENGGUNAKAN RAPID VISUAL SCREENING DI KELURAHAN SAOKA
DISTRIK MALADUMES KOTA SORONG

Wennie Mandela1, Monce Wanane2


1,2
Politeknik Saint Paul Kota Sorong
Email: wennie.mandela14@gmail.com

Abstrak
Pasca kejadian gempa bumi yang melanda kota Sorong tidak sedikit bangunan di kelurahan Saoka mengalami
kerusakan. Oleh karena itu, perlu adanya evaluasi kelayakan struktur terhadap bangunan rumah tinggal
masyarakat untuk mengantisipasi kerusakan yang mungkin terjadi apabila terjadi gempa berikutnya. Upaya rapid
visual screening perlu dilakukan secara menyeluruh, efektif dan efisien dalam rangka mengurangi resiko akibat
bencana gempa bumi. Evaluasi pemeriksaan bangunan rumah sederhana dengan menggunakan rapid visual
screening di kelurahan Saoka di maksudkan untuk mengamati secara langsung apakah rumah warga telah
memenuhi ketentuan-ketentuan untuk rumah tahan gempa. Survei yang di lakukan dengan mengunakan format
formulir evaluasi bangunan sederhana (tipikal tembokan), diadopsi dari fema yang telah di modifikasi oleh Iman
Styarno (styarno 2012) yang di dalamnya telah disesuaikan dengan kondisi bangunan di Indonesia, dimana
sebagai acuan untuk mempertimbangkan kondisi bangunnan yang ada di wilayah kelurahan Saoka. Hasil dari
evaluasi rapid visual screening untuk bangunan rumah tinggal pada kelurahan Saoka dapat dikatakan bahwa
hampir semua bangunan belum memenuhi persyaratan yang telah ditentukan dalam persyaratan teknis bangunan
tahan gempa. Hal ini menunjukan kesadaran akan pentingnya membangun suatu struktur bangunan tahan gempa
belum sungguh – sungguh dipahami oleh masyarakat di kelurahan Saoka. Hal bisa menyebabkan tingkat resiko
kerusakan dan hilangnya korban jiwa pada saat terjadinya gempa menjadi lebih besar dan hal tersebut perlu
penaganan serius dari pihak – pihak yang terkait.

Kata kunci : rapid visual screening, struktur rumah tahan gempa, evaluasi bangunan sederhana (tipikal
tembokan), gempa bumi

1. PENDAHULUAN dilakukan setelah kejadian gempa bumi. Dengan


Indonesia merupakan negara kepulauan yang upaya menggunakan Rapid Visual Screening
terdiri dari 17.000 lebih pulau yang tidak sama (RVS) untuk mengidentifikasi tingkat risiko
besarnya, secara geografis Indonesia terletak suatu bangunan terhadap ancaman gempa bumi
pada 2 benua dan 2 samudra. yaitu benua Asia dan meminimalisasi resiko dari bencana gempa
dan Australia dan Samudera Pasifik dan bumi maka diperlukan adanya evaluasi
Samudera Hindia. Indonesia juga masih pemeriksaan terhadap struktur bangunan, namun
mempunyai tingkat bencana alam yang sangat evaluasi tersebut jarang di lakukan. Upaya
tinggi salah satunya bencana gempa bumi. Hal Rapid Visual Screening (RVS) harus memahami
ini dikarenakan letak kepulauan indonesia yang secara benar kerentanan struktur bangunan
berada pada pertemuan tiga lempeng dunia terhadap gempa bumi. Rapid Visual Screening
(triple junction plate), yakni lempeng Indo- (RVS) merupakan bentuk upaya untuk
Australia yang relatif bergerak ke utara, mengurangi resiko bencana baik melalui
lempeng Eurasia yang relatif bergerak ke selatan pembangunan fisik dan non- fisik seperti
dan lempeng Pasifik yang relatif bergerak ke penyadaran maupun kemampuan masyarakat
barat. dalam menghadapi ancaman bencana.
Pada saat gempa bumi terjadi, banyak kerusakan Pembangunan fisik meliputi penataan bangunan,
di sekitar lingkungan bukan hanya kerusakan pengatuaran pembangunan, pembangunaan
pada bangunan saja, namun banyak korban jiwa infrastruktur dan pelaksanaan infrastruktur.
yang ikut berjatuhan. Oleh sebab itu, evaluasi
pemeriksaan terhadap bangunan rumah 2. TINJAUAN PUSTAKA
sederhanapun dianggap sangat penting 2.1. Defenisi Bencana
mengingat karena selama ini sistem evaluasi

LPPM Politeknik Saint Paul Sorong 47


Jurnal Karkasa
Vol. 6 No. 2 2020, e-ISSN: 2721-9534

Bencana adalah peristiwa atau lempeng tektonik. Gempa ini terjadi karena
suatu rangkaian peristiwa yang mengancam besarnya tenaga yang dihasilkan akibat adanya
dan mengganggu kehidupan dan penghidupan tekanan antar lempeng batuan dari dalam perut
masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor bumi, gempa ini juga sering terjadi dan paling
alam atau faktor nonalam maupun faktor banyak menimbulkan kerusakan fisik, bahkan
manusia sehingga dapat mengakibatkan gempa bumi ini juga dapat menyebabkan
timbulnya korban jiwa, kerusakan jatuhnya banyak banyak korban. Jiwa hal ini
lingkungan, maupun kerugian harta benda, disebabkan karena pelepasan energi tektonik
dan dampak psikologis (UU No. 24 Tahun yang terjadi secara tiba - tiba.
2000)
2. Gempa Bumi Vulkanik
2.2 Jenis-Jenis Bencana Gempa bumi Vulkanik ini terjadi karena akibat
Jenis-jenis bencana adalah sebagai berikut adanya aktivitas magma di dalam perut
diantaranya, bencana alam, bencana nonalam, bumi, yang biasa terjadi sebelum gunung api
dan bencana sosial: meletus. Apabila keaktifannya semakin tinggi
1. Bencana alam maka akan menyebabkan timbulnya ledakan
Bencana alam adalah bencana yang yang juga akan menimbulkan terjadinya gempa
diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian bumi. Gempa bumi tersebut hanya terasa di
peristiwa yang disebabkan oleh alam antara beberapa tempat yang terdapat gunung berapi
lain berupa bencana gempa tsunami, yang masih aktif, dan hanya dalam radius
gunung meletus, banjir, kekeringan, angin tertentu, tergantung kuatnya ledakan yang
topan, dan tanah longsor. dihasilkan oleh gempa bumi tersebut.
2. Bencana Non alam
Bencana Non alam adalah bencana yang 3. Gempa Bumi Tumbukan
diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian Gempa bumi ini diakibatkan oleh tumbukan
peristiwa non alam yang antara lain berupa meteor atau asteroid yang jatuh ke Bumi, jenis
gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemi, gempa bumi ini jarang terjadi, menurut
dan wabah penyakit. pencatatan sejarah salah satu gempa bumi yang
3. Bencana sosial terjadi di masa lampau oleh karena tumbukan
Bencana social bencana yang diakibatkan ini lah yang menyebabkan punahnya
oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa Dinosaurus.
yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi
konflik sosial antara kelompok atau antar 4. Gempa Bumi Runtuhan
komunitas masyarakat dan terror. Gempa bumi runtutahan adalah gempa yang
terjadi akibat dari terjadinya tanah longsor.
2.3. Definisi Gempa Bumi Tanah yang longsor tersebut bisa diakibatkan
Gempa bumi adalah getaran atau guncangan oleh erosi atau gunung kapur yang runtuh.
yang terjadi pada permukaan bumi yang Atau, bisa juga terjadi lantaran adanya tempat
disebabkan, oleh tumbukan antar lempeng bumi penambangan yang runtuh.
yang terjadi secara tiba-tiba dari dalam perut
bumi, yang menciptakan gelombang seismik, 5. Gempa Bumi Buatan
atau patahan aktif, atau akitivitas gunung berapi Gempa bumi buatan adalah gempa bumi yang
dan runtuhan batuan Pada kerak bumi. disebabkan oleh aktivitas dari manusia, seperti
peledakan dinamit, percobaan nuklir atau
2.4 Pengelompokan Jenis-Jenis Gempa bumi palu/pasak bumi yang dipukulkan ke permukaan
2.4.1 Jenis Gempa Berdasarkan Faktor bumi.
Penyebabnya
Berdasakan faktor penyebab terjadinya Gempa 2.5 Dampak Terjadinya Gempa Bumi
Bumi, maka Gempa Bumi dapat dibagi menjadi Secara alamiah gempa bumi tidak dapat
beberapa jenis dan penyebabnya, yang dapat kita dihindari dan sangat sulit untuk diprediksi atau
kenal adalah sebagai berikut: diprakirakan , karena bencana gempa bumi
1. Gempa Bumi Tektonik terjadi secara tiba – tiba dan menimbulkan
Gempa bumi tektonik adalah jenis gempa bumi banyak kerugian dan korban jiwa dan harta
yang disebabkan oleh pergeseran lempeng - benda dan dampak ,kerugian dapat diperkirakan

LPPM Politeknik Saint Paul Sorong 48


Jurnal Karkasa
Vol. 6 No. 2 2020, e-ISSN: 2721-9534

berdasarkan kekuatan gempa yang terjadi,seperti b. Retak mengalami luas di banyak


yang disebut dalam skala intensitas modified tempat, seperti pada dinding pemikul
oleh Mercalli. beban, kolom, cerobong miring, dan
runtuh
2.5.1. Tipe-Tipe Kerusakan Rumah c. Kemampuan struktur untuk memikul
Akibat Gempa beban sudah berkurang.
Berdasarkan kejadian Gempa bumi yang telah
terjadi di kota Sorong, banyak juga kerusakan 4. Kerusakan Struktur Tingkat Berat
yang ditimbulkan oleh gempa, pada bangunan- Suatu bangunan dapat di kategorikan mengalami
bangunan sederhana atau (non-engineered kerusakan struktur tingkat berat apa bila
building) seperti perumahan penduduk, terjadi hal hal sebagai berikut :
bangunan komersial, sekolah, gereja, dan a. Dinding pemikul beban terbelah dan
masjid. Dari hasil studi literature yang didapat runtuh
berupa kegagalan dari bangunan-bangunan pada b. Bangunan terpisah akibat kegagalan unsur
umumya hal ini di sebabkan karena , - unsur pengikat
perencanaan bangunan yang tidak baik, dan c. Kira – kira 50% elemen utama mengalami
kurang baiknya mutu bahan bangunan yang kerusakan, dan
digunakan. Ada beberapa kategori kerusakan d. Tidak layak fungsi /huni.
berdasarkan pedoman teknis rumah dan
gedung tahan gempa, kategori kerusakan yang 5. Kerusakan Total
meliputi hal- hal sebagai berikut: Suatu bangunan dapat di kategorikan rusak
total /roboh apa bila terjadi hal – hal sebagai
1. Kerusakan Ringan Struktur berikut:
Suatu bangunan dapat di kategorikan a. Bangunan roboh seluruhnya (>60 %)
mengalami kerusakan struktur tingkat ringan b. Sebagian besar komponen utama struktur
apabila terjadi hal-hal sebagai berikut : rusak
a. Retak kecil (lebar celah antara 0,075 c. Tidak layak fungsi untuk di huni
hingga 0,6 cm) pada dinding
b. plesteran berjatuhan Adannya tindakan yang perlu di lakukan adalah
c. mencakup luas yang besar merubuhkan dan membersihkan lokasi lalu
d. kerusakan bagian bagian non- struktur mendirikan bangunan yang baru. Berikut ada
cerobong asap, lisplang dll beberapa kerusakan tipikal yang sering terjadi di
e. kemampuan struktur untuk memikul Indonesia sebagai berikut :
beban tidak banyak berkurang. 1. Penutup atas pada bangunan terlepas dan
rangka atap cenderung lepas dari
2. Kerusakan Ringan Non-Struktur dudukanya.
Suatu bangunan dapat di kategorikan 2. Dinding bangunan retak pada arah
mengalami kerusakan ringan nonstruktur diagonal, kegagalan pada sudut dinding
apabila terjadi hal- hal sebagai berikut: terlihat runtuh.
a. Retak halus (terdapat lebar celah lebih 3. Sambungan pada bangunan terlihat
kecil dari 0,075 cm) pada plesteran. lemah antara dinding dengan dinding,
b. Serpihan plesteran berjatuhan dinding dengan atap dan dinding
c. Mencakup luas terbatas dengan pondasi.
Tindakan yang perlu dapat dilakukan adalah 4. Kerusakan yang di sebabkan oleh mutu
perbaikan (repair) secara Arsitektur tanpa konstruksi yang berupa mutu
mengosongkan bangunan. bahan/material bangunan yang digunakan
dan mutu pekerjaan yang tidak baik.
3. Kerusakan Struktur Tingkat Sedang 5. Kerusakan – kerusakan yang terjadi pada
Suatu bangunan dapat di kategorikan apabila umumnya disebabkan karena kesalahan
mengalami kerusakan struktur tingkat sedang desain, maupun kesalahan dalam prosedur
apabila terjadi hal-hal sebagai berikut : pelaksanaan. Hal ini disebabkan karena
a. Retak besar (lebar celah lebih besar kurangnya pengetahuan tentang struktur
dari 0,6 cm) pada dinding bangunan, maupun dalam aspek rekayasa
gempa.

LPPM Politeknik Saint Paul Sorong 49


Jurnal Karkasa
Vol. 6 No. 2 2020, e-ISSN: 2721-9534

2.6. Evaluasi Pemeriksan Bangunan


Evaluasi pemeriksaan bangunan paling tidak
terdapat 2 kelompok besar yaitu, evaluasi
terhadap bangunan yang masih berdiri, dan
mengalami kerusakan akibat suatu bencana
dan evaluasi bangunan yang telah mengalami
kerusakan akibat suatu bencana alam seperti
gempa bumi. Evaluasi terhadap bangunan yang
masih berdiri dimungkinkan untuk dilakukan Gambar 1. Denah bangunan simetris
karena adanya kecurigan terhadap perilaku
bangunan apabila terjadi gempa.
2. Pondasi
2.7 Tahap – Tahap Evaluasi Kerentanaan Pondasi adalah konstruksi bangunan pada
Bangunan bagian bawah yang berfungsi uuntuk
Secara umum ada tiga tindakan yang dapat meneruskan gaya dari segala arah bangunan
dilakukan dalam rangka mitigasi bencana yang di atasnya ke lapisan tanah yang berada
gempa bumi yaitu pelaksanaan evaluasi di bagian bawahnya tanpa mengakibatkan
kerentanan bangunan dan tindakan keruntuhan geser dan penurunan pada tanah.
pengurangannya yang dapat dilakukan secara Dengan demikian pembangunan pondasi
visual menjadi tiga tahap yaitu : harus mampu untuk menjamin kestabilan
1. Rapid Visual Screening (RVS) pada berat bangunan yang berada pada
2. Rapid Vulnerability Assessment pondasi itu sendiri, beban-beban bengunan,
3. Detailed Vulnerability Evaluation dan gaya-gaya luar seperti tekanan dari angin,
gempa bumi, danlain- lain.
Dalam Evaluasi Penilaian untuk
bangunan sederhana (tipikal tembokan)
pada kelurahan Saoka, tindakan yang akan
digunakan adalah secara Rapid Visual
Screening (RVS).

2.8 Bangunan Tahan Gempa.


Bangunan tahan gempa adalah Bangunan yang
bermaksud untuk meminimalkan resiko kerugian
penghuni dan sekitarnya akibat bencana
gempa bumi. Tujuan utama untuk persyaratan
konstruksinya adalah bangunan tidak rusak
dalam bencana gempa ringan, bangunan rusak
sebagian, tetapi tidak roboh pada saat gempa
sedang, dan bila roboh pada gempa dahsyat,
bangunan dapat diperbaiki lagi, karakteristik Gambar 2. Detail Pondasi dan Sloof
aksi dari bencana. beberapa prinsip utama untuk
rumah tahan gempa adalah sebagai berikut: 3. Sloof
Sloof adalah beton bertulang yang
1. Denah dipasang secara horizontal di atas pondasi.
Denah yang sederhanana dan simetris Denah gunanya ialah untuk dapat meratakan beban
yang sederhana dan simetris bertujuan yang diterima kolom menuju pondasi.
untuk menahan gaya secara horisontal 4. Kolom
terhadap elemen –elemen struktur yang Kolom adalah batang tekan vertikal dari
simetris, Penyelidikan kerusakan yang di rangka struktur yang memikul beban dari
akibatkan oleh bencana gempa bumi balok, Kolom merupakan suatu elemen
menunjukan pentingnya denah bangunan struktur tekan yang memegang peranan
yang sederhana dan simetris. penting dari suatu bangunan, sehingga
keruntuhan pada suatu kolom merupakan
lokasi kritis yang dapat menyebabkan
runtuhnya lantai yang bersangkutan dan

LPPM Politeknik Saint Paul Sorong 50


Jurnal Karkasa
Vol. 6 No. 2 2020, e-ISSN: 2721-9534

juga runtuh total seluruh struktur 7. Dinding Ampig (Gunung –Gunung) Bingkai
(Sudarmoko, 1996). gunung-gunung/ampig terbuat dari beton
bertulang dengan spesifikasi sebagai
berikut: Ukuran bingkai 15 x12 cm,
Tulangan utama dengan diameter 10 mm,
Tulangan begel dengan diameter 8 mm; dan
tebal selimut beton 10 mm. Gunung-
gunung/ampig terbuat dari susunan bata
yang direkatkan dengan campuran mortar
(perbandingan 1 semen : 4 pasir dan air
secukupnya) dan diplaster. Penggunaan
bahan yang ringan seperti papan dan
Gambar 3. Detail Tulangan dan Pengecoran Glassfibre Reinforced Cement (GRC) juga
Kolom dianjurkan untuk meminimalkan dampak
apabila gunung - gunung/ampig roboh pada
5. Dinding saat terjadi gempa.
Dinding adalah suatu struktur padat yang
membatasi dan kadang melindungi suatu
area Umumnya, dinding membatasi suatu
bangunan dan menyokong struktur lainnya,
membatasi ruang dalam bangunan
menjadi ruangan - ruangan, atau melindungi
dan membatasi suatu ruang di alam terbuka.
Tiga jenis utama dinding struktural adalah
dinding bangunan, dinding pembatas
(boundary), serta dinding penahan
(retaining).

Gambar 5. Penulangan Dinding Amping

8. Kuda-kuda
Konstruksi kuda-kuda adalah suatu susunan
rangka batang yang berfungsi untuk
mendukung beban atap termasuk juga
beratnya sendiri dan sekaligus dapat
memberikan bentuk pada atapnya dan
Kuda-kuda merupakan penyangga utama
Gambar 4. Perkuatan Pada Dinding
pada struktur atap.
6. Ring Balok
3. METODOLOGI
Ring Balok adalah bagian dari struktur
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
bangunan seperti balok yang terletak di atas
dinding bata. Berfungsi sebagai pengikat Penelitian ini secara umum di laksanakan pada
pasangan bata dan juga untuk meratakan wilayah kelurahan Saoka Distrik Maladumes
beban dari struktur yang berada diatasnya, Kota Sorong. Waktu pengambilan data
seperti beban yang diterima oleh kuda-kuda. dilapangan dilakukan selama dua minggu di
Ukuran penampang pada ring balok rumah 1
mulai dari jam 08:00 WIT – 17:00 WIT, waktu
lantai menggunakan ukuran minimum 12 x
penelitian ini disesuaikan dengan situasi pada
15 cm untuk ukuran besi beton tulangan
utama Ø 10 mm, untuk ukuran sengkang saat proses pengambilan data di lapangan.
besi Ø 8 mm dengan jarak as ke as 3.2. Tahapan Penelitian
sengkang 15 cm , ukuran besi tulangan dan
untuk adukan campuran beton sama takaran Tahapan penelitian terdiri atas 3 kegiatan antara
dengan pembuatan beton kolom dan sloof. lain :

LPPM Politeknik Saint Paul Sorong 51


Jurnal Karkasa
Vol. 6 No. 2 2020, e-ISSN: 2721-9534

1. Tahapan Persiapan mempertimbangkan kondisi bangunan yang ada


di kelurahan Saoka.
Tahap persiapan merupakan rangkaian
kegiatan sebelum memulai pengumpulan data 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
dan pengolahan data. Dalam tahap ini dilakukan Berdasarkan data yang di peroleh dari
penyusunan rencana kegiatan yang akan lapangan dengan menggunakan formulir
dilaksanakan dalam penelitian yang kirannya Evaluasi bangunan sederhana (Tipikal
perlu agar didapatkan efisiensi dan efektifitas Tembokan) maka diketahui jumlah bangunan
waktu dalam pekerjaan, serta memperoleh hasil tipikal tembokan yang berada di kelurahan
yang memuaskan. Pada tahap persiapan ini Saoka adalah 174 Rumah, maka hasil penilaian
meliputi : dan evaluasi keseluruhan yang didapatkan dari
lapangan yaitu bebagai berikut:
a. Studi pustaka terhadap materi untuk
proses analisa
b. Menemukan kebutuhan data. 1. Gambar Rencana
c. Mendata instansi dan institusi yang Rincian jawaban dan grafik untuk
dapat dijadikan sumber data. Pembangunan Berdasarkan Gambar Rencana:
Jawaban YA = 52 Jawaban
2. Tahapan Pengumpulan Data Jawaban TIDAK = 122 Jawaban
Pengumpulan data merupakan langkah awal Jawaban KURANG = 0 Jumlah
setelah tahap persiapan dalam proses Keseluruhan jawaban = 174 Jawaban
pelaksanaan yang sangat penting , karena dapat
ditentukan permasalahan dan rangkaian
penentuan alternatif pemecahan masalah yang
akan diambil. Adapun beberapa metode yang
dilakukan dalam tahap pengumpulan data
antara lain :
a. Data Primer adalah data yang langsung
diambil dari lapangan, meliputi:
Observasi, wawancara, diskusi terfokus
serta data RVS seperti di bawah ini.
b. Data Sekunder adalah data yang Gambar 6. Grafik item gambar rencana
diperoleh atau dikumpulkan para
peneliti dari berbagai sumber yang 2. Denah
sudah ada (Peneliti sebagai tangan a. Rincian jawaban untuk denah simetris :
kedua). Data sekunder bisa diperoleh
Jawaban YA = 62 Jawaban
dari berbagai sumber seperti Biro Pusat
Statistik (BPS), buku, laporan, jurnal Jawaban TIDAK. = 112 Jawaban
dan lain- lain. Jawaban KURANG. = 0 Jawaban
Keseluruhan jawaban = 174 Jawaban
3. Tahapan Pengumpulan Data b. Tidak ada tonjolan 25% dari ukuran denah
Teknik pengambilan data didapatkan dengan terbesar
melakukan survei di lapangan pada kelurahan Jawaban YA = 2 Jawaban
Saoka Distrik Maladumes Kota Sorong, dimana Jawaban TIDAK. = 171 Jawaban
peneliti secara langsung melihat, mengamati,
Jawaban KURANG. = 1 Jawaban
serta mengevaluasi bangunan tumah penduduk
menggunakan Rapid visual screening (RVS) Keseluruhan jawaban = 174 Jawaban
pada struktur bangunan sederhana tipikan
tembokan di wilayah tersebut., RVS yang
diadopsi dari FEMA yang telah dimodifikasi
oleh Iman Satyarno ( Satyarno 2012) yang
di dalamnya telah disesuaikan dengan kondisi
bangunan di indonesia. Sebagai acuan untuk

LPPM Politeknik Saint Paul Sorong 52


Jurnal Karkasa
Vol. 6 No. 2 2020, e-ISSN: 2721-9534

Dari grafik diatas terlihat Sebagian besar rumah


masyarakat belum menggunakan sloof.

5. Kolom
Untuk kolom yang teridi dari beberapa
tinjauan sesuai formulir evaluasi bangunan
sederhana (tipikal tembokan) didapatkan hasil
sebagai berikut,

Gambar 7. Grafik hasil evaluasi item denah

3. Pondasi
Untuk Pondasi yang teridi dari beberapa
tinjauan sesuai formulir evaluasi bangunan
sederhana (tipikal tembokan) didapatkan hasil
sebagai berikut,

Gambar 10. Grafik hasil evaluasi item kolom

Dari hasil evaluasi dapat dilihat rumah


masyarakat sebagian besar telah menggunakan
kolom, akan tetapi belum menggunakan
ataupun menerapkan standar penulangan
sebagaimana mestinya.

Gambar 8. Grafik hasil evaluasi item pondasi 6. Dinding


Untuk dinding yang teridi dari beberapa
Dari evaluasi di lapangan didapatkan bahwa tinjauan sesuai formulir evaluasi bangunan
Sebagian besar rumah masyarakat sudah sederhana (tipikal tembokan) didapatkan hasil
menggunakan pondasi baik batu kali maupun sebagai berikut :
batu karang di wilayah Saoka.

4. Sloof
Untuk sloof yang teridi dari beberapa
tinjauan sesuai formulir evaluasi bangunan
sederhana (tipikal tembokan) didapatkan hasil
sebagai berikut :

Gambar 11. Grafik hasil evaluasi item dinding

Dari grafik diatas terlihat Sebagian besar rumah


masyarakat menggunakan dinding sebagai
pembatas antar ruangan.

7. Ring Balok
Untuk ring balok yang teridi dari beberapa
Gambar 9. Grafik hasil evaluasi item sloof tinjauan sesuai formulir evaluasi bangunan

LPPM Politeknik Saint Paul Sorong 53


Jurnal Karkasa
Vol. 6 No. 2 2020, e-ISSN: 2721-9534

sederhana (tipikal tembokan) didapatkan hasil sambungan yang diisyaratkan. Dapat dilihat
sebagai berikut, pada grafik berikut.

Gambar 14. Grafik hasil evaluasi detail


sambungan
Gambar 12. Grafik hasil evaluasi untuk item
ring balok
10. Kuda- kuda
Untuk kuda-kuda yang teridi dari beberapa
Hasil evaluasi di lapangan dapat dilihat dari
tinjauan sesuai formulir evaluasi bangunan
grafik diatas bahwa sebagian besar rumah
sederhana (tipikal tembokan) didapatkan hasil
masyarakat belum menggunakan ring balok.
sebagai berikut,
8. Detail Tulangan pada pertemuan Ujung
Balok Dan kolom.
Hasil evaluasi ini menunjukankan bahwa
masyarakat kelurahan Saoka membangun
bangunan untuk rumah tinggal belum sesuai
detail tulangan pada pertemuan ujung balok
dan kolom yang diisyaratkan. Berikut grafik
hasil evaluasi di lapangan :

Gambar 15. Grafik hasil evaluasi detail


kuda-kuda

Pada hasil grafik di atas terlihat bahwa


masyarakat membuat kuda-kuda rumah dengan
bahan material berupa kayu. Akan tetapi, belum
terpenuhinya standar pada sambungan dan
angkur.

Persentase Hasil Evaluasi Bangunan Tipikal


Gambar 13. Grafik hasil evaluasi detail Tembokan Sederhana
tulangan pada pertemuan ujung balok dan Hasil analisis deskriptif data menunjukan skor
kolom. presentase pada struktur bangunan rumah
setiap elemen struktur seperti table di bawah
9. Sambungan ini.
Hasil dari evaluasi dilapangan menunjukan
bahwa masyarakat kelurahan Saoka dalam
membangun bangunan untuk rumah tinggal
belum adanya kesesuaian pada detail

LPPM Politeknik Saint Paul Sorong 54


Jurnal Karkasa
Vol. 6 No. 2 2020, e-ISSN: 2721-9534

Tabel 1. Skor Bangunan Tipial Tembokan


Kelurahan Saoka Distrik Maladumes Kota
Sorong

Gambar 16. Penandaan pada peta untuk hasil


evaluasi di setiap daerah rumah masyarakat

5. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dari penelitian dan data
Dari hasil evaluasi Bangunan rumah tinggal pembahasan pada bab sebelumnya, serta
yang berada di kelurahan Saoka distrik mengarah pada Format Evaluasi bangunan
maladumes kota Sorong, dapat dikatakan bahwa sederhana (Tipikal Tembokan), yang di
sebagian besar bangunan untuk rumah tinggal adopsi dari FEMA (Federal Emergency
sederhana tipikal tembokan belum memenuhi Management Agency) yang telah di modifikasi
syarat teknis sebagaimana terdapat dalam oleh Imam styarno (Styarno 2012) yang di
formulir Evaluasi bangunan sederhana untuk dalamnya telah di sesuaikan dengan kondisi
(tipikal tembokan). Seperti pada struktur bangunan di Indonesia maka dapat ditarik
utama yaitu pondasi, sloof, kolom dan Ring kesimpulkan bahwa:
balok, struktur tersebut kurang jadi perhatian a. Bangunan rumah tinggal yang berada
bagi masyarakat pemilik rumah sehingga dikelurahan Saoka, distrik Maladumes
masyarakat masih ada yang menggunakan kota Sorong, sebagian besar bangunan
struktur kayu, seperti kayu besi yang digunakan tersebut belum memenuhi syarat yang
menjadi kolom untuk menahan beban rumah dan telah ditentukan dalam syarat teknis untuk
pemegang dinding bata. bangunan tahan gempa, sebagaimana
terdapat dalam formulir evaluasi bangunan
Peta Penandaan Hasil Evaluasi sederhana untuk (tipikal tembokan).
Tujuan dari membuat penandaan daerah b. Kebanyakan masyarakat membangun
peta adalah untuk mengetahui situasi pada secara spontan, tanpa perencanaan teknis
lokasi penelitian agar dengan mudah dapat dengan biaya yang minim, dimana waktu
dilihat daerah mana yang sudah sesuai dengan menyesuaikan kemampuan dari pemilik
formulir evaluasi dan mana yang masih belum rumah dan warga sekitar yang membantu.
sesuai. Berikut ini adalah gambar penandaan
pada peta lokasi dan keterangannya.
Keterangan : 6. DAFTAR PUSTAKA
Satyarno, Iman. 2012. Evaluasi Rehabilitasi Dan
A. Untuk Daerah yang sebagian besar
Rekonstruksi Struktur UGM Yokyakarta.
bangunanya telah memenuhi syarat sesuai
UU RI Nomor 24 .Tentang Penanggulangan
hasil evaluasi di kelurahan Saoka.
Bencana
B. Untuk Daerah yang sebagian besar
Ditjen Cipta Karya. Pedoman – Pedoman Teknis
bangunanya telah belum memenuhi syarat
Bangunan Tahan Gempa
sesuai hasil evaluasi di kelurahan Saoka.
Meikel S.E, Bawoleh. Evaluasi mitigasi struktur
C. Untuk Daerah perusahan batu pecah di
Benana Gempa Bumi di wilayah pulau
Kelurahan Saoka
doom kota Sorong

LPPM Politeknik Saint Paul Sorong 55

Anda mungkin juga menyukai